BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai unit usaha seperti semua perusahaan (enterprises) hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan pasien pada biaya yang terjangkau (affordable). Rumah sakit seperti organisasi lainnya mempunyai banyak jenis klien (dokter/perawat, pihak ketiga penaggung biaya, pasien, keluarga pasien dan lain-lain). Dengan diperhatikanya keragaman klien tersebut, sehingga kepuasan dan kesetiaan pasien sebagai pengguna akhir (end user) layanan rumah sakit adalah unsur pokok diantara kepuasan dan kesetiaan yang lain (Soejadi, 1996). Kepuasan pasien akan tercapai apabila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien dan keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik serta tanggap kepada kebutuhan pasien (Kotler, 2007). Keperawatan adalah layanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio – psiko – sosio – kultural - spiritual yang komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat (Zaidin, 2001). Perawat mempunyai kewajiban dalam praktek keperawatan untuk memberi informasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien
1
secara lengkap sebagai dasar
bagi pasien untuk membuat keputusan
menerima atau menolak tindakan tersebut (Roper, 1996). Perawat mempunyai peran yang paling besar dalam merawat pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pada pasien-pasien imobilisasi karena ketidakmampuannya dibandingkan dengan seluruh tenaga yang terlibat didalamnya, keperawatan juga sering disebut sebagai ujung tombak dari pelayanan yang ada di rumah sakit. Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan pelayanan yang manusiawi dan diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan kriteria profesi kesehatan serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien. Hal ini tejadi karena perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan berada selama 24 jam penuh di dekat pasien, sehingga perawat benar-benar mengetahui secara dini setiap kejadian dan situasi yang terjadi pada pasien yang meliputi perkembangan status dan kondisi pasien mobillisai atau imobilisasi sebelum diketahui oleh profesi lain (Pertiwi, 2002). Menurut Priharjo (1999), tirah baring atau imobilisasi dapat dialami oleh pasien dengan penurunan tingkat kesadaran atau kelumpuhan total atau sebagian dan pada kasus-kasus tertentu sebagai akibat tindakan pengobatan/ keperawatan. Pengaruh langsung dari imobilisasi ini antara lain terbatasnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan kebersihan perorangan, yaitu suatu aktivitas untuk memelihara kebersihan dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis seseorang (Depkes RI, 1989).
2
Praktek sehari-hari di rumah sakit ada fenomena yang menarik untuk dipelajari dari pandangan perawat dan pasien, dimana ada kecenderungan perawat untuk meninggalkan suatu tindakan mandiri keperawatan. Ada sebagian perawat yang berpandangan bahwa seorang perawat dikatakan profesional bila ia mampu melakukan tindakan yang kadang berada di luar area kemandirian perawat itu sendiri. Sebagai bentuk tindakan mandiri, perawat melaksanakan kebersihan perorangan pada pasien seringkali dianggap bukan pekerjaan perawat, sehingga banyak perawat yang enggan bahkan terkesan malu untuk melaksanakanya. Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang dilakukan RSUD Tugurejo Semarang perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam hal peningkatan kualitas pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Kualitas pelayanan rawat inap yang memuaskan, akan mendorong pasien untuk tetap memilih rumah sakit Tugurejo apabila membutuhkan lagi fasilitas pelayanan kesehatan. Bahan evaluasi terhadap kinerja pelayanan di RSUD Tugurejo Semarang, pada tahun 2007 dilakukan penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pada semua aspek pelayanan yang ada di RSUD Tugurejo Semarang sebanyak 2 kali, hasil IKM masing-masing aspek pelayanan mempunyai nilai rata-rata yang berbeda. Hasil IKM semester 1 di ruang rawat inap mempunyai nilai rata-rata 74,35 sedangkan hasil IKM semester II mempunyai nilai ratarata 75,56. IKM semester 1 dan II sama-sama mendapatkan kategori B (baik)
3
RSUD Tugurejo Semarang saat ini memiliki fasilitas perawatan 8 ruangan rawat inap dengan kapasitas tempat tidur 218 buah. Data dari rekam medis menyebutkan bahwa pada periode bulan Januari sampai Desember 2007 jumlah pasien yang dirawat di bangsal rawat inap berjumlah 13.374 orang dengan jumlah rata-rata rawat inap adalah 4,4 hari (Sumber : Bagian Rekam Medis RSUD Tugurejo Semarang). Penelitin melakukan studi pendahuluan melalui beberapa pengamatan yaitu pengamatan terhadap kondisi fisik pasien, pengamatan terhadap fasilitas yang ada serta pengamatan terhadap pelaksanaan kebersihan perorangan disalah satu ruangan rawat inap RSUD Tugurejo Semarang, di ruangan itu berlaku peraturan tidak tertulis (kesepakatan) bahwa untuk melakukan kebersihan diri terutama mandi dilakukan sendiri oleh pasien dan keluarganya, perawat hanya menjelaskan tujuan dan manfaat mandi serta mengingatkan waktunya mandi, kadang-kadang perawat juga membantu menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan untuk mandi. Keadaan ini diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh 19 dari 23 pasien yang berada diruangan, bahwa apabila pasien hendak melakukan kebersihan diri (mandi) maka semua peralatan atau fasilitas mandi disediakan serta dilakukan oleh keluarga pasien sendiri, 3 dari 23 pasien mengatakan kadang-kadang ada juga perawat yang membantu menyiapkan fasilitas yang diperlukan untuk mandi. Rumah sakit RSUD Tugurejo Semarang juga tidak menyediakan fasilitas air hangat, semua kebutuhan pasien di luar area penyembuhan pasien merupakan tindakan mandiri pasien serta keluarganya. Peneliti bermaksud melaksanakan penelitian
4
yang berfokus pada pandangan pasien tentang pelaksanaan personal hygiene yang dibantu oleh perawat khususnya pada pasien imobilisasi (tirah baring).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin menganalisis ”Apakah ada hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat terhadap kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan
antara praktek personal hygiene oleh perawat terhadap kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tujuan Khusus b. Menggambarkan pelaksanaan praktek personal hygiene oleh perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. c. Menggambarkan kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. d. Mengetahui hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat dengan kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang.
5
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi rumah sakit Menjadi masukan bagi pihak RSUD Tugurejo Semarang untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan kebutuhan kebersihan diri (memandikan) terutama pada pasien-pasien imobilisasi. 2. Bagi perawat Sebagai evaluasi terhadap pelaksanan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kebersihan perorangan sehingga dapat dikembangkan asuhan keperawatan yang mandiri. 3. Bagi institusi pendidikan b. Sebagai pengkayaan referensi yang dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. 4. Bagi peneliti a. Memperoleh pengalaman dalam penelitian dibidang keperawatan khususnya praktek personal hygiene yang berhubungan dengan kepuasan pasien imobilisasi. b. Menambah motivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut. c. Memberikan sumbang saran pada instansi pelayanan keperawatan dalam hal ini praktek personal hygiene yang berhubungan dengan kepuasan pasien imobilisasi.
6
E. Bidang Ilmu Penelitian ini dilaksanakan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya yang berhubungan dengan manajemen yang menyangkut pelayanan rumah sakit yang berorientasi pada kepuasan pasien.
7