PENELITIAN TINDAKAN KELAS TENTANG PENILAIAN KEYAKINAN MOTIVASI DAN PEMBELAJARAN REGULASI SENDIRI PADA MAHASISWA MANAJEMEN DI PERTEMUAN PERTAMA PERKULIAHAN Anita Maharani Abstract The personal goal of learning is about improving student learning and achievements and also to build capacity for students to learn. Buiding students capacity to learn, among others is to inspire participants to become active during the learning process, empowering them to become an independent learners and motivate them to reach their full potential. Some of the research on motivation and learning efficiency indicates that student who learn to set their goals, are more likely to reach the goal set by the lecturers. Keywords: Motivational Beliefs, Self Regulated Learning, Students
Pendahuluan Kegiatan perkuliahan di kelas, idealnya diawali dengan pemberian informasi mengenai Satuan Acara Perkuliahan (SAP) oleh Dosen. Tujuan pemberian SAP adalah untuk memberikan deskripsi singkat dan tujuan dari perkuliahan yang akan dilaksanakan kemudian, materi perkuliahan, metode penilaian dan sumber pustaka yang akan digunakan. Perkuliahan sendiri, meskipun tergantung pada kebijakan Universitas, di antara pertemuan perkuliahan tersebut terdapat kegiatan evaluasi yakni Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Selain SAP berguna untuk memberikan rambu-rambu kepada Dosen tentang perkuliahan yang akan dilaksanakan hingga akhir masa perkuliahan, SAP juga dapat digunakan dan dimanfaatkan baik bagi Mahasiswa untuk menetapkan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah respon yang diharapkan dari peserta perkuliahan, tujuan pembelajaran bukan mengenai penetapan tujuan, judul mata kuliah atau apakah yang akan dilakukan oleh Dosen. Tujuan pembelajaran memiliki beberapa tipe, antara lain: kognitif (peserta perkuliahan akan mengingat materi yang diberikan), afektif (apa yang dirasakan, dinilai dan menjadi atusiasme bagi peserta), keperilakuan (apa yang dapat dilakukan oleh peserta perkuliahan dengan keahlian tertentu) (umn.edu, 2010). Tujuan pembelajaran dengan demikian lebih berorientasi pada peserta perkuliahan, yakni tentang bagaimana meningkatkan pembelajaran dan pencapaian Mahasiswa serta membangun kapasitas Mahasiswa untuk belajar. Membangun kapasitas mahasiswa untuk belajar, antara lain bertujuan membangkitkan niat pribadi untuk menjadi peserta aktif saat proses pembelajaran. Memberdayakan mahasiswa dengan tujuan membentuk pembelajar independen yang termotivasi untuk mencapai
Anita Maharani Penelitian Tindakan Kelas tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan
potensi utuh. Beberapa penelitian tentang motivasi dan efisiensi pembelajaran, mengindikasikan bahwa mahasiswa yang menetapkan tujuan belajar, cenderung mencapai tujuan yang lebih dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh Dosen. Mahasiswa yang menetapkan tujuan pembelajaran sendiri, memiliki keyakinan untuk mencoba tugas-tugas perkuliahan yang menurut mahasiswa menantang. Mahasiswa yang memiliki tujuan pembelajaran sendiri, idealnya akan memiliki motivasi belajar yang tinggi dan memiliki penguasaan atas tugas yang diberikan, memiliki kepercayaan diri yang kuat, meskipun akan mengalami kegagalan di suatu waktu. Ketika seorang mahasiswa dibimbing untuk menggali pemikirian sendiri dan proses pembelajarannya. Teknisnya, dalam satu kelas perkuliahan, mahasiswa akan diberikan gambaran oleh dosen di awal perkuliahan untuk memikirkan tentang keefektifan strategi yang akan digunakan gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh dosen. Dosen memiliki peranan di dalam kelasnya dengan melakukan perencanaan untuk melakukan sesuatu terhadap mahasiswa, memantau kemajuan atas pencapaian mahasiswa dan mengevaluasi hasil yang dicapai mahasiswa. Peranan yang dilakukan oleh seorang dosen, dapat membantu mahasiswa untuk mengendalikan pemikiran dan proses pembelajaran atas perkuliahan yang diikuti mahasiswa tersebut, serta mempersiapkan mahasiswa berlatih tentang keahlian untuk belajar secara efektif. Penelitian Tindakan Kelas Latar belakang penelitian tindakan kelas diawali dari dua pendekatan di dalam penelitian di bidang kependidikan, yakni: penelitian pendidikan yang tradisional dan penelitian tindakan (Mertler, 2006). Penjelasan mengenai dua jenis penelitian tersebut terlihat pada Gambar 1. Penelitian tindakan kelas pernah dilakukan oleh Saljo (1979). Saljo (1979) menanyakan sejumlah siswa yang dianggapnya telah dewasa (adult students) tentang apakah yang telah dipetik dari pelajaran yang diperoleh selama ini. Respon yang diperoleh dari responden tersebut selanjutnya dibuat dalam beberapa klasifikasi, yakni. 1. Belajar adalah peningkatan pengetahuan secara kuantitatif, karena belajar memerlukan informasi atau mengetahui lebih banyak 2. Belajar, seperti mengingat. Belajar adalah menyimpan informasi yang dapat di-reproduksi 3. Belajar seperti memperoleh fakta, keahlian, metode yang dapat bertahan dan digunakan saat diperlukan 4. Belajar seperti sesuatu yang masuk akal atau membuat abstraksi dari sebuah arti. Belajar melibatkan hubungan antara materi dengan dunia nyata 277
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: 276-286
5. Belajar sebagai menginterpretasi sesuatu dan memahami realita dalam pandangan berbeda. Belajar melibatkan memahami dunia dengan me-reinterpretasi pengetahuan (Ramsden 1992). Bertujuan untuk mencari solusi melalui metode ilmiah
Riset di Bidang Pendidikan
Metode kualitatif versus metode kuantitatif
Rancangan penelitian nonexperimental versus experimental Rancangan penelitian metode campuran
Penelitian di Bidang
Sejalan dengan pengajaran yang reflektif
Penelitian Tindakan
Keunggulan: a. Menghubungkan teori ke praktik b. Peningkatan mutu praktik pengajaran c. Pemberdayaan guru d. Pertumbuhan profesional Aplikasi a. Identifikasi masalah b. Pengembangan dan uji atas solusi c. Pendidikan pengajar d. Pertumbuhan profesional pengajar
Gambar 1. Penelitian di Bidang Kependidikan (Mertler, 2006)
Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) The Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) adalah instrument lapor diri yang dirancang untuk menilai orientasi motivasi Mahasiswa dan bagaiman cara mereka menggunakan strategi belajar yang beragam untuk menghadapi perkuliahan. MSLQ berdasarkan pandangan kognitif umum motivasi dan strategi belajar. McKeachie, Pintrich, Lin dan 278
Anita Maharani Penelitian Tindakan Kelas tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan
Smith (1986) menampilkan kerangka berpikir teoretis yang mendasari MSLQ. Penelitian lainnya yang membicarakan kerangka berpikir MSLQ termasuk Pintrich (1988, 1989), Pintrich dan Garcia (1991) serta Pintrich dan DeGroot (1990). Terdapat dua bagian dalam MSLQ, yakni bagian motivasi dan bagian strategi belajar. Bagian motivasi terdiri dari 31 item yang menilai tujuan dan nilai yang diyakini mahasiswa terhadap mata kuliah tertentu, keyakinan mereka tentang keahlian mereka untuk sukses dalam perkuliahan, dan kegelisahan mereka atas ujian yang akan dihadapi sebagai proses evaluasi pembelajaran. Sedangkan bagian strategi belajar terdiri dari 31 item yang berhubungan dengan bagaimana mahasiswa menggunakan strategi kognitif dan metakognitif yang beragam. Sebagai tambahan, bagian strategi belajar mencakup 19 item yang bertujuan untuk melihat tata kelola Mahasiswa terhadap berbagai sumber. Sehingga, MSLQ memiliki 81 item pada versi tahun 1991. Dalam perkembangannya, MSLQ dimodifikasi menjadi 44 item, yang terdiri dari 22 item untuk motivasi dan 22 item untuk strategi belajar, yang telah melalui validasi dan reliabilitas sebelumnya. Kerangka teoretis yang diadopsi dalam penelitian ini untuk mengkonseptualisasikan motivasi intrinsik mahasiswa, adalah adaptasi dari Model Motivasi Harapan-Nilai secara umum (Pintrich, 1988, 1989; Pintrich and DeGroot, 1990). Model tersebut mengajukan bahwa terdapat tiga komponen motivasi yang dapat berhubungan dengan komponen regulasi diri untuk belajar (self-regulated learning), yakni: (a) komponen ekpetansi, yang termasuk didalamnya tentang keyakinan Mahasiswa terhadap kemampuan mereka untuk melakukan suatu tugas (dalam hal ini keyakinan diri atau self efficacy), (b) komponen nilai, yang termasuk kedalamnya, yakni tujuan Mahasiswa dan keyakinannya tentang pentingnya dan ketertarikan atas suatu (dalam hal ini nilai intrinsic atau intrinsic value), dan (c) komponen afektif, yang termasuk reaksi emosional mahasiswa terhadap tugas (dalam hal ini kegelisahan atas tes atau test anxiety). Regulasi diri untuk belajar atau self regulated learning, yang diadopsi dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai strategi metakognitif Mahasiswa untuk melakukan perencanaan, memantau, dan memodifikasi bagaimana Mahasiswa memahami arti (Corno, 1986; Weinstein and Mayer, 1986; Zimmerman, 1988). Ragam strategi kognitif ditemukan sebagai pemicu keterkaitan kognitif yang aktif dalam belajar dan untuk menuju pada pencapaian pada tingkatan teratas (Weinstein and Mayer, 1986). Regulasi diri atau self-regulation, di sisi lain merujuk pada kemampuan Mahasiswa untuk mengelola dan mengendalikan penugasan yang diberikan pada mata kuliah. Sebagai contoh, Mahasiswa yang mampu, yang bertahan dalam tugas yang sulit, atau diganggu (sebagai contoh, oleh teman sekelas yang melakukan kegaduhan), menjaga keterkaitan kognitif 279
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: 276-286
mereka pada pengerjaan tugas, dan memiliki kinerja yang lebih baik (Corno, 1986; Corno and Rohrkemper,1985). Berdasarkan paparan di atas, penulis bermaksud untuk mendiskusikan tentang Penelitian Tindakan Kelas Tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri Pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keyakinan motivasi dan regulasi diri untuk belajar mahasiswa, yang dilakukan di awal perkuliahan, sehingga dosen selaku pengajar dapat melakukan penyesuaian metode pengajaran dan perlakuan lainnya. Penyesuaian metode pengajaran dan perlakuan lainnya tersebut, dapat digunakan oleh dosen untuk memperbaiki sistem pembelajaran pada pertemuan perkuliahan selanjutnya, yang menurut penulis akan berjalan dengan berbekal data yang diperoleh dari hasil studi ini. Batasan penelitian ini adalah, dilakukan sebagai pilot study di sebuah kelas, pada awal perkuliahan (pertemuan pertama dari enam belas kali pertemuan), responden berasal dari satu jurusan saja, yakni Jurusan Manajemen. Penelitian ini juga tidak memasukkan faktor usia, jenis kelamin, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa. Penentuan sampel dengan pola convenience sampling, karena dianggap bahwa jumlah responden yang dipilih mewakili Jurusan Manajemen (masukan mahasiswa per angkatan sesuai dengan jumlah responden yang dipilih dalam penelitian ini). Terkait dengan responden, dipilih dua puluh sembilan orang mahasiswa, tingkat Sarjana yang terdaftar aktif pada Semester Gasal 2006/2007, dan mengikuti perkuliahan Teori Perilaku Organisasi, pada pertemuan pertama diminta untuk berpartisipasi pada penelitian ini, dengan menjawab kuesioner MSLQ yang terdiri dari 44 item, diadopsi dari Pintrich dan Degroot (1990), yang bertujuan untuk menilai motivasi dari mahasiswa dan regulasi diri untuk belajarnya. Partisipasi Mahasiswa dianggap sukarela, dari seluruh lembar alat ukur, seluruhnya dikembalikan dan diisi seluruhnya. Pada analisis statistik, akan diterapkan analisis deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan rerata jawaban respon. Norma skala Likert yang digunakan dalam kuesioner adalah dari 1 (tidak benar) hingga 7 (sangat benar). Analisis korelasi juga digunakan, bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara kedua variable (Motivated Beliefs dan Self Regulated Learning).
280
Anita Maharani Penelitian Tindakan Kelas tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan
Analisis Deskriptif Statistics
Statistics Motivational_Beliefs N Valid Missing Mean
Self_Regulated_Learning N Valid 29 Missing 0 Mean 4.5897
29 0 4.9724
Berdasarkan dua puluh sembilan responden. Seluruh responden menganggap bahwa pernyataan yang tersedia pada Motivational Beliefs secara relatif mencerminkan dirinya, salah satu pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: “Dibandingkan dengan mahasiswa lainnya di kelas ini, saya berharap untuk melakukan hal-hal dengan baik” “Saya yakin saya dapat memahami materi yang diajarkan di kelas ini” “Saya berharap untuk dapat melakukan yang terbaik di kelas ini”
Demikian juga dengan Self Regulated Learning, responden menganggap pernyataan yang tersedia relatif mencerminkan dirinya, salah satu pernyataan tersebut adalah sebagai berikut: “Saya berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang baik, meskipun saya tidak suka kelas ini” “Saya menggarisbawahi subbab di buku saya untuk membantu saya belajar” “Ketika saya membaca materi untuk kelas ini, saya mengucapkan kata-kata penting, berulang kali untuk mengingat”
Analisis Korelasi Descriptive Statistics Motivational_Beliefs Self_Regulated_Learning
Mean 4.9724 4.5897
Std. Deviation .73382 .66297
N 29 29
Motivational beliefs lebih bervariasi dibandingkan Self Regulated Learning. Sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan pun lebih besar dibandingkan Self-Regulated Learning (standard deviation Motivational Beliefs = 0,73382).
281
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: 276-286
Correlations
Motivational_Beliefs
Self_Regulated_Learning
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Motivational_ Beliefs 1 29 .674** .000 29
Self_ Regulated_ Learning .674** .000 29 1 29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Bila dilihat apakah hubungan antara motivational beliefs dengan self regulated learning, dalam hal lapor diri ini, memiliki hubungan yang positif dan kuat, yakni sebesar 67,4 %. Pembahasan Motivational Beliefs Keyakinan motivasi atau motivational beliefs dari responden, relatif mencerminkan diri mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden telah memiliki motivasi intrinsik yang dapat menunjang kesuksesan mereka untuk belajar dan menyelesaikan program perkuliahan. Meskipun, jika dilihat dari konsep keyakinan itu sendiri, untuk keberlangsungan belajar yang berjangka panjang, individu sangat memerlukan motivasi yang berkelanjutan juga untuk belajar. Sehingga, pada kebutuhan untuk motivasi belajar yang berkelanjutan ini memerlukan observasi tentang hal-hal yang diperlukan untuk menunjang motivasi tersebut, seperti motivasi intrinsik mahasiswa dalam proses perkuliahan, yang harus sesuai dengan pengembangan mahasiswa itu sendiri (Gottfried, 1990; Gottfried, Fleming, dan Gottfried, 2001; Spinath dan Spinath, 2005b) serta regenerasi dari mahasiswa angkatan A ke mahasiswa angkatan B (seperti disarikan dalam Cocodia et al., 2003; Howard, 2001). Self Regulated Learning Self Regulated Learning atau regulasi diri untuk belajar, responden menganggap pernyataan yang tersedia relatif mencerminkan diri mereka. Menurut Zimmerman (2001, 2002), karakteristik siswa yang memiliki regulasi diri adalah berpartisipasi aktif dalam belajar, dilihat dari sudut pandang metakognitif, motivasi dan perilakunya. Atribut karakteristik tersebut berhubungan juga dengan kinerja tinggi, siswa dengan kapasitas tinggi, sebagai mana pada mereka yang memiliki kendala dalam belajar (Reyero dan Touron, 2003; Roces dan Gonzales Torres, 1998; Zimmerman, 1998). Meskipun dengan penelitian ini, dapat menjadi dasar bahwa, dengan pemberian latihan atau cara picu lainnya dapat meningkatkan kemampuan kendali siswa untuk belajar dan kinerja. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, hasil yang diperoleh dapat dijadikan asumsi bahwa Mahasiswa menganggap diri mereka memiliki regulasi diri yang baik, maka yang dapat dilakukan oleh dosen selaku pengajar kepada Mahasiswa, antara lain: 282
Anita Maharani Penelitian Tindakan Kelas tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan
1. Membuat perencanaan belajar dan agenda yang terukur 2. Membuat catatan pencapaian atau refleksi diri atas agenda yang telah ditetapkan sebagai alat kendali Kaitan antara Motivated Beliefs dengan Self Regulated Learning Bila melihat kaitan antara Motivated Beliefs dengan Self Regulated Learning, maka berdasarkan hasil yang diperoleh, memiliki hubungan yang positif dan kuat, yakni sebesar 67,4 %. Pada hakikatnya, kedua variabel tersebut memang harus terintegrasikan satu sama lainnya, sebagai gambaran, dalam suatu studi, dikatakan bahwa, seorang siswa yang memiliki derajat motivasi yang tinggi dan meletakkan usaha untuk mencapai suatu tujuan tidak dapat mencapai sasaran akademiknya jika, siswa yang bersangkutan memiliki kekurangan pada regulasi dirinya untuk belajar (self regulated learning). Di sisi lain, siswa yang berhasrat untuk memiliki regulasi diri yang baik, namun memiliki kekurangan pada motivasinya, boleh jadi tidak dapat mencapai sasaran akademiknya. Meskipun, lebih jauh, dalam studi ini ada kemungkinan ketiga, yakni, siswa yang memiliki motivasi tinggi karena kesadaran kognitif dan metakognitifnya, tidak dapat memanfaatkannya karena tidak tentu arah karena niat yang tidak jelas (Pape, et.al, 2003). Bila diaplikasikan ke dalam penelitian tindakan kelas ini, maka Mahasiswa pada pertemuan selanjutnya (lima belas pertemuan mendatang) perlu diberikan bimbingan untuk memicu motivasi intrinsik untuk belajar, dan di sisi lain Mahasiswa perlu diberikan bimbingan bagaimana cara untuk membuat aturan main belajar yang lebih baik, sehingga tercapai prestasi akademik setelah proses perkuliahan ini berakhir. Lebih jauh lagi, diharapkan akan terjadi perpindahan pengetahuan yang dimiliki Dosen yang mengampu kepada Mahasiswa, dan Mahasiswa memiliki keinginan untuk menambah pengetahuan yang diterima dengan inisiatif mencari sumber-sumber pengetahuan lainnya, yang relevan. Kesimpulan Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Mahasiswa Jurusan Manajemen, yang akan melalui proses perkuliahan Teori Perilaku Organisasi, telah menganggap diri mereka memiliki keyakinan motivasi dan regulasi diri untuk belajar yang baik, sehingga hal ini dapat menunjang proses perkuliahan yang akan dijalankan untuk pertemuan selanjutnya. Dalam hal perlakuan seperti apakah yang tepat, jika berdasarkan acuan literatur yang tersedia, maka, Dosen selaku pengajar perlu melakukan tindakan yang dapat menunjang kestabilan motivasi intrinsik Mahasiswa, dan memberikan bimbingan bagi mahasiswa tentang bagaimana menetapkan aturan main yang paling sesuai dengan diri mereka, sehingga regulasi diri untuk belajar berlangsung secara baik. Perlu 283
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: 276-286
dipahami sebelumnya, bahwa kedua variabel harus diintegrasikan untuk mencapai hasil yang maksimal. __________ Daftar Pustaka Cocodia, E. A., Kim, J.-S., Shin, H.-S., Kim, J.-W., Ee, J., Wee, M. S. W., & Howard, R. W. (2003). Evidence that rising population intelligence is impacting in formal education. Personality and Individual Differences, 35, 797-810. Corno, L., (1986). The Metacognitive Control Components of Self-Regulated Learning. Contemporary Educational Psychology, 11 (4), 333-46. Corno, L. & Rohrkemper, M., (1985). The Intrinsic Motivation to Learn in Classrooms,” In Ames, C. & Ames, R. (Eds.), Research in Motion, Vol. 2. The Classroom Milieu, Academic Press, New York, NY, 53-90. Gottfried, A. E. (1990). Academic intrinsic motivation in young elementary school children. Journal of Educational Psychology, 82, 525-538. Gottfried, A. E., Fleming, J. S., & Gottfried, A. W. (2001). Continuity of academic intrinsic motivation from childhood through late adolescence: A longitudinal study. Journal of Educational Psychology, 93, 3-13. Howard, R. W. (2001). Searching the real world for signs of rising population intelligence. Personality and Individual Differences, 30, 1039-1058. McKeachie, W. J., Pintrich, P.R., Lin, Y., and Smith, D. (1986). Teaching and learning in the college classroom: A review of the research literature. Ann Arbor, MI: National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning, University of Michigan Merriam, S.; Caffarella, R. Learning In Adulthood: A Comprehensive Guide. 2. Ed. San Francisco: Jossey-Bass, 1999 Pape, S.J., Bell, C.V., & Yetkin, I.E. (2003). Developing mathematical thinking and self-regulated learning: A teaching experiment in a seventh-grade mathematics classroom. Educational Studies in Mathematics, 53(3), 79-202. Pintrich, P.R. (1988) A process-oriented view of student motivation and cognition. In J. S. Sork & L.A. Mets (Eds.), Improving teaching and learning through research. New Directions for Institutional Research. No. 57 (pp. 65-79). San Francisco: Jossey-Bass. Pintrich, P. R. (1989). The dynamic interplay of student motivation and cognition in the college classroom. In C. Ames & M. Maehr (Eds.), Advances in 284
Anita Maharani Penelitian Tindakan Kelas tentang Penilaian Keyakinan Motivasi dan Pembelajaran Regulasi Sendiri pada Mahasiswa Manajemen di Pertemuan Pertama Perkuliahan
motivation and achievement: Motivation enhancing environments (vol.6, pp.117-160). Greenwich, CT: JAI Press. Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology, 82(1), 33-40. Pintrich, P. R., & Garcia, T. (1991). Student goal orientation and self-regulation in the college classroom. Dalam M. L. Maehr & P. R. Pintrich (Eds.), Advances in motivation and achievement (Vol. 7, pp. 371-402). Greenwich CT: JAI Press. Ramsden, P (1992) Learning to Teach in Higher Education London: Routledge (0-41506415-5) Reyero, M & Touron, J (2003). The Development of Talent: Acceleration as an Educational Strategy. Roces, C. & Gonzales Torres, M.C. (1998). Ability to Self-Regulate Learning. Hal. 239 – 259. Madrid Saljo, R (1979) "Learning in the Learner's Perspective: 1: Some Commonplace Misconceptions" Reports from the Institute of Education, University of Gothenburg, 76. Spinath, B., & Spinath, F. M. (2005a). Development of self-perceived ability in elementary school: The role of parents’ perceptions, teacher evaluations, and intelligence. Cognitive Development, 20, 190-204. Spinath, B., & Spinath, F. M. (2005b). Longitudinal analysis of the link between learning motivation and competence beliefs among elementary school children. Learning and Instruction, 15, 87-102. Weinstein, C. E. & Mayer, R. E., (1986). The Teaching of Learning Strategies. In Wittrock, M. (Ed.), Handbook of Research on Teaching, Macmillan, New York, NY, 315-327. Zimmerman, B.J. (1998). Developing Self-Fulfilling Cycles of Academic Regulation: An Analysis of Exemplary Instructional Model. Dalam D. H. Schunk & B.J. Zimmerman (Eds), Self-Regulated Learning: From Teaching to SelfReflective Practice (Hal. 1-19), New York: Guilford. Zimmerman, B.J. & Pons, M., (1988). Construct Validation of a Strategy Model of Student Self-Regulated Learning. Journal of Educational Psychology, 80 (3), 284-290.
285
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 4, Desember 2010: 276-286
Zimmerman, B.J. (2001). Achieving Academic Excellence: A Self-regulatory Perspective. En M. Ferrari (Ed.). The pursuit of excellence through education (pp. 85-110). Mahwah, NJ: Erlbaum Zimmerman, B.J. (2002). Becoming a Self-regulated Learner: An overview. Theory into Practice, 41, 64-72 http://www.education.vic.gov.au http://www.uwlax.edu
286