BAB 1 당신 때문에
“Ingin aku mengabaikanmu laksana angin bertiup dan berlalu. Mengusirmu yang bertahta selaksa raja. Membisikan pada hatiku bahwa kau hanyalah orang asing yang tersesat dalam hidupku. Namun, apa yang bisa ku katakan saat ini? Apa yang harus aku salahkan? Pada siapa aku harus menuntut? Jika nyatanya kau selalu berhasil memporak-porandakan hatiku.” *** Seoul International High School 당신 때문에
Suasana riuh murid-murid belum terasa, hanya sepi dan senyap yang mendominasi suasana pagi ini. Beberapa siswa tengah sibuk berkutat dengan urusannya masing-masing, di antara mereka ada juga yang memandang ke arah Tara. Seorang gadis dengan sinar mata sehangat mentari pagi itu menyita perhatian siswa-siswa yang ada di sekitarnya. Sebenarnya ini masih terlalu pagi untuk mereka datang ke sekolah jika saja tidak ada hal yang mendadak menjadi penting. Berbeda dengan mereka, seorang gadis terlihat sedang memasuki lorong-lorong sekolahan. Berjalan tanpa mempedulikan apa yang ada di sekitarnya. Udara yang menusuk tulang tak menggoyahkannya. Begitu pula angin yang berdesir menggoda tak dihiraukan olehnya. Terkesan angkuh dan dingin. Namun jika saja sudah mengenalnya dengan baik, gadis itu sangat asyik. Hanya saja
dia memang sedikit menutup diri demi ambisinya dan tidak ingin ada orang yang menginjak harga dirinya. Gadis itu adalah Tara. Sebenarnya nama aslinya adalah Tara Kiryu Rahadian, seorang gadis cerdas dari keluarga sederhana yang mempunyai dedikasi tinggi dalam pendidikan. Gadis dengan garis keturunan Jepang-Indonesia itu kini terlihat memasuki ruang kelasnya. Sepi; seperti itu suasana yang terjadi. Tara mengedarkan pandangannya melihat bangku-bangku yang tertata dengan rapinya. Gadis itu duduk di salah satu bangku, meletakan tasnya yang terasa berat setiap harinya. Belum lama ia terduduk dan menikmati suasana sepi ini, terdengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya. Tara menatap ke arah pintu, terlihat seorang pria bermata obsidian dengan seragam yang rapi dan headset yang bertengger di telingannya, berjalan asyik dengan gaya cool miliknya. Pria bak pangeran di masa modern, berwajah tampan dan rupawan di mata siapapun yang melihatnya. Tara menghela napasnya yang kian terasa berat. Tubuhnya memanas seakan tak ada oksigen di sekelilingnya. "Astaga … pria itu lagi?! Mengapa pagi-pagi begini aku harus bertemu dengannya?” Tara mengutuk dalam hati. Gadis itu terlihat tidak suka dengan keberadaan pria yang berada di sekitarnya. Pria yang tidak memiliki hati dan perasaan serta egois itu. Pria yang banyak diidolakan oleh para gadis di sekolahnya. Salah satu pesonanya yang tidak bisa dipungkiri adalah wajahnya dan mata coklat hitamnya yang membuat mereka tergila-gila. Pria yang berbeda. Kenapa berbeda? Karena dia adalah pria yang jenius namun cukup egois, angkuh, dingin, dan terkesan ingin
2
menang sendiri. Bahkan kata-katanya itu sangat tajam dan pedas. Siapapun yang berani melawannya maka bisa dipastikan bahwa dia tidak akan bisa lepas dari mulut pedasnya–menurut Tara itu sangat memuakkan. Entahlah, Tara tidak suka gaya bicaranya yang melebih-lebihkan itu. Siapa lagi jika bukan Kim Nagata Satoshi atau yang lebih akrab disapa Ata, seorang pria tampan yang terlahir dari seorang ibu berdarah Jepang dan ayahnya yang berdarah Korea. Baginya Ata adalah seseorang yang menyebalkan saat kesan pertama pertemuan mereka. *** Flashback On 당신 때문에
Di sebuah pekarangan luas, terlihat seorang gadis sedang menyapu halaman rumahnya menggunakan sapu, mengumpulkan dedaunan kering yang jatuh, terempas dan terinjak oleh tanah di suatu tempat sembari bersenandung ria. Dengan mulut berguman menyanyikan sebuah lagu, ia menggerakkan sapu yang di pegangnya, mendorong dedaunan kuning kering itu ke sudut pagar abu-abu miliknya dan mengumpulkannya di sana. “Hei, Tara si murid baru! Apa kau sekarang menjadi gadis gila huh?!” ucap seorang pria padanya. Tara tersentak kaget mendengar ejekan yang tertuju padanya. Tara berhenti menggerakkan sapu yang ada dalam genggamannya, lalu mendongakkan kepalanya melihat siapa yang tega mengucapkan kalimat seperti itu. Di luar pagar rumahnya, seorang pria yang memiliki sorotan mata tajam
3
sedang menatapnya intens. Dia mengenal pria itu, bahkan sangat mengenalnya. Tara membalas tatapan pria di luar pagar itu dengan tatapan yang tak kalah tajam. Gadis gila? Begitu kan ejekan yang dilontarkan pria tadi? Tara tak terima. Dia bukan gadis gila, dia masih terlihat cukup waras dan dapat berpikiran jernih. Tara berjalan menuju pagar dan berdiri tepat di depan pria yang mengejeknya tadi. Tara sakit hati melihat tingkah Ata yang menurutnya sangat menyebalkan, lalu membalikkan badannya, melempar sapu yang gagangnya masih dalam genggamannya kemudian berjalan ke arah rumahnya. Setelahnya dia menarik napasnya dalam-dalam, kemudian mengempaskannya secara kasar, begitulah yang ia lalukan hingga ia merasa lebih tenang. Beberapa menit ia merilekskan dirinya, kemudian dia membalikkan tubuh dan kembali ke tempat semula dan melanjutkan aktivitasnya yang tertunda karena kehadiran seorang pengganggu. *** Matahari bersinar tidak terlalu terang sehingga tidak mengganggu aktivitas, bahkan justru terkesan hangat. Tara kini sedang berjalan menyusuri koridor sekolahannya menuju ruangan yang menjadi kelasnya. Di tangan kanannya terdapat beberapa buku yang tebal dan pasti sangat berat, namun ia tampak biasa saja menenteng buku-buku itu. Bahkan jika gadis-gadis siswa Seoul International High School membawanya pasti mereka sudah banyak mengeluh. Ketika dia sedang asyik berjalan di koridor, matanya memincing melihat beberapa siswa yang duduk di kursi pembatas lorong. Di antara beberapa siswa tersebut, dia mengenali salah se-
4
orang yaitu seorang pria yang kemarin membuatnya sakit hati. Saat Tara sedang berjalan melewati Ata, dia merasa tatapan Ata dan teman-temannya menatap ke arahnya. Kemudian terdengar suara bisik-bisik di sekitarnya. “Benarkah?” tanya seseorang di antara mereka diiringi suara gaduh mereka. “Ya, kemarin aku melihat... dia sangat jorok sekali. Astaga!” jawab Ata masih dengan ekspresi terkejut yang dibuat-buat yang sontak saja membuat orang-orang yang berada di sekitarnya semakin terkejut. “Ah, aku tak menyangka Tara begitu?” ucap salah satu temannya lagi tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh salah satu temannya. “Apalagi aku yang melihatnya secara langsung,” ucap Ata dengan nada mengejek dan matanya memincing seakan mengetahui keberadaan Tara di sekitarnya. Telinga Tara berhasil menangkap percakapan yang dilakukan Ata bersama teman-temannya. Ia memejamkan matanya, mengulum bibirnya, mengeratkan pegangan buku yang berada di tangannya dan berjalan sedikit cepat. “ATA!” teriak Tara dalam hati sembari mengucapkan sumpah serapah yang ada di hatinya. Rasanya dia ingin membalikkan badannya dan melempar buku-buku yang di tangannya kepada Ata atau merobek bibir pria itu agar berhenti mengatainya lagi. Kali ini, ejekan atau lebih tepatnya gosip yang disebarkan Ata sudah sangat keterlaluan. Tara melakukan hal jorok? Kapan ia melakukannya? Sekalipun tidak! Tara sempat mendengus kesal sampai akhirnya berbelok di persimpangan lorong dan tidak mendengar celotehan si pengejek atas dirinya.
5
*** “Pria tak punya moral!” bentak Tara dalam hati. Gadis itu masih merasakan sakit di hatinya atas perkataan Ata yang cukup keterlaluan hari ini. Seharusnya Ata tak mengarang cerita begitu untuk menyakitinya. Dia marah dan sangat kesal sampai matanya terlihat berkacakaca, kantung matanya pun hampir penuh. Ketika matanya terpejam maka satu bulir kristal putih itu jatuh dari kantung matanya dan jatuh ke pipi putihnya yang sedikit memerah karena menahan tangis. Sebenarnya ia tidak ingin menangis dan terlihat cengeng, tapi kenyataan ini begitu terasa menyakitkan baginya hingga membuat air mata itu mengalir tanpa seizinnya.
6