1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Penyakit yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri adalah berbagai penyakit kulit. Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Penyakit skabies pada umumnya menyerang individu yang hidup berkelompok seperti asrama, pesantren, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, perkampungan padat, dan rumah jompo. Asrama atau pondok pesantren termasuk tempat yang berisiko terjadi skabies karena merupakan salah satu tempat yang berpenghuni padat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya pertumbuhan jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik, dan faktor sosio-ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Salah satu faktor yang menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit. Skabies merupakan salah satu dari sekian contoh penyakit kulit yang menular. Penyakit kulit ini disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik atau gatal agogo. Skabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur (Harahap, 2000). Penyakit kulit skabies merupakan penyakit
2
kulit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, seprai, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007). Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor yang membantu penyebarannya antara lain kemiskinan, hygiene, individu yang jelek dan lingkungan yang tidak sehat. Pendidikan mengenai personal hygiene diperkenalkan melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dan derajat kesehatan peserta didik, serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang sehat. Sekolah sebagai institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik merupakan sarana yang efektif untuk pemberian pendidikan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku dan kebiasaan anak-anak sekolah agar menjadi lebih sehat, untuk itu meningkatkan derajat kesehatan siswa-siswi SD perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi SD tentang kesehatan secara umum, khususnya tentang penyakit menular sehingga diharapkan ada perubahan sikap serta diikuti dengan perubahan perilaku kebersihan perorangan dengan hasil akhir menurunnya angka kesakitan penyakit menular. Upaya peningkatan, pencegahan dan penanggulangan masalah penyakit menular dapat ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai indonesia sehat. (Depkes, 2000). Pada usia anak sekolah penyakit yang sering dihadapi anak sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan kebiasaan hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan cuci tangan, potong kuku, gosok gigi, dan membuang sampah sembarangan.
3
Kebersihan diri atau disebut juga dengan personal hygiene adalah suatu pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit. Pelaksanaan personal hygiene ada beberapa faktor yang mempengaruhi, faktorfaktor tersebut diantaranya citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, pilihan pribadi, dan kondisi fisik (Potter&Perry, 2009). Faktor yang paling berperan dalam penularan skabies adalah higienitas. Personal hygiene meliputi kebiasaan mencuci tangan, memakai handuk, frekuensi mandi, frekuensi mengganti pakaian dalam, frekuensi mengganti sprei tidur, dan kebiasaan kontak langsung seperti berjabat tangan. Personal Hygiene yang buruk dapat menyebabkan tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu. Personal hygiene pada anak adalah kebersihan dan kesehatan diri pada anak. Personal hygiene dapat mempengaruhi derajat kesehatan anak. Personal hygiene dapat dilaksanakan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kebersihan dengan cara mandi maka dapat menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi. Sedangkan mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit, hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung. Sebaiknya personal hygiene dapat diterapkan pada semua lingkungan, baik lingkungan rumah, sekolah, masyarakat maupun instansi-instansi yang lain.
4
Sekolah merupakan tempat yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan personal hygiene, dikarenakan lingkungan sekolah merupakan tempat mencetak generasi dan masa depan bangsa, yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan kesehatan. Sekolah yang berada di perkotaan masih mempunyai fasilitas yang kurang, seperti sumber air bersih, tempat cuci tangan, kamar mandi, WC maupun sarana untuk belajar serta kurangnya pembinaan dari tenaga kesehatan. Fasilitas dan pembinaan tersebut sangat mendukung untuk menciptakan kesehatan sekolah terutama pelaksanaan personal hygiene. Penyakit kulit mudah menginfeksi bila kebiasaan tidak menjaga kebersihan, terutama kebersihan pribadi. Penerapan kebersihan pribadi maka dapat memutuskan mata rantai penularan agen penyebab penyakit kulit dari tempat hidupnya ke host. Penyakit kulit akan lebih mudah menyerang apabila imun seseorang turun. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara, diperoleh angka kejadian penyakit skabies masih tinggi. Dari bulan Januari sampai Juli 2014, tercatat sebanyak 290 kasus yang mengalami penyakit skabies diantaranya untuk usia anak sekolah terdapat 190 kasus. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada lingkungan Sekolah Dasar Negeri 1 Sokong memiliki halaman sekolah yang bersih tetapi tidak tidak ada tempat cuci tangan, ada toilet atau kamar mandi, dan ada UKS tetapi sudah tidak berjalan, sehingga kurangnya pelayanan kesehatan disekolah. Oleh karena itu, minimnya fasilitas yang ada banyak siswa yang tidak menerapkan personal hygiene. Dari latar belakang inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana hubungan personal hygiene terhadap kejadian skabies pada siswa-siswi SDN 1 Sokong Kecamatan Tanjung. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku
5
yang tidak sehat menjadi sehat khususnya di lingkungan siswa-siswi. Salah satunya melalui personal hygiene dengan cara memberikan edukasi dan konselor pada siswasiswi. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan
yaitu “Apakah Ada Hubungan Antara Personal Hygiene Terhadap Kejadian Skabies Di SDN 1 Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara”. 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene terhadap kejadian
skabies pada siswa-siswi SDN 1 Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. 2.
Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi personal hygiene pada siswa-siswi SDN 1 Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
b.
Mengidentifikasi kejadian skabies pada siswa-siswi SDN 1 Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara.
c.
Mengidentifikasi hubungan antara personal hygiene terhadap kejadian skabies
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti Sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya dalam melakukan
penelitian dan untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan.
6
2.
Bagi Siswa-siswi Para siswa-siswi dapat mengetahui bahwa kebiasaan yang tidak sehat yang
dapat mempengaruhi terjadinya skabies dan juga harapannya siswa-siswi dapat menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat tentang kebersihan diri sehingga terbebas dari penularan penyakit skabies. 3.
Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumbangan referensi dan kepustakaan jurusan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMM. 1.5
Keaslian Penelitian Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain sebagai berikut :
1.5.1
Bitari ( 2011 ) Dalam penelitiannya tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dan status gizi dengan kejadian skabies”. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional yang dilakukan dengan cara cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi SD di SDN 3 Madyogondo, Magelang. Sampel dalam penelitian ini adalah 120 siswa.
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian diatas pada variabelnya yang tertuju pada sanitasi lingkungan dan status gizi sedangkan penelitian ini menggunakan variabel personal hygiene. 1.5.2
Rifka Afifi Faradisa Aina ( 2013 ) Dalam penelitiannya tentang “Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian skabies”. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey analitik yang dilakukan dengan cara pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah 40 orang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas pada variabelnya yang tertuju pada perilaku hidup
7
bersih dan sehat sedangkan penelitian ini menggunakan variabel personal hygiene.