BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada lokasi studi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan prasarana air limbah domestik permukiman di Kota Kupang belum optimal oleh karena disebabkan beberapa faktor, antara lain : a. Aspek Teknis
Sampai dengan tahun 2008 akses masyarakat terhadap fasilitas pengolahan limbah black water (tinja) belum memadai yakni hanya sebesar 30,26%, sedangkan untuk grey water hanya sebesar 1,5% dari seluruh rumah tangga yang ada.
Khusus untuk air limbah black water, dari 30,26% fasilitas pengolahan berupa tangki septik yang ada, hanya sebesar ± 5% saja yang memenuhi ketentuan secara teknis. Mayoritas warga masih memiliki persepsi yang keliru tentang bangunan tangki septik. Spesifikasi bangunan yang ada kebanyakan hanya terdiri dari 1 (satu) kompartemen dan tidak memiliki konstruksi yang baik. Dimensi tangki septik warga kebanyakan berukuran P = 2m ; L = 1m ; h = 1,52m. Waktu pengurasan tangki septik milik warga rata-rata > 10 tahun, bahkan ada yang > 20 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa air limbah yang berada dalam tangki kemungkinan besar meresap masuk ke dalam tanah sehingga menyebabkan kondisi tersebut.
Untuk pengelolaan air limbah grey water, kebanyakan warga langsung membuangnya ke halaman dengan membuat kolam penampung untuk selanjutnya diresapkan ke dalam tanah tanpa dilakukan pengolahan terdahulu.
Laju pertumbuhan rata-rata penduduk Kota Kupang cukup tinggi yakni sebesar 4,41% per tahun. Dengan asumsi pemakaian air bersih 130 liter/org/hari dan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 294.466
301
orang, maka timbulan air limbah pada tahun tersebut sebesar 9.780.677,98 m3/tahun. Dengan ketersediaan akses pengolahan grey water sebesar 1,5%, maka jumlah timbulan yang bisa ditangani hanya sebesar 146.710,17 m3/tahun saja. Sedangkan untuk lumpur tinja, dari timbulan pada tahun 2008 sebesar 108.554,78 m3/tahun dan ketersediaan akses yang layak 5%, maka timbulan yang tertangani hanya sebesar 5.427,74 m3/tahun ; dengan waktu pengurasan tangki septik rata-rata lebih besar dari 10 tahun, wajar saja jika saat ini banyak sumber air berada`dalam kondisi tercemar.
Warga yang belum memiliki prasarana dasar sanitasi jamban, kebanyakan memanfaatkan jamban milik tetangga (jamban bersama) jumlahnya masih cukup besar (26,12%).
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) tersedia namun sampai saat ini tidak beroperasi karena beberapa hal. Aktifitas penyedotan tinja dilaksanakan oleh 3 (tiga) armada truck tangki tinja milik Dinas Kebersihan Kota Kupang. Lumpur tinja yang disedot dari tangki warga langsung dibuang ke TPA Alak atau dijual kepada petani untuk digunakan sebagai pupuk.
b. Aspek Kelembagaan
Pengelolaan air limbah domestik di Kota Kupang sampai dengan saat ini dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, namun di dalam struktur organisasi dinas tersebut (berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007) secara spesifik tidak ada perangkat organisasi Bidang atau Seksi yang mengelola limbah.
Pembentukan UPTD IPLT masih dalam proses penetapan Perda tersebut di tingkat legislatif. Pembentukan UPTD IPLT dilakukan sehubungan dengan rencana pemerintah pusat untuk mengoperasikan kembali IPLT Alak pada tahun 2012 nanti.
302
c. Aspek Peran Serta Masyarakat. Akses masyarakat terhadap informasi, persepsi terhadap air limbah, maupun kesediaan untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan prasarana air limbah domestik sebenarnya sudah cukup baik namun mereka masih saja membuang air limbah mereka tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu. Hal ini mungkin saja terjadi karena beberapa hal, antara lain :
Persoalan pengelolaan air limbah belum menjadi prioritas dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan, hal ini dimungkinkan karena tingkat pendapatan masyarakat masih rendah.
Pengetahuan mereka tentang teknologi pengolahan air limbah domestik rendah.
Masih banyak yang belum mengetahui adanya peraturan dan larangan tentang pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air limbah domestik.
2. Evaluasi terhadap peran pemerintah Kota Kupang dalam pengelolaan air limbah domestik permukiman hingga saat ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : •
Sektor air limbah belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah dalam bidang sanitasi dibandingkan dengan sektor air bersih dan persampahan. Dalam dokumen RPJPD Kota Kupang 2007-2025 maupun RPJMD Kota Kupang 2007-2012, sektor ini secara konkrit tidak terakomodir dalam dokumen perencanaan tersebut.
•
Belum tersedia Strategi pengelolaan dan Master Plan air limbah domestik Kota Kupang.
•
Belum ada Peraturan Daerah Kota Kupang yang mengatur pengelolaan air limbah domestik.
•
Intervensi program/kegiatan pembangunan terkait pengelolaan air limbah domestik sangat minim dan tidak rutin.
•
Alokasi anggaran rendah.
303
•
Kualitas SDM aparatur rendah.
•
Dukungan dari pihak legislatif kecil.
3. Hasil penelitian ini menghasilkan suatu konsep strategi pengelolaan prasarana air limbah domestik permukiman yang dilakukan dengan metode analisis SWOT dan CARL, sebagai berikut : Prioritas Strategi I : •
Memasukkan sektor air limbah menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah yang dituangkan secara nyata dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah baik jangka panjang maupun jangka menengah, dengan mempedomani pencapaian yang dituju oleh sejumlah agenda global maupun nasional.
•
Menyusun strategi pengelolaan dan Master Plan air limbah domestik dengan mengacu pada KSNP Air Limbah dengan memberikan ruang yang selebar-lebarnya bagi pelibatan masyarakat untuk ikut mengambil peran di dalamnya.
•
Melakukan pengelolaan prasarana air limbah melalui intervensi sejumlah program/kegiatan rutin tahunan serta meningkatkan alokasi anggaran dengan meminta dukungan pemerintah pusat, dan atau menjalin kerjasama dengan pihak asing, dan atau melibatkan pihak swasta/masyarakat dalam pembiayaannya.
Prioritas Strategi II : •
Bersama-sama dengan legislatif membuat peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik permukiman, mengacu pada agenda global/nasional maupun kebijakan dan strategi nasional pengelolaan air limbah domestik yang memberikan ruang bagi keikutsertaan pihak swasta maupun masyarakat (community based development).
•
Menerapkan Good Governance dalam pengelolaan air limbah domestik permukiman melalui peningkatan kualitas serta kuantitas SDM aparatur pengelola air limbah, penataan sistem informasi dan data base, meningkatkan
koordinasi
antar
stakeholder
melalui
berbagai
program/kegiatan terkait yang didanai oleh pemerintah daerah maupun
304
sumber-sumber pembiayaan lainnya ; bisa juga dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pemerintah/lembaga donor asing. Prioritas Strategi III : •
Merestrukturisasi Dinas Kebersihan Kota Kupang dengan memasukkan perangkat struktur yang spesifik mengurus pengelolaan air limbah.
6.2. SARAN. Dari kesimpulan di atas, beberapa saran yang diusulkan penulis sebagai masukan dalam pengelolaan prasarana air limbah domestik permukiman antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Kota Kupang. a. Sesegera mungkin meningkatkan akses masyarakat terhadap prasarana pengolahan air limbah domestik dengan mengacu pada target pencapaian agenda global maupun nasional yang dilakukan dengan :
Secara rutin dan intensif melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan air limbah domestik dengan penggunaan tangki septik dengan konstruksi yang baik dan benar secara teknis.
Menyediakan prasarana dan sarana air limbah berupa tangki septik individu, tangki septik komunal, dan IPAL komunal anaerobik baffle reactor yang dibangun secara bertahap terhitung tahun 2010 sampai dengan 2025, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
Mengembangkan sistem pengelolaan prasarana air limbah domestik permukiman berbasis masyarakat (comunnity based development).
Memberikan fasilitasi kepada masyarakat miskin dalam rangka pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik
b. Meningkatkan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah domestik dengan mobilisasi dana dari berbagai sumber pendanaan. Dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah asing, lembaga donor maupun pihak swasta.
305
c. Memasukkan sektor air limbah sebagai salah satu prioritas pembangunan daerah dalam setiap dokumen perencanaan pembangunan, menyusun Strategi pengelolaan prasana air limbah domestik, menyusun Master Plan air limbah domestik, serta membuat Perda tentang pengelolaan air limbah domestik permukiman. d. Meningkatkan koordinasi rutin antar stakeholder dalam pengelolaan air limbah domestik. e. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah domestik dengan melakukan penyesuaian struktur dan kewenangan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang. f. Melakukan pengawasan yang sangat ketat terhadap setiap kegiatan pembangunan rumah warga agar dilengkapi dengan tangki septik yang benar-benar memenuhi ketentuan teknis melalui dinas terkait. g. Dengan melakukan pengelolaan ini akan mengoptimalkan pendapatan daerah melalui retibusi penyedotan tinja yang selama ini tidak berjalan optimal karena waktu pengurasan yang sangat lama. h. Kecenderungan yang terjadi ini banyak warga memanfaatkan air kemasan isi ulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian yang ketat dan rutin terhadap depo-depo air minum isi ulang yang ada di Kota Kupang. 2. Bagi Dinas Kebersihan dan UPTD IPLT. a. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan pengelolaan prasarana air limbah domestik permukiman. b. Meningkatkan kompetensi SDM aparatur pengelola air limbah dengan berbagai pendidikan dan pelatihan teknis. c. Secara rutin mengalokasikan dana operasional tahunan bagi UPTD IPLT agar dapat berjalan dengan baik. 3. Bagi UPTD IPLT. a. Selalu mempedomani SOP (Standar Operasi dan Prosedur) di dalam melakukan operasional dan pemeliharaan IPLT.
306
b. Dalam rekruitmen dan penempatan tenaga operasional di lapangan harus sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan, dan selalu dibekali kursus/pelatihan teknis . c. Secara rutin melakukan pengendalian dan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan sehingga meminimalisir kesalahan operasional. 4. Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan penelitian secara khusus terhadap potensi retribusi dari produk-produk yang secara langsung menghasilkan air limbah seperti detergen, sabun, shampoo, minyak goreng, dan lain sebagainya dalam rangka penerapan polluters pays principles.
307
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
308