BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang 1.3.1 Potensi Maritim Indonesia Belum Dimanfaatkan Secara Optimal Sejak ratusan tahun lalu, Indonesia telah terkenal dengan kekayaan alamnya melalui berbagai ekspedisi kelautan yang membuat pulau-pulau Indonesia mendunia. Tidak hanya daratan dengan hasil alam yang melimpah, laut yang menghubungkan pulau-pulau Nusantara adalah surga bagi ribuan spesies kelautan. Menurut salah satu prinsip Wawasan Nusantara yaitu Asas Kepulauan (Archipelagic Principle), archipelago yang diartikan sebagai lautan terpenting mengandung makna bahwa pulau-pulau selalu dalam kesatuan utuh sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah. Dalam perkembangannya setelah terbentuknya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), Indonesia diakui sebagai negara maritim terbesar di dunia yang kemudian melalui Deklarasi Juanda diatur hal-hal terkait
kedaulatan
Indonesia
sebagai
negara
kepulauan1.
Hal
ini
menunjukkan bahwa laut merupakan bagian utama dari perkembangan kemajuan negara namun jika melihat kondisi saat ini, Indonesia belum mampu menjadi negara maritim yang memiliki peran besar secara mendunia. Meskipun laut Indonesia merupakan salah satu jalur pelayaran penghubung benua Asia dengan benua Australia yang vital bagi lalu lintas ekonomi dunia namun optimalisasi kekuatan maritim Indonesia masih kurang terbukti dengan kurang aktifnya beberapa pelabuhan yang tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Di beberapa titik pelabuhan malah terlalu padat hingga menimbulkan kesemrawutan yang sulit ditangani2 sehingga
1 2
Rahman, Zulkifli, Makalah Sejarah Kemaritiman Indonesia, 2012 “Pelni : Jika Masih Semrawut, Pelabuhan Penumpang Bisa Diusulkan Pindah”, 25 September 2012, www.bimakini.com/index.php/sosbud/item/2347-pelni-jika-
1
terjadi ketidak merataan kepadatan lalu lintas transportasi laut di berbagai wilayah. Permintaan konsumen terhadap transportasi laut sendiri mengalami peningkatan namun tidak selaras dengan kecepatan proses pembangunan infrastruktur maritim. Sejauh ini transportasi intermoda darat dan laut hanya dipegang oleh empat pelabuhan di Indonesia yaitu pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar3 sehingga pembangunan maupun optimalisasi pelabuhan lain yang telah ada harus digesa agar mampu mengimbangi kebutuhan.
1.3.2 Lengangnya Aktivitas Pelabuhan Penumpang Tanjung Mas Pelabuhan Tanjung Emas dalam perkembangannya sejak dibangun tahun 1985 merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yang berfokus pada kegiatan ekspor dan perniagaan domestik maupun internasional. Meskipun fokus utama pada aktivitas perekonomian, pelabuhan ini juga melayani kegiatan pelayaran transportasi angkutan laut sehingga pelabuhan penumpang terdapat di dalam kawasan pelabuhan seluas 500 hektar ini. Sebagai satu-satunya pelabuhan di kota Semarang, pelabuhan ini merupakan titik utama transportasi laut kota dan simpul penghubung
wilayah-wilayah
di
sekitar
Semarang.
Pengembangan
pelabuhan Tanjung Emas mempunyai prospek positif dengan acuan :4 1.
Letak geografis Semarang yang berada di titik tengah jarak
dari bagian timur dan barat Indonesia. 2.
Kelengkapan untuk transportasi yang terintegrasi.
3.
Perumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang berkisar pada
level 7,5%-12,5% tiap tahun sehingga dapat ditingkatkan dengan pembangunan infrastruktur lainnya.
masih-semrawut-pelabuhan-penumpang-bisa-diusulkan-pindah (18 Oktober 2014 pukul 10.08 WIB) 3 Pangaribuan, Doan H P, Terminal Penumpang Kapal Laut Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Efektivitas Sirkulasi Dan Ruang Komersial Dengan Metoda Superimposisi, 2008 4 Ibid, Doan H P, 2008
2
Adapun potensi hinterland5 dari pelabuhan Tanjung Emas adalah sebagai berikut.6 1.
Sebagai pendukung transportasi laut bentangan timur dan
barat bahkan ke utara yaitu wilayah pulau Kalimantan. 2.
Sebagai pintu gerbang perekonomian wilayah Jawa
Tengah dan sekitarnya adalah menjadi salah satu terminal arus barang ekspor impor, antar pulau maupun penumpang. 3.
Keunggulan
pelabuhan
Tanjung
Emas
yang
belum
dioptimalkan adalah breakwater yang ada saat ini mempunyai kedalaman sampai -5,0 m. Berikut adalah data operasional pelabuhan Tanjung Emas. Tabel 1.1 Data Operasional Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tahun 2002-2006 TAHUN KEGIATAN
SAT 2002
Kapal
2003
2004
2005
2006
Call
5,446
4,961
4,867
4,388
4,201
Grt
20,220,100
19,092,947
17,599,396
17,253,982
17,213,029
Total 20,225,546
19,097,908
17,604,293
17,258,370
17,217,230
Ekspor
Ton
81,148
14,367
40,891
120,198
117,097
Impor
Ton
401,789
606,997
567,225
454,248
462,306
Bongkar
Ton
1,364,377
1,155,539
1,177,355
1,448,140
2,201,414
Muat
Ton
97,873
106,347
201,330
254,453
244,222
5
Hinterland adalah daerah sekitar pelabuhan yang terpengaruh oleh keberadaan pelabuhan dan dapat menjadi daerah pendukung (Sumber : Analisa Penulis) 6 Pelabuhan Tanjung Mas
3
Penumpang
Org
254,310
216,649
169,094
185,568
222,855
Sumber : Departemen Perhubungan RI, Informasi 25 Pelabuhan Strategis Indonesia, 2006 Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat dilihat tren penurunan jumlah penumpang meskipun PT. PELNI Semarang selaku pengelola pelabuhan telah menetapkan pelabuhan Tanjung Emas sebagai pelabuhan dengan pengembangan angkutan penumpang komersial dan perbaikan efektivitas biaya pelayanan perintis7. Turunnya jumlah penumpang ini disebabkan oleh pengelolaan trayek dan fasilitas pelabuhan penumpang yang kurang terawat sehingga menurunkan keinginan masyarakat untuk menggunakan transportasi laut dalam berpindah wilayah. Di sisi lain, jumlah penumpang pada pelabuhan akan melonjak pada waktu-waktu tertentu misalnya pada musim mudik lebaran8 sehingga dapat dilihat bahwa potensi pengembangan pelabuhan penumpang cukup tinggi. Pengembangan pelabuhan sebagai salah satu gerbang masuk kota Semarang merupakan hal penting dikarenakan jalur masuk kota Semarang melalui darat sudah sangat penuh karena dipenuhi truk-truk untuk kegiatan industri, trayek kereta api antar wilayah dari dan ke Semarang juga masih terbatas sementara untuk jalur udara sudah cukup padat. Dengan pembangunan pelabuhan penumpang yang tidak hanya fungsional namun juga atraktif akan menggiatkan aktivitas pelabuhan penumpang.
1.3.3 Kurangnya Ruang Publik di Semarang Dengan penduduk berjumlah hampir 1,5 juta jiwa9 yang menghuni kota dengan luasan hanya 373,70 km2 , Semarang merupakan salah satu dari sepuluh kota terpadat di Indonesia. Kebutuhan ruang publik kemudian meningkat dengan jumlah penduduk yang terbilang sangat banyak ini. Isu
7
Cahyadi, Ipong F, Redesain Terminal Penumpang Kapal Laut Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Penekanan Pada Regionalisme Arsitektur, 2003 8 Tempo, Penumpang Kapal Laut Tanjung Perak Turun Drastis, 5 September 2012, Jakarta 9 Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2011
4
ruang publik yang perlu digesa pembangunannya dalam waktu dekat ini kembali terangkat dengan berkurangnya ruang publik yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi fasilitas maupun kebutuhan sosial. Ruang publik di Semarang sebenarnya terhitung cukup banyak namun hanya beberapa saja yang cukup luas seperti Maerokoco, Wonderia, Goa Kreo dan Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah. Dari sekian ruang publik layak ini, beberapa diantaranya memungut biaya masuk dalam penggunaannya sehingga semakin mempersempit pilihan masyarakat. Pengelolaan ruang publik sendiri sudah menjadi masalah lama di Semarang. Meskipun pihak Pemerintah Kota Semarang telah berkali-kali mencoba menata ulang kawasan ruang publik ternama seperti Simpang Lima maupun Kota Lama, namun problem klasik terkait kenyamanan dan keamanan masih belum terselesaikan hingga menimbulkan masalahmasalah baru seperti premanisme hingga prostitusi. Kriminalitas
yang
kemudian
menjadi
kekhawatiran
dalam
mengakses ruang publik ini di kemudian hari akan membentuk generasi individualis yang minim interaksi sosial dan pasif. Saat ini dapat dilihat banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan ruang publik semu. Ruang publik semu ini dimaknai serupa mal dan kafe yang kini banyak bermunculan. Dikategorikan semu karena meski diperuntukkan bagi khalayak ramai namun para pengguna fasilitas ini adalah kalangan tertentu dan sangat segmented10. Dalam standar tertentu, pengunjung yang menurut
aturan
tidak
layak
masuk
tempat
tersebut
tidak
akan
diperbolehkan masuk. Hal ini bertolak belakang dengan makna ruang publik sesungguhnya yaitu siapa pun tanpa terkecuali bisa menggunakan fasilitas tersebut. Oleh karena itu, perlunya penambahan ruang publik yang berintegrasi dengan fasilitas publik tertentu sehingga dapat memanfaatkan suatu tapak secara maksimal.
10
Suara Merdeka, Warga Mencari Ruang Publik Semu, 2 Mei 2006, Semarang
5
1.3.4
Arsitektur Dekonstruksi Dalam Perancangan Proyeksi masa depan menjadikan pelabuhan Tanjung Mas sebagai
pelabuhan
penumpang
yang
aktif
dan
mampu
mengakomodasi
penumpang dalam jumlah besar tentunya memberikan fungsi baru bagi pelabuhan sebagai gerbang kedatangan kota. Gerbang masuk kota merupakan pembentuk first impression dan image kawasan bagi para pendatang sehingga sangat penting untuk menimbulkan kesan baik dan ramah secara kuat agar meninggalkan kesan mendalam. Dalam perancangan bangunan, dekonstruksi merujuk pada bentuk arsitektur “anti-kemapanan” yang menawarkan suasana maupun ambience yang diluar ekspektasi orang pada umumnya. Dekonstruksi bersifat afirmatif namun menolak keseimbangan sekaligus mempertajam keunikan meskipun
seringkali
disalahpahami
sebagai
hal
negatif.
Dengan
menggunakan dekonstruksi sebagai pendekatan perancangan akan memberikan sebuah pengalaman ruang terminal penumpang bagi pendatang yang istimewa dan tak terlupakan. Kawasan Semarang sendiri merupakan destinasi potensial berbagai jenis pariwisata yang dikembangkan seperti wisata alam yaitu Pantai Marina, Pantai Maron dan lainnya kemudian wisata heritage seperti Kota Lama, Lawang Sewu, Klenteng Sam Poo Kong dan lainnya dan berbagai obyek wisata lainnya. Dengan pengembangan pelabuhan penumpang yang lebih atraktif tentunya akan meningkatkan animo masyarakat luar Semarang untuk datang mengunjungi Semarang melalui transportasi laut dan memberi dampak positif bagi pengembangan pariwisata Semarang.
1.2
Permasalahan 1.2.1
Umum Potensi pelabuhan Tanjung Emas sebagai gerbang masuk pulau
Jawa
dan
menggiatkan
pariwisata
daerah
Jawa
Tengah
melalui
pengembangan pelabuhan merupakan hal yang telah lama digagas namun jika melihat kondisi eksisting pelabuhan penumpang Tanjung Emas saat ini yang kurang memadai menyebabkan aktivitas pelayaran untuk transportasi penumpang kapal menjadi lengang. Di lain sisi, beberapa fasilitas
6
penunjang memang telah terbangun namun kurangnya pemeliharaan menimbulkan masalah kekumuhan kawasan terminal penumpang dan kurang nyaman. Kurangnya ruang publik yang dapat diakses seluruh masyarakat dengan kondisi yang memadai dan layak menuntut pembangunan kota yang lebih memperdulikan aspek sosial. Oleh karena itu, untuk mewujudkan terminal penumpang yang fungsional dan memberi impresi mendalam
serta
mewadahi
ruang
publik,
tentunya
tidak
hanya
membutuhkan perancangan terminal penumpang yang telah banyak dilakukan namun menambahkan elemen-elemen atraktif yang tidak biasa sehingga menghasilkan kesan yang kuat bagi pengguna bangunan. 1.2.2 Khusus Bangunan terminal penumpang yang konvensional dan kurang menarik juga menyebabkan tingkat kenyamanan penumpang yang tiba maupun berangkat di pelabuhan ini cenderung rendah. Selain faktor pemeliharaan yang kurang diperhatikan, kawasan terminal penumpang juga terkesan kumuh dan tidak aman.
Bagaimana menciptakan program ruang terminal penumpang yang fungsional namun tidak konvensional sebagai penggiat aktivitas pelabuhan penumpang.
Bagaimana arsitektur dekonstruksi mendobrak “kemapanan” pakem bangunan terminal
penumpang
dan
ruang
publik
sehingga
menciptakan rancangan yang atraktif tanpa melupakan konteks.
Bagaimana arsitektur dekonstruksi mengubah paradigma terminal penumpang dan ruang publik yang kumuh dan tidak aman.
1.3
Tujuan dan Sasaran Penulisan 1.3.1
Tujuan
1.3.1.1 Tujuan Umum
Mengumpulkan berbagai informasi serta menganalisis mengenai terminal penumpang dan mendata kebutuhannya.
7
Mengumpulkan berbagai informasi serta menganalisi mengenai arsitektur dekonstruksi.
Merumuskan sebuah konsep dari hasil analisis untuk menjadi solusi desain yang mampu memecahkan permasalahan yang ada.
1.3.1.2 Tujuan Khusus
Dapat menciptakan program ruang yang dapat mewadahi segala aktivitas terminal penumpang pelabuhan sehingga menjadi pilihan pelabuhan
penumpang
bagi
jalur
kapal
nasional
maupun
internasional.
Merumuskan ide desain terminal penumpang kapal laut yang atraktif dengan konsep “anti-kemapanan” dekonstruksi.
1.3.2 Sasaran Sasaran dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah dapat memecahkan berbagai permasalahan terminal penumpang yang ada untuk kemudian dirumuskan dalam bentuk konsep dasar perancangan arsitektur. Konsep ini kemudian menjadi patokan untuk merealisasikannya dalam bentuk desain arsitektural. Selain memenuhi aspek fungsi, aspek estetika bangunan yang menjadi unggulan dalam memberi pengalaman meruang yang berbeda bagi pengguna bangunan merupakan aspek sasaran penulis.
1.4
Metode Penelitian 1.4.1
Studi Literatur dan Pengumpulan Data Studi literatur dilakukan melalui studi pustaka yaitu literature online
maupun offline. Lingkup studi literature terkait terminal penumpang modern dengan segala aspek, standar perancangan hingga fungsi-fungsi yang difasilitasi di dalamnya. 1.4.2
Analisis
8
Melakukan analisis secara kualitatif maupun kuantitatif dari datadata yang terkumpul dengan studi literature mengenai macam terminal penumpang sebagai acuan dan standar perancangan. 1.4.3
Sintesis Proses perwujudan hasil analisis data menjadi sebuah rumusan
konsep perancangan sebagai sebuah solusi dari permasalahan dan dengan pendekatan tertentu.
1.5
Sistematika Penulisan 1.5.1
Bab I Pendahuluan Berisi paparan latar belakang, permasalahan, tujuan, sasaran,
arah dan lingkup pembahasan, metodologi penulisan yang digunakan, sistematika pembahasan dan keaslian penulisan. 1.5.2
Bab II Kajian Teori Merupakan pembahasan tinjauan pustaka terkait dasar-dasar
perancangan pelabuhan serta studi kasus mengenai terminal penumpang yang ada di berbagai negara yang cocok dengan tema yang dibahas. 1.5.3
Bab III Tinjauan Khusus Berisi pembahasan tentang definisi dekonstruksi dan metoda
perancangan dekonstruksi yang dibentuk dari berbagai pandangan para ahli serta studi komparasi preseden. 1.5.4
Bab IV Tinjauan Lokasi Berisi tentang analisis kawasan pelabuhan Tanjung Mas, area
yang digunakan, lokasi dan masalah terkait. 1.5.5
Bab V Pendekatan Konsep Perancangan Berisi
tentang
penjelaskan
proses
pendekatan
konsep
perencanaan dan perancangan arsitektur terminal penumpang kapal laut dengan berdasarkan studi pustaka/literatur, studi kasus dan tinjauan lokasi. 1.5.6
Bab VI Konsep Perancangan Membahas rumusan konsep perencanaan dan perancangan
terminal penumpang kapal laut di Semarang.
9
1.6
Kerangka Penelitian
10
1.7
Keaslian Penulisan Pengambilan tema desain terminal penumpang pada suatu kota
maupun daerah tertentu sebagai sesuatu yang diangkat dalam tugas akhir mahasiswa bukan yang pertama kalinya di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada. Beberapa karya tugas akhir yang telah ada sebelumnya, digunakan sebagai pembanding mengenai kesamaan dan perbedaan yang diangkat dalam penulisan. Konsep penekanan yang berbeda dengan karya tugas akhir yang sudah ada sebelumnya, yaitu mengenai pendekatan arsitektur dekonstruksi, menjadi dasar keaslian penulisan dalam karya tugas akhir ini. Adapun beberapa karya tugas akhir yang dijadikan sebagai pembanding oleh penulis adalah :
Tabel 1.2 Perbandingan Keaslian Penulisan NO
JUDUL
PENDEKATAN
PENULIS
TAHUN
Reza Arlianda
2013
KONSEP
Pelabuhan Destinasi 1
Kapal Pesiar Lepas Pantai Di Taman
Arsitektur Atmosfer
09/280520/TK/34735
Nasional Wakatobi Terminal Penumpang Efektivitas Sirkulasi
Doan H P
Pelabuhan Tanjung
dan Ruang Komersial
Pangaribuan
Emas Semarang
dengan Metoda
04/182660/TK/30292
Kapal Laut 2
2008
Superimposisi
Sumber : Analisa Penulis
11