BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum dan Khusus 2.1.1 Narasumber a. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumedang b. Yayasan Pangeran Sumedang c. Masyarakat Kabupaten Sumedang
2.1.2 Penelitian Lapangan a. Objek wisata Sumedang b. Sawah, kebun dan ladang
2.1.3 Website Website resmi kabupaten Sumedang (www.sumedangkab.go.id)
2.2 Sejarah Berdasarkan ahli sejarah, runtuhnya kerajaan Padjadjaran pada abad ke 16 erat kaitannya dengan perkembangan kerajaan
Sumedang Larang , Kekuasan
Padjadjaran berakhir setelah adanya serangan laskar gabungan dari kerajaan Banten , Pakungwati, Demak dan Angke. Pada waktu itu Sumedang Larang tidak ikut runtuh karena sebagian besar rakyatnya sudah memeluk Agama Islam yang datang dari arah timur, oleh karena itu pula pemegang pemerintahan kerajaan Sumedang Larang waktu itu adalah Pangeran Kusumahdinata yang berkuasa dari tahun 1530-1578, yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Santri. Berdasarkan catatan sejarah yang ada, sebelum menjadi Kabupaten Sumedang seperti sekarang ini, telah terjadi beberapa peristiwa penting diantaranya: 1. Pada mulanya kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan bernama Kerajaan Tembong Agung dengan rajanya bernama Prabu Galuh Hadji Adji Putih ( Adji Purwa Sumedang ). 2. Pada masa pemerintahan Prabu Tuntang Buana yang juga dikenal dengan sebutan Prabu Tadjimalela, Kerajaan Tembong Agung berubah nama menjadi kerajaan Sumedang Larang 3
3. Kerajaan Sumedang Larang mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Pangeran Angka Widjaya atau dikenal dengan sebutan Prabu Geusan Ulun. Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun inilah diterapkan mulainya Sistem Pemerintahan Kabupaten 4. Pada tanggal 22 april 1579, Prabu Geusan Ulun dinobatkan menjadi Prabu Sumedang Larang oleh Prabu Siliwangi. Penobatan ini menjadi titik awal berkembangnya Kabupaten Sumedang sebagai sebuah pemerintahan yang memiliki otoritas penuh. Oleh sebab itu Tanggal 22 April ditetapkan menjadi hari jadi Kota Sumedang.
Ibukota kabupaten Sumedang adalah Kota Sumedang, yang memiliki ciri seperti kota-kota kuno khas Jawa Barat yaitu terdapat alun-alun sebagai pusat Kota yang dikelilingi Mesjid Agung, penjara dan kantor pusat pemerintahan. Ditengah–tengah alun-alun terdapat Monumen Lingga yaitu tugu peringatan atas jasa-jasa Pangeran Suriatmaja dalam mengembangkan Sumedang. Monumen tersebut dibangun pada tahun 1902 oleh Pemerintahan Belanda dan hingga kini dijadikan lambang kabupaten Sumedang. 2.3 Letak Geografis dan Keadaan Alam Berikut data-data mengenai letak geografis dan keadaan alam Sumedang: Kabupaten Sumedang terletak di antara: 6°44’
-
107°21’ -
70°83’ Lintang Selatan 108°21’ Bujur Timur
Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan : Kabupaten Garut Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka
4
Luas Penggunaan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sumedang Tahun 2008 No.
Kecamatan
Luas Wilayah
No.
Kecamatan
(Ha)
Luas Wilayah (Ha)
1.
Jatinangor
2.620
14.
Wado
7.642
2.
Cimanggung
4.076
15.
Jatinunggal
6.149
3.
Tanjungsari
3.562
16.
Jatigede
11.197
4.
Sukasari
4.712
17.
Tomo
6.626
5.
Pamulihan
5.785
18.
Ujungjaya
8.056
6.
Rancakalong
5.228
19.
Conggeang
10.531
7.
Sumedang Selatan
11.737
20.
Paseh
3.437
8.
Sumedang Utara
2.826
21.
Cimalaka
4.161
9.
Ganeas
2.136
22.
Cisarua
1.892
10.
Situraja
5.403
23.
Tanjungkerta
4.014
11.
Cisitu
5.331
24.
Tanjungmedar
6.514
12.
Damaraja
5.494
25.
Buahdua
13.137
13.
Cibugel
4.880
26.
Surian
5.074
Tabel 1: Wilayah Kabupaten Sumedang
Gambar 1: Pembagian Wilayah Kab. Sumedang
5
2.4 Lambang Kabupaten Sumedang
Gambar 2: Logo Kab.Sumedang Lambang Sumedang diciptakan oleh R. MAHAR MARTANEGARA dengan arti dan makna sebagai berikut : 1.
Perisai : Melambangkan jiwa kesatria utama, percaya pada diri sendiri.
2.
Sisi Merah : Semangat keberanian
3.
Dasar Hijau : Lambang kesuburan
4.
Bentuk setengah bola serta bentuk kubus pada ” LINGGA ” : Melambangkan bahwa manusia tidak ada yang sempurna.
5.
Sinar Matahari : Melambangkan semangat rakyat dalam mencapai kemajuan.
6.
Warna Kuning Emas : berarti keluhuran budi dan kebesaran jiwa.
7.
Sinar yang ke 17 : Angka Sakti, tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
8.
Delapan bentuk dari pada ” LINGGA ” : Lambang bulan Proklamasi Indonesia.
9.
Sembilan belah batu pada “Lingga”, empat buah kaki tembok dan lima buah anak-anak tangga: Lambang Tahu Proklamasi Republik Indonesia (1945).
10. Tulisan “INSUN MEDAL” : melambangkan kristalisasi dari pada jiwa dan kepribadian rakyat Sumedang
6
2.5 Kuesioner
Gambar 3: Jumlah jenis kelamin surveyor
Gambar 4: Usia surveyor
Gambar 5: Pekerjaan surveyor
7
Gambar 6: Tempat tinggal surveyor
Gambar 7: Jumlah surveyor yang suka melakukan travelling
Gambar 8: Jumlah surveyor yang mengetahui tentang Sumedang
8
2.6 Visi dan Misi 2.6.1 VISI DAERAH Berdasarkan kondisi sampai dengan saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki dan berbagai masukan dari berbagai pihak pada saat proses penyusunan RPJPD, maka visi pembangunan Kabupaten Sumedang Tahun 2005-2025 adalah ”KABUPATEN SUMEDANG SEJAHTERA, AGAMIS, DAN DEMOKRATIS PADA TAHUN 2025”. Visi tersebut dapat diringkas menjadi ”SUMEDANG SEHATI”, yang diartikan sebagai kabupaten yang makin kokoh dan berdaya juang tinggi dalam membangun daerahnya dengan dilandasi orientasi masyarakat berupa: 1.
Perilaku yang berpegang pada prinsip sauyunan, sareundeuk saigel, sabobot sapihanean. Maknanya adalah dalam lingkungan kehidupan berpemerintahan dan bermasyarakat senantiasa mengedepankan kepuasaan dalam layanan pemerintahan dan pembangunan di berbagai bidang melalui pola kemitraan, permusyawarahan, transparansi saling percaya serta senantiasa proporsional dalam mendistribusikan hak dan kewajiban diantara stakeholder pemerintahan guna mewujudkan kemajuan pembangunan daerah yang dikehendaki masyarakat daerah.
2.
Masyarakat yang telah mengedepankan nilai-nilai kesetiakawanan sosial dalam mengelola permasalahan dan kebutuhan masyarakat daerah.
3.
Masyarakat yang makin kokoh dalam mewujudkan tanggung jawab untuk mendistribusikan kemakmuran daerah antara kelompok ekonomi lemah (kaum dhuafa) atau miskin secara materi namun potensial untuk menopang kemajuan kelompok ekonomi kuat (kaum agnia) yang terus menunjukan kesetiakawanan sosio-ekonominya untuk mengarahkan kaum ekonomi lemah menjadi produktif.
4.
Meningkatnya pelayanan publik.
Kabupaten Sumedang yang sejahtera ditandai dengan kondisi kehidupan masyarakat Sumedang yang memenuhi standar kelayakan dalam pemenuhan kebutuha n di bidang pendidikan kesehatan dan bermata pencaharian layak serta jaminan keamanan dengan senantiasa mempertimbangkan kelestarian daya dukuung lingkungan yang berkelanjutan.
9
Kondisi Ideal di Bidang Pendidikan dari: 1. Meningkatkan tingkat pendidikan formal masyarakat yang dilihat dari target pendidikan dasar telah tuntas memasuki tahanan pendidikan menengah. 2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pendidikan di daerah yang berkualitas dan menjangkau seluruh masyarakat yang makin mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. 3. Meningkatnya penguasaan keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mamapu mengimplementasikan dalam perikehidupan masyarakat daerah yang makin produktif. 4. Terwujudnya pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi Ideal di Bidang Kesehatan Ditunjukan dari: 1. Terciptanya kondisi lingkungan sehat sesuai standar kesehatan kehidupan individu, keluarga dan masyarakat dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan sosial. 2. Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dengan tidak memilahkan lokasi pedesaan dan perkotaan. 3. Terwujudnya sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang berkeadilan dan berdaya saing. 4. Terwujudnya stabilitas kehidupan sosial yang mendukung terciptanya perikehidupan masyarakat daerah yang tercermin dalam perilaku silih asah, silih asih dan silih asuh. 5. Terwujudnya
keluarga
sebagai
basis
persemaian
nilai-nilai
budaya
pendidikan dan kesehatan. Kondisi Ideal di Bidang Mata Pencaharian Layak dan Berkesinambungan Ditunjukan dari: 1. Meningkatnya ketertarikan antara sector primer, sector sekunder dan sector tersier dalam suatu sistem yang produktif bernilai tambah dan berdaya saing serta ketertarikan pembangunan ekonomi antar wilayah baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan. 2. Makin kokohnya perekonomian daerah yang berdaya saing secara regional, 10
nasional dan internasional, berbasis pada upaya mengembangkan keunggulan kompratif dan kooperatif dalam mendayaguna potensi agribisnis, pariwisata, dan industri. 3. Meningkatkan akses yang lebih berkeadilan terhadap sumberdaya ekonomi bagi seluruh masyarakat Sumedang. 4. Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat Smedang dengan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
5. Meningkatnya perlindungan dan regulasi pemerintah terhadap pelaku sosio ekonomi daerah dalam mendukung iklim investasi yang kondusif.
2.6.2 Misi Daerah Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumedang 2005-2025 tersebut akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan: 1. Mewujudkan masyarakat Madani yang berpendidikan berbudaya dan berpola hidup sehat adalah:
Membangun masyarakat
Sumedang yang berbudaya mulia dan mandiri yang memiliki akses terhadap pendidikan formal yang berkualitas, dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan mendorong kesetaraan gender, memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang didasari ilmu pengetahuan dan teknologi berdaya saing, mengutamakan pola hidup sehat sejahtera secara jasmani, rohani dan sosial, sehingga berada dalam kondisi stabil yang mendukung terciptanya kehidupan masyarakat yang dilandasi kearifan lokal, kesalehan sosial dengan mencerminkan pola perilaku silih asah, silih asih, silih asuh, akhirnya tercipta keluarga yang dapat menjadi tempat persemaian nilai budaya, pendidikan dan kesehatan. 2. Mewujudkan
perekonomian
daerah
yang
tangguh
dan
berkelanjutan yang berbasis pada agribisnis, paiwisata, dan industri, adalah: Mengembangkan dan memperkut ketertarikan antar perekonomian daerah yang berdaya saing secara regional dan
11
internasional keunggulan
dengan
berbasis
komparatif,
pada
kompetitif,
upaya dan
mengembangkan kooperatif
dalam
mendayaguna potensi sosio ekonomi lokal terutama dalam agribisnis periwisata dan industri yang mengindahkan kearifan budaya local dan berkesinambungan lingkungan hidup. Perkembangan ekonomi daerah didukung oleh kerjasama antara domain kepemerintahan dalam penyediaan infrasturktur yang memadai, pemeliharaan pembangunan infrastuktur yang sejalan dengan keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi antara kawasan lindung dan budidaya serta antara kawasan perkotaan dan pedesaan, penciptaan dan pendayagunaan tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya asing serta perlindungan regulasi pemerintahan terhadap pelaku sosio ekonomi daerah guna mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif. 3. Mewujudkan masyarakat daerah yang berakhlak mulia, yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang makin toleran sesuai dengan falsafah Pancasila adalah: Meningkatnya jati diri dan karakter masyarakat yang makin beriman dalam keragaman keyakinan beragama dan beribadat yang dijamin kelangsungannya oleh pemerintah. 4. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, adalah : Mewujudkan penyelenggaraan akuntabilitas Pemerintahan Daerah dan penyelenggaraan otonomi daerah serta tugas pembantuan yang proporsional, meningkatkan aksesibilitas, transparansi, pengawasan masyarakat dalam penyusunan
kebijakan
Pemerintah Daerah,
meningkatkan penyelenggaraan pelayanan masyarakat yang makin efisien dan efektif dan peningkatan pelayanan prima pada setiap unit kerja
di
lingkungan
Pemerintah
Daerah,
meningkatkan
profesionalisme aparatur dan efisiensi birokrasi dalam kerangka reformasi birokrasi yang makin mantap, mewujudkan kemitraan yang serasi antara legislatif dengan eksekutif, menyelenggarakan otonomi desa yang makin efektif, serta mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat yang lebih baik.
12
5. Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis dalam Kesetaraan Gender Berlandaskan Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah
:
Mewujudkan penyelenggaraan kelembagaan demokrasi daerah, baik pada suprastruktur maupun infrastruktur politik serta meningkatkan budaya hukum dan HAM, meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyusunan kebijakan, mewujudkan kemitraan dengan media dalam bentuk penyampaian kepentingan masyarakat daerah serta meningkatkan penegakan hukum secara adil dalam kesetaraan gender dan menghormati hak asasi manusia.
2.7 Pariwisata di Sumedang − Kampung Toga: Villa, Waterboom, Toga hill. − Museum Prabu Geusan − Kawasan Cibingbin − Curug Cigorobog − Makam Cut Nyak Dien
2.8 Kuliner khas Sumedang − Tahu sumedang − Emping melinjo − Sawo Sukatali − Opak − Sale Pisang − Awug − Sate Iting
13
2.9 Landasan Teori 2.9.1 Definisi Publikasi Publikasi adalah proses produksi dan penyebaran literatur atau informasi ataupun kegiatan yang membuat informasi tersedia untuk masyarakat umum. Publikasi juga penting sebagai proses memberikan pemberitahuan formal dari suatu niat kepada dunia secara signifikan dan untuk keperluan hak cipta, di mana ada perbedaan dalam perlindungan karya yang diterbitkan dan yang tidak diterbitkan. 2.9.2 Teori Sistem Grid Grid system digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid system seorang desain grafis dapat membuat sistematika untuk menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama penggunaan grid adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetika. 2.9.3 Definisi Essai Fotografi Essay photography menurut John Paul Caponigro dalam buku yang berjudul The 8 classic shot that makes photo essays work adalah essay photography merupakan salah satu cara untuk menceritakan kisah yang lebih lengkap, tambahkan kedalaman, kompleksitas, counterpoint, nuansa, menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu. Sebuah esai foto menunjukkan komitmen, fokus, fleksibilitas, dan keterampilan perintah lain. Esai foto memiliki struktur yang lebih pasti, dengan awal yang jelas, tengah, dan akhir, 2.9.4 Definisi Buku Buku merupakan kumpulan tulisan, cetakan, ilustrasi, kertas kosong atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu sisinya. Setiap selembar kertas dari buku disebut dengan lembar dan masing-masing sisi dari lembar disebut dengan halaman. Buku merupakan media komunikasi yang secara umum sudah di kenal di masyarakat. Buku banyak digemari oleh masyarakat luas karena sifatnya yang praktis, bisa dibawa kemana saja, bisa dibaca kapan saja, dan kelebihannya adalah bisa dibaca berulang-ulang kali. Buku adalah sarana yang efektif untuk
14
mengemukakan gagasan seseorang. Selain itu, buku juga dapat menyalurkan ilmu dari satu orang ke orang lain tanpa harus bertatap muka. 2.9.4.1 Jenis Buku yang Dipakai Buku Non-Fiksi Adalah jenis buku yang digunakan sebagai sumber informasi atau referensi yang bersifat nyata berdasarkan hasil fakta yang terjadi di lapangan. Contoh: Ensiklopedia, buku alamat, jurnal pribadi, dll. 2.9.4.2 Struktur Buku Struktur buku terbagi atas berikut: 1. Cover/ Kulit Buku Cover buku terdiri dari cover bagian depan yang mencakup judul buku dan cover bagian belakang. Cover menjadi bagian yang penting pada buku karena akan menjadi penilaian pertama seseorang terhadap sebuah buku.
Bagian Pembuka/ Halaman Pengantar Buku Bagian pembuka dari buku terdiri atas: • Halaman kosong depan/ frontend paper • Inside Front Cover • Halaman Judul • Halaman Hak Cipta • Daftar Isi • Ucapan Terima Kasih • Kata Pengantar Halaman kata pengantar akan berisikan kata-kata yang telah disusun oleh penulis dan ditujukan kepada para pembaca • Pendahuluan Bagian Isi Buku • Tajuk Bab • Teks • Foto
15
Bagian Penutup/ Halaman Penutup •
Lampiran
•
Kesimpulan/penutup
•
Glossary/DaftarIstilah Daftar kata dari seluruh isi buku yang berurutan secara alfabetis
•
DaftarPustaka Berisikan daftar pustaka sebagai referensi isi buku
•
Colophon/TandaPenerbit Berisikan tentang data penerbit, penggunaan kertas, jenis huruf dan juga percetakan.
•
Halaman kosong akhir/ endpaper
•
Inside Back Cover
2.9.5 Definisi Pariwisata Menurut Gamal Suwantoro, SH (Dasar-Dasar Pariwisata, 2004), pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, social, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, ataupun belajar. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya.
16
2.9.6 Definisi Fotografi 2.9.6.1 Perjalanan (Landscape Photography) Fotografi lanskap menurut Peter Watson (Light in Landscape, 2005) adalah
Landscape
Photography
akan
selamanya
dinikmati
oleh
masyarakat. Inilah yang menjadi kekuatan Fotografi. Landscape photography memiliki kekuatan dan keajaiban shingga sesungguhnya fotografi itu adalah sebuah keajaiban bahwa suatu waktu dapat dibekukan.
2.9.6.2 Street fotografi Menurut Daniel Hoffman dalam buku beliau yang berjudul Street Photography. Street photography adalah lebih dari sekedar foto yang di ambil di jalan. Street photography harus dapat berusaha menangkap moment yang sangat signifikan baik itu ekspresi, gesture atau yang paling penting adalah subjek terkait. Itulah mengapa street photography lebih baik menggunakan efek black and white. Selain itu Street photography harus dapat membangkitkan semacam respon yang mendalam bagi penikmat foto.
2.9.7 Teori Layout Menurut Surianto Rustan (Layout, Dasar & Penerapannya, 2008), pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/ pesan 48yang dibawanya. Dalam me-layout, tidak mutlak harus menggunakan grid, namun grid pada dasarnya berfungsi sebagai penjaga konsistensi dan unity serta mampu menciptakan layout yang terstruktur dan juga rapi. Ada pun prinsip-prinsip dalam layout yang juga prinsip dasar desain grafis, di antaranya yaitu: • Sequence (urutan)
Sequence bisa juga disebut dengan hierarki, flow, atau aliran. Adalah sebuah
17
tugas desainer untuk membuat prioritas dengan mengurutkan dari yang harus dibaca pertama sampai yang terakhir. Jika semua informasi ditampilkan sama kuatnya, pembaca akan kesulitan untuk menangkap pesan utamanya. Melalui sequence, pembaca akan mengurutkan 5pandangan matanya sesuai dengan flow yang diinginkan. • Emphasis (penekanan)
Emphasis adalah vocal point atau point of interest. Emphasis bisa diciptakan melalui berbagai cara misalnya dengan memberikan ukuran yang jauh lebih besar pada sebuah elemen layout pada sebuah halaman, menggunakan warna yang kontras dengan latar belakang, menggunakan bentuk yang berbeda, atau meletakkan sebuah elemen di posisi yang strategis. Pada umumnya kebiasaan membaca adalah dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah, maka posisi yang paling pertama dilihat biasanya adalah sebelah kiri atas. • Balance (keseimbangan)
Balance yaitu pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pembagian berat yang merata berarti menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat yang tepat. Tidak hanya pengaturan letak tapi juga arah, ukuran, warna, dan elemen-elemen lainnya. Ada dua macam keseimbangan pada layout yaitu keseimbangan yang simetris (symetrical balance/ formal balance) dan keseimbangan yang tidak simetris (assymetrical balance/ informal balance) • Unity (kesatuan)
Agar sebuah layout memiliki kesan kuat bagi pembacanya, sebuah layout harus mempunyai kesan unity. Prinsipnya yaitu teks, gambar, warna, ukuran, komposisi, style, dan setiap elemen-elemen desain harus saling berkaitan dan disusun secara tepat. Tidak hanya dalam hal penampilan, tetapi kesatuan disini juga mencakup selarasnya elemen- elemen yang terlihat secara fisik dan pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya.
18
2.9.8
Definisi Tipografi Menurut Surianto Rustan dalam buku beliau yang berjudul “Huruf Font
Typography” Typography adalah salah satu bahassn dalam desain grafis yang tidak berdiri sendiri secara eksklusif, ia sangat erat terkait dengan bidang keilmuan lain seperti komunikasi, teknologi, psokologi, dan lainnya. Tipografi sangat berkaitan erat dengan layout. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan, kemenarikan, desain huruf tertentu yang menciptakan gaya dan karakter atau menjadi sebuah karakteristik subjek yang diiklankan. Tipografi memiliki beberapa prinsip antara lain 1. Legibility atau kemudahan membaca teks dengan jenis huruf yang dipilih 2. Readibility atau kualitas jenis huruf tersebut dan mudah dibaca 3. Clarity atau kejelasan huruf sehingga mudah dibaca 4. Visibility atau jenis huruf yang mudah dilihat Tipografi yang digunakan pada logo Partea menggunakan tipografi yang tidak formal. Selain itu dilakukan beberapa pengulikan pada tipografi tersebut untuk menghasilkan suatu logo yang lebih fun / jenaka. Sedangkan tipografi yang digunakan pada kemasan yaitu Gill Sans dan Rotis yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik. 2.9.9 Teori Psikologi Dalam Desain Komunikasi Visual Teori Gestalt berbasis pada pattern seeking dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat dianalisis dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau membaca sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut dengan ground. Prinsip Gestalt tidak memandang atau menilai elemen demi elemen dari persepsi visual tetapi memandang secara keseluruhan sebagai satu kesatuan yang utuh. Prinsip-prinsip Gestalt tentang pengelompokan (gestalt priciples of
19
grouping) yang berpijak pada kecenderungan manusia untuk mengorganisasi stimuli yang terpisah menjadi pengelompokan yang berdasar pada: o
Proximity (kedekatan) Pengelompokkan berdasarkan jarak atau kedekatan. Semakin dekat letak beberapa unsur, semakin hal tersebut terlihat sebagai suatu kesatuan.
o
Similarity (kemiripan) pengelompokkan berdasarkan kesamaan. Jika melihat beberapa benda yang memiliki kesamaan bentuk, mata cenderung melihatnya sebagai satu kesatuan.
o
Closure (ketertutupan) Mata cenderung mengisi elemen yang kosong atau terputus ketika stimulus tidak lengkap. Sebuah bentuk yang tidak utuh akan tetap mudah dikenali karena di dalam pikiran terdapat pola persepsi yang menganggapnya sebagai kesatuan yang utuh.
o
Continuity (kesinambungan) Menunjukkan bahwa penataan visual yang dapat menggiring gerak mata mengikuti ke sebuah arah tertentu
o
Figure/ Ground Stimulus yang mengandung dua atau lebih daerah yang berbeda, biasanya akan dilihat sebagiannya sebagai gambar atau sosok dan sisanya sebagai latar belakang. Hal ini diakibatkan karena persepsi manusia akan berusaha membedakan objek dari latar.
(Sumber:
http://dgi-indonesia.com/aplikasi-prinsip-gestalt-
pada-media-desain- komunikasi-visual/)
20
21