BAB 4. ANALISA Setelah perancangan selesai dan semua router dan PC sudah selesai dikonfigurasi, lalu akan dilakukan analisa berdasarkan 4 metode pengujian berikut : 4.1 Analisa Pengujian Pemilihan Jalur Pengiriman Data Berdasarkan hasil pengujian jalur pengiriman pada routing protokol RIPng dan OSPFv3 dapat kita lihat bahwa kedua routing protokol ini memiliki rute yang sama pada pengiriman data dari PC A – PC B yaitu melewati jalur tunnel sebagai rute utama pengiriman datanya.
Gambar 0-1 Path pengiriman data
Hal tersebut dapat kita tentukan dengan melihat routing table pada setiap router. Routing table RIPng pada router A :
Gambar 0-2 Routing table RIPng
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
routing table OSPFv3 pada router A :
Gambar 0-3 Routing table OSPFv3
Dari kedua routing table tersebut dapat kita lihat bahwa untuk mencapai IP 2000::/64 (PC B) dari router A dapat dicapai melalui port ether 2 (tunnel). Jika kita lihat pada routing protokol RIPng penentuan jalur pengiriman datanya ditentukan berdasarkan perhitungan jumlah hop count (jumlah router yang dilewati) dimana jalur yang memiliki hop count terkecil akan menjadi jalur utama pengiriman datanya, pada kasus kali ini jika kita ingin mengirimkan data dari PC A – PC B maka terdapat dua pilihan jalur, yaitu dengan melewati jalur tunnel (2 hop) atau jalur lainya 3 (hop), berdasarkan perhitungan jumlah hop paling sedikit tentu RIPng akan memilih jalur tunnel sebagai jalur utamanya.
Gambar 0-4 Hop count RIPng
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sementara dalam OSPFv3 penentuan jalur ditentukan berdasarkan nilai cost pada setiap router jalur yang memiliki nilai cost terendah akan dipilih sebagai jalur utama pengiriman data, untuk menentukan nilai cost sendiri dihitung berdasarkan rumus: COST =
=1
Rumus tersebut didapat dari perhitungan standard yang telah ditentukan pada OSPFv3 yaitu 108/bandwith setiap port yang digunakan, dan berikut daftar bandwith setiap port beserta costnya Tabel 0-1 daftar Cost OSPFv3
Pada skema jaringan kali ini digunakan router mikrotik dengan port fastethernet yang memiliki bandwith 100Mbps, sehingga nilai cost pada setiap port nya adalah
Gambar 0-5 Cost OSPFv3
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan jumlah cost terkecil adalah melalui jalur tunnel router A- router C. Dilihat dari hasil trace juga menunjukan hal yang sama, hasil trace RIPng dari PC B – PC A melewati IP Tunnel 3000::1 yang ditanam ether2 router A :
Gambar 0-6 Tracert RIPng
Hasil trace OSPFv3 dari PC A – PC B melewati IP tunnel 3000::2 yang ditanam pada ether 2 router B:
Gambar 0-7 Tracert OSPFv3
4.2 Analisa Pengujian Update Routing Dan Kecepatan Waktu Konvergensi Pada pengujian update routing dan kecepatan waktu konvergensi dilakukan dengan memutuskan salah satu jalur fisik pada rute utama pengiriman data, pada routing RIPng setelah dilakukan pemutusan jalur utama maka router dalam jangka waktu tertentu akan langsung mengupdate routing table mereka ke jalur alternative lain untuk pengiriman datanya menjadi seperti gambar berikut
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 0-8 RIPng update routing table
Dimana sebelumnya untuk rute pengiriman data menuju IP 2000::/64 (PC B) melewati ether 2, berpindah menjadi melewati ether 6. Begitu pula dengan OSPFv3 setelah dilakukan pemutusan jalur, OSPFv3 mengupdate routing table nya menjadi seperti berikut :
Gambar 0-9 OSPFv3 update routing table
Keadaan konvergen pada suatu jaringan dapat dicapai ketika setiap router telah siap mengirimkan data dan semua komponen jaringan dapat saling terkoneksi, untuk mengetest waktu konvergen dan kecepatan setiap routing protokol dalam mengupdate routing tablenya dapat dilakukan test pemutusan jalur kemudian dihitung sampai berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap router untuk
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengupdate routing tablenya. Pada routing protokol RIPng setelah dilakukan 5 kali percobaan dihasilkan waktu seperti berikut untuk dapat konvergen kembali Tabel 0-2 RIPng konvergen time
RIPng Pengujian
Waktu konvergensi
Nilai varian (x-rata-rata)2
(x) 1
03:03 (183 detik)
25
2
02:49 (169 detik)
81
3
03:01 (181 detik)
9
4
02:56 (176 detik)
4
5
03:03 (183 detik)
25
Rata-rata
02:58 (178 detik)
28.8
Sementara dalam OSPFv3 membutuh setelah dilakukan 5 kali percobaan dihasilkan waktu sebagai berikut untuk dapat konvergen kembali. Tabel 0-3 OSPFv3 konvergen time
OSPFv3 Pengujian
Waktu konvergensi
Nilai varian (x-rata-rata)2
1
4 Detik
225
2
52 Detik
1089
3
27 Detik
64
4
10 Detik
81
5
5 Detik
198
Rata-rata
19 detik
331.4
Dari hasil 5 kali percobaan dihasilkan tabel standar deviasi sebagai berikut: Tabel 0-4 Table Waktu Konvergen
Hasil Waktu Konvergen Pengujian
RIPng
OSPFv3
Rata-rata
178 detik ±
19 detik ±
Dalam mengupdate routing tablenya protokol RIPng memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan dengan OSPFv3 dikarenakan pada RIPng masih menggunakan 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
update timer dalam mengupdate routing tablenya, dimana update akan dilakukan pada jangka waktu tertentu saja . hal ini berbeda dengan OSPFv3 dimana dengan konsep LSA routing protokol ini pada setiap routernya sudah mampu mengenali keseluruhan topologi yang ada sehingga pada saat terjadi pemutusan jalur akan langsung terdeteksi dan dilakukan update routing table sesegera mungkin. Dari hasil pengujian waktu kovergensi protokol RIPng memiliki rata-rata waktu kovergensi sebanyak 178 detik sedangkan OSPFv3 memiliki rata-rata waktu kovergensi sebanyak 19 detik. 4.3 Analisa Pengujian Performance Jaringan Dengan Pengiriman Paket Tcp Untuk pengujian performance jaringan dilakukan dengan 5 skenario pengujian dengan jumlah beban yang berbeda dimana masing-masing beban dilakukan 1 kali percobaan. Pada routing protokol RIPng dan OSPFv3 dilakukan pengiriman data TCP melalui IPERF dari PC A – PC B maka dihasilkan data throughput bandwith sebagai berikut : Tabel 0-5 Throuhput bandwith yang dihasilkan RIPng dan OSPFv3
Beban
Hasil Throughput bandwith (Mbits/Sec)
(Byte)
RIPng
OSPFv3
2000 Byte
65, 8 Mbits/Sec
68, 1 Mbits/Sec
3000 Byte
94, 4 Mbits/Sec
85, 8 Mbits/Sec
4000 Byte
131 Mbits/Sec
114 Mbits/Sec
5000 Byte
137 Mbits/Sec
169 Mbits/Sec
6000 Byte
159 Mbits/Sec
171 Mbits/Sec
Dari hasil throughtput bandwith tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah maksimal beban yang dapat ditampung pada suatu pengiriman data sangat berpengaruh pada jumlah bandwith yang kita dapat, semakin tinggi jumlah maksimal beban yang dapat dilewatkan maka semakin besar juga jumlah bandtwith yang kita terima. 4.4 Analisa Paket Data Pada Saat Melewati Tunnel Ipv6 Pada saat dilakukan pengujian ICMP dari PC A – PC B pada awalnya paket data berasal jaringan IPv6 namun pada saat melalui jaringan IPv4 (tunnel) ternyata bentuk paket masih berupa paket IPv6 yaitu ICMPv6 hanya saja pada header paket ditambahkan source dan destination IPv4 sebagai rute tujuannya, hal 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tersebut dapat kita lihat pada paket data ICMP yang tercapture pada saat melewati tunnel.
Gambar 0-10 Packet ICMP
Untuk header source dan destination dapat kita amati lebih jelas pada capture paket berikut :
Gambar 0-11 Detail ICMP packet
Dapat kita lihat didalam paket ICMPv6 terdapat pula paket ICMPv4 dimana digunakan sebagai penunjuk arah karena paket IPv6 tersebut sedang melewati jaringan dengan protokol IPv4.
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.1 Analisa Paket Data RIPng Pada Jaringan Tunneling Pada routing protokol RIPng informasi yang dibawa pada saat keadaan jaringan normal adalah informasi routing pada setiap pathnya dimana pada paket data RIPng di sertakan rute detail beserta nilai metric rute tersebut.
Gambar 0-12 RIPng packet
Namun pada saat dilakukan pemutusan salah satu jalur fisik jaringan, sebagai contoh diputusnya jalur fisik ke arah IP 3000::/64 maka routing protokol RIPng akan memberikan update bahwa destination ke IP 3000::/64 tidak dapat dicapai dengan memeberikan nilai metric pada IP tersebut sebesar 16, dimana nilai maksimum hop/metric pada RIPng adalah 15 dan jika ada nilai metric diatas 15 maka jaringan tersebut dianggap terputus atau tidak dapat dijangkau.
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 0-13 RIPng update packet
4.4.2 Analisa Paket Data OSPFv3 Pada Jaringan Tunneling Pada OSPFv3 jenis paket yang dikirimkan adalah hello paket dimana dalam paket tersebut terdapat informasi OSPF, frame 41, ethernet dan IPv6 (source dan destination).
Gambar 0-14 OSPF packet
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Masing-masing router mengirimkan hello paket pada setiap router neighbornya dimana pada setiap hello paket terdapat informasi ospf mengenai router mana yang menjadi designated routet, backup desighnated route dan active neghbornya. Pada paket OSPFv3 tidak dikirimkan informasi routing karena pada saat awal pembentukan neighbor setiap router sudah memetakan seluruh topologi jaringan didalam memorinya dan inilah yang menjadi kelebihan OSPFv3 yang mendukung kecepatanya dalam mengirimkan data.
Gambar 0-15 OSPFv3 detail packet
Kemudian pada saat terjadi pemutusan salah satu jalur fisik maka secara otomatis routing protokol OSPFv3 akan mengirimkan 2 paket untuk menginformasikan adanya perubahan topologi dari satu router ke router lainya, nama paket tersebut adalah link state update dan link state acknowladge.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 0-16 OSPFv3 update packet
Pada kedua paket link state tersebut sama-sama berisi 2 jenis LSA type yaitu type 8201 (intra Area ) dan 8194 ( network LSA).
Gambar 0-17 OSPFv3 LS Acknowledge
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 0-18 OSPFv3 LS Update
Berbeda setelah jalur fisik yang tadi terputus dipasang kembali maka akan juga dikirimkan paket LS update dan LS aknowladge kembali namun dengan jumlah LSA yang lebih banyak yaitu dua type 8201 dan dua type 8194.
Gambar 0-19 LS Update kovergen link
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 0-20 LS Acknowledge konvergen link
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/