1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
mempelajari materi dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Kimia banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa yang berkaitan dengan proses kimia banyak ditemukan di lingkungan. Mengingat hal ini, siswa perlu dibekali penguatan kemampuan kimia. Belajar bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang mendalam atau sesuatu ilmu yang dapat diterapkan walaupun dalam sesuatu yang sederhana dalam kehidupan sehari- hari di lingkungannya. Berdasarkan konsep dasar silabus yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi reaksi redoks merupakan materi kimia yang diberikan kepada siswa kelas X semester genap dan dilanjutkan di kelas XII semester ganjil. Kompotensi dasar dari pokok bahasan reaksi redoks adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Reaksi redoks salah satu materi pelajaran yang dapat diperdalam siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam pokok bahasannya dipelajari materi aplikasi redoks dalam memecahkan masalah lingkungan, dimana sebelumnya siswa sudah dibekali mengenai konsep redoks, pereduksi dan pengoksidasinya. Kejadian yang berkaitan dengan reaksi redoks dalam lingkungan tersebut antara lain reaksi fotosintesis, respirasi, korosi, dan berbagai reaksi pembakaran. Banyak alat atau barang-barang yang digunakan dalam kehidupan sehari– hari terbuat dari bahan logam. Logam jika berikatan dengan oksigen dan air akan terjadi korosi. Korosi merupakan suatu peristiwa yang mungkin sangat sederhana tetapi begitu sangat merugikan (Purba, 2007). Jika siswa dapat mengatasi masalah korosi bisa dikatakan siswa tersebut memecahkan masalah kecil tetapi sudah
2
mampu melakukan hal besar. Hal ini menjadi alasan untuk mengambil pokok bahasan korosi dalam penelitian. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada materi aplikasi redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan, materi ini diajarkan dengan ditekankan pada pemahaman konsep. Sehingga menyebabkan siswa menganggap kimia rumit. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional jarang menggunakan media dan sesekali mengadakan praktikum. Kurangnya penanaman karakter yang diberikan dalam proses belajar juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa jadi lebih pasif, rasa keingintahuannya sangat kurang, lebih bersifat menerima saja, dan tidak berinovatif dalam menemukan suatu pemecahan masalah dalam pembelajaran yang menyebabkan anak kurang berpikir kreatif. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa “ Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab”. Sebagai pendidik tidak hanya bertugas untuk mencerdaskan saja tetapi juga harus mengembangkan karakter-karakter peserta didik seperti yang telah dikemukakan pada pasal tersebut. Salah satu karater yang penting untuk ditumbuh kembangkan adalah kreativitas. Kreativitas dalam kehidupan anak memiliki posisi strategis. Hal ini perlu dikemukakan berbagai upaya yang dapat memelihara dan mendukung pengembangan kreativitas anak dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dituntut bertanggung jawab untuk menjadi fasilitator dan pembimbing dalam mengajar dan mengatur kelas. Guru diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai media, serta menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi anak didik lebih sebagai subyek, daripada obyek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang tepat, sehingga semuanya mampu mendukung pengembangan kreativitas anak (Munandar, 2009).
3
Dalam usaha meningkatkan kreativitas dan hasil belajar, peneliti mengembangkan model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining. Model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining adalah model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Pada model example non example, setelah guru menyampaikan sedikit materi secara garis besar melalui gambar, guru menugaskan siswa membacakan hasil diskusinya, dan dari hasil tersebut, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, sedangkan pada model student facillitator and explaining, setelah guru menyampaikan materi secara garis besar, siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lain, kemudian guru menyimpulkan ide siswa tersebut dan memulai menerangkan materi yang disajikan. Kelebihan dari model pembelajaran example non example, siswa lebih kritis dalam menganalisis, menegetahui aplikasi dari materi, dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk model pembelajaran student facillitator and explaining, siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut (Istarani, 2012). Menurut hasil penelitian Z. Fivia tentang Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaining (SFAE) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 38,8% dari hasil belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian yang sama terhadap model pembelajaran kooperatif dilakukan oleh Purba (2011), dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Fasilitator Dan Menjelaskan ( SFAE) dalam Meningkatkan Kemampuan Menanggapi Tajuk Rencana Oleh Siswa Kelas X SMA Swasta Josua Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan menanggapi tajuk rencana mengalami peningkatan sebesar 0,14%, dimana hasil eksperimen I yang menggunakan
4
student facilitator and explaining sebesar 11,34 % sedangkan eksperimen II yang menggunakan ekspositori sebesar 11,2 % . Ada beberapa penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran exemple non exemple, Ahmad dan Nur K (2013) telah melakukan penelitian tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Metode Example Non Example Pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Elektronika. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil pemahaman siswa sebesar 5 % dibandingkan dengan mengguanakan motode pembelajaran ceramah. Sementara penelitian lain yaitu Sitanggang E. (2010) melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas Metode Pembelajaran Example Non Example Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tarutung Tahun Pembelajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukkan keefektifitasannya sebesar 7,329% dimana dengan mengggunakan model pembelajaran demonstrasi dalam menulis paragraf deskripsi rata-rata nilainya 71,625 sedangkan yang mengguanakan model exemple non example, rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 76,875. Penggunaan model pembelajaran exemple non exemple pada penelitian ini dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga siswa terdorong dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan kegiatan pembelajarannya sangat menyenangkan karena guru dan siswa berperan aktif. Guru yang efektif dalam menggunakan media dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar mengajar dan siswa akan lebih cepat dan mudah mengerti terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru (Sabri, 2010). Ada banyak media yang dapat digunakan guru salah satunya media makromedia flash. Penelitian terdahulu yang menggunakan makromedia flash, Tobing (2012) tentang Pengaruh Makromedia Flash Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid, dimana peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan makromedia flash lebih tinggi dengan gain 76,5 % dari kelas tanpa media sebesar 53,2%. Demikian juga penelitian Marlena
5
(2012) tentang Pengaruh Penggunaan Makromedia Flash Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Sistem Koloid diperoleh peningkatan atau persen gain hasil belajar kimia menggunakan makromedia flash sebesar 70,87% sedangkan yang tanpa menggunakan makromedia flash sebesar 63,5 %. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kreativitas Dan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Example Non Example Dibandingkan Model Pembelajaran Student
Facilitator
And
Explaining
Yang
Diintegrasikan
Dengan
Makromedia Flash Pada Aplikasi Redoks”. 1.2
Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan makromedia flash yang diintegrasikan dengan model pembelajaran example non example dibandingkan dengan penggunaan makromedia flash yang diintegrasikan dengan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam mengembangkan kreativitas dan meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi pokok aplikasi redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan. 1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah. 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator
and explaining
dibandingkan
yang diintegrasikan
model
pembelajaran example non example? 2 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran
6
student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model pembelajaran example non example? 3 Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining? 4 Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran example non example? 1.4
Batasan Masalah Batasan masalah untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan terfokus,
yaitu. 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining. 2. Hasil penelitian yang diukur adalah kreativitas dan hasil belajar siswa 3. Materi pelajaran pada penelitian ini dibatasi pada pengaplikasian redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan. 4. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan. 1.5
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model pembelajaran example non example. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar kimia siswa yang diajar
menggunakan makromedia flash diintegrasikan
7
model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model pembelajaran example non example . 3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran example non example. 1.6
Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan awal mengenai materi korosi sehingga pada pembelajaran selanjutnya pada kelas III lebih mudah dan dapat lebih mendalami materi tersebut. 2. Bahan informasi untuk memperbaiki model pembelajaran di sekolah sehingga dapat memicu peningkatan kualitas pembelajaran. 3. Pengalaman belajar yang meningkatkan aktivitas belajar siswa serta menumbuhkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia. 4. Bahan masukan bagi calon guru tentang pelaksanaan model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining menggunakan makromedia flash dalam proses pembelajaran di kelas. 1.7
Defenisi Operasional
1. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dan pelatihan. Hasil belajar meliputi perubahan tingkah laku, yang menyangkut pengetahuan keterampilan, sikap, bahkan segenap aspek
8
pribadi. Hasil belajar siswa digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan (Sabri, 2010) . 2. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru anatar unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2009). 3. Model pembelajaran example non example adalah merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menuntut partisipasi dan aktivitas aktif untuk mencari materi (informasi) pembelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi pembelajaran (Arend dalam Sriwidaningsih, 2012). 4. Model pembelajaran student facilitator and explaining adalah model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya (Istarani, 2012). 5. Makromedia flash adalah program pembuatan animasi bergerak dari sekumpulan objek (gambar) disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi (Hidayatullah, dkk.).