ANTROPOMETRI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI Edited by: Suyatno, Ir. MKes E-mail :
[email protected] Hp : 08122815730 Blog : suyatno.blog.undip.ac.id
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
Pengertian ANTROPOMETRI: Yaitu: Ukuran tubuh manusia. ANTHROPO=manusia, METRIC=Ukuran
PSG - Suyatno FKM UNDIP
2
ADVANTAGES OF ANTHROPOMETRY
Objective with high specificity & sensitivity Measures many variables of nutritional significance (Ht, Wt, MAC, HC, skin fold thickness, waist & hip ratio & BMI). Readings are numerical & gradable on standard growth charts Readings are reproducible. Non-expensive & need minimal training PSG - Suyatno FKM UNDIP
3
Limitations of Anthropometry Inter-observers Limited
errors in measurement
nutritional diagnosis
Problems
with reference standards, i.e. local versus international standards.
Arbitrary
statistical cut-off levels for what considered as abnormal values. PSG - Suyatno FKM UNDIP
4
Anthropometric measurement
Known age Weight Length or height Head circumference BMI Mid arm circumference Subcut (tebal lemak bawah kulit): skinfold thickness Unknown age Wt for Ht CC:HC PSG - Suyatno FKM UNDIP
5
STATUS GIZI Status Pertumbuhan an u a an t an buh m Pe rtum pe
Pertumbuhan dari waktu ke waktu PSG - Suyatno FKM UNDIP
Penilaian Status gizi
(Status Keseimbangan Asupan dan Kebutuhan Zat Gizi)
Pencapaian Pertumbuhan Pada saat tertentu 6
Kecepatan pertumbuhan/ Pencapaian pertumbuhan
Didasarkan pada ukuran fisik tubuh (=ANTROPOMETRI)
oleh karena itu: ANTROPOMETRI digunakan sebagai INDIKATOR STATUS GIZI PSG - Suyatno FKM UNDIP
7
PENGERTIAN INDEKS ANTROPOMETRI dan kaitannya dengan INDIKATOR STATUS GIZI INDEKS ANTROPOMETRI adalah bentuk penyajian parameter antropometri (berat badan dan tinggi badan) yang dikaitkan dengan variabel UMUR atau merupakan kombinasi antara keduanya (BB/U, TB/U dan BB/TB). Indeks-indeks ini digunakan sebagai INDIKATOR STATUS GIZI karena nilai-nilainya digunakan dalam penentuan status gizi seseorang/anak.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
8
Antropometri adalah pengukuran: Variasi dimensi fisik Proporsi tubuh Komposisi kasar tubuh Pengukuran antropometri dpt dilakukan: Satu kali Secara serial PSG - Suyatno FKM UNDIP
9
Keunggulan metode antropometri: 1. Prosedur sederhana, aman, non-invasif 2. Tidak butuh tenaga ahli 3. Obyektif 4. Ekonomis 5. Mudah dimengerti awam 6. Hasil dapat digradasi dengan jelas PSG - Suyatno FKM UNDIP
10
Kelemahan metode antropometri: 1. Berpotensi terhadap kesalahan pengukuran. a. Alat, diatasi dengan peneraan berkala b. Pemeriksa (observer error) pembacaan dan pencatatan, diatasi dengan pelatihan dan quality control
2. Butuh data umur yg tepat 3. Hanya mengukur kekurangan/kelebihan
masukan energi dan/protein 4. Problem dalam pemilihan standar acuan
PSG - Suyatno FKM UNDIP
11
Pengukuran dalam antropometri: 1. Massa tubuh 2. Dimensi linier 3. Komposisi tubuh dan cadangan energi protein Pengukuran Massa Tubuh a. Mengukur berat badan b. Dapat digunakan utk mengetahui kecepatan
pertumbuhan c. Alat: timbangan Dacin, Salter, Detecto
PSG - Suyatno FKM UNDIP
12
Jenis ukuran antropometri
Ukuran linier Contoh: tinggi badan, lingkar dada, lingkar kepala Menunjukkan keadaan gizi yang diakibatkan konsumsi energi dan protein pada masa lampau
Ukuran Massa jaringan Contohnya: berat badan, LLA, tebal lemak bawah kulit Menunjukkan keadaan yang diakibatkan konsumsi energi dan protein pada masa sekarang/saat pengukuran
PSG - Suyatno FKM UNDIP
13
Pengukuran dimensi linier a. b. c. d.
Pengukuran PB, TB Panjang badan (PB) utk anak kurang 2 tahun Tinggi badan utk anak dua tahun atau lebih Alat: infantometer (panjang badan), microtoise (tinggi badan)
Komposisi tubuh a. Pengukuran lemak subkutan (skinfold), LiLA b. Alat: caliper, pita LiLA
PSG - Suyatno FKM UNDIP
14
Anthropometric Measurements
Height
Weight
PSG - Suyatno FKM UNDIP
15
Anthropometric Measurements
Head circumference
Triceps skinfold
PSG - Suyatno FKM UNDIP
16
AllMeasurement these 4 boys are techniques aged 24 months
PSG - Suyatno FKM UNDIP
17
Weight Measurement
PSG - Suyatno FKM UNDIP
18
Weight Measurement
PSG - Suyatno FKM UNDIP
19
Length Measurement
PSG - Suyatno FKM UNDIP
20
PSG - Suyatno FKM UNDIP
21
Height Measurement
PSG - Suyatno FKM UNDIP
22
Height Measurement
PSG - Suyatno FKM UNDIP
23
PSG - Suyatno FKM UNDIP
24
KESALAHAN PENGGUNAAN ANGKA ABSOLUT BERAT BADAN UNTUK PENILAIAN PERTUMBUHAN Umur (bl) BB (kg) Status pertumbuhan
5 6,7 ---
6 6,9 N
7 7,2 N
8 7,5 N
9 7,8 N
10 8,0 N
Sebenarnya Kurva pertumbuhan anak sudah menyeberang ke bawah
PSG - Suyatno FKM UNDIP
25
KETIDAK TERATURAN JADWAL TIMBANG DAPAT MEMPENGARUHI AKURASI PERHITUNGAN UMUR ANAK KESALAHAN PLOT DALAM KMS
Tanggal lahir
Tanggal timbang
Umur yang benar
Umur oleh kader
17/05/2000
14/08/00 12/09/00 20/10/00 25/11/00 15/12/00 18/01/01 17/02/01 24/03/01 12/04/01 17/05/01 20/06/01 15/07/01
2 bulan 3 bulan 5 bulan 6 bulan 6 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 10 bulan 12 bulan 13 bulan 13 bulan
2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 10 bulan 11 bulan 12 bulan 13 bulan
PSG - Suyatno FKM UNDIP
26
KESALAHAN PLOT SEBAGAI AKIBAT KETIDAK TELITIAN UMUR
kg
Anak umur 5 bulan di plot pada umur 4 bulan
12 10 8 6
Anak umur 8 bulan di plot pada umur 6 bulan
4 Anak umur 2 bulan di plot pada umur 1 bulan
2 0 0
1
2
3
4 5 Umur (bulan) PSG - Suyatno FKM UNDIP
6
7
8
9 27
CARA SEDERHANA MENGHITUNG UMUR ANAK (Harus selalu dibandingkan dengan Tanggal Lahir)
Contoh 1 Tanggal
Hari
Bulan
Tahun
Ditimbang Lahir
25 17
11 05
2000 2000
Selisih
+8
+6
0
Selisih hari = +8 hari Selisih bulan = +6 bulan Selisih tahun = 0 tahun
0 bulan 6 bulan 0 bulan
Jumlah (Umur Anak) =
6 bulan PSG - Suyatno FKM UNDIP
28
CARA SEDERHANA MENGHITUNG UMUR ANAK (Harus selalu dibandingkan dengan Tanggal Lahir)
Contoh 2 Tanggal
Hari
Bulan
Tahun
Ditimbang Lahir
12 17
01 05
2001 2000
Selisih
-5
-4
1
Selisihhari = -5 hari Selisih bulan = -4 bulan Selisih tahun = 1 tahun
0 bulan -4 bulan 12 bulan
Jumlah (Umur Anak) =
8 bulan
PSG - Suyatno FKM UNDIP
29
PENYAJIAN INDIKATOR STATUS GIZI (Antropometri) 1. PERTUMBUHAN Memantau secara berkala dan teratur BB menurut umur dan di plot sebagai kurva pertumbuhan (KMS). Bila mungkin PB atau TB dapat pula dipantau.
INDIKASI: Pertumbuhan yang baik menunjukkan keadaan gizi dan kesehatan yang baik
KEGUNAAN: Setiap ada gangguan/kelainan dapat segera dilakukan tindakan korektif (penanggulangan) sehingga dapat dicegah keadaan yang lebih buruk PSG - Suyatno FKM UNDIP
30
2. STATUS GIZI (istilah yang sudah umum dipakai) A. Status berat badan (berat badan menurut umur atau BB/UM) “Underweight” indicator. B. Status tinggi badan (Tinggi badan menurut umur atau TB/UM) “Stunting” indicator. C. Status Kekurusan (Berat badan menurut Tinggi badan atau BB/TB) “Wasting” indicator.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
31
KATEGORI STATUS GIZI Bagaimana kategori status gizi dirumuskan ? 1. Didasarkan pada rujukan untuk masing-masing indikator (BB/UM, TB/UM dan BB/TB) yang diterbitkan oleh CDC-WHO-NCHS, 1973. 2. Perlu diketahui bahwa kategori status gizi dikembangkan berdasarkan SEBARAN normal BB pada tiap umur, SEBARAN normal TB pada tiap umur, dan SEBARAN normal BB pada tiap TB tertentu (Lihat Kurva Sebaran Normal di slide berikutnya). PSG - Suyatno FKM UNDIP
32
Sebaran Normal Rujukan BB/UM atau TB/UM atau BB/TB
Normal/ baik Kurang Buruk
-3 SD
-2 SD
-1 SD
0
+1 SD
+2 SD
+3 SD
Z_Score PSG - Suyatno FKM UNDIP
33
BAGAIMANA MENGHITUNG Z-SCORE
Bb obs – Median BB baku Z-Score = SD BB baku
Bb obs = Berat badan hasil penimbangan pada umur X Median BB baku = BB baku pada umur X SD Bb baku = Standar deviasi BB pada umur X PSG - Suyatno FKM UNDIP
34
(BB/UM, TB/UM dan BB/TB)
1. BB/UM: Karena berat badan berhubungan linier dengan Tinggi Badan, maka indikator BB/UM dapat memberikan gambaran masalah gizi masa lalu atau KRONIS. Disamping itu karena berat badan juga labil terhadap perubahan yang terjadi, maka BB/UM juga memberikan gambaran masalah gizi saat kini (AKUT). PSG - Suyatno FKM UNDIP
35
Bagaimana kemampuan indikator BB/UM bila digunakan secara sendirian ? a. Untuk menilai keadaan AKUT: pada masyarakat yang secara umum miskin: Tidak sensitif. Sebaliknya pada masyarakat yang keadaan sosial-ekonominya secara umum baik: Sensitif b. Untuk menilai keadaan KRONIS: pada masyarakat miskin: Sensitif. Sebaliknya pada masyarakat yang keadaan sosial-ekonominya baik: Tidak sensitif. PSG - Suyatno FKM UNDIP
36
Kemampuan deteksi AKUT indikator BB/UM Masyarakat miskin - Tidak sensitif
Sebaran TB/U Sebaran BB/UM
-2 SD
Masy. Tdk miskin - Sensitif
-2 SD PSG - Suyatno FKM UNDIP
37
Kemampuan deteksi KRONIS indikator BB/UM Masyarakat miskin - Sensitif
Sebaran TB/UM Sebaran BB/UM
-2 SD
Masy. Tdk miskin - Tidak sensitif
-2 SD
PSG - Suyatno FKM UNDIP
38
BB/UM Kelemahan: Keunggulan: Umur sulit ditaksir Praktis dan secara tepat interpretasinya Hasilnya bias, akibat mudah dehidrasi, odema, Cukup baik untuk PSG pembesaran organ pada kondisi akut (hepatomegali dll) (muntaber) maupun Pada kondisi kronis (kecacingan) penimbangan Sensitif pada inkooperatif (anak bergerak2 dll) perubahan gizi PSG - Suyatno FKM UNDIP
39
Hambatan pertumbuhan pada tinggi badan berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Oleh karena itu indikator TB/UM memberikan indikasi masalah pada masa lalu (KRONIS). Banyaknya jumlah anak yang pendek memberikan indikasi bahwa di masyarakat bersangkutan ada masalah yang sudah berlangsung cukup lama. Perlu dipelajari apa masalah dasar dari gangguan pertumbuhan ini sebelum dilakukan program perbaikan gizi secara komprehensif. PSG - Suyatno FKM UNDIP
40
Bagaimana kemampuan indikator TB/UM bila digunakan secara sendirian ? 1. Bila banyak anak yang PENDEK, indikator ini memberikan petunjuk tentang adanya masalah gizi kronis yang harus dicari penyebab dasarnya. 2. Dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial-ekonomi masyarakat ybs. 3. Tidak sensitif digunakan untuk memberikan indikasi adanya masalah gizi akut.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
41
TB/UM Keunggulan: Cukup baik untuk menilai status gizi masa lampau Alat ukur mudah didapat Cara pengukuran didapat hasil lebih stabil
Kelemahan: Umur sulit ditaksir Perubahan TB tidak begitu cepat dan tidak mungkin turun
PSG - Suyatno FKM UNDIP
42
Pada keadaan yang baik BB seseorang akan berbanding lurus dengan TB-nya. Dengan kata lain BB akan proporsional dgn TB-nya. Bila terjadi kondisi yang kurang baik dalam waktu cepat, BB akan berubah karena sifat BB yang labil sedangkan TB tidak terpengaruh. AKibatnya BB dalam waktu singkat akan menjadi tidak proporsional dengan TB-nya. Oleh karena itu indikator BB/TB memberikan gambaran tentang status gizi saat kini atau masalah gizi AKUT. PSG - Suyatno FKM UNDIP
43
Bagaimana kemampuan indikator BB/TB bila digunakan secara sendirian ? Banyaknya anak dengan BB/TB rendah atau tidak proporsional atau KURUS memberikan gambaran adanya masalah gizi akut yang yang disebabkan oleh perubahan kondisi yang berlangsung dalam tempo atau periode singkat. Indikator BB/TB ini berguna untuk pemilihan sasaran (targeting) bagi tindakan intervensi segera, seperti pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan agar BB-nya kembali proporsional dgn TB-nya atau juga bentuk intervensi yang memperbaiki lingkungan yang kurang sehat. PSG - Suyatno FKM UNDIP
44
BB/TB Keunggulan: Kelemahan: Lebih obyektif, karena Tidak sensitif tidak pakai umur terhadap perubahan umur Dapat membedakan proporsi badan Lebih cocok untuk menentukan status gizi orang dewasa
PSG - Suyatno FKM UNDIP
45
CARA PENILAIAN STATUS GIZI 1.
2.
3.
Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHONCHS). Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off point”) untuk masing-masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi. PSG - Suyatno FKM UNDIP
46
Weight for age (W/A) present nutritional status
(wasting)
Gomez’s classification of nutritional status Degree Normal First degree Second degree Third degree
%W/A >90% 90-75% <75-60% <60%
PSG - Suyatno FKM UNDIP
47
Height for age (H/A) past nutritional status (stunt) Waterlow’s classification of nutritional status Degree Normal First degree Second degree Third degree
%H/A >95% 95-90% <90-85% <85% PSG - Suyatno FKM UNDIP
48
Weight for height (W/H) Waterlow’s classification (%W/H) Degree Normal First degree Second degree Third degree
%W/H >90% 90-80% <80-70% <70%
Present : Wasting (<70%) % W/H >120 = Obesity PSG - Suyatno FKM UNDIP
49
BATAS AMBANG DAN ISTILAH STATUS GIZI UNTUK INDEKS BB/U, TB/U dan BB/TB (Berdasar Hasil Kesepakatan Pakar Gizi, Januari 2000)
Indeks BB/UM: a. Gizi baik bila Z_Score terletak dari > -2 SD s/d +2 SD b. Gizi kurang bila Z_Score terletak dari >-3 SD s/d <-2 SD c. Gizi buruk bila Z_Score terletak < -3 SD d. Gizi lebih bila Z_Score terletak > +2 SD
Indeks TB/UM: a. Normal bila Z_Score terletak > -2 SD b. Pendek/stunted bila Z_Score terletak < -2 SD PSG - Suyatno FKM UNDIP
50
Indeks BB/TB a. Normal bila Z_Score terletak dari > -2 SD s/d +2 SD b. Kurus bila Z_Score terletak dari > -3 SD s/d < -2 SD c. Sangat kurus/wasted bila Z_Score terletak < -3 SD d. Gemuk bila Z_Score terletak > +2 SD
PSG - Suyatno FKM UNDIP
51
Prinsip 1: Rujukan antropometri dibentuk berdasarkan Sebaran NORMAL nilai indikator pada populasi Sehat, tidak mempunyai masalah Sos-Ekon
Kurva Sebaran Normal Nilai Z_Score Indikator Antropometri PSG - Suyatno FKM UNDIP
52
Pertimbangan dalam Menetapkan Batas Ambang (“Cut-off point”) Status Gizi Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan: 1. Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatan 2. Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”) untuk menderita masalah kesehatan 3. Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan PSG - Suyatno FKM UNDIP
53
95%
1. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila 95 % balita berstatus gizi baik (antara -2 SD s/d +2 SD) PSG - Suyatno FKM UNDIP
54
2%
2%
2. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya ada 2,0 % balita berada antara -2 SD dan -3 SD, atau antara +2 SD dan +3 SD PSG - Suyatno FKM UNDIP
55
0.5%
0.5%
3. Suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya ada 0,5 % balita berada di bawah -3 SD, atau di atas +3 SD PSG - Suyatno FKM UNDIP
56
Anthropometry for children Accurate measurement of height and weight is essential. The results can then be used to evaluate the physical growth of the child. For growth monitoring the data are plotted on growth charts over a period of time that is enough to calculate growth velocity, which can then be compared to international standards
PSG - Suyatno FKM UNDIP
57
Growth Monitoring Chart Percentile chart
PSG - Suyatno FKM UNDIP
58
PSG - Suyatno FKM UNDIP
60
PSG - Suyatno FKM UNDIP
61
PSG - Suyatno FKM UNDIP
62
PSG - Suyatno FKM UNDIP
63
PSG - Suyatno FKM UNDIP
64
Measurements for adults Height: The subject stands erect & bare footed on a stadiometer with a movable head piece. The head piece is leveled with skull vault & height is recorded to the nearest 0.5 cm.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
65
Weight: Use a regularly calibrated electronic or balanced-beam scale. Spring scales are less reliable. Weigh in light clothes, no shoes Read to the nearest 100 gm (0.1kg)
PSG - Suyatno FKM UNDIP
66
Nutritional Indices in Adults BMI
The international standard for assessing body size in adults is the body mass index (BMI).
BMI is computed using the following formula: BMI = Weight (kg)/ Height (m²)
Evidence shows that high BMI (obesity level) is associated with type 2 diabetes & high risk of cardiovascular morbidity & mortality PSG - Suyatno FKM UNDIP
67
BMI (WHO - Classification) Adults BMI: <18.5 = under weight 18.5-24.9 = normal 25 - 29.9 = over weight 30 - 34.9 = obese class I 35 - 39.9 = obesity class II > or - 40 = Extreme obesity, Very obese (morbid or grade 3 obesity/class III)
PSG - Suyatno FKM UNDIP
68
Waist/Hip Ratio
Waist circumference is measured at the level of the umbilicus to the nearest 0.5 cm. The subject stands erect with relaxed abdominal muscles, arms at the side, and feet together. The measurement should be taken at the end of a normal expiration. PSG - Suyatno FKM UNDIP
69
Waist circumference (Lingkar Pinggang) Waist circumference predicts mortality better than any other anthropometric measurement. It has been proposed that waist measurement alone can be used to assess obesity, and two levels of risk have been identified MALES FEMALE LEVEL 1 LEVEL2
> 94cm > 102cm PSG - Suyatno FKM UNDIP
> >
80cm 88cm 70
Waist circumference/2 Level 1 is the maximum acceptable waist circumference irrespective of the adult age and there should be no further weight gain. Level 2 denotes obesity and requires weight management to reduce the risk of type 2 diabetes & CVS complications.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
71
Hip Circumference (Lingkar Pinggul) Is measured at the point of greatest circumference around hips & buttocks to the nearest 0.5 cm. The subject should be standing and the measurer should squat beside him. Both measurement should taken with a flexible, non-stretchable tape in close contact with the skin, but without indenting the soft tissue.
PSG - Suyatno FKM UNDIP
72
Interpretation of WHR High risk WHR= >0.80 for females & >0.95 for males i.e. waist measurement >80% of hip measurement for women and >95% for men indicates central (upper body) obesity and is considered high risk for diabetes & CVS disorders. A WHR below these cut-off levels is considered low risk. PSG - Suyatno FKM UNDIP
73
MUAC (LILA)
practice and economic no influence by edema chronic protein deficiency reflected Used: pita shakir
G = good Y = less R = worst
For Adult: MUAC < 23,5 cm CEM For child < 5 th years: MUAC < 12,5 cm CEM PSG - Suyatno FKM UNDIP
74
PSG - Suyatno FKM UNDIP
75
PSG - Suyatno FKM UNDIP
76