BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perdagangan internasional, kopi merupakan komoditas ekspor terpenting kedua setelah minyak mentah. Komoditas ini diperdagangkan hampir di seluruh negara di dunia (Farahdita & Rahmah, 2015).
Gambar 1. 1 Produksi Kopi Dunia Sumber : E-Imports, 2016
1
2
Gambar 1. 2 Nilai Ekspor Kopi Dunia (USD) Sumber : Trademaps, 2016
Komoditas kopi juga merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia yang berperan penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia. Komoditas kopi mampu menyumbang devisa yang cukup besar. Menurut Ketua Kompartemen Industri dan Kopi Spesialti Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia(AEKI), Pranoto Soenarto, setiap tahunnya produksi kopi Indonesia dapat mencapai 400.000 ton, dan penghasilan yang didapatkan dari ekspor kopi mampu mencapai USD 1,3 milyar atau sekitar Rp 17 triliun (Ismail, 2015). Komoditas kopi juga berperan penting bagi kehidupan masyarakat di pedesaan dimana lebih dari 1,84 juta keluarga daerah pedesaan bermata pencaharian sebagai petani kopi. Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, masalah penyeraban tenaga kerja dan kemiskinan masyarakat pedesaan bisa diatasi melalui program pemanfaatan dan pengembangan kopi (Yulianingsih, 2015). Selain itu, komoditas kopi juga menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia dalam bidang industri dan perdagangan (Kementerian Pertanian - Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia, yaitu kopi arabika dan kopi robusta (Asosiasi Eksportir dan industri Kopi Indonesia (AEKI), 2015).
3
1. Kopi Arabika Kopi jenis arabika dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki ketinggian diatas 1.000 – 2.100 meter di atas permukaan laut. Karena itu perkebunan kopi arabika hanya terbatas di beberapa daerah tertentu. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal sebagai daerah penghasil kopi arabika adalah Sumatera Utara, Lampung, Aceh, Sulawesi, Jawa dan Bali. Kopi jenis arabika sebagian besar tahan terhadap hama dan penyakit (Panggabean E. , 2011). Karakteristik biji kopi arabika antara lain: -Bentuknya memanjang -Lebih bercahaya dibanding jenis lainnya -Celah tengah berlekuk -Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi 2. Kopi Robusta Sedangkan kopi robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah daripada ketinggian penanaman kopi arabika, yaitu pada ketinggian 400-800m di atas permukaan laut (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2015). Karakteristik biji kopi robusta (Panggabean E. , 2011) antara lain; -Biji kopi agak bulat -Lengkungan biji lebih tebal -Garis tengah dari atas ke bawah hampir rata -Untuk biji yang sudah diolah, tidak terdapat kulit ari di lekukannya Kopi Indonesia memiliki luas areal perkebunan yang
mencapai 1,2 juta
hektar. Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP Nusantara) (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2015). Dengan total produksi dari tahun 2011 hingga tahun 2014 adalah sebagai berikut:
4
Tabel 1. 1 Total Produksi Kopi Indonesia Tahun Total Produksi (Ton) 2011
638.647
2012
691.163
2013
675.881
2014*
685.089
2015**
739.005
*) angka sementara **) angka estimasi Sumber
: Ditjenbun, Kementerian Pertanian, 2015
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa total produksi kopi indonesia yang ke-dua terbesar ada pada tahun 2012, yaitu sebesar 691.163 ton lalu setelah tahun 2012 tingkat produksi kopi mengalami penurunan. Penurunan produksi tersebut didasarkan oleh faktor cuaca dimana sering terjadi hujan (Indreswari, 2015). Namun pada tahun 2015 Indonesia kembali mampu meningkatkan produktivitas kopinya dengan
total produksi yang mencapai
739.005 ton, jauh lebih besar
daripada total produksi kopi tahun 2012. Seiring dengan berkembangnya perdagangan internasional dalam era globalisasi ini, negara-negara melakukan integrasi ekonomi. Definisi integrasi ekonomi menurut Pelkman (2001) adalah dihilangkannya hambatan-hambatan ekonomi antar negara. Sedangkan Tinbergen mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai bentuk kebebasan dalam melakukan perdagangan internasional tanpa adanya diskriminasi serta memiliki lembaga yang sama dalam mengatur transaksi perdagangan internasionalnya. Integrasi ekonomi menurut Jovanovic (2006) dapat meningkatkan kemakmuran suatu bangsa karena lebih efisien dibandingkan suatu negara berusaha sendiri (winantyo, et al., 2008). Pada tahun 2016 ini diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan realisasi dari visi ASEAN 2020 yaitu untuk melakukan integrasi ekonomi diantara negara-negara ASEAN dengan membentuk suatu pasar tunggal dan basis produksi (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2013). Pasar tunggal merupakan suatu pasar yang berada dalam suatu kawasan tertentu, dimana seluruh
5
anggota kawasan tersebut bersama-sama membuat aturan dan kebijakan mengenai perdagangan internasional diantara mereka (winantyo, et al., 2008) . Dengan berlakunya MEA ini, investasi, tenaga terampil, serta barang dan jasa dapat secara bebas diperdagangkan, tanpa adanya hambatan tarif maupun non tarif. Sehingga akibatnya tingkat persaingan diantara negara-negara ASEAN akan semakin ketat. Jika tidak mampu bersaing, maka produk-produk negara lainlah yang akan lebih mendominasi di Indonesia (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2013). Begitupula dengan komoditas kopi Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia (Indonesia Investments, 2015) dengan memenuhi 20% kebutuhan kopi dunia (Ismail, 2015). Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar keempat di dunia dengan pangsa pasar sekitar 11% (Raharjo, 2013). Volume dan nilai ekspor komoditas kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut :
Tabel 1. 2 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia Tahun
Volume
Nilai Ekspor (USD)
2011
346.062,6 ton
1.034.724,7
2012
447.010,8 ton
1.243.825,8
2013
532.139,3 ton
1.166.179,9
2014
382.750,3 ton
1.030.716,4
Sumber : BPS, 2015
Dari sisi permintaan, prospek pertumbuhan permintaan kopi dunia tetap menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari permintaan kopi diseluruh dunia yang senantiasa meningkat . Rata-rata presentase peningkatan konsumsi kopi di Asia adalah sebesar 5 - 8% per tahun. Sedangkan rata-rata di benua Amerika dan Eropa yaitu naik sebesar 8% per tahun (Panggabean E. , 2011). Bahkan dengan berkembangnya mesin pembuat minuman kopi instan memicu peningkatan konsumsi kopi di negara maju (Saridewi, 2011). Peningkatan konsumsi kopi dapat dilihat di Gambar 1.3. Naiknya taraf hidup serta perubahan pola konsumsi dan gaya hidup negara-negara di dunia mengakibatkan
adanya
potensi
pertumbuhan
konsumsi
kopi
yang
kuat.
6
Gambar 1. 3 Grafik Konsumsi Kopi Dunia Sumber : International Coffee Organization, 2016
Permintaan akan kopi Indonesia sendiri terus meningkat, dimana kopi robusta Indonesia memiliki kandungan body yang kuat, sedangkan kopi arabika memiliki cita rasa yang khas yang berbeda-beda di tiap negara (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), 2015).
Bisnis kopi mengalami peningkatan,
terutama dalam bidang café yang menawarkan berbagai jenis minuman kopi seperti cappuccino dan latte. Hal ini didorong oleh selera konsumen dan tingkat pendapatan serta suasana café yang menyenangkan (Reynolds, 2016). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nalurita,dkk (2014) menyatakan bahwa kopi Indonesia memiliki daya saing di pasar internasional serta memiliki keunggulan komparatif yang didukung oleh kondisi faktor sumberdaya alam, modal, tenaga kerja, IPTEK, industri terkait dan pendukung, peran pemerintah dan kesempatan yang dilihat berdasarkan analisis Berlian Porter. Purnamasari, dkk (2014) juga melakukan penelitian terhadap daya saing kopi Indonesia dimana berdasarkan hasil penelitiannya Indonesia memiliki nilai RCA yang paling rendah diatara negara pengekspor kopi utama lainnya serta terlihat bahwa Indonesia hampir
7 memiliki levelyang sama dengan Vietnam. Raharjo (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia antara lain PDB riil negara pengimpor, nilai tukar rupiah terhadap US Dolar, dan harga kopi ritel di negara pengimpor. Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), Irfan Anwar, mengatakan bahwa Indonesia memiliki daerah-daerah penghasil kopi yang memiliki banyak varian yang serta memiliki karakteristik yang sangat unik yang jika dikelola dan diolah dengan baik akan menghasilkan kopi dengan citarasa spesifik atau kopi spesialti. Beberapa varian kopi spesialti yang sudah terkenal di dunia antara lain Gayo Coffee dari Aceh, Mandheling Coffee dari Aceh, Java Coffee dari Jawa Timur, Toraja atau Celebes Coffee dari Sulawesi Selatan dan Luwak Coffee. Sementara itu, beberapa varian kopi spesialti yang mulai dikenal dunia antara lain Flores Coffee, Bali Coffee, Prianger Coffee dan Papua Coffee (Pojok Media: Kemendag, 2013). Lebih lanjut, Tjahjo Soemirat, Penasehat Kelompok Penikmat Kopi (KPK) juga menyatakan bahwa rahasia kelezatan kopi Indonesia terletak pada cita rasa dan aroma kopi Indonesia yang dihasilkan oleh tiap wilayah itu berbeda-beda dan termasuk dalam jajaran kopi terbaik di dunia (Pojok Media : Kemendag, 2013). Hal yang sama juga dipaparkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menyatakan bahwa kopi Indonesia memiliki rasa yang sangat khusus dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, kopi diberbagai daerah di Indonesia memiliki rasa yang berbeda-beda dan khas yang tidak ada di negara lain (Sukmana, 2014). Namun dibalik semua keunggulan yang dimiliki oleh komoditas kopi Indonesia, komoditas kopi juga mengalami tantangan, dimana dengan luas lahan sebesar 1,3 juta hektar, Indonesia baru bisa memproduksi 800 kilogram kopi per hektar, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan total produktivitas kopi Vietnam yang mampu menghasilkan 2,3 ton kopi per hektar dan Brasil 8 ton per hektar (Ningtyas, 2015). Mutu kopi Indonesia juga dianggap kurang stabil karena petani tidak memilik pengetahuan yang cukup untuk mengolah kopi dengan mutu yang sama setiap kali panen. Petani kopi masih perlu diberikan pelatihan dari pengusaha dan pemerintah (Wahyuni, 2015). Melihat konsekuensi dari pemberlakuan MEA ini serta tantangan yang dihadapi, pengetahuan tentang daya saing komoditas kopi di Indonesia serta faktorfaktor pendorong dan penghambat daya saing tersebut tentu sangat diperlukan
8 gunamenyusun strategi menghadapi persaingan dalam pemberlakuan MEA ini. Apalagi mengingat peranan penting komoditas kopi ini bagi perekonomian Indonesia. Dengan demikian, komoditas kopi Indonesia diharapkan dapat bersaing di pasar ASEAN khususnya dalam menghadapi MEA.
1.2 Rumusan Masalah Komoditas kopi merupakan salah satu produk unggulan eskpor Indonesia dan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana penghasilan yang didapatkan dari ekspor kopi mampu mencapai USD 1,3 milyar atau sekitar Rp 17 triliun. Selain itu, komoditas kopi juga berperan penting bagi kehidupan masyarakat di pedesaan dimana lebih dari 1,84 juta keluarga daerah pedesaan bermata pencaharian sebagai petani kopi. Dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini yang berprinsip pasar bebas mau tidak mau memaksa negara-negara ASEAN untuk meningkatkan kualitas produk dalam negerinya agar mampu bersaing dengan negaranegara ASEAN lainnya. Begitu juga dengan komoditas kopi Indonesia. Karena jika tidak mampu bersaing, maka industri perkebunan dan pengolahan kopi Indonesia akan terancam keberadaannya karena kopi dari negara lainlah yang lebih mendominasi pasar. Untuk itu, rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah : 1. Bagaimana daya saing komoditas kopi Indonesia? 2. Apa faktor-faktor yang mendorong daya saing komoditas kopi Indonesia? 3. Apa faktor-faktor yang menghambat daya saing komoditas kopi Indonesia?
1.3 Ruang Lingkup Untuk mempermudah penulisan laporan skripsi ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu : 1. Peneliti hanya meneliti volume ekspor dalam USD pada komoditas kopi
dengan HS code 090111 (Not roasted, not decaffeinated) dan HS code 090121 (Roasted, not decaffeinated) untuk mengetahui keunggulan komparatif dengan Revealed Comparative Advantage . 2. Negara yang dibandingkan nilai Revealed Comparative Advantage-nya yaitu 4
negara anggota ASEAN yang tercatat sebagai pengekspor kopi di dunia
9
menurut International Coffee Organization, antara lain : Vietnam, Indonesia, Thailand, dan Philipina 3. Batasan periode analisis penelitian dari tahun 2012 sampai 2014 4. Peneliti hanya meneliti tentang ekspor komoditas kopi
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah : 1.
Untuk mengetahui daya saing komoditas kopi Indonesia.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong daya saing komoditas kopi Indonesia .
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat daya saing komoditas kopi Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi para eksportir komoditas kopi Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan bagi eksportir kopi agar dapat mengetahui
daya
saing
komoditas
kopi
Indonesia
serta
mampu
meningkatkan daya saing produk kopinya. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam memberikan dukungan bagi para eksportir kopi serta dalam mengambil kebijakan yang mampu mendorong peningkatan daya saing ekspor kopi di Indonesia. 3. Bagi dunia akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang membangun untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
10
4. Bagi penulis
Menambah ilmu pengetahuan penulis tentang daya saing ekspor komoditas kopi Indonesia dan menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program S1 Jurusan International Business Management di Universitas Bina Nusantara.
1.6 State of The Art
Tabel 1. 3 State of The Art Jurnal
Metode
Hasil
Nalurita,R.,
Metode Kombinasi,
Berdasarkan analisis daya saing
Asmarantaka, R,W.,
Revealed
menggunakan RCA , secara komparatif
& Jahroh,S. 2014.
Comparative
kopi Indonesia memiliki daya saing di
Analisis Daya Saing
Advantage (RCA)
pasar internasional. Berdasarkan
dan Strategi
dan teori Competitive
analisis Berlian Porter, kopi Indonesia
Pengembangan
Advantage Porter's
juga memiliki keunggulan secara
Agribisnis Kopi
Diamond
komparatif yang didukung oleh kondisi
Indonesia . Jurnal
faktor (sumberdaya alam, modal, tenaga
Agribisnis Indonesia,
kerja, IPTEK), industri terkait dan
Vol 2 (1), 63-74.
pendukung, peran pemerintah dan kesempatan.
Purnamasari,M.,
Metode Kuantitatif,
Hasil dari perhitungan Revealed
Hanani,N., & Huang,
Revealed
Comparative Advantage (RCA)
W.C. 2014. Analisis
Comparative
memperlihatkan bahwa Indonesia
Daya Saing Kopi
Advantage (RCA),
memiliki nilai RCA yang paling rendah
Indonesia di Pasar
Comparative Export
diatara negara pengekspor kopi utama
Dunia. AGRISE Vol
Performance (CEP),
lainnya. perhitungan Comparative
XIV (1), 58-66.
dan Market Share
Export Performance (CEP) dimana
.
Index (MSI)
Indonesia berada pada urutan terakhir. Pada Market Share Index (MSI) terlihat bahwa Indonesia hampir memiliki level yang sama dengan Vietnam.
11 Jurnal
Metode
Hasil
Hidayat, A., &
Metode Kuantitatif,
(1) kopi robusta Indonesia memiliki
Soetriono. 2010.
Revealed Comparative
keunggulan kompetitif
Daya Saing Ekspor
Advantages (RCA),
(2) Indonesia mampu mencapai pasar
Kopi Robusta
Acceleration Ratio (AR)
kopi robusta selama tahun 2004 sampai
Indonesia di Pasar
dan Index of Trade
2006.
Internasional. J-SEP
Specialization (ISP) and
(3) Indonesia memiliki daya saing yang
Vol. 4(2), 62-82.
Sensitivities
tinggi (4) Meningkatnya harga kopi robusta dari 5%, 10% dan 20%, akan meningkatkan keunggulan komparatif, meningkatkan kegiatan ekspor, namun keunggulan kompetitif kopi robusta tetap konstan. Penurunan harga kopi robusta dari 5%, 10% dan 20%, akan menurunkan keunggulan komparatif dan kegiatan ekspor namun keunggulan kompetitif kopi robusta masih stabil.
Rianita, I Gusti Ayu
Metode Kuantitatif,
Indonesia dan Vietnam yang memiliki
M.D. 2014. Analisis
Revealed Comparative
daya saing ekspor yang kuat. Ekspor
Komparasi dan Daya
Advantage (RCA) dan
kopi dipengaruhi oleh total produksi
Saing Ekspor Kopi
Data Panel
kopi, harga kopi, dan PDB per kapita.
Raharjo, B.T. 2013.
Metode Kuantitatif,
Faktor-faktor yang berpengaruh
Analisis Penentu
Regresi Data Panel
terhadap volume ekspor kopi Indonesia
Antar Negara ASEAN Dalam Perdagangan Bebas ASEAN Tahun 20022012. Jurnal Ekonomi Pembangunan Trisakti,Vol 1(2), 145-158.
Ekspor Kopi
antara lain PDB riil negara pengimpor,
Indonesia. Jurnal
nilai tukar rupiah terhadap US Dolar,
Ilmiah.
harga kopi ritel di negara pengimpor
12 Jurnal
Metode
Hasil
Boansi, D., & Crentsil, C.,
Metode Kuantitatif,
Ethiopia memiliki
2013. Competitiveness and
The Revealed Comparative
keunggulan komparatif.
Determinants of Coffee
Advantage (RCA) dan
Namun kinerja ekspor kopi
Exports, Producer Price and
Revealed Symmetric
secara keseluruhan
Production for Ethiopia.
Comparative Advantage
menghadapi beberapa
Munich Personal RePEc
(RSCA)
tantangan dengan
Archive.
pengelolaan harga risiko, biaya transaksi yang tinggi,dan tantangan internal seperti kontrol kualitas, produktivitas rendah, dan penyelundupan.
Baroh,I., Hanani,N.,
Metode Kuantitatif,
Kopi di Indonesia
Setiawan,B., Koestiono,D.
Armington models
menghadapi kompetitor yang
2014. Indonesian Coffee
berbeda di setiap negara.
Competitiveness in the
Ditinjau dari sisi penawaran:
International
penawaran kopi Indonesia di
Market:Armington Model
Jepang dan Australia
Application. American
dipengaruhi oleh pasokan
Journal of Economics, 4(4),
tahun lalu, sementara di
184-194.
Belanda, Amerika Serikat dan Jerman dipengaruhi oleh harga kopi Indonesia. Dari sisi harga: harga konsumen di lima negara pengimpor kopi Indonesia (Jepang, Belanda, Amerika Serikat, Jerman dan Australia) dipengaruhi oleh harga produsen, nilai tukar terhadap dolar Amerika, dan teknologi. Harga konsumen tahun lalu tidak berpengaruh signifikan kecuali di negara Jerman
13 Jurnal
Metode
Hasil
Eskandari, M.J., Miri,M.,
Metode Kualitatif,
Masing-masing lima
Gholami,S., Nia, H.R.S.
Five Forces Model Porter
kekuatan Porter berperan
2015. Factors Affecting The
dalam meningkatkan daya
Competitiveness of The
saing. Selain lima kekuatan
Food Industry By Using
kompetitif Porter, faktor lain
Porter's Five Forces Model
yang juga berperan penting
Case Study in Hamadan
dalam keberhasilan
Province Iran.Journal of
perusahaan seperti: kualitas
Asian Scientific
dan harga yang wajar,
Research,5(4),185-197.
teknologi modern, memiliki manajemen yang kuat, investor dan dukungan pemerintah.
Pawar, P.A., & Veer N.B.
Metode Kualitatif,
China, Rusia memiliki
2013. Advantage China,
Porter’s National Diamond
keunggulan kompetitif dalam
Rusia: A Study of
Model (Porter’s Diamond
industri ritel. China, Rusia
Competitive Position of
Theory)
memiliki potensi bisnis ritel
Organized Retail Industry.
yang besar dan berbagai
IOSR Journal of Business
laporan menunjukkan bahwa
and Management (IOSR-
pemain asing di pasar ritel
JBM), Vol 10, 57-6.
tertarik untuk melakukan investasi asing langsung di sektor ritel China, Rusia. Semua faktor penentu berlian Porter menunjukkan indikator yang menguntungkan bagi daya saing industri ritel.
14
Jurnal
Metode
Hasil
Soetriono.2010. Strategi
Metode Kombinasi,
Dari sisi penawaran,
Peningkatan Daya Saing
Risk Analysis, Policy
produksi kopi robusta harus
Agribisnis Kopi Robusta
Analysis Matrix (PAM), Tree
memperhatikan jumlah
Dengan Model Daya Saing
Five Competitiveness, dan
produksi kopi Indonesia,
Tree Five.
Policy Simulation
harga pupuk dalam negeri, dan kebijakan pemerintah. Dari sisi permintaan, adanya peluang permintaan kopi yang besar. Dari sisi lingkungan dan usaha tani, sebagian besar diusahakan secara multikultur, kesadaran petani akan benih unggul masih rendah, sebagian kopi sudah tua/rusak, dan terserangnya penyakit. produk kopi kebanyakan diolah dalam biji kering. Dari sisi kebijakan domestik, pemerintah kurang mendukung yang dilihat dari koefisien DRC lebih baik daripada koefisien PCR. Koefisien NPCO dan SRP kurang mendukung daya saing. namun dari koefisien NPCI, kebijakan pemerintah memberikan dukungan terhadap percepatan daya saing. dari sisi sosial, prilaku petani netral resiko.
Sumber : Penulis, 2016