BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul atau hilang. Berbeda dengan pergantian kulit pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2–4 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang banyak dan menebal. Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan (insidens rate) yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa. Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima puluhan. Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk terserang penyakit ini. Mengingat banyaknya masalah yang bisa terjadi pada psoriasis, maka perhatian dan perawatan pada psoriasis tidak boleh di abaikan agar terhindar dari komplikasi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kelompok membuat makalah tentang psoriasis. Karena perawat perlu mengetahui tentang asuhan keperawatan padapsoriasis, agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik. 1.2 Rumusan masalah 1.2.1
Bagaimana anatomi dan fisiologi Sistem Integumen?
1.2.2
Bagaimana definisi psoriasis?
1.2.3
Apa saja klasifikasi dari psoriasis?
1.2.4
Bagaimana insidensi dari psoriasis?
1.2.5
Apa etiologi psoriasis?
1.2.6
Bagaimana pathofisiologi dari psoriasis?
1.2.7
Apa manifestasi klinis dari psoriasis?
1.2.8
Apa saja komplikasi dari psoriasis?
1.2.9
Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari psoriasis?
1.2.10
Bagaimana penatalaksanaan dari psoriasis?
1.2.11
Bagaimana pencegahan terhadap psoriasis?
1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan umum
Untuk mempelajari dan memahami tentang Psoriasis dan melaksanakan asuhan keperawatan dengan gangguan sistem Integumen. 1.3.2
Tujuan khusus
1.
Untuk memahami anatomi dan fisiologi psoriasis
2.
Untuk memahami definisi psoriasis
3.
Untuk memahami klasifikasi psoriasis
4.
Untuk memahami insidensi psoriasis
5.
Untuk memahami etiologi psoriasis
6.
Untuk memahami pathofisiologi psoriasis
7.
Untuk memahami manifestasi klinis psoriasis
8.
Untuk memahami komplikasi psoriasis
9.
Untuk memahami pemeriksaan diagnostik psoriasis
10.
Untuk memahami penatalaksanaan psoriasis
11.
Untuk memahami pencegahan terhadap psoriasis
1.4 Manfaat Memberikan pemaparan secara detail mengenai penyakit pasien Psoriasis dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatannya dengan baik, Khususnya bagi Mahasiwa dan mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Integumen 2.1.1
Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar yang membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit terdiri atas tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah epidermis, dermis, dan subkutis. 2.1.2 1.
Anatomi kulit secara histopatologik Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus-menerus mengalami mitosis, dan bergantian dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri. Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh sel-sel yang disebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen utama apendiks kulit, rambut dan kuku. Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior, hormone perangsang melanosit (melonacyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. Sel-sel imun, yang disebut sel langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Stress dapat mempengaruhi fungsi sel langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker. Penampang kulit
a.
Stratum korneum (lapisan tanduk)
merupakan lapisan kulit yang paling luar da terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). b.
Stratum lusidum
Terdapat dibawah stratum korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. c.
Stratum granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan bagian dengan 2 -3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutirbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti di antaranya d.
Stratum spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk paligonal yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung gikogen dengan inti terletak di tengah-tengah. e.
Stratum basale
Terdiri dari sel-sel berbentuk kubus / kolumnar yang tersusun vertikal pada pembatasan dermo epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini berfungsi reproduksi dengan adanya mitosis. Terdapat pula sel pembentuk melanin (melanosit) yang merupakan sel-sel berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen (melanosomes). 2.
Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit.Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan linfe, serabut saraf, kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tengangan), sel mast juga terdapat di dermis. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) , Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian: a. Pars papilare : bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b.
Pars retikulare : bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
3.
Lapisan subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari atas lemak dan jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit struktur internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator panas. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. 4.
Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut. Folikel rambut di sokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu saluran epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm per hari. Setiap folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (rambut anagen), stadium intermidia (rambut katagen) dan involusi (rambut telogen). Stadium anagen kulit kepala dapat bertahan selama kurang kebih 3 tahun, sedangkan telogen hanya bertahan 3 bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium telogen, maka rambut akan rontok. Pada akhirnya rambut akan mengalami regenerasi menjadi stadium anagen dan akan terbentuk rambut baru. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang rambut. Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen tersebut. Pada bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut dikontrol oleh hormo-hormon seks. Kuantitas dan distribusi rambut rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi endokrin. Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker akan menyebabkan penipisan rambut atau pelemahan batang rambut sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang parsial atau total dari kulit kepala maupun bagian tubuh yang lain. 5.
Kuku
Kulit merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis matriks kuku. Yang di sebut lunula yang tertutup oleh lipatan kuku bagian proksimal dan kutila. Maka rammbut dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran darah . Pertumbuhan kuku berlangsung terus panjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1 mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebih cepat pada kuku jari tnagan dari pada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan. 2.1.3 1.
Kelenjar pada kulit Kelenjar sebasea
Menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. 2.
Kelenjar keringat
Ditemukan pada kulit di sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir, telinga luar, dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a.
Kelenjar merokrin
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. b.
Kelenjar apokrin
Terdapat di daerah aksila, anus, skrotum, dan labia mayora. Saluran keluarnya pada umumnya bermuara ke dalam folikel rambut. Kelenjar apokrin yang khusus dan dinamakan kelenjar seruminosa di jumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut memproduksi serumen. 2.1.4
Fungsi kulit
Kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai contoh dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan marah atau malu dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan. 1.
Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis dari invasi bakteri. 2.
Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya.fungsi utama reseptor pada kulit adalah mengindra suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan (atau sentuhan yang berat). 3.
Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh, vasokontriksi (yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas ke kulit), dan sensasi suhu. Perpindahan suhu dilakukan pada sistem vascular, melalui mekanisme
penghilangan panas. Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. a. Radiasi adalah perpindahan panas dari dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. b. Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui kontak langsung. c. Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakan udara yang secara langsung kontak dengan kulit. d. Evaporasi perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Kirakira 600-900 ml sehari menguap dari kulit dan paru, yang mengakibatkan yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. 4.
Metabolisme
Sinar matahari dengan jumlah yang dapat ditoleransi sangat diperlukan tubuh manusia. Ketika radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel epidermal di dalam stratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonversi pelepasan steroid kolesterol menjadi vitamin D3 atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol menjadi produk yang digunakan organ ginjal untuk mensintesis hormon kalsitriol. Kalsitriol merupakan komponen yang penting untuk membantu absorpsi kalsium dan fosfor di dalam usus halus. Ketidakadekuatan dari pengiriman kalsitriol akan menghambat pemeliharaan dan pertumbuhan tulang. 5.
Keseimbangan air
Stratum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan. 6.
Penyerapan zat atau obat
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum, termasuk vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid. Obat-obat dan substansi lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau lewat lubang-lubang folikel.
2.2
Definisi
Penyakit psoriasis adalah penyakit akibat kegagalan proses pematangan kulit. Kulit normalnya mengalami proses penggantian selama 28 hari.
Akan tetapi, pada kasus ini, penggantian kulit semakin cepat ( hanya hitungan hari saja) sehingga epidermis tidak terbentuk normal dan berlapis lapis/bersisik. Psoriasis merupakan penyakit kulit menahun dengan kelainan berupa kemerahan disertai pembentukan sisik-sisik berwarna perak yang bertumpuk berlapis lapis, mungkin terdapat diseluruh badan, tetapi terbanyak di lengan dan tungkai. (Ramali & Pamoentjak, 1997) Psoriasis merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis dan residif yang ditandai oleh adanya makulat eritematosa, bentuknya dapat bulat atau lonjong yang tertutup skuama tebal, trasparan, atau putih keabu abuan . (Djuanda, 2001)
2.3 2.3.1 a.
Klasifikasi Berdasarkan ukurannya Psoriasis punctata / punctiformis : ukuran lesi milier / titik-titik
b. Psoriasis guttata : ukuran lebih besar dari pada puctata, yaitu sebesar titik air. Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu (antimalaria dan beta bloker) c. 2.3.2 a.
Psoriasis numuler : ukurannya numuler Berdasarkan ruam dan tempat lesinya Psoriasis Vulgaris :
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. b.
Psoriasis pustulosa :
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm-plantar (Barber) yang menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar. c.
Psoriasis serbodika:
Lesinya mengikuti predileksi seborea, tetapi gambaran klinisnya tetap seperti psiriasis hanya skuamanya menjadi berminyak d.
Psoriasis antropatiko:
Terjadi diatas sendi-sendi kecil di tangan dan kaki e.
Psoriasis fleksural :
1. Timbul di daerah lipatan dan berlawanan dengan tempat-tempat predileksis pada umumnya 2.
Tempat-tempat predileksis
a)
Kulit kepala
b)
Batas daerah berambut dan tidak berambut
c)
Tengkuk
d)
Interskapula
e)
Lumbosakral
f)
Areola mammea, lipatan mammea, dan umbilikus
g)
Bagian ekstensor siku dan lutut
h)
Punggung kaki dekat pergelangan
i)
Kuku
j)
Mukosa
k)
Sendi-sendi kecil
f.
Psoriasis Eritroderma
Disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian kortikosterid, baik topikal maupun sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. 2.4 Insidensi Walaupun psoriasis terjadi secara universal, namun prevalensinya pada tiap populasi bervariasi di berbagai belahan dunia. Studi epidemiologi dari seluruh dunia memperkirakan prevalensi psoriasis berkisar antara 0,6 sampai 4,8%. Prevalensi
psoriasis bervariasi berdasarkan wilayah geografis serta etnis. Di Amerika Serikat, psoriasis terjadi pada kurang lebih 2% populasi dengan ditemukannya jumlah kasus baru sekitar 150,000 per tahun. Pada sebuah studi, insidensi tertinggi ditemukan di pulau Faeroe yaitu sebesar 2,8%. Insidensi yang rendah ditemukan di Asia (0,4%) misalnya Jepang dan pada ras Amerika-Afrika (1,3%). Sementara itu psoriasis tidak ditemukan pada suku Aborigin Australia dan Indian yang berasal dari Amerika Selatan. 2.5 Etiologi 1.
Genetik / herediter
2.
Infeksi
3.
Faktor cuaca
4.
Trauma
5.
Faktor psikologis
6.
Faktor Endokrin
7.
Gangguan Metabolik
8.
Obat-obatan
9.
Alkohol dan merokok
1
10. Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.
2.6 Pathofisiologi Psoriasis adalah penyakit kulit kronis dan residif dengan bentik lesi yang khas berupa penebalan epidermis dengan penggantian epidernis yang cepat. Pergantian epidermis pada kulit berlangsung cepat sekali, kira-kira 7 kali lebih cepat dari biasanya. Ini terjadi karena morfologi sel dan biokimia dalam masing-masing sel berubah, produksi tonfilamen keratin dan butir-butir keratohinalin berkurang, serta adenosin 3-4 monofosfat (AMP siklik) pada lesi psorialis yang sangat diperlukan untuk pengaturan aktifitas mitosis sel-sel epidermis berkurang. Akumulasi sel limfosit dan monosit di puncak-puncak papil dermis di dalam stratum basalis menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil-papil demis. Akibatnya, epidermo dermal bertambah luas, lipatan-lipatan lapisan basal germinatifum bertambah banyak sehingga pertumbuhan kulit lebih pendek dari normal, yakni 28 hari menjadi 3-4 hari. Dengan adanya pertumbuhan kulit yang cepat, maka stratum granulosum tidak tebentuk, dan didalam stratum korneum terjadi parakeratosis (sel keratin yang masih mengadung inti). Proses pematangan dan keratinasi gagal mencapai tahap sempurna sehingga terbentuk plak psoriatik.
Secara fisiologis, waktu yang diperlukan untuk suatu pertukaran normal sel epidermis adalah sekitar 28-30 hari. Pada psoriasis, epidermis di bagian yang terkena diganti setiap 3-4 hari. Psoriasis pada dasarnya adalah kondisi inflamasi kulit dengan proses diferensiasi yang reaktif terhadap epidermis secara abnormal dan hiperpoliferasi. Kondisi ini memberikan manifestasi pertukaran sel epidermis menjadi sangat cepat. Pertukaran sel yang cepat ini menyebabkan peningkatan derajat metabolisme dan peningkatan aliran darah ke sel untuk menunjang metabolisme tersebut. Peningkatan aliran darah menimbulkan eritema. pertukaran dan poliferasi yang cepat tersebut menyebabkan terbentuknya sel-sel yang kurang matang. trauma ringan pada kulit dapat menimbulkan peradangan berlebihan sehingga epidermis menebal dan terbentuklah plak. Psoriasis biasanya muncul pada usia akhir dekade ke dua. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. misalnya, sinar matahari, istirahat, dan musim panas biasanya baik untuk penderita psoriasis . infeksi saluran nafas bagian atas dapat memacu kekambuhan psoriasis akut dengan manifestasi erupsi pustula kecil multiple di tubuh generalisata yang di tandai oleh pustula multiple di sertai plak radang di kenal sebagai psoriasis pustularis. 1.4 1)
Komplikasi Artritis psoriatika
Nyeri pada sendi yang disebabkan oleh psoriasis mirip dengan artritis reumatoid 2)
Infeksi pernapasan
Bakteri yang menginfeksi kulit mengikuti aliran darah hingga sampai di paru – paru`dan menyebabkan gangguan pada pernapasan. 1.5
Pemeriksaan Diagnosis
1.
Pemeriksaan kulit
2.
Gambaran Histopatologi
3.
Laboratorium
1.6 1.6.1 a.
Penatalaksanaan Topikal Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti radang. Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan: 1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang bijaksana. 3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik. 4. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari : Fosil (misalnya iktiol), Kayu (misalnya oleum kadini dan oleum ruski), Batubara (misalnya liantral dan likuor karbonis detergen) b.
Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu: 1.
Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema
2.
Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi c.
Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam nukleat, menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke dalam RNA nukleus. Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis Gutata. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 02 - 0,8 % dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu. d.
Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit. Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g. Efek sampingnya berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan. e.
Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
f.
Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis. 1.6.2 a.
Sistemik Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada Psoriasis Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2 mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata. b.
Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX). Indikasinya ialah untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25 mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula diberikan intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu berikutnya. Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara menghambat dihidrofolat reduktase dan dengan demikian menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in vitro akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam menghambat proliferasi sel-sel limfoid. c.
DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis Pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 × 100 mg / hari. Efek sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis. d.
Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. 1.6.3
Fototerapi
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Oleh Karena itu, digunakan sinar ultraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85% kasus, ketika psoriasis tidak berespon terhadap terapi yang lain. Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance) tiap 2 bulan. 1.7
Pencegahan
1.
Mandi setiap hari
2.
Gunakan pelembab
3.
Tutup daerah yang terkena dampak dalam semalam
4.
Paparkan seminim mungkin sinar matahari ke kulit
5.
Gunakan obat krim atau salep
6.
Hindari pemicu psoriasis
7.
Hindari minum alkohol