Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
37
ANALISIS PENGELOLAAN PRAKTIKUM BIOLOGI DI LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Atok Miftachul Hudha Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang e-mail:
[email protected]
Abstract: This study aims at investigating the biology practicum management at the Laboratory of Biology FKIP-UMM. 110 semesters II, IV, and VI students at the academic year 2008/2009 are taken as the samples employing accidental sampling technique. Questionnaire is used to gather the data before they are analyzed using descriptive qualitative analysis. To complete and clarify the data, the head of the department of Biology and the head of Biology laboratory are interviewed. It is found that there are some weaknesses related to the management based on the student expectations. They include the facilities and practicum management model. This condintions bring the effects on the student’s attitute and create the problems to the laboratory assistants. The students are lazy to take practicum materials, consult the practicum result to the laboratory assistant, and hand in the paper promptly. Besides, the students like to underestimate the laboratory assistants because they consider the laboratory assistants do not have enough knowledge related to the material for practicum. The students rarely get satisfied information from the laboratory assistant related to the practicum material that they have never got in class. Keywords: management analysis, Biology practicum, Biology laboratory.
Laboratorium dibangun berdasarkan suatu kesadaran penuh bahwa pembelajaran di laboratorium mempunyai posisi penting dalam pendidikan, karena dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam proses pembelajaran, diperlukan strategi pembelajaran yang memadai. Salah satu strategi pembelajaran yang dianggap dapat mencakup tiga ranah sekaligus (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah pembelajaran di laboratorium (Rahayuningsih & Dwiyanto, 2005). Secara teoretis keberadaan laboratorium diharapkan mampu menunjang kegiatan-kegiatan yang berpusat pada pengembangan keterampilan tertentu, antara lain keterampilan proses, keterampilan motorik dan pembentukan sikap ilmiah, khususnya pengembangan minat untuk melakukan penyelidikan, penelitian dan minat mempelajari alam secara lebih mendalam (Hudha, 2002:2). Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM merupakan salah satu jurusan di lingkungan
UMM yang menyelenggarakan proses pembelajaran mata kuliah dalam lingkup eksakta, sehingga pendalaman keilmuannya membutuhkan laboratorium sebagai tempat pembuktian-pembuktian teoretis dari bangku kuliah dan empiris di lapangan dalam fakta. Seiring berkembangnya Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM yang berdiri sejak tahun 1983 baru di tahun 2002 dilakukan penelitian sebagai bentuk evaluasi terhadap kegiatan praktikum mahasiswa di laboratorium biologi, dan secara umum hasilnya belum mengembirakan, baik dari sisi manajemen maupun pelaksanaan teknis operasional praktikum (Hudha, 2002). Pelaksanaan kegiatan praktikum bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIPUMM dilaksanakan di Laboratorium Biologi UMM maupun di lingkungan luar kampus adalah untuk membuktikan, memahami, mengamati, dan juga menemukan hal-hal baru sesuai dengan teori yang diterima di kelas.
38
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
Laboratorium Biologi di Kampus 3 UMM tidak hanya digunakan untuk praktikum oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi saja, tetapi juga digunakan oleh jurusan-jurusan terkait di lingkungan UMM yaitu Jurusan Agronomi, Jurusan Teknologi Pangan, Jurusan Peternakan dan Perikanan, D3 Keperawatan dan S1 Keperawatan. Selama penyelenggaraan praktikum di Laboratorium Biologi UMM peneliti menganalisis bahwa koordinasi kegiatan praktikum antara Jurusan Pendidikan Biologi dengan Laboratorium Biologi belum terjalin sinergi manajemen yang optimal. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya kebijakan yang diterbitkan oleh jurusan terhadap penyelenggaraan kegiatan praktikum bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi di Laboratorium Biologi UMM yang membackup kebijakan laboratorium dan begitu pula sebaliknya. Hasil observasi awal terhadap pengelolaan praktikum di Laboratorium Biologi UMM, khususnya pengelolan praktikum untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIPUMM diketahui bahwa kegiatan praktikum dilaksanakan sesuai dengan sajian mata kuliah di semester dimaksud yang dilaksanakan oleh instruktur yang bukan pembina mata kuliah dan beberapa dosen pembina mata kuliah serta dibantu oleh beberapa asisten yang berasal dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIPUMM di tingkat atas. Akan tetapi dalam aplikasinya diketahui masih ada materi praktikum yang belum sinkron dengan sajian materi teori di bangku kuliah, seringkali materi praktikum lebih cepat dibanding materi teori di kelas. Hal ini berdampak pada dangkalnya pengusaan materi teori oleh praktikan. Di samping hal ini juga masih ditemukannya berbagai alat peraga yang memerlukan regenerasi karena termakan usia tetapi masih dimanfaatkan untuk kegiatan praktikum. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan tanggapan mahasiswa praktikan terhadap pengelolaan kegiatan praktikum biologi pada di Laboratorium Biologi UMM. 2. Mendeskripsikan tanggapan mahasiswa praktikan terhadap ketersediaan sarana dan prasarana praktikum yang disediakan di
Laboratorium Biologi UMM. 3. Mendeskripsikan model pengelolaan praktikum yang dianggap ideal oleh mahasiswa praktikan dalam setiap kegiatan praktikum biologi di Laboratorium Biologi UMM. 4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh asisten praktikum biologi dalam pelaksanaan praktikum biologi di Laboratorium Biologi UMM. Manfaat yang dimaksudkan dari penelitian ini adalah peningkatan pengelolaan kegiatan praktikum biologi pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM oleh instruktur dan asisten praktikum, tersedianya sarana dan prasarana praktikum yang memenuhi kebutuhan mahasiswa praktikan dari Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM, serta terjadinya kesesuaian materi praktikum dengan materi perkuliahan di kelas. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang ingin menggambarkan tentang suatu fenomena yang terjadi pada objek penelitian, dan dari hasil penelitian terhadap fenomena tersebut dapat diperoleh gambaran sesungguhnya tentang hal yang terjadi pada objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi UMM selama 6 bulan (bulan PebruariJuli 2009) dengan populasi seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM yang duduk di semester Genap 2008/2009 yang berjumlah 400 orang. Dari jumlah tersebut, sampel yang diambil sebanyak 110 orang dengan menggunakan accidental sampling. Sebagai penelitian deskriptif, maka maka penelitian ini bertujuan untuk menyusun gambaran atau paparan secara cermat terhadap fenomena tertentu tanpa melakukan intervensi dan hipotesis adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan wawancara. Kuisioner diberikan kepada responden (mahasiswa dan asisten), dimaksudkan untuk digunakan mengumpulkan data tentang tanggapan responden (mahasiswa praktikan) terhadap pengelolaan praktikum
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
secara spesifik atas peran asisten dan instruktur, ketersediaan sarana prasarana serta keseuaian materi praktikum dengan penyajian teori di kelas pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM Tahun Akademik 2008/ 2009. Sedangkan wawancara digunakan untuk mendapatkan data dari Ket ua Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM dan Kepala Laboratorium Biologi UMM. Data dari kuisioner ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus persentase untuk melihat pencapaian pengelolaan praktikum biologi pada mahasiswa Jurusan Pen-
39
didikan Biologi FKIP-UMM Tahun Akademik 2008/2009 di laboratorium biologi UMM. Selanjutnya hasil persentase tersebut dianalisis berdasarkan kategori persentase yang telah dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Tanggapan Responden Mahasiswa a. Tanggapan Mahasiswa Praktikan terhadap Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium Biologi UMM
Tabel 1. Tanggapan Mahasiswa Praktikan terhadap Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium Biologi UMM
No
Uraian
1 2 3
Pelaksanaan praktikum sesuai harapan Ruang laboratorium kondusif Materi praktikum sesuai teori di kelas Semua materi di buku panduan dapat dipraktikumkan Materi praktikum tidak terlaksana karena waktu Materi praktikum tidak terlaksana karena keterbatasan alat/bahan Pelaksanaan praktikum sinergis waktunya dengan sajian teori di kelas Rendahnya penguasaan materi praktikum akibat tidak sinergisnya waktu sajian materi kuliah dengan pelaksanaan praktikum
4 5 6 7 8
Ya Frekuensi 29 48 74 56
Tidak Frekuensi 81 62 36 54
% 26,4 43,6 67,3 50,9
57 46
51,8 41,8
53 64
48,2 59,2
57
51,8
53
48,2
86
78,2
24
21,8
% 73,6 56,4 37,7 49,1
Dari data pada tabel 1 di atas dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
78,2
73,6 67,3 59,2
56,4 43,6 26,4
50,9 49,1 37,7
51,8
48,2
51,8 41,8
48,2
21,8
Ya Tidak
Pe la ksanaan pra ktikum se suai harap an
Ru ang l aboratorium kond usif
Materi pra ktikum Semua ma te ri di Materi praktikum Ma teri pra ktikum Pe laksa naan R endahnya se suai teor i d i buku p anduan tida k te rlaksana tidak te rla ksana praktikum pe ngu asaa n kela s da pa t ka rena ken dala ka rena sinerg is mate ri praktikum d ip raktikumka n waktu kete rbatasa n wa ktunya a kib at tida k alat / bah an de nga n sajian si nerg isnya te ori di kelas wa ktu sa jia n ma te ri kuliah den gan pelaksan aan praktiku m
Gambar 1. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium Biologi UMM
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
40
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan praktikum belum sesuai harapan paling dominan dirasakan oleh mahasiswa praktikan, belum 100% materi praktikum sesuai dengan materi kuliah, hal ini ditunjukkan dengan 67,3% saja materi kuliah yang sesuai dengan materi praktikum, sedangkan 37,7% materi praktikum tidak sesuai dengan materi kuliah
apalagi hanya 50,9% saja kegiatan praktikum yang semua mata praktikumnya bisa dilaksanakan, sedangkan 42,7% materi praktikum tidak bisa dilaksanakan praktikumnya. b. Peran dan Efektivitas Bimbingan Instruktur dan Asisten pada Mahasiswa Praktikan
Tabel 2. Tanggapan Responden (Mahasiswa) terhadap Peran dan Efektivitas Bimbingan Instruktur dan Asisten pada Mahasiswa Praktikan
No 1. 2. 3. 4.
Uraian Pembimbingan instruktur efektif Pembimbingan asisten efektif Instruktur selalu mendampingi pelaksanaan praktikum Asisten selalu mendampingi dan membimbing pelaksanaan praktikum
Ya Frekuensi 57 53 35
% 51,8 48,2 31,8
60
54,5
Tidak Frekuensi 53 57 75 50
% 48,2 51,8 68,2 45,5
Dari data pada tabel 2 di atas dapat digambarkan dalam diagram di bawah yang menunjukkan peran dan efektivitas bimbingan oleh instruktur dan asisten sebagai berikut: 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
68,2
51,8
48,2
48,2
54,5
51,8
49,1
31,8
Pembimbingan instruktur efektif
Pembimbingan asisten efektif
Ya Tidak
Instruktur selalu Asisten selalu mendampingi mendampingi pelaksanaan dan membimbing praktikum pelaksanaan pr aktikum
Gambar 2. Persentase Tanggapan Mahasiswa terhadap Peran dan Efektivitas Bimbingan Oleh Instruktur dan Asisten.
Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa peran instruktur dan asisten dalam pelaksanaan praktikum biologi di Laboratorium Biologi UMM belum efektif dalam memberikan pembimbingan. Hal ini ditunjukkan dengan
68.2% responden menyatakan instruktur tidak selalu mendampingi dan membimbing praktikum dan ada 49,1% responden yang menyatakan bahwa asisten tidak selalu mendampingi dan membimbing pelaksanaan praktikum.
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
41
c. Jumlah Ideal Asisten dan Model Bimbingan Pada Mahasiswa Praktikan Tabel 3: Tanggapan Responden (Mahasiswa) Terhadap Jumlah Ideal Asisten dan Model Bimbingan Pada Mahasiswa Praktikan Selama Ini
No 1. 2. 3. 4.
Uraian Jumlah asisten yang ideal dalam pendampingan praktikum (3 orang/kelas) Jumlah asisten yang ideal dalam pendampingan praktikum (4 orang /kelas) Instruktur menjelaskan dan memandu pelaksanaan praktikum Instruktur praktikum adalah dosen pembina mata kuliah dari Jurusan Pendidikan Biologi
Ya Frekuensi 29
% 26,4
Tidak Frekuensi % 81 73,6
81
73,6
29
26,4
74
67,3
36
32,7
5
4,5
105
95,5
Dari data pada tabel 3 di atas dapat digambarkan dalam diagram pada gambar 5 di bawah yang menunjukkan tanggapan responden (mahasiswa) terhadap jumlah ideal asisten dan model bimbingan pada mahasiswa praktikan selama ini. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
95,5 73,6
26,4
73,6
67,3 Ya
32,7 26,4
Tidak 4,5
Jumlah asisten yang ideal dalam pendampingan praktikum ( 3 or ang/kelas)
Jumlah asisten yang ideal Instruktur menjelaskan dan Instruktur praktikum adalah dalam pendampingan memandu pelaksanaan dosen pembina mata kuliah praktikum (4 orang /kelas) praktikum dari Jurusan Pendidikan Biologi
Gambar 3. Tanggapan Responden (Mahasiswa) terhadap Jumlah Ideal Asisten dan Model Bimbingan pada Mahasiswa Praktikan Selama Ini
Gambar 3 di atas menjelaskan, bahwa praktikan menganggap pelaksanaan praktikum efektif jika dalam kelas terdapat 4 orang asisten (73,60%) sebab selama ini setiap pelaksanaan praktikum hanya ada 2 orang asisten saja dan menghadapi lebih dari 20 mahasiswa praktikan, sehingga pelaksanaan bimbingan dan pendampingan praktikum tidak efektif.
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
42
d. Kondisi Peralatan Praktikum dan Ketersediaan Bahan Selama Praktikum Tabel 4. Tanggapan Responden (Mahasiswa) Terhadap Kondisi Peralatan Praktikum dan Ketersediaan Bahan Selama Praktikum
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Uraian Kondisi alat-alat praktikum yang sangat layak dan relevan untuk kegiatan praktikum Kondisi alat-alat praktikum yang cukup layak dan relevan untuk kegiatan praktikum Kondisi alat-alat praktikum yang kurang layak dan tidak relevan untuk praktikum Kondisi alat-alat praktikum yang sudah rusak Jenis alat yang tidak sesuai dengan mata praktikum Jumlah alat-alat praktikum yang sesuai dengan rasio jumlah mahasiswa praktikan Jumlah alat-alat praktikum yang tidak mencukupi dengan rasio jumlahnya mahasiswa praktikan Jumlah bahan-bahan praktikum yang sesuai dengan rasio jumlah mahasiswa praktikan Jumlah bahan-bahan praktikum yang tidak mencukupi dengan rasio jumlahnya mahasiswa praktikan Jumlah Rata-rata
Frekuensi 12
Persentase (%) 10.9
66
60
29
26,4
51 21
46,4 19
31
28,9
75
68,2
41 59
37, 53,6
42,8
38,97
K o n di s i al a t -a l a t p r ak t ik u m y a n g c u k u p la y a k d a n re l e va n u nt u k k e g ia t an pr a k t ik u m 35%
45%
K o n di s i al a t -a l a t p r ak t ik u m y a n g k u ra n g l a y a k d a n t id a k re l e va n u n t u k p r ak t ik u m
20%
K o n di s i al a t -a l a t p r ak t ik u m y a n g s u d a h ru s a k
Gambar 4. Kondisi Alat-alat Praktikum di Labaoratorium Biologi UMM
Dari gambar 4 di atas diketahui adanya alat-alat praktikum yang kondisinya rusak (35%) tetapi tetap digunakan untuk kegiatan praktikum. e. Model Praktikum yang Diharapkan Mahasiswa Praktikan Tabel 5. Tanggapan Responden (Mahasiswa) terhadap Model Prakatikum yang Diharapkan Mahasiswa Praktikan
No. 1.
2.
Uraian Model praktikum yang dianggap efektif oleh praktikan adalah penjelasan praktikum-demontrasi dan dicontoh oleh praktikan Menjelaskann pelaksanaan praktikum pada buku panduan dan langsung pelaksanaan praktikum dengan mendampingi praktikan
Frekuensi 56
Persentase (%) 50,9
54
49,1
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
Tabel 5 diatas menunjukkan, bahwa model praktikum yang dianggap ideal oleh praktikan adalah 50,9% praktikan menyatakan intruktur atau asisten menjelaskan panduan praktikum kemudian melakukan demonstrasi kegiatan praktikum dimaksud dan dilanjutkan
43
dengan praktikum oleh praktikan sedangkan 49,1% responden praktikan lainnya mengharapkan instruktur atau asisten menjelaskan pelaksanaan praktikum di buku panduan dan dilanjutkan dengan praktikum oleh praktikan. Tabel 5 di atas digambarkan sebagaimana di bawah:
Model Praktikum yang Diharapkan Penjelasan praktikumdemontrasi dan dicontohkan oleh praktikan
49,1 50,9
Menjelaskan pelaksanaan praktikum pada buku panduan dan langsung pelaksanaan praktikum dengan mendampingi praktikan
Gambar 5. Tanggapan Responden (Mahasiswa) terhadap Model Praktikum yang Diharapkan Mahasiswa Praktikan.
2. Analisis Tanggapan Responden Asisten a. Tanggapan Asisten Terhadap Peran Instruktur Selama Pelaksanaan Praktikum Tabel 6: Tanggapan Responden Asisten Terhadap Peran Instruktur Selama Pelaksanaan Praktikum
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian Asisten selalu mendapat bimbingan dari instruktur Asisten kadang-kadang mendapat bimbingan dari instruktur Instruktur selalu mendampingi kegiatan praktikum Instruktur kadang-kadang mendampingi kegiatan praktikum Asisten mendapat preparasi semua mata praktikum dari tiap-tiap instrukur sebelum praktikum dilaksanakan. Asisten mendapat preparasi tiap bab yang akan dipraktikumkan oleh instruktur sebelum bab tersebut dipraktikumkan Tidak semua mata praktikum yang dipraktikumkan dipreparasikan oleh instruktur Jumlah Rata-rata
Frekuensi 4
Persentase (%) 33,4
8 9
66,7 75
3 3
25 25
5
41,7
4
33,4
5,14
42,88
44
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
b. Tanggapan Asisten Terhadap Jumlah Asisten yang Ideal dan Model Bimbingan yang Efektif pada Praktikan Tabel 7. Tanggapan Asisten Terhadap Jumlah Asisten yang Ideal dan Model Bimbingan yang Efektif pada Praktikan.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Jumlah asisten yang ideal membimbingn dan mendampingi praktikan 3 orang/kelas Jumlah asisten yang ideal membimbingn dan mendampingi praktikan 2 orang/kelas Peran instruktur sangat baik dalam membimbing kegiatan praktikum Peran instruktur cukup baik dalam membimbing dan mendampingi kegiatan praktikum Dibimbing langsung oleh instruktur Dibimbing langsung oleh instruktur dan asisten Model praktikum dengan demontrasi dulu lalu dicontoh mahasiswa Model praktikum dengan menjelaskan modul dahulu kemudian dilanjutkan dengan praktikum Jumlah Rata-rata
Frekuensi 10
Persentase (%) 83,4
2
16,6
2
16,6
10 1 11
83,4 8,3 91,7
7
58,4
5 6
41,6 50
c. Tanggapan Asisten Terhadap Kondisi Alat-alat dan Bahan Praktikum di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang Tabel 8. Tanggapan Asisten Terhadap Kondisi Alat-alat dan Bahan Praktikum di Laboratorium Biologi UMM
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian Kondisi alat –alat praktikum cukup layak dan relevan dengan materi praktikum Kondisi alat –alat praktikum kurang layak dan kurang relevan dengan materi praktikum Kondisi alat-alat praktikum yang rusak tetapi masih digunakan dalam praktikum Rasio jumlah alat-alat praktikum tidak mencukupi dibanding dengan jumlah mahasiswa praktikan Rasio jumlah alat-alat praktikum mencukupi dibanding dengan jumlah mahasiswa praktikan Rasio jumlah bahan praktikum tidak mencukupi dibanding dengan jumlah mahasiswa praktikan Rasio jumlah bahan praktikum mencukupi dibanding dengan jumlah mahasiswa praktikan Jumlah Rata-rata
Frekuensi Responden
Persentase (%)
7
58,4
5
41,6
12
100
9
75
3
25
2
16,4
10 6,8
83,4 57,11
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
45
d. Tanggapan Asisten Terhadap Buku Panduan Praktikum di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang Tabel 9. Tanggapan Asisten Terhadap Buku Panduan Praktikum di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
No.
Uraian
1.
Dari berbagai mata kuliah yang di praktikumkan terdapat materi yang tidak dapat dipraktikumkan Terdapat mata praktikum tidak dapat dilaksanakan praktikumnya karena alasan keterbatasan waktu Terdapat mata praktikum tidak dapat dilaksanakan praktikumnya karena alasan keterbatasan alat/bahan Buku petunjuk praktikum bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMM belum pernah direvisi Buku petunjuk praktikum bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMM sudah banyak yang direvisi Jumlah Rata-rata
2. 3. 4. 5.
Frekuensi
Persentase (%)
9
75
3
25
9 1
75 8,4
11
91,6
6,6
55
e. Berbagai Kendala yang Dihadapi Asisten dalam Pelaksanaan Praktikum. Tabel 10. Berbagai Kendala yang Dihadapi Asisten dalam Pelaksanaan Praktikum Biologi di Laboratorium Biologi UMM
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Uraian Berbagai Kendala yang Dihadapi Asisten Praktikum tidak bisa dilaksanakan karena praktikan tidak membawa bahan praktikum Praktikan malas melakukan asistensi hasil praktikum Praktikan malas mengumpulkan laporan praktikum dan jika mengumpulkan tidak tepat pada waktu yang ditentukan Praktikan malas dan tidak serius dalam melaksanakan praktikum serta cenderung menilai rendah peran dan keberadaan asisten Konsep keilmuan materi praktikum yang dimiliki asisten terbatas Praktikan belum menerima teori dari materi praktikum yang akan di praktikumkan.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data terhadap persentase jawaban responden pada setiap item pertanyaan dalam kuesioner dapat dilakukan pembahasan yang dipadukan dengan hasil wawancara dengan Kepala Laboratorium Biologi UMM sebagai berikut:
1. Tanggapan Mahasiswa terhadap Pelaksanaan Praktikum Biologi di Laboratorium Biologi UMM Secara umum mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM menganggap, bahwa pelaksanaan praktikum biologi di Laboratorium Biologi UMM belum sesuai harapan (73,6%) karena hanya 26,4% saja yang menyatakan pelaksanaan praktikum sudah sesuai harapan (sebagaimana terlihat pada tabel 1). Untuk mempertegas tanggapan mahasiswa bahwa
46
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
pelaksanaan praktikum biologi di Laboratorium Biologi UMM belum sesuai harapan adalah: pertama, kurang kondusifnya ruang laboratorium (56,4%); kedua, materi praktikum tidak sinergis dengan teori di kelas artinya materi praktikum dilaksanakan tetapi teori belum diajarkan, sehingga berakibat rendahnya penguasaan materi praktikum terima sebelum teori terhadap kondisi yang belum sesuai dengan harapan. Menurut Rahayuningsih & Dwiyanto (2005) bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum melakukan praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu pengetahuan sebelumnya yang tidak cukup menyebabkan mahasiswa sulit mengikuti proses pembelajaran praktikum di laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk universitas memiliki pengertian yang keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak mau menanggalkan pola pikir lama mereka, serta secara kaku mengikuti tata cara pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini cenderung menambah kelangsungan ketidak efisiensian pembelajaran di laboratorium. Oleh karena itu kebebasan untuk merancang percobaan dan “menemukan” ilmu pengetahuan baru di laboratorium menjadi menurun. Ketiga, pola pembimbingan asisten yang belum efektif (51,8%); 4) pola pembimbingan instruktur yang belum efekt if (48,2%). Informasi yang diperoleh setelah dilakukan klarifikasi terhadap asisten, hal di atas dapat terjadi antara lain akibat tidak sebandingnya antara rasio jumlah asisten dengan mahasiswa yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, sebab sementara ini satu kelas dibimbing oleh 2 asisten yang rata-rata setiap kelas 40 mahasiswa. Asisten menganggap bahwa jumlah asisten yang ideal adalah 3 orang tiap kelas (tabel 3) tetapi sebagian besar mahasiswa mengharap asisten praktikum 4 orang tiap kelas (Gambar 3). Sementara itu, Dendie (2010) menguraikan bahwa keberadaan asisten instruktur sangat membantu tugas instruktur karena peran dari asisten Instruktur adalah untuk membantu praktikan yang tertinggal materi yang telah dijelaskan oleh instruktur. Seorang instrukutur dapat terus fokus maju pada materi-materi yang disampaikan, karena praktikum memiliki batas
waktu dan materi yang harus disampaikan. Jumlah asiten instruktur sebaiknya disesuaikan dengan jumlah praktikum dan bobot materi yang disampaikan. Terkait dengan penggunaan buku petunjuk praktikum, banyak mahasiswa mempertanyakan mengapa banyak item praktikum yang tercantum dalam buku petunjuk praktikum tidak dipraktikumkan? Ternyata hal ini lebih banyak disebabkan oleh faktor keterbatasan waktu (25%) dan karena tidak tersedianya alat dan bahan (75%). Ketidaksempurnaan pelaksanaan praktikum juga diakibatkan oleh kondisi alat-alat praktikum yang memerlukan pengadaan karena 46,4% ditemukan alat-alat prakttikum yang sudah rusak, sehingga jumlah alat-alat praktikum yang tidak mencukupi dengan rasio jumlahnya mahasiswa praktikan cukup besar, yaitu (68,2%) termasuk kecukupan bahan praktikum belum mencukupi dengan rasio jumlah praktikan sebesar 53,6%. Terhadap model praktikum yang diharapkan responden mahasiwa, 56 responden (50,9%) model praktikum yang dianggap efektif oleh praktikan adalah penjelasan praktikumdemontrasi dan dicontoh oleh praktikan, sedangkan 54 reponden mahasiswa (49,1%) menginginkan model prakt ikum dengan dijelaskannya bentuk praktikum yang akan dilakukan dari buku panduan praktikum dan selanjutnya langsung dilaksanakan praktikum dengan mendapat pendampingan dari asisten dan instruktur. Namun hal kedua ini sangat ditentukan dengan kesiapan penguasaan materi secara baik oleh asisten, sehingga ketika bersama-sama instruktur melakukan pendampingan praktikum tidak sebagai sosok yang bersifat melayani instruktur tetapi membantu pelaksanaan praktikum dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa praktikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas pengelolaan praktikum di laboratorium biologi perlu dikembangkan pembinaan terpadu sebagaimana menurut Hudha (2008) bahwa pengelolaan praktikum di laboratorium memerlukan sinergitas antara praktikan, asisten, instruktur, laboran, ketua jurusan, dekanat, hingga rektorat sebagaimana gambar 7 di bawah:
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
Praktikan
Kepala Laboratorium
Asisten & Instruktur
Pelaksanaan Praktikum
47
Laboran
Ketua Jurusan
Pembantu Dekan I/Pembantu Rektor I Gambar 6. Pembinaan Terpadu Pengelolaan Laboratorium Biologi
Pola pembinaan terpadu ini sejalan dengan pendapat McLagan & Nel (1995) bahwa setiap organisasi atau lembaga harus berlandaskan participative governance artinya ada kerjasama antar setiap bidang atau unit untuk mencapai tujuan. Pola ini memprioritaskan partisipasi antar unit untuk pengembangan profesional berkelanjutan. Selanjutnya organisasi atau lembaga tersebut menggunakan good governance artinya menggunakan prinsip tata kelola yang baik untuk berinteraksi konstruktif dalam mencapai tujuan. Selain berlandaskan partisipatisi (participative governance) dan kebersamaan (good governance) lembaga perlu berusaha mandiri agar lestari dan lebih baik (sustainable development). Sementara itu Hardjoeno (2002) mengamanatkan bahwa struktur organisasi dan tata kerja merupakan gambaran falsafah participative governance. Hal tersebut berarti tiap unit at au seksi saling berpartisipasi, saling memperkuat, birokrasi tak panjang hingga cepat memperoleh akses yang diperlukan, transparan artinya terbuka dalam laporan maupun informasi hingga dapat dipertanggungjawabkan, akuntabel, pemerataan hak dan keadilan/ gender equity. Semua prinsip itu difokuskan untuk produktivitas dan kelestarian laboratorium, kepuasan pengguna jasa (dalam hal ini terutama praktikan/mahasiswa) dan kesejahteraan. Prinsip tata kerja menurut The White House Domestic Policy Council (1993) antara lain adalah keamanan (security/saf ety), kesederhanaan (simpilcity), efektivitas dan efisiensi (effectiviness and efficiency), keadilan
(equity), kualitas (quality), kelestarian (sustainability), tanggung jawab (responsibility) dan kesejahteraan (welfare). Menurut Suyanta (2010) agar semua kegiatan yang dilakukan di dalam laboratorium dapat berjalan dengan lancar, dibutuhkan sistem pengelolaan operasional laboratorium yang baik dan sesuai dengan situasi kondisi setempat. Peran Kepala Laboratorium sangat penting dalam menerapkan proses pengelolaan laboratorium, termasuk dukungan keterampilan dari segala elemen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu Suyanta (2010) menyarankan pengelola laboratorium harus meningkatkan keterampilan semua tenaga laboran/teknisi. Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan tambahan seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan (workshop) maupun magang di tempat lain. Peningkatan keterampilan juga dapat dilakukan melalui bimbingan dari staf dosen, baik di dalam laboratorium maupun antar laboratorium. 2. Peran dan Efektivitas Bimbingan Instruktur dan Asisten Dari hasil wawancara dengan Kepala Laboratorium Biologi UMM diperoleh kesan bahwa selama ini masih banyak instruktur (terutama para dosen) yang belum efektif melaksanakan kewajibannya sebagai instruktur. Seringkali pada pelaksanaan praktikum terjadi kendala, yaitu kebingungan para asisten untuk memberikan materi praktikum kepada para mahasiswa praktikan akibat konsep materi kurang dikuasai oleh asisten praktikum.
48
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
Hasil konfirmasi lebih jauh yang dilakukan kepada ketua Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM dan Kepala Laboratorium Biologi diketahaui ternyata kendala yang dihadapi oleh instruktur adalah kesulitan membagi jam antara memberi praktikum dengan tugas lainnya, sebab beberapa instruktur bertugas sebagai struktural pada fakultas, Jurusan maupun unit lain di lingkungan UMM. Akibat dari hal ini sebanyak 53 responden (48,2%) menyatakan pembimbingan instruktur kurang efektif, sebab 75 responden (68,2%) menyatakan bahwa instruktur kadang-kadang saja mendampingi dan membimbing pelaksanaan praktikum, termasuk peran asisten 54,5% saja yang dinyatakan membimbing dan mendampingi praktikan saat melaksanakan praktikum. Menurut Anonim (2008) untuk dapat melaksanakan pengelolaan praktikum dengan baik maka hendaknya setiap pihak harus paham akan tugas dan kewajiban. Tugas dosen/ istruktur praktikum: (1) Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada pelaksanaan praktikum sesuai dengan jadwal dan tujuan; (2) Menyusun bahan soal unt uk responsi praktikum; (3) Memberikan penilaian akhir terhadap praktikum; dan (4) Mengawasi implementasi K3 di laboratorium selama kegiatan praktikum. Selain itu instruktur berkewajiban menyelenggarankan praktikum secara bertanggungjawab, berkewajiban menghantarkan praktikan mencapai tujuan diselenggarakannya praktikum, berkewajiban mengawasi proses praktikum dalam rangka mencapai hasil optimal dan berkewajiban mengevaluasi hasil karya praktikan. Sementara itu menurut Anonim (2008) tugas asisten praktikum/mahasiswa yaitu (1) melaksanakan pembimbingan praktikum kepada mahasiswa sesuai dengan jadwal dan tujuan; (2) memberikan penilaian harian (tes, praktikum dan laporan) terhadap mahasiswa; (3) mengawasi pelaksanaan responsi dan memberikan penilaian; (4) mengarahkan mahasiswa dan memberi contoh untuk melaksanakan budaya K3 di laboratorium selama kegiatan praktikum; (5) bertanggungjawab terhadap kelancaran setiap mata acara praktikum yang
dibimbingnya; (6) membantu penyusunan bahan soal untuk responsi; dan (6) melakukan koordinasi dengan dosen dan teknisi laboratorium. 3. Kondisi Peralatan dan Bahan Praktikum di Laboratorium Biologi UMM. Terhadap kondisi peralatan dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum sebanyak 66 responden (60%) sebagaimana terlihat pada tabel 4, responden menyatakan cukup layak dan masih relevan digunakan praktikum, meskipun sebanyak 29 responden (26,4%) menyatakan kurang layak digunakan praktikum. Sebenarnya, keadaan cukup layak tersebut menurut 51 responden (46,4%) keadaannya sudah banyak alat-alat praktikum yang rusak tetapi dipaksakan untuk digunakan meskipun sementara ini responden bisa menerima hal itu. Berdasarkan keadaan alatalat praktikum yang demikian itu 75 responden (68,2%) menyatakan tidak mencukupi jumlahnya dengan rasio mahasiswa yang praktikum. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat 7 responden asisten (58,4%) yang menyatakan bahwa kondisi alat –alat praktikum cukup layak dan relevan dengan materi praktikum, meskipun 100% asisten menyatakan layak yang dimaksud sebenarnya dalam keadaan rusak tetapi tetap digunakan untuk praktikum. Ketersediaan bahan praktikum 59 responden mahasiswa (53,6%) menyatakan bahan praktikum tidak mencukupi jumlahnya untuk kegiatan praktikum dibanding dengan rasio mahasiswa praktikan (tabel 4). Hal ini bertolak belakang dengan pendapat 10 responden asisten (83,4%) yang menyatakan jumlah bahan praktikum mencukupi dibanding dengan jumlah mahasiswa praktikan. Menurut Anonim (2010) salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan. Efektivitas belajar tidak cukup hanya ditentukan oleh gedung/kelas yang baik, tapi juga menuntu adanya peralatan
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
dan bahan yang memadai. Penggunaan peralatan dan bahan yang asal saja sudah dapat dipastikan proses pembelajaran akan berlangsung kurang efektif yang pada gilirannya lulusan mempunyai kecakapan yang tidak sesuai dengan harapan. Lebih lanjut Anonim (2010) menjelaskan bahwa kondisi peralatan laboratorium tidak akan selamanya dalam kondisi yang baik, tentunya lama-kelamaan peralatan tersebut akan mengarah pada kerusakan, kehancuran, bahkan kepunahan. Agar peralatan tersebut tidak cepat rusak dan hancur diperlukan usaha pemeliharaan (maintenance) dari berbagai pihak baik pengelola maupun pengguna. Perlunya pemeliharan yang baik terhadap peralatan tersebut dikarenakan kerusakan sebenarnya telah terjadi sejak peralatan itu diterima dan disusul oleh proses kepunahan meskipun pemeliharaan yang baik telah dilakukan. Menurut Sugiharto (2008) pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. 4. Tanggapan Asisten terhadap Peran Instruktur Para responden yang terdiri dari 12 asisten praktikum biologi, menyatakan bahwa selama ini hanya 4 responden asisten (33,4%) saja yang selalu mendapat bimbingan pengayaan materi dari instruktur, sedangkan 8 orang responden (66,7%) menyatakan kadangkadang mendapat bimbingan dari instruktur, ini berarti bahwa instruktur belum efektif memberikan bimbingannya kepada para asisten dalam melaksanakan praktikum (tabel 6).
49
Berkaitan dengan hal preparasi, 3 responden asisten (25%) mendapatkan preparasi dari seluruh mata kuliah yang dipraktikumkan dari instruktur, sebanyak 5 responden (41,7%) menyatakan mendapat preparasi dari instruktur dari tiap-tiap bab mat eri yang dipraktikumkan pada mata praktikum yang menjadi asistensinya, meskipun terdapat 4 responden asisten (33,4%) yang tidak mendapat preparasi pada bab-bab yang dipraktikumkan. Menurut Rahayuningsih & Dwiyanto (2005) asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik. Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa dengan peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa. Dosen atau instruktur yang bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu para asisten dengan menyediakan buku pedoman kerja laboratorium. Buku pedoman/panduan kerja laboratorium tersebut harus menguraikan percobaan secara ringkas dan sebagai petunjuk bagi asisten/pelaksana tentang apa yang harus dilaksanakan selama melaksanakan kegiatan di laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu melatih asisten laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengelolaan kegiatan praktikum biologi bagi mahasiswa praktikan dari Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM belum sesuai harapan mahasiswa (73,6%), hal ini disebabkan oleh: a. kurang kondusifnya ruang laboratorium (56,4%), b. materi praktikum tidak sinergis dengan teori di kelas artinya materi praktikum dilaksanakan tetapi teori belum diajarkan, sehingga berakibat rendahnya penguasaan materi praktikum; c. pola pembimbingan asisten yang belum efektif (51,8%); d. pola pembimbingan instruktur yang belum efektif (48,2%; e. jumlah asisten yang kurang dalam tiap kelas.
50
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan, Volume 1, Nomor 1, September 2011
2. Penyediaan sarana dan prasarana praktikum yang dibutuhkan oleh mahasiswa praktikan dari Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM oleh Laboratorium Biologi UMM belum memnuhi harapan. Hal ini didukung dengan ditemukannya alat-alat praktikum yang kondisinya rusak (35%) tetapi tetap digunakan untuk kegiatan praktikum, meskipun belum diidentifikasi jenis alat-alat dimaksud. 3. Model pengelolaan praktikum yang dianggap ideal oleh mahasiswa praktikan Jurusan Pendidikan Biologi FKIP-UMM di Laboratorium Biologi UMM adalah: a. Jumlah Asisten praktikum 4 orang tiap kelas, dan asisten menganggap ideal adalah 3 orang tiap kelas. b. 50,9% praktikan menyatakan intruktur atau asisten menjelaskan panduan praktikum kemudian melakukan demonstrasi kegiatan praktikum dimaksud dan dilanjutkan dengan praktikum oleh praktikan. c. 49,1% responden praktikan lainnya mengharapkan instruktur atau asisten menjelaskan pelaksanaan praktikum di buku panduan dan dilanjutkan dengan praktikum oleh praktikan. 4. Berbagai kendala yang dihadapi oleh asisten dalam mendampingi dan memberikan bimbingan kepada praktikan adalah: a. Praktikum tidak bisa dilaksanakan karena praktikan tidak membawa bahan praktikum yang telah ditugaskan; b. Praktikan malas melakukan asistensi hasil praktikum; c. Praktikan malas mengumpulkan laporan praktikum dan jika mengumpulkan tidak tepat pada waktu yang ditentukan; d. Praktikan malas dan tidak serius dalam melaksanakan praktikum serta cenderung menilai rendah peran dan keberadaan asisten; e. Konsep keilmuan materi praktikum yang dimiliki asisten terbatas; f. Praktikan belum menerima teori dari mata kuliah yang akan dipraktikumkan. Saran 1. Perlu penelitian lanjutan terkait dengan efektivitas model praktikum yang dianggap ideal oleh sebagian besar responden dalam
2.
3.
4.
5.
6.
meningkatkan ketuntasan praktikum mahasiswa. Model yang dimaksud adalah intruktur atau asisten menjelaskan panduan praktikum kemudian melakukan demonstrasi kegiatan praktikum dimaksud dan dilanjutkan dengan praktikum oleh praktikan. Penelitian ini masih dilakukan pada satu laboratorium sehingga perlu kiranya penelitian lanjutan misalnya analisis pengelolaan praktikum di laboratorium-laboraorium eksakta di lingkungan Universitas Muhammadiyah Malang atau di institusi lainnya. Para Dosen perlu melibatkan diri sebagai instruktur praktikum pada mata kuliah yang diampunya agar konsep-konsep teori yang diaplikasikan dalam kegiatan praktikum tidak salah dan sesuai dengan konsep teori yang diajarkan. Asisten praktikum selalu mengembangkan penguasaan teori yang menjadi asistensi praktikumnya, dan tidak segan untuk selalu melakukan komunikasi dengan dosen pengampu mata kuliah yang dipraktikumkan. Kepala Laboratorium Biologi UMM perlu menjadikan hasil penelitian ini sebagai informasi yang patut ditindaklanjuti dalam banyak hal. Laboran Laboratorium Biologi perlu segera melakukan inventarisasi alat-alat laboratorium yang perlu diganti, diusulkan baru sesuai kebutuhan yang ada serta memberikan masukan-masukan konstruktif kepada asisten, instruktur maupun kepala laboratorium akan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Tugas Pengelolaan Praktikum. Yogyakarta: Lab. Kimia Dasar FMIPA UGM. Anonim. 2010. Pengelolaan Laboratorium TIK. Materi Ajar Prodi Teknologi Pendidikan FIP UPI. Dendie. 2010. Training Aplikasi Komputer. (Online). (http://dendieisme.blogspot.
Atok, Analisis Pengelolaan Praktikum Biologi Di Laboratorium Biologi
c o m / 2 0 1 0 / 0 6 / t r a in ing - a p lik a s ikomputer.html, diakses 5 Agustus 2010). Hardjoeno. 2002. Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Klinik Rumah Sakit. Dipresentasikan dalam Pelatihan Nasional Manajemen Laboratorium Klinik Rumah Sakit, Jakarta, 20 Juni 2002. Hudha, A. M. 2000. Petunjuk Praktikum Invertebrata. Malang: Laboratorium Biologi UMM. Hudha, A. M. 2002. Penyelenggaraan Praktikum pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMM. Laporan Penelitian. Malang: Lemlit UMM. Hudha, A. M. 2008. Pengelolaan Praktikum di Laboratorium. Makalah Lokakarya FIKES UMM. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. McLagan, P. & Nel, C. 1995. The Age of Participation, New Governance for the Work Place and the World. San Fransisco: Bernett Koehler Publisher. Purwanti, E. 1996. Metodologi dan Instrumentasi. Makalah Lokakarya Penelitian Dosen FKIP Universitas Muhammdiyah Malang Tahun 1996. Purwanti, E. 2000. Pengantar Metodologi Penelitian. Malang: UMM Press. Rahayuningsih, E. & Dwiyanto, D. 2005. Pembelajaran di Laboratorium.
51
Yogyakarta: Pusat Pengembangan Pendidikan UGM. Sarojo, J. R. 1994. Model-model Penelitian. Makalah Seminar Metodologi Penelitian Program Studi Manajemen Pendidikan PPS IKIP Malang. Sugiharto, B. 2008. Optimalisasi Pengelolaan Laboratorium IPA SMP. Semarang: FKIP UNS. Sumintono, B. 2008. Tujuan Pengajaran Sains di Laboratorium. (Online). (http:// n e t sa in s. c o m/ 2 0 0 8 / 0 3 / t u ju a n pengajaran-sains-di-laboratorium/, Diakses tanggal 2 Agustus 2009). Sumintono, B. 2008. Pengalaman dan Investigasi dalam Pengajaran Sains di Laboratorium. (Online). (ht tp:// netsains.com/2008/04/pengalaman-daninvestigasi-dalam-pengajaran-sains-dilaborat orium/, Diakses tanggal 20 Agustus 2009). Suyanta. 2010. Manajemen Operasional Laboratorium. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. The White House Domestic Policy Council. 1993. Health Security. The Official Text. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Zaenab, S. & Purwanti, E. 2000. Modul Pengelolaan Laboratorium IPA. Malang: FKIP Universitas Muhammdiyah Malang.