BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak
faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara optimal oleh masyarakat, termasuk posyandu. Posyandu merupakan salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan adanya kebijakan tentang upaya pemeliharaan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada bayi dan anak melalui salah satu sarana pelayanan kesehatan, yaitu Posyandu. Sejak dicanangkan pada tahun 1984, pertumbuhan jumlah posyandu bertambah besar dan ternyata juga dibarengi dengan peranannya yang menonjol, khususnya dalam meningkatkan cakupan program. Dapat kita lihat bahwa posyandu membawa kontribusi yang besar pada peningkatan cakupan program, khususnya pada sasaran populasi bayi bawah lima tahun (Balita) dan ibu (Depdagri, 2001) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
Universitas Sumatera Utara
untuk dan oleh bersama masyarakat, guna penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2006). Keberadaan
posyandu
telah
memberikan
dampak
positif
terhadap
pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Salah satu tujuan menyelenggarakan posyandu adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian balita dan ibu serta pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak melalui program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (Depkes RI, 2006). Posyandu yang diprogramkan oleh pemerintah dengan kegiatan lima program prioritas, yaitu KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare merupakan bagian dari pembangunan kesehatan dimana sasarannya adalah untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat untuk kepentingan masyarakat,
maka
diharapkan
masyarakat
sendiri
yang
aktif
membentuk,
menyelenggarakan, memanfaatkan dan mengembangkan Posyandu sebaik-baiknya (Depkes RI, 1996). Pemanfaatan Posyandu menggunakan prinsip lima meja, yaitu dari pendaftaran, penimbangan bayi dan anak, pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), penyuluhan gizi (terutama pada anak dengan berat badan jauh dibawah berat badan seharusnya) dan kelainan klinis, ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) serta pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Universitas Sumatera Utara
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, dan pengobatan seperti pemberian obatobatan, vitamin A, tablet zat besi (Fe) atau pemberian rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit jika ditemukan kasus-kasus luar biasa (Depkes RI, 2005). Menurut Depkes RI (2010), pemanfaatan posyandu di Indonesia berdasarkan program aktivitas posyandu cukup baik untuk balita terutama sampai usia 2 tahun. Aktivitas selanjutnya sampai usia 5 tahun, cakupan program atau partisipasi masyarakat sangat bervariasi, mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%. Jika diamati pemantauan pertumbuhan yang dilakukan rutin setiap bulan, partisipasinya masih sangat rendah berkisar antara 1-5%. Cakupan program perbaikan gizi pada umumnya rendah, banyak Posyandu yang tidak berfungsi dan pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan pada sekitar 30% dari jumlah balita yang ada. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan untuk Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2008) tentang indikator baik tidaknya pemanfaatan posyandu yaitu dengan cakupan kunjungan secara kumulatif mencapai 90% atau lebih dianggap baik. Sedangkan kurang dari 90% dianggap belum baik pemanfaatannya. Pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan (Andersen, 1995). Pemanfaatan pelayananan kesehatan bergantung pada faktor-faktor sosiodemografis, tingkat pendidikan, kepercayaan dan praktek kultural, diskriminasi jender, status perempuan, kondisi lingkungan, sistem politik dan ekonomi, pola penyakit serta sistem pelayanan kesehatan (Shaik, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan tokoh masyarakat (TOMA) dan peran kader sebagai motor penggerak. Peran pemerintah, termasuk petugas kesehatan, hanya sebagai fasilitator untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat. Kondisi Pemerintah Aceh sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian khusus, dengan adanya tekanan politik akibat konflik yang berkepanjangan dari tahun 1998 sampai dengan 2006, disusul gempa yang diikuti gelombang tsunami pada akhir desember 2004, menghancurkan infrastruktur dan memberikan dampak psikologis kepada masyarakat dan memberikan pengaruh buruk terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu. Apabila dilihat dari jumlah dan persentase posyandu menurut Kabupaten/Kota terdapat 64,09% tergolong posyandu pratama, 22,99% posyandu madya, 7,46% posyandu purnama dan 1,71% strata mandiri (Dinkes Pemerintah Aceh, 2011). Salah satu Kabupaten di Pemerintahan Aceh, yaitu Pemerintah Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah penduduk tahun 2011, 134.407 jiwa. Kabupaten Nagan raya terdiri atas 5 kecamatan dan 222 desa. Salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan Raya yang memiliki pencapaian program cakupan pelayanan Posyandu Balita dibawah target adalah Puskesmas Alue Bilie. Survei awal di Puskesmas Alue Bilie, Kecamatan Darul Makmur cakupan pelayanan Posyandu berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penimbangan Balita bulan Januari sampai dengan Desember 2010, ditemui jumlah kunjungan 560 orang. Aktif berkunjung ke posyandu sebanyak 188 balita (33,5%), yang tidak aktif 372 balita (66,5%) (Tabel 1.1). Jumlah kunjungan Januari sampai dengan bulan Desember 2011, sebanyak 699 orang balita, aktif berkunjung ke posyandu 308 balita (44%) yang tidak aktif 391 orang (56%) (Tabel 1.2). Target yang ingin dicapai sesuai dengan SPM 2008, adalah 90% balita yang harus mendapatkan pelayanan dasar. Demikian juga dengan persentase cakupan pelayanan, seluruh balita yang ada belum mendapat kartu (K/S), bayi yang mempunyai kartu belum seluruhnya ditimbang di Posyandu (D/K) (Laporan Puskesmas Alue Bilie, 2012). Cakupan pelayanan Posyandu di Puskesmas Alue Bilie berdasarkan hasil penimbangan Balita bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Tabel 1.1 Cakupan Pelayanan Posyandu Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Januari–Desember 2010 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
S 425 550 550 550 520 520 535 540 545 545 560 560
Orang K D 342 271 475 382 476 383 445 362 420 358 420 410 431 420 431 263 434 257 437 262 393 237 391 188
N 187 282 278 253 262 289 299 184 181 185 166 137
N/S 43,97 51,34 50,57 46,05 50,36 55,49 55,93 34,07 33,29 33,91 29,59 24,38
Persentase (%) K/S D/K N/D 80,51 79,24 68,92 86,32 80,48 73,89 86,58 80,42 72,62 80,85 81,30 70,06 80,79 85,16 73,20 80,72 97,66 70,39 80,52 97,44 71,29 79,90 60,89 70,04 79,61 59,30 70,52 80,17 60,05 70,44 70,20 60,17 70,05 69,90 47,93 72,79
D/S 63,80 69,47 69,63 65,73 68,81 78,83 78,45 48,65 47,21 48,14 42,24 33,50
(Sumber : Laporan Puskesmas Alue Bilie, 2011)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2 Cakupan Pelayanan Posyandu Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya Januari–Desember 2011 Bulan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
S 599 600 600 600 625 618 623 642 660 661 699 699
Orang K D 452 442 488 477 489 478 455 454 474 463 468 483 470 482 481 377 492 378 497 384 524 365 530 308
N 274 343 337 305 329 335 329 264 256 271 257 221
N/S 45,70 57,13 56,24 50,79 52,68 54,26 52,79 41,08 38,79 40,96 36,70 31,59
Persentase (%) K/S D/K N/D 75,51 97,73 61,92 81,32 97,73 71,89 81,58 97,61 70,62 75,85 99,84 67,06 75,79 97,63 71,20 75,72 103,28 69,39 75,52 102,36 68,29 74,90 78,30 70,04 74,61 76,67 67,80 75,17 77,35 70,44 75,00 69,65 70,25 75,80 58,05 71,79
D/S 73,80 79,47 79,63 75,73 74,00 78,20 77,30 58,65 57,21 58,14 52,24 44,00
(Sumber : Laporan Puskesmas Alue Bilie, 2012)
Survei awal yang dilakukan pada bulan Januari 2012 dengan mewawancarai 10 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie, sebagian besar tidak mengetahui pengertian posyandu dan manfaat balita ditimbang ke posyandu. Ibu balita juga menganggap posyandu sebagai tempat melakukan imunisasi semata, sehingga ketika balitanya telah diimunisasi, ibu balita tidak berkunjung kembali ke posyandu. Salah satu dampak dari rendahnya pemanfaatan posyandu oleh ibu balita adalah terkait dengan tumbuh kembang anak balita, seperti anak balita kurang gizi yang dikhawatirkan dapat mengancam kualitas sumberdaya manusia sebagai generasi penerus. Fenomena rendahnya pemanfaatan Posyandu Puskesmas Alue Bilie diduga terkait dengan faktor predisposisi, faktor pendukung dan kebutuhan ibu balita terhadap posyandu serta petugas kesehatan yang kurang berperan dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya dilakukan penimbangan dan pengukuran status gizi balita setiap bulannya sebagai upaya pengamatan tumbuh kembang balita.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian terkait dengan pemanfaatan posyandu seperti hasil penelitian Widiastuti dan Kristiani (2006) menyimpulkan bahwa sebagian besar posyandu di Kota Denpasar belum mencapai target tingkat pemanfaatan penimbangan balita di posyandu (D/S) yang telah ditetapkan Dinkes Propinsi Bali. Secara statistik, motivasi kader dalam kegiatan posyandu merupakan faktor dominan yang berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan penimbangan balita di posyandu (D/S). Hasil penelitian Purba (2011) menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas. Pemanfaatan posyandu ditemukan sebanyak 56 orang (51,9%) memanfaatkan posyandu sebanyak 4-7 kali dalam setahun dan dikategorikan sedang, selebihnya pemanfaatan rendah dan tinggi. Penelitian Pamungkas (2009), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan perilaku ke posyandu dan terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih. Pemerintah Kabupaten Nagan Raya bekerja sama dengan Puskesmas Alue Bilie telah mengupayakan pendekatan kepada masyarakat dan mengadakan penyuluhan untuk menghimpun seluruh kegiatan masyarakat agar berperan secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pembina di lingkungan masing-masing, sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan pelayanan posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggi-tingginya, namun kunjungan ibu balita ke Posyandu belum mencapai target. Memerhatikan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, dan permasalahan yang ditemui pada posyandu wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie saat ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”pengaruh faktor predisposisi, faktor pendukung dan kebutuhan ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pendukung (lingkungan fisik, fasilitas/sarana pelayanan kesehatan) dan faktor kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan tentang pelayanan) ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya?.
1.3 Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pendukung (lingkungan fisik, fasilitas/sarana pelayanan kesehatan) dan faktor kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan tentang pelayanan) ibu balita terhadap
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.
1.4 Hipotesis Faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), faktor pendukung (lingkungan fisik, fasilitas/sarana pelayanan kesehatan) dan faktor kebutuhan (kebutuhan yang dirasakan tentang pelayanan) ibu balita berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Alue Bilie Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ke berbagai pihak antara lain : 1. Sebagai sumber informasi bagi para pengambil kebijakan dalam memanfaatkan posyandu. di Pemerintah Kabupaten Nagan Raya. 2. Bagi peneliti diharapakan dapat menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan di bidang administrasi dan kebijakan kesehatan terkait dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara