25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perancangan Produk Tahapan perancangan dimulai dengan sebuah konsep yang telah ada, yang mana konsep tersebut berangkat dari suatu ide untuk mengembangkan produk Technology Push yaitu perusahaan mengawali dengan suatu teknologi baru, kemudian mendapatkan pasar yang sesuai. Dengan demikian teknologi mendorong pengembangan. Setelah memilki konsep, maka perancangan dilanjutkan sesuai dengan tahapan flow diagram perancangan produk yang telah dijelaskan pada Bab 3. Seperti pada landasan teori, definisi dari konsep produk adalah perkiraan gambaran dari teknologi, prinsip kerja, dan bentuk dari produk. Maka penyusunan konsep produk dalam penulisan skripsi akan mengacu kepada definisi tersebut. Sesuai dengan definisi konsep porduk yang diuraikan di atas, maka pada halaman berikut akan dipaparkan konsep produk yang akan dikembangkan, yang dapat diperhatikan di dalam Tabel 4.1. Tabel Konsep Produk Mengenai nama merk yang akan digunakan untuk produk ini adalah JSM Controler. Nama ini diambil berdasarkan konsep dan filosofi yang telah dikembangkan, di mana JSM merupakan singkatan dari Just Send ur Messages Controler yang mencerminkan suatu alat pengendali yang berfungsi untuk
26
mengendalikan sesuatu cukup dengan mengirim pesan yang diinginkan, darimana pun dan kapan pun. Tabel 4.1 Tabel konsep produk Konsep Produk Uraian verbal Produk:
Sebuah alat yang dapat mengendalikan dan mengenali perintah yang diberikan, untuk menyalakan dan mematikan lampu tanpa batas jarak dan dapat dilakukan darimana pun dan kapan pun. Yang menggunakan Teknologi SMS dan Mikrokontroller sebagai komponen utama.
Gambaran Teknologi:
Teknologi
yang
menggunakan
digunakan
Teknologi
SMS
adalah yang
berbentuk teks yang dapat dibaca oleh Mikrokontroller dalam bentuk sinyal data untuk dapat mengendalikan Switch On / Off pada lampu rumah yang dihubungkan. Prinsip Kerja:
Alat tersebut merupakan suatu rangkaian elektronik yang dihubungkan ke sebuah lampu dan sebuah handphone melalui serial port sebagai receiver pesan SMS yang masuk, di mana bentuk teks SMS dirubah menjadi sinyal data yang dimengerti oleh Mikrokontroller untuk menjalankan perintah yang diinginkan.
Bentuk Produk:
Bentuk dari produk adalah sebuah rangkaian elektronika dengan cover body yang menutupinya.
27
4.2 Arsitektur Produk Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap chunk beriteraksi. Dalam pembahasan arsitektur produk ini, akan melalui tiga tahap pengembangan yang akan dipaparkan pada point-point berikut ini.
4.2.1
Membuat Skema Produk Skema adalah suatu diagram yang menggambarkan pengertian tim terhadap
elemen-elemen penyusunan produk. Skema ini tidak diciptakan secara spesifik, namun hanya sebatas menguraikan elemen-elemen utama yang saling berkaitan. Berikut ini adalah diagram skema produk yang dikembangkan.
LED detector
Tombol Reset
Power Supply
Cover body
HP holder
Serial Port
Komunikasi dengan Mikrokontroller
Mikrokontroller
Converter Tegangan
Hubungan ke lampu Aliran energi Aliran Material Aliran sinyal
Gambar 4.1 Skema Produk
Sumber Arus AC
28
4.2.2
Mengelompokkan Elemen-elemen yang Terdapat pada Skema Dalam
tahap
ini
langkah-langkah
yang
ditempuh
adalah
dengan
mengelompokkan setiap elemen-elemen yang terdapat pada skema menjadi chunkchunk yang merupakan suatu kumpulan elemen-elemen yang membentuk suatu fungsi tertentu. Berikut merupakan gambar Function Structure Diagram. Blok Relay
User Interface LED detector
Tombol Reset
Power Supply
Cover body
HP holder
Case
Serial Port
Komunikasi dengan Mikrokontroller
Mikrokontroller
Sumber Arus AC
Converter Tegangan
Blok Kontrol Hubungan ke lampu Aliran energi Aliran Material Aliran sinyal
Gambar 4.2 Function Structure Diagram
4.2.3
Membuat Susunan Geometris yang Masih Kasar Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer
atau model fisik (dari tripleks atau busa, sebagai contoh) yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Pembuatan susunan geometris kasar harus dikoordinasikan dengan desainer industri yang ada di dalam tim dalam kasus di mana aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan
29
perancangan geometris dari chunk. Berikut ini adalah gambar susunan kasar geometris dari setiap penempatan chunk-chunk yang ada. Keterangan gambar: B1 : Front Case
B5 : Port
B2 : Back Case
B6 : User Interface
B3 : Blok Kontrol
B7 : Hubungan ke lampu
B4 : Blok Relay
B2 B1 B4 B7 B6 B3
B5
Gambar 4.3 Susunan Geometris Kasar
30
4.3 Desain Industri Desain industri secara umum didefinisikan sebagai “jasa professional dalam menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan penampilan produk serta system untuk mencapai keuntungan yang mutual antara pemakai dan produsen.” Berdasarkan definisi di atas maka dalam pembahasan ini akan difokuskan kepada penterjemahan dari konsep ke dalam suatu spesifikasi (daftar list komponen) dari produk guna mengoptimalkan fitur-fitur atau fungsi-fungsi dari produk yang akan dirancang secara detail, serta mencoba membuat rancangan rangkaian elektronik tersebut. Dalam desain industri ini juga tidak lupa untuk merancang penampilan dari produk tersebut atau dengan kata lain akan didesain kemasan (packaging) tampilan dari produk tersebut.
4.3.1 Daftar Komponen Daftar komponen atau spesifikasi produk yang akan digunakan dalam perancangan produk ini dapat dilihat pada halaman selanjutnya yaitu pada Tabel 4.2 Daftar komponen.
31
Tabel 4.2 Daftar Komponen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Komponen AT89S51 74LS04 ULN2803 Max232 DB 9 Capasitor 1uF Resistor 100ohm Crystal Capasitor 30pF Dioda Bridge LM7805 Resistor 1KOhm Capasitor 330uF Capasitor 100uF Push Button Soket 40 pin Soket 16 pin Soket 14 pin Papan PCB polos Led Trafo Relay 12v, 5A Capasitor 10uF Resistor 10KOhm Resistor 330 Ohm
Unit 1 1 1 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1
Fungsi Pengontrol unit Inverter binom Penguat listrik Masukkan serial port Port connector Penyimpan tegangan Tahanan Denyut Penyimpan tegangan Penyearah tegangan Pen-stabil tegangan Tahanan Penyimpan tegangan Penyimpan tegangan Tombol reset Soket peletakan pin-pin IC Soket peletakan pin-pin IC Soket peletakan pin-pin IC Sebagai papan circuit rangkaian Lampu indicator Sumber tegangan Pemindah tegangan Penyimpan tegangan Tahanan Tahanan
32
4.3.2 Membuat Skema Rangkaian Elektronik Produk Berdasarkan dukungan teknologi dari teknisi elektronik maka rancangan detail untuk skematik rangkaian utama dan relay berhasil dikembangkan. Berikut ini merupakan gambar rangkaian skematik utama dan gambar rangkaian skematik relay.
R3 VCC Jl VCC
LM7805 1 2 3 4 5 6 7 8
1 2
LED
Con 2 To relay
13 12
INT1 INT0
15 14
P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27
T1 T0
31
C1
P00 P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07
P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17
EA / VP
VCC Y1
39 38 37 36 35 34 33 32
4 3
V- V+ AC AC
2 1
BRIDGE2
X1 X2
SRESET1
+5V GND
1 2
2 C4 CAP
21 22 23 24 25 26 27 28
1 To trafo
AT89S51
RXD TXD
RESET
17 16
RD
ALE / P
WR
PSEN
10 11 30 29
C10 C6 CAP
C5
16
6
GND
VCC
R1 IN R2 IN T1 IN T2 IN C1+ C1-
V+
2
VCC
13 8 11 10 1 3
C8 CAP
C7 CAP
V-
R2
VCC 12 R1 OUT 9 R2 OUT 14 T1 OUT 7 T2 OUT 4 C2+ 5 C2-
C9 CAP
MAX 232 ACPE (16) 15
5 9 4 8 3 7 2 6 1
V in
POWER
C2
R1
C3 CAP
3
2
19 18
9
1
DB9
Gambar 4.4 Skematik Rangkaian Utama
33
Dari gambar skematik rangkaian utama di atas maka berikut ini dipaparkan komponen yang digunakan dalam rangakaian utama ini.
Tabel 4.3 Daftar komponen Control Unit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Komponen Kontrol Unit PCB1 AT 89S51 Max232 DB9 Capasitor 1uF Capasitor 30pF Capasitor 330uF Capasitor 100uF Resistor 100Ohm Crystal Diode Bridge LM7805 Push button Led Soket 40pin soket 14pin Capasitor 10uF Resistor 10 KOhm Resistor 330 Ohm
Kode
Fungsi
1
c5, c6, c7, c9 c1, c2 c3 c4, c8 R2 Y1
Papan circuit rangkaian utama Pengontrol unit Masukkan serial port Port connector Penyimpan tegangan Penyimpan tegangan Penyimpan tegangan Penyimpan tegangan Tahanan Denyut Penyearah tegangan Pen-stabil tegangan Tombol reset Lampu indicator Soket peletakan pin-pin IC
1
Soket peletakan pin-pin IC
1
Penyimpan tegangan Tahanan Tahanan
1
c10 R1 R3
Jumlah 1 1 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 Total
24
34
K1 J1
J2 2
1
1
2
VAC
Output To Lamp
RELAY-DPDT 74LS04 1
18
1
2
2
U1A
3 4
R1
5
-
6
J3 CON1 To Mikrokontroler
7 8
IN 1
OUT 1
IN 2
OUT 2
IN 3
OUT 3
IN 4
OUT 4
IN 5
OUT 5
IN 6
OUT 6
IN 7
OUT 7
IN 8
OUT 8
17 16 15 14 13 12 11
J4 10
2
DIODE CLAMP
1
ULN2803A(18) CON2 To Trafo V9
Gambar 4.5 Skematik Modul Relay Berdasarkan gambar skematik modul relay di atas maka berikut ini merupakan tabel dari komponen Relay Unit yang digunakan dan beberapa komponen tambahan. Tabel 4.4 Daftar komponen Relay Unit No
Komponen Relay Unit
Fungsi
Unit
1
PCB2
Papan circuit rangkaian relay
1
2
74LS04
Inverter binom
1
3
ULN 2803
Penguat listrik
1
4
Resistor 1KOhm (R1)
Tahanan
1
5
Soket 16pin
Soket peletakan pin-pin IC
1
6
Soket 14pin
Soket peletakan pin-pin IC
1
7
Relay 12v, 5A
Pemindah tegangan
1
Total
7
35
Tabel 4.5 Daftar Komponen Tambahan No
Komponen Tambahan
Spesifikasi Jumlah
1
Trafo
1
2
Kabel Steker
m
1
3
Kabel Kawat
m
1
4
Baut
11
5
Case
1
Seperti yang diketahui bahwa komponen utama dari rangkaian elektronik di atas, adalah peran dari mikrokontroler AT89S51 yang perlu diisi dengan bahasa program. Bahasa program tersebut telah berhasil dikembangkan oleh teknisi elektronik dan akan dilampirkan beserta gambar kedua skematik rangkaian di atas yang lebih detail pada bagian lampiran.
4.3.3
Membangun Model Kemasan (Packaging) Produk Setelah seluruh rancangan di atas telah berhasil dikembangkan, maka sesuai
dengan konsep dari desain industri, salah satu hal yang penting adalah merancang produk tersebut menjadi sebuah produk industri, di mana produk tersebut akan dirancang ke dalam suatu bentuk atau kemasan produk (packaging) yang mengikuti prinsip-prinsip ergonomic dan estetis serta dari hasil perancangan tersebut dapat mewakili filosofi dan ciri khas dari perusahaan sehingga menjadi produk yang memiliki diferensiasi sendiri dan menarik bagi konsumen.
36
Berikut ini akan disertakan gambar teknik dari kemasan produk yang telah berhasil dirancang. Gambar tersebut merupakan desain dari kemasan Case yang digunakan sebagai cover penutup dari rangkaian elektronik. Case atau disebut main body ini akan dibentuk menggunakan material plastik yang dihasilkan dari PVC (biji plastik) yang dicetak menggunakan mesin injection moulding. Perlu diketahui, karena erat hubungannya dengan desain untuk proses manufaktur / Design for Manufacture (DFM) , di mana esensi dari DFM adalah bagaimana dapat memproduksi hasil rancangan tersebut secara efisien, efektif dan dapat mengurangi biaya-biaya produksi, maka dari desain industri ini memutuskan untuk tidak memproduksi sendiri komponen part dari PCB rangkaian dan case / main body ini. Kedua komponen ini akan diperoleh dengan melakukan sub-asembly atau memesan dari supplier berdasarkan desain yang diinginkan. Keputusan ini diambil dengan menimbang kepada keefektifan dan efisiensi dari waktu dan biaya yang akan digunakan.
37
Gambar 4.6
38
Gambar 4.7
39
4.4
Desain Untuk Proses Manufaktur / Design for Manufacture (DFM) Seperti yang diketahui bahwa kegagalan yang umumnya ditemukan dalam
pengembangan produk adalah membuat produk tersebut bekerja namun sulit untuk dibangun. Kesulitan dalam manufaktur membuat sebuah produk menjadi mahal, sulit untuk dipabrikasi, membutuhkan ekstra waktu, bentuk geometri yang diinginkan sulit untuk dikerjakan dan membutuhkan perawatan ekstra dalam produksi dan lain sebagainya. Design for Manufacture (DFM) adalah suatu analisis dan perancangan ulang (redesign) dan merancang serta menetapkan suatu langkah-langkah proses yang efektif dan efisien dalam proses produksi dari sebuah produk atau konsep agar dapat menjadi lebih mudah diproduksi dan dapat mengurangi biaya. Desain untuk proses manufaktur biasanya sudah dilakukan selama proses pengembangan. Pada point ini, tim seharusnya memiliki suatu perkiraan daftar material / bill of material (BOM). Selama tahap perancangan tingkat system, tim seharusnya juga sudah dapat menguraikan produk menjadi komponen-komponen terpisah, sehingga dapat diketahui bagaimana struktur dari produk itu dan dapat diperkirakan bagaimana merancang suatu urutan proses yang diperlukan untuk membuat produk tersebut. Biasanya langkah atau urutan-urutan proses yang diperlukan untuk membuat produk dituangkan ke dalam Operation Process Chart (OPC). Dengan demikian ada tiga hal utama yang perlu dilakukan dalam fase desain untuk manufaktur, yaitu OPC, Pengukuran Waktu Baku, Struktur produk dan BOM.
40
4.4.1 Peta Proses Operasi (OPC) Peta proses operasi (Operation Process Chart) adalah suatu diagram peta kerja yang menggambarkan langkah-langkah proses urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail hingga menjadi suatu produk. Di sini tahapan proses operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw material) sampai menjadi produk akhir (finished goods product) sehingga analisa perbaikan dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun uruturutannya secara keseluruhan akan dapat dilakukan. Dalam OPC ini juga dapat diketahui bahan material yang digunakan, waktu proses dan peralatan yang digunakan. Seperti dijelaskan peta proses operasi ini akan memberikan daftar elemenelemen operasi suatu pekerjaan secara berurutan. Suatu elemen kadang-kadang disebut pula dengan langkah (step) atau detail pekerjaan atau operasi adalah subdivisi yang berlangsung singkat yang membagi-bagi siklus kerja atau operasi secara keseluruhan. Elemen-elemen ini harus mudah didefinisikan saat mulai dan berakhir. Untuk pembuatan peta operasi ini maka simbol-simbol ASME (American Society of Mechanical Engineers) yang dipakai adalah simbol operasi, inspeksi dan gabungan antara operasi dengan inspeksi. Sesuai dengan yang telah diuraikan di atas maka dalam peta operasi kerja yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja atau gabungan keduanya. Kadang-kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan.
41
Berikut ini adalah gambar peta proses operasi yang telah dirancang untuk dapat melanjutkan tahapan pengembangan dari tahap sebelumnya. OPERATION PROCESS CHART NAMA OBYEK : DIPETAKAN OLEH :
JSM Controler Yosia Chandra H
WS 3: Relay Unit
WS 2: Program Transfer AT89S51
PCB 2 Soket 16pin 23"
A-19
ULN 2803 5" A-20 Soket 14pin 20" 74LS04
A-21
5" A-22 Resistor 1kOhm 9" A-23 Relay 12V, 5A 16"
TGL DIPETAKAN
A-24
WS 1: Kontrol Unit
O-1 48"
A-1
5"
A-2
Meletakkan IC
Solder Timah
27" Max232
Meletakkan IC
4"
A-3
Meletakkan IC
A-4
Solder Timah Meletakkan IC
DB 9 Solder Timah
21" A-5 Capasitor 1uF
Solder Timah
22" A-6 Capasitor 30pF 15" A-7 Capasitor 330uF A-8 8" Capasitor 100uF 8" Capasitor 10uF
A-9
15" A-10 Resistor 100ohm 15"
A-11
Resistor 10KOhm
28
7' 09"
1
10"
INSPEKSI
Solder Timah
A-15
Solder Timah
A-16
Solder Timah
12"
A-17
Solder Timah
7"
A-18
Solder Timah
8"
Operasi
Solder Timah
Solder Timah
LM7805
Assembly
Solder Timah
A-14
Dioda Bridge
WAKTU
Solder Timah
Solder Timah
17"
JML
Solder Timah
A-13
9" crystal
RINGKASAN
Solder Timah
Solder Timah
Resistor 330ohm
KEGIATAN
Solder Timah
A-12
15"
TOTAL WAKTU
Solder Timah
Soket 14pin
I-2
LAMBANG
WS 4
PCB 1 Soket 40pin 10"
Solder Timah
SEKARANG USULAN
:17 Desember 2004
10" Push Button
LED
3 7' 19"
Gambar 4.8 OPC Produk
35"
A-25
Trafo
Solder Timah Kabel kawat
12" A-26 Solder Kabel Timah Steker Kabel kawat Solder 8" A-27 Timah Chasing 30"
A-28
I-3
Obeng Baut
42
Berdasarkan informasi yang diberikan dari gambar OPC di atas maka salah satu hal yang dapat dikembangkan untuk mendukung proses DFM adalah menentukan waktu baku yang dapat diperoleh dari data total waktu yang diberikan dalam OPC di atas, guna mendapatkan suatu standar waktu yang digunakan dalam proses produksi.
4.4.2
Pengukuran Waktu Baku Waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu
sistem kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut hanya berlaku untuk sistem kerja tersebut. Langkah-langkah dalam menghitung waktu baku : 1. Menghitung waktu rata-rata. Wr =
∑X
i
N
.
2. Menghitung waktu normal.
Wn = Wr × P Di mana P adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan untuk mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. 3. Menghitung waktu baku. Wb = Wn × (1 + k )
Di mana k = kelonggaran.
43
Kelonggaran ini diberikan kepada pekerja untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh pekerja. Pada umumnya kelonggaran dinyatakan dalam persen Penyesuaian •
Maksud Melakukan Penyesuaian Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang dilakukan operator. Ketidakwajaran dapat terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah diburu-buru waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal ( terlalu cepat), maka harga p nya akan lebih besar dari satu (p1); dan sebaliknya jika operator dianggap bekerja dibawah normal, maka harga p nya akan lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan satu (p=1).
44
•
Cara Menentukan Penyesuaian yang akan digunakan adalah : Cara Westinghouse mengarahkan penilaian kepada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu: Ketrampilan atau Skill. Sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Di dalam faktor ketrampilan dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : -
Super skill
-
Average skill
-
Excellent skill
-
Fair skill
-
Good skill
-
Poor skill
Usaha atau Effort. Adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Di dalam faktor usaha dibagi menjadi 6 kelas, yaitu : -
Excessive Effort
-
Average Effort
-
Excellent Effort
-
Fair Effort
-
Good Effort
-
Poor Effort
Kondisi Kerja atau Condition. Kondisi fisik lingkungannya seperti : temperatur, pencahayaan dan kebisingan ruang. Di dalam faktor kondisi kerja dibagi 6 kelas, yaitu :
45
-
Ideal
-
Average
-
Excellenty
-
Fair
-
Good
-
Poor
Konsistensi. Di dalam faktor konsistensi dibagi 6 kelas, yaitu : -
Perfect
-
Average
-
Excellent
-
Fair
-
Good
-
Poor
Dalam menentukan nilai dari setiap factor penyesuaian akan disesuaikan kepada tabel Westinghouse yang akan dilampirkan.
Kelonggaran •
Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi di sini adalah, hal-hal seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, becakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan maupun kejemuhan dalam kerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak. Jika kelonggaran ini tidak diberikan, maka akan merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
46
•
Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Fatigue Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat di mana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan ke dalam menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue, karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
•
Kelonggaran untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai “hambatan”. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Hambatan seperti ini walaupun diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan yang tak terhindarkan : Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat, seperti mengganti alat potong yang patah. Mengasah peralatan potong.
47
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang. Mesin berhenti karena matinya aliran listrik Dalam menentukan nilai dari kelonggaran maka akan disesuaikan dengan tabel kelonggaran yang akan dilampirkan. Perhitngan Waktu Baku 1. Waktu rata-rata (Wr): Waktu rata-rata yang akan digunakan adalah waktu total yang diperoleh dari total waktu yang terdapat dalam OPC, yaitu selama 6 menit 11 detik. Wr = 7’ 19” atau 7,32 menit 2. Waktu Normal (Wn): Wn = Wr x P
; di mana P= penyesuaian : Tabel 4.6 Perhitungan Penyesuaian
Perhitungan Penyesuaian dengan Metode Westinghouse No. 1 2 3 4
Faktor Ketrampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi
Kelas Average Average Average Average
Lambang D D D D Total Penyesuaian P = (1 + Total)
Penyesuaian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh faktor penyesuaian berada dalam level rata-rata (average) sehingga nilai total dri penyesuaian sebesar 1.00 maka :
Wn = Wr x P Wn = 7,32 menit x 1,00 Wn = 7,32 menit
48
3. Waktu Baku (Wb): Tabel 4.7 Perhitungan Kelonggaran (Allowance) Perhitungan Kelonggaran (Allowance) No. Faktor Tenaga yang dikeluarkan A Dapat diabaikan Sikap kerja B Duduk Gerakan kerja C Normal Kelelahan mata D Pandangan terputus-putus Keadaan temparatur kerja E Normal
Pekerjaan
Kelonggaran (%)
Bekerja di meja, duduk
3.0
Bekerja duduk, ringan
0.8
Men-solder
0.0
Merakit
1.0
22o - 28o
2.0
Ruangan yang baik, udara segar
F
Keadaan atmosfer Baik Keadaan lingkungan yang baik G Bersih, sehat, cerah, dan kebusingan rendah Kelonggaran untuk kebutuhan bagi pria (%) Total Kelonggaran (% Allowance) (1+k)
Dari data di atas maka waktu baku yang diperoleh : Wb = Wn x (1+k) Wb = 7,32 menit x 1,08 Wb = 7,91 menit (7’55”)
berventilasi 0.0
0.0 1.2 8.0 1.08
49
4.4.3
Struktur Produk Struktur produk merupakan gambaran BOM secara grafis yang membentuk
sebuah pohon. File BOM sering juga disebut struktur produk karena menunjukkan bagaimana sebuah produk dibuat secara bersama-sama dari berbagai elemen, mengandung informasi yang mengidentifikasi tiap bahan, keadaan kuantitas bahan yang digunakan. Berikut ini contoh bagan struktur produk :
AXX (1)
x
Y
x
BXX
x
Y CXX
x
Y DXX
x
Y CXX
Y FXX
Y
x
Y
x
GXX
FXX
Gambar 4.9 Contoh Bagan Struktur Produk Keterangan:
X dibaca untuk nomor komponen sedangkan Y dibaca banyaknya unit parts tersebut.
Berdasarkan OPC yang telah disusun maka berikut ini merupakan Struktur Produk:
50
Struktur Produk Nama objek Dipetakan Oleh
: :
JSM Controler Yosia C H
Tanggal dipetakan Cara pemetaan
: :
29 Des 04 Explotion End product
1 2 3 4 5 6
7
8
9
10
11
20
21 22
30
28
27
A4
26
A3
25
A2 A1
PCB1
24
A25
45 46
Crystal 47
51
50
A20 A19
PCB2
Cap.10uF
Cap.1uF
52
A21
Res.100Ohm
Cap.30pF
4 53
A23
Res.10KOhm
Cap.100uF
A24
A22 44
LM7805
2 3
43 Push Button
1
Trafo
42
LED
Case
Kabel steker
41
DiodaBridge
Res.330Ohm
54
2
Cap.330uF
29
A5
18
19
31
A8
A6
17
32
A9
A7
16
33
A10
13
15
34
A11
12
14
35
38
55
A26
37
36
A12
39
A16
A15
A14
A13
A17
A27
A18 40
56
2
4
49
48
Relay Res.1kOhm
5
6
74LS04
7
Soket14pin
8
ULN2803
9
Soket16pin
10
11
12 13
14
15
16
17
DB9
18
Max232
19
Soket14pin AT89S51
20
21
23
Soket40pin
22
Gambar 4.10 Struktur Produk
51
4.4.4
Bill of Material (BOM) BOM adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan
untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir. Jaringan yang menggambarkan hubungan induk-komponen. Dibutuhkan sebagai input dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi. Ketelitiannya sangat krusial atau penting sekali. BOM memiliki ketentuan dalam pembuatannya, ketentuan itu adalah sebagai berikut: •
Penomoran komponen : Setiap komponen harus memiliki identifikasi unik atau khusus yang hanya mengidentifikasi satu komponen yang disebut part number atau item number. Penentuan part number dapat dilakukan 3 cara : 1. Random (acak) Nomor yang digunakan hanya sebagai pengenal atau identifier dan bukan sebagai penjelas (descriptor) Tidak menjelaskan lebih jauh mengenai satu komponen 2. Significant Yaitu nomor yang dapat juga menjelaskan informasi khusus mengenai item atau komponen tertentu, seperti sumber material (source), bahan, bentuk dan deskripsi 3. Semi significant Beberapa angka pertama menjelaskan mengenai komponen tersebut, sementara angka berikutnya berupa angka acak.
52
Induk Komponen Komponen adalah objek atau bagian yang dirakitkan secara bersama-sama untuk membuat induk (parent). Suatu komponen akan menjadi induk bagi objek yang menjadi pembentuknya. Data penting untuk keakuratan hubungan indukkomponen : 1. Part number induk (parent) 2. Part number komponen 3. Jumlah atau kuantitas komponen yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah induk. 4. Scrap factor BOM levels Dimulai dengan level 0 untuk produk akhir. Komponen pembentuk produk akhir ditempatkan pada level 1 dan seterusnya sehingga membentuk sebuah hirarki yang disebut struktur produk. 1. Single level BOM menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponenkomponen pembentuknya. 2. Multi level BOM menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level 0 (produk akhir) sampai level paling bawah komponen yang sama dapat digunakan pada level yang berbeda.
53
Eksplosian dan Implosian Eksplosian adalah BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah. Juga adalah BOM yang menunjukkan komponenkomponen yang pembentuk suatu induk dari level paling atas sampai level terbawah. Single level explosion sama dengan single level BOM. Indented BOM explosion adalah multilevel BOM yang dilengkapi informasi level setiap komponen. Summerized explosion adalah multilevel BOM yang dilengkapi jumlah total tiap komponen yang dibutukan. Implosian adalah BOM yang menunjukkan urutan dimulai dari komponen sampai induk/level atas. Untuk mengetahui suatu part number menjadi komponen dari induk yang mana saja (kebalikan dari proses explosion). Digunakan oleh engineer untuk melihat pengaruh perubahan rancangan komponen terhadap induk-induknya. Berikut ini akan digambarkan Bill of Material (BOM) dari produk yang akan dikembangkan.
54
Tabel 4.8 BOM Produk No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Bill Of Material Multi-Level Indented Explotion Level Description 1 Assembly 27 ●2 Assembly 26 ●●3 Assembly 25 ●●●4 Assembly 18 ●●●●5 Assembly 17 ●●●●●6 Assembly 16 ●●●●●●7 Assembly 15 ●●●●●●●8 Assembly 14 ●●●●●●●●9 Assembly 13 ●●●●●●●●●10 Assembly 12 ●●●●●●●●●●11 Assembly 11 ●●●●●●●●●●●12 Assembly 10 ●●●●●●●●●●●●13 Assembly 9 ●●●●●●●●●●●●●14 Assembly 8 ●●●●●●●●●●●●●●15 Assembly 7 ●●●●●●●●●●●●●●●16 Assembly 6 ●●●●●●●●●●●●●●●●17 Assembly 5 ●●●●●●●●●●●●●●●●●18 Assembly 4 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●19 Assembly 3 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●20 Assembly 2 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●21 Assembly 1 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●22 PCB1 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●22 Soket 40pin ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●21 AT89S51 ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●20 Soket 14 pin ●●●●●●●●●●●●●●●●●●19 Max 232 ●●●●●●●●●●●●●●●●●18 DB9 ●●●●●●●●●●●●●●●●17 Capasitor ●●●●●●●●●●●●●●●16 Capasitor ●●●●●●●●●●●●●●15 Capasitor ●●●●●●●●●●●●●14 Capasitor ●●●●●●●●●●●●13 Capasitor ●●●●●●●●●●●12 Resistor ●●●●●●●●●●11 Resistor ●●●●●●●●●10 Resistor ●●●●●●●●9 Crystal ●●●●●●●8 Diode Bridge ●●●●●●7 LM7805 ●●●●●6 Push Button ●●●●5 Led ●●●4 Assembly 24 ●●●●5 Assembly 23 ●●●●●6 Assembly 22 ●●●●●●7 Assembly 21 ●●●●●●●8 Assembly 20 ●●●●●●●●9 Assembly 19 ●●●●●●●●●10 PCB2 ●●●●●●●●●10 Soket 16 pin ●●●●●●●●9 ULN 2803 ●●●●●●●8 Soket 14 pin ●●●●●●7 74LS04 ●●●●●6 Resistor ●●●●5 Relay 12V, 5A ●●3 Trafo ●2 Kabel Steker 1 Case
Code A-27 A-26 A-25 A-18 A-17 A-16 A-15 A-14 A-13 A-12 A-11 A-10 A-9 A-8 A-7 A-6 A-5 A-4 A-3 A-2 A-1 PCB1 Soket 40pin AT89S51 Soket14pin Max232 DB9 Cap.1uF Cap.30pF Cap.330uF Cap.100uF Cap.10uF Res.100 Ohm Res.10 KOhm Res.330 Ohm Crystal Diode Bridge LM7805 PushButton Led A-24 A-23 A-22 A-21 A-20 A-19 PCB2 Soket16pin ULN2803 Soket14pin 74LS04 Res.1kOhm Relay Trafo KabelSteker Case
Quantity 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
BOM UOM each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each each
55
Berdasarkan dari apa yang telah dikembangkan dan dirancang baik dalam setiap proses, maka dalam tahap DFM ini diambil suatu keputusan mengenai system produksi yang akan diaplikasikan, yaitu sistem produksi Home Industry. Mengapa demikian? Hal ini dimaksudkan untuk disesuaikan dengan proses produksi yang telah dirancang, yaitu berdasarkan OPC dapat diketahui bahwa sebagian besar proses produksi adalah kegiatan assembly yang sebagian besar hanya merakit setiap komponen dengan men-solder dan beberapa kegiatan lainnya. Jika dilihat dari sisi tenaga kerja yang dibutuhkan tidaklah dibutuhkan tenaga yang terampil dan ahli, tetapi cukup dengan ketrampilan tingkat average. Demikian pula jika ditinjau dari peralatan (tools) yang digunakan dalam proses produksi tidaklah menggunakan mesin-mesin produksi yang besar dan canggih, namun dalam proses produksi ini cukup dengan menyediakan beberapa peralatan yang digunakan seperti solder, timah, sebuah PC dan downloader yang digunakan untuk mengisi program ke dalam mikrokontroler. Hal lainnya yang mendukung dalam pengambilan keputusan sistem produksi Home Industry, adalah dari segi ruang tempat proses produksi berlangsung (lantai produksi) yang digunakan tidaklah menuntut suatu ruang atau tempat yang besar dan lapang, namun cukup atau dapat dilakukan di dalam suatu ruang rumah, hal tersebut dikarenakan dari jenis pekerjaan yang dilakukan hanyalah merakit yang dapat dilakukan dalam posisi duduk di sebuah kursi dan di depan sebuah meja untuk melakukan kegiatan merakit dan men-solder setiap komponen dsb.
56
Oleh karena hasil analisa dan pertimbangan akan setiap hal-hal yang dipaparkan di atas, maka dalam DFM ini diputuskan suatu sistem produksi home industry.
4.5
Prototype Esensi dasar prototype pada umumnya didefinisikan sebagai “sebuah
penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian”. Berangkat dari apa yang menjadi esensi dasar dari hal di atas maka pada pembahasan point kali ini akan memaparkan seluruh hal yang berkaitan dan tahapan yang dilakukan selama pengembangan dan perancangan prototype dai produk. Berikut ini merupakan tahapan dalam pengembangan dan perancangan prototype.
4.5.1
Menetapkan Tujuan Prototype Dalam hal pembuatan prototype salah satu hal pertama yang perlu ditetapkan
adalah tujuan dari pembuatan prototype itu sendiri. Seperti yang telah diketahui bahwa terdapat empat tujuan penggunaan prototype dalam pengembangan produk, maka agar pembuatan prototype memiliki arah dan tujuan yang jelas, perlu ditetapkan tujuan dari penggunaan prototype yang akan dihasilkan. Dengan demikian tim pengembang pada point ini berusaha untuk menetapkan tujuan penggunaan dari prototype yang akan dihasilkan. Dari apa yang telah dihasilkan selama tahap-tahap pengembangan, maka tim pengembang memutuskan tujuan penggunaan prototype adalah sebagai berikut:
57
•
Pembelajaran: Prototipe akan digunakan untuk menjawab dua tipe pertanyaan “Akankah dapat bekerja?” dan “Sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan?” Saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototype diperlakukan sebagai alat pembelajaran.
•
Penggabungan:
Prototipe digunakan untuk memastikan bahwa komponen-
komponen dan subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang diharapkan. Berdasarkan penggunaannya maka prototype yang akan dikembangkan ditetapkan prototype berjenis: Prototype Alpha, khususnya digunakan untuk menilai apakah produk bekerja seperti yang diharapkan. Bagian-bagian dalam prototype alpha biasanya sama dalam hal material dan bentuk geometriknya dengan bagian-bagian yang akan digunakan pada versi produk hasil produksi. Namun biasanya bagian-bagian itu dibuat dengan pross produksi prototype atau dengan kata lain prototype Alpha dibuat tidak seperti proses produksi sebenarnya.
4.5.2
Menentukan Tingkat Perkiraan Konsep Seperti halnya yang telah diketahui bahwa dalam merencanakan sebuah
prototype membutuhkan tingkatan di mana produk akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah prototype fisik diperlukan atau prototype analitik yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
58
Oleh karena itu dalam pengembangan prototype yang seiring dengan tahapan sebelumnya yang telah menetapkan tingakatan produk akhir mulai dari arsitektur produk, desain industri dan desain untuk manufaktur, maka tim pengembang memutuskan untuk mengembangkan prototype fisik.
Gambar 4.11 Prototype Fisik Produk
59
Gambar 4.12 Gambar 3D Kemasan Produk
60
4.5.3 Menggariskan Rencana Percobaan Dalam banyak kasus, penggunaan prototype dalam pengembangan produk dapat dianggap sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan prototype. Rencana percobaan akan meliputi hal-hal sebagai berikut: •
Percobaan pembelajaran, yaitu setelah prototype berhasil dibuat, percobaan yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah setiap sistem tersebut dapat bekerja sesuai yang diharapkan? Apakah system berhasil menerima pesan SMS dan merubahnya ke dalam bentuk sinyal data untuk dapat mengendalikan perintah yang diinginkan?
•
Percobaan untuk menentukan spesifikasi akhir, yaitu percobaan yang dilakukan untuk dapat mengetahui bahwa prototype tersebut akan bekerja dengan spesifikasi yang seperti apa (compatible with), sehingga dapat diketahui bahwa prototype tersebut akan kompatibel dengan peralatan lain yang seperti apa. Misalnya dalam hal ini, percobaan akan dilakukan terhadap lampu jenis apa saja yang dapat disambungkan dengan prototype, handphone seperti apa yang kompatibel untuk dapat digunakan sebagai receiver yang dihubungkan ke prototype.
61
4.5.4
Membuat Jadwal untuk Pembuatan dan Pengujian Dalam usaha untuk mengembangkan prototype, agar dapat berjalan dengan
baik maka perlu dibuat jadwal yang menuntun setiap tahap pembuatan prototype. Berikut merupakan tiga jadwal utama dalam menetapkan usaha pembuatan prototype: •
Pertama, tim menetapkan kapan bagian-bagian akan siap untuk dirakit (ini kadang-kadang disebut tanggal “rangkaian bagian”). Dalam hal ini maka jadwal yang ditetapkan untuk menentukan kapan bagian-bagian akan siap untuk dirakit yaitu setelah tahap arsitektur, desain industri, dan DFM selesai ditetapkan serta setelah seluruh komponen-komponen diperoleh dari supplier.
•
Kedua, tim menetapkan Jadwal kapan prototype akan diuji pertama kali (ini kadang-kadang disebut tanggal “pengujian asap”, karena merupakan waktu tim untuk pertama kalinya menyalurkan energi dan “melihat asap” dalam produk dengan system listrik). Untuk jadwal pengujian dapat ditetapkan yaitu setelah prototype selasai dibuat. Setelah selesai dibuat maka dapat dilakukan percobaan satu per satu seperti apa yang telah digariskan tentang percobaan apa saja yang hendak dilakukan.
•
Yang ketiga, tim menetapkan tanggal saat prototype diharapkan telah selesai diuji dan memberikan hasil akhir. Hal ini merupakan jadwal terakhir dari seluruh jadwal yang telah ditetapkan.
62
4.5.5
Menetapkan Hasil Akhir Sebelum menetapkan hasil spesifikasi akhir dari produk yang dikembangkan
D imensi
Menggunakan trafo 5 volt, 1 ampare
Waktu instalasi
R angkaian dikemas dalam plastic case
Menggunakan relay dengan daya max.120 watt
Menggunakan komponen mikrokontroler AT89S51
Menggunakan teknologi SMS
maka terlebih dahulu tim membuat engineering metrics, sebagai berikut:
Dapat mengendalikan lampu tanpa batas jarak
Dapat mengerti pesan yang diinginkan Dapat digunakan pada berbagai jenis lampu
Aman
Praktis
Hemat listrik
Gambar 4.13 Engineering Metrics Berdasarkan dari prototype yang berhasil dibuat dan diuji maka tim pengembang menetapkan spesifikasi akhir dari produk yang telah dikembangkan sebagai berikut:
63
Main Specifications: •
Mikrokontroller: Seri AT89S51 re-programmable menggunakan bahasa assembly (dilampirkan).
•
Input: Serial Port (DB9) sebagai terminal penghubung dengan handphone receiver.
•
Output: Connector port to lamp, terminal yang menghubungkan rangkaian dengan lampu yang akan digunakan.
•
Relay: Relay yang digunakan adalah dengan daya maximum 120watt
•
Power Supply: Menggunakan trafo 5 volt dan 1 Ampere.
•
Dimensions: 19.5(P) x 7.75(L) x 21.7(T) cm
•
Compatible with: o Mobile phone: Siemens series 45 dengan setting Boud rate19.200 o Lamp: semua jenis lampu yang dayanya tidak lebih atau sama dengan 120 watt.
64
Instruksi Penggunaan dan Installasi Pertama, hubungkan rangkaian elektronik dengan dengan kabel yang menuju ke lampu melalui terminal yang disediakan (output port). Kedua, setting handphone yang akan digunakan sebagai receiver SMS pada boud rate 19200. Setelah itu hubungkan kebel data handphone ke serial port (DB9) yang tersedia. Ketiga, hubungkan kabel power supply ke sumber listrik. Jika lampu Led berkelap-kelip menendakan handphone telah terdeteksi dan rangkaian siap untuk dioperasikan. Namun jika lampu Led tidak berkedip (menyala terus) hal tersebut menandakan handphone tidak terdeteksi, pada kondisi demikian, tekan tombol reset. Jika masih tidak terdeteksi hal tersebut menandakan handphone yang digunakan tidak kompatibel dengan rangkaian.
Cara Mengoperasikan Setelah rangakaian telah disiapkan dan diinstalasi dan dihubungkan dengan sumber listrik, maka untuk melakukan perintah yang diinginkan cukup dengan mengirimkan pesan SMS ke nomor handphone receiver yang digunakan. Untuk melakukan perintah menyalakan lampu, cukup dengan ketik: Light On dan kirim ke nomor tujuan. Demikian Untuk melakukan perintah mematikan lampu, cukup dengan ketik: Light Off dan kirim ke nomor tujuan. Penulisan SMS untuk mengontrol lampu ini merupakan Case Sensitive sehingga penulisannya harus sama huruf besar dan huruf kecilnya.
65
Cara Kerja Rangkaian Mikrokontroler pada rangkaian berfungsi untuk membaca new incoming SMS pada handphone dengan cara menghubungkan handphone dengan serial port. Mikrokontroler yang digunakan di sini adalah mikrokontroler jenis AT89S51, yaitu mikrokontroler yang memiliki kemampuan untuk melakukan in system programming, yaitu teknik pemrograman secara In Situ, yaitu langsung pada rangkaian. Pembacaan SMS pada handphone dengan menggunakan mikrokontroler ini berdasarkan pada AT Command, yaitu perintah untuk berkomunikasi secara serial. Disebut AT Command karena pada umumnya perimtah-perintah yang digunakan berawalan AT. Berikut adalah bebrapa contoh AT Command yang digunakan dalam pemrograman mikrokontroler, yaitu: AT + CMGL → yaitu AT Command yang berfungsi untuk membaca isi SMS AT + CMGD → yaitu AT Command yang berfungsi untuk menghapus isi SMS Perintah-perintah tersebut dikirimkan oleh mikrokontroler ke handphone sehingga dapat membaca SMS yang masuk, dan setelah membaca data yang masuk dan memprosesnya SMS tersebut dihapus, guna menghemat memori handphone. Jika isi SMS yang dikirim sesuai dengan yang telah diprogram, dalam hal ini Light On untuk menyalakan lampu dan Light Off untuk mematikan lampu, maka mikrokontroler akan mengirimkan sinyal ke rangkaian penguat untuk mematikan atau menyalakan lampu sesuai dengan isi SMS. Penulisan SMS untuk mengontrol lampu ini merupakan Case Sensitive sehingga penulisannya harus sama huruf besar dan huruf kecilnya.