189
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsep Perancangan Penentuan konsep perancangan interior didasarkan atas analisa dan pertimbangan beberapa faktor yang telah dibahas pada bab 2 yaitu tinjauan museum dan karakter seni budaya tenun ikat Indonesia Timur, serta pada bab 3 yaitu analisa bangunan, analisa manusia, dan analisa permasalahan khusus. Bagan di bawah ini menunjukkan mindmap dasar konsep perancangan.
Bagan 4.1 Dasar Konsep Perancangan
(Sumber: Penulis, 2014)
Dari mindmap di atas, penulis memilih istilah “Earthy Beautiful Journey” sebagai tema. Istilah tersebut memiliki arti “Perjalanan Yang Indah Bersahaja”.
190
Gambar 4.1 (Atas) Grafis Tema Gambar 4.2 (Bawah) Moodboard
(Sumber: Penulis, 2014)
Tenun ikat Indonesia Timur memiliki kesan indah yang unik dan cenderung berkesan edgy dan primitive (tidak feminin dan luwes motifnya seperti contohnya batik), dengan warna-warni kain yang merupakan warna alam.
191
Dari analisa arsitektur bangunan, analisa pengguna, dan khususnya karakteristik tenun ikat di atas, dipilih tema Earthy Beautiful Journey yang berarti Perjalanan (eksplorasi dalam museum) Indah Bersahaja; Dekat dengan Alam. Dengan tema tersebut, interior Rumah Tenun Ikat Indonesia Timur akan memiliki suasana yang berbeda, sehingga pengunjung merasakan seperti sedang melakukan sebuah perjalanan/eksplorasi dalam mengenal tenun ikat.
4.2 Style Style atau gaya yang digunakan adalah gaya kontemporer dengan sentuhan etnik. Gaya kontemporer menandai sebuah desain yang kekinian, variatif, fleksibel dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru. Desain ini dikenali lewat karakter desain yang praktis dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simpel dan warna-warna netral dengan tampilan yang clean. Penggunaan bentuk tersebut juga didasarkan pada pertimbangan benda koleksi yang memiliki banyak ragam hias. Bentuk interior yang terlalu rumit (organik) dapat mengalihkan perhatian pengunjung. Gaya kontemporer ini kemudian dikombinasikan dengan ragam hias tradisional dan material lokal sehingga juga menimbulkan kesan etnik.
Gambar 4.3 (Kiri) Interior Kontemporer Gambar 4.4 (Kanan) Penerapan Ragam Hias Ikat pada Corak Lantai
(Sumber: http://houzz.com)
192
4.3 Citra Ruang Citra ruang yang ingin disampaikan adalah warm-natural, dan eksotis yang sangat mewakilkan citra budaya masyarakat Indonesia yang hangat dan keindahan ragam seninya yang eksotis. Citra warm-natural disampaikan melalui penggunaan material alam dengan palet warna-warna hangat seperti oranye-cokelat dan motif lokal khas Indonesia Timur. Citra eksotis didapatkan melaui kain-kain ikat itu sendiri, dekorasi interior pendukung. Walaupun secara keseluruhan interior Rumah tenun Ikat Indonesia Timur memiliki suasana warm-natural, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, setiap ruang akan memiliki suasana khusus yang berbeda: •
Area umum seperti lobby dan ruang temporer akan memiliki suasana yang lebih netral dan natural.
•
Area pamer aplikasi lifestyle dan café & lounge akan memiliki suasana urban-natural untuk mewakili karakteristik masyarakat urban masa kini sehingga penggunaan kain ikat pada gaya hidup dapat lebih diterima oleh masyarakat.
•
Area pamer Nusa Tenggara akan memiliki suasana yang terinspirasi dari sabana Pulau Sumba, untuk mewakili suasana Nusa Tenggara secara keseluruhan.
•
Area pamer Sulawesi akan memiliki suasana yang terinspirasi dari dataran tinggi Toraja, untuk mewakili suasana Sulawesi secara keseluruhan.
•
Area pamer Maluku akan memiliki suasana yang terinpirasi dari pesisir Maluku, untuk mewakili suasana Maluku secara keseluruhan.
•
Area kantor, laboratorium, dan storage akan memiliki suasana yang lebih netral dan clean seperti suasana kantor pada umumnya.
4.4 Konsep Warna Warna dominan yang digunakan dalam perancangan yaitu warna-warna netral seperti hitam, cokelat, abu, dan putih serta warna alam yang umum dijumpai seperti biru, oranye, dan hijau. Warna-warna netral dipilih karena dapat mewakili gaya kontemporer. Selain itu juga karena atas dasar benda-benda koleksi yang beragam warna dan coraknya. Warna-warna netral khususnya warna hitam akan
193
lebih mudah bercampur dengan keragaman yang ada. Warna hitam juga memiliki kesan elegan, elemen apapun jika dikombinasikan dengan warna hitam akan terlihat menarik.
Gambar 4.5 Color Wheel
(Sumber: http://willkempartschool.com)
Gambar 4.6 Perbandingan Penggunaan Warna
(Sumber: Penulis)
4.5 Konsep Material Material dominan yang digunakan adalah material yang mewakili karakter kontemporer dan natural, serta mengarah pada green design. Material Green design cenderung hemat dalam penggunaan material, contohnya seperti yang diterapkan pada Gedung Dua8 yaitu meminimalisir penggunaan finishing dengan membiarkan dinding memiliki tekstur beton dan plaster ekspos. Selain itu dapat juga digunakan kayu reklamasi dan material non toxic.
194
Gambar 4.7 Konsep Material Keseluruhan
(Sumber: Penulis)
Gambar 4.8 Konsep Material Ruang Pamer Aplikasi Lifestyle
(Sumber: Penulis)
195
Gambar 4.9 Konsep Material Ruang Pamer Nusa Tenggara
(Sumber: Penulis)
Gambar 4.10 Konsep Material Ruang Pamer Sulawesi
(Sumber: Penulis)
196
Gambar 4.11 Konsep Material Ruang Pamer Maluku
(Sumber: Penulis)
4.6 Konsep Ragam Hias Ragam hias yang dikombinasikan dalam perancangan museum ini yaitu ragam hias tenun ikat Indonesia Timur itu sendiri. Ragam hias yang dipilih adalah ragam hias geometris seperti garis-garis meander, pilin, dan kait atau ragam hias yang distilasi bentuknya menjadi lebih sederhana. Bentuk-bentuk tersebut dapat diaplikasikan pada beberapa bagian elemen interior dan furnitur khususnya pada ruang selain ruang pamer agar benda koleksi tetap menjadi objek utama yang ditonjolkan.
Gambar 4.12 Contoh Motif Geometris Ikat
(Sumber: Kartiwa, 1989:68)
197
4.7 Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan yang digunakan yaitu bright seperti alam tropis Indonesia dan juga existing arsitektur gedung. Namun begitu akan memperhatikan kebutuhan koleksi, intensitas cahaya tidak lebih dari 50 lux khususnya pada ruang pamer koleksi kain. Secara garis besar jenis pencahayaan buatan yang diterapkan ada tiga yaitu: 1. Pencahayaan General Pencahayaan general pada ruang pamer menggunakan track lighting dari lampu halogen atau LED yang tidak mengandung atau hanya sedikit mengandung sinar ultraviolet dan inframerah, dengan luminasi yang rendah tidak lebih dari 50 lux.
Gambar 4.13 Track Lighting
(Sumber: http://reflexlighting.com.au)
Pencahayaan general pada ruang laboratorium/konservasi dan perkantoran menggunakan lampu fluorescent atau TL yang memiliki intensitas cahaya yang cukup tinggi (300-400 lux) dan cocok digunakan untuk ruang-ruang yang digunakan untuk aktivitas kerja. Pencahayaan general pada ruang-ruang lain seperti lobby dan café tidak akan seterang pencahayaan pada kantor dan tidak seredup pada ruang pamer. 2. Pencahayaan Langsung Pencahayaan langsung diterapkan pada ruang pamer yaitu untuk menyoroti benda-benda koleksi dengan lampu spotlight LED untuk menonjolkan benda
198
koleksi tersebut dan menciptakan kesan dramatis. Penerangan ini tidak langsung menyoroti benda koleksi, perlu diberi filter atau dipantulkan ke dinding agar tidak merusak benda koleksi tersebut. Pada vitrin, pencahayaan langsung menggunakan bulb LED kecil yang diletakkan di sisi-sisi vitrin. Pencahayaan aksen berupa hidden light diterapkan pada beberapa sisi ruang pamer, pada lobby, café & lounge, dan juga toko. 3. Pencahayaan Dekoratif Pencahayaan dekoratif merupakan pencahayaan tambahan untuk menambah nilai estetis. Pencahayaan ini dapat berupa lampu pendant, lampu dinding, dan standing lamp. Pencahayaan dekoratif diterapkan pada lobby, café & lounge, dan toko.
Gambar 4.14 Kite Pendant Lamp
(Sumber: http://www.wunschlicht.com/)
Selain pencahayaan buatan, juga diterapkan pencahayaan alami. Pencahayaan alami dimaksimalkan untuk area toko, lobby, beberapa area café, dan hall perkantoran.
4.8 Konsep Penghawaan Digunakan kedua sistem penghawaan yaitu alami dan buatan. 1. Penghawaan Alami Penghawan alami pada ruangan dapat digunakan pada beberapa beberapa saat, khususnya ketika sedang tidak beroperasi (pada pagi hari, ketika belum ada pengunjung yang datang). Penghawaan alami berfungsi sebagai penetral dan pergantian udara dalam ruangan.
199
2. Penghawaan Buatan Penghawaan buatan menggunakan AC (terdiri dari air supply grille & air return grille) guna menstabilkan suhu ruang tetap pada kisaran yang telah ditentukan yaitu kisaran 20oC untuk mencegah kerusakan koleksi dan untuk kenyamanan serta kebutuhan penghuni/pengunjung. Selain itu, untuk kebutuhan koleksi juga perlu diperhatikan persentase kelembaban udara, oleh karenanya digunakan alat untuk menjaga kelembaban yaitu silica gel cartridge atau dengan menggunakan microclimate generator aktif yang diinstalasi pada vitrin.
Gambar 4.15 (Kiri) Silica Gel Cartridge Gambar 4.16 (Kanan) Microclimate Generator
(Sumber: http://www.smallcorp.com/casecomponents.html)
Untuk memastikan akan suhu dan kelembaban udara tetap pada range yang baik, diperlukan pula beberapa temperature/humidity controller.
Gambar 4.17 Temperature & Humidity Controller
(Sumber: http://www.smallcorp.com/casecomponents.html)
200
4.9 Konsep Keamanan Sistem keamanan bagi benda koleksi dari vandalisme (tangan jahil manusia) dapat diterapkan dengan penggunaan CCTV pada sudut-sudut ruangan, penjagaan ketat oleh sekuriti, alarm, dan penggunaan vitrin tertutup untuk benda koleksi yang bernilai tinggi. Pengunjung yang datang ke Rumah Tenun Ikat juga harus diperiksa barang bawaanya oleh sekuriti untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk keamanan manusia, bencana yang paling harus diwaspadai adalah bencana kebakaran. Untuk mengantisipasi hal tersebut digunakan smoke detector, heat detector, sprinkler, dan fire extinguisher serta jalur-jalur exit gedung yang mencukupi.
4.10 Signage Signage atau papan nama/petunjuk juga merupakan hal yang penting dalam perancangan museum. Pengunjung yang baru berkunjung tentu membutuhkan informasi baik berupa direktori gedung, nama ruang dan kategori koleksi, hingga berupa instruksi dan peraturan gedung. Konsep signage yang digunakan masih memiliki relasi dengan konsepnya. Signage akan menggunakan material kayu reklamasi, vinyl, dan akrilik.