1 2 ANALISIS STRUKTUR RUANG DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR IDJAU DI KOTA DEPOK F.X. HERWIRAWAN.. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERT ANIAN BOGOR 2009...
ANALISIS STRUKTUR RUANG DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR IDJAU DI KOTA DEPOK
F.X. HERWIRAWAN
.
•
•
.
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS OAN SU'1BER INFORl\1ASI Deegan ini saya menyatakan bahwa Tcsis Analisis Struktur Ruang dalam Pengernbangan Infrastruktur Hijou di Kota Depok adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumher informasi yang b;:rasal alau dikutip dari kmya yang diterbiikun maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam D11Har Pustaka di bagian akhir Tcsis ini,
Boger, April 2009
F X.JIPrwirawan
NRP A 156070254
ABSTRACT F.X.HEkWIRAWAN. Landscape Strucrure Analysis to Oevetop Green Infrastructure Network in Depok ( 'ity. Under direction of ALINDA FITRIANV M.ZAIN and OWi PUTRO Tf..JOBASKORO. A.bstr11ct
Utilitation of land caused by development and iiving. need pushed
conversion of green spaces lo build up area. Therefore. ii '.r importantIt> plan and manage open green .~pa'·"s. lik«: conservation urea, parks.lakes, river, etc. One
thing that should be considered in regional planning ..·a1· carrying capacity. Carrying capacity from poputation and build i.q> area became ltmitedfactor for development. In spite of that, regional developmmt should refered lo landscape chllracMri.~lic und local fl()lem.y which was connected by infrastructure.Green infrastructure was Ont! 11/ city developmen: concep: to control developmentaJJ a slraleKY for land conservation by es1t1blishmtmt of hubs and tinks as boundary of
development A reseurch 10 i1t1p!tn11mt green infrasrrui:ture concept was carried out in Dep<>k City. This research wns aimed ro ide111ify hubs and links in Depok city as green infrastructure network and faunrl an tmplementation :i·trategy.
1./etodology used arr: trend analysis of popsdatil.111 and build up area. LQ and Skalogram analysts for determine regional hierarki; Cieagrapl11c Irformatlon System analysis on aaiul photograph and thematic map; created green infrastructure network based on t:.ng{lsh Norur« Oreenspaces criteria. The result show that Depok:has landscape lyp<Jlogy that can enhance to l>ccam~ Hub» Jun l.lnk.t tn green infrastructure concept. ltk»: Town Forest; town Park. Lakes, River, Street. area along High Electrtca! Nenv11rli, area along gas pipe. train trail. and spectfl« locatlon: The green iefr0$truclure network is about 3, 609 hectares. Establishmen: ofthe green iefrastrricture nerwork us conservationarea is tho .irratcgy for implemontation of the green infta.r1•u1:turt· concept Keywords: green spaces, green itifraJJrue1urr:.network; hub, links
RINGKASA1" f.X.HERWIRAWAN. Analisis Struktur Ruang Dalam Pengembangan Jnfrastruktur Hijau di Kota Depok. Oibawah bimbtngan ALINDA FITRIANY 1\1.Z.-\..ll'l and DWI PllTRO TEJO 8ASKORO yang cepat mengakibatkan wilayah Kota Depok menjadi salah satu kawasan pcngcmbangan pemukiman bagi masayarakat kota Jakarta. Pembangunsn kawasan perkotaan telah mernacu terkonvcrsinya lahan-lahan terbuka menjadi kawasan terbangun. Hal terseout mengakibatlrnn terdegradasinya kualitas lingkungan hidup di Kora Depok. Oleh karena itu diperlukan suatu landasan perencanaan yang jelas untuk mengatur alokasi kawasan konservasi sumbcrdnya. nlam dan lahan-lahan pertanian serta kawasan terbnka lainnya yang dihubungkan oleh netw1Jrk alami dalam suatu kesatuan yang udak terpisahkan. PendiW.U ini bertejuan untuk: (I) Memprediksi pcrtumbuhan pcnduduk di masa yang al<:an datang dan menghilung carryi11~ capacity wilayah; l2) Memprediksi kecenderungan perkembangan kawasan terbangun; (3) Membuat rencana network infrastruktur hijau berupa lokasi-lokasi ekosistem alami yang ada {H11hs)
penduduk
di
kawasan
.labodetabck
Menentukan prioritas program yang harus dilakuken untuk penerapan infrasrruktur hijau di lapangQn. Peoelkian ini dilakukar, de1iwm mencntukan trend jumlah pcnduduk koto dan trend luasan kawasan tcrbangun di wilayRh kota dengan menggunakan model pertumbuhan loglstik (su111ra/ion m11de{). Setelah itu diltdrukan analisis kondisi eksi~ting dcngan melakukan interprelasi data foto udara tahun 2006. untuk mengetahui sebaran dan luas kawasaa terbuka yaog ada, Sel.artjutnya dilakuk.an analisis sistem inforrnasi gcografi3 W1tUk menyusun rencan.a network infraqtroktur hija.u dcngan menggunakan data siatisnk fasilitas lingkungan yang ada di Kota Depok, foto udara, dan peta-peta ternerik. Kemudian dilakukan analisis hierarki proses uotuk mcncari prioritas program yang dipilih oleh p111a stakeholder untuk mcnerapkan infrasuuk tur hijau tersebut, Hasil prediksi penumbuhan penduduk dengan menggunakan model penumbuhan logistik mengindikasikan bahwa jumlah peoduduk akan bertambah dengan cepat dan mencapai betas carrying capacity wilayah sebesar 1.589,499 jiwa pada tah1111 2020 yang rnerupakan jumlah maksimal yang dapat ditampung olch wilayah agar tetap sustain. dengan kcpadatan tcrtinggi pada Kecamatan
Sukmajaya dan Beji. Kecenderungan kawasan terbangun bertambah semakin cepat seiring pertumbahan jwnlah penduduk Jan pembangunan, dan terindikasi
akan melampaui batas carrying. capacity wilayah lebih cepat dari yang i;eharusnya terjadi. karena berdasarka.n data kondisi nyata pada lahun 2006 telah melampaui Runng temuka di wilayah Kota Vepok cenderung ter&agmentasi, naJllWl masih mempunyai potelllli yang dapal dikctnbungkan sebagai elemen·elemen infrastruktur hijau benlpa Hubs seluas 2, 149.4 7 Ha terdiri dari: taman hu\an ray a. 1aman kota, kawllll
kul"-a ntodel hasil prodiksi menggunakan model pertumbuhan logistik.
sempadannya, scmpadan jalan, sempadan SUTET, clan sempadan rel kcreta api,
Luas total rencana network infrastrukrur hijau yang akan dikembangkan adalah seluas 3,609.61 hektar (17.35% dari total wileyah). Prioritas program yang dipilih dari beberapa alternatif adalah deogan menetapkan inlh1strulctur hijau tersebut sebagai kawasan lindung, Hui ini berdasarkan kuisioner kepada J.W°I' :iluAi:holder. dengan nilai sebesar 61.3%, yang berarti tiga kali lebih diinginkan dibandingkan
altcmatifyang lain. Kata kunci:
intrasnuktur hijau, network; hubs. links. carr)•ing capacity, model
TJi/urung 1r11mgutip sel>agian a/au sel11n1h karya lulis ini tanpo mo?nl'antumkan a/au menyebutkun sumber a. Pengutipa» hanya untuk: 1"'penliny,a11 pendidikan, penetitian. penulisan karya llmiah, penyusunan laporan;penulisan kritik atau tinjaunn suoru masalah;
b. Pengutipan terscbut tidak merugikan lcepentin[?an _van~ wajar Institut
Pertanian Bogor 2.
Dllurung meugumumkun dan memperbanyak sebagian utau s~/wuh karya tu/is dalam bentuk. apqmn tanpa izin /nstitut Pertunian Begor
ANALISCS STRUKTUR RUANG DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR HIJAU DI KOTA DEPOK
F. X.ll~WIRAWAN
Tesis Sebagai salah saiu syarat Wltuk rnemperolch gelar Magister Sain~ Puda Program Studi Ilmu Percocanaan Wilnyah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
BOGOR 2009
Pcnguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ernan Rnsriadi, M. Agr
Judul Tesis Nama NRP
Analisis Struktur Ruang dalam Pengembangan Hijau di Kota Depok F .X.Herwirawan A 156070254
Infrastruktur
Disetujui Komisi Pembimbing
tro Teio Baskoro M.Sc Anggota
Dr. Ir. Alinda Fitriany M. Zain, M.Si Ketua
Diketahui
Ketua Program Studi Umu Perencanaan
ila
utro M.S
Tanggal Ujian: 1 April 2009
Tanggal Lulus:
2
5 MAY
zns
PRAKATA Puji dan syukur pcnulis panjarkan kehadirat Allah $\VT alas bcrker dan rahmat-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Juli s/d Nopembcr 2008 ini adalah Analisis Struktur Ruang datam Pengembangan lnfrastruktur Hijau di Kota Depok. Puda kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan pcnghargaan setinggi-tingginya kepada: I. Or. Ir. Alinda l'itriany M. Zain, M.Si dan I lr. Ir. Dwi l'utro Tejo Baskoro, M.Sc selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing. 2. Dr. Ir. Ernan Rnstiadi. M. Agr selaku Dosen pcnguji hiar komisi nan Ketua Progrem Studi llmu Pcrencanaan Wilayah.
3. Or. Ir. Baba Barus. M.Sc selaku Sekretaris Program Studt llmu Perencanaan Wilayah. beserta segenap staf pengajar dan staf manejcmcn Program Srudi llmu Perencanaan Wilayah fPR 4. Para Punpinan dan staf Pemerintah Daeroh Kotamadya Dcpok terutama Bappeda, Dieus Pariwisata dan Dines Lingkungan Hidup dan Pcnamana.n
Kot.a Depok, S. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Oappenas atas kcsempaten beasiswa yang dibcrik.an kepada pennl is. 6. Rekan- rekan PW L kolas Bappeoas angkalan 2007 atus segala do' a.
dukungen dan kerjasamanya, 7. Didit Oki.a Pribadi, SP .. M.Si (P4W I.PB). Manijo. Rllni dan Ana (Lab. Imkri1j~ IPB) dan pihak-pihak lainnya yang ridak bisa diseourkan saturer11aru yang telah memhantu dalam penyelesaian penelitian iai. Akhimya ucapan terima kasih YBll8 setiaggi-tingmya alas dn'a, dukungan dan pengertian dari seluruh keluarga di rwnah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, Bogor, April 2009
F X'Herwirowon
RIWAYATHIDUP Pcnulis dilahirkan di Tanjung Balai pada Tanggal 5 April 1970 dari ayah (Alm) Dj~mal Socnarjo dan ibu (Alm) Theresia Widiasruti. Penulis rnerupakan putra kelima dari seuibilan bersaudara, Pcndidikan Sarjana ditcmpuh pada Fakultas Kchutanan Institut Pertanian Rogor den lulus tahun 1994. ]'OOa lahim I 994-1996. penufu bd..crja pada Proyek lnventarisasi !I utan Nasional di Jakarta Tahun 1996 penulis dilerima sebagai Pcgawai Negeri Sipil Dcpartemen Kehutanan sebagai staf pada Badan Planologi. Penulis menerima Bca.~iswa Bappenas RI Tahun 2007 dan diterima pada Program Studi llmn Perencanaan Wilayah !PB. Saat ini pcnulis tetab berkeluarga clan tinggal di Kula Boger.
Infrustruktur Hij au ................•.... Konservasi l .ahan
.. ·-····-···· -···
8 . .
- ········-·····-
. .
BAIIAN DAN METODE Waktu dan Temper ·····················-·-····-··--···-·-···
6 7
.
Alar dan Bahan Penelitian . Metode Peneliuan . Analisis Tren . Identitikasi Kondisi Eksisiing . Penyusunan Rencana infrastruluur Hijau . Prioruas Program untuk Penerapan Rencana Infrastrukmr Hijau ..
30. Infrastruktur Hijau Lebih Besar dari 2 Ila dengan Buffer 300 meter...
53
lnfrastruktur Hijau I .ebih Besar dari 20 Ha dengan Buffer 2 km.........
53
31.
32.
Infrastruktur Hijau Lcbib Besar dari 100
Ha dengan Buffer S Km......
54
33. lnfrastruktur Hijau Lcbih Besar dari 2 Ha dengan Buffer 300 meter, 2 Km, 5 Km
·····-·-· -·-
54
DAFT AR LAMPIRAN Halaman l.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Dcpok Tahun
2.
2001-2007............................................................................................ Anggaran Pcnenrnaan dan Biaya Daerah Kola Depok Tahun 2006 untuk Pembiayaan Infrastruktur...........................................................
68
3.
Data Jumlah dan Jenis Fasilhas di Kota Depok per Kecamatan..........
71
4.
Peta Rencana lnfrastruktur Hijau Kota Depok
72
5.
Peta Prediksi Kondisi Kota Depok Tahun 2050 dengan Framework lnfrastruktur Hijau .. .
73
67
PENDAllULUAN
Latar Bel.akaor; Pcntlitiao Posisi kota Depok mendorong
pembangunan
di kota Dcpok mc[!jadi
penting sebagai kota penyangga Kota Jakarta yang !38! ini tclRh menjudi lcnt.u megapolitan dengan konsep pcngembangan kota mclipun Jabodetabek-Puojur. Sebagai kota penyangga, Depok hams mampu memberikan dukungan terhadap perkembangan kota Jakarta. baik sebagai penyeimbang
lingkungan maupun
penyedia pelayenan yang lain seperti serana pemukiman. I .ahan yang rerbatas di Kota Jakarta membuat daerah sekitar Jakarta menjadi sasaran perluasan terutama untuk
pemukiman
pcrkembangan
para
penduduk yang
Kola Depok menjadi
bekerja di Jakarta.
Akibatnya,
sangal pcsat karena letaknya yang
berhirnpitan dengan Jakarta. Scjak awal perkembangan l
yang mandiri, t.ctapi lebih kcpada penyediaan pemuklman bagi orang-orang yang bckerja di Jakarta den3an pembungunan perumahan seam besar-besaran oleh Perum Perumnas.
Sehingga jwnlah pcoglaju kc Jakarte menjudi cukup besar,
kurena Depok kurang menyediakan tasilitas untuk pemenuhan kcbutuhan
ekonomi, Kola Depok memiliki karakteristik campuran antara sifat perkotaan yang
ditandai
dcngan berkembangnya
kegiatan
jasa,
perdagangan,
industri dan
pemukiman yWlg padat di beberapa tempat dan pedesaan dengan dominasi kegiaian
pertanian dan
perkampuugan
yang terpencar.
llttl
ioi tentunya
mengakihatkan konversi lahan-lahan pertanian dan lahan terbuka lainnya menjadi kawasan terbangun dengan sangat cepat. Tuntutan pembangunan akibat desakan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat j ug11 rneuuntut penyediaan fasilitas
pemukiman, rumah sakit, jalan. sekolah, industri dan lain-lain. Pcrencanaan
tuta ruang kawasan perkotaan mutlak diperlukan, sebagai
arahan unmm pembangunan yang akan dilaksanakan guna mendokuug kegiatan
ekonomi. sosial dan lingkungan masyarakat kola. Pcmbangunan yang dilakukan seharusnya
tidak mengurangi
areal produktif
untuk pertanian dan kawasan
konservasi alam. apalagi Kota Depok relah ditetapkan sebaglli kawasan konservasi air dan tanah bagi wilayah di sekiiarnya. Kota Dcpok diharapkan ruampu memadi
2
daerah resapan air dan konservasi tanah serta mcncegah bahaya Jingkungan terutsnw bnnjir yang sc1iap tahun melanda Jakarta. diharapkan
berfungsi
sebagai
Selain itu Kota Depok juga
counter magnet, yaitu wilayah penyeimbang
I ingkungen bagi Jakarta,
konsep-konsep
Berkernbangnya
pembangunan
Jcbih
yang
rncmpenimhangkan aspek lingkuagan 1dah mew.. mai perencanaan-perencanaan wilayah S11at ini. satah sam konsep dasar yang bcrkernbang sejak tahun I 9KOan adalah Eco-city yang menunjukkan
pcrkotaan
dan
pembangunan
hubungan dari rangkaian isu pcrencanaan
ekonomi
melalui
keadilan
sosial
dengan
mengedepankan demokrn.~i lokal dalam konteks keberlanjutan, Dimensi pembangurum yeng bcrkclanjutan merupakan satah satu :;a5an111
dari konsep dasar Eco-city yang dikembangkan oleh para pereneana, ak.adt:mi~i, pemerintah daerah clan kelompok komunitas untuk perencaaaan pengemhangan wilayah.
Dalam konteks ini. make haru~ tcrjadi kcseimbangen pembanganan
ekonoml, sosial clan li.ngkun~
dan tidak melebihi curryinf{ capacity suatu
wilayah, dengun tujunn bahwa pembangunan yang dilaknlc11n saat ini tidak mcngurangi pilihan
bagi generasi yang akan dulang.
Dcngan demikian
pcrencanaan kawasan perkotaan harus diawali dcngan perencanaan nenataan ruang ynng mendukung perkembsngan kota yang berkelanjutan.
Peneniuan
suukmr ruang dan pola ruang y111111 tepat menjadi syarat mutlak
bagi
perkcmbangan kawasan perkotaan. Berdasarkan pcrencanaan penataan ruang yang berkelanjutan tcrsebur, maka dapat dibuat ~ualu pereucanaaa infrasnuktur yang mantap gWUI mendukung kehidupan perekonomian, sosial dan lingkungan di wilayah kola.
Infrastruktur
scringkali diidemikkan dengan sarana Jao prasana dalam hentuk fisik al.au yang hiasa digunakan untuk mendulmng aknvuas ekonomi Ihm sosial berupa bangunan. jalan, saluran air, rumah sakit. pasar, terminal. sekolah atau yoog mengarah pada bangunan iefrastruktur (Grey Infrastructure]. mengcnai
infi'astruktur
yang lcbih lt~
Saar ini telah berkembang konsep lagi. yang 1"1.Ugat mempeugaruhi
keberlanjutan dan perkembangan suam komnnilas yaitu infrastruklur hijau (Green /11.fra.~ln,ct1~) sepcrti: taman, hutan kous, kawasan konscrvasi, sarana rekreasi,
jalur hijau dan sebagainya yang berhubungan dengan atam atau lingkungan, Kcdua infrastruktur tersebut harus dikcmbangkan
dan dircncanakan
secara
scimbang dengan mcmperhankan aspek keberlanjutan untuk mcncapai kemajuan suatu wilayah untuk permmbuhan yang gcmilang (Smart (irnwlh). ldentifils~i Masalab Pcrtambahan
pendndnk
di
kawasan
Jabodetabek
yang
cepat
mengakibatkan wilayah Kota Depok menjadi saleh sstu kawasan pengcmhangan
pemukiman bagi masayarakat kota Jakarta.
Pembangunan kawasan perkotaan
telah memaeu terkonversmya lahan-lahan terhuka menjadi kawasan terbangun. Hal tersebut mengakibatkan terdegradasinya kualitas lingkungan hidup di Kora
Depok. Lahan-laha« rerbangun yang baru tersebut umumnya j\lga ticlak didukung uleh pcmbangunen fesiluas YM8 memadai sepcrti jaringsn jalen, pembuangun
limbah, air bersih, dan sebagainya, Pemerintah harus mengeluarkan hiaya yang tidak sedikit untuk menyediakan fasilitas-lasilnas publik bagi masyarakat, apalag! bila masyarakat menyebar secara tidu.k teratur, maka biaya yWlg harus di.keluarkan akan semakin tinegi clan sistem perekonomian maupun sosial meniadi tidak cfcktif Jan cfisicn. Saal in! di Kota Depok belurn
11;nhip11.l
fasilitas pendukung kehidupan
secara layak, baik fasilnas yang berbcntuk fisik (grey irfrastructure'; maupun fasilitas
lingkungan (green infrastruaure), Fasilitas Iisik scperti: tempat
bcribadah, sarana olah raga, pasar.jaringanjalan, dan fasilitss umwn luinnya yang mendukung aktivitas perekonomian dan ~osial masyarakat,
Scdengkan fasilitas
lingkungan berupa: hutan kota, tamon kota, kowasan konservasl, sarans rekreasi, jalur hijau, areal untuk berolahraga di alam terbuka, dan kuwasan terbuka Ifillu1ya. Pembangunan fisik Kola Depok yang sangat inl.ensif dapat menurunkan kualitas lingkungan seperti: udara, air dan sumberdaya alam lainnya yang pada
akhimya dapat mempcngsruhi kualitas kehidupan masyarakat Kota Depot. Oleb kareoa itu dipcrlukan suatu landasan pcrencanaan yang jelas unmk mengann lulul.si gr«<;1r1 infrastructure
berupa kawasan konscrvasi sumbcrdayn alam dan
Jahan-Jahan pertanian serta kawasan tcrbuka laimya yang dihuhungkan oleh
4
networlc alami dalam sualu kesatuan yang ridak terpisahkan.
Bclum adanya
rencana induk tata ruang yang mantap dengan mernpertimbangkan kcseimbangan antara unsur-unsur alami Jun huatan juga memadi sumber permasalahan di Kora
Depok. Tujuao dan Manfa11t Penelifian Penelitian i ni hertujuan unluk: I) Mcmprcdiksi
pertumbuhan
penduduk
di masa yang akan
datang
dnn
menghitung carrying. capacity wilayah. 2) Mcmprediksi kecendcrungan perkembangan kawasan tcrbangun 3) Membuat rencana network infrastruktur hijon hcrupa lokosi-lokasi ekosistem alami yang ada (Hu1's) dan hubungan-hubungannya (links)
4) Mencntukan prioritas program yang harus dilakukan untuk penerllf)llJl iu.frastruktur hijau di tapengen Peneliuan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahen arahan dalam pcnyusunan rencana pengembangan kota dan masukan dalam pembuatan rencana penacaan ruang kola sebagai usaha uotuk mclakukan knnservasi lahan dalam
rangka mencapai pembangunan kota yang herkclanjlrtan. Keraogka Pcmikirao Penelitian ini didasari oleh permasetahan utama scmakin berkurangnya lahan-lahan alemi di Korn Depok yang bcrubah menjadi kawasan terbangun.
Pcningkatan luasan kawasan tcrbangun akan mengurangi luasan ruang terbuka. Kecenderungan pertumhuhan kola dan populasi penduduk akan mcngkibaikan kcbunihan
ruang tcrbangun mcningkat.
Kondisi ini akan diprediksi dengan
mclihat tren jumlah pe11duduk dun kawasan terl>angun WJtuk masa yang akan datang.
Hal terschut menentukan k.ebutuhan luasan inf~!
yang harus ado. Disisi lain. ruang tcrbuka yang uda snat ini merupakan wilayah yang
berpotcnsi
untuk ditingkatkan
sebagai
mfrastruktur hijau.
Melalui
identifikasi karakteristik wilayah akau dipcmleh gambaran kondisi ruang terbuka saat ini.
5
Selanjutnya dihuat network infrasuuktur hijau benl<1..W'kan kondisi saar ini dan keburuhan di masa yang akan datang. Rencana intrastruktur hijau tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengerubangau kota untuk mendukung kegiatan elconomi masayarakai secara lebih efisien atau dikcnal sebagai Sman Growth. Konscp
tersebut
mengacu
pada
prinsip
pengembangan
kota
yang
mernpertimbangkan asper lini.rkungan secara seimbang selain aspek ekouomi dan sosial (eco-r.i1y) untnk mencapai pembangnnan perkotaan yang bcrkelanjutan. Penelitian ini disusun dalam suani kerangka pikir sebagai berikut: Kota Depok ~
Pcrtamllahan Pemluduk Pcsat
---
i
J.
.L llertambah
Pembangunan aspek I ekonomi. !Oisial dan lingkungan tidilk scimbans 1
Ruan~ Terbuka
Ucgrada.>i
Berkur&ng
Unl(i<1mg;m
Ruang Ttll'ba!lgun Terus
' I
I
J. l'ung,i KonS"l) Green Infrastructure
EkologJs Terganggu
I
l'elayananLlngkungen Memadai dan ScimbanJ!. ,I.
Smar: Growth
•
l'cmbai•gunan l'eril.otaan Derkelaniutan --· -
Gamhar 1. Kcrangka Pemikiran Penehrlan
TJN.JAllAl'I l'USTA KA l'engemhangan Kawasan Perkoraen Mcnurui LIU Penataan Ruang No.2!> tahun 1007. yang dunaksud kaw11s1U1 pcrkotaan adalah wilayah yang mempunyai l:eg.1:.tan utarna bukan penanian dengan
susunan
fuugsi
kavm:;an ~f:.agai tcmr.-at perrnukiman
perkotaan,
pcrnusatun dan distribusi pdayanan ja-1:1 pemcrintahan, pclayanan sosial dan kegiatan ckonorni.
Pcrrnasalahan
utama pada kawasan pcrkotaan umumnya
adalah konvcrsi lahan, penyediaan infrastruktur, la.iu perrambahan penduduk yang p-.'ll~H!~
dau ams urh~ni~1~i. Pernbangunan
yang mcnyebar seeara ridak teratur ac\ulah perluasan
pcmbangunan dcngan it1t.:nsitas \.epadal(ln
yang
rc11dah dengan rnemanflll!lkan
lahan-lahan yanc scbehnrmya lidak terbangon. Sebaga; contoh di Ainerika Serikat cipcrkirakan kchilangan
50 litre sctiap jarn unruk pembangunnn .rnburl,an dan
pcrluasan kora (l.onJ(man. 1998). Pcmbangunan yall8 men)'et•or tida], teratur im mcnuntut pemerintah lol:.il 1111tuk menyediakan pelayanau poblik b~~ komuniras di pcmukiman yang baru, dan s
tidak mcncukupi unLuk J><.mbangUll!lll fasiliras tcrsebut, Scbattai perbandingan cl Kota Prince William. Virginia. diperkirakan biaya untuk pcnyediaan pelnyunan urnuk pcmukimau perumahan baru yang di
lwl
yang dapat mernbcrikan pelayanan rerhadap aktivitas ckonomi yang ada dan mcnjadi kckuatan pcmbentuk struktur ruang pada kawssan tersebut,
Konsep kota
metropolitan metupakan suaru bentuk pemukimun her.;k.11.la bcsar yang tcrdiri dari satu atau lebih kota besar can kawasan yang secara kescluruhan termtegrasi, rncmbcntuk suatu sistern struktur ruang rertentu dengan satu atau lebih kota besar
scbagai pusat dalam ketcrsaitan ekonorni, sosial dan Jiugkuugan scrta iuempunyai kcgiat"n ·~konomi jasa rum industri yang bcragam (Dardak, ~007).
Konsep
peugcmbaugan kuwasar, perk()(aar. harus dilakukcn dengan rnempernmbaagkan aspek ekonomi. sosial dan llngkungan. seperti terlihut pada garnbar bcrikut:
7
Gambar 2. Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan (Dardak, 2007) Daya dukung (Carrying capacity) Pembatasan fak:tor ekologi keseimbangan ekologis,
diimplementasikan berdasarkan pnnsip
dengan tujuan untuk menghitung berapa banyak
kebutuhan ruang terbuka hijau agar tercipta keseimbangan ekologis (Zhang et al. 2007). Metode ini diimplementasikan untuk perencanaan system ruang terbuka h.ijau di Hanoi, berdasarkan analisis elemen-elemen kunci ekologis termasuk carrying capacity populasi, keseimbangan karbon-oksigen, dan keseimbangan supply-demand sumberdaya
air,
Carrying capacity populasi adalah jumlah
penduduk terbesar yang dapat didukung oleh ekosistem untuk makanan dan energy berdasarkan kondisi produksi yang tetap, produktivitas lahan, standar h.idup dan kelayakan (Pham D. U., Nobukazu N. 2007). Konservasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan adalah konsep yang bertujuan untuk mencapai harmonisasi antara ekonomi dan lingkungan, dan mengelola kualitas lingk:ungan dengan pertumbuhan ekonorni yang baik. Konsep ini didasari asumsi bahwa lingkungan alami mempunyai batas untuk mendukung aktivitas manusia seperti variasi penggunaan lahan.
Lebih dari itu, dikatakan
bahwa pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan akan memberikan pengaruh negate pada produktivitas ekonomi dan mengakibatkan polusi lingkungan
yang
meningkatkan
biaya
aktivitas
ekonomi
dan
sebagai
konsekuensinya membatasi pertumbuhan ekonomi. Maka, pengembangan kota
8
harus dikontrol secara huti-hati dengan kapasites Iingkungan agar tetap sustain (Kyushik. 0. et al. 2004). Ekologis umumnya mcmpertimbsogkan carrying capacity scbagai angka maksimum jumlah individu yang dapat didukung oleh lingkungan dan pcnurunan kemampuan
wilayah dalam mendukung
gencrasi yang akan dauui~ (Chung,
1988). Pcrencana biasanya men
fisik dengan rnempertimbangkan degradasi
aiau
kerusakan (Schneider et al.J 97R). Carrying' capacity juga dikatakan sebagai kemampuan alarn dan system buatan mnnusia untuk rnendukung permintaan dari berbagai penggunean, clan mcngikuti hatasan alam dalam system yang iiklill dating dengan kctidakstabiian,
degradasi atau kcrusakan yang terjadi (Godschalk and
Parker. \ 975). llrnu sosial tcrpusar pada manusia, currying capacity dapat juga
didefinisikan sebagai skala ekonomi yang system alami dan wilayab dapar sustain (Seoul Development Institute, 1QQ9)_ Sccara umum konscp carrying capacity wilayah perkotaan didefinisikan sebagai
aktivitas
rnanusia,
pertumbuhan
populasi,
peuggunaan
lahan,
pembangunan flsik, yang dapat berkclanjU1an dengan lingkungan perkotaan tanpa menimbulkan dcgradasi dan kcrusakart yong parah (Oh et al., 2002). Konsep ini didasari asumsl bahwa ada barasan lingkungan yang pasti bilamana terlampaui dapat menyebabkan kerusakan lingkungan alam yang perah (Kozlowski, 1990). Pcndckatan konsep carrying capacity dapat berguna ketika batasan diidentifikasi untuk masa yang akan darang. depan unruk pcngeiolaan
Perbedaan kapasitas system sebagai acuan Ice
fasilitas perkotaan seperti penyediaan air. pengolahan
limbah, dan transportusj(Oh,
L 998).
Hut1u1 Kota Tujuan
dari hutan kota adalah untuk mcrnpcroleh kebutuhan
sosial
ckonomt, Sclanjutnya hulan kota lll<:t\lpakan kompore» dari kcscluruhan proses perencanaan yang terpadu dan memiliki tujuan politik, Hutan kota adalah sebuah konsep,
yang bertuj uan unruk menciptakan
fasilitas rekreasi outdoor, yang
9
meuganut trudisi lokal dalum pengelolaan dan cita-cita dari nilai-niiai adat dan budaya yang sccara keseluruhan menggunakan tekmk kehutanan dengan biaya minimum. Selanjutnya dalam proses perencanaan hutan kota dapat dilakukan dengan cara mcnyuarakannya melalui seklor ekonomi dan teknik argumentasi
untuk pengcmbangan lahan-Iahan yang tidak tcrbangun untu.k mcmperoleh manfaa1 rekreasi outdoor. keanekaragaman jenis, dan mantaat sosial ekonomi (Skarback. 2007). Pohon-pobon di
pcrkotaan meningkatkan
kuaiitas
udara
dengan
mengltilangk:m polutan di udara. Oi Guangzhou. hamper 311.02 Mg polutan udara dihilangkan olch pohon-pohon
di perkotaandi tahun 2000 dengan nilai
sctara RMB 90.19 ribu. Keoanyakan dihilangkan pada bulan-bulan di musun
dingm dimana konsentrasi polutan tertinggi reriadi. Selain itu, ukuran yang besar dan penutupan tajuk yang kontinu dapat mendorong cfisicnsi penghilangan polutan udara, Penghilangan poluian udara rata-rata hampir sama dengan hasil cmpi ris yang dilakukan di bcrhagai tempar, termasuk kemampuan pengbilangan polutan dari hutan kola di kota-kota di Amerika (Nowak, et al. 2006). Menurur Davies, et al. (2007) yang dirnaksud hutan k.ota adalah
terminology umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan pohonpohon yang berada di jalan dan area dengun pepohonan bcrkayu dalam tamantaman kola dan sekarang diartikan juga sebagal proses alami yang diakui lt:rjadi di lllw:n daripada sekedar pohon-pohon yang ditaruun.
Hutan kota juga
mcnggambarkan lansknp tahun yang luas yang sering ditemukan di pingsiran perkotaan yang menccrminkan bentuk hutan Ylilll!, tradisioual yang terdiri dari pohon-pohon clan lahan rcrbuka, dengan hanyak penggunaan lahan dan
karaktcristik lauskap. Pem11aan Ruang Daliun Reacana Tata Ruane, Wilayah 'l\11sional (Rl'RWN) yang ditctapkan dalam l'I' No.Z6 Tahun 2008, Kota Depok termasuk dalam bagian kawasan perkotaan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Jabodetabek, RTRWN terscbut, Kawasan Jabodetabek-Puruur
Selain Itu dalam
ditetapkan sehagai Kawasan
Strategis Nasional bcrkatcgori I/All, yang berarti merupakan kawasan yang
10 membutuhkan rchabiluesi/revitelisasi sebagai Kuwasan Siratcgi Nasional dengan
sudut kcpentingan ekonomi. Percncanaan rata ruang adalah suanr proses untuk mencntukan struktur ruang dan pola ruang yang mcliputi penyusunan
dan penetapan rcncana tata
ruang, Sedangkan pernanfaatan ruang adalah upaya untuk mewuju
ruang dan pola ruang sesuai dcngao rencana tllla ruang melalui pcnyusunan dan pelaksanaan progr=
beserta pembiayaannya {UUPR No.26 tahun 2007).
Dalarn rangka pemanfaaum ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut j uga pola pengelolaan tara guoa tanah (Peraturan Pcmerintah Nomor 16 pasal 4 ayat l , 2004 ).
Pcraturan ini mendukung pemanfaatan tanah yang lebih
efisien bagi kepentingan ekonomi. sosial dan Iingkungan masyarakat di suatu wilayah. Peoentuan lokasi pcmhaogunan menji!di renting terkait juga dengan tipe penggunaan
lahan di suam lokasi, tamasuk pcmbangunan
infrostruktur
dan
menentukan daerah-daeruh yang meniadl kawasan Iindungzkonservasi. Pada pasal 29 Undang-undang
Rr No26
tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dikarakan bahwa: I. Ruang terbuka hijau (sebaguimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a) terdiri
dari ruang terbuka hijau pnhlik dan rwmg terbuka hijau privet "
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh)
person dari l uas wilayah kota Dalam lJl JPR no.26 tahun 2007 dikenal pembagian pola ruang menjadi kawasan lin
kelcstarian lingkungan hidup yang mencakup surnber daya alam dan suinber daya buatan, dan kawasan budidaya yaitu wiJayah yang ditetapkan dengan fungsi utarna untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya slam. sumber
daya manusia. dan sumber daya buatan.
Kawasan metropolitan adaluh kawasan pcrkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitsrnya yang saiing ruemiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sisrcrn jaringsn prasarana wilayah yang terintegrasi dengan
jumlah pcnduduk secara kescluruhan sckurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.
11
Mcnurut Pcraruran Pemerinlah No.69 tahun !996 dinyatakan bahwa strategi pelaksanaan ruang wilayah KabupaleniKotamadya Daerah Tingkat II dirumuskan dengan mempertimbangkan kemamplllm ilmu pengelahuan dan teknologi, serta data can informesi dari berbngai pihak untuk terciptanya upaya
pcmanfaaran ruang secara berhasil guna dan berdaya guna, terpeliharanyu kelestarian kemamnuan Iingkvmgan hidup, dan tcrwujudnya keseimbangan kcpcnungan kesejahteraan dan kcamanan,
Srrategi pcleksanaan pernanfaatan
ruang wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat U berisi pengclolaan kawasan 1indung, kawasan budidaya, kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan, dan kawasan tcrtentu scrta sistern pusat pemukiman., sistem prasarana wilayah, dan penatagunaan taneh, penatagurcan air. penatagunaan udara, dan pemsagunaan sumber daya alam lamnya, sumber daya buatan. dengan memperhatikan kcterpaduan dengan sumbcr day11 manusia. Meeurut Peraturan Meme,ri Peserjaan Umum nomor 6 tanun 2007 bahwa
pada area jalur hijau yang berfungsi ~gai
area preservasi dan tidal dapat
dibengun, Pengaturan ini untuk kawasan: (a) Scpaniang sisi dalam l)aerah MiID: Jalan (Damija);
(b) Scpanjang bantaran sungai; (c] Sepanjang sisi kiri kananjalur kcreta; Id) Sepanjang area dibawan jaringan listrik iegangan tinggi; (c) Jalur hijau yang diperuntukkan sehagai jalur taman kola atau hutan kota, yang mcrupakan pcmbatas atau pemisoh suatU wi1ayah.
Sistern ruang terbuka dan tata hijau merupakan kotuponen rancang
kawasan, yang tidak sekedar terhentuk sebagai elemen tambahan atau run elemen sisa setelah proses rancang arsitektural disetesaikan, melainkan juga diciptakan
sebagai bagian integral dari suatu lingkungao yang lebih luas, Penataan sistem ruang terbuka diatur melalui pendekarandesain tata hijau yang membentuk karakter Iingkungan serta memiliki pecan penting baik secara
ekologis. rekreaiif dan estetis bagi lingkungau sekitarnya, mcmiliki karaktcr tcrbuka sehingga mudah diakses sebesar-besamya oleh publik,
Infrastruktur lntrastruktur menunn wikipedia bahasa Mclayu dianikan sebagai satu set struktur yang bcrgabung antara satu sama lain lalu membentuk satu rangka yang menyokong keseluruban struktur tcrtentu, seperti: rd. jalan, pelabuhan, jaringan telcpon, sanitasi, gas. clan lain-lain. mcngartikan
infrasrruktur
yang
terorganisasi
wikipedia free encyclopedia
sebagai: (I) struktur dasar
dlperlukan
(2) memberikan pelayanrm
Sedangkan
untuk
berbcmuk
melangsungkan
clan Iasilitas yang
fisik yang
kegiatan
sosial;
dipertukan oleh fungsi ekonomr;
(3) bcrkaitan dengan struktur teknik yang mendukung kehidupan mai;yarakat, sepcrti: jalan, saluran arr, jaringan listrik, telekomunikasi, sekobh dan rumah
i.tistal~i dasar dan fasiliias yang mcndukung scktor ckonomi. sl!danglcan yang dimaksud bangunan i~ frastrukuir adalah rel kcrcta aoi, jal1111, [aringan Jistrik dan g9S, infrastruktur uir, dan infmstrulctur ~ial scperti sekolah, rumnh s~lcit dan
perpustakaan, tufrastruktur HijAll
Eco-city merupakan dasar pcmikira» yang mengacu peda prinsip-prinaip pengernbangan
kota
yang scimbang
mempunyai misi u1.1tuk. mem~Wl
dan berkelanjutan.
Konsep tersebut
kota-kota yang ekologis dan seirnbang
dcngan alam. Konsep ini menurnut rencana penataan ruang yang sesuai dan juga perencaoaan pernbangunan iufrastruktur yang mendukung kcscimbangan dcngan alam datum prinsip pembangunan berkelanjutan (Roseland. Lingkungan
!Udup yang
sehat
dapar diciptakan
1997). melslui
kesadara»
rnasyarakat akan kcbutuhan terhadap lingkungan yang bcrsih, nyaman dan indol). IJi negara-negara berbasiskan
maju
liogkungan
telah dikenal konsep penataan lnfrastruktur yang yang sehat atau yang dikenal dengan konsep green
i11Jru.ylruluur. Konsep terscbut saat in\ di lndonesia diimplementasikan dcngan mengelola kawasan terbuka hijau.
Sesungguhnya
konsep green irfrastruaur
mempunyai ani yang lebih luas dibandingkan dengan ruang terbuka hijau.
13
Menurut The Conservation Fund and USDA Forest Services (1999), infrastruktur hijau adalah sistem alami yang mendukung kehidupan manusia yang terdiri dari hubungan jejaring (network) dari saluran air, lahan basah, Jahan yang berisi pepohonan, habitat satwa liar, dan areal alami lainnya; jalur hijau, tamantaman, dan areal konservasi lainnya; lahan pertanian, lahan penggernbalaan, dan hutan; serta sumber hidupan liar lainnya dan daerah terbuka yang rnendukung kehidupan alarni spesies, ternpat berlangsungnya proses ekologi alami, keberlanjutan sumber daya alam udara dan air, dan memberikan kontribusi kepada kesehatan dan kualitas kehidupan komunitas dan masyarakat. Sebenamya
ada
beberapa
istilah
dan
definisi
mengenai
green
infrastructure, narnun yang lebih penting adalah bahwa konsep tersebut meliputi: (a) Penetapan pengelolaan kawasan terbuka yang hijau baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan; (b) Hubungan yang strategis antara kawasan terbuka yang hijau; (c) Masyarakat mendapatkan keuntungan yang berlipat.
Secara umurn
pendekatan konsep infrastruktur hijau adalah hubungan multi fungsi antara daerah terbuka termasuk taman, kebun, areal tanaman hutan, koridor hijau, saluran air, pohon-pohon di sepanjang jalan, dan daerah terbuka lainnya serta kondisi fisik lingkungan di pedesaaan maupun di perkotaan (Jongman dan Pungetti, 2004). Pendekatan tersebut j uga memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam secara lestari di masa yang akan datang.
Garnbar 3. Konsep Network pada lnfrastruktur Hijau (Maryland DNR, 2000) Prinsip dasar konsep green infrastructure adalah menghubungkan area alami yang rnemiliki sistem ekologis dalam luasan yang cukup dan tidak terputus
14 (hubs) dengan menggunakan koridor alami yang membuat bubungan sating terkait
antara lanskap lahan alami (Weber, 2003). Hubungan tersebut dapat rnembantu mengurangi hilangnya fungsi ruang terbuka karena fragmentasi. Diagram konsep Hubs- Corridor tersebut dapat dilihat pada gambar 3.
Menurut Mark A. Benedict dan Edward T. McMahon (2000), infrastruktur hijau merupakan hubungan interk.oneksi dari ruang terbuka yang melindungi fungsi dan nilai-nilai ekosistem alam dan memberikan keuntungan bagi populasi manusia.
Jadi infrastruktur hijau merupakan kerangka dasar ekologi yang
dibutuhkan untuk keberlanjutan sistem lingkungan, sosial dan ekonomi, atau bisa dikatakan sebagai sistem kehidupan alami yang berkelanjutan. lnfrastruktur hijau menghubungkan lanskap sumberdaya alam yang sangat bervariasi sebagai cadangan ekosistem yang memiliki karakteristik alami yang dibuat dalam sistem Hubs dan Links (Benedict dan McMahon, 2000). John Olmsted dan Frederick Law Olmsted Jr. (1903) mengatakan bahwa sistem yang terhubung dari taman-taman dan taman yang berbentuk jalur akan memberikan kegunaan dan kelengkapan yang jauh Iebih baik dibandingkan sejumlah taman-taman yang terisolasi/terpisah-pisah. Infrastruktur hijau dan infrastruktur fisik (green/grey infrastructure) sebenarnya sulit untuk dipisahkan secara tegas. Keduanya memiliki unsur-unsur yang diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia dan sating melengkapi. Kisaran antara green/grey infrastructure digambarkan oleh Davies, C. et al. (2007) sebagai berikut:
Green} Grey
Grey ~
Gambar 4. Konsep Kisaran.greenlgrey
infrastructure (Davies, et al. 2007)
15 Menurut Weber, T. (2003), area yang terfragmentasi merupakan awal dari hilangnya komponen-komponen
lingkungan dan lahan yang penting.
Seperti
dicontohkan pada gambar 5, dimana terdapat enam kelompok habitat populasi yang saling terhubung oleh koridor alam (a), selanjutnya disisipi satu bagian habitat dan mengakibatkan
oleh hilangnya
kelompok terpisah menjadi dua bagian
yang lebih kecil dan menjadi kelompok populasi yang terisolasi (b).
o-o (9)
o-o
0
Q9
:
(b)
0 0--0
0 0--0
Gambar 5. Fragmentasi Lahan (dimodifikasi dari Darmstad. 1996)
Konservasi Laban Perencanaan yang berkelanjutan diperoleh dengan melakukan pengelolaan ekosistem
dengan baik.
Kebijakan
yang sangat beralasan
untuk menjaga
sumberdaya alam dan ekosistem saat ini sering dilakukan, baik melalui restorasi maupun rehabilitasi habitat atau perlindungan spesies langka.
Konservasi lahan
meliputi perlindungan tanah dari erosi, meningkatkan kualitas air, atau secara umum meningkatkan kualitas lingkungan kita (Rodiek, J. 2007). Pada prinsipnya konservasi lahan dan sumberdaya alam ingin membangun siklus ekonomi,
rnembangun
ekologis kota, mengendalikan
siklus sosial,
meningkatkan mutu lingkungan
polusi udara dengan kemajuan teknologi,
mengatur cadangan air, tanah, dan sumberdaya lainnya.
dan
Konservasi lahan juga
ingin membangun sector sosial ekonomi di bawah batasan carrying capacity sumber daya dan lingkungan ekologis (Dong, S. 2007).
BAHAN DAN METOl>I: Waktu dan Tempat Pentlitian Penelitian ini dilakukan sclama 4 (cmpat) bulan yuitu bulan Agustus s/d Nopcmbcr 2008. Lokasi penelitian dilakukan di wilayeh administrasi Kota Dcpok meliputi 6 (enam) kecarnatan yaitu Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas. Bcji,
Limo, Sukma.i"Y" dan Cimauggis, Afat dan Babaa Ptneliliao Alar dan bahan
yang dipergunakan
antara lain
adalah: software
pcngolahan data citra dan CilS (ArcView. Global Mapper. Envi, ErMappcr, HrOa~).
data futo udara lahun 2006, peta-peta tematik (Peta Penggunaan 1.ahan,
l'eta Jaringan Jalan, Peta Hidrolugi,
Pew ll1fiI•l!)'J• SUTET, Peta Kawasan
Konscrvasi Air, Petu Saluran alam Angka tahun 2001-2007.
dun kamero. digital.
Mctode reneUtian ldcntifikasi kondisi ruane terhul:a dilakukan deogan analisis foto udara, peta-peta tematik dan data-data stalistik.
Hasil snali~is ini berupa; sebaran.
pruporsi, dan pcu~ml311ll ruoog terbuka hijau.
Analisis trend perkembangan penduduk dan ruang terbangun dilakukan dcngan analisis saturation model menggunaka» model lung logistik dan analisis citra
muhitemporal.
Selain
juga
iiu
dilakukan.
perhitungan
terhadap
keseimhangan pembiayaan pcmbangunan infrastruktur, Analisis tersebut untuk mcmpcrolch gambaran kcburuhan infmsauktur hijau minimal yang harus ada pada
rnasa yang akan datang. Kedua
analisis
rersebut
di
alas,
selanjutnya
dipadukan
untuk
mcngantisipasi kebutuhan infrastruktur hijau di masa yang akan datang dengan rncmanfaatkan potensi ruang terbuka yang ada pada saat ini. Penyusunsn rencana infrastruktur hijau dilakukan dengan analisis: foto udara, T .Q, Skalngram, kawasan konscrvasi air, standar dan kriteria J::11glish Nature Greenspoces.
Kemudian
di lakuk.an pcngumpulan
pcndapat para stakeholder untuk
mencari allcmatif prioritas program yang dikehendaki sebagai strategi penerapan
17
infrastrulctur hijau yang terbaik. Hal ini dilakukan dcngan menggunakan tcl
Secara lebih jelas kaitan proses penelitian
digambarkan pada diagram alir berikut (gambar 6). ldeotifikasi korulisi eksi6ting: foto Udara, Peta Tematil.. Data Sta1is1ik
~
-
I
AnalisisTren: l'opulasi, Ruang
ini
I
Terbangue
l
'-·
An.alisis Saturutiw1 Mutkl Analisis Cina \tulriwmporal Pembiayaan lntnstrulcrur
Gambar 6. Diagram Alir Metode Penelitian Analisis 'l'rend Pertama yang dilakukan adalah analisis trend jumlah penduduk.
Analisis
trend dilakukan dcngan mcnggunakan data-data stotistik Kota Depok beberapa tah\11\ lerakhir deng1111 menggunakan model saturation, yaitu model dugaan untu1' jsngka panjang at.au biasa dikenal dengan model Lung Logistik (W arpani, 1980).
Model inl merupekan modifikasi deri model ek.sponensial dan dianggap paling sesuai
untu.k
menggambarkan
trend perkembangan
penduduk
di
ncgara
18 berkembang.
Nilai k dari model tersebut juga menggamberkan daya dukung
wilayah (c'1rrying capacity). Rumus yang digunakan menurut Wil>isono (2007) adalab:
XI, X2, X3 ~ lahun ken YI, Y2. Y3 = jmnlah penduduk tahun 2001, 2004, 2007 ( - selisih tahun peogambilan data
q = selisih antara tahun le n deagan tahun awal ?t+q = prediksijwnlah penduduk tahun kc n (jiwa)
Data tahun 20-01-2007, X1=200l, X2=2004,X3=2007 Kedua, dilakukan analisis trend ruang terbangun,
Analisis tersebut
menggunakan hasil interpretasi citra satclit untuk beberapa tahun (multitempora[) berdasarkan hasil penelitian Radnawati (2005). dengan maksud lllltUk menghitung jumlah luasan lahan terbuka yang terkooversi menjadi ruang terbangun sebagai konsekuensi dilakukan pernbangunan, Penghitungan
dilakukan
dengan menggunakan
model
logistik (saruration model) dengan rumus :
Pt+q - _ _..___ l dimana:
·I
l0("'1!1l t
= X3·X2 = X2·Xl
f) = Ht (Log {Yl(Y3-Y2)/Y3(Y2-Yl)) a= Log ({YI· Y2}/(10fllY2·YI)) k=YJ(l+lOj XI, X2. X3 = tahun ken YI, Y2. Y3 = jumlah penduduk tahun ken t = selisih tahun pengambilan
iliila
pertumbuhan
19
q - sehsih antara tahun ken dengan tahun awal Pt+q = prediksi jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)
Data tahun 1972, 1990, 1997, 2001, dan 2006 Karena tahun pengambilan data tidak memiliki selisih tahun yang sama, maka dilakukan ckstrapolasi,
dengan menghitwlg
pendekntan dari bcsaraya rata-rata
konvcrsi lahan terbangun per tahun pada periode yaug bersangkutan.
Schingga
dapat diperoleh tahun sclisih pengamhilan data yang sama sebagai XI, X2. dan X3 dan juga dipcrolch nilai vi, Y2,dan Y3.
Asumsi yang digunakan bahwa luas kawasan terbangun maksimal adalah scbesar 70% dari luas total wilayah (sesuai dalam peraturan lJUPR No.26 tahun 2007). Luas terscbut bisa dikulllkAD sebagai carrying capacity wilayah, sehingga diharapkan
pembangunan
d.ihitung nilai
<1
tisik ridak melebihi batas luasan itu.
Sclanjutnya
dengan menggunakan rumus diatas dengan nilai k (carryi11g
capacity) diketahui yaitu luas total w.ilayah dikali 70%. Demikiaa juga dengan
nilai ~ dihimng dengan menurunkan dari rumus setelah diketahui nilai u, Sehingga dapat dipcmleh persamaan model pertumbuhan logistik sesuai rumus di alas dan diplotkan dalam gmfik. Ketiga, dilakukan perhitungan keseimbangan infrasuukfur.
pembiayaan pembangunan
lnfrasttuktur dipisahkan menjadi infrasttuktur yang bersitat fisik
(grey infrastrucrure) dan infrastruktur lingkungan (green infros1ructwe ). Analisis tersebut
akan
memberikan
perbandingan
pembiayaan
pemcrintah daerah Kota Depok untuk kedua infrastrukmr
yang
dikeluarkan
tersebut berdasarkan
APBD Kota Depok. Identiflkasi Kondisi Eksisting Idemifikasi dilakukan dengan menggunakan foto udara, peta-peta tematik, dan data statlstik.
Obyek-obyek yang l=l
statisnk di.identifikasi dan dideliniasi pada foto udara dengan mcnggunakan sofiwarc-software pengolahan data Sistem Informasi Geografis (SIG), seperti: Arc View, Global Mapper, ErDas Imagine. Hasil identifi.kasi berupa peta sebaran,
distribusi, proporsi, luas dan penggunaan ruang terbuka.
pusat pelayanan lingkungan, dalam hal ioi mengidentifikasi yllllg ada di Kota Depok berdasarkan data statistik.
infrastruktur hijau
Selanjutnya ditentukan
hierarki pelayanan Iingkungan dengan mclihlll >td11 J11n tidaknya infrastruktur lingkungan di wilayah tertentu dengan menggunakan data staristik pada buku Dcpok Dalam Angka. Menurut Warpani ( 1980), perhitungannya dengan menggunakan rumus
sebagai berikm: LQ - SiLlli - .fillS..
SIN dlmana:
Ni/N
Si
- jumlah fHSililas lingkungilll di daerah i
S
- jumlah seluruh fasilitas di daerah i
Ni
• jumlWi fosilitas lingk.Wll!M di seluruh Kola Depok
N
.,. jumlah seluruh fnsili~ di wiluyah Kola Dcpok
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu dacrah daJam scktor tcrtentu.
Kesimpulen yang dlperoleh baru merupakan kesimpulan
somcntara yang rnasih harus dikl\ii dan didllk kembali menggunakan ieknik analisis yang lain. Analisis skalogram digunakan uatuk rnengetahui hierarki wilayah dan
rnenentukan daerah yang menjadi daerah layanan dari inlrasiruktur yang ada serta dapat diketahui jwnlah dan jenis infrastruktur yang rub. Skalngram yang digunakan adaJah yang sederhana tanpa pcrnbobotan.
Hierarki wilayah ditentukan olehjumlah daojeois fasilitas lingkunean yang ada di wilayah tertcntu.
Analisis ini dimaksudkan untuk membantu identifikasi
karakteristik wilayah, selungga diketahu.i wilayah mana yang memiliki potensi berkembangnya suatu jenis fasihtas Iingkungan atau wilayah mana yang mcnjadi pusat fosilitas Iingkungan. Kawasan konscrvasi air diperoleh dari hasil peuelitlau Radnawati (2005) dengan mempertimbangkan
faktor-faktor: curah hujan, penggunaan lahan, lereng,
jenis t.onah, dun geologi.
Ha.<1il analisis ini dipemlch kawasan konservasi air
21 dengan kriteria sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dao sangat tinggi, Wilayah terpilih untuk pengembangan infrast:ruktur hijau adalah wilayah dengan kriteria sangat tinggi yang merupakan ruang terbuka dengan luasan yang signifikan dan kornpak. Hasil tersebut selanjumya ditelaah kembali dengan menggunakan foto
udara untuk. mcmperoleh wilayah-wilayah
y:ing
layalc untuk dijadil:an kawasan
kooservasi air dart rcrmtegrasi dengatt sistem infrastruktur hijau yang akan dibuat, Selanjulnya,
dilakukan analisis melalui fotn udara untuk. menentukan
obyck-obyck yang berpotcnsi sebogai Hub« dan links. Selain meaggunekan foto wJara tahun 2006, analisis ini juga didulrnng oleh peta-peta tematik lainnya sepertl: Peta Rupa Bumi Indonesia. Pet.I Wisata Kota Depok, Peta Penggunaan
Lahan, Peta RTRW Kota, Peta Jaringaa Jalan, dan Peta Jaringan SUTET.
Analisis tcrsebut menggunasan
sortware-software
pengolahan
data
peoginderaanjauh d1111 SIU. seperti: ArcView, ErMapper. Global .Mapper, ENVI. dan lain-lain.
Untuk rnengidentifikasi penutupaa laharl, sebaran, Iuasan dan
sebagalnya yan11 berksitan dengan perhitungan dan pcmbuatan peta-peta. Pcnentuan elemen-elemen i.nfrasmilctur hijau bcrch<sarlra.n standar luasan
dan !etak menurut English Nature Greenspuu.< (Davies 111 ul. 2006) wiiliih: Paling sedikit terdapat ruang terbuka seluas 2 Ha untuk j!llak 300 meter dari
lokasi pcmukimaa; Paling sedikit terdapat
ruang terbuka hijau seluas 2 Ha per 1000 jiwa
penduduk; -
Paling scdikit tcrdapat satu buah rucng terbuka setuas 20 Ha dengan j arak 2
Km dari pemukiman; Paling sedikit rcrdapar saru huah ruang tcrbuka seluas JOO Ha dengan jarak 5 Km dari pemukiman; Paling sedikit terdapat satu buah ruang terbuka seluas 500 Ha dengan jar-dklO Km dari pemukiman; Ruang tcrbuka yang berdekatan saling lclbubung, sedangkan prioritas dan pengembangan ditentukaa oleh pereocanaandan stakeholder di tingkat lokal.
22 Kriteria yang digunakan
dalarn pcnentuan
elernen-elernen
infrastruktur
hijau
adalah: Konteks:
kebutuhan, keinginan, aspirasi dan masalah dari kelo1npok atau
individu sebagai pertimbangan Unluk mclakukan kouservasi, merubah atau rnembangun Kualitas: berdasarkan standar kecukupan dan kenyamanan pelayanan llngkungan yang diberikan -
Interaksi:
mempunyai multi fungsi sebagai network yanu bersinergis antara
supply dan demand Selain itu syarat suatu area
untuk kehidopen liar dan tcmpat berlangsuagnya prosee-proses ekologi, Hub« dapat
berikut (Willlamson. K. 2003): a. Cadangan alami (R1:~1:rw:~). yaitu areal lc:onservtLSi yang luas seperti Taman Nesional, taman yang dikelola oleh pemerintab. den daerah perlindunw,an satwa li111; b. t.anscapc alami yang dicata ( Manugl!. native lanscupe« ), yailu Iahan milik yang
dimanfaatkan oleh orang bsnyak, seperti hutan negara atau hutan kota, dikeloln unmk ckarraksi sumberdaya alam dan nilai rekreasi;
c. Lahan untuk kegiatan usaha (WorAing Land~), seperti: pertauian pada tanah milik:, hutan, ladang penggemf:,,1l•Bn Y""8 dikclola untuk produksi komoditi y1111g didominasi oleh kawasen yang tidak dibangun; d. Tarnan-taman kota dan kawasaa lindwig (Parks and open space area), dalam jwnlah yang lobih kecil rnenyebar sebagai ekologi wilayah yang pentiog,
termasuk taman rekreasi, lapangan golf; e. Lahan terbuka yang dalam kondisi rusak, tanab terbuka, lahan bekas
penambangan, dan semak (ReCJ•cl
Karena itu ukuran dan kriteria Hubs sangat
23
ditcntukan olch fungsi minimwn yang diberikan area tersobut, hasil dari smdi
secara ilmiah yang spcsifik. Misalnya berapa Iuas area dan kondisi biogeofisik yang diperlukan untuk mcndapatkan kuahtas air yang baik, kualitas udara yang baik, atau habitat yang sesuai untuk. bunmg, don lain-lain. Pada penclitian ini
analisis kecukupan elemen infrasmiktur hijau (hubs) menggunakan standar luas area yang diacu dari F.ngli.(h Nature Greenspaces melalui teknik analisis
buffering. Secara umum syaral bagl masing-masing hub.~ menurur tuju.annya adalah: -
Hubs k.onservasi keanekaragaman hayati: memiliki kckayaan jenis twnbuhan atau s11tw11 Jilli' yang spesifik dun langka
-
Hubs konservasi air: berdasarken analisls biogeofisik wilayah iersebut sangal penting untuk menjaga kestabilan pmses hidrologi dan tata air
-
Hubs cadangan a.ir: rncmiliki kantung-kantung penyimpanan air berupa danau, waduk, situ, rawa atau Jaionya dan wilayah yang melindunginya.
-
Hubs taman kota: memiliki karakterisnk alami yang ditata secara baik dengan perpaduan unsur-unsur alami dan blWtun yang dapat mclayani penduduk kota
-
Huba olah raga alam terbuka: wilayah yang didominasi unsur alami dan berfungsi schegai sarana olah raga di alam terbuka
Hubs pengcmbangan pcrtanian: wiluyah yang berkaitan dengan kegiatan pertanian secara luas yang dldominasi oleh lahan tcrbuka l/11hs restorasi lahan: merupakan lahan-lahan terbuka yang rusak atau
terdegradasi yang dapat dik.embangkan untuk rnemberikan layanan lingkuugan
bagi masyarakat kota -
Hubs kawasan budaya dan rekreasi: kawasan untuk kegiatan budaya yang didominesi unsur-unsur nlam dan berfungsi juga sebagai tempal rekreasi alam
terbuka Sedangkan syarat sebagai
Links,
merupakan koridor alam yang
menghubungkan sistem ekologi secara terintegrasi dan dapat mcmbuar neiwork
infrasuuktur hijau berfungs], yang dlbatasi oleh ukuran, fungsi dan kepemilikan, dengan klasitikas] sebagai berikut (Williamson, K. 2003):
24
a
Koridor konservasi (Conservation Corridor), dengan jumlah yang lebih kccil dan menyebar secara linear pada kawasan lilldung/konservasi seperti: sungai, koridor irigasi yang memberikan keuntungan biologis untuk hidupan liar clan
rekreasi h. Jalur hijau (Green Belts). kondor yang dilindungi dari lahan yang dikelola untuk konservasi sumher daya alam atau peuggunaan untuk rekreasi, lahan alami atau lahan unruk suatu kegiatan yang dilindungi yang memberikau layanan
sebagai framework unmk
pembangunan
dan
sekaligus
juga
perlindungan ckosistem atom otnu lahan penanian, atau batas desa dan knra; c.
Hubungan-hubungan
areal
lanskap
alami
yang
dihndungi
dan
yang ada, kawasan lindung atau areal alami
menghubungkan taman-taman
lamnya, d2111 monyediaken lahan yang cukup bagi tumbuhan d1111 hewan sccara alami untuk tumbuh clan berkembang sebagai koridor yang menghubungkan
ekosistem dan lanskep. Hal lain yang
pertu
dibuat
diperhatikan
harus
ada.lab secara
mempcrtimbangkan
pnns1p bagaimana
rencana
infrasnuktur
YftDll
untuk
mcningkatkan
kualitas lmgkungen, kualitas hidup dan lwal.itas lokasi dengan
memussnan pcrhatian pada numg terbuka hijau, ltnk» dan ~twvrk ruw'I! terbuka tersebut.
Selain
itu juga pertimbangan bagaimana
mengantisipasi
tekanan
perobangunan dan implikasi skenario pembangunan pada ruaag terbuka eksisting, akscs ruang terbuka dan infrastruktur ltijau yang lcbih luas.
Priorita.s
rrogram
untuk Peoenip110 Reoc11011 Iofrastruktur Hijau
Prioritss program yang akan dilakukan memerlukan pemikiran yang terfokus dari beberapa pilihan kcgiatau yang ada deogan menggunakan analisis hierarki proses CAHP).
Sehingga
tekmk
dari pilihan yang banyak dapat
ditentukan program atau kegiatan prioritas yang hares dilak.ukan agar rencana infrastruktur dapat diterapkan. Responden yang dipilh lerdiri atas beberapa latar belakang pekerjaan dan pendidikan serta yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan di wilayah
tersebut. Dipilih IO orang responden dari kalangan: pejabar pemerintah 2 (dua)
2S
orang, tokoh masyarakai 2 (dua) orang, akadcmisi/paknr 2 (dua) orang, pengelola kawasan terbuka 2 (dua) orang. dan pengembang 2 (dua) orang. Pada penclitian ini dilakukan analisis dengan tcknik AITP dengan mem buat pohon altemati f dan mcnentuklln ti git kriteria dan tiga altematif program
berdasarkan basil wawancara dengan pejabai terkait yang
yang diperoleh
mengelola rnasalah lingkungan hidup di Kota l)epok, seperti f)3da gamhar herikut:
Penerapan Rencana lnfrasttuktur Hijau
------
..
Meningkatkan
Mcnyedialcan !
M~ Peraturan Anggara11
Augg;.rau
i
Melakukan
Mehtkukan
RevegetaSi
Penertiban
l<esadaran Masyarabt
--
~Menetapkan Kawasan Lindung
Garnbar 7. Struktur Analisis Hierarki Proses Prinsip dari aaalisis ini adalah membandingkan dua pilihan alt.ematif secara berpasangan,
Hasil pemilihan altematif tersebut kemudian dihitung rata-
rata nilai perbandmgannya unruk masing-masing alternatif besar adalah prioritas
Nilai yang paling
altematif yang dipilih, dan dihitung juga konsistensi
jawaban responden. Skala pcrbandingan disajikon pada tabel 1.
--···-·-Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit pcnting dari elemen yang luin mendukung satu elemen yang lainnya
5
Elemen
yang
satu
lebih
penting dari elemen yang lain
Pengalaman dan penilaia11 sangat kuat mt:ndulmng satu elemen disbanding elemen lain
_ .............
.
lebih Satu ejemen dengan kuat didukung dan dorninan tcrlihat dalam praktck pcnting dari clemen lainnya
7
Sato elemen mutlak
9
Satu elemen sang at mutlak Bukti yang mendukung elemen yang lebib pcnting daripada elemen satu terhadap yang lain memiliki tingk:it peoegasan tenmggi yang lainnya mungkin menguatkan
dua Nilai ini diberikan bila dua kompromi yang diantara dua pilihan
I i Kerulikan
Jika untuk aktivitas I mcndapat satu angka bila dibandingkan dcagaa aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan hila dibandingkan dengan i
Sumber: Saaty, I 993
---·
·--·-..,.~
HASlL DAN l'EMBAHASAN Koodisi Umum 'Wilayah Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6°19'00" - 6"28'00'' Lintang Selatan dan 106°43·00» - lo6°S5'30" Bujur Timur. Secara umum Ko18 Depok
dataran
merupakan
rendah
sarnpai
sedikit
bergetombang
dengan
kemiringan sckitar 2% hingga 15%. dan banya di daeruh seponjang tepi sungai yang memiliki kemiringan hingga 45o/._ Ketinggian dari pennukaan laut sekitar 50 sampai 140 meter diatas perm ukaan lauL Batas wilayah Kota Depok meliputi: a. Sebelah Utara berbaiasan dengan Kecamatan Ciputat (Tangerang) dan Jakarta b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Keeamatan C'ibinong dan Bojonggede
Kabupaten Begor c. Sebelah
Barai
berbatasan
dengan Kecamatan
Paruog.
Gunung
Sindur
Kabupatel1Bogor d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kccamalan Pondok Gode, Bekasi don Kecarnatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Kota Dcpok awalnya merupslcan daerah perkebunan karet dan tebu yang dikembangltan oleh Wll!'g
karcna i tu pula sering dibcrikan julukan Belanda Depok kepada masyarakat Depok asli yang dulunya sebagai pekerja di perlccbunan tersebut. Selanjutnya Depok beekcmbaag rncnjadi Kota Administratif scjak tahun 1981 yang meliputi 3 (tiga) kecamatan yaitu: Pancoraa Mas, Beji dan Sukrnaiaya, Luas Kotlf Depok adalah 6.794 hektar yang terdiri dari 23 Kelurahan. Kota Madya Dacrah Tingkat [[ Dcpok ditctapkan pada tanggal 20 April 1999 dan diresmikan pada ianggal 27 April 1999. Wilayah Kora Depok diperluas menjadi 6 (enam) kecamaten, yaitu: Keeamatan Paneoran Mas, Beji. Sukmajaya, Sawangan, Cimanggis dan Limo. Kota Dcpok tcrbsgi dalam 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT serta2l8.095 rumah tangga deugan luas wilayah 207.06 Km2. Jumlah Penduduk di Kola Depck pada Tahun 2001 berdasarkan data dari BPS adalah J .204.687 jiwu. sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,06
km2 maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 5.818 jiwa/knl dengan \aju pertambahan penduduk rata-rata sebesar 3.7% per tahun, Sedangkan pada tahun
28 2007 penduduk Kota Depok diperkirakan tclah meacapai sekitar 1,4 juts jiwa, schingga berdasarkan lJlJ Nu.26 tahun 2007 tentaag Peuataan Ruang, maka Kota Depok dikategorikan sebagai Kota Metropolitan.
Aoaluis Trend Analisis kependudukan merupakan salah satu earn uniuk mengetahni ciri pcrkembangan suatu kota/daerah.
P=anaan
yang dibuat umuk pcndwiuk,
tidalc dapal dilepsskan dari perkiraan perkernbangan penduduk di masa yang akan datang. Perkiraan perkembaagan jumlah penduduk di suaru daerah pada masa yang akan dal>tug menentuken arah perencenaan yang dibuat saat ini. Jumlah penduduk dan kepadatan per kecamatan sejak lahun 2001-2007, tahun 2020 clan 2050 disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan dllta jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kuta Depok
dari iahun 2001 hingge 2007 (lampirsn 1), sela1Jjumya dilakukan anali3is dengan menggunakan model pertumbuban logii,iik.
Model pertumbuhan logistik
( Logtstic Growth Models) mengguaakan kaidah logistik (logi~tic /a..,.) bahwa persediaan logistik ada batasnya, model ini rnengasumsikan lr.ihwa pada. masa
tcrtentu jurnlah populasi akan roenddcati litil< keseimbangan (equilibrium). Pada titik ini jwnlah keluhiran dan kematian dianggap sama, sehingga grafiknya ekan mendekati konstan (zero growth). Dengan memasu.kkan jumlah peaduduk Kola Depok tahun 2001-2007 kc dalam model persamaan seperti dijelaskan dalam metodologi, rnaka diperoleh nilai-nilai seOOgai berikut:
29
= 4-1 = 3
t = XJ-X2 = X2-XI
Nilai
fl=
lit Log((YJ(Y3-Y2)yYJ(Y2-Yl})
113 Log ((1,2~.687(1,470,002-1,369,461)/
=
(1,471J,002(1,369,46 l -J ,204,687)
=-0.1003 Nilai a: Log ((Yl-Y2)1lo'kY2-Yl) ~ Log ((\,204,6&7-1,369,461)ltd'°1603}\J,369,461)-
1.204,6!17) -Q.4990
=
'Jilai k = Yl(\+10") : 1,2{)4,687(1~ 10-4~ = 1.589,499 Dengan
rnemasukkan
ke dalsrn persarnaan
seperti dijelaskan
dalam
metodologi, maka diperoleh model pertumbuhan logistik scbagai berikut: 1,589,499 Pt+q dimana: Pt+q
X
=
(I+ Hf-0 49')()+{~
IOO:JX))
~
Jumlab peoduduk pada tahun ken
-
tahun ken
Nilai k sebesar 1.589,499 memmjuttan
kapasitas atau daya dukung ideal
wilayah Kota Depok unruk rnenampung jumlah penduduk maksimal yaitu sekitar 1,589.499 jiwa atau 7,676.51 jiwlil'l
tcknologi
atau
Hal i.u.i dengan asumsi tidak dilalrukan
perubahan luas wilaya.h sehingga pertumbuhan
penduduk akan berkembang seperti kondisi saat ini dan beberapa tahun lalu. Si:lanjutnya nilai Pt+q sebegai variabel tetep diplotkan dengan nilai X sebagai variabel beeas sesoai rumus yang diperoleh di atas. Prediksi dilakukaa untuk 20 tahun ke depan danjuga ke belakang sejak tahun I 990 untuk mengetabui gambaran perkembangau penduduk kota,
Grafik pada gambar 8 menunjukkan
perkembangan jumlah penduduk Kota Depok dari tahun 1990 hingga tahun 2()20.
Gambar 8. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Depok Berdasarkan
hasil
peramalan
dengan
menggunakan
model
diatas,
diperoleh gambaran perkembangan penduduk kota Depok yang naik relatif tajam mulai tahun 1990 dan sedikit rnelandai sejak tahun 2005. Hal ini sejalan dengan perkembangan kota yang berubah dari kota kecamatan menjadi kota administratif pada tahun Kemudian
1981 dan selanjutnya jumlah
pertumbuhan
penduduk
akan
menjadi
kotamadya
naik perlahan
sejak tahun
hingga
mendekati
1999. batas
(k) yaitu sebesar 1,589,499 jiwa atau sebagai carrying capacity
wilayah Kota Depok, tetapi tidak akan melewati arnbang batas tersebut. Sehingga kepadatan maksimum penambahan
luas
ideal yang dapat ditampung oleh Kota Depok wilayah
adalah
sebesar
tanpa ada
1,589,449 jiwa/207.06 Km2 =
7 ,662 jiwa/Km''. Berdasarkan hasil tersebut diperkirakan akan terjadi kepadatan penduduk rnaksimal pada tahun 2020 atau 11 tahun lagi dari sekarang, sesuai ambang batas daya tampung ideal wilayah.
Apabila ambang batas tersebut dilampaui maka
akan terjadi penurunan kualitas hidup dan lingkungan sehingga kota menjadi tidak
sustainable. Namun kondisi yang sebenarnya belum tentu seperti yang diharapkan, ambang batas rnungkin akan terlewati lebih cepat dari prediksi. penduduk
Pertambahan
dapat saja akan terns naik tanpa terkendali jika tidak dilakukan
penanganan yang sesuai. Apalagi letak Kota Depok yang sangat strategis sebagai
31
lokasi pemukiman bagi commuter yang bek.erjadi Jakarta, sebingga derasnya ams urbanisasi akan sulit dicegah, Untuk itu diperlukan langkah-langkah annsipesi dalam rnengelola sumberdaya dan menahan laju perturnbuhan pendudulc kota. Pertambahan jumlah pendudnk akan mengakihstkan pemenuhan fa~ilitas-fa.~litas bagi masyarakat kota juga mcningkat, tennasuk kebutuhan alum lah1111, dan rnenirnbulkan konversi lahan-lahan terbuka menjadi lahan terbangun scmakin cepat,
Luas kawesan
rlYdllg
tetbangun di Kota Depok akan terns bertmnbah.
Seiring dengan perkembangan kota, kebutuhan akao lahan untuk memenuhi tunmtan pembangunan scmakin meningkat. Periode tahun 1972 hingga 1990, rata-rata pertambahan
luas
kawasan terbangun masih realtif kccil, yaitu
sebesar 49.84 Haltahun. Hal ini karena tekanan pembangunan dan pengembangan wilayah masih relatif rendah, dimaoa Depok rnasih merupakan kecamatan dan awal pcrubahan mcnjadi Kota Administratif sejak tahun 1981. Pada saat akhir
Depok menjadi kota administrarif yaitu pada periode tahun 1990 hingga 1997, rata-rata
pertambahan
4\$.34 lla/tahun.
luas
kawasan terbangun
meningkat
menjadi
Pada masa transisi Depok mcnjadi ko1alnadya yaitu pcriodc
tahun 1997 hingga 2001 pertambahan kawasan terbangun scdlkit menurun yaitu 335.28 Ha/tahun, namun selaajutnya meningkat lagL
Tabcl 3. Hasil Analisls Citra Landsat Multitcmporal Tahun 1972 1990
1997 2001 2006
Luas Kawasan Terbangun (Ha) 1,381.94 2,328.89 4,R20.90 6,162.00 11,103.62
Sumber. R..Jm•wati, 2005
Rara-rata Pertambaban Luas Kawasan Terbangun (Ha/Tahun) 49.84 415.34
335.28 988.37.
dan Jb:sil AsUtliois Foto Udlin> Taliun 2006
Hasil analisis foto udara iahun 2006, luas kawasan terbangun di Kota Depok telah menjadi sebesar 11, I 03_62Ha, cnkup besar jika dibandingkan dengan tnhun 2001 yaitu selisih sekitar 4.941 Ha. Jika dihitung pertambahan per tahun
scjak tahun 2001, rnaka diperkirakan luas kawasan terbangun bertambah seluas 988.32 helctar per tahun pada periode ini. Bul ini terjadi mungkin diakibatkan oleh perkembangaa Depok yang telah menjadi kotamadya sejak. tahun 2000,
32
sehingga pembangunan dan peagembangan wilayah dilakukan secara besarSelain itu tckanan dari kcbutuhan lahan unruk pemukiman dari
besaran.
penduduk Jakarta juga sangat tinggi pada periode ini, dan pengembangan kawesan Jabodetabek. Model pertumbuhan logistik diperoleh dengan rnenggunakan asumsi bahwa luas lahan terbangun maksimal yang ideal sesuai carrying capocity wilayah adalah sebesar 70".I. (sesuai rJI.JPR No.26 Tahun 2007) dari total seluruh luas lahan (20.009 Ha), arau sckitar l4.00
Karena model
pertumbuhan logistik menggunakan data yang diambil pada periode walctu yang
sama, maka dilllkukiln ekstrapolasi data hasil imerpretasi citra dari beberapa tahun yaitu tahun 1972, 1991, 1997. 2001, dan 2006. Dcngan menghitung betdasarkan
pertambahan rata-rata kawasan terbangun JICl tahun dari maslng-rnasing periode, diperoleh petkiraan luas kawasan terbangnn untuk tahun 1972, 1980, 1988, 1996.
dan 2004 deogan periodc yang sama yaitu 8 tahun. Selanjutnya ditetapkan X\=1972, X2~1988, X3=2004 dan nilai YI. Y2. Y3 adaiah besarnya iuas kawasan terbangun pada tahun Xl , X2, ciao X3. Perhitungan dengan mcnggunakan model logistik diperoleh hasil sebagni herikut:
r = X3-X2= X2-X1 = 16 k=Yt (l+l0°)
o. =Log
((k/ Yl)-1)
=Log ((14000/1381)-1) ~ 0.960503 Cl=
Log ((Yl-Y2)!10 111 Y2-Yl)
~ = T .og (Y1-Y2Ji n
(Log Y2/t)- Log YI ~=Log (1381.94-2179.>S)IQ.9605()3
(T .og 2179.38/16)-
Log 1381.94
= - 0.03377 Maka diperoleh model : .Pt+q =
14
( J -10
000
(0 %0l03'{--0OOJm )())
33
~
Bt)tX'
_,~~ ..
Tahun
Gambar 9. Trend Luas Kawasan Terbangun Berdasarkan
model
yang
diperoleh
pertambahan luasan kawasan terbangun.
dapat
diprediksi
kecenderungan
Dari data luas kawasan terbangun pada
2006 terjadi lonjakan yang cukup signifikan melebihi garis pada model, sehingga dapat disimpulkan bahwa konversi lahan terbuka menjadi kawasan terbangun melampaui
yang seharusnya.
Apabila hal ini tidak diantisipasi
maka batas
carrying capacity wilayah akan terlampaui dalam waktu yang lebih cepat daripada yang diduga dalam model, seperti diperlihatkan pada gambar 9. Pada grafik terlihat bahwa luasan kawasan terbangun akan mendekati Iuas Kota Depok yaitu sekitar 14.000 Ha pada tahun 2050. Hal ini menunjukkan pada tahun 2050 Kota Depok akan mendekati titi.k batas carrying capacity wilayah, baik dari segi luas kawasan sebagaimana
dijelaskan
terbangun
pada analisis
maupun
dari jumlah
sebelumnya.
Sehingga
penduduknya apabila pola
pengembangan kota terjadi seperti yang sekarang ini dan tidak dilakukan usahausaha untuk mengantisi pasinya, maka tidak akan ada lagi ruang terbuka di Kota Depok. Kota juga tidak akan sustainable karena pengembangan kota tidak dapat melebihi daya dukung atau carrying capacity wilayah. harus
dilakukan
adalah
memberikan
perhatian
Salah satu usaha yang
terhadap
pengelolaan
tata
lingkungan yang dapat tercermin dari alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan.
34
Berdasarkan data APBD kota Depok tahun 2006 diperoleh
gambaran
alokasi pembiayaan proyek-proyek di pemerintahan Kota Depok (lampiran 3), dari total anggaran sebesar Rp 674.902.436.665, sebanyak Rp 210.539.954.035 atau sekitar 31 % dialokasikan untuk pembiayaan infrastruktur. Pembiayaan infrastruktur yang bersifat fisik/bangunan (grey infrastructure) dialokasikan sebesar Rp 160.738.350.045 atau sekitar 24% dari total anggaran atau sebesar 76% dari alokasi untuk infrastruktur, sedangkan untuk infrastruktur lingkungan (green infrastructure) sebesar Rp 49.801.603.990 atau sekitar 7% dari total anggaran atau sebesar 24% dari alokasi anggaran untuk infrastruktur, seperti pada gambar 10. Berdasarkan hasil interview diketahui bahwa anggaran untuk infrastruktur hijau tidak ada yang dialokasikan sebagai insentif bagi pengelola kawasan infrastruktur hijau.
1 Green lnfr~tructur~ I Grey lulr aw11uur~
Gambar 10. Komposisi Anggaran Kota Depok Tahun 2006 Angka diatas menunjukkan masih belum seimbangnya perhatian terhadap infrastruktur fisik dan infrastruktur lingkungan. Pada umumnya pemerintah masih menganggap lingkungan/alam tidak perlu ditata, tetapi dibiarkan saja apa adanya. Bahkan yang sering terjadi adalah faktor lingkungan selalu dikorbankan untuk kepentingan-kepentingan ekonomi. Pada akhirnya masyarakat dan pemerintah akan menanggung biaya yang sangat besar akibat persoalan-persoalan lingkungan yang timbul
karena
pengelolaan sumberdaya alam yang buruk, seperti : banjir, sampah, masalah air bersih, longsor, nilai-nilai estetika yang hilang, kehilangan keanekaragaman hayati, pemanasan global, dan bahaya alam lainnya. Keuntungan dan manfaat
35
ekonomi yang diperoleh dari suatu tindakan kadang tidak sebanding dengan biaya yang ditimbulkan untuk memperbaiki lingkungan yang rusak akibat tindakan itu. Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Syarat utama untuk dijadikan elemen infrastruktur hijau adalah suatu daerah yang didominasi oleh ruang terbuka. Sehingga pada tahap awal dilakukan identifikasi ruang terbuka dengan foto udara tahun 2006 menggunakan software SIG. Hasil interpretasi foto udara kawasan terbuka disajikan pada gambar 11. I Kawasan Tert>uKe KOla Uepok
I
LY_ f3<j{as l
(
;,.
1 o P"ILii
1 2 K1rometers .......
Gambar 11. Hasil Interpretasi Foto Udara Tahun 2006 Kawasan Terbuka Hasil perhitungan luas dan penutupan lahan untuk kawasan terbuka kota Depok menunjukkan bahwa masih terdapat ruang terbuka seluas 8,925.38 Ha yang terdiri dari beberapa penutupan lahan seperti disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. Luas Kawasan Terbuka per Penutupan Lahan Kota Depok Penutupan Lahan Air Kebun Pendidikan Rawa Tanah Kosong/rumput
Sawah non teknis Sawah teknis
Semak TegaJan/Ladang
Jumlah Sumber: Hasil Analisis Foto Udara Tahun 2006
Penyusuoan Reneana lnfra•-truktur Hijau Penyusunan reneana intrastrukmr hijau dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, dilakulcan analisis terhadap
data-data
statistik
yang
tersedia
rnenggunakan teknik analisis LQ dan Skalogram untuk mengidentifikasi elemcnelemen infrastruktur snalisis
hijau y<111g ada di ma:sing-mai;li111. wilayah. Kedua, dilakukan
menggunalcan foio odara dan peta-peta tematik untuk mendapatkan
scbaran dan kondisi ! lub,< dan Links yang ada. Selanjutnya ditentukan network
infrastruktur hijau berdasarkan kiiteria dan st<mdar E:ng/i;·h Nature Greenspaces. Analisi~ T ,Q menggunakan data ketersediaan fasilitas di kecamatan yang memiliki skala lingkup kota,
sebagai identifikasi
awal kondisi umum Kota
Depok. Identifikasi kondisi makro meliputi: fasilitas ekonomi memperhitungkan pasar dan pusat perhelanjaan yang culrup besar seperti mall: fasilitas pendidikan mcmperhitungkan jwnlah sekolah dori SD. SMP, SMA dan Perguruan Tinggi; fasilitas sosial rnempcrhitungkan jumlah sarans peribsdatan, Iasilus kesehatan memperhitungkan jumlah
rumah
sakit;
sed.angkan
fasilitas
lingkungan
mcmperhitungkanjumlah serana lingkungan untuk lingk11p kota(lampiran 3). Hasil analisis LQ ketersediaan fasilitas ekonorni, pendidikan, sosial, kcschatan dan lingkungan di Kota Depok dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5 Hasil Analisis I ,Q Menurut Fasilitas di Kota Dcpok Pe11di libn lesel\atan Ekonoml Sosial No Kecamatan
Ungkllnpn
1 Sawangan
0.46
LOI
0.85
1,01
1.14
2 Panc.oran Ma'
1.19
1.01
().99
1).66
1.14
3 Sukmajaya
c.ss
0.95
Ll2
1.14
0.49
c•mangg•~
0.84
UIO
0.99
1.09
1.17
5 B@jl
3.24
ll.97
0.97
1.35
l.35
6 Lirno
O.Sl
LIIO
Ul2
0.91
o.~11
4
Kecamatan Beji merupakan pusat pelayanan ekonomi dengan nilai LQ sebesar 3,24 disusul oleh Kecamataa Paneoran Mas sebesar I. J 9. H9l ini terlihat
dengan jelas di lapangan dengaa terpusatnya kegiatan perekonomian di sekitar jalan Margonda Raya. Untuk tasilitas pendidikan n:latif merata, namun kecamatan Sawangan, Pancoraa Mas, Cimanggis dan Limo memiliki
fasilitas yang lebih
37
Fasilitas sosial banyak terpusat di Keeamatan
banyak.
Sukrnajaya dan Limo,
swangkm Iasilitas kcsehatan terpusat di Kecamatan Beji, Sukmajaya, Cimanggis
dan Sawangan. F asilitas lingkungan terlih.at terpusat Kecamatan Bcji, Pancoran Mas, Cimanggis dan Sawangan dengan nilai LQ lebih besar dari I.
Untuk
mempertajam hllsil analisis LQ tersebut selanjutnya tli lakukan analisis Skalogram. Anslisis skalogram wilayah
dalam
dimaksudkan
membcrikan
untuk mempemleh tingkatan/hierarki
pelayanan
lingkimgan.
Analisis
tersebet
menggunakan data statitik Kota Depok untuk mempcroleh g11111barw1 pusat-pusat pelayanan lingkungan di kota Depok,
Hasil analisis rersebut dapat dilihat pada
label beeikut:
Tabet 6 Jumlah d.al'I Jenis Fasilitas LinltkllllfiaJ\ di Kora Oc~k I .ap;lll8111'
Analisis Skalogmm mcu!lhitung jumlah dan jeois fusilita.s lingkungan yang dimiliki suam wilayah. Hal ini untuk menentukan tingkalan wilayah tersebut, scmakin
banyak jumlah
clan jenisoya maka semakin tinggi tingkatannya,
Berdasarkan basil analisis skalogram, Keeamatan Cimsnggis rnenempati hierark! tertinggi dengan cmpat jenis fa..,ilitas sejum\ah \ 4 unit fasilitas untuk tingkat kola. Dengan dernikian Kccamatan Cimanggis sebage, pusat pelayanan lingkungan Kota Depok,
dan tingkatan
Sukmajaya, clan Beji. Cimanggis
mecupakan
dibawahnya adalah
Kecamatan
Pancoran
Mas,
Dari hasil analisis f.Q dan Skalogram, Kecamatan
wilayah yang memiliki potensi cuk.U)) tinggi untuk
dikembangkan scbagai wilayah yang menjadi pusat pe!ayanan Ilngkungan di Kota Depok, Hasil tersebut diperoleh dari analisis data statistik, yang selanjutnya perlu
diideutifikasi lebih jauh melal ui ana1isis foto udara, peta-peta tcmatik clan kondisi
lapangan,
38
Beedesarkan data foto udara kota Depok
lahun 2006 dan Peta-peta
Tematik, diperoleh gambaran kornponcn infrastruktur hijau kota Dcpok. Menunrt
konsep green infrasrructllre komponen pembentuknya dipisahkan menjadi 2 ( dua) kelompok,
yai1u yang berfungsi sebagai Hub.r atau tempat terjadinya proses
ekologi dan linb atau bcntuk fisik alami yang memanjang sepcrti k.oridor sebagai penghubung tempat-ternpat pelayanan lingkungan tersebut, Dari hasil identifikasi
melalui foto udara,
peta ternatik
dan survey
lapangan diperoleh obyek-obyek yang tcnnasuk Hubs den Unk.s. Hesil klesifikasi
menurut kategori yang dijclaskan pada metodologi diperolch elernen-elemen
infrastruktur hijau. yaitu: Hubs
a. Cadanganalami: Farnan Hutan Raya (Hubs cadangan keanekaragaman hayati) b. Laban unluk kegiatan usaha: lapangan golf (Hubs olahraga alam terhuka),
Iokasi penelitian pertanian ( Hab« pcngcmbangan pcrtanian) c. Taman Kota dan Kawasan Lindung: taman kota Cl dan Buperta (Hillis taman kota), kawasan khusus TVRJ di Keeamatan Sukmajayll (Hubs kawasan budaya dan rekreesi alam tcrbuka), kawasan konscrvasi nir (Hubs kawasan
koaservasi ail tanah), i;im dan sempadannya (Jlubs eadangsn ah) d. Laban rusak (Rccyc/1.'d land): kawasan kh11Sl1s TVR I di Kelerahan Tirtajaya Kecamatan Sukmajeya (Hubs rcstorasi hutan kota), kawasan khusus RRI di
Kecamatan Cimanggis (Hubs cadangan air) Links a.
Kondor konservasi: jaringan sungai (links koridor konservasi)
b. Keterkaitan Jan.<1kap: sempadan jalan tol (linb jalan }, sempadan sutel (links
suter), sempedan sah1ran gas (link.~ saluran gas), sempadan rel kereta api (links rel kereta api) Selan]utnya infrastruktur hijau.
dilalmkan
identifikas!
pada
masing-masing
elemen
Kawasan lconserva~i alam yang dimiliki Kota Depok adalah
Taman Hutan Raya (Tabora) yang lerletak di kecamatan Paocoran Mas dengan luas 7,2 hektar.
Pada tshun 2006 telab dilakukan penataan kembali Tahura
tersebut abrar dapat berfungs! juga sebagai tempat penelitian dan sarana rekreasi
selain fuagsi ekologis, Lctaknya juga Sllllgi\t stmtegis untuk. digunakan sebagai
39
penyeimbang iklim mikro, karena dekat pemukiman padat, tetapi perlu dilakukan pengamanan yang tegas agar tidak dijarah. Penutupan lahan pada Tahura tersebut masih relatif baik dan didominasi oleh pohon-pohon strata B dimana ketinggian pohon berkisar 14-18 meter dengan kanopi pohon yang cenderung terbuka. Karena sinar matahari dapat mencapai lantai hutan, maka liana dan semak dapat tumbuh dengan cepat dan mendominasi kawasan yang terbuka. Jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan ini, selain tumbuhan alami juga terdapat jenis
mahoni
(Swietenia
mahagoni) dan
kecrutan tSpathodea
campanulatay serta beberapa tanaman buah seperti: mangga, durian, alpukat, rambutan dan jengkol sebagai hasil kegiatan penghijauan Pemda Depok. Terdapat tumbuhan obat langka di kawasan ini, yaitu kikoneng iArcangelisia jlava) yang sudah sangat sulit ditemukan di tempat lain. Hasil inventarisasi oleh tim PKT Kebun Raya Bogar, secara keseluruhan terdapat 877 pohon yang termasuk ke dalam 71 jenis, 83 marga dan 37 farnili.
Gambar 12. Foto Udara Tahura dan Foto di Lapangan Secara umum kondisi kawasan telah mengalami perubahan dari kondisi aslinya akibat campur tangan manusia atau terjadi kerusakan typical pada kawasan tersebut. Selain itu juga terdapat 3 (tiga) buah bangunan rumah di dalam kawasan tersebut yang dulu merupakan rumah dinas pegawai Departemen Kebutanan. Pemerintah Kota Depok berencana untuk mengembangkan potensi dan memperbaiki kondisi Tahura dengan menjadikannya sebagai arboretum untuk kepentingan pendidikan dan penelitian.
40
Kota Depok merniliki 2 (dua) buah taman kota yang cukup besar, yang pertama adalah kampus UI Depok di Kecamatan Beji seluas 162,42 Ha dan kedua adalah Bumi Perkemahan Cibubur di Kecamatan Cimanggis seluas 19,76 Ha yang rnasuk ke wilayah Depok, sedangkan sebagian lagi lokasinya masuk ke dalarn wilayah DKJ Jakarta. Kedua obyek tersebut dirnasukkan ke dalam ta.man kota karena keduanya didominasi oleh elemen-elemen vegetasi berupa pohon, semak, dan tanaman hias serta danau/kolam yang ditata secara baik. Keduanya kawasan tersebut juga memiliki multi fungsi, yaitu: edukatif, rekreatif dan ekologis
Gambar 13. Foto Udara dan Foto Taman Kota Universitas Indonesia
Gambar 14. Foto Udara dan Foto Taman Kota Bunerta Cibubur Hasil identifikasi foto udara tahun 2006 dan peta-peta tematik, diperoleh lokasi situ atau danau di Kota Depok sebanyak 30 buah dengan luas total situ adalah 133,71 Ha. Basil perhitungan dengan menggunakan SIG diperoleh luas sempadan situ tersebut adalah seluas 189.18 Ha Lokasi danau/situ dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Foto Udara Letak Situ-situ di Kota Depok Berdasarkan Keppres No.32 tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, garis sempadan waduk, situ dan danau ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dengan lebar proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya. Namun yang terjadi pada situ-situ di Kota Depok cukup mengkhawatirkan, dimana terjadi degradasi keberadaan situ-situ
tersebut dengan berbagai
permasalahan yang timbul, sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa hal yang dapat diidentifikasi di lapangan terhadap kerusakan situ-situ tersebut, antara lain: terjadi pendangkalan situ; menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah; dikelilingi bangunan yang terlalu dekat dengan situ; ditumbuhi oleh tanaman air seperti eceng gondok;dan lain-lain, seperti terlihat pada gambar 16.
42
Gambar 16. Foto-foto Kondisi Situ Jatijajar dan Rawa Kalong di Kota Depok Lapangan olahraga di tempat terbuka merupakan salah satu ekosistem yang khas dan merupakan pengembangan potensi alam yang asli menjadi bentukbentuk yang lebih tertata. Lapangan golf k:hususnya memberikan pengaruh yang baik terhadap Iingkungan selain fungsi utamanya sebagai sarana berolah raga masyarakat kota. Lapangan golf memiliki luasan yang cukup signifikan clan kompak, sehingga dimasukkan sebagai salah satu komponen infrastruktur hijau. Hasil identifikasi dari foto udara menunjukkan bahwa terdapat empat buah lapangan golf di Kota Depok dengan luas totalnya adalah 814,14 Ha. Letak keempat lapangan golf tersebut seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 17. Foto Udara dan Foto Lapangan Golf Emeralda di Kota Depok
43
Berdasarkan analisis foto udara dan orientasi di lapangan dapat diidentifikasi tempat penelitian pertanian dan perikanan darat dengan luas sekitar 10,88 Ha.
Lokasi tersebut menjadi cukup strategis karena terletak di tengah-
tengah pemukiman padat di Kecamatan Pancoran Mas. Selain itu lokasi tersebut dimiliki oleh pemerintah, sehingga diharapkan tidak dialihfungsikan dan telah dibatasi dengan pagar tembok untuk mengantisipasi okupasi oleh masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Garnbar 18. Foto Udara dan Foto Lokasi Penelitian Pertanian Kota Depok memiliki kawasan khusus yang
merupakan tempat-tempat
yang diperuntukkan untuk kepentingan khusus, seperti Studio Alam TVR1 dan Tempat Pemancar RRI. Sebenarnya terdapatjuga kawasan khusus lainnya untuk kepentingan pertahanan Komplek Brimob Kelapa Dua dan Asrama Angkatan Darat Cilodong, namun karena kedua lokasi tersebut didominasi oleh bangunan maka tidak dimasukkan sebagai komponen infrastruktur hijau.
Gambar 19. Foto Udara dan Foto Kawasan Khusus RRl di Kee. Cirnanggis
44
Kawasan khusus tempat pemancar RRl terletak di Kecamatan Cimanggis dengan luas sekitar 180,76 Ha dan secara umum tutupan lahannya merupakan semak, tegalan, dan situ/danau. Letak dan gambaran kondisinya dapat dilihat pada gambar 19. Sedangkan
kawasan khusus
l.ainnya, yaitu Studio Alam TVRI di
Kecamatan Sukmajaya memiliki luas sekitar 36,45 Ha. Penutupan lahannya sebagian besar berupa pepohonan, terdapat beberapa bangunan untuk kepentingan pembuatan film dan fasilitas lainnya.
Gambar 20. Foto Udara dan Foto Studio Alam TVRI Hasil identifikasi melalui foto udara, peta tematik, data statistik dan survey lapangan diperoleh obyek-obyek yang termasuk Linh adalah: sungai dan sempadannya, sempadan rel kereta ap, sempadan SUTET, sempadan saluran gas Pertamina, dan sempadan jalan. Kota Depok dilalui oleh dua sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane.
Kedua sungai tersebut mengalir dari arah selatan ke utara dengan
beberapa anak sungai. Pada beberapa tempat kondisi sempadan sungai sangat mengkhawatirkan karena dipenuhi oleh bangunan dan ban.yak sampah. Hal ini telah terbukti dapat mengakibatkan banjir di Kota Depok karena air tidak dapat mengalir dengan semestinya, terutama di bagian utara dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. Berdasarkan Perda no. 18 tahun 2003 telah ditetapkan bahwa gans sempadan sungai di Depok sepanjang 15 meter dari tepi sungai.
Hasil
perhitungan SIG, diperkirakan luas sepadan sungai yang terdapat Kota Depok
45
adalah seluas 1.114 Ha. Berikut ini adalah gambaran sungai-sungai yang ada di Depok dan kondisi sempadannya. Peta Sebaran Sungai Kota Depok
+
,...._.0
1
Kilometers
Gambar 21 . Foto Udara dan Foto Kondisi Sungai dan Sempadannya Jalur kereta api yang melintasi kota Depok memanjang dari selatan ke utara, atau dari Kota Bogor ke Jakarta. Garis sempadan rel kereta api dibuat untuk mengurangi tingkat gangguan kereta api terhadap pemukiman di sepanjang jalur tersebut baik berupa getaran, suara bising, dan juga keamanan bagi masyarakat sekitar.
Dengan demikian diharapkan lalulintas kereta api dapat
berjalan lancar dan masyarakat terhindar dari kecelakaan.
Garis sempadan rel
juga disiapkan untuk rencana pengembangan jalur kereta api. Dari basil telaahan SIG menggunakan foto udara, apabila dilakukan buffer di kanan kiri rel, maka akan diperoleh luas sempadan rel kereta api seluas 30,04 Ha Saat ini belum ada upaya dari pemerintah atau pengelola kereta api untuk membuat batas sempadan dengan menggunakan vegetasi, padahal batas
46
sempadan rel kereta api tersebut dapat mengoptimalkan fungsi sempadan rel kereta api dan membawa pengaruh lingkungan yang sangat baik bagi warga di sepanjang rel kereta api.
Gambar 22. Foto Udara dan Foto Rel Kereta Api dan Sempadannya Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) merupakan transmisi listrik yang dapat mernpengaruhi keamanan dan kesehatan manusia.
Kabel
transmisi yang bertegangan sangat tinggi tersebut disinyalir menghantarkan gelombang elektromagnetik yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan, apalagi bila terkena secara terns menerus. Selain itu juga membahayakan tersengat listrik bila terjadi kecelakaan, sehingga dibuat garis sempadan sutet sepanjang kabel tersebut dan tidak boleh didirikan bangunan dibawahnya. Sempadan tersebut dapat dimanfaatkan juga sebagai jalur hijau, dengan cara rnenanaminya dengan vegetasi yang sesuai (tidak terla]u tinggi). Vegetasi tersebut selain sebagai pagar/batas pengaman bagi masyarakat sekitar juga dapat memberikan fungsi ekologis.
Berdasarkan perhitungan SIG diperoleh luas
sempadan sutet tersebut adalah 178,92 Ha Gambar sebaran sutet dan foto di lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
47
. ,. .~1-_..
N•·_. Ntp'H·•___.,,,,..
Gambar 23. Sebaran Sutet dan Foto di Lapangan Kota Depok dilaJui oleh saluran gas Pertamina yang membentang dari Timur ke Barat.
Saluran gas tersebut memiliki sempadan karena tidak boleh
mendirikan bangunan diatasnya dalam radius 10 meter. Sempadan tersebut dapat dimanfaatkan juga sebagai jalur hijau, sekaligus juga batas pengaman terhadap pipa gas yang ditanam agar tidak tertekan dan bocor.
Melalui analisis SIG
diperoleh luas sempadan saluran gas tersebut adalah 31,09 Ha. Sebaran dan foto kondisi saluran gas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: .n,.,. .. N1'1~"'·1",,..., NJ-s:>•~
N~,.......~
+ Gambar 24. Sebaran Saluran Gas dan Foto di Lapangan
48
.. _
.,
1000
0
IOOO 2000 Meter;
Gambar 25. Peta Jaringan Jalan Kota Depok Jaringan
jalan merupakan
fasilitas publik
pendukung kehidupan masyarakat.
yang merupakan
urat nadi
Sempadan jalan merupakan daerah di kanan-
kiri jalan, yang dapat dimanfaatkan untuk jalur hijau dan sarana untuk pejalan kaki. Potensi sempadan jaJan untuk dijadikan infrastruktur hijau cukup tinggi, karena banyaknyajaringanjalan di Kota Depok, seperti terlihat pada gambar 25. Berdasarkan
perhitungan
dengan. software SIG diperoleh luas sempadan
jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau dengan luas total 106,09 hektar dengan. sebaran seperti pada gambar 25. Kawasan konservasi air diperoleh berdasarkan hasil penelitian Radnawati (2005), hasil penelitian tersebut menentukan wilayah-wilayah
sebagai daerah
konservasi air dengan kriteria rendah sampai sangat tinggi, yang umurnnya berupa sawah dan sebagian kecil berupa kawasan pertanian. Daerah tersebut harus dilindungi sebagai daerah yang tidak boleh dibangun untuk menjaga tata air dan mencegah bahaya banjir serta kekurangan air bersih.
49
Peta Kawasan Konservasi di Kota Depok
Air L.eGENDA:
-
Ka....asan Konsarvasr At
)l
+ 1
0
1
2 Kilometers
Gambar 26. Kawasan Konservasi Air Kota Depok Wilayah yang termasuk kriteria sangat tinggi secara umum berupa sawah atau daerah rawa-rawa, yang selanjutnya dengan menggunakan foto udara di]akukan deliniasi terhadap tutupan lahan yang masih dipertahankan
sebagai
daerah
konservasi
arr,
dikembangkan sebagai elemen infrastruktur hijau.
yang
memungkinkan
selanjutnya
dapat
Daerah yang terpilih
merupakan daerah yang kompak dan mempunyai luasan yang cukup signifikan untuk ditetapkan sebagai infrastruktur hijau yaitu 549 Ha.
Wilayah-wilayab
tersebut adalah seperti di dalam gambar 26. Penyusunan rencana infrastruktur hijau menggunakan data-data dan informasi basil analisis di atas. Lanskap wilayah kota Depok yang memiliki kekhasan tersendiri, baik yang berupa area ataupun jalur memanjang disatukan dalam suatu sistem sebagai daerah yang alami sebagai penyeimbang lingkungan kota. Proses penentuan elemen-elemen infrastruktur hijau dilakukan secara bertahap dengan mengacu pada standar dan kriteria yang dijelaskan pada metodologi. Elemen-elemen yang berpotensi untuk dijadikan infrastruktur hijau
50
telah diidentifikasi melalui foto udara, data staristik clan peta-peta tematik sena informasi lainnya. SelanjumyA dilakukan
idcntifikasi
berupa H11bs, atau lukasi-lokasi
elemen-clcmen
infrastruktur
hijau
yang bcrpotcnsi scbagai elcmen infiastruktur
hijau (lihat gambar 27). Elemen-elemen yang teridentitlkas! berpotensi menjadi infrastruktur hijau berdasarkan kriteria, yaitu: -
Areal konservasi adalah: T aman I (utan Raya
-
Kawasan yang dapat ditingkatkan menjadi elemen infrastruktur hijau, yaitu: lapangan golf (4 buah), kawasan dengan fungs] khusus (RID di kecamatan
Cirnanggis
Jan
TVRI di keeamatan Sukmejaya), taman kota
(Buperta
Cibubur dan Universitas Indonesia), Iokasi penelitian pertanian dan perikanan di Kecamatan Pancoran Mas, dan beberapa situ. -
Kuwasan baru yang berpotensi untuk dijatlik.an elemen infrasll'llktur hijau, yaitu: kawssan konservasi air dan kawasan yang merupakan fungw khUSUS TVRI di Kelurahan Til'Uljeya Keeameten
Sukmajaya yang saat ini dalam
kondlst terlantar meniadi tanah kosong. ldentifiknsi juga dilakukan nada obyek-obyek mcmanjaog yang alaroi
(l.ink.T). links merupakan lanskap alami YllDS menghubungkan elcmen-elemen infrastruktur hij11u dalam suat.u network. Secara pri.nsip semakin banyak network yang terbentuk sestem in.6.-.istruktur hijau akan semakin baik. namun harus dipikirkan juga kelangsungan keberadaan /in/cs terscbut untuk masa yang akan datang. Untuk itu links harus dapat dijaga dan dikonservasi, karena ketahanan sistem infrastruktur hija1.1 te.rgantung keberadaan links tersebut. Hasil identifikasi tersebut dapat dilihat pada gambar 28. Karena pertimbangan
tersebut, maka Iinks yang dipilib adalab daereh-
daerah yang memang sudah ductapkan sebagai daerah terbuka hijau dalam bentuk wilayab yang memaniang dan didukung olch peraturan. Hasil idc:ntifikasi link yang terdapat di kota Depok adalah: wilayah sepanjang saluran pipa gas Pertamina, sempadan sungai, wi layah n1cPW~ang di bawah saluran SlTTET.
sempadan rel kereta api, sempadan jalan ljalan tol, jalan primer, jalan sekunder, dan jalan kolektor primer).
51
/'L
L
Batas kota I Semen lnf1ast1uktu1 H~au
Subpusat Keg1atan l\ota
D
Pusat Kegratan Kota Batas Kecamatan
Gambar 27. Elemen-elemen InfrastrukturHijau (Hubs) Ne'ti.~ork lntrastruktur Hijau (links)
"
+
') -
1
'2 K1tomeler~ I
Gambar 28. Network lnfrastruktur Hijau (Links) Kota Depok Kondisi Links tersebut saat ini masih harus ditingkatkan agar dapat berfungsi sebagai network dan selanjutnya menjadi infrastruktur hijau yang berfungsi secara optimal. Wilayah-wilayah tersebut harus ditata dan dikelola.
52 Pusat kegiatan kota dan subpusat kegiatan kota yang terlihat pada peta Hubs dan links memberikan gambaran letak pusat pelayanan, terutama dari aspek ekonomi
dan sosial. Sebagaimana
konsep pengembangan
kota, maka Jetak
fasilitas lingkungan dalam hal ini infrastruktur hijau harus dapat melayani kota baik dari segi luasan yang memadai, jarak maupun akses oleh masyarakat kota. Rencana network infrastmktur hijau diperoleh dengan menggabungkan hubs dan links yang ada, seperti pada gambar 29. Le9enda: Dan1u t<.•.Konnrvas:lA.lr Eltm•n lof1~tnikhu Hll•u Sung,11 ~ Toi
ml Peta lnfrastruktur Hijau Kota Oeook Provinsi Jawa Barat
Gambar 29. Networking antara Hubs dan Links Berdasarkan
kriteria
dan standar pelayanan
lingkungan
yang dapat
diberikan oleh ruang terbuka hijau menurut English Nature Greenspace, maka perlu dianalisis apakah infrastmktur hijau yang akan dibuat sedah dapat melayani kota atau masih terdapat jarak antara ruang pelayanan (gap) yang dapat diberikan oleh elemen-elemen
infrastruktur hijau tersebut. Hasil analisis untuk elemen
dengan luas minimal 2 Ha (jarak buffer 300 meter), 20 Ha (jarak buffer 2 km), 100 Ha (jarak buffer 5 km) dan kombinasi ketiganya disajikan pada gambar 29-32. sedangkan untuk elemen yang lebih besar dari 500 Ha, tidak terdapat di kota Depok.
53
CJ
lnfrastruktur Hijau:>2Ha
C=:l
Buffer 300 meter
Gambar 30. lnfrastruktur Hijau Lebih Besar 2 Ha dengan Buffer300 meter
-
lnfras:lmkl20Ha
Gambar 31. Infrastruktur Hijau Lebih Besar dari 20 Ha dengan Buffer 2 km
54
Gambar 32. Infrastruktur Hijau Lebih Besar dari 100 Ha dengan Buffer 5 km
D D D D
lnfm~"truktur HijaP2 Ho 'i-tt:i ·!·f~}mtti:r 3<'-1~•"'.'' 2 tm
3':..'-1!":' s
rm
Gambar 33. Infrastruktur Hijau Lebih Besar dari 2 Ha dengan Buffer 300 meter, 2 km dan 5 km
SS Berdasarkan basil analisis diatas,
untuk cl omen infrastruk tur > 2 Ha
terlihat banyak tenlapat gap llUIU wilayah yang tidak terlayani, sedangkan untulc
elemen yang !ebih besar dari 20 Ha teTlihat gap sudah semakin berlrurang,dan untuk elcmcn yang lebib besar dnri I 00 Ha nampak gap y3llg ada semakin kecil.
U ntulc memperoleh basil yang optimal dari pelayanan infrastruktur hijau. elemenelemen yang berbeda ukuran dan karakrer tersebut harus dirancseg secara tandem.
Hasil analisis tersebut mcmpcrlihatkan bahwo clemen-elernen infra.slruktur h.ijt1u tclah memenuhi kritcria dan stander dari En1:/ish NatureGreenspace, namun perlu usaha-usaha yang nyata di lapmgan Lmluk mengoptirnalkan fung~i pslayanan
infrastruktur hijau tersebut,
Hasil idenrifikasi elemen-elernen infrastruktur hijau memmjukkan masih tecdapa.t wilayah-wilayah yang mendapatkan pelayanan lingkungan yang sedildt,
tcrgarnbar dengan adanya X"P dan bauya terliputi nleh pelayanan elemen mfrastruktur hijau yang besar saja Selaajutnya dibuat rencana infrastruktur hijau
bcrdesarkan hubs dan links yang ada dengan mencari ketctka.itan antara elemenelemen infrasuuktur hijau dalam sullLu network yrmg tcrpadu. Analisii; untuk mencari keterkaitan antara hubs yang dihubungkan olch links menwtjukkan bahwa llmiapat elemce-elcreen infro.'ltruktur hijnu yang terisolosi atau letjadi frae.me11tasi kawasan terbuka,
Demlkian juga pada links yang adt1.,
tidak semuanya dapat dijadikan 11etWOrk karena keadisi fisiknya 11111u letdrnya yang tidak menghubungkan
huhs yang satu dengan lainnyu,
Selnnjutnya
ditenlukan netwon. intrastruktur hijau yiwg paling efektif dan diharapkan dapa\
berfuagsi scbagairnana yang diharapkan, seperti pada pets lampirsn 4. Jumlah links dapat saja bertarnbeh clan berkembang selain kualitasnya juga hsrus ditingkatkan, karena pada prinsipnya semakio banyak network yang terbentuk
akan semakin baik ketahanan sistem dan Jayanoo yang diberikan, H8Sil analisis luasau infrasuuktur hijau yang teridentifikasi disajikan pada tabel 7.
56
Tabel 7. Komponen-komponen lnfrastruktut Hijsu Kota Depok Lua5 (Ha}
Jen is ]
Elemen~em~n yang sudah dikdola T aman Hutan ~ aya Taman Kota - UT · Buperta Cibubur l.apangan S" If
· TV flJ Studio A lam
Jumlah
Kawasan Konservasi Air
m
162..42
0.81 0.10 4.06 0.05
lS0.76 36.45 1.231.61
0.90
4S.97 549.00
0.23
0.18 6.15
Eleme-elem~n yang •ebaiknya ditambah Fungsi khusu$1VR.l Tinajaya
---
0.04
19.16
Fungsi Khusus . RR1
II
7.20
814.i4 10.38
Lokasi Peoelitian Pertanan
Persen dari LUAS Total(%)
Situ dan sempWmllya ·Situ • Sempaden situ Jumlab
2.74
133.71
189. l 8 'II 7.S6
0.94
1,114.00
5.56
36.04
O. IS
J.92
Netwui-k
Sungai
Rel Kereta Api dan sem!)"'lallllya Sutet dan sempadannya Saluran Gas dan sempadannya Jalan dan sempadannya Jumlah Total
178.92 3 1.09 106.09 1.460.14 3,609.61
0.89 0 .16 0 53 ? .29 17.33
-=-------------·--~--~
Total Luas infrastruktur hijau }'llrlg dibuat adalah 3.60Q.61 hek:tar atan sckitar \ 7.35% dari iuas wilayah kota Depok. Jika berdasarkan UU Penatasn Ruang dikatakan bahwa luas RlH SUatU wilayah kota harus mernenuhi 30%, maka hal ini akan dapat dipenuhi dengan menambah.kan iaman-taman di lingkup kccamatan, kciuranan atau lingkungan. Sclein itu kawasan tegalan dan kebun
masyarakat yang relatif menycbar mengtlruli penyebaran pemukiman juga menipakan kornponen RTH yang cukup banyak di kota Depok, Hal \~rsebut menunjukkan bahwa
sebenarnya Kota Depok memiliki
potcnsi lanskap wilayah yang dapat dikembangkaa
sebagai in frasnuktur hij 11u.
S7
Pemanfaatan
area-area alami yang ada berupa hutan, taman, danau, lapangan
olahraga, kebun, sawah
J1111
lainnys sebagai k ..ntong-karaong kehidupan yang
memiliki ekosistem yang khas dan alami atau dalam konsep green infrastructure dikcnal scbagai Hubs. Selain itu perlu dilakukan usahe ureuk menjaga clan
mengoptimal.kan fungsi koridor-koridor hijau berupa: sungai dan sempadsnnya, jalan, saluran gas, dan SlIT£T sebagai penghubung rantai kehidupan makhluk
hidup dari saru kantong kc kantong Jainnya .. Kombinasi tempat-tempat alami tersebui menjalin suatu network yang memperkokoh keberlangsungsn
sistem
kehidupan clan sebagai penycimbang \inglcungan lcola.
Strategi Penerapan lnfl'L\truktul' Hijau Sebagaimana snuk:tur AHP yang telah dijelaskan pada metodologi, maka
dibuatlah lll!lllisi~ secara berpasangan tcrlilu.Jap faktor-frdtor yang telah ditetapkau dan berpengaruh terhadap tujuan yang iogin dicapai yaitu ditcrc1pkannya konsep infrastruktur hijau tcrsebut di lapangan. Responden yang dipilih herjumlah 10
orang dan mcmiliki latar bclakMg profesi d1U1 pendidikan yang berbeda-beda. Responden terdiri atas: pejahat pernerintah (2 orang). pengelola kawasan hijau (2 orang). pengembang (2 orang), tokoh masyarakar (2 orang), dan pakar lingkungan dan politik (2 orang). Hasil
Pada tingkat tujua11. kriteria peningkzltan kesadaran masyarak.at memi!iki bobot yang tertinggi yaitu sebesar 0.597 atau 59.7%. ini berarti kriteria tersebut lcbih diingittkan 2 kali lebih besar dibandingkan kriteria penegakkan peraturan (29.3%) dan hampir enam kali lebih besar dibsndingkan kriteria penyediaan
anggaran (11%) seperti yang dijclcskan pada label g_
58 Tabet 8 Prioritas Strategi Penerapan Infiastruktur Ilijau Menurut Kriteria
Kriterla
Priori las 0.1 lO 0.293
Penyediaan Anggaran l:'enegakkan l'eraturan
Peningkatan Kcsad aran Masyarakllt
0...:.:.5:.:9.:,.7__
Nilai Inconsistency= 0.0 l Nilal
Inconsistency mcnunjukkan bahwa jawabftn yang diberikan oleh
responden cukup konsisten karena nilainya lcurang_ dari 0.1. selanjutnya,
Pada 18hat>
dari basil sintesis tedwlap prioritas alternatif diperoleh nilai-nilai
seperti yang disajikan pada tabel 9 berikut ini.
TaheJ 9 Hasil Sin~sis Prioritas Altematif Program yang Dipilih
Nwmatif
-· --Prioritas
Melaksanakan Revcgcta.si Melakukan Pencrtiban Menetapkan sehag.1i Kawasan Lindung Nllai tsconsutency = 0.0 I Hasil
sintesis
menunjukkan
0.135 0.251
0.613 bahwa
alternatif
"menetepkan
sebagai
kawasan Iindung" iula.lah yang paling dikchcndaki oleh ITUl3yaralcat (sra~holder) dengen bobot seoesar 6 l.3~o. altcmatif ini dua kali lebih diinginkan dibanding alternatif mclakukan pcncrtiban (25.J o/a) clan hampir Jima kali lebih diinginkan dibandingkan dengan altcroetlf meleksanakan revegetasi (IJ.5%).
Secara keseluruhan preses
pembanding1111
allernatif k.cgiatan yang
diinginkan rnenurut kritcria yang digunakllll disajikan pads tabel 9. pada ketiga krittri11 yltllf! diguuakan, alternatif vmeuetapkan sebagai kawasan lindung" adalah
yang paling diinginkan, dengan nitai bobot masing-masing 72.Y"lo untuk kriteria penyediaan anggaran, 60.4% untuk kriteria pcaegakkan peraturan, dan sebesar 59.7% untuk krueria peningkaian kessdaran rnasyarakat,
Berdasarkan hasil proses analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa masynrakat Kotn Depok, dalam ha! ini diwakili oleh IO orang responden yang merupakan
stakeholder, untuk daptt.t menerapkan infrastruktur hijau
perlu
dilakukan peningkalan kesadaran masyarakat dengan prioritas altcmatif program menetapkan
infrastruktur hijau tersebut sebagai kawesan lindung. Alternatif
program melakukan pencrtiban dan melaksanakan revegetasi dianggep tidak \ebih penting daripada rnenetapkan sebagai kawasan lindung.
59
Tabe 1 l 0. Priori las Altematif Mcnurvt Kriteria ~
Unruk mewuiudkan tata lingkungan yang baik dan sesuai kondisl sena potensi fisili:. Kota Depok, periu usaba yang keras dan berkesinambungan. Selain prioritas program yang harus dilakukaa, pemerintah dacrahjuga hams mcmpunyai
rencena induk dalam pengelolaan lingkungan. Rencuaa innasuukrur hijau dapat dijadikan dasac secara ma.kro untuk menata pemanfaa.tan ruang di wilayah kota, sehingga dapat diteutukan dimana harus dilaku.kan pembangunan dan lokasi-
lokasi yang tidak belch di ban gun. Penetepan infrastruktur hijau juga merupakan ~trat.egi dari pengelola kota untuk mencegah dercisnya konservasi lahan terbura menjadi kawssan terbangun yang selalu menjadi permasalahan klasik dalam peng~bang11D kota,
pcmbanguaaa
yang
Proses
cepat clan derasoyo arus w-bwtl:wsi mengnkibatk.wl
peningkatan luas kawasan terbangun. Peogend.alian konservasl lahao terbulu! sangat diperlukan, ag11r tidak melebihi daya dukuag wilayah yang dapat
mcngakibatkan kctidakstabitan ekosistem kota, Hasil interpretasi foto udara tahun .2006 dipcroleh bahwa luas kawasan terbuka adalah sebesar 8,925 Ha. Hal ini berarti bahwa Kota Depok masih memiliki potcnsi ruaog terbuka yang dapat dikembangkan, Meskipun kondisinya
re\atif menyebar secara sporadis atau terpencar dalam luasan yang kecil dan cenderung tcrfragrnentasi, Daya dukung wilayah Kota Depok untuk jumlah penduduk diperkirakan scbesar 1,586,499 jiwa yang diprediksi akm hampir tercapai sekitar tahun 2020. jwnlah
ini merupakan
kapasitas roaksimal Kota Depok
untuk menampung
so pentluduk, d-.m apabila melebihi maka akan lerjadi ketidakseimbangan dan menimbulkan permasalahan yang kompteks, Jika menurut stander bahwa harus
terdapat minimal 2 Ha ruang terbuka hijau yang berkualitss sebagai infrastruktur hijau per 1000 penduduk, maka Kota Depok membutuhkan 3, 173 hektar
infrastroktur l:tlja11 agar tetap sustain. Pada saar ini ruang rerbuka hijau yang telah dlkelola dan dijaga adalah seluas 1,231.61 Ha atau sebesar 6.15%. oleh karena itu diperlukan area tambahan unluk dikembangkan sebagai infrastruktur hijau, Basil idenufikasi diperolch
wilayah seluas 917.86 Ha atau sebesar 3.92%. yang berpotensi sebagai elemen infrasl.ruktur hijau. Daeeah ini sebagian besar adalah kawasan k()JISC(Vasi air yang merupakan salah :salu fungsi Kota Depok menurut Peraturan Presiden No.54 tahun
2008 tcntang Penataan Ruang Jabodetabek-pumur, Sclain itu kawasan dengan fungsi khusus (TVRT) yang saat ini kondisinya terlantar dipilih karena lecaknya di Kecamatan Sul<majaya y1111g merupakan kccamatan paling pedar dengan kepadaian I 0.810 jiwa/km2, sehingga membutuhkan infrastrukrur h\jau yang
cukup, Bila ditambah dengan network dan sempadan danau, luas total rencana infra.-;truktur hijau ~jadi
seluas 3,600.61 lla.
Tnfrastrulcturbijau tersebut juga dapat dipandang sebagai ruang terbuka hijau yang harus ada pada wilayah kola. Sesuai peraturan besarnya minimal 30%.
sehingga di Kota Depok hams ada minimal selues 6,008 Ha, maka angka tcrsebut dapat dipenuhi dengan menambahkan ruang terbuka hljau lainnya. seperti: taman kecamatan, taman kelurahan, taman lingkungan, pekaraogan, tempat pemakaman
umum, sempadan jalan lokal atau ruang rerbuka lainnya yang berukuran lcbih kecil. Pcmerintah masih menganggap bahwa infrastruktur fisik Jehih penting
dibandingkan dengan infrastrul-tur hijau. Hal ini tcrlihar dari perbandingan pembiayaan pernerintah terhadap kedua jenis inftasuuktur tersebut yang tidak seimbang, yaitu sekitar 76% untuk infrastruktur tisik dan 24% untuk infrasnuktur hijau, Pemerintah masih beranggapan bahwa intrastruktw- hijnu tidak perlu dijagu
dan dikelola, sehingga pemerintah kurang mengalokasikan anggaran wttuk pengelolaannya dan cenderung membiarkannya tcrlantar.
61 Pcngclolaan infrai;truktur hijau selama ini lebih banyalc dilak.ukan oleh
pihak swasta atau inasyarakat. Seharusnya pemerintah dapat membcrikan inseraif kepada pihak-pihak yang turut meniaga liugk.ungan guna mcnccgah rerjadinya konversi lahan terbuka menjadi kawasan terbangun, seperti: pengelola sarana olahraga dan wisata di kawasan terbuka, serta petani.
Pcmerintah dacrah
merupakan pihak yang paling bcrtanggungjawab terhadap kondisi lingkllllj,,'llll kota dan hams dapal mengelolanya tell.llama pengelolaan kawasan yang bersifat publik, Hasil analisis L() dan skalogram
menunjukkan
bahwa kecenderungan
perkembangan kota untuk kebutuhan pelayarum lingkungan terpusat di kecamatan Cimanggis atau ke arah timur dari pusat kuta Depok. Hal terscbut juga didukung oleh basil idemifikasi elemen-clemen inftrastruktur hijau yang lebih banyak terdapat di bagian Timur Kota. Sedangkan untuk pelayanan bidang ekonomi den
snsial (pusat peniukiman) cenderuag ke arah Barat dari Pusat kota yaitu
Kecamatan Sawangan dan Limo. Pengaturan kelembagaan yang menangani ruang terbuka juga diperlukan, agar tidak terjadi tumpang tindih k.ewew111gan antar instansi, karena saat ini mstansi yang terkan dengan pengurusan ruang terbuka cukup banyak, aamun belum terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif dan efisien .
Kompenen-kompoueu infrastruktur
hijau mcmiliki karakteristik yang
spesifik. maka diharapkan dapat dilalcukan penehtian yang Jebih mcndalam pada masing-masing
komponen. Hal ini dimaksudk.a.n untuk mcugoptimallcan fungsi
dan kualuas komponen infrastruktur hijau dalam melayani masyarakat.
Kota Depok sebagai bagian dari perencanaan wilayah Jabodetabclc-Punjur harus dapat berperan secara optimal. Pcranan sebagai daerah konservasi tanah dan
air yang telah ditetapkan
harus
dapat div.ujudkan clan diterapkan
dalarn
pcrcncanaan-perencaeaan kota yang dibuat. Penataan lingkungan Kota Depok juga terintegrasi dengan wilayah-wilayah di sekiter kota Depok. Kata Depok akan terus tumbuh dan berkcmbang. Olch karena itu diperlukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan masalah di rnasa yang akan datang,
62
Kecenderungan terkonversinya
pertambahan
jumlah
penduduk
alum
lahan-Jahan rerbuka meniad! kawasan terbangun,
dengan terbentuknya network infrasrmkmr
menderong Diharapkan
hijau tersebut, di masa yang akan
datang masih terdapat ruang tcrbuka hijau yang bcrkualitas dan berfungsi sccara optimal
sebaaat infrasuuktur
hijau
yang melayani
kebutuhan
masyarakat,
Berdasarkan hasil analisis kecenderungan kawasan terbangun.. pada tahun 2050
Kota Depok harnpir seluruhnya rucnjadi ruang terbangun. Hal ini menunrut perlunya diwujudkrut network infrastmkmr hijau tersebut sebagai usaha untuk melakukan konservasi
lahan terbuka, seperti digambarkan pada peta dalam
lampiran 5.
Rencana infrastruktur hijau t.ersebut diharapkan mcnjadi bagian dari perencenaan 111111 ruang kota, dan saling melengkapi dengan perencanaan infrastruktur flslk.
Kcdua infrastruktur tersebut diharapkan
mampu berperan
untuk rnendukung kehidupan ma~yBmlrnt kota untuk mencapai kemaju.aJl ekonnmi yang baik dan secara sosial dapat diterima oleh semua pihak serta lingkungllll kotu
yang semakin balk (Smar/ Grqwth). Hal lnl untul: mewujudJ:an sebuah kota yang nyaman Jan berkelanjutan.
SIMPULAN DAN SARA."I Simpulao Berda.sarkan basil-basil penelitian tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal antara
lain: I. Prediksi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan model pertumbuhan logistik mengindikasikan bahwa jwnlah penduduk akan bertambah dengan cepat dan mencapai batas carryinK capacity wilayah sebesar 1,589,499 jiwa pada tahun 2020 yang merupakan jumlah maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah agar tetsp sustain; dengan kepadatsn tertinggi pada Kecamatan
Sukma,iaya dan Beji, 2. Kawasan 1erbangun bertambah semakin cepat sciring pertambehan jumlah pcnduduk dan pemhangunan, dan tcnndikasi akea mclampaui bates carrying
capacity wilayan lebih cepat, karena pll(ia tahun 2006 data Juas tcrbangun kondisi
nyata
lehih
tinggi
dari
hasil
prediksi
menggunakan
model
penumbuhan logistik.
3. Lanskap wiJayah Kota Depok cendcrung rcrfragmcntasl. namun masih mempunyai
potensi yang dapat dikembangkan sebagai elemen-elemen
infrasuuktur hijau berupa Hubs (taman hutan raya taman kola. kawasan dengan fungsi k.busus. sempadan situ. dan kawasan konservasi air) dan Links (sungai dan sempadannya, sempedan jalan, sempsdan SUTET, dan sempadan
rel kereta api) dcuB1111 luasaa sekiw 3,609.61 hektar (17.35% dari total wilayah)
4. Prioritas program
yang dipilih dari beberapa altematif adalah dengan
rnenetapkan inftastruktur hijau tersebut scbagai kawasan lindung berdasarkan pendapat dari para stake/wider. yang dikehendaki tiga kali lcbih besar dibandingkan alternatif loin.
Saran Bcbcrapa ha! yang daput disarankan benlasarkan basil penelitian ini adalah :
I. Perlu dilakukan pcnelitian yang
lcbih
detail pada setiap komponen
infrastruktar bijau untuk mencari snlusi 1erhaik dari setiap jermasalahan pada
masing-masing komponen infnisl.ruktur hijau.
64 2. Ma.salah
Iingkungaa
bukan
merupakan
tanggungjawab
pemerintah
saja,
kesadaran masyarakai joga sangat dibutuhkan, namun para pengelola kota harus berdiri di depan untuk memboar keputusan den kehijakan yang tepat.
PUST AKA
M.A. & M<:Mohon, E.T. 2000. Green infrastructure: Smart Conservation jar 21 th Century. The Conservation Fund. Sprawl Watch Clearinghouse 1400 16"', St.NW, Washington DC.
Benedict,
Dardak, H., 2007. Pembangunan tnfr;istrukrur Secara Terpadu den Berkelanjutan Berbasis Peoataan Ruang, Makalah. Jakarta. Davies, C., M..cFarlanc, R .. McGloin, C., Roe, M. 2004. Green Infrastructure Planning Guide Version I. I North llumbria University, l).JC. Departemen Pekerj111111 Umum. 2007. Peramran Memeri Pekerjaan Umum No.6 Tentang Rcncana Tata Bangunan daa Lingkungan. Jakarta.
Depnrtemen Pekerjaan lJmum Republilc. Indonesia. 2007. Undang - Undang Republik Indonesla Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Jakarta. Jungman R.H.G. dan Plmgetri, G. 2004. Ecological networks and greenways; concept, design, implementation (Cambridge, Cambridge University Press). Warpani, S. 1980. Analisis Kota dan Daerah. lnstitut Teknologi Bandung. Jawa
Baral. Weber, T. 2003. Murylund Green lnfrustruL'./ure Assessmeru: A Comprehensive
Stra1~gyfor Land Conservationand Reseoration. Maryland Department of l'\atural Resources Watershed Services Unlt. Annapolis. Roseland.
M. 19?7.
Dimensions of The Eco-dry. Vol.14, No.4,pp.197-202.
Elsevier Science Ltd. Great Britain. Radaawati, D .. 2005. Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kota Depok Sebagai Kawasan Konservasi Air Menggunakan Oatl. Satelit Multi Temporal. 'rests pada Instinn Pertanian Begor. Boger. Sekretaris Negara Repubtik Indonesia. 1990. Keputusan Presiden No.32 Tentang Kawasan Lindung, Jakarta. Sacty, T.L., 1980. The Analytic Hierarchy Process, McGmw Ifill, New York.
Lazcoznbe, G. et al. 2003. Regional lnjra.rJl'UCJUN! New Economic Devolopment Opportunities For The Hunter.Illawarra And Wesrern Sydney Regions. Australian
Business
l'oundation Economic Infrastructure
Project
140
Arthur St, North Sydney, !'SW 2060 Skarback, E. 2007. Urban forests us compensation measures for infrastructure developmeru. Department of Landscape Planning, Swedia. ~~·~'·'~!.~~vier.ti~~
65 Nowak, et al., 2002. Brooklyn's Urban Forest, USDA, Forest Service, Gen. Tech. Rep. NE-290, 109pp. USA. Pham D. U., Nobuk:azu N. 2007. Application of land suitability analysis and
landscape ecology to urban greenspace planning in Hanoi, Vietnam. Graduate School for International Development and Cooperation, Hiroshima University, 1-5-1 Kagamiyama, Higashi-Hiroshima739-8259, Japan www.elsevier.c.le/uf ug Zhang, L., Liu, Q., Hall, N.W., Fu, Z., 2007. An environmental accounting
.framework applied to green space ecosystem planning for small towns in China as a case study. Ecological Economics 60, 533-542. O,et al. 2004. Determining development density using the Urban Carrying Capacity Assessment System. Department of Urban Planning,
Kyushik,
Hanyang University, Seoul National Institute. Seoul. Republik Korea
University,
Korea Environment
Williamson, K., 2003. Growing with Green Infrastructure. Heritage Conservancy, Department of Community and Economic Development. Pennsylvania.
Oh, K., Jeong, Y., Lee, D., Lee, W., 2002. An integrated framework for the assessment of urban carrying capacity. J. Korea Plan. Assoc. 37 (5), 7-26. Korea. 1999. A Study on the Environmental Capacity Assessment of Seoul(!). Seoul Development Institute, Seoul Korea.
Seoul Development Institute,
Oh, K., 1998. Visual threshold carrying capacity (VTCC) in urban landscape management: a case study of Seoul, Korea. Landscape Urban Plan. 39 (4), 283-294. Seoul. Korea. 1990. Sustainable development in professional planning: a potential contribution of the EIA and UET concepts. Landscape Urban
Kozlowski, J.M.,
Plan. 19 (4), 307-332.
A conceptual model for regional environmental planning centered on carrying capacity measures. Korean J. Region. Sci. 4 (2),
Chung, S., 1988. 117-128. Rodiek,
Seoul.
J. 2007. Protecting ecosystems and open spaces in urbanizing environments. Department of Landscape Architecture and Urban Planning, College of Architecture, Texas A&M University, College Station, USA.
Problems and Strategies of Industrial Transformation of China's Resource-based Cities. China Population, Resources And
Dong, S. et al. 2007.
Environment Volume 1 7, Issue 5. China.
Lampiran I. Iumlah Penduduk dan Kepadetan Penduduk Kor.a Depok Tahun 2001-2007 Jumlah Penk 1.>alam Aneka fahun 2001-2007
2004 157,5~ 2&2.785 302.311 376.11)3 129.192
141,545 l,l0,4&t
Kepad;rtan Pendudul Kota Oepok per KmZ Tahun ZD01·.Z007 No Kecamatan Luas (KmZI 2001 2002 2003 47 2,918 21 3.053.54 3,17180 1 Sawanga> 2 Paoi00t<11 Mas 30 7,2(1236 7,Sll9.84 7,743.51 3 Sulanaia)>a 32 8,777.78 8,37782 9,363.51 4 Crna~ 6.559H 6,41388 7,068.92 51 s Bit; 16 7,00614 8,423.92 7,76536 31 3,951.41 5,80649 3,97-0.23 i 'i Lmo Ra.rala 207.08 8,0U.73 &,m.55 8,514.&8 Sumher: l)epuk Dalain Angka f&h.., 2001·2007