BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhirakhir inisudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan) (Munawir 2002:5). Laporan keuangan menurut Djarwanto (2004:1) adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan kondisi hasil keuangan dan hasil operasi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah manajer, pemilik, kreditur, investor, penyalur, karyawan, lembaga pemerintah, dan masyarakat umum.
9
10
Menurut (Baridwan 2002:17) dalam bukunya Intermediate Accounting mengemukakan bahwa laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang telah terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah suatu pencatatan aktivitas perusahaan yang dibuat pada akhir periode untuk suatu perusahaan di mana daftar tersebut dapat berisi neraca dan laporan laba-rugi yang merupakan laporan utama. 2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Lukviarman, 2006:13). Disamping itu laporan keuangan juga berfungsi sebagai pertanggung jawaban bagi pihak-pihak yang masih ada kaitannya dengan perusahaan. Menurut Baridwan (2002:4) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Relevan Relevansi
suatu
penggunaannya.
informasi
harus
dihubungkan
dengan
maksud
11
b. Dapat Dimengerti Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. c. Daya Uji Untuk
meningkatkan
manfaatnya,
informasi
harus
dapat
diuji
kebenarannya oleh para pengukur independen menggunakan pengukuran yang sama. d. Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu, tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal itu akan merugikan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan berlawanan. e. Tepat Waktu Informasi harus diarahkan dan disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebaga dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. f. Daya Banding Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya di perusahaan yang sama maupun dengan laporan perusahaan-perusahaan lainnya pada periodic yang sama.
12
g. Lengkap Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. 3. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan a. Sifat Laporan Keuangan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan (Munawir. S (2002:6) Jadi laporan
keuangan tersebut bersifat historis dan sebagai suatu
progress
report
laporan keuangan terdiri dari data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara:
1. Fakta yang telah dicatat, berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, dimana pencatatan ini dilakukan dari pos-pos berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa lampau, dan jumlah-jumlah bunga yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian itu maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi perekonomian yang paling akhir, karena segala sesuatunya bersifat
13
historis. Sehingga mungkin terdapat beberapa hal yang dapat membawa akibat terhadap posisi keuangan perusahaan tidak dicatat dalam pencatatan akuntansi atau tidak nampak dalam laporan. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan didalam akuntansi, berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, hal ini dilakukan
dengan
tujuan
memudahkan
pencatatan
atau
untuk
keseragaman. 3. Pendapatan pribadi, berarti walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang mudah ditetapkan dan menjadi standar pokok pembukuan, namun penggunaan dari konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau management perusahaan yang bersangkutan. Pendapat ini tergantung pada pendapat atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal.
b. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1.
Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
14
2.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.
3.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga.
4.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan keuangan adalah Suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. (Dwi Prastowo Darminto, 2005:30)
15
Analisis laporan keuangan adalah Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara yang satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. (Sofyan S. Harahap, 2001:190) Dari kedua pengertian diatas maka kesimpulan dari analisis laporan keuangan adalah suatu proses membedah- bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya, komponen
dan
penelaahan
hubungan
diantara
mendalam
terhadap
komponen-komponen
masing-masing tersebut
akan
menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri. 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2004 : 195), analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam laporan keuangan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagi berikut :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas,lebih dalam dari pada yang terdapat pada laporan keuangan biasanya.
b.
Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuanngan (implicit).
16
c. Dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi dan peningkatan (rating). f. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. g. Dapat membendingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standart ideal. h. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. i. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di masa yang akan datang. j. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:
(1) Dapat menilai Prestasi perusahaan
(2) Dapat memproyeksikan keuangan perusahaan.
17
(3) Dapat menilai kondisi masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu.
(4) Posisi keuangan
(5) Hasil-hasil perusahaan
(6) Liquiditas
(7) Solvabilitas
(8) Aktivitas
(9) Rentabilitas dan Prifitabilitas
(10) Indikator pasar modal
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Analisis Rasio Menurut Munawir (2004:37) Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Menurut
Mahmud
M.Hanadie
(2005:77)
Analisis
rasio
adalah
penggabungan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
18
Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang keuangan adalah analisis ratio keuangan (Financial Ratio Analysis) Dalam Keown dkk (2002:60) tujuan dari analisis ratio adalah untuk membantu manager finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan, berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas. Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan khusus dari analisis atau pihak yang berkepentingan. Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. 2. Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2009: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Misalnya antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.
19
1. Rasio Likuiditas Menurut Syamsudin (2002:37), rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan dalam jangka pendek atau segera yang harus dibayar. Adapun indicator yang digunakan dalam rasio likuiditas ini adalah: a. Current Ratio (CR) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: Current Ratio =
Aktiva Lancar Hutang Lancar
x
100%
b. Quick Ratio (QR) Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
20
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: Quick Ratio
=
Aktiva Lancar - Persediaan Kewajiban Lancar
x
100%
2. Rasio Solvabilitas Menurut Machfoedz (dalam Meyti, 2005), rasio solvabilitas adalah rasio yang merupakan indicator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas rendah mempunyai resiko kerugian yang lebih kecil pada saat perekonomian sedang menurun, tetapi memiliki tingkat return yang rendah pada saat perekonomian tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan rasio keuangan yang besar tetapi kesempatan untuk mendapat keuntungan juga tinggi. Kesimpulannya adalah bagaimana menyeimbangkan pengembalian yang diharapkan yang tinggi dengan meningkatnya resiko (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002:154). a. Debt to Total Asset (DTA) Debt to total asset merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
21
finansialnya dengan seluruh aktivanya seandainya perusahaan tersebut pada saat likuidasi. Pengukuran rasio ini dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: Debt to Total Assets Ratio =
Total Hutang Total Aktiva
x
100%
b. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity merupakan rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh utangutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Debt to Equity Ratio =
Total Hutang Total Modal Sendiri
x
100%
3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aktivanya. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan didalam menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh penjualan. Hal ini berhubungan dengan tujuan manajemen keuangan di dalam menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva, yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal (Lukviarman, 2006:26).
22
Rasio yang digunakan adalah: a. Inventory turn over (ITO) Perputaran persediaan merupakan rasio untuk mengukur efektivitas atau efisiensi pengelolaan investasi ke dalam persediaan yang dilakukan perusahaan dan tergambar dari jangka waktu perputaran persediaan selama satu tahun. Inventory Turn Over =
Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan
x
100%
b. Total Asset Turn Over (TATO) Total asset turnover menunjukkan kemampuan total aktiva untuk berputar selama satu tahun untuk menghasilkan penjualan yang dapat dihitung dengan cara membagi penjualan bersih dengan total aktiva. Total Assets Turn Over =
Penjualan Total Aktiva
x
100%
4. Rasio Profitabilitas Menurut Weygandt et al. (dalam Meyti, 2005), rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternative investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula.
23
Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan yang berkaitan dengan investasi. 1. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan. Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan di dalam mengendalikan berbagai beban yang berhubungan dengan penjualan.
a. Gross Profit Margin Gross profit margin menunjukkan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba kotor. b. Net Profit Margin Net Profit Margin menunjukkan kemampuan penjualan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak. Net Profit Margin =
Laba Bersih Penjualan
x
100%
c. Operating Profit Margin Operating Profit Margin menggambarkan beban-beban operasional perusahaan serta harga pokok penjualan. 2. Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Rasio ini digunakan untuk menilai atau mengukur tingkat keuntungan perusahaan dalam hubungannya dengan dana yang diinvestasikan didalam rangka menghasilkan keuntungan tersebut.
24
a. Return on Asset (ROA) Rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dan harta perusahaan. ROA diukur dengan perbandingan antara net income dengan total assets. Return On Assets =
Laba Bersih Total Aktiva
x
100%
b. Return on Equity (ROE) Rasio untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara net income dengan shareholders equity (net worth). Return On Equity =
Laba Bersih Modal Sendiri
x
100%
3. Keunggulan Rasio Keuangan Analisa rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya, keunggulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi keuangan ditengah industry lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score). 5. Menstandarisir size perusahaan.
25
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan-perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”. 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang (Harahap, 2009:298). 2.1.5 Pertumbuhan Laba Tujuan
utama
perusahaan
adalah
memaksimalkan
laba.
Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005:25) mendefinisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih ( net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi pertumbuhan laba perusahaan tahun yang akan datang (SFAC No. 1, 2002). Laba dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin daam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang akan tetapi prediksi mengenai laba yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan. Bagi para investor informasi laba dapat digunakan sebagai faktor utama dalam meramalkan distribusi deviden di masa yang akan datang yang merupakan faktor penting untuk menetapkan nilai berjalan atas sebagian saham atau atas
26
keseluruhan perusahaan, sedangkan bagi pemegang obligasi dan kreditur informasi laba dapat digunakan untuk menilai tingkat pengembalian tahunan dan menerima pembayaran kembali pokok pinjaman pada saat hutang tersebut telah jatuh tempo. Pertumbuhan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang. Penilaian terhadap kemampuan manajemen dan tersedianya informasi yang memadai merupakan faktor penting dalam membuat prediksi pertumbuhan laba untuk masa yang akan datang. 2.1.5 Karakteristik Laba Konsep laba akuntansi, Belkaoui (2007 : 229) menyebutkan bahwa laba akuntansi memiliki 5 karakteristik sebagai berikut: a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa. b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan. d. Laba akuntansi memerlukan biaya (expense) dalam bentuk cost historis. e. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pemadanan (matching) antara penghasilan yang terealisasi di periode tersebut dengan biaya-biaya relevan yang berkaitan.
27
2.1.6 Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 1. Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Pertumbuhan Laba Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2009 : 301). Semakin tinggi CR, maka akan semakin besar kemampuan untuk membayar berbagai tagihannya, apabila suatu perusahaan dianggap terlalu likuid, secara relative jika dibandingkan dengan industrinya, akibatnya perusahaan tersebut akan mengalami penurunan profitabilitas (Harahap, 2007:194). 2. Hubungan Quick Ratio (QR) Terhadap Pertumbuhan Laba Quick Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas (Van Horne, 2006 : 206). Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan, sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Harahap, 2007:194). QR berkonsentrasi hanya pada kas, sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan piutang, karena bersifat lebih likuid. Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap dari CR dalam menganalisis likuiditas. 3. Hubungan Debt to Assets Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba DTA termasuk salah satu rasio solvabilitas/ leverage. Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban jangka
panjangnya (Harahap, 2007:194). Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio debt to equity. Rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva
28
perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Semakin besar rasio debt to asset maka semakin besar resiko keuangannya. 4. Hubungan Debt to Equity Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba DTA termasuk salah satu rasio solvabilitas/ leverage. Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi
kewajiban jangka
panjangnya. DTE merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Komposisi struktur pendanaan perusahaan dapat berdampak terhadap pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan (Harahap, 2007:194). 5. Hubungan Inventory Turnover Terhadap Pertumbuhan Laba Inventory turnover mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock”. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Tingkat turnover yang rendah dapat menunjukkan kelebihan stock, usang atau kekurangan pada lini produk atau usaha pemasaran. Tingkat turnover yang tinggi dapat menunjukkan tingkat persediaan yang tidak memadai yang dapat menyebabkan kerugian bisnis (Riyanto, 1997:74). Dapat disimpulkan tinggi rendahnya inventory Turnover mempunyai efek langsung terhadap besarnya kecilnya modal yang diinivestasikan dalam
29
persediaan. Makin tinggi persediaan terjual maka makin pendek waktu modal dalam persediaan. Oleh karena itu, inventory Turnover mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba. 6. Hubungan Total Assets Turnover Terhadap Pertumbuhan Laba Total Assets Turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio total assets turnover berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan penjualan. Dengan perkataan lain, jumlah assets yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total assets turnovernya ditingkatkan atau diperbesar dengan tingginya penjualan maka secara otomatis akan mempengaruhi pertumbuhan laba. Total Assets Turnover ini lebih penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan (Syamsudin, 1998:62). 7. Hubungan Return On Assets Terhadap Pertumbuhan Laba Menurut (Riyanto, 1997:36) rasio ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Hal ini berkaitan dengan rentabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva atau modal perusahaan. Rasio ini menjadi salah satu indicator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai Return On Assets maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan assets.
30
8. Hubungan Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas investasi berdasarkan ekuitas pemegang saham, rasio ini juga sering digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industry yang sama (Van Horne, 2006:226). 9. Hubungan Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba NPM termasuk salah satu rasio profitabilitas. NPM menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan bersihnya (Van Horne, 2006:206). NPM yang semakin besar menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui hutang-hutang baru, sehingga pendapatan yang diperoleh menjadi meningkat (Harahap, 2007:304). 2.1.7 Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu yang berkaitan dengan rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang dilakukan.
31
Tabel 1 Peneliti Terdahulu No
Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1
Suprihatmi dan Wahyudin (2005)
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kemampuan Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan variabel yang digunakan yaitu debt to equity, leverage ratio, gross profit margin, net profit margin, inventory turnover, total assets turnover, return on investment, dan return on equity secara simultan berpengaruh terhadap perubahan laba. Sedangkan secara parsial variabel gross profit margin, inventory turnover, return on investment, dan return on equity berpengaruh terhadap perubahan laba. Dari hasil uji-t tersebut ditunjukkan bahwa variabel inventory turnover dan return on investment mempunyai pengaruh positif sedangkan untuk variabel gross profit margin, dan return on equity mempunyai pengaruh negative terhadap perubahan laba.
2
Meriawaty dan Astuti (2005)
Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan Industri Food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk earning after tax) adalah rasio Total debt to capital assets., Total assets turnover, dan Return on Investment. Sedangkan rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk operating profit) adalah current ratio.
3
Meythi (2005)
Rasio Keuangan yang Paling baik untuk memprediksi Pertumbuhan laba:
Penelitian ini merupakan pengujian empiris untuk mencari jawaban tentang rasio keuangan mana yang paling baik untuk memprediksi
32
Suatu studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
pertumbuhan laba. Dari hasil faktor analisis didapatkan kesimpulan bahwa dari semua rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio likuiditas (Current ratio, quick ratio), rasio solvabilitas ( debt ratio, equity to total asset, equity to total liabilities, equity to fixed asset), rasio aktivitas (inventory turnover, average collection period, fixed asset turnover, total asset turnover), dan rasio pertumbuhan laba. Kesimpulan menunjukkan bahwa ROA yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur sector basic and chemical untuk periode 2000-2003.
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis dan beberapa penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan menggunakan 9 Rasio (variabel bebas) yang termasuk dalam 4 kelompok rasio diatas diantaranya meliputi current ratio, cash ratio, debt to equity ratio, debt to total asset, return on equity, return on asset, net profit margin,total asset turnover, inventory turn over dan sebagai (variabel dependen) adalah pertumbuhan laba sebagaimana terlihat dalam rerangka pemikiran berikut
33
Studi Teori Analisis laporan Keuangan: Menurut Munawir (2002:5), Djarwanto (2004:1), Baridwan (2002:17) dalam bukunya Intermediate Accounting Analisis ratio : Menurut Munawir (2004:37), Mahmud M. Hanadie (2005:77), Dalam Keown dkk (2002:60) Jenis-Jenis rasio Keuangan: Menurut Harahap (2009:297) Rasio Likuiditas: Menurut Syamsudin (2002:37). Rasio Solvabilitas: Menurut Machfoeds (dalam Meyti, 2005), Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002:154) Rasio Aktivitas: Menurut Lukviarman (2006:26) Rasio Profitabilitas: Menurut Weygandt et al. (dalam Meythi, 2005) Pertumbuhan Laba: Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:25), Belkaoui (2007:229)
Studi Empirik Fakta Untuk mengetahui pertumbuhan laba atau kinerja perusahaan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Analisis rasio merupakan suatu bentuk atau cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan financial suatu perusahaan. Permasalahan Apakah ada pengaruh diantara rasio-rasio keuangan yang meliputi current ratio, quick ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, inventory turnover, total assets turnover, return on assets, return on equity, net profit margin dalam memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel Bebas -
Variabel Terikat
Current ratio Quick ratio Debt to equity ratio Debt to assets ratio Inventory turnover Total assets turnover Return on Asset Net Profit Margin
Pertumbuhan Laba
Hipotesis Diduga ada pengaruh diantara rasio-rasio keuangan yang meliputi current ratio, quick ratio, debt to equity ratio, debt to assets ratio, inventory turnover, total assets turnover, return on assets, return on equity, net profit margin dalam memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Uji Statistika
Skripsi
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Suprihatmi dan Wahyudin (2005) Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Manufaktur Yang terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Meriewaty dan Astuti (2005) Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan Industri Food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Meythi (2005) Rasio Keuangan yang Paling Baik untuk memprediksi pertumbuhan laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
34
Current Ratio (CR) Quick Ratio (QR) Debt to Equity (DTE) Debt to Asset (DTA)
Return On Assets (ROA)
Pertumbuhan Laba (PL)
Return On Equity (ROE) Net Profit Margin (NPM) Inventory turnover (ITO) Total asset turnover (TATO)
Gambar 2 Model Rerangka Berpikir
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah suatu proporsi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan. Dari landasan konseptual dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Current ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
35
H2: Quick ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Debt to Equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4: Debt to Assets ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H5: Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H6: Total Assets Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H7: Return on Assets berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H8: Return on Equity berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H9: Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.