BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengertian sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit merupakan keluhan yang dirasakan seseorang (bersifat subjektif), berbeda dengan penyakit yang terjadi pada organ tubuh (bersifat objektif) (Rosenstock, 1974). Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit tanpa resep/nasihat tenaga medis (Anderson, 1979). Penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri persentase terbesar (91,04% di perkotaan dan 86,93% di pedesaan) menggunakan obat sisanya menggunakan obat tradisional atau cara tradisional, Badan Pusat Statistik (2001).
Menurut H. Sulanto Saleh (2004) Jenis persediaan obat dan alat kesehatan di rumah tangga sangat tergantung pada kejadian yang sering dialami di rumah tangga, misalnya demam, anak kejang (stuip), dan perlukaan. Obat dan alat kesehatan yang disediakan harus berkaitan dengan hal tersebut. Secara umum berdasar angka kejadian obat dan alat kesehatan yang perlu disediakan
adalah:
1 ) Obat batuk ( anak dan dewasa ): Obat Batuk Hitam (OBH), Obat Batuk Putih
(OBP), tablet
antibatuk 2) Obat sakit perut/diare :oralit 3) Tablet maag 4) Obat pengurang rasa nyeri/demam: parasetamol sirup dan tablet, aspirin tablet (khusus dewasa) 5) Obat untuk alergi: ctm dan salep antihistamin 6) Obat anti mabuk (khusus bagi yang sering bepergian) 7) Obat yang digunakan secara topikal (dioleskan pada kulit): cairan antiseptik (mercurochrom, povidon iodine), salep/krim anti histamin, salep/krim pengurang rasa nyeri (kayu putih, minyak telon,balsern dll.) 8) Tetesmata
Universitas Sumatera Utara
Alat
kesehatan
yang
diperlukan
di
rumah
tangga
antara
lain
adalah:
1) Kasa pembalut 2) Pembalut elastis 3) Kasa steril 4) Plester bias maupun yang sudah ada anti infeksinya 5) Pembalut segi tiga (mitela) 6) Thermometer 7) Gelas pencuci mata
Obat telah memberikan maanfat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Obat telah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara menyelamatkan jiwa, meningkatkan kesehatan, tetapi hanya jika obat tersebut tidak aman, tidak berkhasiat, tidak bermutu dan tidak digunakan benar dapat menimbulkan berbagai masalah bagi kesehatan kegagalan pengobatan bahkan kematian dan dalam jangka panjang akan membuang berbagai sumber (dana dan manusia) yang sebenarnya terbatas (WHO 2004).
Menurut Ali (2010) Satu penelitian cross sectional telah dilakukan di Lingkungan Sumatera Barat untuk mengetahui prevalensi, sikap dan tindakan masyarakat tentang penyimpanan dan pengobatan sendiri mendapati bahawa prevalensi penyimpanan obat-obatan yang tidak digunakan dan sikap tentang pengobatan sendiri adalah tinggi Penjagaan dan Pengobatan Sendiri. Menurut Notoadmodjo (2007) masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak apaapa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai obat-obat yang beredar di Indonesia dengan segala fungsinya dapat diperoleh dalam berbagai sediaan obat. Menurut Batubara (2008), bentuk sediaan obat dapat berupa sediaan padat (pulvis, tablet, kapsul, suppositoria, kaplet, lozenge), semi padat (salep, krim, pasta, jelli), cair (larutan, sirup, eliksir, guttae, injeksi, enema, gargarisma, douche, suspensi, emulsi, infusa), dan gas (aerosol, gas). Dalam Permenkes No. 725a/1989, untuk memudahkan pengawasan, penggunaan, dan pemantauan, obat digolongkan menjadi :
a. Obat Bebas Obat bebas termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter, selain di apotik juga dapat diperoleh di warungwarung. Obat bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contoh obat bebas yaitu parasetamol, vitamin C, antasida, dan Obat Batuk Hitam (OBH).
b. Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini juga relatif aman selama pemakaiannya mengikuti aturan pakai yang ada. Penandaan obat golongan ini adalah adanya lingkaran berwarna biru dan tertera peringatan dengan tulisan: P. No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P. No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P. No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P. No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P. No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan Obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotik, toko obat ataupun di warungwarung. Contohnya obat anti mabuk (Antimo), obat flu kombinasi, klotrimaleas (CTM).
c. Obat keras Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan kematian. Contoh obat golongan keras yaitu antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat penenang, dan lainlain).
d. Psikotropika Psikotropika adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Jenis obat psikotropika yaitu shabu-shabu dan ekstasi.
e. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalankhayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Narkotika merupakan kelompok obat yang paling berbahaya karena dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan) dan toleransi. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
1.2.
Rumusan Masalah Bagaimanakah Penggunaan Obat-obatan di Rumahtangga Lingkungan (111) kecamatan
Medan Baru, Pringgan pada Tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Utama Mengetahui penggunaan Obat-obat di rumahtangga. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalensi penggunaan Obat-obatan di rumahtangga Lingkungan (III) Kecamatan Medan Baru, Pringgan Tahun 2013. 2. Mengetahui Indikasi penggunaan dan cara penggunaan obat-obatan. 1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Pemberian informasi kepada masyarakat supaya berwaspada ketika menggunakan obat yang dapat diperoleh dengan bebas ini sehingga overdosis dapat dihindari. 2. Bagi peneliti, dapat mengembangkan kemapuan di bidang peneliti serta mengasah kemampuan analisis peneliti sekaligus menambah ilmu peneliti tentang topik penelitian.
Universitas Sumatera Utara