BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat dunia menjadi transparan, seolah-olah menjadi satu tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini menciptakan struktur baru, yaitu struktur global yang pada gilirannya akan memperbaiki struktur kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, serta akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan tindakan masyarakat, dimana situasi tersebut membawa perbaikan yang sangat cepat. TIK yang berkembang sangat pesat meningkatkan kemampuan manusia dalam menerima, mengolah, menyimpan, dan mengirim informasi sehingga mampu memberdayakan manusia dalam pengembangan kapasitasnya untuk berkomunikasi langsung dengan cara yang benar
dalam rangka memfasilitasi
proses pembangunan secara efisien dan efektif [1]. Perkembangan TIK yang ditandai dengan munculnya beragam produk TIK seperti televisi, komputer, telepon genggam, dan teknologi internet menciptakan sebuah tatanan baru yang dikenal sebagai era informasi atau masyarakat informasi yaitu sebuah masyarakat yang menjadikan informasi sebagai suatu unsur yang paling penting dalam kehidupan (Rogers, E.M, dalam Pandapotan, [2]). Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(PBB)
bersama
dengan
International
Telecommunication Union (ITU) memprakarsai sebuah forum World Summit on the Information Society (WSIS) di Jenewa Swiss yang menekankan bahwa betapa pentingnya peranan TIK sebagai pilar utama menuju masyarakat informasi. Di sisi lain juga disepakati bahwa telah terjadi kesenjangan digital di antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Untuk mengatasinya para pemimpin negaranegara di dunia sepakat untuk membuat target bahwa pada tahun 2015 seluruh desa di setiap negara sudah terhubung dengan TIK [2].
1
Sebagai salah satu negara yang menyepakati Deklarasi WSIS tersebut, Indonesia turut menyepakati upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, di pedesaan, dan di pinggir kota untuk mengakses informasi dan menggunakan TIK. Bukan hanya untuk memperkecil kesenjangan digital tapi juga upaya mengangkat kehidupan masyarakat demi mewujudkan masyarakat informasi dan sejahtera [3]. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menerbitkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor: 32/PER/M.KOMINFO/10/2008
tentang
Kewajiban
Pelayanan
Universal
Telekomunikasi dan nomor: 48/PER/M.KOMINFO/11/2009 tentang Penyediaan Jasa Akses Internet Kecamatan pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet Kecamatan, antara lain: fasilitas yang telah dan akan terus dibangun menuju terwujudnya akses dan layanan telepon di 31.824 desa pada tahun 2009, internet di 4.218 kecamatan pada tahun 2010, dan akses internet di 31.824 desa pada tahun 2013 [4]. Kementerian
Kominfo
dalam
pemenuhan
Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO)
Kewajiban
Pelayanan
di sektor telekomunikasi
tersebut, menjalankan berbagai program seperti: Desa Berdering, Desa Pinter, Desa Informasi, Community Access Point (CAP), dan versi mobile-nya (M-CAP), Warung Masyarakat Informasi (Warmasif), Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan versi mobile-nya (M-PLIK), dan lainnya. PLIK merupakan salah satu program Universal Service Obligation (USO) yang berprinsip minim subsidi (the lowest subsidy) sehingga penyediaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat mengeluarkan biaya layanan
(affordability)
dengan
mengutamakan
keberlanjutan
program
(sustainability) untuk mendorong adanya multiplier effect. PLIK bertujuan untuk menyediakan layanan akses internet di wilayah kecamatan dalam rangka menuju masyarakat cerdas dan informatif. Kehadiran PLIK di pedesaan diharapkan dapat mempercepat terwujudnya akses informasi di daerah urban sehingga memperkecil kesenjangan digital dan mampu meningkatkan sosioekonomi masyarakat perdesaan.
2
Saat ini, dari 113 PLIK yang telah dioperasikan di Provinsi D.I. Yogyakarta, Kabupaten Bantul menerima 26 PLIK yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Bantul. Keberadaan fasilitas PLIK di Kabupaten Bantul sebagaimana juga di daerah lain diharapkan dapat memberi bantuan kepada masyarakat dalam mengakses informasi dan menggunakan sarana TIK serta secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan sosioekonomi daerah melalui pengembangan kapasitas masyarakatnya terutama perdesaan [3]. Kegiatan utama dan penting dari PLIK adalah adanya keberlanjutan program sehingga multiplier effect dari PLIK benar-benar tercapai. Namun pada pelaksanaannya di lapangan PLIK terasa kurang termanfaatkan. Berbagai kendala dan permasalahan timbul dalam implementasinya seperti yang terjadi di beberapa daerah. Di Kota Pontianak dari 9 (Sembilan) PLIK yang ada terdapat 4 (empat) PLIK yang tidak aktif [2], begitu juga di Kota Banda Aceh hanya terdapat 3 (tiga) PLIK yang aktif dari 11 (sebelas)
PLIK yang ada [5]. Hal yang sama juga
ditemukan di Provinsi Nusa Tenggara barat (NTB) dari 125 titik PLIK yang tersebar di 116 kecamatan, 28% diantaranya aktif, 28% kurang aktif dan 44% tidak aktif [6]. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata PLIK yang didistribusikan ke beberapa kecamatan yang ada di kota/kabupaten lebih banyak yang tidak aktif dibandingkan yang aktif. Berdasarkan data di atas maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi atau analisis tentang penerimaan pengguna (masyarakat)
terhadap PLIK di
Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul sebagai salah satu daerah tingkat 2 (dua) di Provinsi D.I Yogyakarta adalah daerah dengan jumlah penduduk terbesar kedua setelah Kabupaten Sleman dengan jumlah penduduk sebanyak 921.263 atau 25,31% dari total penduduk D.I. Yogyakarta. Jumlah penduduk miskin sebanyak 16,97% dari total penduduk miskin D.I.Yogyakarta atau terbesar ketiga setelah Kabupaten Gunung Kidul dan Kulonprogo dan sebanyak 16,79% penduduknya tinggal di pedesaan [7]. Selain itu di Kabupaten Bantul banyak terdapat indutri kecil yaitu sebanyak 18.158 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 81.803 orang [8]. Sejalan dengan tujuan penyediaan PLIK oleh Kementerian Kominfo yang ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan kurang mampu 3
serta dalam upaya untuk meningkatkan sosioekonomi masyarakat maka penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul untuk mengevaluasi sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap PLIK. Analisis tingkat penerimaan pengguna terhadap PLIK di Kabupaten Bantul dilakcukup penting untuk dilakukan karena apabila PLIK tidak diterima oleh masyarakat maka proses keberlanjutan program PLIK tersebut akan menjadi sia-sia dan hanya menambah beban biaya bagi pemerintah dan pihak pengelola PLIK. Selain itu, hal ini juga sebagai upaya evaluasi dan perbaikan diri dalam rangka menghasilkan keluaran berupa saran-saran perbaikan yang dapat digunakan di masa depan sehingga keberadaan PLIK dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran program PLIK tersebut. Untuk menganalisis tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLIK, dapat dianalisis dengan menggunakan teori-teori sistem informasi. Menurut Jogiyanto [9] salah satu model yang popular untuk digunakan pada kepentingan tersebut adalah Technology Acceptance Model (TAM). Hal ini karena model TAM tersebut berlandaskan pada penerimaaan pengguna dalam melakukan adopsi teknologi dengan alasan bahwa penerimaan pengguna merupakan faktor penting yang menentukan sukses atau gagalnya sebuah SI (menurut Attawel & Rule, Davis & Igbaria dalam Al Gahtani, [10]). TAM merupakan suatu model yang secara luas menunjukkan penentu-penentu umum dari penerimaan TI individual dan karenanya dapat digunakan dan telah diterapkan untuk menjelaskan dan memprediksi secara luas perilaku-perilaku pengguna terhadap teknologi komputasi [11]. TAM yang dikemukakan oleh Davis [11] telah mengalami berbagai pengembangan sesuai dengan tingkat permasalahan yang berkembang. Model ini juga telah digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna internet (teknologi berbasis web) sebagaimana yang dilakukan oleh Fenech [12], Hwang & Yi [13] dan
Kripanont [14]. Dengan memperhatikan
berbagai hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan TAM untuk menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pemanfaatan masyarakat lokal terhadap layanan internet yang diberikan oleh PLIK, dengan menambahkan
4
beberapa variabel yang mengacu pada penelitian Fenech [12] dan Hwang & Yi [13], Delon dan McLean [15], serta tetap mempertahankan kesederhanaan model TAM sesuai dengan yang dikembangkan oleh Al-Gahtani [10]. Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap PLIK di kabupaten Bantul. Melalui variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimana penerimaan masyarakat sesungguhnya terhadap PLIK, serta dapat diketahui juga bagaimana sifat hubungan antar variabel pengukur yang ada. Dengan demikian dapat disusun program – program strategis dalam pengelolaan PLIK, sehingga keberadaan PLIK diterima oleh masyarakat dan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 1.2 Perumusan Masalah Keberadaan PLIK yang diterima oleh masyarakat dapat memperluas akses informasi dan komunikasi khususnya bagi masyarakat di pedesaan. Masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi pertanian, perdagangan, dan berbagai informasi lain yang dibutuhkan. Bagi anak-anak dan remaja PLIK bermanfaat sebagai media dalam mencari ilmu pengetahuan, serta membiasakan diri dalam menggunakan komputer dan internet untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun pada pelaksanaanya di lapangan PLIK terasa kurang termanfaatkan. Berbagai kendala dan permasalahan timbul dalam implementasinya seperti yang terjadi di beberapa daerah, sehingga keberadaan dan keberlangsungan program PLIK tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pengetahuan tentang persepsi penerimaan masyarakat terhadap PLIK merupakan salah satu faktor penting terhadap keberlangsungan program PLIK. Karena apabila masyarakat mempunyai persepsi kurang baik atau tidak dapat menerima program PLIK maka keberadaan PLIK tersebut menjadi sia-sia dan hanya menambah beban biaya bagi pemerintah dan pihak pengelola. Dengan demikian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Belum diketahuinya tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLIK.
5
2. Belum diketahui ada tidaknya pengaruh variabel-variabel yang terdapat dalam model TAM beserta variabel tambahannya yaitu Computer Self-Efficacy, Service Quality, dan User Satisfaction terhadap tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLIK. 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya tentang penerimaan pengguna terhadap internet telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hadi [16] mengevaluasi penerimaan Teknologi Forum Internet Berbasis Web Pemerintah
Kabupaten Ngawi. Penelitian ini
menggunakan beberapa variabel yang ada pada model TAM Davis [11] yaitu variabel Perceived Ease Of Use, Perceived Usefullnes dan variabel Behavioral Intention of Use serta menambahkan variabel Computer Self-Efficacy yang mengacu pada Fenech [12] dan Hwang & Yi [13]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Computer Self-Efficacy berpengaruh terhadap Perceived Ease Of Use tetapi tidak berpengaruh terhadap Behavioral Intention of Use. Kurniawan, R.S [17] menganalisis penerimaan penggunaan Mobile Community Access Point (M-CAP) guna meningkatkan pemahaman TI masyarakat Kabupaten Probolinggo. Kurniawan, R.S [17] menggunakan model penerimaan teknologi TAM modifikasi Gardner dan Amoroso [18]. Hasil analisis hipotesis menggunakan PLS menunjukkan persepsi kemudahan dalam menggunakan layanan M-CAP berpengaruh besar terhadap persepsi kegunaan/manfaat dari layanan M-CAP dan menjadi pemicu dalam mempengaruhi perasaan pengguna setelah menggunakan layanan tersebut. Persepsi kegunaan M-CAP dapat mempengaruhi perasaan pengguna dalam menggunakan layanan M-CAP. Perasaan positif yang timbul setelah menggunakan layanan M-CAP dapat mempengaruhi niatan untuk menggunakan kembali layanan tersebut dimasa mendatang. Pengguna yang belum perpengalaman dalam bidang TI mengganggap layanan M-CAP lebih berguna dibandingkan dengan pengguna yang sudah memahami TI. Persepsi kerumitan layanan M-CAP mempengaruhi persepsi terhadap kegunaannya, dan frekwensi penggunaan layanan. Kesukarelaan dalam menggunakan M-CAP mempengaruhi keinginan untuk menggunakan layanan M-CAP di masa mendatang.
6
Beberapa penelitian lainnya menambahkan variabel kepuasan dalam analisis penerimaan pengguna terhadap penerimaan teknologi. Colesca dan Liliana [19] mengembangkan model penerimaan e-government dengan menambahkan variabel kepuasaan yang dipengaruhi oleh persepsi kualitas layanan e-government di Rumania. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kualitas mempengaruhi kepuasaan pengguna yang berakibat pada penerimaan pengguna terhadap egovernment. Susanto [20] melakukan pengujian Technology Acceptance Model (TAM) pada Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Pada penelitian ini Susanto [20] menggunakan variabel Perceived Ease Of Use, Perceived usefulness serta kualitas layanan dan kepusaan pengguna untuk mengukur penerimaan pengguna terhadap PLIK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of Use) dan kepuasan pengguna merupakan faktor yang yang sangat signifikan mempengaruhi penerimaan dan penggunaan PLIK oleh masyarakat. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa kepuasan pengguna dipengaruhi oleh kualitas layanan yang diberikan PLIK sebagai sebuah entitas yang memberikan jasa/layanan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan sebagian dari variabel TAM dan penambahan variabel Computer Self-Efficacy dan variabel kualitas layanan dan kepuasaan pengguna secara terpisah. Pada penelitian ini pengembangan model TAM dilakukan dengan menggunakan seluruh variabel TAM sesuai dengan yang dikembangkan oleh Al-Gahtani [10], serta menambahkan variabel Computer Self-Efficacy dan variabel kualitas layanan dan kepuasaan pengguna secara bersamaan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLIK, baik sebagai suatu teknologi maupun sebagai suatu entitas yang memberikan layanan. 2. Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap PLIK berdasarkan model TAM beserta variabel tambahannya.
7
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLIK, dengan harapan
dapat memberikan
manfaat sebagai berikut: 1. Mengkonfirmasi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap PLIK, baik PLIK sebagai sebuah teknologi maupun sebagai entitas yang memberikan jasa layanan. 2. Memberikan umpan balik kepada pihak manajemen (pengelola) PLIK baik yang di tingkat Kecamatan maupun pengelola PLIK pada tingkatan yang lebih tinggi dalam rangka perbaikan dan pengembangan PLIK sehingga keberadaan PLIK dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. 3. Memberikan masukan dan saran kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika khususnya kepada Balai Penyelia dan Pengelolaan Pembiayaan Telekomunikasi
dan
Informatika
(BP3TI)
sebagai
penanggungjawab
pengelolaan PLIK di tingkat pusat. 4. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang akan meneliti tentang perilaku manusia terhadap penerimaan suatu teknologi/sistem informasi yang baru.
8