BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Konflik Nagorno-Karabakh merupakan konflik terpanjang yang melanda negara bekas Uni Soviet, pasca-keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991. Konflik tersebut melibatkan Armenia dan Azerbaijan yang memperebutkan wilayah republik de facto yang secara internasional dikenal sebagai Republik Nagorno-Karabakh. Nagorno-Karabakh memiliki mayoritas etnis Armenia dan terafiliasi dengan Republik Armenia. Namun secara internasional, Nagorno-Karabakh masuk ke dalam wilayah Republik Azerbaijan. Konflik di Kaukasus Selatan tersebut dikategorikan sebagai konflik berkepanjangan atau “protracted conflict”. Konflik berkepanjangan merupakan konflik yang tidak kunjung menemukan solusi perdamaian permanen dan masuk ke dalam jenis konflik sosial. Hingga saat ini, konflik berkepanjangan dianggap sebagai tantangan utama bagi para ahli dibidang perdamaian dan resolusi konflik.1 Konflik Nagorno-Karabakh menyebabkan keprihatinan Uni Eropa sebagai otoritas yang merasa tidak nyaman karena instabilitas di wilayah Kaukasus Selatan yang mendatangkan beberapa dampak negatif di bagi Uni Eropa. Wilayah Kaukasus merupakan kantong konflik yang di dalamnya terdapat beberapa konflik berkepanjangan, sehingga ketika konflik di Georgia pada tahun 2008 telah berakhir, konflik di Nagorno-Karabakh menjadi prioritas bagi Uni Eropa.2 Demi kondisi yang lebih baik di Armenia dan Azerbaijan, Uni Eropa menghadirkan European Partnership for the Peace Settlement over Conflict of Nagorno-Karabakh (EPNK)3 sebagai program peacebuilding terpadu untuk situasi konflik Nagorno-Karabakh, 1
J. P. Lederach, Building Peace: Sustainable Reconciliation in Divided Societies, United States Institute of Peace Press, Washington D. C., 1997, p. 7 2 L. Simao, “Engaging Civil Society in the Nagorno-Karabakh Conflict: What Role for the EU and Its Neighbourhood Policy?”, Microcon Policy Working Paper No. 11 (daring), (June, 2010),
, p. 2, diakses pada 23 April 2015, pukul 16.17 3 EPNK, “Home: The European Partnership for the Peaceful Settlement of the Conflict over Nagorno-Karabakh” (daring), diakses pada 15 September 2015, pukul 16.30
1
yang dikerjakan oleh lima NGO profesional yang berasal dari Eropa. Lima NGO tersebut adalah International Alert dari Inggris sebagai koordinator, Crisis Management Iniative (CMI) dari Finlandia, Conciliation Resources (CR) dari Inggris, Kvinna til Kvinna dari Swedia, dan London Information Network on Conflicts and State-building (LINKS) dari Inggris.4 Kebijakan inisiatif peacebuilding untuk konflik Nagorno-Karabakh kurang lebih dapat dipahami dari adanya European Neighbourhood Policy (ENP) yang merupakan landasan Uni Eropa untuk menjalin hubungan dengan negara-negara di Eropa Tengah dan Eropa Timur, serta Eastern Partnership (EaP) yang merupakan landasan yang lebih spesifik bagi Uni Eropa untuk menjalin hubungan dengan negara-negara di Kaukasus Selatan. Dengan adanya kerangka kerja ENP dan EaP, stabilitas keamanan di Kaukasus Selatan menjadi perhatian serta tanggungjawab Uni Eropa. Sehingga Uni Eropa menghadirkan EPNK yang mengoordinasikan pelaksanaan peacebuilding untuk konflik Nagorno-Karabakh, yang mencakup wilayah Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh. Karena Uni Eropa memiliki kepentingan dalam menciptakan perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan melalui upaya peacebuilding-nya, maka kita tidak dapat memisahkan Uni Eropa sebagai aktor integral dalam upaya peacebuilding ini, serta proses dan mekanisme yang melatarbelakanginya. Dengan semakin berkembangnya upaya perdamaian melalui jalur 2 atau NGO, saat ini cara tersebut dianggap sebagai alternatif penyelesaian konflik yang mampu menciptakan perdamaian jangka panjang. Sehingga dalam skripsi ini, penulis ingin melihat bagaimana EPNK memengaruhi serta membawa transformasi dalam situasi konflik Nagorno-Karabakh yang berkepanjangan.
4
EPNK, “Member Organizations” (daring), diakses pada 11 September 2015, pukul 17.06
2
1.2. Tujuan Penelitian Berikut akan disampaikan mengenai tujuan mengapa penelitian ini menarik untuk dilakukan: -
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peacebuilding dilaksanakan di wilayah protracted conflict yang dianggap sebagai konflik yang sangat sulit mencapai solusi perdamaian, serta bagaimana upaya peacebuilding tersebut dapat mentransformasi konflik yang bersangkutan.
-
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran EPNK dalam kerangka kerja peacebuilding, sekaligus sebagai proses yang dinamis dalam memengaruhi transformasi konflik Nagorno-Karabakh. Serta mengetahui tantangantantangan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan peacebuilding EPNK di Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh.
1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka berikut akan penulis sebutkan pertanyaan yang muncul sebagai permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, bagaimana EPNK mentransformasi konflik Nagorno-Karabakh?
1.4. Landasan Konseptual Peacebuilding Konteks peacebuilding dalam skripsi ini adalah peacebuilding yang diterapkan dalam konteks konflik berkepanjangan (protracted conflict) dan dilaksanakan oleh masyarakat sipil. Sehingga landasan konseptual pada skripsi ini mengacu pada tulisan John Paul Lederach yang telah memberikan banyak sumbangan terhadap upaya-upaya peacebuilding di banyak wilayah konflik. Istilah peacebuilding pertama kali dimunculkan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Boutros Ghali dalam pidatonya yang terkenal yaitu Agenda For Peace tahun
3
1992.5 Terkait dengan perkembangan praktik peacebuilding dalam suatu konflik, maka telah banyak ilmuwan dan peneliti
yang mengembangkan konsep
peacebuilding. Dalam perkembangannya, John Paul Lederach memberikan definisi bagi peacebuilding: Peacebuilding is understood as a comprehensive concept that encompasses, generates, and sustains the full array of processes, approaches, and stages needed to transform conflict toward more sustainable and peaceful relationships. The term thus involves a wide range of activities and functions that both precede and follow formal peace accords. Metaphorically, peace is seen not merely as a stage in time or conditions. It is a dynamic social construct.6 Peacebuilding
dipahami
sebagai
konsep
komprehensif
yang
mencakup,
menghasilkan, dan menopang berbagai proses, pendekatan, dan tahapan yang diperlukan untuk mentransformasi konflik agar menciptakan hubungan damai dan berkelanjutan. Peacebuilding melibatkan berbagai aktivitas dan fungsi yang mengawali maupun mengikuti suatu perjanjian perdamaian formal. Sehingga hal tersebut membuat perdamaian tidak hanya dilihat sebagai suatu tahapan untuk mengakhiri konflik, namun lebih pada kontruksi sosial yang membentuk relasi masyarakat yang damai secara berkelanjutan. Dalam menentukan kerangka kerja peacebuilding, Lederach percaya bahwa ada banyak konflik yang tidak bisa diselesaikan, karena konflik telah menjadi sistem sosial, sehingga konflik hanya dapat ditransformasi. Salah satu tujuan dari peacebuilding adalah mentransformasi sistem sosial masyarakat ke arah perdamaian positif.7 Pendekatan Lederach yang sesuai untuk kegiatan peacebuilding EPNK adalah pendekatan middle-range. Pendekatan ini disesuaikan dengan tingkatan piramida kelompok masyarakat yang terkena dampak konflik oleh Lederach yang membagi 5
Lederach, p. 22 Lederach, p. 22 7 T. Paffenholz dan C. Spurk, “Civil Society, Civil Engagement and Peacebuilding”, Social Development Papers (daring), October, 2006, diakses pada 15 Mei 2015, pukul 17.01, p. 22 6
4
masyarakat menjadi tiga golongan, yaitu kalangan pemimpin tingkat tinggi, masyarakat kelas menengah, dan masyarakat akar rumput. Pendekatan middle-range digunakan untuk menjelaskan aktivitas-aktivitas peacebuilding yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah atau NGO yang digolongkan sebagai aktor menengah. Dalam suatu upaya peacebuilding, aktor middle-range dianggap memiliki posisi yang strategis dan signifikan karena dapat menjadi perantara antara pemimpin tingkat tinggi dengan masyarakat akar rumput.8 Sehingga peran EPNK akan dilihat dari fungsi-fungsi aktor middle-range dalam upaya peacebuilding. Selain menjadi perantara antarlevel masyarakat, peran penting aktor middle-range adalah menyediakan fasilitas agar pihak-pihak yang berkonflik dapat berinteraksi secara damai, misalnya melalui forum diskusi, seminar, dan konferensi. Aktor middle-range juga mempunyai tugas untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam keahlian resolusi konflik, memberi wawasan, mengubah persepsi, serta membangun jaringan, institusi, kelompok diskusi yang dapat menjadi infrastruktur untuk menciptakan perdamaian berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut dapat diwujudkan dalam kegiatan misalnya: workshop pemecahan masalah, pelatihan resolusi konflik, pembentukan komisi perdamaian.9
Pendekatan Mekanisme dan Proses oleh Doug McAdam, Charles Tilly, dan Sidney Tarrow Dalam ilmu politik, banyak pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan fenomena-fenomena politik. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk memahami fenomena politik diperkenalkan oleh Doug McAdam, Charles Tilly, dan Sidney Tarrow, yaitu pendekatan mekanisme dan proses. 10 Melalui pendekatan mekanisme dan proses, mereka berargumen bahwa setiap fenomena politik mempunyai mekanisme-mekanisme berulang dan saling berhubungan yang pada 8
Lederach, p. 42 Lederach, pp. 46 - 51 10 C. Tilly, Mechanism in Political Process, Annual Review Political Science, (2001), 4: 21 – 9
41, p. 24
5
akhirnya membentuk suatu proses yang kompleks dengan cara memperhatikan episode-episode signifikan dalam sejarah.11 Dengan kata lain, setiap fenomena politik seperti gerakan sosial, revolusi, perang sipil, kerusuhan, dan sebagainya merupakan fenomena yang berhubungan dengan melihat seperangkat mekanisme dan proses yang bekerja dalam fenomena-fenomena tersebut.12 Pendekatan ini diperkenalkan McAdam, Tilly, dan Tarrow dalam bukunya berjudul Dynamics of Contention yang berfokus untuk menjelaskan berbagai episode pertikaian politik dalam sejarah yang membawa pengaruh cukup signifikan terhadap tatanan politik, misalnya adalah Revolusi Perancis dan Gerakan Hak Sipil di Amerika Serikat. Dynamics of Contention mengungkap bahwa dalam setiap episode berbeda terdapat mekanisme yang sama, namun dapat menghasilkan hasil akhir yang berbedabeda tergantung proses awal serta kombinasi dari mekanisme tersebut. Sehingga apabila kita menggunakan pendekatan ini kita perlu memperhatikan berbagai episodeepisode sejarah yang signifikan serta aktor-aktor yang penting yang berpengaruh atas adanya pertikaian politik. McAdam, Tilly, dan Tarrow memunculkan pendekatan ini karena pendekatanpendekatan sebelumnya dianggap banyak memiliki batasan, serta kurang dinamis dalam memahami fenomena politik. Mereka berargumen bahwa pendekatan klasik terlalu statis dan hanya fokus pada kondisi struktural, kultural, fenomenologikal, dan faktor rasional tanpa mempertimbangkan karakter dinamis dari gerakan sosial. McAdam, Tilly, dan Tarrow juga tidak setuju pada pambagian-pembagian dalam penelitian mengenai gerakan sosial. Menurut McAdam, Tilly, dan Tarrow, pembagian-pembagian tersebut kurang signifikan, karena semua fenomena politik masuk ke dalam kategori ‘episodes of contentions”. McAdam, Tilly, dan Tarrow menawarkan dalam Dynamics of Contention bahwa seluruh episode dari pertikaian politik meskipun berbeda juga harus dipelajari dengan kerangka kerja dinamis yang
11
Tilly, p. 24 M. Hanagan, “Review: Contentious Politics”, Journal of Social History, Vol. 41, No. 3 (Spring 2008), p. 762 12
6
sama, dan harus dipusatkan pada dua konsep yang berhubungan yaitu mekanisme dan proses.13 Mekanisme adalah peristiwa-peristiwa tertentu yang mengubah relasi antar elemen khusus yang identik atau mirip dalam situasi yang beragam.14 Ada tiga bentuk mekanisme, yaitu environmental, kognitif, dan relasional. Mekanisme environmental merupakan pengaruh akibat dorongan eksternal yang memengaruhi kondisi sosial. Mekanisme kognitif merupakan mekanisme yang bekerja dalam perubahan persepsi individu dan kolektif. Sedangkan mekanisme relasional merupakan mekanisme yang bekerja dalam perubahan koneksi antarindividu atau kelompok, misalnya pembentukan aliansi. Contoh-contoh mekanisme adalah brokerage yang merupakan mekanisme yang cukup populer, brokerage bekerja melalui pihak ketiga untuk menghubungkan dua atau lebih entitas sosial yang sebelumnya memiliki hubungan yang lemah atau bahkan tidak terhubung sama sekali.15 Contoh mekanisme lainnya adalah pembentukan kategori, kompetisi, konsensus, eskalasi, pergeseran identitas, radikalisasi, social appropriation yaitu penyediaaan dasar sosial atau organisasional yang menyebabkan pergerakan atau mobilitas menjadi mungkin,16 urbanisasi, dan suddenly imposed grievance17 atau peristiwa dramatis yang menjadi perhatian publik.18 Sedangkan proses terdiri dari beberapa mekanisme yang dikombinasikan secara berbeda dalam peristiwa yang beragam.19 Contoh-contoh proses adalah aneksasi, kompetisi atau pertikaian, demokratisasi, difusi, proses kemerdekaan, 13
B. Dubreuil, “Mechanism in the Social Science: The quest for Paradigmatic Success”, Universite du Quebec a Montreal (daring), diakses pada 18 Agustus 2015, 13.27 14 D. McAdam, C. Tilly, dan S. Tarrow, Dynamics of Contention, Cambridge University Press, Cambridge, 2001, p. 24 15 Tilly, p. 26 16 Mc Adam, Tilly, dan Tarrow, p. 47 17 B. Dubreuil, “Mechanism in the Social Science: The quest for Paradigmatic Success”, Universite du Quebec a Montreal (daring), diakses pada 18 Agustus 2015, 13.27 18 J. Goodwin, J. Jasper, dan F. Polleta, “The Return of the Repressed: The Fall and the Rise of Emotion in Social Movement Theory”, Mobilization, Vol. 5, No. 1, (2000), p. 72 19 J. P. Reed, “Review: Dynamics of Contention, Acta Sociologica, Vol. 45, No. 4, (2002), p. 328
7
mobilisasi, negosiasi, radikalisasi, reformasi, regime defection atau pembelotan terhadap suatu rezim, proses sekulerisasi, transformasi identitas, dan unifikasi.20 Contoh kombinasi mekanisme dalam suatu proses misalnya adalah proses demokratisasi yang terjadi akibat mekanisme brokerage dan pembentukan formasi antarkelas.21 Telah disebutkan di atas bahwa setiap episode of contention adalah dinamis, berikut merupakan unsur-unsur menurut McAdam, Tilly, dan Tarrow yang membuat pertikaian politik berdinamika:22 -
Dalam kerangka kerja yang dinamis ini, sebagaian besar pertikaian politik tidak datang karena adanya kesempatan dan ancaman, namun lebih kepada bagaimana aktor-aktor yang terlibat mempersepsikan keadaan, sehingga adanya kesempatan dan ancaman muncul karena aktor-aktor yang memunculkannya. Namun hal tersebut juga dipengaruhi oleh latar belakang, serta pengalaman aktor-aktor yang bersangkutan.
-
Dalam upaya mobilisasi, biasanya ada organisasi atau kumpulan orang-orang yang mulai menggerakan, namun untuk menjadi gerakan yang cukup besar dan bisa mengubah konstruksi sosial, mereka tidak bisa bila bekerja sendiri, mereka pasti akan banyak menggerakan banyak pihak untuk bergabung dalam mobilisasi atau pergerakan.
-
Seluruh episode, aktor, dan aksi mereka akan ditangkap oleh partisipan, pihak lawan, media, dan pihak ketiga, sehingga hal tersebut akan semakin membuat keadaan menjadi lebih dinamis dan tidak menentu. Keberhasilan proses framing ditentukan oleh tertanamnya situs-situs sosial baru yang ingin ditanamkan dalam masyarakat. Pertikaian politik merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk
mengubah aspek-aspek fundamental yang diakibatkan karena beberapa pihak 20
B. Dubreuil, “Mechanism in the Social Science: The quest for Paradigmatic Success”, Universite du Quebec a Montreal (daring), diakses pada 18 Agustus 2015, 13.27 21 Tilly, p. 24 22 McAdam, Tilly, dan Tarrow, pp. 45 - 50
8
merasakan
adanya
common
grievances,
ancaman,
masalah,
serta
adanya
ketidakadilan. Sehingga aktor-aktor tersebut melakukan gerakan untuk mengubah aspek-aspek yang telah ada menjadi bentuk yang aktor tersebut inginkan.23 Demikian pula dengan konflik di Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan. konflik yang berkepanjangan telah menjadi sistem sosial masyarakatnya. Sehingga sistem tersebut perlu ditransformasi ke arah perdamaian. Berikut akan dijelaskan gambaran mengenai proses dan mekanisme yang melatarbelakangi peacebuilding EPNK, serta mekanisme yang bekerja dalam peacebuilding EPNK untuk mentransformasi konflik Nagorno-Karabakh. Episode signifikan yang mengawali adalah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 yang kemudian memunculkan mekanisme-mekanisme yang melatarbelakangi proses peacebuilding EPNK. Setelah peacebuilding EPNK muncul, berikut merupakan mekanisme-mekanisme
yang
bekerja
dalam
peacebuilding
EPNK
untuk
mentransformasi konflik Nagorno-Karabakh: -
Social appropriation merupakan peletakan dasar sosial atau organisasional agar masyarakat yang mengalami defisit organisasi dapat kembali melakukan mobilisasi dan gerakan sosial untuk menciptakan perubahan. Social appropriation dapat dilakukan dengan cara membuat dasar organisasional yang baru atau memanfaatkan yang telah ada, organisasi tersebut harus diubah menjadi intrumen untuk membuat perubahan sosial.
-
Framing process merupakan proses memberikan interpretasi terhadap suatu kejadian. Dengan kata lain, framing adalah suatu proses bagaimana tujuan pergerakan dibentuk secara strategis menjadi seperangkat proses interpretasi yang lebih luas,24 misalnya: tujuan untuk memunculkan gerakan sosial dikatakan sebagai gerakan untuk membuat perubahan sosial, sehingga hal tersebut akan memengaruhi interpretasi atau cara memandang orang-orang
23
V. Taylor, “Mobilizing Change in a Social Movement Society”, Contemporary Sociology, Vol. 29, No. 1, (January, 2000), p. 219 24 McAdam, Tilly, dan Tarrow, p. 48
9
terhadap gerakan tersebut yang akan memengaruhi minat orang-orang untuk bergabung dalam gerakan tersebut. -
Brokerage merupakan mekanisme yang terlihat dominan dalam setiap kegiatan peacebuilding, karena brokerage merupakan mekanisme yang dapat menghubungkan situs-situs sosial yang tidak mempunyai koneksi akibat adanya konflik. Sehingga transformasi dapat dilihat dari koneksi-koneksi yang muncul dan terbentuk setelah peacebuilding dilakukan. Brokerage juga dapat menjadi instrumen bagi terciptanya mobilisasi.
1.5. Argumen Utama Dalam melakukan upaya peacebuilding di Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh, EPNK mewakili aktor middle-range. Sehingga melalui aktivitasaktivitasnya, EPNK menjalankan fungsi serta peran aktor middle-range yang ditandai dengan berbagai kegiatan yang menjadi jembatan komunikasi antara level tingkat tinggi dan masyarakat, misalnya adalah kegiatan diskusi yang melibatkan orangorang dari berbagai kalangan, dari politisi hingga masyarakat umum. Melalui pendekatan mekanisme dan proses, setiap proses politik tidak dilihat sebagai kejadian tunggal, namun sebagai hasil dari proses dan mekanisme yang melatarbelakanginya.
Peacebuilding
EPNK
dianggap sebagai
proses
untuk
mentransformasi kondisi konflik Nagorno-Karabakh, sehingga peacebuilding juga memiliki
mekanisme-mekanisme
yang
bekerja
dalam
aktivitas-aktivitas
peacebuilding itu sendiri. Proses ini diawali dengan runtuhnya Uni Soviet. Berakhirnya perang dingin memunculkan Uni Eropa sebagai ‘agent of change’ yang ingin mentransformasi negara bekas Uni Soviet menjadi negara demokratis, namun kepentingan tersebut mendapatkan hambatan dari Rusia. Sehingga hal tersebut menjadi kontestasi antara Uni Eropa dan Rusia dalam mendefinisikan negara Eropa Tengah dan Eropa Timur.
10
Dalam konteks Nagorno-Karabakh, Uni Eropa dan Rusia memiliki kebijakan yang bertentangan mengenai konflik Nagorno-Karabakh. Masuknya peacebuilding EPNK bagi konflik Nagorno-Karabakh merupakan hasil attribution of opportunity and threat dari Uni Eropa mengenai eksistensi konflik Nagorno-Karabakh. Bagi Uni Eropa, keberadaan konflik Nagorno-Karabakh yang mempunyai nilai geopolitis tinggi, merupakan ancaman bagi proses demokratisasi Armenia dan Azerbaijan, sehingga Uni Eropa menginginkan perubahan keadaan atau mentransformasi konflik tersebut agar kepentingan Uni Eropa untuk mencapai stabilitas demokrasi di Kaukasus Selatan dapat tercapai. Dalam melaksanakan tujuan transformasinya, mekanisme yang terdapat dalam peacebuilding EPNK adalah social appropriation, framing, serta brokerage. EPNK dianggap sebagai social appropriation Uni Eropa untuk meletakan dasar perubahan sosial bagi konflik Nagorno-Karabakh menyediakan atau memanfaatkan organisasi yang ada sebagai dasar untuk proses transformasi. Melalui mekanisme framing, EPNK berusaha menciptakan ‘bingkai’ bagi suatu isu agar isu tersebut dapat menjadi sumber kesadaran publik dalam menciptakan transformasi. Dalam mekanisme brokerage, Uni Eropa berperan menjadi broker atau perantara yang membantu menciptakan koneksi-koneksi diantara masyarakat yang berkonflik.
1.6. Metodologi Penelitian Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pola berpikir deduktif, dimana penulis akan menggunakan teori atau alat analisis yang sudah ada kemudian diterapkan terhadap kasus peacebuilding oleh EPNK untuk konflik Nagorno-Karabakh, yang dimulai pada tahun 2010 hingga tahun 2015. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi literatur atau studi pustaka (Library Studies). Studi literatur akan melibatkan sumber-sumber yang berupa:
11
1.
Buku-buku literatur terkait topik. Buku yang akan banyak digunakan terutama adalah karya John Paul Lederach yang berjudul Building Peace: Sustainable Reconciliation in Divided Society, serta buku dari Doug McAdam, Charles Tilly, dan Sidney Tarrow yang berjudul Dynamics of Contention, dengan dibantu beberapa buku pendukung.
2.
Jurnal-jurnal ilmiah yang akan diambil dari jurnal-jurnal ternama dan terpercaya misalnya adalah JSTOR, Emerald, dan Springer.
3.
Artikel dan paper mengenai isu yang peacebuilding di Nagorno-Karabakh. Dalam skripsi ini contoh paper yang digunakan adalah milik Aytan Gahramanova yang berjudul Peace Strategies in ‘frozen’ Ethno-territorial Conflict: Integrating Reconciliation into Conflict Management: The Case of Nagorno-Karabakh.
4.
Website resmi dari EPNK dan NGO-NGO anggota EPNK, sumber primer yang menyediakan publikasi perkembangan berita terbaru. Berikut websitewebsite penting tersebut:
5.
-
EPNK: www.epnk.org
-
Conciliation Resources: www.c-r.org
-
CMI: www.cmi.fi/en
-
Kvinna till Kvinna: www.kvinnatillkvinna.se/en
-
International Alert: www.international-alert.org
-
LINKS: www.links-dar.org
-
Website resmi berita Kaukasus Selatan: www.commonspace.eu
Berita-berita dari media ternama dan terpercaya, misalnya adalah BBC, Washington Post, CNN, dan lain-lain. Dalam proses pengumpulan data, penulis akan membatasi pada hal-hal yang
relevan dengan topik. Peacebuilding dalam skripsi ini mencakup wilayah Armenia, Azerbaijan, dan Nagorno-Karabakh, yang merupakan tiga wilayah yang terkena dampak konflik. Setelah proses pengumpulan data, maka data-data tersebut akan di analisis sesuai dengan landasan konseptual yang telah jelaskan pada bab sebelumnya,
12
sehingga pada akhirnya menemukan jawaban-jawaban dari rumusan masalah yang mengarah pada kesimpulan dari seluruh isi skripsi ini.
1.7. Sistematika Penulisan BAB 1: Pada Bab 1, penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang mengapa penulis ingin membahas topik mengenai upaya peacebuilding di wilayah NagornoKarabakh, beserta tujuan dari penulisan dari topik ini. Setelah itu akan disebutkan rumusan masalah yang akan membantu menjawab permasalahan, kemudian penjelasan selanjutnya adalah mengenai landasan konseptual sebagai landasan pemikiran utama penulis dalam menjawab rumusan masalah yang akan membantu penulis dalam membuat argumen awal. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian dan sistematika penulisan dalam skripsi ini. BAB 2: Dalam BAB 2, penulis akan menjelaskan analisis konflik di NagornoKarabakh dan alasan mengapa peacebuilding dibutuhkan di Nagorno-Karabakh. Selanjutnya pada bab ini, akan dijelaskan mengenai upaya peacebuilding oleh NGONGO anggota EPNK di Nagorno-Karabakh, yang akan dijelaskan melalui pendekatan middle-range dari Lederach. BAB 3: Bab ketiga merupakan analisis dari bab sebelumnya untuk menjawab rumusan masalah. Sehingga dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis bagaimana EPNK mantransformasi konflik di Nagorno-Karabakh melalui upaya peacebuilding-nya. BAB 4: Bab ini berisi kesimpulan yang akan memberikan overview singkat dan jawaban final mengenai keseluruhan isi dari skripsi ini, serta yang terakhir adalah mengenai berbagai pembelajaran dari topik skripsi ini akan dikaitkan dengan ilmu hubungan internasional.
13