BAB 1 PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang ditempuh setiap siswa dalam menempuh pendidikan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan lanjutan, bahkan sampai pendidikan tinggi karena matematika adalah salah satu ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan yang lain. Matematika tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal, tetapi juga lewat pengalaman informal yang diperoleh melalui pengalaman hidup sehari hari. Siswa dalam mempelajari matematika memerlukan kemampuan belajar abstrak, seperti dikemukakan oleh Suyitno (2004). Belajar abstrak adalah belajar dengan menggunakan cara‐cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah‐masalah abstrak yang ada dalam matematika. Matematika memiliki sifat abstrak, sehingga banyak siswa menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit. Matematika dinilai sebagai pelajaran yang sulit bagi siswa, karena mereka tidak bisa menguasai materi yang diberikan oleh guru. Setiap siswa yang menerima pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai standar kurikulum yang ditetapkan berharap dapat memaksimalkan seluruh pikirannya supaya dapat menyerap semua materi (Komarudin, 2005). Sifat matematika yang cenderung abstrak dan seiring dengan tuntutan pendidikan, siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Apabila kesalahan itu terus berlanjut dan berulang maka akan menjadi miskonsepsi. Miskonsepsi adalah konsepsi seseorang tentang konsep yang keliru. Konsepsi tersebut pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat (common sense) atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari‐hari. Miskonsepsi harus segera diatasi secepatnya. Miskonsepsi yang terus menerus terjadi dan dibiarkan saja tanpa diatasi, bisa berdampak buruk pada hasil belajar (Sumarno, 2005). Miskonsepsi sendiri berasal dari berbagai arah. Bisa berasal dari kemampuan berpikir siswa sendiri, dari pengalaman siswa sebelumnya, dari proses pembelajaran, dari penjelasan guru, atau dari sajian dalam buku teks atau catatan yang diperoleh dari guru dalam proses pembelajaran. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi, khususnya miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi sering dialami siswa karena disebabkan oleh banyak faktor. Ada beberapa faktor penyebab miskonsepsi misalnya keterbatasan waktu dengan 1
banyaknya materi yang harus disampaikan guru kepada siswa, model pembelajaran guru yang berbeda‐beda dan terkadang cenderung monoton, kemampuan daya serap setiap siswa yang berbeda, ambisi sekolah untuk mendapatkan hasil lulusan secara kognitif dengan nilai baik (Komarrudin, 2005). Miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya (Sadia, 1996). Penyebab miskonsepsi yang lain bisa berawal dari kesalahan‐kesalahan yang dialami siswa dalam pembelajaran. Kesalahan perlu dianalisis dan diidentifikasi untuk mengetahui penyebab kesalahan tersebut sehingga tidak berlanjut menjadi suatu miskonsepsi (Sihite, 2008). Kesalahan yang terjadi atau yang dialami siswa tidak hanya terdiri dari satu kesalahan saja, tetapi bisa lebih dari satu kesalahan. Subanji dan Mulyoto seperti yang diungkapkan oleh Rosita (2007) mengelompokkan 5 tipe kesalahan yang sering terjadi pada pelajaran matematika yaitu: Kesalahan konsep; Kesalahan dalam menggunakan data; Kesalahan dalam interpretasi bahasa; Kesalahan dalam perhitungan dan Kesalahan dalam penyimpulan. Berdasarkan faktor‐faktor yang telah disebutkan, diketahui bahwa siswa masih sering mengalami kesalahan pada pemecahan masalah matematika. Statistik adalah salah satu materi yang diperoleh siswa baik tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Pada materi tersebut siswa masih sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal‐soal matematika. Pernyataan ini diperkuat dengan adanya kajian penelitian sebelumnya yang membahas analisis kesalahan pada materi statistik. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Mariani (2005) di SMA Negeri 2 Pati kelas XI IPA 3, diketahui bahwa masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam materi statistik pada tahun ajaran 2005/2006. Penelitian dilakukan dengan metode tes berupa 20 tes dengan bentuk pilihan ganda. Kesimpulan dari penelitian adalah banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam materi statistik disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena kurang menguasai konsep sebanyak 13,2% siswa kurang terampil dalam menyelesaikan masalah 11,21%, siswa mengalami kesalahan dalam memahami makna kata dalam soal 8,79%, dan siswa memilih tidak menjawab pertanyaan sebesar 6,15%. Penelitian dari Andriani (2007) menyatakan bahwa masih terdapat kesulitan belajar pada materi statistik. Subyek pada penelitian yang dilakukan Andriani adalah siswa SMA Negeri 1 Teras kelas XI semester I Tahun Ajaran 2007/2008. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes. Butir soal tes yang diberikan sebanyak 10 soal uraian, kemudian jawaban siswa di
2
analisis dan dikelompokkan menurut tipe‐tipe kesalahan dalam mengerjakan soal matematika. Berdasarkan hasil tes ditemukan faktor kesulitan terbesar secara umum terdapat pada kesalahan konsep terhadap materi statistik 18,5 % dan operasi 6,28%. Faktor berikutnya adalah kesalahan ceroboh 4,13% dan tidak menjawab sebesar 10,23%. Penelitian lain yang telah dilakukan tentang identifikasi kesalahan adalah penelitian yang dilakukan oleh Suandi (2005). Penelitian mengembangkan tes diagnostik dan bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi penyebab kesalahan pada mata pelajaran matematika materi akar, pangkat dan logaritma pada siswa kelas X. Penelitian ini melibatkan siswa yang berasal dari kota Palangkaraya. Teknik pengambilan data menggunakan metode tes pilihan ganda, observasi dan wawancara. Sesuai hasil analisis data yang dilakukan didapatkan bahwa terdapat 30 kesalahan yang dilakukan siswa pada materi ini. Siswa melakukan 13 kesalahan dalam menentukan hasil logaritma, 1 kesalahan dalam mengubah logaritma kedalam bentuk eksponensial, dan 16 kesalahan dalam mengubah notasi logaritma. Berdasar PP No. 29 Tahun 1990 pasal 3 menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan menengah umum (SMA) adalah untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan untuk pendidikan menengah kejuruan (SMK) lebih menekankan pada praktik dan pengalaman kerja karena siswa‐siswa lulusan SMK diharapkan dapat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Berdasarkan program pemerintah yang telah dicanangkan, pada kurun waktu 10 tahun terakhir perkembangan SMK mengalami kemajuan terutama dari segi kuantitas. Hal ini dikarenakan karena banyak SMA swasta yang berubah menjadi SMK. Peningkatan kuantitas SMK ternyata tidak diimbangi kualitasnya. Kualitas lulusan dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu diantaranya dilihat dari hasil ujian nasional (Rina, 2008). Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional adalah matematika. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan belajar matematika karena karakteristik siswa SMK terhadap pelajaran matematika terbentuk dalam waktu yang relatif lama sebagai hasil interaksinya dalam proses pembelajaran. Banyak siswa yang memiliki sikap dan pandangan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, dilihat dari pendapat orang lain, maupun pengalaman belajar yang dialami sendiri (Herlina, 2011). Observasi awal dilakukan pada tanggal 4 Januari 2011 bertempat di SMKN 1 Salatiga. Observasi tersebut bertujuan untuk mengamati keadaan dan situasi sekolah disana serta bertemu dengan guru matematika kelas XII untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran sekolah secara umum dan
3
permasalahan yang dialami oleh siswa. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan, guru matematika di SMK N 1 Salatiga mengungkapkan bahwa banyak siswa yang sering mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan dalam materi statistik. Soal‐soal pada materi statistika adalah soal yang prosentase jumlahnya paling banyak keluar dalam Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Kejuruan dibandingkan prosentase soal pada bab lain. Walaupun sudah banyak berlatih dan diberi penjelasan oleh guru, masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Hal ini disebabkan karena siswa mengalami kesalahan dalam membaca data, kurang cermat, kurangnya konsentrasi siswa saat menerima pelajaran, dan lain‐lain. Hal‐hal tersebut yang menyebabkan terjadi kesalahan dan dipandang perlu untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian yang akan dilaksanakan tidak hanya menyebutkan kesalahan dan klasifikasi tipe‐tipe kesalahan yang dilakukan siswa pada materi statistik, tetapi juga bertujuan untuk mengetahui faktor‐faktor yang menjadi pemikiran dibalik kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Penelitian yang akan dilakukan berjudul “Tipe‐Tipe Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Statistik Kelas XII SMK Negeri 1 Salatiga, Semester II Tahun Ajaran 2011/2012”. Adanya pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi pembelajaran sehingga dapat dilakukan perbaikan pada materi ini. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal‐ soal pada materi statistik? 2. Bagaimana faktor‐faktor yang menjadi pemikiran dibalik kesalahanyang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal statistik siswa kelas XII SMK N 1 Salatiga? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tipe tipe kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pada materi statistik. 2. Mengetahui faktor‐faktor yang menjadi pemikiran dibalik kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal statistik siswa kelas XII SMK N 1 Salatiga. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
4
1. Manfaat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberi penguatan atau bukti dari penelitian yang dilakukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan matematika yang terkait dengan pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis Bagi siswa: Mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, siswa dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan, dan sebagai peningkatan belajar sosialisasi dan kerjasama siswa dalam kelompok. Bagi guru: Menambah wawasan guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran matematika,menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menyenangkan, sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika, supaya guru lebih terampil dalam menggunakan metode belajar. Bagi Peneliti: Memperoleh pengalaman dalam melakukan Seleksi materi, melakukan perbaikan dengan metode pembelajaran, dan mengembangkan instrumen. Memperoleh wawasan tentang analisis miskonsepsi dan sebaliknya pada materi statistik. Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru matematika dalam melaksanakan tugas di dalam dunia nyata. E. Sistematika Penulisan Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir skripsi. a. Bagian awal Pada bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, lembar persetujuan, lembar pengesahan, pernyataan, abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram dan daftar lampiran. b. Bagian inti Bagian inti merupakan bagian pokok dalam skripsi yang terdiri dari lima bab yaitu: BAB 1 Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
5
BAB II Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori yang melandasi permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang diharapkan dalam skripsi. BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini dibahas mengenai metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, bentuk instrumen penelitian, dan teknik analisis data dan langkah penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi hasil penelitian beserta pembahasannya BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran c. Bagian akhir Bagian ini berisi daftar pustaka 6