BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan alat radiografi di bidang kedokteran gigi dimulai pada tahun 1913. Kemudian pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi yang pertama dimunculkan dan kemudian berkembang hingga 1966, dimana pada tahun ini muncul x-ray intra oral dengan long beam yang digunakan sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi digital yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam computed tomography yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi dalam bentuk dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer.1,2 Penelitian-penelitian telah melaporkan jenis dan frekuensi kesalahan dan kegagalan yang terjadi ketika radiografi dilakukan dan diproses oleh mahasiswamahasiswa dan juga oleh tenaga profesional. Terlepas dari teknik-teknik yang diaplikasikan (bisekting ataupun parallel), kesalahan yang paling umum ditemukan antara lain: kesalahan peletakkan conebeam, kesalahan angulasi horizontal atau vertikal dan juga kesalahan sewaktu processing film. Pencatatan frekuensi dan jenis kesalahan-kesalahan dalam praktik radiografi merupakan suatu hal penting dalam program penilaian kualitas yang dapat membantu professor dan mahasiswa-mahasiswa dalam mengidentifikasi dan memperbaiki kualitas.7
2.1 Definisi Radiografi Dental Radiografi dental adalah alat yang penting dalam membantu seorang dokter gigi dalam pembuatan rencana perawatan dan membantu dalam menegakkan diagnosis dari manifetasi oral di rongga mulut yang tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari pemeriksaan klinis seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan patologis rongga mulut lainnya.8 Meskipun dosis paparan dari radiografi dental sangat kecil namun, dosis paparan cahaya radiasi harus diminimalisasikan seminimal mungkin untuk mengurangi akumulasi dosis paparan terhadap pasien.8
2.2 Radiografi Ekstraoral Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan yang menggunakan film yang lebih besar dan berada diluar mulut sewaktu pemaparan sinar x-ray yang bertujuan untuk melihat area pada kepala dan rahang. Radiografi ekstra oral biasanya digunakan untuk kegunaan perawatan ortodonti dan bedah mulut untuk melihat lokasi serta bentuk dari rahang seseorang. Tipe-tipe radiografi ekstra oral antara lain:2,3,4 a) Lateral jaw, body (mandible) b) Lateral jaw, ramus(mandible) c) Lateral cephalometric d) Posteroanterior e) Waters view f) Submentovertex g) Reverse towne h) Transcranial
2.3 Radiografi Intraoral Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran kondisi gigi dan jaringan sekitarnya dengan cara menempatkan film ke dalam rongga mulut pasien dan kemudian diberikan penyinaran x-ray. Radiografi intraoral sangat membantu dokter gigi dalam menegakkan diagnosis yang tidak terlihat secara klinis dan pembuatan rencana perawatan dari pasien. Radiografi intra oral
Universitas Sumatera Utara
secara umum terbagi kedalam tiga kelompok yaitu radiografi periapikal, interproksimal / radiografi bitewing dan oklusal.2,9
2.3.1 Radiografi Periapikal Merupakan radiografi yang untuk melihat kondisi gambaran dari makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitar dari dengan jarak minimal dua millimeter dari ujung akar. Indikasi radiografi periapikal, yaitu :2,3 1. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal. 2. Penilaian status periodontal. 3. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar. 4. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya. 5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi. 6. Perawatan endodontik. 7. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal. 8. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar 9. Evaluasi pasca pemasangan implan. Teknik yang digunakan dalam pengambilan radiografi periapikal ada dua yaitu : teknik paralleling dan bisekting.
1. Teknik paralleling Teknik paralleling juga dikenal sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal ini disebabkan karena pada teknik parallel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah akan tetapi kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil.2,9
Universitas Sumatera Utara
Teknik paralleling dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi. Kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi, lalu Sinar sentral x-ray diarahkan tegak lurus dengan gigi dan film. 2,10,11
Gambar 1. Teknik paralleling12
Teknik parallel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linear dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi. Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi akan sangat mudah diinterpretasikan dan dipelajari. Akan tetapi teknik ini memiliki kesulitan pada pasien dengan ukuran rongga mulut kecil dan anak-anak, pemakaian film holder akan menggurangi kenyamanan karena mengenai jaringan sekitarnya. 2,10 Keuntungan teknik paralleling, yaitu: 2,9 •
Tanpa distorsi.
•
Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya.
•
Mempunyai validitas yang tinggi.
Kerugian teknik paralleling, yaitu: 2,9
Universitas Sumatera Utara
•
Sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil.
•
Pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien.
Tabel 1. Cara meletakkan film pada teknik paralleling daerah maksilaris.11,13
Elemen Gigi Insisivus sentral maksilaris Insisivus lateral maksilaris
Kaninus maksilaris
Cara Meletakkan Film Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal pada daerah palatal, dekat daerah premolar kedua.
Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Film diletakkan ditengahtengah kaninus pada bagian palatal.
Premolar maksilaris
Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Film diletakkan diantara kontak premolar satu dan premolar dua.
Molar maksilaris
Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Film harus mencakup sampai molar ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Cara meletakkan film pada teknik paralleling daerah mandibularis.11,13
Elemen Gigi Insisivus sentral mandibula Insisivus lateral mandibula
Kaninus mandibula
Cara Meletakkan Film Film ditempatkan pada film holder
dalam
orientasi vertikal dan gigi insisivus sentralis berada di tengah film. Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal dan gigi kaninus terletak ditengah film.
Tabel 2. Cara meletakkan film pada teknik paralleling daerah mandibularis.11,13
Elemen Gigi Premolar mandibula
Cara Meletakkan Film Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Film diletakkan diantara kontak premolar satu dan premolar dua.
Molar mandibula
Film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Film harus mencakup sampai molar ketiga.
2.Teknik Bisekting Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat dilakukan selain teknik paralleling dalam pengambilan film periapikal. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasus-kasus kelainan anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau
Universitas Sumatera Utara
pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam rongga mulut dan diberikan blok untuk menahan film.2,9 Teknik bisekting dicapai dengan meletakkan film sepanjang permukaan lingual/palatal pada gigi kemudian sinar x-ray diarahkan tegak lurus (bentuk-T) ke garis imajiner yang membagi (membagi dua) sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film. Akan tetapi, teknik bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan gigi tidak berada sejajar dengan sinar-x ray. 2
Gambar 2. Teknik bisekting12
Teknik sudut bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi. Teknik ini memerlukan kepekaan dan ketelitian yang lebih dari operator. Jika sudut bisekting tidak benar, maka akan terjadi perpanjangan atau pemendekkan.2 Keuntungan teknik bisekting, yaitu:9
Dapat dilakukan tanpa film holder
Lebih nyaman karena lebih tidak mengiritasi jaringan
Universitas Sumatera Utara
Kerugian teknik bisekting, yaitu:9
Sering terjadi distorsi
Masalah angulasi( banyak angulasi yang harus diperhatikan)
Tabel 3. Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila2,14 Elemen Gigi
Sudut Penyinaran
Insisvus
+40° - +50°
Kaninus
+45° - +55°
Premolar
+30° - +40°
Molar
+20° - +30°
Tabel 4. Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula2,14
Elemen Gigi
Sudut Penyinaran
Insisvus
-15° - -25°
Kaninus
-20° - -30°
Premolar
-10° - 15°
Molar
-5° - 0°
2.3.2 Radiografi Interproksimal/ Bitewing Teknik
radiografi
bitewing
digunakan
untuk
memeriksa
daerah
interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi crown dari maksila dan mandibula daerah interproksimal dan crest alveolar dalam film yang sama. Pada
Universitas Sumatera Utara
teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi pada maksila dan mandibula. Kemudian pasien diminta menggigit bite tab atau bitewing film holder dan sinar x-ray kemudian diarahkan diantara kontak dari gigi posterior dengan sudut vertikal +5º sampai +10º. 2,14 Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada area yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan. Teknik bitewing juga dapat dilakukan di segmen anterior. 2,14
Gambar 3. bite tab (kiri), film holder untuk bitewing (kanan)12
Gambar 4. Radiografi bitewing vertikal (atas), radiografi bitewing horizontal (bawah)12
2.4 Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pembuatan Radiografi Intraoral Ada beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan pembuatan sebuah radiografi intraoral, antara lain;
Universitas Sumatera Utara
1. Voltase. Voltase merupakan ukuran kualitas dari energi listrik yang melewati tabung sinar-x. Apabila voltase besar maka panjang gelombang akan pendek dan daya tembus akan semakin kuat. Untuk radiografi intraoral digunakan 45-65 kV dan untuk radiografi ekstra oral digunakan 70-90kV. 9,15 2. Miliampere. Ini merupakan ukuran dari jumlah energi listrik yang melewati tabung sinar-x. Untuk radiografi kedokteran gigi digunakan 10-15mA. Ketika elektron menyerang titik fokus, sinar-x akan dipancarkan. Sinar-X harus dipancarkan dari sumber radiasi paling kecil. Semakin kecil titik fokus di dalam kepala tabung, semakin besar detail pada yang akan dihasilkan gambar. Produsen atau pabrik mengatur ukuran titik fokus, dan tidak dapat diubah oleh operator. Tetapi titik fokus dapat membesar dari waktu ke waktu karena terus digunakan. Ketika pembesaran titik fokus terjadi, gambaran radiografi yang dihasilkan menjadi kurang tajam. Titik fokus harus dipantau melalumi program jaminan kualitas. Perangkat uji resolusi akan mengetahui perubahan pada titik fokus.9,12
Gambar 5. Titik fokus dalam kepala tabung.12
3. Posisi kepala pasien. Garis imajiner pada maksila adalah garis yang ditarik dari alanasi ke tragus sejajar dengan lantai sedangkan garis imajiner pada mandibula adalah garis yang ditarik dari sudut bibir ke tragus sejajar dengan lantai dengan catatan bidang sagital tegak lurus terhadap lantai.9
Universitas Sumatera Utara
4.Film
atau
Reseptor
yang
Digunakan.
Operator
perlu
mempertimbangkan radiografi sebagai gambaran dari bayangan gigi. Apakah dalam pembuatan gambaran radiografi menggunakan pelat kaku ataupun fosfor sensor digital atau film konvensional.9,12
Gambar 6. Contoh film gambar. Rigid CCD Sensor Digital (kiri) ,Pelat Fosfor Digital (tengah), F-Speed Dental Film (Sistem Dental Kodak) (kanan).12 5. Posisi film. Posisi film pada prinsipnya harus meliputi gigi yang menjadi perhatian untuk difoto. Untuk regio anterior film diletakkan dengan posisi vertikal sedangkan pada posterior film diletakkan dengan posisi horizontal. Film pada rahang atas dipegang dengan ibu jari sedangkan pada rahang bawah dipegang dengan telunjuk menggunakan tangan yang berlawanan dengan region yang akan difoto. Permukaan film sejajar dengan dataran oklusal sekurangkurangnya 1/8 inchi sampai ¼ inchi melebihi permukaan oklusal. Film dan aksis panjang gigi harus sejajar satu sama lain. Ketika film dan aksis panjang gigi parallel (seperti dalam teknik parallel), distorsi gambar yang diradiografi menurun. Film dengan struktur parallelisme meningkatkan akurasi anatomi dan mengurangi distorsi bentuk.2,9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Kesejajaran film dan aksis panjang gigi.12
6. Jarak Target Film. Jarak dari target adalah jarak dari target anoda (sumber sinar) ke film untuk film ukuran standar (size 1) dan ukuran anak-anak (size 0) serta bitewing adalah delapan inci dan long cone teknik adalah 16-20 inci.9 7. Jarak Film terhadap Objek. Jarak objek ke film harus sedekat mungkin. Objek pada prinsip ini mengacu pada gigi atau struktur yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Penempatan objek dekat dengan film akan mengurangi pembesaran dan meningkatkan ketajaman gambar. Teknik bisekting lebih mengikuti prinsip ini dari pada teknik parallel. Teknik bisekting lebih cenderung membentuk distorsi dan tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai teknik utama. Distorsi diartikan sebagai penyimpangan dari bentuk objek yang sebenarnya.2,9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Jarak objek ke film.12
8. Arah dan Sudut Penyinaran. Penyinaran harus diarahkan tegak lurus dengan aksis panjang gigi, yang idealnya juga lurus terhadap film. Bila prinsip ini tidak diikuti, kesalahan dalam angulasi vertikal akan terlihat, dan gambar yang dihasilkan akan terlihat menyempit atau memanjang. Sudut penyinaran yang benar akan meningkatkan akurasi anatomi dan mengurangi distorsi bentuk. Sinar pusat (central ray) adalah pusat sinar-x dan sering digunakan untuk menunjukkan datangnya sinar serta keterpusatan sinar-x diatas film. Prinsip sederhana ini dapat dilakukan dengan menggunakan senter dan memproyeksikan bayangan suatu benda pada dinding di ruangan gelap. Latihan sederhana ini dapat membantu para radiografer pemula untuk lebih memahami kebutuhan untuk menerapkan prinsipprinsip untuk menghasilkan gambar yang akurat. 2,9
Gambar 9. Sinar-x yang tegak lurus terhadap film.12
9. Waktu Penyinaran. Waktu penyinaran untuk ultra speed film adalah ¼ detik kecuali untuk molar adalah 3/8 detik.9 2.5 Proccesing Film Setelah film terpapar sinar-x langkah selanjutnya adalah mengolah atau memproses film tersebut di kamar gelap agar diperoleh gambaran radiografi yang
Universitas Sumatera Utara
permanen. Tahapan pengolahan film secara keseluruan adalah developing, rinsing, fixing, washing, drying.11,14 A.Development (developing). Development adalah tahap pertama dari pengolahan film. Pada tahap ini terjadi perubahan dari hasil penyinaran. Perubahan yang terjadi adalah butir-butir perak halida didalam emulsi yang telah mendapat penyinaran berubah menjadi logam silver, perubahan menjadi logam silver inilah yang berperan dalam terjadinya penghitaman pada bagian-bagian yang terpapar sinar-x sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima film. Komposisi larutan developer adalah ellon atau metol atau hydroquinone yang berfungsi untuk mereduksi bagian-bagian emulsi film menjadi logam silver, sodium sulfite untuk mencegah oksidasi dari developer, sodium carbonat yang bersifat basa membantu aktifitas hydroquinone, dan potassium bromide untuk kontrol aktifitas developing dan mencegah terjadinya chemical fog. Pada saat mencelupkan film kedalam larutan developer perlu diperhatikan temperature dan lama pencelupan. Pada suhu 80°F selama 2½ menit, 75°F selama 3 menit, 70°F selama 4 menit, 68°F selama 4½ menit dan untuk 60°F selama 6 menit.2,9,11 B. Pembilasan (Rinsing). Setelah proses developing selesai maka akan masuk ketahap selanjutnya yaitu rinsing. Dimana pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan developer, masih akan terdapat sejumlah cairan developer yang ikut terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Maka tugas cairan pembilas adalah untuk membersihkan film dari sisa larutan developer tersebut. Apabila developing masih terjadi pada proses fiksasi maka akan membentuk kabut dikroik () sehingga foto yang dihasilkan tidak memuaskan. Pembilasan harus dilakukan dengan air yang mengalir selama lebih kurang 5 detik.10,11,14 C. Fiksasi (Fixing). Ini diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran radiografi menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X dan tanpa mengubah gambaran yang telah dihasilkan oleh
Universitas Sumatera Utara
logam silver. Kandungan larutan fixer adalah sodium thiosuolfate (clearing solution) yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa larutan developer, sodium sulfate untuk melindungi dekomposisi bahan sodium sulfate, potassium aluminium sulfate untuk mengeraskan gelatin dan acetic acid yang bersifat asam. Tujuan dari tahap fiksasi ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan pengerasan untuk memberi perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat dari penyerapan uap air.9,11,14 D. Pencucian (Washing). Setelah film menjalani proses fiksasi maka akan terbentuk perak kompleks dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.9,11,14 E. Pengeringan (Drying). Ini merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.9,11,14
2.6 Kesalahan dan Kegagalan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral Kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang radiograf sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan. Gambaran radiografi intraoral harus memiliki persyaratan diantaranya: kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk sehingga batas-batas daerah yang dicurigai dapat dibedakan dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena processing film dapat menyulitkan dokter gigi dalam mengintrepretasikan kondisi dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat. 11,12,14 Dalam pembuatan foto radiografi intraoral, operator harus menguasi pengetahuan tentang jenis-jenis foto intraoral, jenis film intraoral yang akan digunakan, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang radiografer serta teknik-teknik foto intraoral dan berbagai kesalahan dan penyebab dari kegagalan dalam pembuatan radiografi khususnya foto intraoral yang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 12
2.6.1. Kesalahan Pasien Dokter gigi seharusnya selalu menjelaskan prosedur radiografi kepada pasien dan memberikan instruksi yang jelas, seperti apa yang harus dilakukan pasien untuk membantu memastikan kualitas gambar dan menghindari hasil foto yang tidak baik. Kesalahan yang paling umum dalam kategori ini adalah gerakan.12 Faktor penyebab pasien untuk bergerak meliputi:12,13 • ketidaknyamanan • posisi kepala tidak didukung • tersedak • kecacatan pasien
A. Ketidaknyamanan. Ketidaknyaman pasien menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan dalam hasil radiografi intraoral, hal ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara dokter gigi dan pasien. Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan menempatkan film secara tepat dan lembut, kemudian menginstruksikan pasien untuk menutup mulut dengan perlahan, dan penggunaan tepi cushioned yang dapat dilampirkan ke reseptor. Pada maksila, film dianjurkan untuk ditempatkan
Universitas Sumatera Utara
lebih ke arah garis tengah langit-langit dan pada mandibula film diletakan mengikuti lekukan lidah dengan begitu pasien akan lebih merasa nyaman.12,13 B. Sandaran Kepala. Sandaran kepala yang kurang nyaman akan mengakibatkan pasien bergerak ketika pengambilan foto dan hal ini dapat berdampak pada hasil foto.13 Sandaran kepala pasien sewaktu di kursi gigi sebaiknya ditempatkan terhadap lobus oksipital bagian dasar dari bagian belakang kepala. Hal ini akan mendukung kepala selama prosedur radiografi dan mengurangi kemungkinan pasien bergerak.12 Penempatan posisi bidang oklusal harus sejajar dengan lantai dan bidang mid-sagittal pada pengambilan foto periapikal dan bitewing. Pada saat pengambilan foto periapikal di bagian mandibula operator dapat menginstruksikan pasien untuk sedikit meninggikan dagu karena hal ini dapat meningkatkan visibilitas dasar mulut sehingga penempatan film dapat lebih baik. 11,12 C. Tersedak. Refleks muntah adalah mekanisme perlindungan dari tubuh yang berfungsi untuk membersihkan saluran udara saat obstruksi. Semua pasien memiliki refleks muntah, akan tetapi, beberapa pasien lebih sensitif daripada yang lain. Refleks muntah sering terjadi ketika film berkontak dengan palatum lunak, pangkal lidah, atau posterior dari dinding faring. Refleks muntah dapat dihindar dengan cara menyiapkan semua peralatan sebelum film ditempatkan didalam mulut dengan tujuan untuk membuat pasien menjadi lebih terbiasa dan nyaman dengan prosedur. Pengaturan film harus ditetapkan terlebih dahulu dan tabung penyinaran ditempatkan di daerah yang akan kita ambil, setelah itu maka masukan film kemudian dengan segera lakukan pengambilan film. Cara lain yang dapat digunakan adalah pasien disuruh untuk bernapas yang dalam melalui hidung, atau memberikan anaetesi topikal.12,13 D. Cacat pasien. Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan selama prosedur radiografi karena kecacatan fisik atau mental,cedera atau kondisi medis.
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan seperti ini sangat dibutuhkan anggota keluarga atau wali untuk membantu dalam memegang pasien. Apron harus disediakan untuk pasien dan orang yang menemani pasien selama proses pengambilan foto radiografi intraoral. Dokter gigi harus mempertimbangkan teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien.12,13
2.6.2 Kesalahan Film A. Kesalahan Penempatan Film. Kesalahan dalam penempatan reseptor film akan mengakibatkan gambaran pada area radiografi tidak akan terlihat dengan sempurna. Hal ini sering terjadi pada gigi molar yang akan dilakukan pengambilan radiografi dikarenakan ketidaknyaman pasien saat penempatan film sehingga film sering tidak berada pada posisi yang sesuai.10,11 B. Penempatan Film Terbalik. Penempatan film terbalik di dalam mulut akan menyebabkan lempengan timah yang terpapar sinar-x bukan film. Maka akan terjadi efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang. Kesalahan penempatan terrbalik mungkin akan berkurang bila menggunakan reseptor digital khususnya sensor yang kaku atau rigid.10,11 C. Pembengkokan Film. Pembengkokan film dapat terjadi karena bentuk palatum atau lingual yang terlalu melengkung sehingga sewaktu film dimasukkan, operator secara tidak sengaja menekan film terlalu keras sehingga film menjadi bengkok. Bila menggunakan film holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke tempatnya. Ukuran film yang terlalu besar juga dapat menyebabkan terjadinya pembengkokan film. 2,12 Film yang bengkok akan menyebabkan terjadinya emulsi pada film, yang pada akhrinya akan berdampak pada kualitas gambar. Dalam mengatasi masalah pembengkokan film, operator diharapkan untuk lebih hati-hati dalam memasukan film ke dalam mulut pasien dan memilih film sesuai dengan kebutuhan.12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Film bengkok12
D. Bidang oklusal miring. Ketika pengambilan gambar radiografi bitewing, film yang tidak ditempatkan tegak lurus dengan bidang oklusal, akan berakibat tepi atas film mungkin berkontak dengan gingival dibagian palatal. Ketika ini terjadi, bidang oklusal akan miring sehingga hasil gambaran radiografi nantinya akan terlihat miring. Cara untuk menghindari hal ini adalah untuk selalu menempatkan biteblock dalam kontak oklusal atau insisal gigi. Selain itu, pada pengambilan periapikal sinar x-ray harus ditempatkan lebih ke koronal sehingga struktur dari gigi dapat terlihat penuh.11,12
Gambar 11. Bidang oklusal yang miring12
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Kesalahan Angulasi Vertikal Bila menggunakan teknik parallel, angulasi vertikal harus disesuaikan dengan film holder sehingga arah sinar x dapat tegak lurus terhadap film dan gigi. Oleh karena itu, penempatan film harus sejajar dengan axis gigi sehingga dapat diperoleh angulasi vertikal yang tepat. Sebaliknya ketika menggunakan teknik bisekting, sinar yang tegak lurus terhadap bidang harus dapat membelah atau membagi sudut gigi dan reseptor. Kesalahan angulasi vertikal pada teknik bisekting dapat mengakibatkan terlihatnya pemanjangan atau pemendekan gigi pada hasil radiografi. 2,12 1. Elongasi. Kesalahan angulasi vertikal yang terjadi pada teknik parallel, akan mengakibatkan gambar bergerak dalam dimensi vertikal (atas atau bawah) sehingga pada hasil radiografi akan terlihat gambaran elongasi. Untuk memperbaiki kesalahan ini operator harus menaikkan angulasi vertikal. Dengan kata lain untuk maksila angulasi positif harus dinaikan (cone mengarah ke bawah), untuk mandibula angulasi negatif harus dinaikan (cone mengarah ke atas). Kesalahan ini bisa juga terjadi pada teknik bisekting yang disebabkan oleh arah sinar-x lebih fokus terhadap gigi.2,12
Gambar12 . Elongasi (kiri), Angulasi film (tengah), Penyinaran dengan Angulasi yang kurang (kanan)12
Universitas Sumatera Utara
2. Foreshortening. Kesalahan ini terjadi karena sudut angulasi sinar-x yang terlalu besar, untuk mengurangi terjadi foreshortening ketika menggunakan teknik parallel, maka operator harus menurunkan angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula. Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi ketika film tidak ditempatkan secara parallel sesuai panjang aksis gigi.8
Gambar 13. Pemendekan atau foreshortening (kiri), sudut penerimaan (tengah), paparan sinar-x dengan angulasi yang terlalu besar.12 2.6.4 Kesalahan Angulasi Horizontal Sinar-x harus ditujukan langsung antara permukaan gigi yang ditargetkan agar dapat melihat permukaan interproksimalnya sehingga dapat mengevaluasi karies dan kelainan lainnya pada gigi. Bila sudut angulasi horizontal salah maka akan menyebabkan gambar radiografi bergeser ke kanan atau ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi tumpang tindih.2 Aturan objek bukal dapat digunakan untuk menunjukkan cups bukal dan lingual ketika mencoba untuk menentukan kesalahan. Aturan objek bukal menyatakan bahwa objek yang dekat dengan permukaan bukal akan berpindah pada arah yang berlawanan dari kepala tabung atau bergerak ketika pengambilan dua gambaran radiografi periapikal dan bitewing dari angulasi horizontal sekitar 20º dari mesial atau distal pada paparan yang kedua. Untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
kesalahan ini, sinar-x harus melewati gigi dimana kontak antar gigi harus terbuka.2, 13 Ketika menggunakan film holder, kesalahan angulasi horizontal juga dapat terjadi karena penempatan film secara horizontal yang tidak tepat. Kesalahan ini dapat dihindari dengan menempatkan film sejajar dengan gigi sehingga sinar-x dapat berjalan langsung melewati kontak bidang.10 2.6.5 Kesalahan Pemusatan Sinar Pusat sinar-x harus selalu tegak lurus melewati film. Ketika keselarasan ini tidak diperhatikan, cone-cut dapat terjadi. Cone-cutting terlihat sebagai zona bening pada radiogarfi setelah film diproses, hal ini disebabkan karena kurangnya paparan sinar-x pada daerah yang terpotong tersebut. Ketika menggunakan digital imaging, cone-cut muncul sebagai daerah buram. Bentuk cone-cut tergantung pada jenis kolimator yang digunakan ketika mengekspos film. Misalnya, jika lingkaran kolimator atau cone digunakan, cone-cute yang melengkung akan muncul. Cone-cutting persegi akan terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi panjang. Untuk memperbaiki kesalahan ini, sinar harus dipusatkan kembali pada daerah yang tidak terpapar. Penggunaan film holder yang salah juga dapat menyebabkan terjadinya cone-cutting.12
Gambar 14. Kesalahan karena sudut penyinaran12
Universitas Sumatera Utara
2.6.6 Kesalahan dalam Pemaparan Kesalahan dalam pemaparan dapat disebabkan oleh karena beberapa kesalahan yaitu antara lain: A. Pengaturan waktu. Yang paling umum terjadi pada kesalahan pemaparan adalah tidak tepatnya pengaturan waktu. Pengaturan waktu pada saat pemaparan harus didasarkan pada kecepatan film, proyeksi yang terpapar dan kondisi pasien. Setiap ruang perawatan harus memiliki table pemandu paparan yang berisi waktu, voltase dan miliampere yang tepat.11,13 Pengaturan waktu pemaparan yang tidak tepat juga dapat terjadi karena evaluasi kondisi pasien yang tidak tepat. Operator menggunakan waktu yang lebih lama terhadap pasien yang tinggi besar dan waktu yang lebih sedikit untuk pasien yang kecil pendek dan anak-anak. Kegagalan penyesuaian waktu dapat menghasilkan hasil gambaran radiografi yang terlalu terang ataupun terlalu gelap.11 B. Paparan yang lebih atau kurang. Kesalahan ini dapat disebabkan karena jarak antar objek dan sinar-x yang terlalu jauh atau letak cone beam yang kurang dekat dengan wajah pasien. Jarak pemaparan dari kepala tabung ke wajah pasien sebaiknya tidak lebih dari dua centimeter. Hasil paparan yang berlebihan akan menghasilkan gambar dengan densitas yang terlalu tinggi atau gelap sedangkan paparan yang kurang akan menghasilkan densitas yang lebih rendah atau terang. 2,11 C. Pemaparan Ganda (double exposure). Kesalahan karena pemaparan ganda akan mengakibatkan hasil dari gambaran radiografi terlihat objek berlapis atau bertindih satu sama lain. Dampak lainnya adalah paparan radiasi yang diterima pasien juga meningkat.2
Universitas Sumatera Utara
2.6.7 Gambaran Radiografi yang tidak Terdefenisikan Gambaran radiografi yang tidak terdefenisikan dapat disebabkan oleh gerakan pasien, film yang bergerak, atau kepala tabung sinar-x yang bergerak. Gerakan film dapat terjadi ketika reseptor tidak benar-benar stabil di mulut atau ketika pasien bergerak karena merasa tidak nyaman. Untuk membantu mencegah kepala tabung sinar-x bergerak, sebaiknya lengan tabung ditempatkan pada dinding dan kepala tabung diarahkan kebawah. Apabila lengan tabung dibiarkan pada waktu yang lama dengan posisi tertentu lama kelamaan akan menjadi lemah sehingga tidak tahan getaran.2
2.6.8 Kesalahan Objek Ketika protesa removable yang ada dalam mulut ikut terpapar saat pengambilan gambaran radiografi, protesa tersebut akan muncul pada gambaran radiografi. Sebaiknya sebelum prosedur radiografi, operator meminta pasien untuk melepas semua barang yang ada di dalam rongga mulut, seperti gigi tiruan parsial, gigi tiruan penuh, dan lainnya. Kacamata pasien juga harus dilepas sebelum prosedur radiografi. Perhiasan pada wajah yang berada di jalur sinar-x juga harus dilepas untuk meghindari artefak yang tidak diinginkan. 2,16 Pelindung tiroid atau apron juga bisa terekam pada gambaran radiografi. Hal ini biasanya disebabkan karena pelindung tiroid dipasang terlalu tinggi atau terlalu longgar.13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 15. Gigi tiruan sebagian lepasan (kiri), Cincin pada hidung (tengah), Pelindung tiroid (kanan)12
2.6.9 Kesalahan yang Disebabkan oleh Hal Lain Kesalahan yang disebabkan oleh hal lain dapat disebabkan karena masalah mekanis
seperti
kegagalan
listrik,
kerusakan
genset,
kegagalan
untuk
mengaktifkan mesin, dan hal mekanis lainnya.15
2.6.10 Kesalahan dalam Processing Film Processing film adalah suatu cara untuk menghasilkan gambar dalam pembuatan foto roentgen
dengan menggunakan cairan kimia tertentu. Tahap
processing ini sangat penting untuk mengahasilkan kualitas gambar yang baik, walaupun teknik penempatan film sudah benar, pasien koperatif, mesin sinar x dengan kualitas terbaik, namun jika pengetahuan operator kurang tentang teknik processing, bahan kimiawi dan prosedur kerjanya, maka kemungkinan kegagalan radiografik pada waktu processing dapat terjadi.2,14 Prosedur processing film yang benar akan menghasilkan gambar yang memuaskan seperti : kontras, detail gambar, terbebas dari foq serta tidak adanya noda processing. Masalah processing film dapat beberapa faktor diantaranya :9,12 1. Kesalahan yang disebabkan oleh waktu dan temperature
Universitas Sumatera Utara
2. Kesalahan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terkontaminasi 3. Kesalahan yang disebabkan dalam penanganan film 2.6.10.1 Kesalahan yang Disebabkan oleh Waktu dan Temperatur 1. Dense image. Hasil gambaran radiografi yang terlihat gelap (dark radiograph) dapat disebabkan karena terjadinya over developer pada saat proses developing, dimana keadaan ini terjadi karena konsentrasi larutan developer yang terlalu tinggi (pekat) sedangkan waktu developing tidak disesuaikan dengan konsentrasi tersebut , kesalahan lain yang dapat memungkinkan terjadinya dense image, antara lain : kesalahan dalam penyinaran, miliampere dan voltase yang tinggi.12,16
Gambar 16. Dense image9 2. Thin image .Hasil gambaran radiografi yang terlihat terang atau tipis disebabkan oleh under developer film, dimana keadaan ini dapat diakibatkan oleh waktu developer yang tidak tepat atau terlalu singkat/cepat ataupun karena larutan developer yang terlalu dingin, kesalahan ini dapat juga diakibatkan karena kesalahan dalam penyinaran, serta miliamper dan voltase yang rendah11,12
Gambar 17. Thin image9
Universitas Sumatera Utara
3. Cracked image. Terlihatnya gambaran pecah- pecah pada hasil radiografi dapat disebabkan oleh karena terjadinya retikulasi dari emulsi film. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh perubahan temperature developer secara tibatiba dimana terjadinya penambahan cairan kimia yang baru ke yang lama.9,14
Gambar 18. Cracked image9 2.6.10.2 Kesalahan yang Disebabkan oleh Kontaminasi Bahan Kimia 1. Dark spots. Adanya gambar spot hitam (Dark spots) pada film, disebabkan oleh terjadinya kontak antara larutan developer dengan film pada sesaat sebelum dilakukan proccessing. 9
Gambar 19. Dark spots9 2. Bright spots. Terlihatnya gambaran spot putih (bright spots) pada film, disebabkan oleh terjadinya kontak antara larutan fixer dengan film sesaat sebelum dilakukan processing.13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 20. Bright spots9 3. Steins. Terlihatnya gambaran warna kuning kecoklatan, disebabkan oleh karena penggunaan larutan fixer yang sudah lama dan proses washing yang tidak sempurna, sedangkan noda yang berwarna coklat dapat disebabkan karena proses fixing dan washing yang terlalu cepat atau kurang sempurna.14
Gambar 21. Steins9
2.6.10.3 Kesalahan dalam Penanganan Film A. Partial white image Terlihatnya gambaran putih dibagian pinggir film dapat diakibatkan karena hanya sebagian film yang terprocessing dan sebagian lainnya tidak terendam dalam larutan developer. 9
Gambar 22. Partial white image9
Universitas Sumatera Utara
B. Partial dark image Terlihatnya gambaran hitam dipinggir film dapat diakibatkan karena hanya sebagian film yang terprosesing dan sebagian lain dari film tidak terendam dalam larutan fixer.14
Gambar 23. Partial dark image9 C. Daerah Putih atau Hitam pada Daerah Overlap. Terlihatnya gambaran putih / hitam pada daerah overlap dapat diakibatkan karena kedua film berkontak sesaat sebelum dilakukan processing atau radiographer secara tidak sengaja mengontakan kedua film pada saat processing.9
Gambar 24. Daerah putih/hitam pada daerah overlap9 D. Black crescent shaped marks.Terlihatnya gambaran putih penuh pada film dapat diakibatkan rusaknya emulsi film oleh karena goresan kuku dari operator selama processing film dilakukan. 9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 25. Black crescent Shaped marks9 E. Lack finger print. Terlihatnya gambaran sidik jari pada film dapat diakibatkan karena selama processing film, operator tidak menggunakan film klip sehingga permukaan film tersentuh oleh tangan operator sehingga terjadi kontaminasi silang dengan larutan developer.9
Gambar 26. Lack finger print9 F. Static electricity. Terlihatnya gambaran menyerupai ranting pohon berwarna hitam, yang terlihat seperti terjadinya fraktur tulang dapat diakibatkan karena operator mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar. Hal ini juga dapat disebabkan karena kelembaban ruangan kamar gelap dan aliran listrik yang tidak stabil.9,15
Gambar 27. Static electricity9
Universitas Sumatera Utara
G. Garis putih. Terlihatnya gambaran seperti scratched film, dapat diakibatkan lepasnya emulsi halus dari film yang disebabkan karena film terkena goresan dari benda tajam.9
Gambar 28. Garis putih9
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konsep Mahasiswa kepaniteraan klinik FKG salah satu universitas di DKI Jakarta Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Mahasiswa kepaniteraan klinik FKG salah satu universitas di Sumatera Barat
Radiografi dental
Radiografi intraoral
Radiografi ekstraoral
Kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan radiografi intraoral
Kesalahan pasien
Kesala han film
Kesalahan Pemusatan Sinar
Kesalahan angulasi vertikal dan horizontal
Kesalahan dalam pemaparan
Gambaran radiografi yang tidak terdefenisikan
Kesalahan objek
Gambaran radiografi yang tidak terdefenisikan
Kesalahan dalam processing film
Kesalahan yang disebabkan oleh hal lain
Universitas Sumatera Utara