BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menimbulkan dampak yang sangat berarti dalam dimensi kehidupan manusia. Globalisasi merupakan proses internasionalisasi seluruh tatanan masyarakat modern. Salah satu aspek yang terkena dampak globalisasi adalah dalam bidang ekonomi. Terbentuknya masyarakat global yang tidak lagi terhalang batasbatas wilayah menyebabkan aliran arus modal semakin meluas. Dalam globalisasi bidang ekonomi telah terjadi perdagangan internasional pasar bebas yang dibuktikan dengan kerjasama regional, bilateral, maupun multilateral. Globalisasi memberikan andil dalam memperluas pergerakan modal sehingga setiap negara berlomba-lomba memanfaatkan dan menciptakan peluang. Setiap negara memiliki strategi tersendiri untuk mendorong arus modal masuk ke negaranya. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan modal dana yang cukup
besar
untuk
melaksanakan
pembangunan
nasional
guna
mengejar
ketertinggalan dari negara lain, baik dikawasan regional maupun kawasan global. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mendapatkan modal dana adalah dengan membuka keran investasi asing masuk ke Indonesia. Pemerintah memberikan jaminan kepastian hukum terhadap investor terutama investor asing dengan diterbitkannya UU No. 1 Tahun 1967. Untuk dapat meyakinkan investor menanamkan modalnya di Indonesia perlu adanya iklim investasi yang kondusif. Iklim investasi di Indonesia setelah krisis ekonomi tahun 1998, sudah kembali menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun dirasa lambat dibandingkan dengan negara lain yang juga terkena krisis. Pertumbuhan pada saat itu dapat dikatakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rata-rata per tahun yang pernah dicapai oleh pemerintahan orde baru, khususnya pada periode 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Salah satu penyebabnya adalah masih belum kondusifnya kegiatan investasi dari luar dalam bentuk penanaman modal asing atau Foreign Direct Investment yang selanjutnya akan penulis singkat menjadi (FDI). Tambunan (2006) menuturkan bahwa pada era orde baru, FDI merupakan faktor pendukung yang sangat penting bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
1
2 tinggi dan berkelanjutan, terutama pada sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, diversifikasi produk, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia yang disebabkan kehadiran FDI di Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan salah satu dampak globalisasi ekonomi. Segala sesuatu yang terjadi disuatu negara memberikan dampak terhadap negara lain. Ketika krisis yang terjadi tahun 2008, kawasan ASEAN merupakan salah satu kawasan yang pertama pulih kembali dari krisis ekonomi dunia. Berdasarkan data yang didapat dari Kementrian Keuangan RI, pada tahun 2009 perekonomian kawasan
ASEAN
mengalami
perlambatan
akibat
krisis
dengan
rata-rata
pertumbuhan sebesar 1.2%, yang berarti merupakan angka pertumbuhan terburuk sejak tahun 1998. Tetapi pada periode 2010 dan seterusnya pertumbuhan di kawasan ASEAN kembali pulih dengan cepat. Pada tahun 2010 pertumbuhan perekonomian keenam negara utama ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam mengalami kenaikan di angka sebesar 7.6%, dan selanjutnya pada tahun 2011-2016 menurut proyeksi OECD pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN akan tumbuh rata-rata 5.6%, sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan pra krisis 2008 sebesar 6.1%. Tahun 2010 menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Terpilihnya presiden baru menandakan era baru dalam pemerintahan Indonesia. Keberhasilan Indonesia lepas dari jeratan krisis keuangan global sehingga mampu menjadi satu dari dua negara Asia yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2009 dan membangkitkan optimisme di awal tahun 2010. Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6.1%, sedangkan tingkat inflasi hingga November 2010 berhasil ditahan pada level 6.3%. Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga Bank Indonesia yang dipertahankan pada level 6.5%. Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan tajam sehingga sukses memacu pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga bulan Oktober 2010 mencapai 19.3% (http://kompasiana.com). Indonesia mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-negara Uni Eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging market hingga bulan oktober 2010 mencapai US$
3 403 miliar. Sebesar US$ 15.7 miliar dana global tersebut membanjiri pasar modal Indonesia pada tiga triwulan pertama. Hingga akhir November 2010, cadangan devisa Indonesia sukses menembus angka US$ 92.8 miliar. Membaiknya kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2010, yang didukung oleh terjaganya stabilitas sektor keuangan, diharapkan akan terus memberi dampak positif pada perekonomian Indonesia di tahun-tahun mendatang. Sementara itu, membaiknya minat investasi di Indonesia dan terus berkembangnya pasar modal nasional sebagai bukti dari meningkatnya kredibilitas perekonomian nasional telah menjadi pendorong utama bagi perbaikan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan meningkatnya minat investasi dapat mendorong penambahan akumulasi modal yang akan berdampak pada peningkatan output nasional hingga pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Salah satu sumber aliran investasi yang masuk ke Indonesia adalah melalui penanaman modal asing (FDI) melalui pemasukan modal, pengetahuan dan teknologi baru merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan dan pengembangan industri di Indonesia. Panayotou (1998) dalam Sarwedi (2002) menjelaskan bahwa FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunaan dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya FDI disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know-how, management skill, resiko usaha relatif kecil dan lebih profitable.
Gambar 1.1 Realisasi Investasi BKPM Sumber: Laporan Perekonomian, Bank Indonesia (2014)
4 Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam gambar 1.1, FDI yang masuk ke Indonesia selama 2011-2014 mengalami fluktuasi yang beragam. Investasi pada tahun 2014 mengalami perlambatan sebagain respon atas permintaan ekspor yang menurun serta moderasi konsumsi rumah tangga. Selain itu, kebijakan stabilisasi berupa suku bunga dan LTV (Loan To Value) berdampak pada kredit investasi yang menurun dan investasi bangunan yang cukup stagnan. Pada saat yang bersamaan, dukungan belanja modal pemerintah berkurang terkait program penghematan anggaran. Pada investasi non-bangunan, melambatnya permintaan domestik dan menurunnya permintaan ekspor menyebabkan tertahannya respon pelaku usaha untuk menambah investasi. Melambatnya kinerja investasi tercermin dari realisasi investasi BKPM terutama pada semester I 2014 (Laporan Ekonomi Bank Indonesia, 2014). Selain itu menurut data statistik UNCTAD, jumlah total arus masuk FDI di Indonesia adalah US$1.023 milyar pada tahun 2004 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2008 dan mengalami penurunan memasuki tahun 2009 hampir sebesar US$5 milyar dan kemudian mengalami kenaikan lagi ke US$13,8 milyar dan US$18,9 milyar pada tahun 2010 dan 2011.
Gambar 1.2 Pertumbuhan net FDI dan GDP 1990-2005 Sumber: UNCTAD dalam Laporan Perekonomian BI (2014)
5 Dalam halaman metronews.com Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyatakan arus investasi asing yang masuk ke Indonesia sepanjang semester I-2015 merupakan tertinggi bila dibandingkan dengan negaranegara di ASEAN. Berdasarkan data yang ada di BKPM, sepanjang semester I-2015 arus investasi ke Indonesia sebesar US$13.6 miliar atau 31% dari total investasi yang masuk ke ASEAN. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Vietnam sebesar dengan persentase sebesar 17% dan Malaysia 16%. Menurut Alam dan Zulfiqar (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa investasi yang masuk kesuatu negara bergantung pada kondisi politik, sosial dan ekonomi negara tujuan investasi. Sementara itu dalam teori eclectic Dunning (1980) pada jurnal ekonomi Alam dan Zulfiqar (2013) memaparkan motif perusahaan dalam menanamkan
investasinya
disuatu
negara
yaitu,
locational
advantage,
internalizational advantage, dan ownership advantage. Locational advantage dikaitkan dengan keunggulan spesifik yang dimiliki suatu negara yang dapat meningkatkan keuntungan ketika perusahaan investasi diluar negeri, yang dimaksud dengan locational advantage adalah biaya tenaga kerja yang rendah, produktivitas tenaga kerja, tingkat pajak yang rendah, kualitas infrastruktur dan lain sebagainya. Sementara itu internalizational advantages berhubungan dengan kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan itu sendiri dari pada dijalankan perusahaan lain melalui lisensi. Terakhir, ownership advantage meliputi keunggulan perusahaan yang melebihi dari kompetitornya dalam hal pemasaran dan teknologi. Berdasarkan teori eclectic Dunning yang telah dipaparkan sebelumnya dapat dilihat bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi masuknya investasi ke suatu negara. Berbagai literatur mencoba untuk menemukan penentu yang potensial mempengaruhi FDI antara lain, biaya tenaga kerja, produktivitas pekerja, ukuran pasar, sumber daya alam, utang eksternal, stabilitas politik, kualitas infrastruktur, praktik korupsi, nilai tukar/ kurs dan lain sebagainya. Dengan menggunakan metode-metode yang berbeda, para peneliti mengestimasi signifikansi penentu FDI tersebut. Beberapa penentu signifikan pada suatu negara tetapi tidak pada negara lainnya. Singh dan Jun (1995) dalam Gani (2014) mengamati beberapa variabel yang diduga mempengaruhi masuknya FDI di negara-negara berkembang, menemukan bahwa political risk, GDP, GNP, exchange rate, dan terutama wages cost merupakan variabel-variabel yang paling menentukan terhadap masuknya FDI di suatu negara.
6 Upah (wage cost) sendiri di Indonesia sering kali menjadi perhatian pelaku ekonomi khususnya para investor baik yang sudah atau akan menanamkan modalnya di Indonesia. Masalah mengenai upah tenaga kerja menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, dimana hampir setiap tahunnya pada setiap peringatan hari buruh, asosiasi tenaga kerja melakukan orasi untuk meminta kenaikan upah. Mereka menuntut kenaikan upah karena mereka menilai upah yang selama ini didapatkan belum dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka sebagai tenaga kerja. Tabel 1.3 menggambarkan perbedaan upah buruh dibeberapa negara ASEAN pada tahun 2014.
*Dalam jutaan rupiah
Gambar 1.3 Upah Buruh di Beberapa Negara ASEAN Tahun 2014 Sumber: Diakses dari www.finance.detik.com (2014)
Upah menjadi variabel yang paling banyak mempengaruhi FDI menurut beberapa jurnal penelitian. Singh dan Jun (1995) dalam Gani (2014) menemukan bahwa upah merupakan faktor yang paling signifikan mempengaruhi FDI. Upah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap nilai total realisasi investasi. Investor cenderung untuk menanamkan investasinya di negara dengan upah tenaga kerja yang lebih murah. Selain itu Ranjan dan Agrawal (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa labor cost secara statistik signifikan mempengaruhi FDI.
7 Selain tingkat upah atau biaya tenaga kerja, yang dapat menjadi faktor penentu yang berpotensi mempengaruhi masuknya investasi ke suatu negara adalah kondisi infrastruktur. Alam dan Zulfiqar (2013) dalam penelitiannya di negara OECD menemukan bahwa infrastruktur secara signifikan berpengaruh terhadap FDI. Disamping itu berdasarkan teori eklektik Dunning yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perusahaan menanamkan investasinya kesuatu negara untuk mendapatkan keuntungan locational advantage yang salah satunya ditunjukan dengan kondisi infrastruktur negara tujuan. Kondisi infrastruktur Indonesia sendiri masih tertinggal dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina bahkan Vietnam pada tahun 2012 lalu. Peringkat infrastruktur Indonesia pada tahun 2014 berada pada urutan ke-6 diantara negara-negara ASEAN. Sementara itu secara global Indonesia berada pada peringkat ke-85 dari total 155 negara masih tertinggal jauh dari negara tetangga Malaysia yang berada pada tingkat ke-27 (www.finance.detik.com). Permasalahan infrastruktur adalah masalah yang mendasar. Dalam hal anggaran infrastruktur saat ini masih banyak berpusat di Pulau Jawa. Ketimpangan pembangunan antara Indonesia barat dan timur, di mana 54% pembangunan infrastruktur terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan 46% lainnya terbagi untuk pulau-pulau lain. Dari kondisi tersebut tentu akan mempengaruhi investasi yang masuk dan kegiatan-kegiatan distribusi perusahaan. Ketidakmerataan pembangunan infrastruktur serta diikuti kualitas infrastruktur yang rendah tidak terlepas minimnya anggaran. Alokasi belanja infrastruktur di dalam APBN tidak pernah mencapai porsi yang ideal, yaitu minimal 5% terhadap GDP seperti yang disarankan oleh beberapa lembaga internasional, idealnya rasio anggaran infrastruktur sekurang-kurangnya mencapai 10% (www.bumntrack.co.id). Selain itu terdapat faktor lain yang menjadi perhatian investor dalam menanamkan modalnya di suatu negara. Faktor tersebut yaitu tingkat nilai tukar atau kurs yang berlaku di negara tersebut. Chen (2005) meneliti pengaruh interest rate dan exchange rate terhadap FDI dan ditemukan bahwa exchange rate atau kurs lebih mempunyai pengaruh dalam menjelaskan fluktuasi FDI dari pada interest rate. Klein dan Rosengren (1994) dalam Gani (2014) menyatakan bahwa kurs dapat menjadi faktor pendorong terhadap aliran FDI di negara tujuan, karena penguatan mata uang negara tujuan akan meningkatkan hasil investasi para investor. Sebaliknya jika mata uang negara tujuan melemah hal ini akan menurunkan hasil investasi para investor. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Froot dan Stein (1991) berpendapat
8 bahwa hanya pada tingkat tertentu exchange rate atau kurs dapat mempengaruhi FDI. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, muncul keinginan peneliti untuk melihat seberapa besar pengaruh dari upah, infrastruktur dan kurs terhadap FDI. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Upah, Anggaran Infrastruktur dan Kurs Terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia Periode 2010-2014”
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara upah terhadap FDI di Indonesia periode 2010-2014? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara anggaran infrastruktur terhadap FDI di Indonesia periode 2010-2014? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap FDI di Indonesia periode 2010-2014? 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara upah, anggaran infrastruktur dan kurs secara bersama-sama terhadap FDI di Indonesia periode 2010-2014?
1.3 Ruang Lingkup Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian agar efektif dan efisien, dalam melakukan penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian. Adapun batasan ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1. Upah Minimum Provinsi (UMP) yang berlaku pada 33 provinsi di Indonesia periode 2010-2014. 2. Anggaran infrastruktur jalan raya pada 33 provinsi di Indonesia periode 20102014. 3. Nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berlaku selama periode 2010-2014. 4. Nilai investasi penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia periode 20102014.
9 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh upah, kondisi infrastruktur dan kurs terhadap FDI di Indonesia selama periode 2010-2014. Jika dijabarkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh upah terhadap FDI yang masuk ke Indonesia periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh anggaran infrastruktur terhadap FDI yang masuk ke Indonesia periode 2010-2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap FDI yang masuk ke Indonesia periode 2010-2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh upah, infrastruktur dan kurs secara bersama-sama terhadap FDI yang masuk ke Indonesia periode 2010-2014.
1.5 Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat: 1. Membuktikan teori-teori dalam penelitian sebelumnya apakah terbukti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen terhadap variabel independen yang diuji dalam penelitian ini terutama jika di aplikasikan dengan kondisi di Indonesia. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi FDI di Indonesia dan sebagai bahan referensi bagi para peneliti yang berminat meneliti mengenai masalah sejenis di masa yang akan datang Dilihat dari manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan informasi atau referensi bagi pembaca yang berkaitan dengan faktor potensial yang mempengaruhi masuknya investasi asing ke Indonesia. 2. Digunakan dalam penentuan skala prioritas dalam pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi di Indonesia secara umum, dan khususnya di 33 provinsi di Indonesia, dengan tujuan agar dapat menarik FDI masuk ke daerahnya. 3. Menghasilkan saran dan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menetapkan kebijakan dalam rangka meningkatkan ataupun menanamkan investasi di Indonesia, meningkatkan kesejahteraan pekerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
10 1.6 State of The Art Tabel 1.1 State of The Art Jurnal Metode No. 1. International Business Kuantitatif Research Vol. 4, No. 4; October 2011 “FDI Inflow Determinants in BRIC countries: A Panel Data Analysis” Vinit Ranjan and Dr. Gaurav Agrawal
(2011)
2.
International Journal of Commerce and Management Vol. 20 No. 3, 2010 “Determinants of FDI in emerging markets: evidence from Brazil”
Claudio Felisoni, Rangamohan V. Eunni and Nuno Manoel Martins (2010)
Kuantitatif
Hasil Koefisien GDP, labor cost, dan trade openness secara statistik signifikan pada tingkat tinggi 1%, indeks infrastruktur dan inflasi signifikan pada tingkat 5% sementara itu gross capital formation dan labor force tidak signifikan yang mengindikasikan bahwa faktorfaktor penentu tersebut mungkin bukan penentu penting dalam FDI. Pertumbuhan pasar internal menjadi penentu yang signifikan dalam menjelaskan FDI ke Brasil. Sensitivitas penjualan internal terbukti lebih kuat dari fluktuasi kurs. Kenaikan suku bunga consumer financing ditemukan berhubungan negatif dengan FDI.Variabel seperti ukuran populasi dan pertumbuhan bisa juga dipertimbangkan dalam studi masa depan.
Adaptasi Variabel penelitian
Variabel penelitian
11 Tabel 1.1 State of The Art (lanjutan) No 3.
Jurnal FINESTA Vol. 2, No. 1, (2014) 87-92
Metode Kuantitatif
“Pengaruh Political Risk, GDP, GNP, Kurs, Wage Cost terhadap Foreign Direct Investment di Indonesia” William Gani
(2014)
4.
Journal of Economic Studies Vol. 40 No. 4, 2013
“Determinants of foreign direct investment in OECD member countries” Abdullah Alam and Syed Zulfiqar Ali Shah
(2013)
Kuantitatif
Hasil Analisis dilakukan dengan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa Political Risk, GDP, dan Wage cost berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDI. Sementara, GNP, Kurs USD berpengaruh signifikan dan negatif terhadap FDI. Dalam penelitian ini dari hasil estimasi fixed effect menunjukkan bahwa ukuran pasar, biaya tenaga kerja dan kualitas infrastruktur menghasilkan koefisien yang signifikan dalam kaitannya dengan FDI. Terdapat hubungan bi-directional dalam jangka pendek antara ukuran pasar dan biaya tenaga kerja, sedangkan kualitas infrastruktur mempengaruhi ukuran pasar dan biaya tenaga kerja.
Adaptasi Variabel penelitian Teori (studi literatur)
Variabel penelitian
12 Tabel 1.1 State of The Art (lanjutan) No . 5.
Jurnal Economics Development Analysis Journal 2(4)
“Analisis Kausalitas Infrastruktur dengan Investasi Asing Untuk Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia” Rendy Sagita
(2013)
Sumber: Peneliti (2016)
Metode Kuantitatif
Hasil
Adaptasi
Investasi asing dengan infrastruktur tidak memiliki hubungan kausalitas yang berarti keputusan berinvestasi di Indonesia tidak melihat kondisi infrastruktur jalan yang ada. Pajak memiliki hubungan searah dengan infrastruktur tetapi tidak dengan sebaliknya. PDB juga memiliki hubungan dengan infrastruktur tetapi infrastruktur tidak memilki hubungan dengan PDB. Terakhir, Pajak dengan investasi asing tidak memiliki hubungan kausalitas.
Variabel penelitian Teori (studi literatur)