BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Wanita Usia Subur Karakteristik adalah ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik adalah umur, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi (Daryanto,1997).
Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang. Karakteristik wanita usia subur yang berhubungan dengan gejala PMS antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan penghasilan, dan status perkawinan (Oakley, 1998). WUS adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun 2.1.1 Umur Karakteristik wanita usia subur yang terkait dengan PMS adalah faktor umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007). Penelitian pada tahun 1994 yang melibatkan 874 wanita di Virginia menggambarkan bahwa wanita yang berusia antara 35-44 tahun lebih jarang menderita PMS jika dibandingkan dengan wanita yang lebih muda (Deuster, 1999).
Universitas Sumatera Utara
PMS dapat dihubungkan dengan siklus ovulasi, karena itu gejala-gejala PMS dapat terjadi kapan saja setelah menarche dan berlanjut hingga ovulasi berhenti pada saat menopause. Sebagian besar pasien yang mencari pengobatan untuk PMS berusia antara pertengahan 20-an sampai dengan akhir 30-an, meskipun banyak wanita melaporkan mengalami gejala-gejala PMS lebih awal (Freeman, 2007). 2.1.2 Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 1997). Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan dan gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Pengetahuan akan mempengaruhi pola fikir seseorang, selain itu kemampuan kognitif membentuk cara fikir seseorang, meliputi kemampuan untuk mengerti faktor-faktor yang berpengaruh dalam kondisi sakit dan untuk menerapkan pengetahuan tentang sehat dan sakit dalam praktek kesehatan personal. Menurut suatu penelitian terdapat perbedaan yang mencolok dimana wanita yang tidak menamatkan pendidikan menengah lebih sering melaporkan adanya gejala PMS dari pada mereka yang berpendidikan menengah dan perguruan tinggi atau mereka yang telah menamatkan perguruan tinggi (Deuster, 1999).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, yaitu tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional terbagi atas tiga tingkat pendidikan
formal
yaitu
pendidikan
dasar
(SD/Madrasah
Ibtidaiyah
serta
SMP/Madrasah Tsanawiyah), pendidikan menengah (SMU/Madrasah Aliyah dan sederajat) serta pendidikan tinggi (Akademi dan Perguruan tinggi). pendidikan itu adalah pemberian pengarah dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja kita pilih untuk membantu anak, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada batasan kesempurnaan maksimal yang dapat dicapai, sehingga dia bahagia dalam kehidupannya. Sebagai individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan setiap tindakan yang keluar dari padanya menjadi lebih sempurna. pendidikan dapat pula dikatakan sebagai wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara seimbang ke arah yang positif 2.1.3 Penghasilan Penghasilan sebagai indikator yang menunjukkan status ekonomi seseorang mempunyai hubungan yang berarti dengan kesehatan. Pendapatan wanita yang sedikit membuat status kesehatan rendah dan mempunyai kesulitan yang lebih besar untuk mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang berpendapatan tinggi (Youngkin dan Davis, 1998). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ada hubungan yang erat antara pengaruh kejiwaan dengan penghasilan seseorang. Penghasilan keluarga merupakan suatu
potensi
yang
sangat
baik
dalam
memperoleh
informasi
kesehatan
(Oakley, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi tentang kesehatan dibandingkan dengan orang yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah (Azwar, 1996). Menurut Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh (2013) yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi Aceh pada 5 Oktober 2012 adalah sejumlah Rp 1.550.000,- .UMP yang dimaksud merupakan upah bulanan terendah dengan waktu kerja 7 jam perhari atau 40 jam perminggu bagi sistem kerja 6 hari perminggu dan 8 jam perhari atau 40 jam perminggu bagi sistem kerja 5 hari perminggu. 2.1.4 Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas rutin yang dilakukan subjek penelitian diluar maupun di dalam rumah yang menghasilkan imbalan materi maupun uang (Daryanto,1997). Pekerjaan sebagai karakteristik wanita usia subur yang terkait dengan PMS lebih banyak dilihat dari kemungkinan menimbulkan tingkat stres dan derajat kerumitan pekerjaan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan akan berpengaruh pada diri wanita usia subur. Wanita yang bekerja mengalami berbagai stres ditempat kerja, baik stres yang bersifat fisik karena beberapa kondisi lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai ambang batas yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya stres yang bersifat non fisik (psikososial), yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya (Mulyono dkk, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Saat ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk beraktivitas di luar rumah. Kondisi ini akan berhubungan erat dengan semakin banyaknya stres yang menyerang wanita. Stres ini berasal dari internal maupun eksternal diri wanita tersebut. Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat keparahan gejala PMS. Sebuah penelitian pada tahun 2002 melaporkan bahwa bekerja diluar rumah dapat dihubungkan dengan meningkatnya resiko PMS. 2.1.5 Status Perkawinan Perkawinan adalah suatu hubungan hukum sebagai pertalian sah untuk jangka waktu selama mungkin, antara seorang pria dan seorang wanita yang telah memenuhi syarat-syarat perkawinan (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2010). Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai ke fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman dan Margolin dalam Wang, 2005). Sebuah penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Faktors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). 2.2.2 Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
Universitas Sumatera Utara
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan. Dan sebagainya terhadap suatu materi dan rumusan-rumusan yang telah ada.
Universitas Sumatera Utara
f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. 2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah: a. Faktor Internal 1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kea rah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
Universitas Sumatera Utara
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membesonkan, berulang dan tantangan. sedangkan pekerjan umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga 3) Umur
Menurut Elisbeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1999) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok 2) Sosial Budaya
Kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
Universitas Sumatera Utara
kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyrakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. 2.2.4. Pengukuran Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif di gambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif terwujud angka-angka, hasil perhitungan ataupengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasekan lalu ditafsirkankedalam kalimat yang bersifat kualitatif. a. Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan b. Kategori tidak baik yaitu menjawab benar <75% dari yang diharapkan. 2.3 Sikap
2.3.1 Pengertian Sikap Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut. “An individual’s social attitude is a syndrome of rensponse consistency with regard to social object” (Campbell,1950). “Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which
Universitas Sumatera Utara
in interation with situational and other dispositional variables,guides and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955). Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan merupakan reaksi yang bersifat emisional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 2.3.2 Komponen Pokok Sikap Menurut Notoatmodjo (2012) mengutip pendapat Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok. a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketika komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
Universitas Sumatera Utara
emosi memegang peranan penting. Suatu cotoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit campak (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). 2.3.3
Tingkatan Sikap
a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang imunisasi.
b. Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berati bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang imunisasi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan anak.
d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mengimunisasi anaknya,
Universitas Sumatera Utara
meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
2.3.4 Cara Pengukuran Sikap Menurut Wawan dan Dewi (2011) yang mengutip pendapat Azwar (2005), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuat mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan halhal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourabel. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula hal-hal negative mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourabel dan tidak favourabel dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negative yang seolah-olah ini skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaiman pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner. Dalam skala Likert, item ada yang bersifat favorable (baik/positif/tidakmendukung) terhadap masalah yang diteliti, sebaliknya ada pula yang bersifat unfavorable (tidak
Universitas Sumatera Utara
baik/negatif) terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item yang positif maupun yang negatif sebaiknya harus seimbang atau sama ( Machfoedz, 2007 ). Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut : Alternatif penilaian terhadap item yang positif terhadap masalah penelitian : Sangat setuju
:4
Setuju
:3
Tidak setuju
:2
Sangat tidak setuju
:1
Alternatif penilaian terhadap item yang negatif terhadap masalah peneliti : Sangat setuju
:1
Setuju
:2
Tidak setuju
:3
Sangat tidak setuju
:4
Corak khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh oleh seseorang, merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap mobjek sikap, demikian sebaliknya ( Zuriah, 2003 ).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Menstruasi Menstruasi atau haid adalah pengeluaran darah secara periodik melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita (Kissanti, 2008). Siklus menstruasi ini berlangsung rata-rata 28 hari tetapi dapat berkisar dari 21 sampai 40 hari. Lama menstruasi bervariasi dari satu siklus ke siklus lainya dan dari satu orang ke orang lainya. Darah menstruasi terdiri dari atas darah, lendir, dan membran endometrium yang kadang keluar sebagai bekuan kecil. Kehilangan darah rata-rata adalah 180 cc sampai 240 cc per siklus (Alexander & Larosa, 1994 dalam Potter & Pery, 2005). Menurut Bobak (2004), menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya darah menstruasi ditetapkan sebagai hari pertama siklus endometrium. Lama rata-rata aliran menstruasi adalah lima hari (dengan rentang tiga sampai enam hari) dan jumlah darah rata-rata yang hilang ialah 50 ml (rentang 20 sampai 80 ml), namun hal ini sangat bervariasi. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita serta lingkungan mempengaruhi pola siklus menstruasi Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al., 1998).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Pre Menstrsual Syndrome (PMS) 2.5.1 Definisi Pre Menstrual Syndrome Premenstrual syndrome (PMS) adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita menjelang siklus menstruasi (Brunner & Suddarth, 2001). Magos dalam Hacker (2001), mendefenisikan bahwa PMS adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang menyusahkan yang tidak disebabkan oleh penyakit organik yang secara teratur berulang selama fase siklus haid menghilang selama waktu haid yang tersisa. Sekitar 5-10% wanita menderita PMS yang berat sehingga mengganggu kegiatan sehari-harinya. PMS merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten terjadi selama tahap luteal dari siklus menstruasi akibat perubahan hormonal saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Gejala-gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi (Saryono, 2009). Menurut Shreeve (1983) PMS adalah sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-14 sebelum menstruasi dan mereda segera setelah menstruasi berawal. Dalton (1983), mendefinisikan PMS adalah kambuhnya gejala pada saat premenstrum dan menghilang setelah menstruasi usai. Setiap wanita yang haid adalah calon bagi PMS, dengan hampir 50% dari semua wanita dalam usia reproduksi mengalami gejala-gejala yang ringan atau berat. Meskipun para remaja mungkin menderita sindroma itu. Gejala-gejala PMS lebih
Universitas Sumatera Utara
berat pada wanita yang berusia lebih tua. Seringkali para wanita dalam usia 30-an memperlihatkan kesukaran-kesukaran prahaid untuk pertama kalinya (Health Media Nutrition Series, 1996). Wanita dengan PMS berat melaporkan bahwa PMS mengganggu kegiatan sehari-hari mereka, baik dari segi diri mereka sendiri, sosial dan pekerjaan mereka (Deuster et.,al., 1999). 2.5.2 Etiologi Pre Menstrual Syndrome Etiologi PMS belum jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema (Wiknjosastro, 2005) Beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa terapi progesteron kelihatan tidak efektif bagi kebanyakan wanita, selain kadar progesteron pada penderita tidak menurun secara konsisten. Bila kadar progesteron yang menurun dapat ditemukan hampir pada semua wanita yang menderita PMS, maka dapat dipahami bahwa kekurangan hormon ini merupakan sebab utama. Sebagian wanita yang menderita PMS terjadi penurunan kadar progesteron dan dapat sembuh dengan penambahan progesteron, akan tetapi banyak juga wanita yang menderita gangguan PMS hebat tapi kadar progesteronnya normal (Shreeve, 1983 dan Brunner & Suddarth, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Teori lain menyatakan bahwa penyebab PMS adalah karena meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi dan khususnya gangguan mental. Kadar estrogen yang meningkat akan mengganggu proses kimia tubuh termasuk vitamin B6 (Piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi. (Shreeve, 1983, Hacker et, al., 2001 dan Brunner & Suddarth, 2001). Batas tertentu estrogen menyebabkan retensi garam dan air serta berat badannya bertambah. Mereka yang mengalami akan menjadi mudah tersinggung, tegang dan perasaan tidak enak. Gejala-gejala dapat dicegah bila pertambahan berat badan dicegah. Peranan estrogen pada PMS tidak nyata, sebab ketegangan ini timbul terlambat pada siklus tidak pada saat ovulasi waktu sekresi estrogen berada pada saat puncaknya. Kenaikan sekresi vasopresin kemungkinan berperan pada retensi cairan pada saat premenstruasi (Ganong, 1983). Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala PMS adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah estrogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormone tersebut. Wanita yang mengalami PMS tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal. Wanita yang kadar prolaktin cukup tinggi dapat disembuhkan dengan menekan produksi prolaktin (Shreeve, 1983, Hacker et, al., 2001 dan Brunner & Suddarth, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Teori lainnya mengatakan bahwa hormon yang tidak teridentifikasi menyebabkan gejala pada waktu terjadi perubahan menstruasi seperti peningkatan aktivitas beta endorphin, defisiensi serotonin, retensi cairan, metabolisme prostaglandin abnormal dan gangguan aksis hipotalamik pituitary ovarium sebagai penyebabnya (Brunner & Suddarth, 2001). Hacker et al., (2001) juga mengemukakan penyebab PMS adalah kelebihan atau defisiensi kortisol dan androgen, kelebihan hormone anti diuresis, abnormalitas sekresi opiate endogen atau melatonin, defisiensi vitamin A, B1, B6 atau mineral, seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormon, toksin haid, serta faktorfaktor evolusi dan genetik. Menurut Simanjuntak dalam Prawiroharjo (2005), faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dan lain-lain juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita PMS adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor psikologis. Berbagai faktor gaya hidup tampaknya menjadikan gejala-gejala lebih buruk, termasuk stres, kurangnya kegiatan fisik dan diet yang mengandung gula, karbohidrat yang diolah, garam, lemak, alkohol dan kafein yang tinggi. 2.5.3 Gejala Premenstrual Syndrome Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, mulai dari gejala fisik, psikis, dan psikologi. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Menurut study yang dilakukan oleh para dokter, secara umum gejala PMS ini dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu gejala fisik dan gejala psikologis.
Universitas Sumatera Utara
a. Gejala Fisik Pada umumnya wanita yang mengalami PMS akan merasakan gejala fisik seperti; berat badan bertambah, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, perubahan pada payudara, sakit kepala, pusing, kram pada rahim (biasanya sebelum dan beberapa hari pertama dari periode menstruasi), keinginan akan makanan tertentu, tumbuhnya jerawat, lemah, sakit perutr,sakit pada punggung dan otot. b. Gejala Psikologi Sementara itu gejala psikologinya adalah perubahan mood cepat tersinggung, mudah marah, depresi, sering tiba-tiba menangis, cepat berubah dari gembira menjadi marah, cepat lupa, merasa sendirian di tengah keramaian, tidak bisa konsentrasi, malas, tegang, rendah diri, dan bingung. Gejala lain adalah sulit tidur, lelah, pusing, sering merasa haus, banyak makan, gairah seksual berubah, dan menurunnya minat dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun gejala yang dialami setiap wanita berbeda-beda, ada 3 gejala utama yang paling sering dirasakan, yaitu cepat tersinggung, sakit pada punggung dan otot dan badan terasa bengkak. Beruntunglah jika gejala PMS yang wanita rasakan hanya sebatas ini. Dalam tingkatan yang lebih parah, beberapa wanita bahkan sampai pingsan ketika PMS datang.Sindrom PMS, pada dasarnya, bukan penyakit, melainkan kumpulan reaksi tubuh. Menurut data dari The American College of Obstetricians and Gynecologists, hampir 70 persen wanita di seluruh dunia setiap bulannya mengalami PMS. Sekitar 14 persen dari wanita usia 20-35 tahun tidak seberuntung itu karena setiap kali PMS
Universitas Sumatera Utara
datang, mereka harus bed rest lantaran begitu hebatnya rasa sakit yang menyerang. Lebih dari 150 gejala telah dihubungkan dengan PMS, namun urutan serta kombinasi dari gejala-gejala dapat berbeda-beda diantara para wanita. Jenis dan kuatnya gejala juga dapat berbeda-beda setiap bulan dan dapat mencerminkan perubahan-perubahan gaya hidup atau stres. Gejala utama termasuk sakit kepala, keletihan, sakit pinggang, pembesaran dan nyeri pada payudara, dan perasaan begah pada abdomen. Irritabilitas umum, perubahan suasana hati, ketakutan akan kehilangan kontrol, makan sangat berlebihan dan menangis tiba-tiba dapat juga terjadi. Gejala-gejala sangat beragam dari satu wanita ke wanita lainnya dan dari satu siklus ke siklus berikutnya pada wanita yang sama (Brunner & Suddarth, 2001). Menurut Hacker et. al. (2001), gejala-gejala yang paling banyak ditemukan pada PMS adalah perasaan bengkak, kenaikan berat badan, hilangnya efisiensi, sukar konsentrasi, kelelahan, perubahan suasana hati, depresi, termasuk gangguan tidur (insomnia). Scott et. al. (2002) membagi gejala-gejala PMS berdasarkan fungsi yang terganggu. Gangguan psikologik berupa irritabilitas, ketidakseimbangan emosional, cemas, depresi dan perasaan bermusuhan. Gangguan kognitif dapat berupa ketidakmampuan berkonsentrasi dan binggung. Gangguan somatik berupa mastalgia (nyeri tekan pada payudara), kembung, sakit kepala, kelelahan dan insomnia serta gangguan perilaku sosial berupa kecanduan karbohidrat dan membantah.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4 Tipe Pre Menstrual Syndrome Tipe PMS bermacam-macam. Abraham dalam (Aulia, 2009 dan Saryono, 2009) membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen penderita PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Tipe-tipe PMS ada empat, yaitu: a PMS tipe Anxiety Sindrom Premenstruasi tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi. b. PMS tipe Hyperhydration PMS tipe hyperhydration memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari. c. PMS tipe Craving PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi
Universitas Sumatera Utara
makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium. d. PMS tipe Depression Sindrom Premenstruasi tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi). Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar tipe D. PMS tipe D disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine. 2.5.5 Faktor Risiko Pre Menstrual Syndrome
Sindrom premenstruasi biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Saryono (2009) dalam bukunya memaparkan beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya PMS antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Wanita yang pernah melahirkan PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksemia. b. Status perkawinan Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum menikah. Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005). c. Usia PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gelaja yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007). d. Stres Faktor stres akan memperberat gangguan PMS. Hal ini sangat mempengaruhi kejiwaan dan koping seseorang dalam menyelesaikan masalah. Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita . Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome (PMS)
Universitas Sumatera Utara
(Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008). Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut. e. Diet Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS.
Kebiasaan
merokok dan minum alkohol; juga dapat memperberat gejala PMS. Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS. f. Kegiatan fisik Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari. Kurang
Universitas Sumatera Utara
berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS. 2.2.6 Penanganan Pre Menstrual Syndrome Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan PMS. Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian dan fluktuasi mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan rencana penatalaksanaan. Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung atau konseling pasangan/individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaan obat-obatan seperti inhibitor prostaglandin dan diuretik untuk meredakan edema, bromokriptin (parlodel) untuk mengatasi nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang, rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami dapat meredakan gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan E) seringkali direkomendasikan. Wanita yang diganggu PMS dapat mengurangi gejala-gejala dengan melakukan perubahan pada dietnya seperti mengurangi jumlah gula yang dimakan, memperbanyak mengonsumsi serat, mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari kafein. Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal. 2) Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6. 3) Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid. Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan PMS. Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian dan fluktuasi mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi petunjuk dalam penyusunan rencana penatalaksanaan. Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung atau konseling pasangan/individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaan obat-obatan seperti inhibitor prostaglandin dan diuretik untuk meredakan edema, bromokriptin (parlodel) untuk mengatasi nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang, rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami dapat meredakan gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan E) seringkali direkomendasikan (Saryono, 2009). 2.6 Landasan Teori
Faktor- faktor yang memengaruhi perilaku manusia adalah latar belakang individu sebagai berikut : 1) Faktor pribadi : kepribadian, kondisi emosional, intelegensi, nilai dan sikap. 2) Faktor sosial : Pendidikan, usia, jenis kelamin, pendapatan, religi/kepercayaan, dan kebudayaan. 3) Informasi, yaitu : pengetahuan, media dan tindakan. Individu tumbuh dalam lingkungan sosial yang berbeda-beda dan membutuhkan informasi tentang
Universitas Sumatera Utara
beberapa hal, informasi yang diperoleh mendasari keyakinan mereka tentang konsekuensi suatu perilaku, tentang harapan-harapan normatif dari lingkungan sosial, dan juga tentang hambatan-hambatan yang dapat mencegah mereka untuk membentuk perilaku berdasarkan intensi yang dimilikinya. Teori Ajzen Dan Fishbein (2005)
a. Faktor pribadi - Kepribadian - Kondisi emosional - Intelegensi. - Nilai - Sikap b. Faktor sosial - Pendidikan - Usia - Jenis kelamin - Pendapatan - Religi/ kepercayaan. - Ras dan etnis - Kebudayaan c. Informasi - Pengetahuan - media - Tindakan
Keyakinan terhadap perilaku
Tindakan yang mengarah pada perilaku
Keyakinan Normatif
Norma Subjetif
Pengendalian Keyakinan Kontrol
Pesepsi Pengendalian Pelikau
Niat
Perilaku
Aktualisasi pengendalian perilaku
Gambar 2.1 Kerangka Teori Konsep konsepkarakteristik, pengetahuan, sikap serta upaya mengurangi Premenstrual Syndrome mengacu kepada teori diatas, seperti digambarkan pada skema kerangka konsep pada halaman berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik
-
Umur Pekerjaan Pendidikan Penghasilan Status Perkawinan
Pengetahuan
Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome
Sikap
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara