APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP Laporan Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Informatika
OLEH: RAHAYU SETIANINGSIH 01502-046
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
ABSTRAK
Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP. Sedangkan dalam perancangannya digunakan pemodelan sistem antara lain, diagram use case, class diagram, diagram sequence, dan diagram aktifitas. Dengan dimanfaatkannya aplikasi perhitungan harta waris dibidang komputer maupun internet maka akan lebih memudahkan dalam proses perhitungan harta waris yang dapat dilakukan secara cepat daripada perhitungan ilmu waris yang terdapat dalam buku dan melakukan perhitungan secara manual. Maka dengan aplikasi perhitungan harta waris ini orang yang awam dengan ilmu waris dapat dengan mudah menggunakannya.
Kata Kunci
: Ilmu waris, perhitungan, dan PHP.
i
ABSTRACT
This report of calculation heir wealth follow law islam with PHP. Althought, modeling systems design are use case diagram, class diagram, sequence diagram and activities diagram. With used application calculation heir wealth computer or internet field, then more easy process inside calculation heir wealth the thing which can fast manner from in the book and calculation manual. Then with application calculation heir wealth this is user friendly.
Keyword : Heir Knowledge, Calculation, PHP
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan tugas akhir dari mahasiswa berikut ini: Nama
: Rahayu Setianingsih
NIM
: 01502-046
Fakultas
: Ilmu Komputer
Jurusan
: Teknik Informatika
Judul
: Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP
Telah disidangkan, diperiksa, dan disetujui sebagai laporan tugas akhir. Jakarta, Agustus 2009
Menyetujui,
Menyetujui,
(Drs. Achmad Kodar, ST., MT) Pembimbing I Tugas Akhir
(Nur Ani, ST, MMSI) Pembimbing II Tugas Akhir
Mengesahkan,
Mengetahui,
(Abdusy Syarif, ST., MT) Ketua Program Studi Teknik Informatika
(Devi Fitrianah, SKom, MTI) Koordinator Tugas Akhir
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Rahayu Setianingsih
NIM
: 01502-046
Fakultas
: Ilmu Komputer
Program Studi
: Teknik Informatika
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul : Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP Adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri, dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang tercantum pada Daftar Pustaka.
Jakarta, Agustus 2009
Rahayu Setianingsih
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „Alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya, sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqomah hingga yaumil akhir nanti. Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan PHP” ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Informatika Universitas Mercu Buana. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan. Dalam proses penulisan laporan Tugas Akhir ini juga banyak terdapat hambatan dan kesulitan-kesulitan penulis alami. Namun, meskipun demikian berkat usaha dan niat yang kuat serta usaha penulis dan juga dorongan dari berbagai pihak
v
yang diberikan kepada penulis, laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud sehubungan dengan hal tersebut, maka sudah sepatutnya apabila ada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orangtuaku yang tercinta beserta kakak dan adikku, atas segala dukungan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini. 2. Bapak Abdusy Syarif, ST, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika dan Ibu Devi Fitrianah, SKom, MTI. Selaku Koordinator Tugas Akhir 3. Bapak Drs.Achmad Kodar, ST, MT. Selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Ani, ST, MMSI. Selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu penyusun dalam membuat laporan Tugas Akhir ini sampai selesai. 4. Bapak Raka Yusuf, ST, MKom. Selaku Koordinator Angkatan 2002 yang telah banyak memberikan masukan, juga dukungan moril. 5. Dosen-dosen beserta para Staf yang telah memberikan ilmunya dan arahan dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini. 6. Sepupu-sepupuku, khususnya Yuni Anggrarini yang terus memberi semangat untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 7. Sahabat terbaikku : Indri Siti Nurjanah dan Siti Rubi Adni, S.Kom yang telah banyak membantu serta penyemangat dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 8. Akbar, Pandu Handoko, ST, Dede Sulaeman, S.Kom dan teman-teman ikhwan lainnya yang telah membantu dalam coding, buku, serta memberikan tausyiah kepada saya untuk tetap semangat dalam mengerjakan laporan Tugas Akhir ini.
vi
9. Teman-teman seperjuangan Teknik Informatika angkatan 2002 : Rapiah Nurkholifah, S.Kom, Ria Angelia, Rohani, S.Kom, Ika Puji Astuti, S.Kom, dan yang lainnya… 10. Teman-teman akhwat 2002 : Fadhilatul Ilmi, SE, Listya Kurniati, ST, Maryati, SE dan Eka Novianti, SE yang telah memberikan tausyiahnya. 11. Semua pihak yang banyak membantu dalam penulisan Tugas Akhir dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikannya, dan semoga apa yang telah saya tuangkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2009
Rahayu Setianingsih
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................
i
ABSTRACT ...............................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1
Latar Belakang .................................................................................
1
1.2
Tujuan Penulisan ...............................................................................
2
1.3
Ruang Lingkup ..................................................................................
2
1.4
Batasan masalah ...............................................................................
4
1.5
Metodologi Penelitian ......................................................................
4
viii
1.6
Sistematika Penulisan .......................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................
7
2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris ……………………………………….. ..
7
2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam ………………………………………...
8
2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan ………………………………… .
10
2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi ………………….
11
2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi ……………………………
12
2.3 Para Ahli Waris dan Bagian-Bagiannya ……………………………..
13
2.3.1 Para Ahli Waris…………………………………………………
13
2.3.2 Hijab dan Mahjub ………………………………………………
15
2.3.3 Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah ……………………………
19
2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris ……………………………
21
2.3.5 Masalah „Aul dan Radd ………………………………………..
26
2.3.5.1 Masalah „Aul …………………………………………..
26
2.3.5.2 Masalah Radd ………………………………………….
26
2.3.6 Kakek Bersama Saudara ……………………………………….
27
2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak ……………………………..
28
2.5 Unified Modelling Language ………………………………………...
30
2.5.1 Diagram Use Case ……………………………………………...
32
2.5.2 Diagram Sequence ……………………………………………...
33
2.5.3 Pemodelan Diagram Aktifitas …………………………………..
34
2.5.4 Class Diagram …………………………………………………..
35
2.6 Interaksi Manusia dan Komputer ……………………………………..
36
2.7 Pengujian ……………………………………………………………...
38
ix
2.7.1 Pengujian White Box ……………………………………………
38
2.7.1.1 Pengujian Basis Path ……………………………………. 38 2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis ………………………………..
40
2.7.2 Pengujian Black Box ……………………………………………
41
2.8 Konsep Dasar PHP ……………………………………………………
42
2.8.1 Struktur Program PHP …………………………………………..
43
BAB III ANALISA DAN RANCANGAN ………………………………
45
3.1 Analisis ………………………………………………………………..
45
3.1.1 Analisa Masalah …………………………………………………
45
3.2 Pemecahan Masalah …………………………………………………...
60
3.3 Perancangan Aplikasi ………………………………………………….
61
3.3.1 Pemodelan Diagram Use Case …………………………………..
61
3.3.2 Class Diagram …………………………………………………...
63
3.3.3 Pemodelan Diagram Sequence …………………………………..
63
3.3.4 Pemodelan Diagram Aktifitas …………………………………… 67 3.4 Perancangan Antarmuka Pemakai …………………………………….. 73 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi …………………………………………………………..
80
4.1.1 Implementasi Antarmuka ………………………………………..
81
4.2 Pengujian ………………………………………………………………
87
4.2.1 Hasil Pengujian ………………………………………………….. 89 4.2.2 Analisis Hasil Pengujian …………………………………………. 90 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….
x
91
5.2 Saran …………………………………………………………………
92
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
93
LAMPIRAN LISTING PROGRAM .....................................................
L-1
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Waterfall …………………………………………….
30
Gambar 2.2 Notasi Diagram Aliran ……………………………………...
39
Gambar 2.3.(a) Bagan Alir ……………………………………………….
39
Gambar 2.3.(b) Grafik Alir ……………………………………………….
40
Gambar 3.1 Diagram Use Case Aplikasi Untuk User …………………….
61
Gambar 3.2 Class Diagram ............................................…………………... 63 Gambar 3.3 Diagram Sekuensial Sub Menu About Us .…………………..
64
Gambar 3.4 Diagram Sekuensial Sub Menu Terms Of Use ………………
65
Gambar 3.5 Diagram Sekuensial Sub Menu Contact Us ………………….
65
Gambar 3.6 Diagram Sekuensial Sub Menu Perhitungan Waris ………….
66
Gambar 3.7 Diagram Sekuensial Sub Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 66 Gambar 3.8 Diagram Sekuensial Sub Menu Studi Kasus …………………. 67 Gambar 3.9 Diagram Aktifitas Pada Menu Utama ………………………... 68 Gambar 3.10 Diagram Aktifitas Pada Menu About Us ……………………
68
Gambar 3.11 Diagram Aktifitas Pada Menu Terms Of Use ……………… 69 Gambar 3.12 Diagram Aktifitas Pada Menu Contact Us …………………. 70 Gambar 3.13 Diagram Aktifitas Pada Menu Perhitungan Waris ………….
71
Gambar 3.14 Diagram Aktifitas Pada Menu Keterangan Ilmu Waris …….. 72 Gambar 3.15 Diagram Aktifitas Pada Menu Studi Kasus …………………. 73 Gambar 3.16 Perancangan Antarmuka Home ……………………………..
74
Gambar 3.17 Perancangan Antarmuka About Us …………………………
75
Gambar 3.18 Perancangan Antarmuka Term Of Use……………………...
75
xii
Gambar 3.19 Perancangan Antarmuka Contact Us ……………………….. 76 Gambar 3.20 Perancangan Antarmuka Perhitungan Warisan …………….
77
Gambar 3.21 Perancangan Antarmuka Pilih Ahli Waris ………………….
77
Gambar 3.22 Perancangan Antarmuka Bagian Ahli Waris ……………….
78
Gambar 3.23 Perancangan Antarmuka Studi Kasus ………………………
79
Gambar 4.1 Halaman Home ……………………………………………….
81
Gambar 4.2 Halaman About Us …………………………………………… 82 Gambar 4.3 Halaman Terms Of Use ………………………………………. 83 Gambar 4.4 Halaman Contact Us ………………………………………….. 83 Gambar 4.5 Halaman Perhitungan Waris ………………………………….. 84 Gambar 4.6 Halaman Pilih Ahli Waris ……………………………………. 85 Gambar 4.7 Halaman Bagian Warisan …………………………………….
85
Gambar 4.8 Halaman Keterangan Ilmu Waris …………………………….
86
Gambar 4.9 Halaman Studi Kasus ………………………………………… 87
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Diagram Resmi UML …………………………………….. 31 Tabel 2.2 Notasi Pemodelan Diagram Use Case ………………………….. 32 Tabel 2.3 Notasi Pemodelan Diagram Sequence ………………………….. 33 Tabel 2.4 Simbol-Simbol Pada Activity Diagram …………………………
34
Tabel 3.1 Kasus Pertama …………………………………………………..
46
Tabel 3.2 Kasus Kedua ……………………………………………………
47
Tabel 3.3 Kasus Ketiga ……………………………………………………
47
Tabel 3.4 Kasus Keempat ………………………………………………..
48
Tabel 3.5 Kasus Kelima …………………………………………………..
48
Tabel 3.6 Kasus Keenam ………………………………………………….. 49 Tabel 3.7 Kasus Ketujuh …………………………………………………..
49
Tabel 3.8 Kasus Kedelapan ………………………………………………..
50
Tabel 3.9 Kasus Kesembilan……………………………………………….. 50 Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh……………………………………………….. 51 Tabel 3.11 Kasus Kesebelas……………………………………………….. 51 Tabel 3.12 Kasus Kedua Belas…………………………………………….. 51 Tabel 3.13 Kasus Ketiga Belas…………………………………………….. 52 Tabel 3.14 Kasus Keempat Belas………………………………………….. 52 Tabel 3.15 Kasus Kelima Belas……………………………………………
53
Tabel 3.16 Kasus Keenam Belas…………………………………………..
53
Tabel 3.17 Kasus Ketujuh Belas……………………………………………. 54 Tabel 3.18Kasus Kedelapan Belas………………………………………….. 54
xiv
Tabel 3.19 Kasus KesembilanBelas………………………………………… 55 Tabel 3.20 Kasus Keduapuluh……………………………………………… 55 Tabel 3.21 Kasus Keduapuluh Satu………………………………………… 55 Tabel 3.22 Kasus Keduapuluh Dua………………………………………… 56 Tabel 3.23 Kasus Keduapuluh Tiga………………………………………..
56
Tabel 3.24 Kasus Keduapuluh Empat …………………………………….. 57 Tabel 3.25 Kasus Keduapuluh Lima ………………………… ..………….. 57 Tabel 3.26 Kasus Keduapuluh Enam ……………………………………… 58 Tabel 3.27 Kasus Keduapuluh Tujuh ………………………………………. 58 Tabel 3.28 Kasus Keduapuluh Delapan ……………………………………. 59 Tabel 3.29 Kasus Keduapuluh Sembilan ………………………………….. 59 Tabel 3.30 Kasus Ketigapuluh ..……………………………………………. 60 Tabel 4.1 Skenario Pengujian …………………………………………… ..
88
Tabel 4.2 Hasil Pengujian …………………………………………………. 89
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan ketelitian angka dapat terpenuhi. Setidaknya terdapat 2 (dua) buah keuntungan yang mendasar mengenai sistem komputerisasi ini, yaitu pertama akurasi data. Akurasi data dalam pencatatan secara manual, besar kemungkinan terjadinya kesalahan akibat kelalaian manusia yang bersifat teknis. Sedangkan dengan cara komputerisasi dapat meminimalkan kesalahan tersebut bahkan dapat lebih sempurna. Kedua, ketepatan dan kecepatan dalam proses teknik pemasukan data. Disisi lain bila terjadi kesalahan, proses perbaikan dan koreksi data lebih cepat.
2
Penulis berkeinginan untuk membuat sebuah Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam yang dapat memecahkan persoalan dengan cepat dan akurat. Sehingga dengan diterapkannya sistem perhitungan harta warisan tersebut dengan aplikasi komputer, maka tidak hanya para ahli ilmu waris saja yang mengetahui tentang proses hasil perhitungan harta warisan, namun bagi kalangan awampun dapat juga melakukan perhitungan harta warisan yang tentunya orang tersebut mempunyai pengetahuan dasar tentang operasional komputer. .Dalam pelaksanaannnya program ini dirancang dan dibuat dengan bantuan bahasa pemrograman PHPTriad.
1.2 Tujuan Penulisan Tujuan perancangan Aplikasi Perhitungan Harta Waris Menurut Hukum Islam adalah untuk membuat suatu aplikasi yang dapat mempermudah perhitungan pembagian harta warisan. Aplikasi perhitungan harta waris menurut hukum islam ini dapat juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai media pembelajaran dan aplikasi ini juga dapat digunakan pada lembaga pengambil keputusan tentang harta warisan seperti Lembaga Peradilan Agama.
1.3 Ruang Lingkup Dalam
penyusunan
skripsi
ini,
penulis
membatasi
ruang
lingkup
permasalahan pada menerapkan ilmu faraidh ke dalam aplikasi komputer dengan batasan sebagai berikut: 1. Proses
perhitungan
harta
warisan
berdasarkan
hukum
islam
menginformasikan jumlah bagian pihak-pihak ahli waris dengan batasan:
dengan
3
a. Hierarki ke atas adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu Kakek/Nenek (Orang Tua) b. Hierarki ke bawah adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal Cucu (keturunan) c. Hierarki ke samping adalah 2 (dua) tingkat dari pihak yang meninggal yaitu Saudara/Paman 2. Dalam hal pembagian harta warisan ini penulis lebih mengacu pada petunjuk/paham para Ulama, Sahabat Nabi, Nabi Muhammad, dan ketentuan pokok yang sudah ditentukan dalam Al-Quran dan Hadits. Diantara rujukan atau acuan dari Ulama dan Sahabat Nabi Muhammad SAW adalah: a. Masalah Al-Gharawain, yaitu ketentuan pembagian harta warisan jika ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami/istri, merujuk kepada pendapat Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. b. Masalah Musyarokah/Musyarikah yaitu apabila ahli waris terdiri dari suami, ibu, saudara sekandung, dan saudara seibu, maka bagian saudara-saudara yang 1/3 dibagi diantara mereka, merujuk kepada pendapat Umar, Usman Zaid dan Imam Tsauri serta Imam Syafi’i. c. Masalah ‘Aul (kekurangan) yaitu jika jumlah harta warisan mengalami kekurangan sesuai dengan jumlah bagian yang harus diterima setelah melalui perhitungan, hal ini merujuk kepada sahabat Umar bin Khattab dengan Zaid bin Tsabit dan Abbas bin Abdul Muthalib. d. Masalah Rodd (kelebihan) yaitu kebalikan dari masalah ‘Aul yaitu dengan tetap menyertakan ahli waris suami/istri, hal ini mengacu pendapat sahabat Utsman bin Affan.
4
e. Masalah kakek dengan saudara sekandung/sebapak, yaitu dengan lebih mempertimbangkan bagian kakek lebih diuntungkan dari bagian saudara sekandung/sebapak, hal ini mengacu pendapat Ali bin Abu Thalib, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal.
1.4 Batasan Masalah Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu bagaimana mengintegrasikan konsep ilmu faraidh (ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta warisan) ke dalam bahasa pemrograman komputer sehingga dapat membantu masyarakat menyelesaikan perhitungan harta waris menurut hukum islam berdasarkan 30 contoh-contoh kasus yang terdapat dalam buku hukum waris penerbit senayan, dengan menggunakan PHP sebagai program aplikasi interface. Pada aplikasi ini tidak menggunakan database.
1.5 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini ada kegiatan utama, yaitu: 1. Metode pengumpulan data Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan sistem: a. Studi Literatur Yaitu dengan melakukan pencarian data lewat literatur misalnya bukubuku, artikel-artikel dan lain-lain. 2. Jenis dan sumber data yang digunakan
5
a. Data Sekunder Merupakan data tentang pokok-pokok ilmu faraidh yang dikumpulkan secara tidak langsung dari narasumber dimana data tersebut diperoleh dari buku-buku, artikel-artikel, laporan-laporan yang dibaca oleh penulis. 3. Metode perancangan Program Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan model Waterfall sebagai metodologi penyelesaian masalah. Model tersebut berisi rangkaian aktifitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah. Rangkaian aktifitas proses tersebut adalah penentuan dan analisis spesifikasi kebutuhan, sistem dan desain perangkat lunak, impementasi dan uji coba unit, integrasi dan uji sistem, Operasi dan pemeliharaan (Arief Hamdani, 1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall : a. Penentuan dan analisis kebutuhan b. Sistem dan desain perangkat lunak c. Implementasi dan uji coba unit d. Integrasi dan uji sistem e. Operasi dan pemeliharaan
1.6 Sistematika Penulisan BAB I
Pendahuluan Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
6
BAB II
Landasan Teori Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang harta warisan berdasarkan hukum islam, dasar-dasar pewarisan islam, para ahli waris dan bagian-bagiannya, metodologi rekayasa perangkat lunak, konsep dasar PHPTriad, dan gambaran umum tentang teori yang dipakai dalam pembuatan aplikasi ini.
BAB III
Analisis dan Perancangan Pada bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan analisa masalah, analisis kebutuhan sistem, rancangan proses implementasi, dan perancangan antarmuka
BAB IV
Implementasi dan Pengujian Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi sistem aplikasi dan prosedur aplikasi yang telah dibuat.
BAB V
Penutup Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran terhadap rancangan aplikasi yang dibuat. Kesimpulan dan saran-saran ini dibuat dari hasil pembahasan yang telah dilakukan bahwa aplikasi ini dapat digunakan secara maksimal dan efektif.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sekilas Tentang Ilmu Waris Kata warisan yang sudah populer didalam bahasa Indonesia asanya dari bahasa arab yaitu “waratsa” yang mengandung pengertian perpindahan berbagai hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup. (Drs. Muslich Maruzi : 1981). Oleh karena ilmu ini lebih banyak membicarakan hak-hak ahli waris yang telah di tentukan kadarnya secara pasti maka di kalangan fuqoha (ahli fiqh) lebih populer dengan nama faraidh yaitu “ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta warisan. Pengetahuan tentang cara perhitungan, yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris”. Ini mengandung pengertian bahwa bagian masing-masing ahli waris telah di tetapkan secara pasti oleh nash Al-Qur‟an dan hadits.
8
Harta warisan atau maurutsun kadang-kadang di artikan sama dengan harta peninggalan atau tirkah. Namun oleh kalangan ulama tirkah mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu segala apa yang di tinggalkan oleh simati, yang mencakup seluruh harta dari tanggungan yang berpautan dengan orang lain, termasuk yang digunakan untuk perawatan kematiannya, untuk pelunasan hutang-hutang dan pelaksanaan wasiatnya. Sedang maurust hanya sisa peninggalan setelah digunakan untuk membayar tanggungan-tanggungan tersebut. Sisa inilah yang kemudian dibagikan kepada ahli warisnya.
2.2 Dasar-dasar Pewarisan Islam Didalam ajaran agama Islam masalah pewarisan telah ditetapkan diantaranya didalam kitab suci al-Qur‟an surat al-ahzab ayat 6 yang artinya: “...dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada sebagian yang lain didalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin muhajirin kecuali kalau kamu ingin berbuat baik kepada saudara-saudaramu...” (Q.S. AlAhzab :6) Adapun dasar-dasar kewarisan menurut hukum islam atau yang disebut juga ashabul Mirats yaitu: 1. Qarabah Pertalian hubungan darah adalah dasar pewarisan yang utama atau sanak kerabat. Pertalian lurus keatas disebut ushul, yaitu leluhur yang menyebabkan adanya simati, termasuk ibu, bapak, kakek, nenek dan seterusnya. Pertalian lurus kebawah disebut furu’, yaitu anak keturunan dari simati, termasuk anak-anak, cucu, cicit dan
9
seterusnya. Pertalian menyamping disebut hawasyi, yaitu saudara-saudari, paman, bibi, keponakan, sepupu dan seterusnya. Ahli waris sebagai akibat hubungan kerabat, bila ditinjau dari segi bagian penerimaannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam yaitu : a. Ashabul Furudhil Nasabiyyah Yaitu golongan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian tertentu, misalnya 1/2, 1/3, dan seterusnya. b. Ashabah Nasabiyyah Yaitu golongan ahli waris yang tidak memperoleh bagian tertentu, tetapi mendapatkan sisa bagian ashabul furudh. Bila ashabul furudh tidak ada, ashobah mendapatkan seluruh harta warisan. Tetapi bila harta warisan habis dibagi oleh ashabul furudh, ashabah tidak mendapatkan apa-apa. Ada golongan yang mendapatkan ashabul furudh dan ashabah bersama-sama. c. Dzawil Arham Yaitu kerabat yang agak jauh hubungan nasabnya dengan simati. Golongan ini tidak termasuk golongan tersebut di atas. 1. Semenda (Mushoharoh) Perkawinan yang syah menurut syariat, menyebabkan adanya saling mewarisi antara suami dan istri, apabila diantara keduanya ada yang meninggal pada waktu perkawinannya masih utuh atau dianggap utuh (talak raj’i yang dalam masih iddah). Suami dan istri mendapat furudhul maqoddaroh yang telah ditetapkan oleh syara’ yakni 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8 (seperdelapan)
10
2. Wala’ Yang dimaksud dengan wala’ disini adalah kerabat menurut hukum yang timbul karena membebaskan buduk-budaknya, berarti ia telah merubah status hukum orang yang semula tidak baik bertindak menjadi bertindak baik, termasuk memiliki dan mengelola harta bendanya sendiri. Oleh karena kenyataannya tidak ada perbudakan lagi maka sudah barang tentu hak wala’ tersebut diatas tidak ada.
2.2.1 Rukun dan Syarat Kewarisan Adapun rukun atau sesuatu yang harus ada dari kewarisan ada 3 (tiga) yaitu: 1. Al-Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik haqiqi maupun mati hukini yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh hakim karena adanya beberapa pertimbangan. 2. Al-warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta warisan simati karena memilki dasar atau sebab kewarisan, seperti karena adanya hubungan nasab atau perkawinan atau hak perwalian dengan simati. 3. Mauruts, yaitu harta peninggalan simati yang sudah bersih setelah dikurangi untuk biaya wasiatnya yang tidak lebih dari 1/3 dari harta warisan. Adapun syarat-syarat kewarisan yaitu agar ahli waris berhak menerima warisan ada 3 (tiga), yaitu: 1. Matinya Muwarrits (orang yang mewariskan) Sebagai akibat kematian muwarrits ialah bahwa warisannya beralih dengan sendirinya kepada ahli warisnya degan persyaratan tertentu. 2. Hidupnya ahli waris disaat kematian muwarrits
11
Ahli waris yang akan menerima harta warisan disyaratkan ia harus benar-benar hidup pada saat muwarritsnya meninggal dunia. Persyaratan ini penting artinya terutama pada ahli waris yang mafqud (hilang tidak diketahui beritanya) dan anak yang masih dalam kandungan ibunya, apakah ketika muwarritsnya meninggal dunia dia sudah hidup didalm kandungan muwarrits atau belum. 3. Tidak adanya penghalang-penghalang mewarisi Ahli waris yang akan menerima warisan harus diteliti dahulu apakah dia ada yang menggugurkan haknya yang berupa salah satu dari “mawani’il irsyi” yakni perbudakan, pembunuhan, berbeda agama.
2.2.2 Hal-Hal Yang Menggugurkan Hak Mewarisi Mawani’il irsyi atau penghalang hak mewarisi adalah hal-hal yang dapat menggugurkan hak ahli waris untuk mewarisi harta warisan pewarisnya, ada tiga macam, yaitu: 1. Pembunuhan Para ulama sepakat pendapatnya bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap pewarisnya. 2. Berlainan agama Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani’il irsyi adalah hadits Rasul yang berbunyi “orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang muslim”. Yang dimaksud kafir adalah berlainan agama.
12
3. Perbudakan Seorang budak statusnya tidak bisa menjadi ahli waris, karena dipandang tidak baik mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya. Bahkan ada yang memandang budak statusnya sebagai harta milik tuannya. Dan ia juga tidak dapat mewariskan harta peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.
2.2.3 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi Harta peninggalan seseorang yang mati sebelum di bagikan kepada ahli warisnya, terlebih dahulu harus dibersihkan dari keperluan tertentu yaitu: 1. Biaya perawatan jenazah (tahjiz) Biaya-biaya yang diperlukan untuk perawatan jenazah mulai dari saat meninggalnya sampai penguburannya seperti biaya untuk memandikan, kafan, mengusung dan menguburkannya diambilkan dari harta peninggalan simati. 2. Hak-hak yang terkait dengan harta waris Termasuk dalam hak-hak ini adalah hutang yang digadaikan, diyah jinayah (denda tindakan kriminal) seorang budak, dan zakat yang diwajibkan pada harta benda sebelum menjadi tirkah 3. Pelunasan hutang-hutang simati Pelunasan hutang-hutang simati yang belum sempat dibayar sampai saat meninggalnya, maka harta peninggalannya harus digunakan untuk melunasi hutang-hutangnya. Hutang harus segera dibayar setelah selesai biaya tahjiz
13
4. Pelaksanaan wasiatnya Yang dimaksud wasiat disini adalah pemberian sesuatu secara kebaikan yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah sipemberi meninggal dunia. Sesuatu itu berupa harta atau manfaat yang diambilkan dari harta peninggalannya setelah tahjiz selesai dan hutang-hutangnya dilunasi. Pelaksanaan wasiat tersebut jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3 hartanya, meskipun barangkali simati menghendaki lebih dari itu.
2.3 Para ahli waris dan bagian-bagiannya 2.3.1 Para ahli waris Para ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan orang yang meninggal dunia. Tetapi tidak seluruh ahli waris yang ada menerima harta warisan sebab para ahli waris yang lebih dekat kepada simati, dan ada yang lebih jauh. Para ahli waris jumlahnya ada 25 orang. Lima belas laki-laki dan sepuluh orang perempuan Lima belas orang ahli waris laki-laki urutannya adalah sebagai berikut: 1. Anak laki-laki 2. Bapak 3. Suami 4. Cucu laki-laki 5. Kakek 6. Saudara laki-laki sekandung 7. Saudara laki-laki sebapak 8. Saudara laki-laki seibu
14
9. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) sekandung 10. Anak laki-laki dari saudara (keponakan) seayah 11. Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung 12. Saudara laki-laki bapak (paman) sebapak 13. Sepupu (misan) laki-laki sekandung, yaitu anak laki-laki paman yang sekandung 14. Sepupu (misan) laiki-laki sekandung yaitu anak laki-laki paman yang sebapak 15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak Jika ahli waris yang tersebut diatas semuanya ada, yang mendapat warisan dari mereka hanya tiga saja, yaitu: 1. Anak laki-laki 2. Bapak 3. Suami Ahli waris perempuan jumlahnya ada sepuluh orang, dengan urutan sebagai berikut: 1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan dari garis anak laki-laki 3. Ibu 4. Istri 5. Saudara perempuan sekandung 6. Nenek dari garis ibu 7. Nenek dari garis bapak 8. Saudara perempuan sebapak 9. Saudara perempuan seibu 10. Orang perempuan yang memerdekakan budak
15
Jika ahli waris perempuan yang tersebut diatas semuanyaada, maka yang mendapatkan warisan dari mereka hanya lima orang, yaitu: 1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan 3. Istri 4. Ibu 5. Saudara perempuan sekandung Dan jika seluruh ahli waris yang jumlahnya 25 orang semuanya ada, maka hanya lima orang saja yang mendapat bagian sebagai ahli waris utama, yaitu: 1. Suami/Istri 2. Anak lelaki 3. Anak perempuan 4. Bapak 5. Ibu
2.3.2 Hijab dan Mahjub Hijab artinya dinding atau penutup atau penghalang bagi ahli waris yang semestinya mendapat bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian warisan menjadi tidak mendapat atau berkurang dari bagian yang semestinya, karena masih ada ahli waris yang lebih dekat pertaliannya dengan orang yang meninggal itu. Orang yang menjadi penghalang disebut hajib, yaitu ahli waris yang lebih dekat dengan simati daripada yang terhalang. Orang yang menjadi terhalang di sebut nahjab.
16
Hijab ada 2 (dua) macam, yaitu: 1. Hijab Nuqson Yaitu dinding yang mengurangi bagian ahli waris tertentu, karena ada ahli waris yang lain. Misalnya: bagian suami menjadi berkurang karena ada anak. Suami berhak mendapat bagian 1/2 harta almarhum istrinya, tetapi karena ada anak yang ditinggalkan bagian suami hanya 1/4 saja. 2. Hijab Hirman Yaitu dinding yang menyebabkan seseorang ahli waris tidak mendapat bagian sama sekali karena ada ahli waris yang lebih dekat. Misalnya: cucu laki-laki tidak mendapat bagian sama sekali selama masih ada anak laki-laki. Ahli waris yang menjadi mahjub karena adanya hijab hirman adalah: 1. Kakek mahjub oleh bapak 2. Nenek garis ibu, mahjub oleh ibu Nenek garis bapak, mahjub oleh ibu dan juga bapak 3. Cucu laki-laki mahjub oleh anak laki-laki Cucu perempuan mahjub oleh anak laki-laki dan oleh anak perempuan lebih dari seorang (jika tidak bersama cucu laki-laki) 4. Saudara kandung (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak 5. Saudara sebapak (laki-laki atau perempuan) mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki
17
c. Bapak d. Saudara kandung laki-laki e. Saudara sekandung perempuan beserta anak atau cucu perempuan 6. Saudara seibu (lak-laki atau perempuan) mahjub oleh: a. Anak (laki-laki atau perempuan) b. Cucu (laki-laki atau perempuan) c. Bapak d. Kakek 7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Paman e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir 8. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Paman e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak
18
g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir 9. Paman sekandung mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Kakek e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak g. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir 10. Paman sebapak mahjub oleh: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Kakek e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak g. Anak laki-laki saudara sekandung h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak i. Paman sekandung (dengan bapak) j. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir 11. Anak laki-laki dari paman sekandung mahjub oleh:
19
a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Kakek e. Saudara laki-laki sekandung f. Saudara laki-laki sebapak g. Anak laki-laki saudara sekandung h. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak i. Paman sekandung j. Paman sebapak k. Saudara perempuan sekandung atau sebapak yang menjadi ashobah ma’al ghoir 12. Anak laki-laki dari paman sebapak mahjub oleh: Sebelas orang tersebut diatas ditambah dengan anak laki-laki dari paman sekandung
2.3.3
Ahli Waris Yang Menjadi Ashobah Ashobah menurut pengertian adalah ahli waris yang berhak menerima harta
warisan sisa dengan tidak ditentukan bagiannya. Dengan demikian ia mungkin dapat menerima seluruh harta warisan bila tidak ada ahli waris lainnya atau mungkin hanya sisanya atau tidak mendapat sama sekali karena harta benda telah habis dibagikan oleh ashabul furudh.
20
Ashobah ada 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Ashobah binafsihi Yaitu orang yang karena dirinya sendiri berhak menerima warisan selaku ashobah, terdiri dari 14 (empat belas) orang, yaitu: a. Anak laki-laki b. Cucu laki-laki c. Bapak d. Kakek (dari pihak bapak) e. Saudara laki-laki sekandund f. Saudara laki-laki sebapak g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak i. Paman yang sekandung dengan bapak j. Anak laki-laki dari paman yang sekandung k. Anak laki-laki dari paman sekandung l. Anak laki-laki dari paman sebapak m. Mu’tiq atau mu’tiqoh (orang yang memerdekakan hamba) n. Ashobah dari mu’tiq atau mu’tiqoh 2. Ashobah bilghoiri Yaitu orang yang menjadi ashobah beserta orang lain yang telah menjdi ashobah. Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah. Kalau orang lain tidak ada maka ia tidak menjadi ashobah, melainkan menjadi ashabul furudh biasa, diantaranya: a. Anak perempuan beserta anak laki-laki
21
b. Cucu perempuan beserta cucu laki-laki c. Saudara perempuan sekandung beserta saudara laki-laki sekandung 3. Ashobah ma’al ghoiri Yaitu orang yang menjadi ashobah disebabkan ada orang lain yang bukan ashobah. Orang lain tersebut tidak ikut menjadi ashobah. Tetapi kalau orang lain tadi tidak ada, maka ia menjadi ashabul furudh biasa, yaitu: a. Saudara perempuan sekandung Apabila ada ahli waris perempuan sekandung bersamaan dengan anak perempuan atau cucu perempuan, maka saudara perempuan sekandung tadi menjadi ashobah ma’al ghoir. Sesudah ahli warislain mengambil bagian masing-masing, sisanya menjadi bagian saudara perempuan tersebut. b. Saudara perempuan sebapak Apabila ada ahli waris saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih) bersamaan dengan anak perempuan atau bersamaan dengan cucu perempuan maka saudara perempuan sebapak menjadi ashobah ma’al ghoir.
2.3.4 Bagian Masing-Masing Ahli Waris 1. Anak kandung bagiannya adalah: a. 1/2, jika anak perempuan sendirian tanpa laki-laki b. 2/3, jika anak perempuan 2 atau lebih dan tidak ada anak laki-laki c. Ashobah, jika ada anak laki-laki
Jika anak laki-laki lebih dari seorang maka seluruh ashobah dibagi rata diantara mereka.
22
Jika anak laki-laki lebih dari seorang dan anak perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian untuk seorang laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan
2. Cucu bagiannya sebagai berikut: a. 1/2 , jika cucu perempuan sendirian tanpa cucu laki-laki b. 2/3, jika cucu perempuan 2 orang atau lebih dan tidak ada cucu laki-laki c. 1/6, jika cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan (sebagai penyempurnaan jumlah bagian 1/2), tanpa cucu laki-laki. Jika bersamaan dengan dua orang anak perempuan maka cucu perempuan tidak mendapat bagian. d. Ashobah, jika ada cucu laki-lakinya
Jika cucu laki-laki sendirian maka ia mendapat bagian ashobah seluruhnya
Jika cucu laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi rata diantara mereka
Jika ada cucu laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang cucu laki-laki sama dengan bagian dua orang cucu perempuan
3. Suami dan istri Bagian suami adalah: a. 1/2, jika tidak ada anak atau cucu b. 1/4, jika ada anak atau cucu Bagian istri adalah: a. 1/4, jika tidak ada anak atau cucu
23
b. 1/8, jika ada anak atau cucu 4. Bapak dan ibu Bagian bapak adalah: a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada anak laki-laki c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu Bagian Ibu adalah: a. 1/6, jika ada anak atau cucu b. 1/6, jika ada saudara lebih dari seoarang c. 1/3, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang Bagian bapak bersama ibu adalah: a. Masing-masing 1/6, jika ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang b. Ibu 1/3 dan bapak ashobah, jika tidak ada anak atau cucu atau saudara lebih dari seorang c. Merupakan kekecualian dan ketentuan utama, yaitu apabila ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami atau istri, dalam hal ini setelah di kurangi oleh bagian suami 1/2 atau bagian istri 1/4, maka ibu mendapat bagian 1/3 dari sisa dan bapak 2/3 dari sisa, masalah ini dinamakan al-gharawain artinya dua yang sangat terang. 5. Saudara sekandung Jika tidak mahjub, maka bagian saudara sekandung adalah: a. 1/2, jika saudara sekandung sendirian tanpa saudara sekandung laki-laki
24
b. 2/3, jika saudara sekandung perempuan 2 orang atau lebih tanpa ada saudara sekandung laki-laki c. Ashobah, jika ada saudara sekandung laki-laki. Jika saudara sekandung lakilaki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah
Jika saudara sekandung laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka
Jika ada saudara sekandung laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah, dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara laki-laki sekandung sama dengan bagian dua orang saudara perempuan sekandung.
6. Saudara sebapak Kedudukan saudara sebapak adalah dibawah kedudukan saudara sekandung (sebagaimana kedudukan cucu dibawah anak, sehingga bagiannyapun serupa), yaitu jika tidak mahjub: a. 1/2, jika saudara sebapak perempuan sendirian tanpa saudara sebapak lakilaki b. 2/3, jika saudara sebapak perempuan dua orang atau lebih tanpa ada saudara sebapak laki-laki c. Ashobah, jika ada saudara sebapak laki-laki. Jika saudara sebapak laki-laki sendirian maka ia menerima seluruh bagian ashobah
Jika saudara sebapak laki-laki lebih dari seorang maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka
Jika saudara sebapak laki-laki dan perempuan maka bagian seluruh ashobah dibagi diantara mereka dengan ketentuan bagian seorang saudara
25
sebapak laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan sebapak d. Saudara sebapak permpuan menjadi ashobah ma’al ghoir jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa laki-laki e. Saudara sebapak perempuan (tanpa ada yang laki-laki) mendapat 1/6, jika ada seorang saudara sekandung perempuan (tanpa ada yang laki-laki). Ini dimaksud sebagai pelengkap mencapai bagian 2/3 sebagaimana cucu perempuan bersama dengan seorang anak perempuan. Jika saudara perempuan lebih dari seorang maka saudara perempuan sebapak tidak mendapat bagian 7. Saudara seibu Saudara seibu yang laki-laki maupun yang perempuan kedudukan dan bagiannya sama saja. Kalau tidak mahjub saudara seibu mendapat: a. 1/6, jika hanya seorang b. 1/3, jika ada dua orang atau lebih c. Merupakan pengecualian apabila ahli warisnya terdiri dari suami, ibu, saudara sekandung dan saudara seibu, maka bagian suami 1/3, ibu 1/6 dan sisa (1/3). Menurut sahabat Umar dan sebagian fuqoha sisa tersebut dibagi rata diantara saudara-saudara tersebut. 8. Kakek dan Nenek Bagian kakek jika tidak mahjub oleh bapak adalah: a. 1/6, jika ada anak laki-laki atau cucu laki-laki b. 1/6 + ashobah, jika ada anak perempuan atau cucu perempuan tanpa ada nak laki-laki
26
c. Ashobah, jika tidak ada anak atau cucu d. Merupakan pengecualian dalam masalah muqosamah dengan saudara sekandung atau sebapak
Adapun bagian nenek apabila tidak mahjub adalah: a. 1/6, jika nenek seorang diri b. 1/6 dibagi rata, apabila nenek lebih dari seorang dan sederajat kedudukannya 9. Anak-anak saudara (keponakan laki-laki), paman-paman dan anak-anak paman (saudara sepupu laki-laki) sekandung maupun sebapak sampai jauh keatas mendapatkan ashobah jika tidak termahjub atau terhalang.
2.3.5 Masalah ‘Aul dan Rodd 2.3.5.1 Masalah ‘Aul ‘Aul maksudnya meningkatkan (membesarkan) angka asal masalah sehingga menjadi sama dengan jumlah angka pembilang dari bagian-bagian ahli waris yang ada. Masalah ‘aul terpaksa dilakukan dalam keadaan dimana jumlah bagian yang harus diterima oleh para ahli waris adalah lebih banyak daripada jumlah harta warisan yang ada.
2.3.5.2 Masalah Radd Masalah Radd adalah kebalikan dari masalah ‘aul yaitu terjadi dalam keadaan dimana jumlah semua bagian ahli waris ternyata lebih sedikit daripada jumlah harta warisan yang ada (harta warisan lebih banya daripada jumlah bagian-bagian ahli
27
waris). Sisa harta harus dikembalikan kepada ahli waris sehingga harta warisan menjadi habis tak tersisa. Antara permasalahan ‘aul dan radd mempunyai penyelesaian yang sama yaitu semua bagian ahli waris jika dijumlahkan harus sama dengan jumlah harta warisan. Jika tidak sama (kurang atau lebih) maka dengan menambah bilangan angka asal masalah menjadi sama seperti jumlah bilangan pembilang dari bagian-bagian ahli waris.
2.3.6
Kakek bersama saudara Dikemukakan oleh Ali bin Abi Tholib, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Imam
Syafi‟i, Imam Malik, Imam Hambal bahwa kakek tidak dapat menghijab saudara sekandung atau sebapak, karena statusnya dianggap setaraf dengan saudara-saudara tersebut, alasannya: a. Kakek adalah cabang atas dari bapak dan saudara-saudara adalah cabang dari bawah bapak. Jadi kedudukannya setaraf dari ayah. b. Tidak ada nash maupun „ijma yang menetapkan bahwa saudara-saudara sekandung atau sebapak terhijab oleh kakek. Sedangkan hak mereka telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Oleh karena itu, Zaid bin Tsabit telah menempatkan
cucu
laki-laki
sebagaimana
anak
laki-laki,
tetapi
tidak
menempatkan kakek sebagaimana bapak. Untuk itu beberapa rumusan tentang bagian kakek bersama saudara yaitu: 1. Apabila ahli waris hanya terdiri dari kakek dan saudara sekandung atau sebapak (tanpa ada ahli waris lain) maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan daripada:
28
a. Kakek diberi 1/3 dari jumlah warisan b. Kakek diberi bagian sama (muqosamah) dengan saudara-saudara. 2. Apabila ahli waris terdiri dari kakek, saudara-saudara sekandung atau sebapak, dan lain-lain ahli waris selain bapak, maka kakek diberi bagian yang lebih menguntungkan daripada tiga macam pembagian dibawah ini: a. Diberikan kepada kakek 1/6 bagian dari jumlah seluruh harta warisan b. Diberikan kepada kakek 1/3 dari sisa setelah dibagikan kepada ahli waris lain selain bukan saudara c. Atau sisa tersebut dibagikan sama antara kakek dengan saudara sekandung atau sebapak.
2.4 Metodologi Rekayasa Perangkat Lunak Pemodelan dalam perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di bagian awal dari rekayasa, dan pemodelan ini akan mempengaruhi pekerjaanpekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak tersebut. Model proses perangkat lunak masih menjadi objek penelitian, namun pada saat ini terdapat banyak model umum atau paradigma yang berbeda dari pengembangan perangkat lunak. Salah satu model yang digunakan dalam pengembangan rekayasa lunak adalah model Waterfall. Pendekatan model Waterfall berisi rangkaian aktivitas proses yang disajikan dalam proses yang terpisah, seperti spesifikasi kebutuhan, implementasi desain perangkat lunak, uji coba dan sebaganya. Setelah setiap langkah didefinisikan, pengembangan dilanjutkan pada langkah berikutnya (Arief Hamdani, 1999:1). Berikut di bawah ini rangkaian aktivitas proses dalam model Waterfall : a. Penentuan dan analisis kebutuhan
29
Dalam pelayanan sistem, pembatasan masalah dan hasil tidak bisa dihindari dari konsultasi dengan pengguna sistem. Mereka mendefinisikan cara apa yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yaitu pengguna dan staf pengembang untuk menghasilkan perangkat lunak yang diinginkan. b. Sistem dan desain perangkat lunak Proses desain sistem membagi kebutuhan-kebutuhan menjadi sistem perangkat lunak atau perangkat keras. Proses tersebut menghasilkan sebuah arsitektur sistem keseluruhan. Desain perangkat lunak termasuk menghasilkan fungsi sistem perangkat lunak dalam bentuk yang mungkin diubah ke dalam satu atau lebih program yang dapat dijalankan. c. Implementasi dan uji coba unit Selama tahap ini desain perangkat lunak disadari sebagai sebuah program lengkap atau unit program. Uji unit termasuk pengujian bahwa setiap unit sesuai spesifikasi. d. Integrasi dan uji sistem Unit
individual
program
atau
program-program
yang
digabungkan
(diintegrasikan) dan pengujian dengan sistem komplit untuk memastikan bahwa perangkat lunak telah dilakukan, kemudian sistem perangkat lunak dikirim ke pengguna. e. Operasi dan pemeliharaan Biasanya operasi ini adalah fase putaran pengujian yang cukup lama. Sistem dipasang dan digunakan. Pemeliharaan meliputi pengoreksian kesalahan yang yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru ditemukan. Masalah
30
yang ada dalam penggunaann model Waterfall ini adalah partisi yang tidak dapat diubah dari proyek ke tingkat yang berbeda. Pengiriman sistem terkadang tidak dapat dipaksakan. Meskipun begitu, model Waterfall ini menggambarkan teknis yang praktis. Untuk lebih jelas, berikut di bawah ini Gambar 2.1 model Waterfall.
Requirements definition System and software design Implementation and unit testing Integration and system testing Operation and maintenance
Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1) Gambar 2.1 Model Waterfall (Hamdani, 1999:1)
2.5 Unified Modelling Language Menurut Fowler (2005:1) Unified Modelling Language (selanjutnya disebut UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek. Selain itu UML juga dapat diartikan sebagai sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak Dharwiyanti dan Wahono (2003:2). UML menawarkan sebuah standar untuk merancang model sebuah sistem.
31
Dengan menggunakan UML kita dapat membuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa berorientasi objek. Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan sintaksis (syntax) atau semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan sintaksis (syntax) UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. UML terdiri atas 13 jenis diagram resmi seperti tertulis dalam Tabel 2.1
Tabel 2.1 Jenis diagram resmi UML No. 1. 2. 3. 4.
8. 9. 10. 11. 12.
Diagram Activity Class Communication Component Composite structure Deployment Interaction overview Object Package Sequence State machihne Timing
13.
Use case
5. 6. 7.
Kegunaan Behavior prosedural dan parallel Class, fitur, dan hubungan-hubungan Interaksi antar objek; penekanan pada jalur Struktur dan koneksi komponen Dekomposisi runtime sebuah class Pemindahan artifak ke node Campuran sequence dan activity diagram Contoh konfigurasi dari contoh-contoh Struktur hirarki compile-time Interaksi antar objek; penekanan pada sequence Bagaimana even mengubah objek selama aktif Interaksi antar objek; penekanan pada timing Bagaimana pengguna berinteraksi dengan sebuah sistem
Dalam laporan tugas akhir ini, diagram UML yang akan dibahas adalah diagram use case, diagram sequence, dan diagram aktifitas.
32
2.5.1
Diagram Use Case Menurut Suhendar dan Gunadi (2002:49) diagram Use Case adalah
menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada di luar sistem (actor) diagram ini menunjukkan fungsionalitas suatu sistem atau kelas dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar. Diagram use case dapat digunakan selama proses analisis untuk menangkap requirements sistem dan untuk memahami bagaimana sistem seharusnya bekerja. Selama tahap desain, diagram use case menetapkan perilaku (behavior) sistem saat diimplementasikan. Dalam sebuah model mungkin terdapat satu atau bebrapa use case diagram. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan use case (lihat tabel 2.2) Tabel 2.2 Notasi pemodelan diagram use case Notasi
Keterangan Aktor merupakan sebuah peran yang dimainkan seorang pengguna dalam kaitannya dengan sistem Use case adalah rangkaian/uraian sekelompok yang saling terkait dan membentuk sistem secara teratur yang dilakukan atau diawasi oleh sebuah aktor. use case digunakan untuk membentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah model serta di realisasikan oleh sebuah collaboration. Generalization adalah menggambarkan hubungan khusus dalam obyek anak/child yang menggantikan obyek parent / induk Dependency adalah hubungan semantik antara dua benda/things yang mana sebuah benda berubah mengakibatkan benda satunya akan berubah pula.
33
Realization merupakan hubungan semantik antara pengelompokkan yang menjamin adanya ikatan diantaranya. Hubungan ini dapat diwujudkan diantara interface dan kelas atau elements.
2.5.2
Diagram Sequence Menurut Fowler (2005:81) sebuah diagram sequence secara khusus
menjabarkan aktivitas sebuah skenario tunggal. Diagram tersebut menunjukkan sejumlah objek contoh dan pesan-pesan yang melewati objek-objek di dalam use case diagram. Diagram Sequence menunjukkan interaksi dengan menampilkan setiap partisipan dengan garis alir secara vertikal dan pengurutan pesan dari atas ke bawah. Diagram Sequence biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah kejadian (event) untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Pesan digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Notasi-notasi yang digunakan dalam pemodelan sequence diagram (lihat tabel 2.3) Tabel 2.3 Notasi pemodelan diagram sequence Notasi
Keterangan Aktor merupakan sebuah peran yang dimainkan seorang pengguna dalam kaitannya dengan system Activation menggambarkan waktu yang dibutuhkan suatu objek untuk menyelesaikan suatu aktifitas.
34
Kelas boundary adalah yang memodelkan interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem. Kelas kontrol digunakan untuk memodelkan “perilaku mengatur”, khusus untuk satu atau beberapa use case saja. Kelas entitas mememodelkan informasi yang harus disimpan oleh sistem Lifeline digambarkan dengan garis putus-putus, yang menggambarkan bahwa hadirnya objek terhadap waktu Aliran pesan digambarkan dengan tanda panah, yang menggambarkan komunikasi antar objek
2.5.3
Pemodelan Diagram Aktifitas Diagram aktifitas adalah teknik untuk mendeskripsikan logika prosedural,
proses bisnis dan aliran kerja dalam banyak kasus. Diagram aktifitas mempunyai peran seperti halnya diagram alur (flowchart), akan tetapi perbedaannya dengan flowchart adalah diagram aktifitas bisa mendukung perilaku paralel sedangkan flowchart tidak bisa. Berikut pada Tabel 2.4 adalah simbol-simbol yang sering digunakan pada saat pembuatan diagram aktifitas.
Tabel 2.4 Simbol-simbol pada activity diagram No Simbol Keterangan 1
Titik awal
2
Titik akhir
35
3
Activity
4
Pilihan untuk pengambilan keputusan
5
Fork; digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dilakukan secara paralel atau untuk menggabungkan dua kegiatan paralel menjadi satu
6
Rake; menunjukkan adanya dekomposisi
7
Tanda waktu
8
Tanda pengiriman
9
Tanda penerimaan
10
Aliran akhir (flow final)
2.5.4
Class Diagram Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class
menggambarkan
keadaan
(atribut/properti)
suatu
sistem,
sekaligus
menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram juga menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti isi, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain (Dharwiyanti dan Wahono, 2003:5). Class memiliki tiga area pokok : 1. Nama (dan stereotype) 2. Atribut 3. Metoda Atribut dan metoda dapat memiliki salah satu sifat berikut :
36
1.
Private, tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan.
2.
Protected, hanya dapat dipanggil oleh class yang bersangkutan dan anak-anak yang mewarisinya.
3. Public, dapat dipanggil oleh siapa saja. Setiap class memiliki hubungan dengan class yang lainnya. Hubungan antar class tersebut antara lain: 1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antar class. Umumnya menggambarkan class yang memilikiatribut berupa class lain, atau class yang harus mengetahui eksistensi class lain. Panah navigability menunjukkan arah query antar class. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas..”). 3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarkis antar class. Class dapat diturunkan dari class lain danmewarisi semua atribut dan metoda class asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga ia disebut anak dari class yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi. 4. Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan (message) yang di-passing dari satu class kepada class lain.
2.6 Interaksi Manusia dan Komputer Berdasarkan pendapat Schneiderman [8], Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) atau Human Computer Interaction (HCI) adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena-fenomena besar yang berhubungan dengannya. Jadi dapat dikatakan bahwa interaksi manusia dan komputer dititik beratkan pada perancangan dan evaluasi antarmuka pemakai (user
37
interface). Antarmuka pemakai adalah bagian sistem komputer yang memungkinkan manusia berinteraksi dengan komputer. Ada tiga kategori pedoman desain HCI, yaitu: (Pressman: 2002:471-474) 1. Interaksi umum. Pedoman interaksi umum diantaranya meliputi: a. Konsisten: Gunakan format yang konsisten untuk misalnya pada pemilihan menu, masukan perintah, tampilan data. b. Mintalah verifikasi terhadap sembarang aksi destruktif yang siginifikan. Misal berikan pertanyaan kepada pemakai ketika ia meminta penghapusan file. c. Ijinkan kemudahan pembatalan sebagian besar aksi. d. Kurangi jumlah informasi yang harus diingat di antara aksi-aksi. e. Usahakan adanya efisiensi dalam dialog, gerakan, dan pemikiran. f. Memaafkan kesalahan: Sistem harus melindungi dirinya sendiri dari kesalahan yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. g. Kategorikan aktivitas menurut fungsi dan atur geografi layar secara sesuai. h. Sediakan fasilitas help. 2. Tampilan informasi. Pedoman tampilan informasi diantaranya meliputi: a. Hasilkan pesan kesalahan yang berarti. b. Gunakan huruf besar dan kecil untuk membantu pemahaman. c. Jangan membanjiri pemakai dengan data, gunakan format yang representasi. 3. Input data. Pedoman-pedoman yang fokus pada input data diantaranya meliputi: a. Minimalkan jumlah aksi input yang dibutuhkan dari pemakai. b. Jagalah konsistensi di antara tampilan informasi dan input data. c. Sediakan help untuk membatu semua aksi input.
38
2.7 Pengujian Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean (Pressman, 2002:525). 2.7.1 Pengujian White Box Pengujian white box adalah metode desain test case yang menggambarkan struktur kontrol desain prosedural untuk memperpoleh test case. Dengan menggunakan merode pengujian white box, perekayasa sistem dapat melakukan test case yang: (Pressman, 2002:533) 1. memberikan jaminan bahwa semua jalur yang independ pada suatu modul telah digunakan paling ridak satu kali; 2. menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false; 3. mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batasan operasional mereka; 4. menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya.
2.7.1.1 Pengujian Basis Path Pengujian basis path adalah teknik pengujian white box dimana test case yang dilakukan untuk menggunakan basis set tersebut dijamin untuk menggunakan setiap elemen statemen di dalam program paling tidak sekali selama pengujian (Pressman, 2002:534). Notasi pengujian basis path untuk representasi aliran kontrol disebut diagram alir (atau grafik program). Notasi diagram alir dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
39
case
sequence
if
while
until
Gambar 2.2. Notasi diagram aliran
Untuk menggambarkan grafik alir, perhatikan representasi desain prosedural pada Gambar 2.3 (a) dan Gambar 2.3 (b) berikut.
1
2
3
6
7
4
8
5
Gambar 2.3. (a) Bagan alir
40
1
2,3
6
7
4,5
8
9
10
11
Gambar 2.3. (b) Grafik alir
Pada Gambar 2.3(a), diagram alir digunakan untuk menggambarkan struktur kontrol program. Gambar 2.3(b). memetakan bagan alir tersebut ke dalam grafik alir. Pada Gambar 2.3(b), masing-masing lingkaran yang disebut simpul grafik alir, merepresentasikan satu atau lebih statemen prosedural. Urutan kotak proses dan permata keputusan dapat memetakan simpul tunggal. Anak panah pada grafik alir tersebut yang disebut edges atau links, merepresentasikan aliran kontrol dan analog dengan anak panah bagan alir. Area yang dibatasi oleh edge dan simpul disebut region.
2.7.1.2 Kompleksitas Siklomatis Kompleksitas siklomatis adalah mertik perangkat lunak yang memberikan pengukuran kuantitatif terhadap kompleksitas logis suatu program. (Pressman, 2002:538). Nilai kompleksitas siklomatis dihitung untuk menentukan jumlah jalur independent dalam basis set suatu program dan memberi batas atas bagi jumlah
41
pengujian yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua statemen telah dieksekusi sedikitnya satu kali. Jalur independen adalah jalur yang memulai program yang mengintroduksi sedikitnya satu rangkaian proses baru atau kondisi baru. Sebagai contoh, serangkaian jalur independen untuk grafik alir yang ditunjukkan adalah: Jalur 1: 1-11, Jalur 2: 1-2-3-4-5-10-1-11 Jalur 3: 1-2-3-6-8-9-10-1-11 Jalur 4: 1-2-3-6-7-9-10-1-11 Nilai kompleksitas siklomatis dihitung dalam salah satu dari tiga cara berikut: 1. Jumlah region grafik alir sesuai dengan kompleksitas siklomatis 2. Kompleksitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G ditentukan sebagai V(G) = E – N + 2 dimana E adalah jumlah edge grafik alir dan N adalah simpul grafik alir. 3. Komplelsitas siklomatis, V(G), untuk grafik alir G juga ditentukan sebagai V(G) = P + 1 dimana P adalah jumlah simpul presikat yang diisikan dalam grafik alir G.
2.7.2 Pengujian Black Box Pengujian black box berusahan menemukan kesalahan sebagai berikut: 1. Fungsi-fungsi yang hilang atau tidak benar 2. Kesalahan interface 3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal 4. Kesalahan kinerja 5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi
42
Salah satu bentuk pengujian black-box adalah metode Partisi ekivalensi yaitu metode pengujian black box yang membagi domain input dari suatu program ke dalam kelas data dari mana test case dapat dilakukan (Pressman, 2002:556).
2.8 Konsep Dasar PHP PHP (Hypertext Preprocessor), selanjutnya disebut PHP, dikenal sebagai bahasa scripting yang menyatu dengan tag-tag HTML (Hypertext Markup Language), dieksekusi di server, dan digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis (Azis, 2001:1). PHP termasuk dalam open source product, yang memungkinkan pengguna dapat merubah kode-kode program dan mendistribusikannya secara bebas. PHP juga diedarkan secara gratis. PHP juga dapat berjalan di berbagai web server semisal IIS, Apache, PWS, dan lain sebagainnya. Di awal Januari 2001, PHP telah dipakai lebih dari 5 juta domain diseluruh dunia, dan akan terus bertambah karena kemudahan aplikasi PHP ini dibandingkan dengan bahasa server side yang lain. Untuk informasi mengenai berapa banyak pengguna PHP saat ini kita dapat melihat di http://www.php.net/usage.php Adapun kelebihan-kelebihan dari PHP yaitu : 1. PHP diterbitkan secara gratis. 2. PHP dapat berjalan dalam web server yang berbeda dan dalam sistem operasi yang berbeda pula. PHP dapat berjalan di sistem operasi UNIX, Windows 98,NT dan Macintosh. 3. PHP mudah dibuat dan akses kecepatanya tinggi.
43
4. PHP juga dapat berjalan pada web server Microsoft Personal Web Server, Apache, IIS dan sebagainnya. 5. PHP adalah termasuk bahasa yang embedded (bisa ditempel atau ditempatkan dalam tag HTML). Untuk melakukan pemograman pada situs web dinamis, minimal dibutuhkan tiga buah program, yaitu: 1. PHP, 2. Apache sebagai web server, 3. MySQL sebagai basis data. Konsep kerja dari PHP adalah ketika seseorang mengetikkan alamat di web browser, maka browser akan mengirimkan perintah tersebut ke web server. Jika yang diminta adalah berkas (file) yang mengandung program server-side maka web server akan menjalankan terlebih dahulu program tersebut dan mengirimkannya hasilnya ke browser. Jika yang diminta adalah file HTML maka web browser akan langsung mengirimkan ke browser apa adanya (Purwanto, 2001:2).
2.8.1 Struktur Program PHP Kode program PHP menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode PHP diawali dengan tag . File yang berisi tag HTML dan kode PHP ini diberi ekstensi .php. Berdasarkan ekstensi ini, pada saat file diakses, server akan tahu bahwa file ini mengandung kode PHP. Server akan menterjemahkan kode ini dan menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk tag HTML yang dikirim ke browser client yang mengakses file tersebut (Azis, 2001:5).
44
PHP bersifat case sensitive yang artinya PHP membedakan huruf kecil dan huruf besar untuk penulisan variabel. Misalnya variabel $p beda dengan variabel $P. Sedangkan untuk penulisa fungsi-fungsi, PHP tidak membedakan huruf besar dan huruf kecil. Ada tiga cara dalam penulisan script PHP yaitu: 1. 2. 3. <SCRIPT LANGUAGE=“php”> Script PHP
Sedangkan untuk penulisan komentar program, ada tiga macam cara penulisan komentar program yang dapat digunakan, yaitu: 1. C style, komentar diawali dengan tag /* dan diakhiri */, style ini digunakan untuk komentar yang lebih dari satu baris. 2. C++ style, komentar ini diawali dengan tag // dan hanya berlaku untuk satu bari komentar, untuk baris berikutnya harus diawali dengan tag // lagi. 3. Bourne Shell style, diawali dengan tag # untuk satu baris komentar.
BAB III ANALISA DAN RANCANGAN 3.1 Analisis Seperti langkah-langkah yang dilakukan pada salah satu model proses rekayasa perangkat lunak yaitu model waterfall, maka pada bab ini akan dibahas tentang tahap-tahap dalam membangun perangkat lunak. Proses analisis merupakan salah satu tahapan yang harus dilalui rekayasa piranti lunak karena melalui analisis definisi masalah menjadi lebih jelas, kebutuhan sistem dapat dispesifikasi sehingga kriteria yang harus dipenuhi sistem dapat ditentukan supaya sistem yang dihasilkan nantinya dapat menjadi solusi dari masalah tersebut.
3.1.1 Analisa Masalah Pemanfaatan komputer semaksimal mungkin dengan menggunakan program aplikasi akan dapat memberikan hasil pengolahan data yang lebih terfokus pada objek yang sangat tergantung pada perhitungan matematis, sehingga ketepatan dan ketelitian angka dapat terpenuhi.
46
Berikut ini adalah kasus-kasus yang terkait dengan ahli waris, berikut kasuskasus yang terkait dengan ahli waris: 1. Masalah Pertama Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris laki-laki, maka yang dapat mewarisi hanyalah 3 orang, yaitu : suami, ayah, dan anak laki-laki. Sisanya dari 15 ahli waris terhalang oleh anak laki-laki dan ayah. Dalam kasus ini suami mendapatkan 1/4 dari harta waris, ayah mendapatkan 1/6 karena bersama dengan waris laki-laki, sedangkan bagian untuk anak laki-laki adalah sisa harta waris menurut bagian lunak. Asal masalah yaitu kelipatan bilangan terkecil yang dapat dibagi dengan setiap pembagian pembagian warisan tetap berdasarkan perkiraan dari para ahli waris. Pada kasus tersebut adalah 12 karena suami mendapatkan bagian 1/4 dan ayah mendapatkan bagian 1/6. Dengan demikian kelipatan bilangan terkecil yang bisa dibagi habis 1/4 dan 1/6 adalah 12. Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan tabel 3.1 pada kasus pertama. Tabel 3.1 Kasus Pertama Ahli Waris Suami Ayah Anak laki-laki
Bagian Waris 1/4 1/6 Sisa
Asal Masalah: 12 3 2 7
2. Masalah Kedua Jika seorang wanita (istri) meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli waris perempuan, maka yang dapat mewarisi harta si mayit hanya 4 orang, yaitu: ibu, anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, dan saudara perempuan sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6, yaitu ibu mendapatkan bagian 1/6, anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, cucu
47
perempuan dari anak laki-laki yang mendapatkan bagian 1/6, dan sisa harta waris dibagikan kepada saudara perempuan sekandung sebanyak 1/6. Perhatikan tabel 3.2 pada kasus kedua. Tabel 3.2 Kasus Kedua Ahli Waris Ibu Anak perempuan Cucu perempuan dari jalur laki-laki Saudara perempuan sekandung
Bagian Waris 1/6 1/2 1/6 Sisa
Asal Masalah: 6 1 3 1 1
3. Masalah Ketiga Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli waris perempuan, maka ahli waris perempuan yang dapat mewarisi hanya 5 orang, yaitu: anak perempuan mendapatkan 1/2, cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan 1/6, ibu mendapatkan 1/6, istri mendapatkan 1/8, sedangkan anak perempuan sekandung mendapatkan sisa harta secara lunak yakni 1/24. Asal masalah pada kasus ini adalah 24. Berikut adalah tabel 3.3 dari kasus ketiga tersebut. Tabel 3.3 Kasus Ketiga Ahli Waris Anak perempuan Cucu perempuan dari anak laki-laki Ibu Istri Saudara perempuan sekandung
Bagian Waris 1/2 1/6 1/6 1/8 Sisa (1/24)
Asal Masalah: 24 12 4 4 3 1
4. Masalah Keempat Jika seorang laki-laki meninggal dunia, meninggalkan seluruh golongan ahli waris laki-laki, maka yang dapat mewarisi harta peninggalannya adalah ayah dan anak laki-laki saja, selebihnya terhalang oleh kedua ahli waris tadi. Pada kasus ini, ayah mendapatkan bagian 1/6, karena asal masalah kasus ini adalah 6 maka
48
anak laki-laki mendapatkan bagian 5/6 sebagai sisa harta yang diwariskan secara lunak. Di bawah ini adalah tabel 3.4 dari kasus keempat. Tabel 3.4 Kasus Keempat Ahli Waris Ayah Anak laki-laki
Bagian Waris 1/6 Sisa
Asal Masalah: 6 1 5
5. Masalah Kelima Jika seorang istri meninggal dunia, meninggalkan ahli waris laki-laki dan perempuan, maka yang berhak mendapatkan harta peninggalan si mayit hanyalah 5 orang, yaitu ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan suami. Asal masalah pada kasus ini adalah 12, dan beralih menjadi 36 dengan perincian: ayah mendapatkan bagian 1/6, ibu mendapatkan bagian 1/6, suami mendapatkan bagian 1/4. Adapun anak laki-laki mendapatkan sisa yakni 15, anak laki-laki mendapatkan 10 dan perempuan 5. untuk lebih jelas bisa di lihat dalam tabel 3.5 dari kasus kelima. Tabel 3.5 Kasus Kelima Ahli Waris Ayah Ibu Suami Anak laki-laki Anak perempuan
Bagian Waris 1/6 1/6 1/4 Sisa Sisa
Asal Masalah: 12/3 2 2 3 5 5
Asal Masalah: 36 6 6 9 10 5
6. Masalah Keenam Jika seorang suami meninggal dunia, meninggalkan seluruh ahli waris laki-laki dan perempuan, maka ahli waris yang berhak mendapatkan harta peninggalannya hanyalah 5 orang, yaitu: ayah, ibu, istri, anak laki-laki dan anak perempuan. Asal masalah dari kasus ini adalah 24, karena bagian masing-masing untuk ayah dan
49
ibu 1/6, istri mendapatkan bagian 1/8, sedangkan sisanya dibagikan untuk anak laki-laki (2 x 13) dan untuk anak perempuan (1 x 13). Dengan demikian, jumlah yang 3 kita kalikan kepada asal masalah yang 24, hasilnya menjadi 72. Berikut adalah tabel 3.6 dari kasus keenam. Tabel 3.6 Kasus Keenam. Ahli Waris Ayah Ibu Istri Anak laki-laki Anak perempuan
Bagian Waris 1/6 1/6 1/8 Sisa Sisa
Asal Masalah: 24/3 4 4 3 13 13
Asal Masalah: 72 12 12 9 26 13
7. Masalah Ketujuh Seseorang meninggal dunia, meninggalkan anak permpuan, ibu, dan ayah, maka anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah mendapatkan bagian 1/2 secara fardh serta sisanya secara ta’shib. Berikut ini adalah tabel 3.7 dari kasus ketujuh. Tabel 3.7 Kasus Ketujuh Ahli Waris Bagian Waris Anak perempuan 1/2 Ibu 1/6 Ayah 1/6 + Sisa
Asal Masalah: 6 3 1 1 secara fardh + 1 secara ta’shib = 2
8. Masalah Kedelapan Seseorang meninggal dunia, meninggalkan 2 orang anak perempauan, ibu, dan ayah. Asal masalah dari kasus ini adalah 6. dengan demikian 2 orang anak perempuan mendapatkan bagian 2/3, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan ayah hanya mendapatkan bagian 1/6 karena memang tidak ada harta yang tersisa kecuali sebesar itu. Berikut adalah tabel 3.8 dari kasus kedelapan.
50
Tabel 3.8 Kasus Kedelapan Ahli Waris 2 orang anak perempuan Ibu Ayah
Bagian Waris 2/3 1/6 1/6
Asal Masalah: 6 4 1 1
9. Masalah Kesembilan Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, dan ayah, maka bagian untuk suami adalah 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang anak perempuan mendapat bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, dan ayah mendapatkan bagian 1/6 dengan hasil pembagian 2. Dengan demikian, asal masalah pada kasus ini adalah 12, lalu di ‘aul kan (dinaikkan) menjadi 13. Berikut adalah tabel 3.9 dari kasus kesembilan. Tabel 3.9 Kasus Kesembilan Ahli Waris Suami 2 orang anak perempuan Ayah
Bagian Waris 1/4 2/3 1/6
Asal Masalah: 12/13 3 8 2
10. Masalah Kesepuluh Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, 2 orang anak perempuan, ibu dan ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 12, kemudian di naikkan menjadi 15, yakni dinaikkan sesuai dengan bagian 1/6 ayah secara utuh. Dengan demikian, suami mendapatkan bagian 1/4 dengan hasil pembagian 3, 2 orang anak perempuan mendapatkan bagian 2/3 dengan hasil pembagian 8, ibu mendapatkan 1/6 dengan hasil pembagian 2, dan ayah mendapatkan bagian 1/6 dengan hasil pembagian 2. Berikut adalah tabel 3.10 dari kasus kesepuluh.
51
Tabel 3.10 Kasus Kesepuluh Ahli Waris Suami 2 orang anak perempuan Ibu Ayah
Bagian Waris 1/4 2/3 1/6 1/6
Asal Masalah: 12/15 3 8 2 2
11. Masalah Kesebelas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ibu, dan paman. Dalam hal ini, suami memperoleh bagian 1/2 karena suami tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit, ibu mendapat bagian 1/3, dan paman mendapatkan sisa harta waris secara lunak, yakni dengan hasil pembagian 1. Asal masalah pada kasus ini adalah 6. Berikut adalah tabel 3.11 kasus kesebelas. Tabel 3.11 Kasus Kesebelas Ahli Waris Suami Ibu Paman
Bagian Waris 1/2 1/3 Sisa
Asal Masalah: 6 3 2 1
12. Masalah Kedua Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan suami, ayah, dan saudara laki-laki sekandung, maka suami mendapatkan bagian 1/2 karena tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit (istri), ayah memperoleh sisa harta waris, sedangkan saudara laki-laki sekandung tidak mendapatkan apa-apa, karena ia terhalang oleh ayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 2. Dengan demikian, suami dan ayah masing-masing mendapatkan 1 bagian. Berikut adalah tabel 3.12 Dari kasus kedua belas. Tabel 3.12 Kasus Kedua Belas Ahli Waris Suami Ayah Saudara laki-laki sekandung
Bagian Waris 1/2 Sisa Terhalang
Asal Masalah: 2 1 1 x
52
13. Masalah Ketiga Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris seorang anak perempuan, ibu dan paman. Dalam kasus ini anak perempuan mendapt bagian 1/2, ibu mendapat bagian 1/6, dan paman mendapat sisa. Asal masalah pada kasus ini adalah 6. Berikut adalah tabel 3.13 dari kasus ketiga belas. Tabel 3.13 Kasus Ketiga Belas Ahli Waris Anak perempuan Ibu Paman
Bagian Waris 1/2 1/6 Sisa
Asal Masalah: 6 3 1 2
14. Masalah Keempat Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: istri, anak perempuan, dan ayah. Dalam kasu ini istri mendapat bagian 1/8, anak perempuan mendapat bagian 1/2, sedangkan ayah mendapat bagian 1/6 menurut bagian tetap dan sisa harta waris secara lunak. Asal masalah dari kasus ini adalah 24, dengan perincian: istri memperoleh bagian 3, anak perempuan 12, dan ayah mendapat bagian 9, 4 menurut bagian tetap dan 5 menurut bagian lunak. Berikut ini tabel 3.14 dari kasus keempat belas. Tabel 3.14 Kasus Keempat Belas Ahli Waris Istri Anak perempuan Ayah
Bagian Waris 1/8 1/2 1/6 + Sisa
Asal Masalah: 24 3 12 4+5=9
15. Masalah Kelima Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: cucu perempuan dari anak laki-laki, nenek dari ibu, dan saudara laki-laki sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6. Dengan demikian, cucu perempuan dari anak laki-laki
53
mendapat bagian 1/2, nenek dari ibu memperoleh bagian 1/6, dan saudara lakilaki sekandung mendapatkan sisa harta peninggalan sebagai lunak. Berikut adalah tabel 3.15 dari kasus kelima belas. Tabel 3.15 Kasus Kelima Belas Ahli Waris Cucu perempuan dari anak laki-laki Nenek dari ibu Saudara laki-laki sekandung
Bagian Waris 1/2 1/6 Sisa
Asal Masalah: 6 3 1 2
16. Masalah Keenam Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: cucu perempuan dari anak laki-laki, suami, dan paman. Asal masalah dalam kasus ini adalah 4. Dengan demikian, cucu perempuan dari anak laki-laki memperoleh bagian 1/2, suami mendapat bagian 1/4, sedangkan paman mendapatkan bagian sisa secara lunak. Berikut ini tabel 3.16 dari kasus keenambelas. Tabel 3.16 Kasus Keenam Belas Ahli Waris Cucu perempuan dari anak laki-laki Suami Paman
Bagian Waris 1/2 1/4 Sisa
Asal Masalah: 4 2 1 1
17. Masalah Ketujuh Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: saudara perempuan sekandung, suami, dan saudara laki-laki seayah. Asal masalah pada kasus ini adalah 2, dengan perincian: saudara perempuan sekandung mendapat bagian 1/2, suami mendapat bagian 1/2, dan saudara laki-laki seayah tidak mendapatkan warisan sedikitpun karena harta waris telah habis dibagikan kepada ash-habul furudh. Berikut adalah tabel 3.17 dari kasus ketujuh belas.
54
Tabel 3.17 Kasus Ketujuh Belas Ahli Waris Saudara perempuan sekandung Suami Saudara laki-laki seayah
Bagian Waris 1/2 1/2 x
Asal Masalah: 2 1 1 x
18. Masalah Kedelapan Belas Seseorang meninggal dunia meninggalkan ahli waris: saudara perempuan sekandung, istri, ibu, dan paman. Asal masalah dalam kasus ini adalah 12, dengan perincian: saudara perempuan sekandung memperoleh bagian 1/2, istri mendapat bagian 1/4, ibu mendapat bagian 1/3, sedangkan paman tidak mendapatkan warisan sedikitpun karena harta warisan sudah habis dibagikan kepada ash-habul furudh. Karena melihat jumlah bagian ash-habul furudh bertambah, maka asal masalah dinaikkan menjadi 13. Berikut adalah tabel 3.18 dari kasus kedelapan belas. Tabel 3.18 Kasus Kedelapan Belas Ahli Waris Saudara perempuan sekandung Istri Ibu Paman
Bagian Waris 1/2 1/4 1/3 x
Asal Masalah: 12/13 6 3 4 x
19. Masalah Kesembilan Belas Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: saudara perempuan seayah dan paman. Asal masalah dalam kasus ini adalah 2, dengan perincian: saudara perempuan seayah mendapatkan bagian 1/2, dan paman mendapatkan sisa warisan ta’shib (bagian lunak). Berikut adalah tabel 3.19 dari kasus kesembilan Belas.
55
Tabel 3.19 Kasus Kesembilan Belas Ahli Waris Bagian Waris Saudara perempuan seayah 1/2 Paman Sisa
Asal Masalah: 2 1 1
20. Masalah Keduapuluh Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: saudara perempuan seayah dan suami. Asal masalah dalam kasus ini adalah 2, dengan perincian: saudara perempuan seayah mendapat bagian 1/2, dan suami mendapatkan bagian 1/2. Berikut tabel 3.20 dari kasus keduapuluh. Tabel 3.20 Kasus Keduapuluh Ahli Waris Saudara perempuan seayah Suami
Bagian Waris 1/2 1/2
Asal Masalah: 2 1 1
21. Masalah Keduapuluh Satu Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris saudara perempuan seayah, ibu, dan anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 6, dengan perincian: saudara perempuan seayah mendapatkan bagian 1/2, ibu mendapatkan bagian 1/3, dan anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung memperoleh bagian sisa secara lunak. Berikut ini adalah tabel 3.21 dari kasus keduapuluh satu. Tabel 3.21 Kasus Keduapuluh Satu Ahli Waris
Bagian Waris
Saudara perempuan seayah Ibu Anak lelaki dari saudara laki-laki sekandung
1/2 1/3 Sisa
Asal Masalah: 6 3 2 1
56
22. Masalah Keduapuluh Dua Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: suami dan anak laki-laki. Asal masalah kasus ini adalah 4, dengan perincian: suami mendapatkan bagian 1/4, karena ia mewarisi harta peninggalan istrinya bersama dengan ahli waris keturunannya. Adapun anak laki-laki memperoleh bagian sisa warisan secara lunak. Berikut ini tabel 3.22 dari kasus keduapuluh dua. Tabel 3.22 Kasus Keduapuluh Dua Ahli Waris Suami Anak laki-laki
Bagian Waris 1/4 Sisa
Asal Masalah: 4 1 3
23. Masalah Keduapuluh Tiga Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: suami, anak perempuan, ibu, dan paman. Asal masalah ini adalah 12, dengan perincian: suami mendapatkan bagian 1/4, anak perempuan memperoleh bagian 1/2, ibu mendapatkan bagian 1/6, dan paman mendapatkan sisa warisan. Di bawah ini adalah tabel 3.23 dari kasus keduapuluh tiga. Tabel 3.23 Kasus Keduapuluh Tiga Ahli Waris Suami Anak perempuan Ibu Paman
Bagian Waris 1/4 1/2 1/6 Sisa
Asal Masalah: 12 3 6 2 1
24. Masalah Keduapuluh Empat Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: istri, saudara laki-laki sekandung, dan paman. Asal masalah dalam kasus ini adalah 4, dengan perincian: istri mendapatkan bagian 1/4 karena ia mewarisi tidak bersama-sama dengan ahli waris keturunan si mayit (suami), saudara laki-laki sekandung mendapatkan sisa
57
warisan secara lunak, sedangkan paman sama sekali tidak mendapatkan bagian dari harta peninggalan karena telah terhalang oleh saudara laki-laki sekandung. Di bawah ini tabel 3.24 dari kasus keduapuluh empat. Tabel 3.24 Kasus Keduapuluh Empat Ahli Waris Bagian Waris Istri 1/4 Saudara laki-laki sekandung Sisa Paman x
Asal Masalah: 4 1 3 x
25. Masalah Keduapuluh Lima Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: istri, ibu, dua saudara lakilaki seibu, dan seorang saudara laki-laki seayah. Asal masalah dalam kasus ini adalah 12, dengan perincian: istri mendapat bagian 1/4, ibu mendapat bagian 1/6, dua orang saudara laki-laki seibu mendapat bagian 1/3, sedangkan saudara lakilaki seayah mendapatkan bagian sisa warisan secara lunak. Berikut adalah tabel 3.25 dari kasus keduapuluh lima. Tabel 3.25 Kasus Keduapuluh Lima Ahli Waris Bagian Waris Istri 1/4 Ibu 1/6 2 orang saudara laki-laki seibu 1/3 Saudara laki-laki seayah Sisa
Asal Masalah: 12 3 2 4 3
26. Masalah Keduapuluh Enam Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: dua orang istri dan ayah. Asal masalah dalam kasus ini adalah 4, dengan perincian: 2 orang istri mendapatkan bagian 1/4 secara bersama-sama dan ayah mendapatkan sisa bagian warisan secara lunak. Di bawah ini adalah tabel 3.26 dari kasus keduapuluh enam.
58
Tabel 3.26 Kasus Keduapuluh Enam Ahli Waris Bagian Waris 2 orang istri 1/4 Ayah Sisa
Asal Masalah: 4 1 3
27. Masalah Keduapuluh Tujuh Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: empat orang istri, saudara laki-laki seayah, dan paman. Asal masalah pada kasus ini adalah 4, dengan perincian: 4 orang istri mendapatkan bagian 1/4 secara bersama-sama, saudara laki-laki seayah mendapatkan sisa warisan secara lunak, dan paman tidak mendapatkan warisan sama sekali karena ia telah di halangi oleh saudara laki-laki seayah. Berikut adalah tabel 3.27 dari kasus keduapuluh tujuh. Tabel 3.27 Kasus Keduapuluh Tujuh Ahli Waris Bagian Waris 4 orang istri 1/4 Saudara laki-laki seayah Sisa Paman x
Asal Masalah: 4 1 3 x
28. Masalah Keduapuluh Delapan Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: istri, anak laki-laki, dan anak perempuan. Asal masalah dalam kasus ini adalah 8, dengan perincian: istri mendapatkan bagian 1/8 karena terdapat ahli waris keturunan mayit, sedangkan anak laki-laki dan anak perempuan mendapatkan sisa warisan secara lunak, dengan ketentuan bagian laki-laki sebesar 2 bagian perempuan. Dengan demikian, asal masalah yang tadinya 8 di tash-hih menjadi 24. Berikut adalah tabel 3.28 dari kasus keduapuluh delapan.
59
Tabel 3.28 Kasus Keduapuluh Delapan Ahli Waris
Bagian Waris
Istri Anak perempuan Anak laki-laki
1/8 Sisa Sisa
Asal Masalah: 8/3 1 7 7
Asal Masalah: 24 3 7 14
29. Masalah Keduapuluh Sembilan Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: 2 orang istri, ayah, dan cucu laki-laki dari anak laki-laki. Asal masalah dalam kasus ini adalah 24, dengan perincian: 2 orang istri mendapatkan bagian 1/8 secara bersama-sama, ayah mendapatkan bagian 1/6, dan cucu laki-laki memperoleh sisa warisan secara lunak. Berikut adalah tabel 3.29 dari kasus keduapuluh sembilan. Tabel 3.29 Kasus Keduapuluh Sembilan Ahli Waris Bagian Waris 2 orang istri 1/8 Ayah 1/6 Cucu laki-laki dari anak lakiSisa laki
Asal Masalah: 24 3 4 17
30. Masalah Ketigapuluh Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris: 4 orang istri, ibu, anak perempuan, dan saudara laki-laki sekandung. Asal masalah dalam kasus ini adalah 24, dengan perincian: 4 orang istri mendapatkan bagian 1/8 secara bersama-sama, ibu mendapatkan bagian 1/6, anak perempuan mendapatkan bagian 1/2, dan saudara laki-laki sekandung memperoleh sisa warisan secara lunak. Berikut ini tabel 3.30 dari kasus ketigapuluh.
60
Tabel 3.30 Kasus Ketigapuluh Bagian Ahli Waris Waris 4 orang istri 1/8
Ibu Anak perempuan Saudara laki-laki sekandung
1/6 1/6 Sisa
Asal Masalah: 24/4 3
4 12 5
Asal Masalah: 96 12, setiap istri mendapatkan bagian, 3 16 48 20
3.2 Pemecahan Masalah Memperhatikan masalah tersebut, maka akan dibuat aplikasi perhitungan harta waris. Sehingga dengan diterapkannya aplikasi perhitungan harta waris tersebut dengan aplikasi komputer, maka tidak hanya para ahli ilmu waris saja yang mengetahui tentang proses hasil perhitungan harta warisan, namun bagi kalangan awampun dapat juga melakukan perhitungan harta warisan yang tentunya orang tersebut mempunyai pengetahuan dasar tentang operasional komputer. Hal yang harus menjadi prioritas adalah sedapat mungkin mengurangi kebingungan yang dihadapi oleh user. Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dimungkinkan dengan analisa yang dapat diandalkan. Analisa kebutuhan terhadap permasalahan yang ada dapat terlihat bagaimana kita dapat menampilkan informasi yang handal dalam mengambil keputusan dan menampilkan informasi yang dapat digunakan dalam menganalisa berbagai kebutuhan. Namun
dalam
aplikasi ini dirancang tidak bersifat on-line, menggunakan bahasa pemograman PHP yang memiliki kemampuan untuk dikombinasikan dengan text, HTML dan komponen-komponen lainnya untuk membuat halamam web yang menarik, dinamis, interaktif.
61
3.3 Perancangan Aplikasi Berdasarkan hasil analisa, penulis membuat sebuah aplikasi menggunakan php. Agar aplikasi ini mudah dipahami penulis membuat Pemodelan Diagram Use Case untuk menunjukan fungsionalitas suatu sistem. Pemodelan Diagram Sequence untuk menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem, Pemodelan Diagram aktifitas unutk mengurutkan aktifitas dalam suatu proses.
3.3.1
Pemodelan Diagram Use Case
Use case adalah menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada di luar sistem (actor), diagram use case juga menunjukan fugsionalitas suatu sistem atau kelas dan bagaimana sistem berinteraksi dengan dunia luar. Secara umum pemodelan use case pada aplikasi ini tidak melakukan login dan dapat dilihat pada Gambar 3.1
Melihat Menu About us
Melihat Menu Terms of Use
Melihat Menu Contact us
User
Melakukan Perhitungan waris
Melihat Menu Keterangan ilmu waris
Melihat Menu Studi kasus
Gambar 3.1 Diagram Use case aplikasi untuk user
62
Penjelasan dari masing-masing use case dari Gambar 3.1 dapat dilihat pada skenario berikut ini: 1. Nama
: Menu About Us
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu about us. 2. Nama
: Menu Terms of use
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu terms of use. 3. Nama
: Menu Contact us
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu contact us. 4. Nama
: Menu Perhitungan waris
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu perhitungan waris dan melakukan perhitungan waris. 5. Nama
: Menu Keterangan ilmu waris
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu keterangan ilmu waris.
63
6. Nama
: Menu Studi kasus
Aktor
: User (Pengguna aplikasi ilmu faroidh)
Deskripsi
:
Use Case ini memungkinkan user untuk melihat halaman menu studi kasus.
3.3.2
Class Diagram Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan
sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class
menggambarkan
keadaan
(atribut/properti)
suatu
sistem,
sekaligus
menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram untuk menjelaskan realisasi use-case dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut. Gambaran hubungan perhitungan waris <