BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Didalam penelitian ini, adapun teori – teori yang mendukung atas judul penelitian tersebut. 2.1. Pengertian Laporan Keuangan. Setiap
perusahaan
mempunyai
laporan
keuangan
yang
bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi (Sundjaja, 2002:68). Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yang merupakan ikhtisar dari transaksi keuangan untuk 1 tahun periode. Laporan keuangan terdiri dari Neraca, laporan Laba/Rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan laporan penjelasan. Laporan yang disusun sesuai dengan Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK). Laporan keuangan merupakan informasi prestasi manajemen. Prestasi yang dimaksudkan adalah capaian kerja manajemen suatu perusahaan. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan digunakan untuk pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Menurut Myer dalam buku Financial Statement Analysis (S. Munawir, 2007:5), laporan keuangan adalah :
5
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir suatu periode, kedua daftar tersebut adalah daftar neraca dan posisi keuangan serta daftar pendapatan atau daftar laba rugi, pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan)”. 2.2. Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Dwi prastowo dan Rifka julianty (2005:5), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. 3. Menyediakan informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. 4. Menyediakan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan.
6
Menurut PSAK No. 1 dalam Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1.2), tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum “Memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
2.3. Pengguna Laporan Keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 2), “Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1. Investor . Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang mungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
7
3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat. Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
8
menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.”
2.4. Jenis Laporan Keuangan. Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu. Menurut Munawir yang berjudul “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan : “Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain.” (2002:13). Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam bukunya yang berjudul ”Standar Akuntansi Keuangan” adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.”(2004:2).
9
Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa jenis laporan keuangan terdiri dari : 1. Neraca. Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi. Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan. 3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan. Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu: laporan perubahan modal kerja dan laporan arus kas. Laporan perubahan modal kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan arus kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir. 4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan. Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan 10
detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, laporan harga pokok produksi, laporan perubahan modal atau laba ditahan, laporan kegiatan keuangan. 2.5. Analisis Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan alat manajemen untuk menginformasikan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah di capai untuk satu periode. Informasi keuangan akan bermafaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan jika informasi ini dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dengan demikian keputusan yang akan diambil menjadi tepat. Dari analisis laporan keuangan, akan diperoleh gambaran kondisi keuangan yang meliputi potensi perusahaan, permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perusahaan. Untuk ini akan dilakukan analisis atas : tingkat likuiditas (kelancaran), solvabilitas, rentabilitas dan stabilitas perusahaan. Menurut Dwi prastowo dan Rifka julianty (2005:56) kata Analisis sendiri didefinisikan sebagai berikut : “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. Dari definisi ini jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasikan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa yang sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
11
2.5.1. Tujuan Analisis Laporan Keuangan. Menurut Dwi prastowo dan Rifka julianty (2005:57), tujuan analisis laporan keuangan adalah : 1) Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting guna pengambilan keputusan ekonomi. 2) Diperlukan
analisis
terhadap
laporan
keuangan,
utamanya
dalam
memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. 3) Untuk menyakinkan para pengambilan keputusan.
Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan, diperlukan ukuran tertentu yang berupa rasio keuangan menurut (Melkote S and Hoban James P tahun 1993) rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat pada
pos
laporan
keuangan
(neraca, laporan
laba/rugi, laporan
aliran
kas). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
2.5.2. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan.
Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti.
12
Dalam menganalisis rasio, kita harus menentukan jenis perbandingan yang akan digunakan. Menurut Munawir (2010:36) metode analisis perbandingan yang digunakan untuk menganalisis Laporan Keuangan ada dua yaitu: 1.) Cross-sectional approach. Metode analisis perbandingan rasio keuangan dengan cara membandingkan rasio-rasio yang dimiliki suatu perusahaan dengan perusahaan industri yang sejenis pada periode yang sama. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat kecenderungan posisi keuangan perusahaan satu dengan perusahaan lain dalam industri sejenis sehingga dapat diketahui tingkat kemajuan suatu perusahaan tersebut sepanjang waktu. 2.) Time series analysis. Yaitu metode dengan cara membandingkan rasio-rasio yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan rasio-rasio pada periode sebelumnya atau dari periode satu ke periode lainnya. Hasil metode analisis ini dapat dijadikan sebagai dasar landasan bagi manajemen dalam pembuatan rencana perusahaan bagi kemajuan kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Munawir (2010:36), terdapat dua metode analisis laporan keuangan lainnya yang dapat pula digunakan, yaitu : 1. Analisis Horizontal. Analisis laporan keuangan dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan dalam suatu perusahaan selama beberapa periode atau dari periode satu dengan periode lainnya dengan maksud untuk mengetahui seberapa besar tingkat perkembangan kemajuan kinerja perusahaan dalam beberapa periode tertentu. Metode ini juga disebut metode analisis dinamis. 13
2. Analisis Vertikal. Analisis laporan keuangan dengan cara membandingkan pos-pos dalam laporan keuangan melalui rasio – rasio keuangan dalam suatu perusahaan hanya pada satu periode saja. Analisis ini dilakukan dengan maksud untuk menggambarkan baik atau buruknya kondisi dan posisi keuangan suatu perusahaan. Metode ini disebut juga metode analisis statis. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai informasi dalam laporan keuangan, maka dalam suatu analisis laporan keuangan harus menggunakan suatu metode dan teknik agar dicapai tujuan yang diharapkan. Secara umum, teknik analisa terhadap laporan keuangan yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan menurut Munawir (2010 : 36-37) adalah sebagai berikut : 1. Teknik analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara membandingkan laporan keuangan selama beberapa periode yaitu dua periode atau lebih, dari satu periode ke periode lainnya dengan menunjukan : a. Data absolut atau jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam presentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio. e. Presentase dari total. Analisa dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk presentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah 14
menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Di mana dengan menggunakan teknik tersebut maka dapat diketahui kecenderungan suatu perusahaan itu tetap, naik atau turun di cerminkan dalam bentuk presentase. 3. Laporan dengan presentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya serta untuk menunjukkan presentase laba rugi setiap elemen terhadap penjualan nettonya. 4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. Analisa ini dapat juga digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan modal kerja serta penyebab dari perubahan modal kerja tersebut dalam periode tertentu. 5. Analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui berapa besar perubahan kas yang terjadi dan sebabsebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas pada perusahaan selama periode tertentu. 6. Analisa rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 15
8. Analisa Break-Even, adalah suatu analisa yang digunakan untuk menentukan titik impas dari tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.” Dengan mengetahui metode dan teknik dalam menganalisis laporan keuangan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka para pengguna laporan keuangan diharapkan dapat lebih memahami informasi yang terkandung di dalamnya sebagai cerminan dari kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan, sehingga dapat dijadikan landasan bagi pemilihan suatu keputusan ekonomi yang tepat dan bermanfaat.
2.6. Jenis-Jenis Rasio Keuangan. Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Keempat jenis rasio tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas (liquidity ratio). yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka pendek.
16
2. Rasio Profitabilitas (profitability ratio). yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. 3. Rasio aktivitas (activity ratio). atau dikenal dengan juga sebagai rasio efesiensi, yaitu rasio yang mengukur efesiensi perusahaan dalam menggunakan asset-asetnya. 4. Rasio Solvabilitas (solvability ratio). yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).
Menurut John J Wild, K.R.Subramanyam dan Robert F. Halsey yang diterjemahkan oleh Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap dalam bukunya yang berjudul analisis laporan keuangan, mengatakan bahwa :
“Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan”
Analisis rasio keuangan menggunakan data laporan keuangan yang telah ada sebagai dasar penilaiannya. Meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu, analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko dan peluang pada masa yang akan datang. Pengukuran dan hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasio-rasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Untuk pengukuran kinerja keuangan perusahaan pertambangan go-public selama krisis moneter tahun 2008 dibandingkan dengan setelah krisis moneter tahun
17
2009-2011 yang terdaftar di BEI, tidak menggunakan seluruh rasio keuangan perusahaan tersebut. Dimana untuk penelitian ini cuma dipilih beberapa rasio keuangan yang didasarkan pertimbangan yang ada sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio). Adalah
menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban keuangannya yang harussegera dipenuhi. atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (S. Munawir, 1995) Makin besar tingkat rasio ini, maka makin baik kinerja perusahaan mendayagunakan kekayaan lancar perusahaan. Rasio likuiditas terdiri dari : - Current Ratio. Current Ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dan utang lancar (Miswanto dan Eko Widodo, 1998, hal 83). Rumus : Aktiva Lancar Current Ratio =
X 100% Hutang Lancar
Current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya yang harus segera dipenuhi dengan mengunakan aktiva lancar yang dimilikinya. - Cash Ratio (Ratio Immediate Solvency). Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Tidak terdapat standar
18
likuiditas untuk cash ratio. Sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen. Rumus : Kas + Surat Berharga Cash Ratio =
X 100 % Hutang Lancar
- Quick Ratio (Acid Test Ratio). Merupakan rasio antar aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar. Persediaan dianggap aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dulu sebelum menjadi kas. Rumus : Aktiva Lancar – Persediaan Quick Ratio =
X 100 % Hutang Lancar
b.
Rasio Aktivitas (Activity ratio). Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.
Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
19
- Total Assets Turn Over (Perputaran total aktiva). Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila total assets turn over ditingkatkan atau diperbesar. Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan. Total assets turn over dihitung sebagai berikut: Penjualan Total assets turn over = Total aktiva
- Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja). Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya 20
penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16). Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period) di mulai dari saat dimana kas di investasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus: Penjualan Perputaran modal kerja =
Penjualan =
Modal kerja bersih
Aktiva Lancar-Utang lancar
- Fixed Assets Turnover (Rasio Perputaran Aktiva Tetap). Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir, 2003:17).
21
Rasio
ini
berguna
untuk
mengevaluasi
kemampuan
perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus: Penjualan Perputaran aktiva tetap = Aktiva tetap - Inventory Turn Over (Rasio perputaran persediaan). Inventory turn over menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334).Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi
yang
cukup
popular
untuk
menilai
efisiensi
operasional,
yang
memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15). 22
Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus: Harga pokok penjualan Perputaran persediaan (at cost) = Rata-rata persediaan Penjualan Perputaran persediaan (at market) = Persediaan
- Days of receivable (Rata-rata penagihan piutang) Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari. Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Piutang Rata-rata umur piutang =
Piutang x 365 =
Penjualan per Hari
Penjualan
- Receivable Turn Over (Perputaran Piutang) Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya 23
dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus : Penjualan kredit Perputaran Piutang = Piutang rata-rata Makin tinggi rasio (Receivable turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
- Days of Inventory (Hari rata-rata penagihan persediaan). Persediaan Hari rata-rata penagihan persediaan =
X Periode HPP
c. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio). Rasio profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas merupakan aspek fundamental perusahaan, karena selain memberikan daya tarik yang besar bagi investor yang akan menanamkan dananya pada perusahaan juga sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan. Hanafi dan Halim (1996) mendefinisikan rasio profitabilitas sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Jenis –Jenis Rasio Profitabilitas. - Profit Margin (Profit Margin On Sales). 24
Rasio profit margin atas penjualan merupakan salah satu untuk mengukur margin laba atas penjualan. a.1. Margin laba kotor. Penjualan Bersih – Harga Pokok Rumus : Profit Margin On Sales = Penjualan
a.2. Margin laba bersih. Laba bersih Rumus : Net Profit Margin On Sales = Penjualan
- Return On Investment (ROI). ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Laba bersih Rumus : ROI = Total asset
- Return On Equity (ROE). Rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Laba bersih Rumus : ROE = Modal
25
- Laba Per Lembar Saham. Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manejemen belum berhasil pemegang saham, dan juga sebaliknya. Rumus : Laba saham biasa Laba Per Lembar Saham = Saham biasa yang beredar
d.
Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio). Rasio ini disebut juga ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana
yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). - Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas). Merupakan perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya.
Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Total hutang Total Debt to equity Ratio = Ekuitas Pemegang Saham
26
- Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva ). Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu : Total hutang Total Debt to Total Asset Ratio = Total Aktiva
2.7. Penelitian Terlebih Dahulu. - Adanya penelitian aditya (2008) dengan judul pengaruh analisis kinerja keuangan selama dan setelah krisis global dengan tahun selama krisis 2008 dan setelah krisis tahun 2009-2011. Hasil penelitian menyatakan kinerja keuangan selama dan setelah krisis mengalami perubahan yang baik menurun maupun meningkat.
-Adanya penelitan Sitinjak,Gold Naro (2011) dengan judul Pengaruh Rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan pertambangan selama dan setelah krisis global (2008-2011). Hasil penelitian menujukkan bahwa hanya Total asset turn over secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham dari empat variabel independen (current ratio, total asset turn over,return on investment,total debt to total asset).
-Yanuardi, Alindra. (2011),dengan judul analisis pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham selama dan setelah krisis global. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan selama krisis global dan setelah krisis global (2008-2011) semua variabel independen secara simultan tidak berpengaruh pada harga saham.
27
2.8. Kerangka Konseptual dan Hipotesis. Dalam penelitian ini, dapat digambarkan kerangka konseptual dan hipotesis – hipotesis yang diperlukan dalam penelitian ini. 2.8.1. Kerangka Konseptual. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Variabel indenpenden
Variabel dependen
Rasio Likuiditas (Current Ratio) Rasio Aktivitas: (Total asset turn over) Harga Saham Rasio Profitabilitas:
Selama dan Setelah Krisis Global
(Return on investment) Rasio Solvabilitas: (Total debt to total asset)
2.8.2. Pengembangan Hipotesis. Untuk mengetahui pengaruhnya krisis moneter terhadap 13 perusahaan pertambangan go-public selama krisis global tahun 2008 dan setelah krisis global tahun 2009-2011 digunakan kinerja keuangan perusahaan dalam ukuran rasio keuangan perusahaan pengujiaannya .
28
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dimana sebelum pengembangan hipotesis ada teori yang menyatakan atau mendukung dalam pengembangan hipotesis yaitu
Menurut IG.K.A. Ulupui (2009) menyatakan rasio keuangan dapat mempengaruhi harga saham, yang meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dan adanya penelitian Sitinjak,Gold Naro dengan judul Pengaruh Rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan pertambangan selama dan setelah krisis global (2008-2011) bahwa dari empat variabel independen tersebut (current ratio,total asset turn over,return on investment,total debt to total asset) bahwa secara parsial dan secara simultan (2008-2011) tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Selama krisis global (2008) Ho1 : Rasio likuiditas yang diwakilkan oleh current ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha1 : Rasio likuiditas yang diwakilkan oleh current ratio berpengaruh terhadap harga saham. Ho2 : Rasio profitabilitas yang diwakilkan oleh return on investment tidak berpengaruh Ha2
:
terhadap harga saham.
Rasio profitabilitas yang diwakilkan oleh return on investment berpengaruh terhadap harga saham.
Ho3 : Rasio aktivitas yang diwakilkan oleh total asset turn over tidak berpengaruh 29
terhadap harga saham. Ha3 : Rasio aktivitas yang diwakilkan oleh total asset turn over berpengaruh terhadap harga saham. Ho4 : Rasio solvabilitas yang diwakilkan oleh total debt to total asset tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha4 : Rasio solvabilitas yang diwakilkan oleh total debt to total asset berpengaruh terhadap harga saham. Ho5 : Rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha5 : Rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Setelah krisis global (2009-2011) Ho6 : Rasio likuiditas yang diwakilkan oleh current ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha6 : Rasio likuiditas yang diwakilkan oleh current ratio berpengaruh terhadap harga saham. Ho7 : Rasio profitabilitas yang diwakilkan oleh return on investment tidak berpengaruh Ha7
:
terhadap harga saham.
Rasio profitabilitas yang diwakilkan oleh return on investment berpengaruh terhadap harga saham.
Ho8 : Rasio aktivitas yang diwakilkan oleh total asset turn over tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha8 : Rasio aktivitas yang diwakilkan oleh total asset turn over berpengaruh terhadap harga saham. Ho9 : Rasio solvabilitas yang diwakilkan oleh total debt to total asset tidak 30
berpengaruh terhadap harga saham. Ha9 : Rasio solvabilitas yang diwakilkan oleh total debt to total asset berpengaruh terhadap harga saham. Ho10 : Rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap harga saham. Ha10 : Rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, solvabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
31