ANALISIS PENGARUH PRODUCT DAN SERVICE QUALITY BADAN LITBANG PERTANIAN TERHADAP PERCEIVED VALUE, KEPUASAN DAN LOYALITAS PENERIMA LISENSI
OKTI ARYANI HAPSARI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Pengaruh Product dan Service Quality Badan Litbang Pertanian terhadap Perceived Value, Kepuasan, dan Loyalitas Penerima Lisensi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Okti Aryani Hapsari NIM H251120141
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.
RINGKASAN OKTI ARYANI HAPSARI. Analisis Pengaruh Product dan Service Quality Badan Litbang Pertanian terhadap Perceived Value, Kepuasan dan Loyalitas Penerima Lisensi. Dibimbing oleh MA’MUN SARMA dan EKO RUDDY CAHYADI Kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) serta penciptaan teknologi (invensi) dan inovasi pertanian memegang peran penting dalam mengatasi permasalahan di bidang pertanian dan sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara. Invensi hasil kegiatan litbang dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi serta membawa kemajuan dan kesejahteraan suatu negara, bila berhasil dikembangkan oleh dunia industri melalui kerjasama alih teknologi. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sebagai salah satu lembaga litbang di bawah Kementerian Pertanian memiliki peranan penting dalam menciptakan invensi bernilai ekonomi (inovasi) yang berdaya saing tinggi. Saat ini Balitbangtan telah menghasilkan banyak invensi/teknologi. Invensi hasil litbang harus dialihteknologikan agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Alih teknologi dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu komersial dan non komersial. Mekanisme secara komersial mengharuskan teknologi yang bernilai ekonomi dikerjasamakan kepada dunia industri. Namun, komersialisasi teknologi bukan masalah yang mudah dan keberhasilannya ditentukan oleh berbagai faktor. Hal ini disebabkan teknologi yang dijual harus dikembangkan lebih lanjut dan diperbanyak oleh dunia industri agar manfaatnya sampai kepada pengguna akhir (end user). Saat ini, upaya menjaring dunia industri sebagai calon penerima lisensi Balitbangtan, telah dilakukan melalui berbagai sarana promosi. Hasil pelaksanaan promosi teknologi, tidak selalu berhasil menjaring semua calon penerima lisensi. Beberapa di antara perusahaan yang tertarik dan melisensi teknologi Balitbangtan, tidak semuanya dapat mengembangkan teknologi menjadi produk yang bermanfaat. Jumlah invensi yang dikerjasamakan dan masih aktif hingga akhir 2014 sebanyak 60 invensi, sedangkan jumlah kerjasama yang masih aktif hingga akhir 2014 sebanyak 76 kerjasama. Kerjasama alih teknologi tersebut melibatkan 35 perusahaan penerima lisensi. Sampai akhir tahun 2014, telah terjadi pemutusan terhadap 19 kerjasama dan hilangnya 10 perusahaan yang pernah melisensi. Tingkat kehilangan konsumen terkait erat dengan masalah kepuasan dan kepuasan terkait dengan kualitas produk, pelayanan dan loyalitas (Kotler dan Keller, 2009). Penelitian ini menggunakan metode sensus dan melibatkan 35 responden yang mewakili perusahaan penerima lisensi teknologi Balitbangtan. Data diperoleh melalui wawancara non terstruktur dan terstruktur (kuisioner), serta dianalisis menggunakan SEM (Structural Equation Model) menggunakan SmartPLS versi 2.0. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan dan kualitas teknologi, serta kepuasan secara langsung berpengaruh terhadap loyalitas penerima lisensi. Pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas lebih baik diarahkan melalui kepuasan penerima lisensi. Kualitas produk (teknologi) tidak berpengaruh terhadap perceived value dan kepuasan. Berdasarkan hasil tersebut, direkomendasikan strategi pemasaran untuk membangun dan meningkatkan loyalitas penerima lisensi. Kata kunci: kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan, loyalitas penerima lisensi
SUMMARY OKTI ARYANI HAPSARI. Analysis of Product and Service Quality Badan Litbang Pertanian Againts Perceived Value, Sastisfaction, Loyality of Licensee. Supervised by MA’MUN SARMA and EKO RUDDY CAHYADI Research and development, including invention and innovation play an important role to solve agricultural problems and one of driving machines in economic development. The result of technology which is produced by Badan Litbang Pertanian will have positive value in social and economic sectors which can lead country to achieve progression and prosperity, if it has successfully implemented in industrial scale. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) is a research institution under coordination of the Ministry of Agriculture. Balitbangtan have important role to create valuable invention which have a good competitiveness. Technology should be commercialised in industrial scale using private-government collaboration with the result that can be used by people. There are two mechanisms to do transfer technology: commercial and non-commercial. Commercialization of technologies requires that technology have economical value and profitable for industrial sectors. However, commercialising of technology is not an easy one and it is influenced by many factors. It is caused that technology still need to be developed, because the technology is still in pilot scale. Nowadays, using variant promotion ways, Balitbangtan try to attract companies which interest to the technologies. Some of companies interested to license Balitbangtan technologies cannot transformed the technologies to commercialised products. Moreover, 60 inventions have been cooperated and still prevailed until 2014, 76 cooperations have prevailed until 2014 and it have been involved 35 companies. Nineteen cooperations have been terminated and teen licensee companies show unclear follow-up. Finally, losing of consumer level is believed having strong association to satisfication which associate to product quality, service quality and loyalty (Kotler dan Keller, 2009). Census method was employed for collecting data from 35 respondents which were represented of licensees of Balitbangtan technologies. Specifically, collecting data used non-structural interview and questioners, followed by SEM (Partial Least Square) analysis used SmartPLS v.2.0. It is clear that satisfaction, quality of service and technology show directly influence to loyalty of licensees. Moreover, indirect effects of service quality to the loyalty of licensees should be related to satisfaction of licensees. Quality of technologies do not affected to perceived value and satisfaction. In conclusion, marketing strategies are recommended to develop and improve the licensee’s loyalty. Keywords: Product quality, service quality, perceived value, satisfaction, loyalty of licensees
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
Judul Tesis
Nama NIM
: Analisis Pengaruh Product dan Service Quality Badan Litbang Pertanian terhadap Perceived Value, Kepuasan, dan Loyalitas Penerima Lisensi : Okti Aryani Hapsari : H251120141
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec Ketua
Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr
Tanggal Ujian: 15 September 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT penulis ucapkan atas segala limpahan nikmat-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2015 ini adalah Analisis Pengaruh Product dan Service Quality Badan Litbang Pertanian terhadap Perceived Value, Kepuasan dan Loyalitas Penerima Lisensi. Penelitian ini dilakukan di Bogor dan kota tempat perusahaan penerima lisensi berada. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec dan Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM sebagai dosen pembimbing, serta Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc sebagai dosen penguji atas saran dan arahan selama penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan karya tulis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami tercinta, Aqwin Polosoro serta anakanak, Ahmad Fathi Azzam dan Ahmad Zaki Ibadurrahman atas segala dukungan, semangat, pengorbanan, serta doa-doa terbaiknya yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak, Ibu, Mertua, serta adik-adik tersayang yang juga telah memberikan dukungan, pengorbanan dan doanya. Tidak tertinggal ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan Badan Litbang Pertanian atas kesempatan tugas belajar yang telah diberikan. Kepada teman-teman sekelas dan seperjuangan di Program Studi Ilmu manajemen dan rekan kerja di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, terima kasih atas dukungan, masukan dan motivasinya. Kiranya, karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, khususnya dalam upaya-upaya meningkatkan loyalitas perusahaan/mitra kerjasama alih teknologi.
Bogor, September 2015
Okti Aryani Hapsari
ANALISIS PENGARUH PRODUCT DAN SERVICE QUALITY BADAN LITBANG PERTANIAN TERHADAP PERCEIVED VALUE, KEPUASAN DAN LOYALITAS PENERIMA LISENSI
OKTI ARYANI HAPSARI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Kajian Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Konseptual 3. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN UMUM BADAN LITBANG PERTANIAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA INDUSTRI 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Uji Kuisioner Analisis Pengaruh Variabel Laten Eksogen terhadap Variabel Laten Endogen Evaluasi Outer Model Evaluasi Inner Model Implikasi Manajerial 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
xi xii xii 1 1 4 5 5 5 5 5 12 17 20 20 20 20 24 25 25 28 30 30 37 46 47 47 48 49 85
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Diagram perkembangan jumlah kerjasama lisensi Kerangka pemikiran konseptual Model SEM Sebaran responden pada kelompok masa kerja 1-10 tahun Model awal SEM Model akhir SEM Distribusi saran responden yang terkait dengan peningkatan kualitas teknologi 8 Distribusi saran responden yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan
2 19 23 26 31 34 42 42
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data pemutusan kerjasama alih teknologi 2 Data penerima lisensi yang pernah melisensi invensi Balitbangtan 3 Data perilaku penerima lisensi dalam melisensi teknologi 4 Ringkasan penelitian terdahulu 5 Variabel penelitian
53 55
6 Kuisioner penelitian
77
56 60 75
DAFTAR TABEL 1
Karakteristik responden
26
2 3 4 5
Informasi tambahan perusahaan Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner Nilai outer loading hasil uji validitas konvergen Nilai AVE dan communality hasil uji validitas konvergen model awal SEM Nilai AVE dan communality hasil uji validitas konvergen model akhir SEM Nilai cross loading hasil uji validitas diskriminan Nilai akar AVE dan korelasi hasil uji validitas diskriminan Nilai cronbach alpha dan composite reliability hasil uji reliabilitas Nilai R2 hasil evaluasi inner model Nilai hasil bootstrap Pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel
28
6 7 8 9 10 11 12
29 32 32 35 36 37 37 37 38 40
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) serta penciptaan teknologi (invensi) dan inovasi pertanian memegang peran penting dalam mengatasi permasalahan terutama di bidang pertanian. Inovasi merupakan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, baik di negara maju maupun berkembang. Inovasi adalah invensi yang telah diadopsi oleh dunia industri dan memberikan manfaat ekonomi. Invensi/teknologi dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi serta membawa kemajuan dan kesejahteraan suatu negara, ketika berhasil dikembangkan oleh dunia industri melalui komersialisasi (kerjasama alih teknologi). Samimi dan Alerasoul (2009) mengungkapkan bahwa negara dengan ekonomi berkembang seperti Turki berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui peningkatan kegiatan litbang serta keberhasilan dunia industri dalam pengembangan teknologi hasil litbang. Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sebagai salah satu lembaga litbang di bawah Kementerian Pertanian memiliki peranan penting dalam menciptakan invensi bernilai ekonomi (inovasi) yang berdaya saing tinggi. Saat ini Balitbangtan telah menghasilkan banyak invensi/teknologi. Teknologi harus dikomersialisasikan kepada dunia industri melalui mekanisme kerjasama alih teknologi agar manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Namun, komersialisasi teknologi bukan masalah yang mudah dan keberhasilannya ditentukan oleh berbagai faktor. Berdasarkan World Economic Forum (WEF) pada tahun 2013-2014, diketahui bahwa daya saing Indonesia menempati peringkat 38 dari 148 negara. Pemeringkatan daya saing secara keseluruhan ditentukan oleh 12 pilar dan dua pilar diantaranya terkait langsung dengan iptek, yaitu pilar kesiapan teknologi dan inovasi. Kedua pilar tersebut berdampak terhadap kesiapan Indonesia dalam persaingan global. Ketersediaan teknologi dan inovasi berdaya saing tinggi menjadi keharusan agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain dalam menghasilkan teknologi yang berkualitas dan unggul, terutama guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Saat ini, upaya penjaringan pelaku usaha sebagai calon penerima lisensi dilakukan dengan menyebarkan informasi mengenai teknologi melalui Round Table Agroinovasi (RTA), gelar teknologi atau pameran, serta promosi melalui media cetak dan elektronik. RTA merupakan sarana promosi dengan konsep pemaparan beberapa teknologi oleh inventor dan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan para calon penerima lisensi, inventor, serta pihak BPATP sebagai mediator. Sulitnya menjual sebuah teknologi menyebabkan kegiatan promosi teknologi memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit, oleh karenanya sangat penting menjaga kepuasan dan loyalitas dunia industri yang telah melakukan kerjasama alih teknologi (lisensi) - penerima lisensi melalui penyediaan produk (teknologi) dan pelayanan berkualitas. Pelanggan (penerima lisensi) merupakan faktor penting penentu keberhasilan sebuah perusahaan (lembaga) dalam mencapai tujuannya. Menurut Kotler dan Keller (2009), mempertahankan pelanggan yang loyal jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjaring konsumen baru karena keberadaan pelanggan loyal akan mengurangi biaya promosi perusahaan. Ramdhani (2014) menyatakan bahwa kualitas produk dan perceived value merupakan faktor pembentuk kepuasan dan loyalitas konsumen pada sebuah restoran. Menurut Ryu et al. (2012), aspek
2
tangibles (produk) dan intagibles (pelayanan) akan menghasilkan perceived value yang baik terhadap perusahaan yang berujung pada terbentuknya kepuasan. Perkembangan komersialisasi Balitbangtan tidak selalu berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Penjaringan para pelaku usaha (calon penerima lisensi) yang selama ini dilakukan adalah dengan menyebarkan informasi mengenai teknologi melalui berbagai sarana, seperti Round Table Agroinovasi (RTA), gelar teknologi atau pameran, serta promosi melalui media cetak dan elektronik. RTA merupakan sarana promosi dengan konsep pemaparan beberapa teknologi oleh inventor dan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD). Pelaksanaan FGD melibatkan para calon penerima lisensi, inventor serta pihak Balai PATP sebagai mediator dalam komersialisasi. Kegiatan RTA tidak dapat menjaring semua calon penerima lisensi (perusahaan) yang hadir karena umumnya hanya beberapa yang tertarik teknologi Balitbangtan dan dari beberapa perusahaan yang tertarik, hanya beberapa diantaranya yang akhirnya bersedia melisensi. Selebihnya, membatalkan rencana melisensi teknologi Balitbangtan. Perusahaan yang telah melisensi teknologi Balitbangtan, tidak semuanya dapat mengembangkan teknologi menjadi sebuah produk yang bermanfaat bagi pengguna akhir (end user). Menjual sebuah teknologi tidak semudah menjual produk berupa barang jadi, karena teknologi selanjutnya harus dikembangkan oleh perusahaan penerima lisensi agar manfaatnya dapat dirasakan end user. Jumlah invensi yang dikerjasamakan dan masih aktif hingga akhir 2014 sebanyak 60 invensi, sedangkan jumlah kerjasama yang masih aktif hingga akhir 2014 sebanyak 76 kerjasama. Kerjasama alih teknologi tersebut melibatkan 35 perusahaan penerima lisensi. Data tersebut merupakan data terakhir setelah terjadi 19 pemutusan kerjasama dan berakhirnya masa perjanjian pada 4 kerjasama (Gambar 1). Balitbangtan juga kehilangan 10 perusahaan yang pernah melisensi. Menurut Kotler dan Keller (2009), tingkat kehilangan konsumen terkait erat dengan masalah kepuasan dan kepuasan terkait dengan kualitas produk dan pelayanan, serta loyalitas. Pemutusan kerjasama lisensi akibat teknologi tidak dikembangkan karena beberapa faktor, antara lain kurangnya kesiapan teknologi untuk dikembangkan, terbatasnya ketersediaan bahan baku/komponen untuk pengembangan teknologi, dan tidak adanya pasar bagi produk hasil pengembangan teknologi. Data pemutusan kerjasama dan berakhirnya kerjasama lisensi tersaji pada Lampiran 1 dan 2.
Gambar 1 Diagram perkembangan jumlah kerjasama lisensi
3
Koiranen (1999) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor penentu ketertarikan dunia industri dalam melakukan lisensi teknologi, antara lain kemudahan akses teknologi yang akan dilisensi, keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui lisensi teknologi, serta adanya kejelasan perjanjian lisensi secara yuridis. Ketertarikan dunia industri terhadap teknologi hasil Balitbangtan merupakan hal positif, namun ketertarikan tersebut harus terus dijaga melalui penyediaan produk (teknologi) dan pelayanan yang baik agar perusahaan memiliki persepsi penilaian (perceived value) yang baik terhadap teknologi dan pelayanan Balitbangtan. Customer perceived value yang baik akan melahirkan kepuasan dan sikap loyal. Zehir et al. (2014) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap perceived value dan perceived value memberikan pengaruh mediasi pada kualitas pelayanan dan loyalitas. Ishaq et al. (2014) menjelaskan bahwa perceived value berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas, serta kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi pada hubngan antara perceived value dengan loyalitas konsumen. Sedangkan Lee (2010) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas melalui perceived value dan kepuasan. Hasil pemetaan terhadap keseluruhan penerima lisensi yang pernah maupun saat ini aktif melakukan kerjasama dengan Balitbangtan, menunjukkan bahwa penerima lisensi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu kelompok yang melisensi kembali satu teknologi atau memperpanjang masa perjanjian kerjasama lisensi (empat perusahaan), kelompok yang melisensi teknologi lain hasil Balitbangtan dengan rentang waktu yang relatif jauh (lebih dari satu tahun) dari waktu melisensi teknologi sebelumnya (dua perusahaan), kelompok yang melisensi teknologi lain hasil Balitbangtan dengan rentang waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan (kurang dari satu tahun) dari waktu melisensi teknologi sebelumnya (18 perusahaan), serta kelompok yang hanya melisensi satu teknologi Balitbangtan (22 perusahaan) (Lampiran 3). Satu penerima lisensi yang memperpanjang masa perjanjian kerjasama lisensi, diketahui juga melisensi teknologi lain hasil Balitbangtan. Data hasil pemetaan tersebut menunjukkan bahwa enam perusahaan menunjukkan ciri loyalitas terhadap Balitbangtan sebagai penyedia teknologi. Keenam penerima lisensi tersebut terdiri atas empat penerima lisensi yang melisensi kembali teknologi yang sama dan dua penerima lisensi yang melisensi teknologi lain hasil Balitbangtan setelah berhasil mengembangkan teknologi yang dilisensi sebelumnya (rentang waktu lebih dari setahun). Namun, ciri loyalitas tersebut belum dapat diketahui terhadap 18 perusahaan yang melisensi teknologi lain sebelum berhasil mengembangkan teknologi yang dilisensi sebelumnya, demikian juga terhadap 22 perusahaan yang hanya melisensi satu teknologi hasil Balitbangtan. Ciri loyalitas konsumen menurut Sumarwan (2011) adalah adanya tindakan pembelian kembali sebuah produk setelah terjadi proses evaluasi pascapembelian terhadap produk. Oliver (1999) mengemukakan loyalitas sebagai komitmen konsumen untuk melakukan pembelian ulang secara konsisten terhadap produk atau jasa walaupun konsumen berada pada situasi pemasaran yang berpotensi menimbulkan berpindah konsumsi. Berbagai permasalahan terkait pemutusan kerjasama lisensi karena masalah ketidaksiapan teknologi untuk dikembangkan dan ketersediaan bahan baku/komponen yang terbatas untuk keperluan pengembangan teknologi,
4
berdampak terhadap stagnasi pengembangan teknologi oleh penerima lisensi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan penerima lisensi terhadap lembaga penelitian pemerintah dan pada akhirnya akan memiliki kecenderungan terhadap teknologi asing. Ketidakberhasilan pengembangan teknologi pada akhirnya juga tidak memberikan keuntungan bagi pemerintah dan pengguna akhir. Padahal, tidak sedikit dana yang dikeluarkan pemerintah untuk kegiatan litbang, penyebaran informasi dan promosi teknologi, serta sulitnya menjaring calon penerima lisensi. Selain itu, sepuluh perusahaan yang pernah melisensi, tidak lagi kembali melakukan kerjasama. Hal ini memunculkan sebuah pemikiran terkait kepuasan, perceived value dan loyalitas penerima lisensi berdasarkan kualitas teknologi dan pelayanan yang diterima. Menurut Kotler dan Keller (2009), pelanggan merupakan faktor penting penentu keberhasilan sebuah perusahaan (lembaga) dalam mencapai tujuannya, sehingga mempertahankan loyalitas pelanggan, jauh lebih menguntungkan daripada menjaring konsumen baru. Pelanggan yang loyal merupakan sumber pendapatan yang konsisten dan dapat mengurangi dana promosi perusahaan.
Perumusan Masalah Ketertarikan dunia industri dalam melakukan kerjasama dengan Balitbangtan, belum dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana kepuasan perusahaan terhadap kualitas produk (teknologi) dan pelayanan Balitbangtan, serta belum menjamin bahwa perusahaan akan kembali melisensi teknologi Balitbagtan (loyal). Loyalitas penerima lisensi baru dapat dicirikan setidaknya ketika perusahaan melisensi kembali teknologi yang sama atau berbeda hasil Balitbangtan. Guna mewujudkan harapan agar teknologi dalam negeri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di negeri sendiri, diperlukan sikap loyal dari perusahaan terhadap teknologi hasil litbang pemerintah, salah satunya yang dihasilkan oleh Balitbangtan. Pemutusan terhadap 19 kerjasama lisensi karena teknologi tidak dikembangkan oleh penerima lisensi menjadi sebuah produk yang bermanfaat (Lampiran 1), sangat berkaitan dengan kualitas teknologi dan pelayanan yang diberikan penyedia teknologi. Selain itu juga terkait dengan perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi. Demikian juga dengan hilangnya sepuluh perusahaan yang pernah melisensi teknologi Balitbangtan (Lampiran 2). Berdasarkan beberapa permasalahan dan perilaku sebagian besar perusahaan dalam melisensi teknologi (Lampiran 3), belum dapat menunjukkan bagaimana hubungan antara kualitas teknologi dan pelayanan terhadap customer perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi. Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh antara kualitas produk (teknologi) dan pelayanan terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi loyalitas penerima lisensi? 3. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan loyalitas penerima lisensi?
5
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis pengaruh antara kualitas produk (teknologi) dan pelayanan terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas penerima lisensi. 3. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan loyalitas penerima lisensi.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta memberi masukan dan informasi bagi: 1. Balitbangtan, dalam hal hubungan kausalitas antara kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan dan loyalitas; serta faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas penerima lisensi. Berdasarkan informasi tersebut, dapat diterapkan strategi pemasaran yang tepat guna meningkatkan loyalitas penerima lisensi. 2. Berbagai pihak yang berkepentingan sebagai bahan referensi untuk keperluan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kualitas teknologi dan pelayanan terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi. Responden dalam penelitian ini adalah semua penerima lisensi mitra kerjasama Balitbangtan. Penelitian ini terdiri atas studi pendahuluan dan penelitian utama. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan. Studi pendahuluan melibatkan pihak inventor/peneliti, penerima lisensi, dan Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (PATP). Hasil dari penelitian ini merupakan sebuah rekomendasi strategi pemasaran untuk meningkatkan loyalitas penerima lisensi.
2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Konsep Pemasaran Inti dari pemasaran adalah memberikan kepuasan terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan dan keinginan tersebut hanya dapat dipenuhi ketika perusahaan mampu menghantarkan nilai yang baik kepada konsumen sehingga tujuan yang diinginkan perusahaan dapat tercapai. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan konsumen dihadapkan dengan berbagai pilihan dan menuntut perusahaan untuk dapat menghantarkan nilai yang baik (Kotler dan Keller, 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kondisi banyaknya pilihan produk bagi konsumen menyebabkan masalah pemasaran harus dipikirkan di awal perencanaan. Artinya sebelum produk dibuat maka analisis terhadap bagaimana permintaan pasar harus menjadi perhatian, dengan demikian nilai yang akan dihantarkan telah dipilih pada awal perencanaan. Fase tersebut merupakan tahapan awal dalam proses penghantaran nilai (Kotler dan Keller, 2009). Tahap selanjutnya adalah menciptakan produk, menentukan harga dan distribusi, serta
6
mengkomunikasikannya kepada konsumen melalui berbagai sarana promosi. Melihat bahwa pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting dalam sebuah bisnis perusahaan, maka diperlukan manajemen pemasaran yang baik agar dapat meraih pasar sasaran serta mempertahankan dan menumbuhkan pelanggan melalui proses penciptaan, penghantaran dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul. Menurut Kotler dan Keller (2009), pada intinya kegiatan pemasaran meliputi lima konsep, yaitu konsep produksi, produk, penjualan, pemasaran dan pemasaran holistik. Inti dari konsep produksi adalah keyakinan produsen bahwa konsumen akan tertarik dan membeli produk-produk yang murah dan mudah diperoleh. Orientasi ini berguna ketika perusahaan ingin memperluas pasar. Inti konsep produk adalah konsumen cenderung lebih memilih produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur atau penampilan superior. Konsep penjualan berorientasi pada tingkat penjualan, sehingga pemasar harus mempengaruhi konsumen agar penjualan dapat meningkat. Peningkatan penjualan dapat terjadi karena meningkatnya jumlah pembelian oleh konsumen lama maupun semakin banyak konsumen baru yang membeli produk tersebut. Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan dan mengasumsikan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan. Pada hubungan kerjasama Bisnis to Bisnis, misalnya kerjasama lisensi, maka kalangan industri sebagai calon penerima lisensi hanya akan tertarik terhadap sebuah invensi yang mudah diproduksi dan memiliki tingkat resiko produksi yang rendah (Forsyth, 2005 dalam Adawiah et al., 2013). Teknologi dan pelayanan yang unggul akan mampu memenuhi kebutuhan penerima lisensi dan pada akhirnya mampu memberikan rasa puas bagi penerima lisensi, sehingga konsep pemasaran yang berorientasi pada pelanggan (penerima lisensi) ini sesuai untuk diterapkan pada pemasaran teknologi Balitbangtan kepada dunia industri. Konsep pemasaran meliputi empat pilar, yaitu pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu/terintegrasi dan berkemampuan menghasilkan laba. Pemasaran produk (teknologi) pertanian hasil Balitbangtan juga harus berorientasi kepada kebutuhan perusahaan penerima lisensi (konsumen Balitbangtan) melalui penyediaan teknologi yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga akan menciptakan kepuasan bagi perusahaan penerima lisensi. Kepuasan konsumen akan berujung pada loyalitas konsumen. Oliver (1999) menjelaskan bahwa konsumen yang loyal merupakan konsumen yang merasa puas, namun konsumen yang puas tidak dapat secara universal diartikan sebagai konsumen yang loyal. Pemasaran holistik merupakan suatu pendekatan pemasaran secara terpadu akibat adanya kompleksitas pada kegiatan pemasaran. Pemasaran holistik meliputi empat komponen, yaitu relationship marketing, internal marketing, integrated marketing, dan social responsibility marketing. Relationship marketing bertujuan membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dapat mempertahankan preferensi konsumen (Kotler dan Keller, 2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa internal marketing berkaitan dengan pemasaran dan riset pemasaran yang baik. Integrated marketing merupakan bagian dari pemasaran terpadu yang fokus pada penyusunan perencanaan program pemasaran terpadu untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai bagi konsumen.
7
Kualitas Produk (Teknologi) Kualitas produk merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen. Kualitas produk adalah fitur dan karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dan melaksanakan fungsinya (Kotler dan Keller, 2009). Karakteristik tersebut terdiri atas spesifikasi produk yang sesuai (Song dan Perry, 1997), keandalan dan daya tahan produk (Song dan Perry, 1997; Kotler dan Keller, 2009), serta kemudahan operasi dan perbaikan (Kotler dan Keller, 2009). Beberapa studi menunjukkan bahwa peningkatan kualitas produk akan memberikan keuntungan bagi perusahaan melalui penciptaan hubungan jangka panjang berbasis pelanggan yang berujung pada loyalitas konsumen (Gerpott et al., 2001). Terciptanya hubungan jangka panjang dengan konsumen merupakan aset berharga bagi perusahaan. Pemenuhan terhadap produk yang berkualitas berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen (Ishaq, 2014). Produk yang berkualitas juga berpengaruh secara langsung terhadap perceived value dan secara tidak langsung terhadap loyalitas melalui perceived value (Alex dan Thomas, 2010). Kualitas produk yang tinggi akan meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut merupakan produk terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen sehingga dapat menumbuhkan loyalitas pada diri konsumen. Zeithaml (1988) mendefinisikan kualitas produk sebagai superioritas produk secara keseluruhan, sedangkan menurut Sumarwan (2011), kualitas produk merupakan kualitas yang menjadi standar bagi konsumen dan yang diharapkan ada pada produk dan selanjutnya dibandingkan dengan kualitas atau fungsi produk yang sesungguhnya. Selanjutnya, kualitas produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen dinyatakan sebagai persepsi konsumen terhadap kualitas produk tersebut. Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan atau jasa merupakan standar mutu pelayanan oleh konsumen. Parasuraman et al. (1988) dan Sumarwan (2011) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai hasil evaluasi pascakonsumsi secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan yang dipersepsikan dengan yang sesungguhnya dirasakan oleh konsumen. Sebagaimana kualitas produk, kualitas pelayanan juga sangat krusial karena pengaruhnya terhadap kepuasan (Aryani dan Rosinta, 2010) dan loyalitas konsumen (Aryani dan Rosinta, 2010; Yuen dan Chan, 2010; Sumarwan, 2011). Aryani dan Rosinta (2010) juga menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan secara tidak langsung terhadap loyalitas melalui kepuasan konsumen, sedangkan Putra (2013) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan dan perceived value secara simultan menghasilkan loyalitas konsumen. Perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk dan pelayanan harus dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk dan pelayanan secara bersama agar dapat menciptakan perceived value yang baik (Cronin et al, 2000; Chen, 2007; Boohene dan Agyapong, 2011; Putra, 2013), sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan dalam jangka waktu lama. Hanzaee (2011) juga menyatakan bahwa pelayanan karyawan yang berorientasi kepada pelanggan merupakan penentu utama keberhasilan perusahaan. Menurut Tjiptono (2004), kualitas pelayanan merupakan aspek penting bagi perusahaan agar dapat
8
bertahan dalam bisnis dan memenangkan persaingan. Kualitas pelayanan merupakan anteseden bagi loyalitas konsumen (Boohene dan Agyapong, 2011) dan merupakan faktor paling penting bagi perusahaan dalam meningkatkan loyalitas konsumen dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti kepuasan, komitmen dan kepercayaan konsumen (Nawaz dan Usman, 2011). Lebih lanjut, Boohene dan Agyapong (2011) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan yang dipersepsikan konsumen akan terus menjadi perhatian konsumen dan kualitas pelayanan tersebut juga harus senantiasa diperhatikan perusahaan karena memberikan kontribusi dalam menghadapi kompetisi bisnis. Perceived Value Perceived value merupakan penilaian keseluruhan konsumen terhadap nilai guna/kegunaan sebuah produk maupun jasa, berdasarkan persepsi tentang keseluruhan manfaat yang diterima dan keseluruhan pengorbanan yang dilakukan konsumen untuk memperoleh produk (Zeithaml, 1988), serta menggunakan dan memelihara produk tersebut (Kotler, 2008). Jika biaya yang dikeluarkan konsumen dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan total manfaat yang diberikan produk, maka konsumen akan memilih produk lain yang mampu menghantarkan nilai lebih tinggi kepada konsumen. Kotler (2008) juga menjelaskan bahwa konsumen dapat menilai produk maupun jasa lebih lanjut sampai pada tingkat membandingkan selisih antara keseluruhan manfaat yang diterima dan keseluruhan pengorbanan konsumen terhadap produk dari perusahaan tertentu dengan perusahaan pesaing. Customer perceived value sangat terkait dengan nilai penawaran produk oleh perusahaan. Peningkatan nilai penawaran produk dapat dilakukan melalui peningkatan manfaat ekonomi, fungsi atau kualitas maupun mengurangi biaya produk (Kotler dan Keller, 2009). Pengurangan biaya tersebut selanjutnya akan berdampak terhadap penurunan harga produk. Manfaat yang diterima dan pengorbanan di tingkat konsumen dapat bervariasi. Seorang konsumen mungkin cenderung menilai manfaat dari sisi volume produk, namun konsumen lainnya menilai manfaat produk berdasarkan keunggulan produk dibandingkan produk lainnya. Pengorbanan yang dipersepsikan konsumen dalam memperoleh produk juga berbeda antara konsumen satu dengan lainnya. Seorang konsumen dapat cenderung menilai besarnya pengorbanan berdasarkan banyaknya uang yang dikeluarkan dalam memperoleh sebuah produk, sedangkan konsumen lainnya menilai berdasarkan banyaknya waktu maupun usaha yang dikorbankan (Zeithaml, 1988). Perceived value oleh setiap individu dapat berbeda satu sama lain dan dipengaruhi oleh nilai personal, kebutuhan, preferensi dan sumber daya keuangan (Kotler dan Keller, 2009). Hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar adalah berupaya menciptakan perceived value konsumen yang positif, walaupun konsumen yang berbeda dapat merasakan perceived value yang berbeda pula. Banyak perusahaan berupaya menciptakan perceived value yang baik dan kepuasan bagi konsumen melalui pemberian jaminan ganti rugi bagi produk yang memiliki kualitas rendah atau tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen dapat diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa yang dirasakan konsumen sebagai hasil pembandingan antara harapan konsumen
9
terhadap produk atau pelayanan dengan kinerja produk atau pelayanan yang dipersepsikan konsumen (Parasuraman et al. 1985). Harapan konsumen terhadap produk maupun pelayanan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan terbentuk dari pengalaman masa lalu, nasihat dari teman, maupun informasi dan janji pemasar dan pesaing (Kotler dan Keller, 2009). Kualitas pelayanan memberikan pengaruh positif dan signifikan bagi kepuasan konsumen (Malik, 2012). Namun, Ramdhani (2014) yang menyelidiki hubungan antara kualitas pelayanan, kualitas produk dan perceived value terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen sop durian, menemukan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dan hanya kualitas produk dan perceived value yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen. Selain kualitas pelayanan, kepuasan konsumen juga dianggap penting bagi perusahaan karena konsumen yang merasa puas terhadap sebuah produk maupun pelayanan, akan cenderung membeli dan menggunakannya kembali (Kotler dan Keller, 2009; Nawaz dan Usman, 2011). Kepuasan berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas dan memberikan pengaruh mediasi antara kualitas pelayanan dan loyalitas konsumen pada sektor telekomunikasi di Pakistan (Nawaz dan Usman, 2011). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji hubungan antara kepuasan dan loyalitas konsumen, menunjukkan bahwa adanya rasa puas pada diri konsumen selanjutnya akan menciptakan loyalitas konsumen (Nawaz dan Usman, 2011; Lee, 2010). Kotler dan Keller (2009) serta Sumarwan (2011) juga menyatakan bahwa kepuasan konsumen dapat menghantarkan pada loyalitas konsumen. Konsumen yang loyal merupakan tujuan perusahaan karena mereka tidak peka terhadap produk lain yang lebih murah, sehingga konsumen yang loyal merupakan sumber pendapatan bagi perusahaan dan dapat meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Dengan demikian, kepuasan konsumen merupakan aspek yang sangat penting agar perusahaan dapat bertahan dalam bisnis dan memenangkan persaingan (Tjiptono, 2004). Proses terbentuknya kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dijelaskan oleh teori kepuasan (The Expectancy Disconfirmation Model) yang menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen muncul sebagai dampak dari pembandingan antara harapan konsumen prakonsumsi dengan kinerja produk sebenarnya yang dirasakan konsumen pascakonsumsi (Sumarwan, 2011). Lebih lanjut dijelaskan, hasil pembandingan tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu positive disconfirmation, simple confirmation, dan negative disconfirmation. Positif disconfirmation terjadi ketika produk berfungsi lebih baik dari harapan konsumen dan pada kondisi ini konsumen akan merasa puas. Simple confirmation terjadi ketika kinerja produk yang dirasakan konsumen sama dengan yang diharapkan konsumen. Kondisi tersebut menciptakan perasaan netral bagi konsumen. Negative disconfirmation terjadi ketika kinerja produk lebih rendah dari harapan konsumen. Kondisi tersebut membuat konsumen tidak puas. Kajian mengenai kepuasan konsumen terhadap sebuah produk telah banyak dilakukan, baik terhadap barang maupun jasa. Kajian tersebut dapat diterapkan langsung pada atribut produk ataupun dimensi tertentu, seperti kualitas produk dan pelayanan.
10
Loyalitas Konsumen Oliver (1999) mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai komitmen yang kuat dari konsumen untuk berlangganan atau membeli kembali produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa yang akan datang, walaupun konsumen berada pada situasi yang berpotensi menyebabkannya berpindah ke produk/jasa lain. Terbentuknya loyalitas pada diri konsumen didorong oleh adanya perasaan puas terhadap kualitas produk maupun jasa yang diterima konsumen (Sumarwan, 2011). Perasaan puas yang dirasakan konsumen juga mendorong konsumen untuk membeli produk/jasa dengan lebih banyak, membantu perusahaan dengan memberikan rekomendasi produk/jasa kepada orang lain, serta membantu perusahaan dalam membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen (Khurshid, 2013). Lebih lanjut dijelaskan bahwa loyalitas ditandai adanya rekomendasi produk oleh konsumen kepada orang lain (Khurshid, 2013) dan tindakan pembelian kembali suatu produk/jasa yang pernah dibeli sebelumnya (Sumarwan, 2011). Menurut Ishaq (2012), kualitas pelayanan, perceived value, dan image perusahaan merupakan anteseden bagi terbentuknya loyalitas konsumen. Boohene dan Agyapong (2011) menyatakan bahwa kualitas pelayanan dan image perusahaan merupakan anteseden bagi loyalitas konsumen, sedangkan pengujian yang dilakukan pada hubungan antara kualitas pelayanan, kepuasan konsumen, dan loyalitas menunjukkan bahwa kepuasan memberikan pegaruh negatif terhadap loyalitas. Berdasarkan penelitian Boohene dan Agyapong (2011), kepuasan konsumen bukan merupakan anteseden bagi loyalitas konsumen. Hal ini berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya yang menyatakan dekatnya hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Penelitian sebelumnya, pada umumnya mejelaskan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen (Lee, 2010; Nawaz dan Usman, 2011; Kurshid, 2013). Hasil penelitian Boohene dan Agyapong (2011) juga menjelaskan bahwa walaupun kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap loyalitas, namun karena kepuasan berpengaruh negatif terhadap loyalitas, sehingga kepuasan bukan penentu utama bagi loyalitas konsumen. Nawaz dan Usman (2011) menjelaskan bahwa diantara beberapa faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan loyalitas, kualitas pelayanan merupakan faktor paling penting bagi perusahaan dalam meningkatkan loyalitas konsumen dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti kepuasan, komitmen dan kepercayaan konsumen. Loyalitas pelanggan memainkan peran penting dalam keberhasilan suatu organisasi. Pelanggan yang loyal merupakan sumber pendapatan yang konsisten bagi perusahaan (terjadi pembelian berulang dan peningkatan pembelian) dan pengurangan biaya (pengurangan biaya promosi), sehingga meningkatkan profitabilitas. Reichheld dan Sasser (1990) dalam Li dan Green (2011) mengemukakan bahwa pelanggan setia akan bersedia untuk (1) kembali membeli produk yang sama walaupun ada alternatif kompetitif yang menyebabkan switching, (2) mengeluarkan uang untuk mencoba produk-produk lain yang ditawarkan perusahaan, (3) merekomendasikan barang atau jasa perusahaan kepada konsumen lain, dan (4) memberikan saran yang tulus kepada perusahaan sebagai umpan balik untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Khurshid (2013) menyatakan penentu atau faktor penting bagi loyalitas konsumen pada industri telekomunikasi adalah kepuasan pelanggan, switching
11
barrier, harga, promosi, promosi penjualan, kepercayaan pelanggan, citra merek/perusahaan, kualitas layanan, layanan customer care, layanan nilai tambah, jangkauan jaringan, kekuatan sinyal, paket atau tarif panggilan, kualitas panggilan/tarif panggilan, tarif SMS (Short Message Service), kualitas SMS, tarif GPRS (General Packet Radio Service), dan kualitas GPRS. Menurut Aaker (1991) dalam Ramdhani (2014), terdapat lima faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen, yaitu kepuasan konsumen, perilaku kebiasaan (habitual behavior), komitmen, kesukaan terhadap produk (linking of the brand), dan biaya pengalihan (switching cost). Biaya pengalihan muncul karena adanya perbedaan pengorbanan akibat memilih salah satu alternatif produk. Biaya pengalihan juga dapat terjadi karena adanya resiko kegagalan, biaya energi dan fisik yang dikeluarkan konsumen karena telah memilih salah satu aternatif produk. Besarnya biaya pengalihan dari satu produk terhadap produk lain menyebabkan pelanggan lebih berhati-hati beralih ke produk lain. Hal ini selanjutnya menyebabkan konsumen menjadi loyal. Menurut Kotler dan Keller (2009), ketidakloyalan dalam muncul pada diri konsumen dan biasanya muncul karena adanya akumulasi dari masalah-masalah kecil pada perusahaan. Invensi Invensi merupakan suatu hasil penemuan berupa pemecahan masalah di bidang teknologi yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang). Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) (2010), penemuan invensi berawal dari ide atau gagasan inventor dan invensi dapat berupa produk maupun proses yang baru atau penyempurnaan dan pengembangan produk maupun proses yang telah ada sebelumnya. Buenstorf dan Geissler (2011) juga mendefinisikan invensi sebagai hasil penemuan para peneliti, dimana hasil penemuan tersebut selanjutnya dapat dikembangkan melalui komersialisasi teknologi. Inovasi Inovasi merupakan invensi yang bernilai ekonomi (Goenadi, 2000), sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat luas (Pasek, 2011). Inovasi bukan hanya sebatas hasil penelitian, namun lebih cenderung pada penjualan invensi kepada dunia industri agar invensi dapat dikembangkan menjadi produk yang bermanfaat bagi end user. Penjualan invensi kepada dunia industri dilakukan oleh lembaga pemilik invensi. Komersialisasi Komersialisasi merupakan sebuah proses pengalihan teknologi yang bernilai komersial dari pemilik teknologi kepada pihak lain (dunia industri) untuk dikembangkan hingga menjadi sebuah produk yang dapat bermanfaat. Manfaat yang diperoleh bagi perusahaan pengadopsi teknologi adalah keuntungan secara ekonomi melalui pengembangan teknologi dan pemasaran produk hasil pengembangan, sedangkan keuntungan bagi pemilik teknologi berupa royalti dan tersampaikannya manfaat teknologi dalam mengatasi permasalahan di bidang pertanian. Menurut Siegel et al. (1995), komersialisasi teknologi diartikan sebagai moving technology to a profitable potition. Nasution et al. (2009) mengartikan komersialisasi sebagai kegiatan pengembangan teknologi hingga mencapai suatu posisi dimana teknologi dapat diaplikasikan pada kegiatan produksi atau
12
konsumsi yang menghasilkan keuntungan bagi penemunya. Komersialisasi teknologi dapat dilakukan salah satunya melalui kerjasama lisensi. Pemilik teknologi (pemberi lisensi) dalam penelitian ini adalah Balitbangtan, sedangkan penerima lisensi adalah perusahaan (dunia industri) pengadopsi teknologi Balitbangtan. Teknologi hasil Balitbangtan yang memiliki nilai Kekayaan Intelekutal (KI) dan nilai jual (komersial) merupakan asset bisnis yang harus ditransfer kepada dunia industri. Berbagai invensi hasil Balitbangtan telah banyak yang dialihkan kepada dunia industri. Komersialisasi teknologi merupakan upaya menyebarkan teknologi dan memberikan akses kepada end user terhadap suatu produk hasil pengembangan teknologi. Keberhasilan komersialisasi hingga menghasilkan produk yang dapat bermanfaat bagi pengguna akhir, tidak terlepas dari pengujian sebuah teknologi (invensi) yang akan dikomersialisasikan. Pengujian yang dimaksud adalah pengujian secara teknis dan ekonomis. Pengujian secara teknis ditujukan untuk mengetahui apakah sebuah teknologi dinilai mudah atau sulit dikembangkan. Pengujian ini dilakukan dengan cara menduplikasikan hasil invensi. Pengujian secara ekonomis dilakukan setelah invensi lolos pada pengujian teknis. Pengujian ekonomis bertujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi optimum untuk pengembangan teknologi menjadi produk. Kegagalan komersialisasi atau ketidakberhasilan pengembangan teknologi oleh penerima lisensi disebabkan oleh analisis yang kurang tepat terhadap kesiapan dan nilai komersial teknologi yang akan dikomersialisasikan (Parker dan Mainelli, 2001). Menurut Goldsmith (2013) dalam Nasution et al. (2009), penilaian potensi komersialisasi sebuah teknologi tidak dapat dilakukan dengan melihat teknologi secara independen, namun harus dinilai dengan melihat keberadaan teknologi serupa yang dihasilkan oleh pesaing yang mungkin memiliki kualitas lebih baik.
Kajian Penelitian Terdahulu Persaingan bisnis yang semakin kompetitif menuntut setiap perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Penyediaan teknologi oleh lembaga pemerintah (Balitbangtan) melalui kerjasama lisensi dimaksudkan agar hasil lembaga litbang pemerintah dapat sebesar-besarnya dirasakan manfaatnya oleh end user (petani, para pelaku usaha dan masyarakat) dan membantu dunia industri dalam penyediaan teknologi yang tidak dapat disediakan sendiri oleh dunia industri. Fiaz dan Naiding (2012) menjelaskan perlunya kerjasama antara dunia industri dengan lembaga litbang atau perguruan tinggi dalam rangka penyediaan teknologi kepada dunia industri karena tidak semua kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) dapat dilakukan sendiri oleh industri mengingat besarnya biaya untuk keperluan litbang. Penyediaan teknologi kepada industri dapat dilakukan melalui mekanisme pemberian lisensi. Menurut McDonald dan Leahey (1985) dalam Fu dan Perkins (1995), lisensi teknologi dapat membantu tercapainya tujuan bisnis, diantaranya untuk memasuki pasar baru dan mengurangi biaya pengembangan produk baru. Kenyataan yang terjadi adalah menjual teknologi lebih sulit dibandingkan menjual produk karena konsumennya adalah para pelaku usaha (calon penerima lisensi) yang akan mengembangkan atau memasalkan teknologi menjadi produk
13
yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen atau pengguna akhir. Perusahaanperusahan di negara maju telah berhasil memperoleh manfaat lisensi teknologi, namun di Indonesia manfaat tersebut belum sepenuhnya dirasakan baik oleh perusahaan maupun lembaga litbang. Menurut Herdikiagung et al. (2012), teknologi hasil lembaga litbang maupun perguruan tinggi belum memberikan peran besar bagi bangsa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan keberhasilan komersialisasi melalui kerjasama lisensi yang belum banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Keberhasilan komersialisasi dan peningkatan adopsi teknologi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kesanksian perusahaan calon penerima lisensi terhadap teknologi yang aplikatif hasil lembaga litbang dan perguruan tinggi dalam negeri, iklim usaha yang tidak kondusif, ketidakmampuan produk hasil pengembangan teknologi dalam negeri dalam berkompetisi dengan produk serupa yang berasal dari luar negeri. Dhewanto and Umam (2009) menjelaskan beberapa tantangan dalam penelitian dan kegiatan komersialisasi di Indonesia, antara lain arah pemasaran dan kebijakan kegiatan litbang yang kurang jelas, desain penelitian yang lemah, kurangnya kemampuan dalam memasarkan hasil litbang, keterbatasan anggaran untuk melakukan pengujian pasar, keterbatasan insentif dari pemerintah untuk industri yang memanfaatkan hasil litbang lokal, terbatasnya upaya perlindungan terhadap kekayaan intelektual hasil penelitian, serta ketersediaan dana penelitian kolaboratif/insentif yang diterima lembaga litbang (royalti). Insentif merupakan elemen penting dalam mendorong peneliti untuk menciptakan teknologi berkualitas yang memiliki kemampuan untuk diadopsi oleh dunia industri (Mondragón et al. 2013), sehingga pada akhirnya bukan saja hanya mampu diadopsi tetapi juga mampu dikembangkan dan memberikan manfaat bagi pengguna akhir. Menurut Ukwuoma et al. (2013), jaringan kerjasama, jaminan kualitas teknologi, kewirausahaan, sistem HKI, strategi pemasaran, kepercayaan investor/perusahaan dalam berinvestasi, sarana dan prasarana, pendanaan, peralatan, Sumber Daya Manusia (SDM) untuk kegiatan penelitian, informasi teknologi, ketersediaan hasil litbang, sistem reward, promosi dan pemasaran teknologi, permintaan teknologi, serta kemampuan untuk menciptakan kebaruan teknologi, merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan komersialisasi. Beberapa hal yang berpotensi menghambat keberhasilan pengembangan teknologi yang dilisensi, akan berdampak terhadap kepuasan dan loyalitas penerima lisensi. Menurut Kotler dan Keller (2009), mempertahankan loyalitas konsumen atau pelanggan dapat dilakukan dengan senantiasa menjaga kepuasan pelanggan. Banyak penelitian yang mengungkapkan kedekatan hubungan antara kepuasan dengan loyalitas konsumen dan adanya pengaruh positif kepuasan terhadap loyalitas konsumen (Lee, 2010; Nawaz dan Usman, 2011; Kurshid, 2013). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sumarwan (2011) bahwa kepuasan pelanggan akan berujung pada loyalitas pelanggan karena pelanggan yang merasa puas dengan produk atau jasa yang dikonsumsi akan cenderung membeli dan mengkonsumsi kembali produk atau jasa tersebut. Namun, beberapa penelitian juga mengungkapkan bahwa kepuasan memberikan pengaruh negatif terhadap loyalitas, sehingga kepuasan konsumen bukan merupakan anteseden bagi loyalitas konsumen (Boohene dan Agyapong, 2011).
14
Penelitian-penelitian sebelumnya, selain melihat bagaimana hubungan antara kepuasan dan loyalitas, juga telah menyelidiki bagaimana hubungan antara kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen. Jahanshahi et al. (2011) menyelidiki pengaruh kualitas produk dan pelayanan terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen pada industri otomotif di India. Hal tersebut sedikit berbeda dengan Malik (2012) yang menduga adanya peran perceived value pada hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen pada sektor jasa di Pakistan, sedangkan He dan Song (2008) menambahkan konstruk niat pembelian untuk menyelidiki hubungan antara kualitas produk, perceived value, kepuasan konsumen dan niat pembelian kembali pada agen travel. Ramdhani (2014) menganalis pengaruh kualitas poduk, kualitas pelayanan dan perceived value terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen pada restoran produk olahan durian di Bogor. Hanzaee (2011) menyatakan bahwa pelayanan karyawan yang berorientasi kepada pelanggan merupakan kunci bagi tercapainya kepuasan, komitmen dan retensi pelanggan. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Malik (2012), dimana kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Perceived value merupakan variabel mediator/perantara bagi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Jahanshahi et al. (2011) juga menunjukkan pengaruh signifikan kualitas produk dan pelayanan terhadap kepuasan serta kepuasan terhadap loyalitas konsumen. Menurut He dan Song (2008), kualitas produk berpengaruh secara langsung terhadap niat pembelian maupun secara tidak langsung melalui kepuasan, namun kualitas produk tidak berpengaruh terhadap niat pembelian melalui perceived value karena kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap perceived value dan perceived value tidak berpengaruh terhadap niat pembelian. Perceived value berpengaruh terhadap niat pembelian melalui kepuasan. Hasil penelitian He dan Song (2008) tersebut berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Alex dan Thomas (2010), dimana kualitas produk maupun pelayanan berpengaruh signifikan terhadap niat pembelian kembali melalui perceived value. Lee (2010) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap loyalitas melalui perceived value pada bisnis telepon seluler di Korea. Ramseook-Munhurrun et al. (2010), menyatakan pentingnya kualitas pelayanan karena berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ramdhani (2014) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada restoran sop durian tidak signifikan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Lebih lanjut dinyatakan, hanya kualitas produk dan perceived value yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan diketahui berpengaruh secara signifikan positif terhadap loyalitas pelanggan. Kualitas pelayanan yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, kemungkinan disebabkan karena pelanggan sudah merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan atau dapat juga disebabkan oleh lebih fokusnya perhatian pelanggan terhadap kualitas produk mengingat perusahaan kuliner (restoran) memiliki core product berupa makanan untuk dijual. Berbeda dengan penelitian Malik (2012) yang menunjukkan peran perceived value sebagai variabel mediator bagi kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan, Ramdhani (2014) dalam konstruk penelitiannya menguji perceived value sebagai sebagai variabel independen yang langsung berpengaruh
15
terhadap kepuasan pelanggan. He dan Song (2008) membuktikan bahwa perceived value tidak berpengaruh terhadap niat pembelian secara langsung serta bukan merupakan variabel mediator bagi kualitas produk terhadap niat pembelian. Penelitian mengenai kepuasan penerima lisensi terhadap lisensi teknologi telah dilakukan oleh Fu dan Perkins (1995). Penelitian tersebut dilakukan terhadap13 industri yang terlibat dalam lisensi teknologi, meliputi industri kimia, minyak bumi dan industri karet, komputer dan industri mesin komersial lainnya, listrik, elektronik dan instrumental, software, jasa teknik. Sebanyak sepuluh faktor yang berhasil diidentifikasi dan diketahui berpengaruh terhadap kepuasan penerima lisensi teknologi, terdiri atas waktu negosiasi lisensi, ketersediaan pengacara sebagai pendamping dalam bernegosiasi, jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi yang dilisensi, pemberian pelatihan secara secara komprehensif dari pemberi lisensi, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses alih teknologi (serangkaian kegiatan dalam mengadaptasi teknologi, seperti penyediaan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan serta pelaksanaan pelatihan teknis), kualitas (kemampuan teknis) teknologi yang dilisensi, persepsi penerima lisensi terhadap harga teknologi yang lebih tinggi dari yang diprediksi, tingkat keuntungan yang dihasilkan dari teknologi yang dilisensi, perlindungan terhadap lisensi yang diberikan kepada penerima lisensi, serta layanan tindak lanjut dari pemberi lisensi. Ong dan Pearson (1988) dalam Fu dan Perkins (1995) menyatakan bahwa pengalaman masa lalu perusahaan dalam melisensi teknologi, persepsi penerima lisensi terhadap biaya dan manfaat atas lisensi teknologi, serta kepuasan atas pelaksanaan lisensi sebelumnya merupakan beberapa penyebab bagi perusahaan tidak lagi bersedia melakukan lisensi teknologi. Hasil penelitian Fu dan Perkins (1995) menunjukkan hanya empat faktor yang berpengaruh secara signifikan dan merupakan faktor penentu bagi kepuasan penerima lisensi. Empat faktor tersebut adalah waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan proses pengalihan teknologi dari pemberi lisensi kepada penerima lisensi, kualitas teknologi yang dilisensi, harga teknologi yang dilisensi, dan keuntungan selanjutnya yang dihasilkan oleh teknologi yang dilisensi. Enam faktor penentu yang lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan penerima lisensi, kemungkinan disebabkan responden cenderung lupa terhadap proses lisensi yang terjadi sebelum teknologi mulai digunakan dan lebih teringat pada proses pengembangan teknologi lisensi. Koiranen (1999) dalam penelitiannya mengeksplorasi kriteria pembelian lisensi teknologi dari sudut pandang penerima lisensi. Kriteria yang telah dieksplorasi melalui para ahli lisensi AS dan Finlandia dari institusi akademik dan perusahaan Finlandia, selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan untuk kuisioner. Kriteria melisensi yang berhasil dieksplorasi sebanyak 46 variabel dan selanjutnya variabel tersebut diranking (pemeringkatan) berdasarkan tingkat penting atau tidaknya menurut penerima lisensi. Hasil pemeringkatan menunjukkan bahwa kriteria kemudahan akses kepada teknologi tinggi yang dihasilkan pemberi lisensi, memperoleh skor tertinggi. Skor tinggi tersebut diikuti oleh kriteria lainnya, secara berurutan dari tertinggi hingga terendah adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengorbankan pesaing, kejelasan perjanjian lisensi secara yuridis, adanya hubungan yang baik antara strategi pengembangan bisnis dan know-how pada teknologi yang dilisensi, biaya lisensi dan cara
16
penentuan biaya lisensi, kemudahan memperoleh informasi mengenai perkembangan teknologi terbaru selanjutnya, serta ketegasan istilah dalam kontrak kerjasama lisensi. Penelitian ini selanjutnya mengelompokkan 33 kriteria atau variabel awal (memiliki beban atau nilai ≥ 0.50) menggunakan analisis faktor. Koiranen (1999) berhasil mengelompokkan berbagai kriteria lisensi menjadi empat faktor yang didasarkan pada adanya keeratan hubungan antar kriteria pembentuk faktor utama. Keempat faktor utama tersebut adalah masalah syarat/ketentuan kontrak dan persaingan, masalah sumberdaya, masalah ketentuan pembayaran dan kualitas teknologi, serta unsur dari kemitraan know how. Setiap faktor merupakan perwakilan dari semua kriteria atau variabel pembentuknya. Faktor utama dan kriteria pembelian lisensi teknologi Koiranen (1999) serta Fu dan Perkins (1995), selanjutnya diadaptasi dan dikonfirmasikan pada wawancara pendahuluan. Perceived value merupakan penilaian konsumen terhadap kegunaan produk yang diterima dan apa yang telah dikorbankan untuk memperoleh kegunaan atau manfaat produk. Menurut Zeithaml (1988) perceived value dapat diukur dengan harga produk yang kompetitif, kesesuaian harga dengan kualitas teknologi serta kesesuaian upaya dan waktu yang telah dikeluarkan konsumen dengan kualitas teknologi. Rangkuman penelitian terdahulu, disajikan pada Lampiran 4. Konstruk pada penelitian ini disusun berdasarkan adanya perbedaan konstruk dan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menggunakan konstruk yang sama maupun berbeda dalam mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas. He dan Song (2009) menyelidiki hubungan antara kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan dan niat pembelian kembali konsumen dari sebuah agen pelayanan tour. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap niat pembelian kembali secara langsung hanya melalui kepuasan, namun tidak melalui perceived value. Hal ini disebabkan kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap perceived value dan perceived value tidak berpengaruh terhadap niat pembelian kembali. Namun, perceived value berpengaruh terhadap niat pembelian kembali melalui kepuasan. Alex dan Thomas (2010) menyelidiki hubungan antara kualitas pelayanan dan produk terhadap perceived value, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap perceived value, namun sebaliknya dengan pengaruh kualitas produk. Sedangkan Jahanshahi (2011) menyatakan bahwa baik kualitas produk maupun pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan. Malik (2012) menganalisis hubungan antara kualitas pelayanan, perceived value, dan kepuasan dan diketahui bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui perceived value (perceived value memberikan pengaruh mediasi). Menurut Zehir et al. (2014) kualitas pelayanan berpengaruh terhadap perceived value, perceived value berpengaruh terhadap loyalitas, dan perceived value sebagai mediator antara kualitas pelayanan dengan loyalitas. Puspaningrum (2013) menyelidiki hubungan antara kualitas produk, kepuasan dan loyalitas menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan maupun loyalitas serta kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas, namun kepuasan tidak memberikan pengaruh mediasi pada kualitas produk terhadap loyalitas. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan Aryani dan Rosinta (2010),
17
dimana kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas, serta kepuasan memberikan pengaruh mediasi pada kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Berdasarkan perbedaan pada konstruk yang digunakan serta perbedaan hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara kualitas produk dan pelayanan dengan perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen.
Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini diangkat dari berbagai permasalahan yang muncul dan dikaitkan dengan visi dan misi Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan). Visi Balitbangtan pada tahun 2014 menjadi lembaga litbang pertanian berkelas dunia dalam menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian demi terwujudnya pertanian industrial yang unggul. Misi yang dibawa diantaranya menghasilkan, mengembangkan dan mendiseminasikan inovasi teknologi, meningkatkan kualitas sumberdaya litbang pertanian, serta mengembangkan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan iptek dan peningkatan peran Balitbangtan dalam pembangunan pertanian. Faktanya bahwa sebagian teknologi (invensi) Balitbangtan belum berhasil dikembangkan oleh perusahaan penerima lisensi karena berbagai sebab, padahal invensi tersebut dinilai telah layak untuk dikomersialisasikan. Hal ini akan mengakibatkan kekecewaan bagi perusahaan penerima lisensi. Kurang berhasilnya pengembangan teknologi karena tidak terpenuhinya indikator kualitas produk misalnya teknologi tidak dapat dikembangkan secara massal dalam industri disebabkan keterbatasan bahan baku untuk pengembangan teknologi yang dilisensi atau teknologi yang tidak menguntungkan, dapat menjadi evaluasi bersama dalam kerjasama alih teknologi. Kurang berhasilnya pengembangan teknologi akan menjadi refleksi apakah visi Balitbangtan saat ini telah sepenuhnya terwujud. Indikator kelayakan untuk komersialisasi invensi saat ini adalah invensi telah memperoleh perlindungan HKI, invensi telah melalui proses pelepasan varietas unggul (varietas tanaman), invensi telah melalui pengujian pada skala laboratorium, serta pernah dipromosikan melalui RTA (Laporan akhir kegiatan kajian kelayakan invensi pada skala industri, 2013). Belum berhasilnya pengembangan invensi oleh penerima lisensi akan berakhir dengan pemutusan kerjasama lisensi, baik dilakukan oleh pihak pemberi maupun penerima lisensi. Fakta lainnya adalah menjual sebuah teknologi bukan merupakan hal yang mudah, serta hasil pengamatan terhadap hilangnya 10 penerima lisensi (tidak melisensi kembali teknologi Balitbangtan). Selain itu, terdapat fenomena dimana beberapa perusahaan melisensi kembali teknologi yang sama, beberapa perusahaan lain melisensi teknologi lain (teknologi baru) hasil Balitbangtan. Kepuasan pelanggan dapat diamati berdasarkan tingkat kehilangan pelanggan Kotler dan Keller (2009) serta perilaku pembelian kembali produk yang sama maupun berbeda dari sebuah perusahaan sebagai produsen. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menganalisis bagaimana kinerja Balitbangtan, khususnya Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (Balai PATP) sebagai penyedia layanan dan Balai Penelitian sebagai penyedia teknologi. Kinerja tersebut selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi menggunakan alat analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan pendekatan PLS (Partial Least Square).
18
Pengukuran kinerja (performance) Balitbangtan berdasarkan kualitas produk dan pelayanan. Variabel indikator untuk setiap dimensi kualitas produk dan pelayanan mengadaptasi dari Ramseook-Munhurrun et al. (2010), Koiranen (1999), serta Fu dan Perkins (1995) dengan beberapa penyesuaian berdasarkan hasil wawancara terstruktur kepada beberapa narasumber yang ditunjuk. Sensus terhadap perusahaan penerima lisensi dilakukan agar diperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Hasil survei diolah secara kuantitatif menggunakan SEM. Dengan demikian akan diketahui bagaimana hubungan antara kualitas produk dan pelayanan terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas penerima lisensi; faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap perceived value, kepuasan dan loyalitas; serta dapat dilakukan analisis jalur (path). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi Balitbangtan. Kerangka pemikiran konseptual tersaji pada Gambar 2.
19
Visi dan Misi Balitbangtan dan Balai PATP
Tugas Pokok dan Fungsi Balai PATP
Permasalahan dan fenomena dalam kegiatan alih teknologi (komersialisasi): 1. Pemutusan kerjasama lisensi 2. Beberapa perusahaan penerima lisensi, tidak melisensi kembali 3. Beberapa perusahaan melisensi kembali, baik teknologi yang sama maupun berbeda (teknologi baru) Balitbangtan
Kinerja (performance) Balitbangtan (Balai PATP dan Balai Penelitian penghasil teknologi)
Studi Pendahuluan (Wawancara)
Kualitas produk
Kualitas pelayanan
Perceived value
Studi Pendahuluan (Wawancara)
SEM
Kepuasan penerima lisensi
Loyalitas penerima lisensi
Strategi perbaikan
= Ruang lingkup penelitian = Implikasi manajerial = Proses Gambar 2 Kerangka pemikiran konseptual
Hasil analisa
20
3 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bogor, yaitu di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (Balai PATP) serta di tempat inventor dan perusahaan penerima lisensi berada. Waktu penelitian dimulai bulan Februari hingga Juli 2015.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu kualitatif dan kuantitatif serta sumber data primer dan sekunder. Data kualitatif merupakan data yang dapat diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data, seperti wawancara, analisis dokumen, Focus Grup Discussion (FGD), rekaman, maupun observasi (pengamatan). Data kuantitatif diperoleh melalui wawancara terstruktur (kuisioner). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara non terstruktur sebagai data awal untuk menentukan variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan. Wawancara non terstruktur dalam pelaksanaannya melibatkan para inventor yang invensinya telah berhasil dan belum berhasil dikembangkan, para staf BPATP yang melakukan pelayanan alih teknologi, serta beberapa pihak penerima lisensi baik yang telah maupun yang belum berhasil mengembangkan invensi yang dilisensi. Data primer untuk penelitian lebih lanjut juga diperoleh secara kuantitatif melalui wawancara terstruktur (kuisioner) terhadap para penerima lisensi. Kuisioner tersebut menggunakan jenis pertanyaan tertutup dengan lima skala likert sehingga jawaban responden dibatasi pada jawaban yang telah disediakan. Pada kuisioner juga terdapat pertanyaan terbuka. Setiap responden yang mewakili perusahaan merupakan pihak yang terlibat dalam kegiatan alih teknologi dan mengetahui halhal yang terkait dengan kegiatan alih teknologi. Pada kuisioner juga terdapat pertanyaan terbuka. Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari laporan kegiatan dan laporan tahunan Balai PATP, serta berbagai jurnal, buku dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode sensus yang melibatkan 35 responden. Ini didasarkan pada terbatasnya jumlah mitra kerjasama Balitbangtan dan jumlah data minimal yang direkomendasikan SEM PLS, yaitu berkisar 30-100 data (Ghozali, 2008).
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh secara kualitatif melalui wawancara pendahuluan bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan. Wawancara pendahuluan dilakukan terhadap beberapa inventor, para staf pelayanan alih teknologi, dan pihak penerima lisensi. Inventor yang dipilih dalam wawancara tersebut, mewakili kelompok yang invensinya berhasil dikembangkan maupun yang invensinya gagal dikembangkan oleh perusahaan penerima lisensi, serta mewakili keempat kelompok penerima lisensi berdasarkan perilaku melisensi. Variabel-variabel indikator pada kualitas produk dan pelayanan hasil wawancara pendahuluan, selanjutnya digunakan sebagai variabel indikator produk dan pelayanan pada penelitian ini. Variabel tersebut dikembangkan menjadi pertanyaan terstruktur (kuisioner) guna memperoleh data dari penerima lisensi. Sebelum kuisioner disebarkan sebagai alat untuk memperoleh data, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian
21
tersebut bertujuan untuk mengetahui validitas item-item instrumen (pertanyaan) dan konsistensi instrumen yang digunakan, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengolahan secara kuantitatif dilakukan menggunakan teknik statistik. Teknik pengolahan dan analisis data secara statistik menggunakan SEM (Struktural Equation Modeling) berbasis variance atau SEM dengan pendekatan PLS (Partial Least Square) untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel yang kompleks. Structural Equation Modeling (SEM) Menurut Santoso (2011) Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat analisa statistik, dimana penyusunan model dan cara kerjanya merupakan gabungan antara analisis faktor dan analisis regresi. Alat analisis SEM yang dikembangkan Joreskog dan Sorbom pada tahun 1970-an, dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel, mengukur variabel laten dengan sejumlah indikator dan hubungan di antara keduanya, (Santoso, 2011), serta mampu menganalisis jalur (path) antar variabel laten (Ghozali, 2008; Santoso, 2011). SEM memiliki dua model, yaitu SEM berbasis covariance (Component Based SEM) dan SEM berbasis variance menggunakan pendekatan PLS (Partial Least Square). SEM berbasis covariance dapat diselesaikan menggunakan software AMOS dan LISREL, sedangkan SEM dengan pendekatan PLS dapat diselesaikan menggunakan software Smart PLS, PLS Graph, Visual PLS, dan PLS GUI (Ghozali, 2008). SEM dengan pendekatan PLS merupakan SEM dengan metode alternatif, dimana distribusi data tidak dipermasalahkan; skala pengukuran dapat berupa nominal, ordinal, interval maupun ratio; model komplek menggunakan 100 variabel indikator, dapat dianalisis menggunakan data yang relatif sedikit (minimal 30 data); serta model pengukuran indikator dapat reflektif maupun formatif, lebih cenderung pada model prediksi (Ghozali, 2008). Hal ini berbeda dengan Covariance Based SEM (CBSEM) yang mengharuskan pengembangan model yang dianalisis berdasarkan teori yang kuat dan tujuan penggunaan CBSEM adalah mengkonfirmasi model yang dikembangkan dengan data empiris. Penelitian ini menggunakan SEM dengan pendekatan PLS. Model SEM yang digunakan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3. Variabel indikator eksogen (bebas) pada kualitas produk terdiri dari tujuh indikator, sedangkan indikator pada kualitas pelayanan terdiri dari 13 indikator. Variabel indikator endogen (terikat) pada perceived value, terdiri atas harga produk yang kompetitif, kesesuaian antara harga produk dengan kualitas produk, serta kesesuaian antara harga produk dengan kualitas pelayanan. Variabel indikator endogen pada kepuasan terdiri atas rasa senang melakukan kerjasama pengembangan teknologi Balitbangtan, rasa senang menggunakan pelayanan Balitbangtan, dan pengalaman secara umum yang dirasakan penerima lisensi dalam melakukan kerjasama alih teknologi. Variabel indikator endogen pada loyalitas terdiri atas kesediaan melakukan kerjasama alih teknologi kembali untuk teknologi yang sama (teknologi yang dikerjasamakan sebelumnya), kesediaan melakukan kerjasama alih teknologi kembali untuk teknologi baru, kesediaan merekomendasikan teknologi Balitbangtan, serta kesediaan mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan.
22
Hipotesis Penelitian Ha1: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap perceived value Ha2: Kualitas produk (teknologi) berpengaruh terhadap perceived value Ha3: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha4: Kualitas produk (teknologi) berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha5: Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Ha6: Kualitas produk (teknologi) berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Ha7: Perceived value berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Ha8: Kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan
23
Kualitas pelayanan Ha5
Ha3 Ha1
Ha8
Ha7
Perceived value
Ha2
Kepuasan
Ha6
Ha4
Kualitas produk
Gambar 3 Model SEM
Loyalitas
24
4 GAMBARAN UMUM BADAN LITBANG PERTANIAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA INDUSTRI Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) merupakan Unit Kerja Eselon I di bawah Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Balitbangtan memiliki fungsi dalam penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, perumusan program penelitian dan pengembangan pertanian, pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian, evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan pertanian, serta pelaksanaan administratif Badan. Balitbangtan dalam menjalankan tugas penelitian dan pengembangan pertanian, dibantu oleh beberapa Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di bawahnya, yaitu Balai-Balai Penelitian dan Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (Balai PATP). Balai Penelitian memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) melakukan kegiatan penelitian dan menghasilkan invensi serta inovasi di bidang pertanian, sedangkan Balai PATP memiliki tupoksi melaksanakan kegiatan pengelolaan HKI dan alih teknologi atas hasil kegiatan penelitian yang bernilai ekonomi kepada dunia industri. Balai PATP berdiri pada tahun 2007. Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, mewajibkan lembaga litbang dan perguruan tinggi untuk melaksanakan alih teknologi hasil litbang guna menyebarluaskan teknologi hasil litbang sehingga dapat dikembangkan oleh dunia industri. Invensi (teknologi) hasil penelitian harus dapat dirasakan manfaatnya oleh pengguna akhir (end user) sehingga teknologi tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan dapat berkontribusi dalam pembangunan pertanian di Indonesia. Selanjutnya, dalam UU No. 18 Tahun 2002, pasal 13 disebutkan perlunya pembentukan sentra HKI di perguruan tinggi dan lembaga litbang guna meningkatkan pengelolaan kekayaan intelektual (invensi hasil litbang). Alih teknologi dapat dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme komersial dan non komersial. Pelaksanaan alih teknologi secara non komersial, dimana Balitbangtan sebagai lembaga pelayanan publik. Teknologi hasil Balitbangtan harus dialihkan kepada dunia industri (perusahaan mitra kerjasama Balitbangtan) agar dapat dikembangkan secara massal menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan jejaring kerjasama antara Balitbangtan dengan dunia industri (perusahaan) sebagai mitra kerjasama alih teknologi. Proses kerjasama yang saat ini telah dilakukan salah satunya adalah kerjasama lisensi. Promosi teknologi dan kerjasama alih teknologi di lingkup Balitbangtan, dilakukan oleh Balai PATP. Kegiatan tersebut merupakan pemasaran teknologi hasil litbang kepada dunia industri. Promosi teknologi saaat ini dilakukan melalui media cetak (buku atau katalog teknologi hasil Balitbangtan), media elektronik (website Balitbangtan), serta Round Table Agroinovasi (RTA), pameran, dan forum bisnis. Keberhasilan pengembangan teknologi secara massal merupakan keuntungan bagi masyarakat, perusahaan, lembaga litbang dan pemerintah. Keuntungan bagi masyarakat adalah terpecahkannya masalah yang dihadapi, khususnya masalah di bidang pertanian. Keuntungan bagi perusahaan adalah diperolehnya keuntungan ekonomi sebagai hasil pengembangan teknologi dan penjualan produk. Keuntungan bagi lembaga
25
litbang adalah diperolehnya pendapatan dari perusahaan mitra kerjasama alih teknologi sebagai fee hasil pengembangan teknologi. Pendapatan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pengembangan bagi lembaga litbang dan lembaga pelayanan alih teknologi. Sedangkan keuntungan bagi pemerintah adalah pemanfaatan teknologi dalam negeri sebagai solusi bagi permasalahan di Indonesia, khususnya masalah pertanian.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana sebanyak 35 responden dilibatkan dalam penelitian. Responden merupakan perusahaan mitra kerjasama alih teknologi Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), yang dalam hal ini diwakili oleh salah seorang pimpinan, staf maupun seorang yang memiliki jabatan tertentu yang mengetahui dan terlibat dalam kegiatan kerjasama alih teknologi. Penggunaan metode sensus dalam penelitian ini didasarkan pada terbatasnya jumlah mitra kerjasama alih teknologi Balitbangtan dan jumlah minimal data yang direkomendasikan oleh alat analisis yang digunakan. SEM berbasis variance dengan pendekatan PLS, merekomendasikan kisaran jumlah data antara 30 sampai dengan 100 data (Ghozali, 2008). Sebanyak 35 kuisioner yang disebarkan kepada responden, hanya 32 kuisioner yang kembali dan dari 32 kuisioner yang kembali, hanya 30 kuisioner yang terisi lengkap dan dapat digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Karakteristik responden digambarkan pada Tabel 1. Hasil wawancara terstruktur menunjukkan jumlah responden laki-laki yang terlibat dalam kegiatan wawancara terstruktur, dua kali lebih besar dibandingkan responden perempuan. Kelompok usia responden dibagi menjadi tiga kelompok, dimana jumlah responden terbesar berasal dari kelompok usia lebih dari 40 tahun dan selanjutnya berturut-turut diikuti oleh responden dari kelompok usia 31-40 tahun serta kelompok usia 20-30 tahun. Kelompok usia lebih dari 40 tahun dan kelompok usia 31-40 tahun, umumnya memiliki pengalaman kerja di perusahaan lebih lama. Berdasarkan jabatan responden, persentase terbesar berasal dari responden yang memiliki jabatan selain direktur dan manajer, yaitu sebesar 43 persen. Kelompok responden tersebut memiliki jabatan sebagai staf produksi, staf riset, tenaga medik veteriner, supervisor R&D, kepala bagian perbenihan, kepala seksi, product registration specialist, dan general affair. Walaupun jumlah responden terbesar bukan berasal dari direktur dan manajer, namun mereka memiliki pengetahuan terhadap pertanyaan dalam kuisioner serta ikut terlibat dalam kegiatan kerjasama alih teknologi. Pengetahuan yang dimiliki responden umumnya berbanding lurus dengan pengalaman kerja yang mereka miliki. Berdasarkan lama bekerja, diketahui hanya satu responden yang memiliki pengalaman kerja kurang dari satu tahun (Tabel 1) dan di antara 20 responden yang memiliki pengalaman antara 1-10 tahun, hanya satu responden yang memiliki pengalaman kerja selama satu tahun. Sebaran responden dengan pengalaman kerja antara 1-10 tahun disajikan pada Gambar 4. Jika dilihat dari bidang usaha yang digeluti perusahaan mitra kerjasama Balitbangtan, bidang pertanian dan perkebunan serta indutri pupuk dan pestisida mendominasi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian (invensi) pertanian, perkebunan, pupuk dan pestisida Balitbangtan banyak dilirik oleh perusahaan.
26
Gambar 4 Sebaran responden pada kelompok masa kerja 1-10 tahun Tabel 1 Karakteristik responden (n=30 orang) Karakteristik Jenis kelamin Usia
Jabatan
Lama bekerja
Bidang usaha
Tahun perusahaan berdiri
Keterangan Laki-laki Perempuan 20-30 th 31-40 Th > 40 th Direktur Manajer Lainnya < 1 th 1-10 th 10-20 th 20-30 th Pertanian dan perkebunan Industri pupuk dan pestisida Industri alat dan mesin pertanian Farmasi Industri obat tradisional Veteriner < 1980 1980-2000 > 2000
Jumlah (orang) 19 11 6 8 16 8 9 13 1 20 6 3 13 9 4
Persentase (%) 63 37 20 27 53 27 30 43 3 67 20 10 43.33 30 13.33
1 1 2 6
3.33 3.33 6.67 20
11 13
36.67 43.33
Perusahaan mitra kerja Balitbangtan sebagian besar bukan perusahaan yang baru berdiri. Sebanyak 17 perusahaan telah berdiri lebih dari 15 tahun, sedangkan 13 perusahaan berdiri setelah tahun 2000. Hal ini menunjukkan sebagian besar perusahaan telah memiliki pengalaman bisnis yang cukup. Sebaran terbanyak dari perusahaan yang berdiri di atas tahun 2000 adalah perusahaan yang berdiri pada tahun 2005, yaitu sebanyak empat perusahaan, diikuti perusahaan yang berdiri
27
pada tahun 2011 dan 2010 masing-masing sebanyak tiga dan dua perusahaan, serta perusahaan yang berdiri pada tahun 2001, 2008, 2009, 2012 masing-masing berjumlah satu perusahaan.
Informasi Tambahan mengenai Perusahaan Umumnya, perusahaan memperoleh informasi mengenai teknologi Balitbangtan dari sumber selain media cetak, kegiatan Round Table Agroinovasi (RTA), maupun website Balitbangtan, yaitu dari rekanan bisnis, serta pihak internal Balitbangtan dan Kementerian Pertanian. Berdasarkan hasil wawancara, perusahaan memperoleh informasi mengenai teknologi Balitbangtan dari RTA (9 responden), berbagai sumber (media cetak, RTA, web Balitbangtan) (7 responden), hanya dari website Balitbangtan (3 responden), serta internal Kementan (11). Perusahaan memiliki berbagai alasan melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan, alasan terbanyak adalah teknologi Balitbangtan merupakan teknologi yang diperlukan perusahaan (15) dan teknologi Balitbangtan teruji (6). Sebanyak dua responden menyatakan bahwa teknologi Balitbangtan memiliki keunggulan dibandingkan teknologi pesaing dan empat responden memiliki lebih dari satu alasan ketika dalam melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan (Tabel 2). Sebaran responden yang menjawab lebih dari satu alasan adalah teknologi Balitbangtan memiliki keunggulan, telah teruji, dan merupakan teknologi yang diperlukan perusahaan (2); serta teknologi telah teruji dan diperlukan oleh perusahaan (2). Sedangkan untuk jawaban lainnya, mereka menyatakan bahwa teknologi Balitbangtan cocok untuk proyek-proyek pemerintah, teknologi Balitbangtan merupakan teknologi terapan yang aplikatif di industri pertanian dan merupakan core business perusahaan, sesuai dengan visi misi perusahaan, teknologi Balitbangtan ramah lingkungan (pestisida hayati), keinginan perusahaan untuk mengembangkan teknologi hasil karya peneliti dalam negeri. Sebanyak 22 perusahaan mitra kerjasama alih teknologi Balitbangtan tidak memperoleh rekomendasi (73%) dalam melakukan kerjasama alih teknologi dan selebihnya sebanyak delapan perusahaan memperoleh rekomendasi dari pihak lain (27%) (Tabel 2). Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuisioner, rekomendasi yang diperoleh dari intern Kementerian Pertanian (pejabat dan peneliti Balitbangtan) (5) dan pihak luar seperti direksi perusahaan lain dan anak perusahaan dari mitra kerjasama (3). Rekomendasi yang berasal dari pihak luar dapat dinilai positif karena mengindikasikan adanya kepercayaan dari pihak lain terhadap kualitas produk maupun pelayanan yang diberikan Balitbangtan. Jika dilihat dari jumlah kerjasama alih teknologi dengan selain Balitbangtan, sebanyak 23 perusahaan menyatakan tidak memiliki kerjasama di luar kerjasama dengan Balitbangtan. Perusahaan memiliki alasan dalam melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan, yaitu sebagian besar menyatakan bahwa teknologi Balitbangtan diperlukan oleh perusahaan (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurjaman (2014) yang menyatakan bahwa teknologi yang kompatibel (teknologi yang sedang diperlukan perusahaan dan memiliki keunggulan) merupakan faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi oleh dunia industri. Hal ini berarti bila pengembangan teknologi Balitbangtan sulit dilakukan dan perusahaan menemukan teknologi pesaing yang kompatibel (teknologi
28
diperlukan oleh perusahaan dan memiliki keunggulan), maka perusahaan dapat beralih kepada teknologi pesaing. Tabel 2 Informasi tambahan perusahaan (n=30 orang) Jumlah (orang) 0
Persentase (%) 0
Website Balitbangtan RTA Lainnya > 1 jawaban Teknologi Balitbangtan memiliki keunggulan dibandingkan teknologi pesaing Teknologi Balitbangtan teruji Teknologi Balitbangtan merupakan teknologi yang diperlukan perusahaan >1 jawaban Lainnya Ya
3 9 11 7 2
10 30 36.67 23.33 6.67
6
20
15
50
4 3 8
13.33 10 27
Tidak
22
73
Ada
6
20
Tidak ada
23
76.67
Keterangan Sumber informasi mengenai teknologi Balitbangtan
Alasan melakukan kerjasama dengan Balitbangtan
Memperoleh rekomendasi dalam melakukan kerjasama alih teknologi Kerjasama dengan selain Balitbangtan
Media cetak
Uji Kuisioner Pengujian kuisioner merupakan tahap awal sebelum kuisioner disebarkan kepada responden. Pengujian tersebut dimaksudkan agar diperoleh alat ukur yang valid dan konsisten sehingga data yang diperoleh melalui kuisioner tersebut dapat dipercaya. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas kuisioner menggunakan SPSS 19 disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada Tabel 3, menunjukkan bahwa semua indikator variabel laten pada kuisioner adalah valid pada taraf nyata 0.05 dan reliabel. Indikator dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha (α) >0.6.
29
Tabel 3 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner Variabel laten Kualitas pelayanan
Kualitas produk
Indikator
Korelasi
(X1) Keramahan karyawan dalam memberi pelayanan (X2) Kesopanan karyawan dalam memberi pelayanan (X3) Penanganan masalah dan keluhan dengan cepat (X4) Layanan pendampingan yang memadai (X5) Layanan pendampingan yang kontinyu (X6) Kemampuan karyawan dalam menjawab pertanyaan penerima lisensi (X7) Penyajian informasi yang menarik mengenai teknologi yang dipromosikan (X8) Penyajian informasi yang lengkap mengenai teknologi pada kegiatan promosi yang dilakukan (X9) Pemberian informasi yang benar (X10) Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi yang akan dilisensi (X11) Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya melalui berbagai sarana promosi (X12) Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan (X13) Jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi (X14) Keunggulan teknologi Balitbangtan dibandingkan teknologi pesaing (X15) Teknologi bersifat profitable (X16) Perlindungan HKI pada teknologi Balitbangtan yang dilisensikan (X17) Teknologi memiliki kemampuan untuk dikembangkan secara massal dalam industri (X18) Teknologi memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar (X19) Teknologi memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan pasar
0.428
Cronbach’s alpha
0.544 0.781 0.813 0.697 0.633
0.658 0.879 0.447
0.718 0.770
0.832
0.802
0.668 0.898 0.858 0.743 0.861
0.850
0.918
0.939
30
Tabel 3 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner (lanjutan)
Perceived value
Kepuasan konsumen
Loyalitas pelanggan
(X20) Teknologi dilengkapi dengan SOP
0.880
untuk pengembangannya (PV1) Harga yang kompetitif
0.525
(PV2) Kesesuaian antara harga dan
0.735
kualitas teknologi (PV3) Kesesuaian antara harga dan kualitas pelayanan (KK1) Rasa senang melakukan kerjasama alih teknologi Balitbangtan (KK2) Rasa senang menggunakan pelayanan Balitbangtan (KK3) Pengalaman yang baik setelah melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan (LP1) Melisensi kembali teknologi yang sama (LP2) Melisensi teknologi baru (teknologi lain) hasil Balitbangtan (LP3) Merekomendasikan teknologi lain hasil Balitbangtan kepada para pelaku usaha/perusahaan lainnya (LP4) Mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan kepada para pelaku usaha/perusahaan lainnya
0.654
0.745 0.843 0.807 0.681 0.711
0.566 0.819 0.739
0.628
0.691
Analisis Pengaruh Variabel Laten Eksogen terhadap Variabel Laten Endogen Pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen dalam penelitian ini dianalisis menggunakan SEM PLS dengan software SmartPLS versi 2.0. Semua indikator dalam penelitian ini bersifat reflektif. Data dari indikator yang bersifat reflektif selain dapat diolah menggunakan SmartPLS, juga dapat diolah menggunakan software LISREL dan AMOS. Namun, LISREL dan AMOS merupakan software yang digunakan pada SEM berdasarkan covariance (Covariance Based SEM), yang mana hanya dapat digunakan untuk data yang jumlahnya besar (200-800 data) (Ghozali, 2008). Penelitian ini hanya menggunakan 30 data, sehingga SEM berdasarkan component (component based SEM) dengan pendekatan PLS lebih sesuai digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini.
Evaluasi pada Outer Model Uji validitas konvergen Data yang diperoleh melalui kuisioner dianalisis untuk melihat hubungan antara lima variabel laten, yaitu kualitas produk, kualitas pelayanan, kepuasan konsumen dan loyalitas pelanggan, menggunakan SmartPLS versi 2.0. Evaluasi model hipotesis yang diajukan dalam penelitian (Gambar 5) dilakukan melalui
31
dua tahap, yaitu evaluasi outer model (model pengukuran) dan inner model (model struktural). Evaluasi outer model bertujuan untuk menilai validitas variabel dan reliabilitas indikator dalam model, sedangkan evaluasi inner model untuk memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten dalam model yang diajukan (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Evaluasi outer model terdiri atas uji validitas dan reliabilitas. Penilaian validitas variabel dalam SmartPLS dilakukan melalui uji validitas konvergen dan diskriminan. Uji validitas konvergen terhadap variabel indikator (manifest) menghasilkan nilai outer loading, AVE dan communality, sedangkan uji validitas diskriminan menghasilkan nilai cross loading, akar AVE dan korelasi variabel laten. Rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah nilai outer loading >0.7, AVE dan communality >0.5, sedangkan untuk nilai diskriminan adalah nilai cross loading >0.7 dalam satu variabel laten, serta nilai akar AVE lebih dari korelasi variabel laten. Tahap awal pengujian outer model pada penelitian ini adalah melakukan pengujian validitas konvergen, yang dilanjutkan dengan uji diskriminan. Hasil uji validitas konvergen menunjukkan bahwa beberapa variabel indikator pada variabel laten memiliki nilai koefisien outer loading di bawah 0.7 (Gambar 5 dan Tabel 4). Nilai AVE dan communality pada kualitas pelayanan dan perceived value juga di bawah 0.5 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan indikator yang digunakan tidak valid, sehingga model harus diestimasi kembali dengan mengeluarkan indikator yang memiliki nilai koefisien outer loading di bawah 0.7. Nilai 0,680 masih dapat ditolerir, sehingga tetap digunakan untuk mengukur variabel laten. Hal ini disebabkan hasil re-estimasi tanpa mengeluarkan indikator bernilai 0,680, menunjukkan nilai koefisien outer loading di atas 0,7 dan nilai AVE dan communality di atas 0,5 (Gambar 6). X1
X10
X11
0.647
X12
X13
0.759
0.508
0.690
X2 0.793
X3
X4 0.671
0.749 0.749
0.658
X5 0.598
X6
X7
0.479
X9
X8
0.015 0.680
0.711
0.000 0.487 PV1 PV2
Kualitas pelayanan 0.265
-0.545
-0.432
0.797
0.176
0.682
PV3
0.561
0.497
PV
0.747
Kepuasan -0.019
-0.137
0.834 0.834 KK1
0.844 KK2
0.685 KK3
0.452
0.314
0.000 Kualitas produk 0.929
X14
0.844
X15
0.636 0.636 X16
0.792
X17
0.933
0.934
X18
0.792
X19
X20
Gambar 5 Model awal SEM
LP2
0.747
LP3
0.476 Loyalitas
LP1
0.859
0.757
LP4
32
Tabel 4 Nilai outer loading hasil uji validitas konvergen Perceived Kepuasan Kualitas Kualitas value Konsumen pelayanan produk PV1 -0.54496 PV2 0.796517 PV3 0.681565 KK1 0.834363 KK2 0.843942 KK3 0.684727 LP1 LP2 LP3 LP4 X1 0.647217 X2 0.74861 X3 0.710602 X4 0.670885 X5 0.657603 X6 0.597852 X7 0.478778 X8 0.015182 X9 0.68041 X10 0.507544 X11 0.759266 X12 0.689887 X13 0.792988 X14 0.929136 X15 0.843553 X16 0.636117 X17 0.791948 X18 0.932972 X19 0.934136 X20 0.791791
Loyalitas Pelanggan
0.451538 0.858525 0.746983 0.757231
Tabel 5 Nilai AVE dan communality hasil uji validitas konvergen model awal SEM AVE Communality PV 0.465316 0.465317 kepuasan 0.625751 0.625751 kualitas pelayanan 0.411961 0.411959 kualitas produk 0.710955 0.710953 loyalitas 0.518084 0.518084 Model awal SEM yang diajukan dalam penelitian ini melibatkan 13 indikator pada variabel laten kualitas pelayanan dan tujuh indikator pada variabel laten kualitas produk. Berdasarkan hasil uji validitas konvergen, sebanyak tujuh
33
indikator pada kualitas pelayanan harus dikeluarkan dari model. Ketujuh indikator tersebut adalah keramahan karyawan dalam memberikan pelayanan, layanan pendampingan atau pengawalan yang memadai, layanan pendampingan atau pengawalan yang kontinyu, kemampuan karyawan dalam menjawab pertanyaan penerima lisensi, penyajian informasi yang menarik mengenai teknologi yang dipromosikan, penyajian informasi yang lengkap mengenai teknologi, dan kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi yang akan dilisensi. Menurut (Ramdhani, 2014; Fitria, 2010), keramahan karyawan merupakan salah satu dimensi yang mencerminkan kualitas pelayanan. Namun, hasil uji validitas konvergen pada penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda dimana keramahan karyawan tidak mencerminkan kualitas pelayanan. Hal ini kemungkinan penerima lisensi cenderung tidak mempermasalahkan mengenai keramahan karyawan dari instansi pemberi lisensi, sehingga bagi penerima lisensi keramahan karyawan bukan merupakan faktor penting dalam mencerminkan kualitas pelayanan. Layanan pendampingan atau pengawalan yang memadai dan kontinyu, juga tidak mencerminkan kualitas pelayanan dalam penelitian ini. Padahal berdasarkan wawancara pendahuluan kepada beberapa responden, layanan pendampingan atau pengawalan yang memadai dan kontinyu dalam pengembangan teknologi yang dilisensi menjadi sebuah produk, merupakan salah satu kualitas pelayanan yang perlu memperoleh perhatian dari pihak pemberi lisensi. Menurut Kotler dan Keller (2009), kualitas pelayanan yang baik dapat dihantarkan kepada konsumen salah satunya melalui pemberian instruksi yang benar, pelatihan dan bantuan teknis kepada konsumen. Fu dan Perkins (1995) menyatakan bahwa faktor pemberian pelatihan pengembangan teknologi secara menyeluruh dari pemberi lisensi kepada penerima lisensi merupakan penentu bagi kepuasan penerima lisensi. Hal ini juga didukung oleh Koiranen (1999) yang mengemukakan bahwa bimbingan yang diberikan pihak pemberi lisensi kepada penerima lisensi merupakan salah satu kriteria yang menjadi penentu dan penilaian bagi penerima lisensi dalam mengambil keputusan melakukan kerjasama lisensi. Namun, pada penelitian ini pendampingan/bimbingan teknologi tidak mencerminkan kualitas pelayanan. Kemampuan karyawan dalam menjawab pertanyaan penerima lisensi ternyata juga tidak mencerminkan kualitas pelayanan dalam penelitian ini. Hal ini berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ramseook-Munhurrun et al. (2010). Hal ini dapat disebabkan kemungkinan kemampuan karyawan dalam menjawab pertanyaan bukan merupakan faktor yang penting dalam mencerminkan kualitas pelayanan menurut sebagian besar responden. Dimensi penyajian informasi yang menarik dan lengkap mengenai teknologi yang dipromosikan, serta kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi yang akan dilisensi juga tidak mencerminkan kualitas pelayanan. Padahal dimensi tersebut diperoleh melalui wawancara pendahuluan kepada beberapa responden serta diadaptasi dari penelitian Koiranen (1999). Kemungkinan penyebab dimensi tersebut memiliki nilai koefisien faktor loading di bawah 0.7 karena dimensi tersebut hanya dianggap penting dalam mencerminkan variabel laten kualitas pelayanan oleh beberapa responden saja. Satu dimensi pada kualitas produk yang memiliki nilai di bawah 0.7 adalah dimensi perlindungan HKI pada teknologi yang dilisensi, sedangkan enam dimensi yang tersisa tetap digunakan dalam model. Hal ini kemungkinan karena responden tidak mempermasalahkan ketika teknologi yang dilisensi belum
34
memperoleh sertifikat HKI. Bagi mereka, perlindungan sementara HKI sebelum memperoleh sertifikat telah cukup memperoleh kekuatan hukum. Pada variabel laten customer perceived value, dari tiga dimensi yang digunakan untuk membentuk konstruk, satu dimensi dikeluarkan dari model awal. Dimensi tersebut adalah harga teknologi yang kompetitif. Padahal menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa perceived value diartikan sebagai penilaian konsumen terhadap produk atau pelayanan melalui pembandingan antara manfaat yang diterima dari konsumsi produk atau pelayanan dengan seluruh pengorbanan (usaha, waktu, maupun harga) yang dilakukan konsumen. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perceived value juga dapat diartikan sebagai pembandingan antara produk atau jasa dari perusahaan tertentu dengan produk atau jasa dari perusahaan lainnya, baik dilihat dari sisi harga, kualitas, maupun manfaat. Berdasarkan pembandingan harga yang dijelaskan Kotler dan Keller (2009), harga teknologi yang kompetitif digunakan sebagai dimensi pada perceived value dalam penelitian ini. Namun, dimensi tersebut tidak mencerminkan variabel laten perceived value dalam penelitian ini. Hal ini kemungkinan disebabkan perusahaan penerima lisensi tidak membandingkan harga teknologi yang dilisensi dengan harga teknologi serupa dari perusahaan atau instansi lainnya. Nurjaman (2014) mengemukakan salah satu faktor pendorong adopsi teknologi (pembelian lisensi) oleh dunia industri adalah faktor teknologi hasil Balitbangtan merupakan teknologi yang diperlukan perusahaan. Maksudnya, teknologi hasil Balitbangtan bukan saja merupakan teknologi yang diperlukan oleh perusahaan namun juga memiliki prospek yang bagus menurut perusahaan penerima lisensi, sehingga faktor harga teknologi yang kompetitif cenderung bukan menjadi hal yang diprioritaskan perusahaan. X11 0.759 0.759
X12
X13
0.685
X2
X3
0.779
0.836
0.662
X9
0.691
0.000 0.335
Kualitas pelayanan 0.339
PV2
0.915
0.075
0.275
0.388
0.347
0.833
PV3
PV
0.653
Kepuasan 0.858 -0.172
0.827
0.673
0.814
0.043
LP2 KK1
KK2
KK3
0.239
0.000 Kualitas produk 0.932
X14
0.830
X15
0.763
X17
0.949
X18
0.754
0.925
X19
X20
Gambar 6 Model akhir SEM
0.397 Loyalitas
0.809 LP3 0.848 0.848
LP4
35
Uji validitas konvergen menghasilkan nilai di atas 0.7 untuk semua dimensi pada variabel laten kepuasan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang dirasakan konsumen sebagai hasil pembandingan antara harapan konsumen terhadap produk atau pelayanan dengan kinerja produk atau pelayanan yang dipersepsikan konsumen (Parasuraman et al. 1985) dan muncul karena adanya pengalaman pascakonsumsi (Kotler dan Keller, 2009). Dimensi kepuasan pada penelitian ini mengadaptasi dimensi kepuasan pada penelitian Hidayati (2014) dan Giese dan Cote (2002 dalam Jahanshahi et al. 2011). Semua dimensi digunakan dalam merefleksikan kepuasan, sedangkan pada variabel laten loyalitas, satu dimensi yang dikeluarkan dari model. Dimensi yang dikeluarkan dari model adalah kesediaan melakukan kerjasama pengembangan teknologi kembali dengan Balitbangtan untuk teknologi yang dikembangkan sebelumnya. Sedangkan dimensi-dimensi yang mencerminkan loyalitas penerima lisensi adalah kesediaan melakukan kerjasama pengembangan teknologi baru (teknologi berbeda) dengan Balitbangtan (LP2), kesediaan merekomendasikan teknologi Balitbangtan kepada pelaku usaha lainnya (LP3), serta kesediaan mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan kepada pelaku usaha lainnya (LP4). Tabel 6 Nilai AVE dan communality hasil uji validitas konvergen model akhir SEM Variabel laten AVE Communality Kualitas pelayanan Kualitas produk PV Kepuasan Loyalitas
0.544355 0.743987 0.765725 0.624254 0.678388
0.544354 0.743990 0.765725 0.624254 0.678388
Hasil re-estimasi pada uji validitas konvergen menunjukkan nilai outer loading di atas 0.7 (Gambar 6), serta nilai AVE dan communality masing-masing di atas 0.5 (Tabel 6). Berdasakan hasil uji validitas konvergen, variabel dan indikatornya dinyatakan valid. Kualitas pelayanan yang diajukan pada model awal dicerminkan oleh 13 indikator, namun melalui uji validitas konvergen tersisa enam indikator, yaitu kesopanan karyawan (X2), penanganan masalah dan keluhan dengan cepat (X3), pemberian informasi yang benar (X9), kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya melalui berbagai sarana promosi (X11), ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan (X12), serta jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi (X13). Sesuai dengan apa yang dikemukakan Kotler dan Keller (2009) serta Ramdhani (2014) bahwa penanganan keluhan merupakan salah satu indikator yang mencerminkan kualitas pelayanan. Demikian juga kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya dan penanganan keluhan yang mencerminkan kualitas pelayanan, ternyata sejalan dengan hasil penelitian Koiranen (1999). Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa penyelesaian keluhan konsumen, menaikkan pembelian kembali sebesar 54 hingga 70 persen, sedangkan jika penanganan keluhan dilakukan dengan cepat dapat menaikkan pembelian konsumen yang tidak puas sebesar 95 persen. Dimensi ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan, pemberian informasi yang benar, serta jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi mencerminkan kualitas pelayanan. Hal ini mendukung penelitian He dan Song,
36
2008. Menurut Kotler dan Keller (2009), kebenaran informasi mengenai produk yang ditawarkan akan memunculkan perasaan puas dalam diri konsumen. Kualitas produk yang awalnya dicerminkan oleh tujuh indikator, pada model akhir tersisa enam indikator. Keenam indikator tesebut adalah keunggulan teknologi dibandingkan teknologi pesaing (X14), teknologi bersifat profitable (X15), teknologi dapat dikembangkan secara massal dalam industri (X17), teknologi dapat menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan pasar (X18), teknologi dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pasar (X19), serta teknologi dilengkapi dengan SOP untuk pengembangannya (X20). Menurut Kotler dan Keller (2009), pemberian instruksi yang benar dan bantuan teknis merupakan bagian dari kualitas jasa yang harus diberikan kepada konsumen. Instruksi dan bantuan teknis dalam bisnis pengembangan teknologi dapat diartikan sebagai pemberian instruksi yang sesuai prosedur (SOP) dari pemberi lisensi kepada penerima lisensi (konsumen) untuk pengembangan teknologi. Indikator pada perceived value dan loyalitas masing-masing mengalami reduksi sebanyak satu indikator, sedangkan untuk kepuasan, tidak ada satupun indikator yang dikeluarkan dari model. Uji validitas diskriminan Uji validitas diskriminan bertujuan untuk melihat korelasi indikator dengan variabel latennya. Pengujian ini menghasilkan nilai cross loading, akar AVE dan korelasi variabel laten. Validitas terpenuhi jika nilai cross loading yang dihasilkan lebih besar untuk setiap indikator yang mengukur variabel latennya, dibandingkan dengan variabel laten lainnya dan nilai akar AVE lebih tinggi dibandingkan nilai korelasinya (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Nilai cross loading serta nilai akar AVE dan korelasi variabel laten tersaji pada Tabel 7 dan 8. Semua indikator yang mengukur variabel latennya, diyatakan valid. Tabel 7 Nilai cross loading hasil uji validitas diskriminan Kualitas Kualitas PV Kepuasan pelayanan produk PV2 0.469524 0.221904 0.00897 0.915187 PV3 0.334955 0.185897 0.034464 0.832997 KK1 0.289825 0.333685 0.213803 0.857573 KK2 0.269453 0.409586 0.207319 0.826989 KK3 0.594197 0.350182 0.16486 0.673365 LP2 0.025153 0.597719 0.158172 0.223649 LP3 0.363578 0.121901 0.183204 LP4 0.104365 0.428785 0.106703 0.179374 KPl2 0.21015 0.463983 0.21666 0.778956 KPl3 0.205549 0.083387 0.563335 0.661651 KPl9 -0.01164 0.212388 0.672125 0.690538 KPl11 0.10308 0.109937 0.681642 0.758983 KPl12 0.054697 0.072799 0.549016 0.68549 KPl13 0.260437 0.461543 0.473126 0.83593 KP14 0.035209 0.156211 0.582425 0.931628
Loyalitas 0.053859 0.035805 0.707339 0.408614 0.195026 0.813775 0.808573 0.848023 0.165189 -0.04597 0.194181 0.022151 -0.10209 0.149206 0.145861
37
KP15 KP17 KP18 KP19 KP20
-0.01721 -0.02379 0.051598 -0.02565 -0.01502
0.145141 0.125784 0.317992 0.122182 -0.0138
0.493865 0.411434 0.552199 0.523521 0.460507
0.83026 0.76298 0.948703 0.925453 0.753672
-0.02203 0.166708 0.310569 0.115316 -0.09797
Tabel 8 Nilai akar AVE dan korelasi hasil uji validitas diskriminan Akar AVE
PV KK KPl KP LP
0.87505714 0.79009746 0.73780417 0.86254681 0.82364313
PV
1 0.468811 0.234773 0.022388 0.052524
Kepuasan Kualitas konsumen pelayanan
1 0.455222 0.248641 0.587366
Kualitas produk
Loyalitas Pelanggan
1 0.580647 1 0.161081 0.242022
1
Tabel 9 Nilai cronbach alpha dan composite reliability hasil uji reliabilitas Cronbach Alpha Composite Reliability Kualitas pelayanan 0.862052 0.876828 Kualitas produk 0.943917 0.945309 PV 0.700759 0.867067 Kepuasan 0.695732 0.831430 Loyalitas 0.77245 0.863484
Evaluasi Inner Model Evaluasi inner model merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap model struktural yaitu pengukuran pada hubungan antara variabel dependen dan independen yang diajukan pada model. Parameter yang digunakan untuk evaluasi inner model dalam SmartPLS adalah koefisien determinan (uji R2) dan t-value. Nilai R2 digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel dependen dapat dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan nilai t-value menunjukkan signifikansi pengaruh antar variabel laten dalam model struktural pada pengujian hipotesis (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Variabel independen (eksogen) murni dalam penelitian ini adalah kualitas produk dan pelayanan, sedangkan variabel dependen (endogen) murni yaitu loyalitas. Sedangkan perceived value, kepuasan konsumen merupakan variabel eksogen maupun endogen. Besarnya nilai R2 dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Nilai R2 hasil evaluasi inner model PV Kepuasan konsumen Loyalitas pelanggan
R square 0.074701 0.347071 0.397247
Variabel perceived value yang dibentuk variabel kualitas produk dan pelayanan memiliki nilai R2 sebesar 0.074. Ini menunjukkan bahwa variabel perceived value dapat dijelaskan oleh variabel kualitas produk dan pelayanan sebesar 7.47 persen. Variabel kepuasan yang dibentuk oleh variabel kualitas dan perceived value sebesar 0.347, yang menggambarkan bahwa variabel kepuasan dapat dijelaskan oleh variabel kualitas dan perceived value sebesar 34.7 persen.
38
Nilai tersebut masuk dalam kategori antara moderat dan substansial. Variabel loyalitas yang dibentuk variabel kualitas, perceived value dan kepuasan memiliki nilai R2 sebesar 0.397, yang menunjukkan bahwa variabel loyalitas dapat dijelaskan oleh variabel kualitas, perceived value dan kepuasan sebesar 39.7 persen. Nilai R2 tersebut juga masuk dalam kategori antara moderat dan substansial. Pengkategorian nilai R2 menurut Chin (1998 dalam Ratono, 2010) yaitu lemah (0.19), moderat (0.33), dan substansial (0.67). Nilai R2 selanjutnya digunakan untuk mengukur kebaikan model (Goodness of Fit atau GoF) melalui penghitungan total nilai R2 atau biasa disebut nilai Q2, yang dapat dihitung dengan rumus Q2 = 1-(1-R 1 )(1-R 2 )(1-R 3 ). Kebaikan model pada penelitian ini sebesar 63.58%. Artinya bahwa sebesar 63.58% model dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang diajukan. Nilai GoF termasuk dalm kategori besar karena nilainya di atas 0.36. Nilai hasil bootstrap dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Nilai hasil bootstrap Variabel Laten KPl -> PV KP -> PV KPl -> KK KP -> KK KPl -> LP KP -> LP PV -> KK KK -> LP
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
0.334576 -0.171882 0.339062 0.043074 0.275293 0.239472 0.388244 0.653142
0.354325 -0.162896 0.356681 0.058682 0.273729 0.233760 0.371737 0.661279
Standard Deviation (STDEV) 0.083484 0.108749 0.102459 0.114364 0.098134 0.105338 0.080550 0.069685
Standard Error (STER) 0.083484 0.108749 0.102459 0.114364 0.098134 0.105338 0.080550 0.069685
T Statistics (|O/STERR|) 4.007669** 1.580540 3.309256** 0.376636 2.805285** 2.273358** 4.819902** 9.372735**
**signifikan pada taraf nyata 0.05, dimana t-tabel = 1.64
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis satu ekor (one-tailed). Hipotesis a (Ha) diterima dan Hipotesis 0 (Ho) ditolak, bila nilai tstatistik lebih besar dari nilai t-tabel (1.64) pada pengujian dengan taraf nyata 0.05 Sebaliknya, Ha ditolak dan Ho diterima, bila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai ttabel (1.64) pada taraf nyata 0.05 (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Ha1 Pengaruh kualitas pelayanan terhadap perceived value Berdasarkan uji hipotesis yang ditunjukkan Tabel 11 mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap perceived value, Ha1 diterima. Dengan demikian, pengaruh kualitas pelayanan terhadap perceived adalah nyata (signifikan) pada taraf nyata 0.05. Ha2 Pengaruh kualitas produk terhadap perceived value Hasil uji hipotesis mengenai pengaruh kualitas produk terhadap perceived value, Ha2 ditolak. Dengan demikian, pengaruh kualitas produk terhadap perceived value tidak signifikan pada taraf nyata 0.05. Ha3 Pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen
39
Hasil uji hipotesis mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen, Ha3 diterima. Dengan demikian, pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen adalah signifikan pada taraf nyata 0.05. Ha4 Pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen Berdasarkan hasil uji hipotesis mengenai pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen, Ha4 ditolak. Dengan demikian, pengaruh kualitas produk terhadap kepuasan konsumen adalah tidak signifikan pada taraf nyata 0.05. Ha5 Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan Hasil uji hipotesis mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan, menunjukkan Ha5 diterima. Dengan demikian, pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan adalah signifikan berpengaruh pada taraf nyata 0.05. Ha6 Pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan Hasil uji hipotesis mengenai pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan menunjukkan Ha6 diterima, sehingga pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan adalah signifikan pada taraf nyata 0.05. Kualitas teknologi tidak berpengaruh terhadap kepuasan penerima lisensi, namun secara langsung berpengaruh signifikan terhadap loyalitas penerima lisensi. Hal ini disebabkan kepuasan dalam diri konsumen tidak dapat terbentuk dengan segera/jangka pendek setelah menggunakan teknologi, melainkan baru dapat dirasakan dalam jangka panjang setelah teknologi secara nyata dapat dikembangkan pada skala industri menjadi produk dan produk secara nyata terbukti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, serta bersifat profitable bagi penerima lisensi. Pada saat teknologi dirasakan memiliki kualitas tinggi, maka saat itu pula loyalitas segera terbangun. Hal ini berbeda dengan kualitas pelayanan dimana selain berpengaruh signifikan terhadap loyalitas juga berpengaruh signifikan terhadap kepuasan penerima lisensi. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan karena kualitas pelayanan lisensi teknologi dapat segera dirasakan pascakonsumsi oleh penerima lisensi dan hasil evaluasi pascakonsumsi tersebut dengan segera berpengaruh terhadap kepuasan. Ha7 Pengaruh perceived value terhadap kepuasan konsumen Hasil bootstrap menunjukkan uji hipotesis mengenai pengaruh perceived value terhadap kepuasan konsumen menunjukkan Ha7 diterima, pengaruh perceived value terhadap kepuasan konsumen adalah signifikan pada taraf nyata 0.05. Ha8 Pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan Uji hipotesis mengenai pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan menunjukkan Ha8 diterima, sehingga pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pelanggan adalah signifikan pada taraf 0.05. Hasil analisis lebih lanjut terhadap pengaruh langsung dan tidak langsung, disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan dapat dijelaskan bahwa pengaruh tidak langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas melalui perceived value dan kepuasan memiliki koefisien 0.08, sedangkan hanya melalui kepuasan memiliki
40
koefisien 0.29. Pengaruh langsungnya terhadap loyalitas memiliki koefisien 0.28. Dengan demikian, kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi pada kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan karena memiliki nilai koefisien yang lebih besar dibandingkan nilai koefisien pengaruh kualitas pelayanan secara langsung maupun secara tidak langsung melalui perceived value dan kepuasan konsumen. Hasil ini menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan dapat terjadi secara langsung, baik melalui penyediaan pelayanan berkualitas, melalui kepuasan, maupun perceived value dan kepuasan. Namun, loyalitas akan lebih baik dibangun melalui penyediaan pelayanan berkualitas yang dapat menciptakan kepuasan bagi penerima lisensi. Penyediaan/pemberian pelayanan yang berkualitas dari Balitbangtan dapat dilakukan dalam hal kesopanan karyawan ketika memberi pelayanan, penanganan masalah dan keluhan dengan cepat, pemberian informasi yang benar, kemudahan memperoleh informasi terkait teknologi yang dilisensi, ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan, serta penyediaan jam operasi pelayanan yang nyaman bagi penerima lisensi. Hasil ini mengkonfirmasi penelitian yang dilakukan Aryani dan Rosinta (2010), Nawaz dan Usman (2011), serta Lee (2010) juga menunjukkan bahwa pelayanan yang baik mampu meningkatkan kepuasan konsumen dan pada akhirnya berdampak terhadap loyalitas konsumen. Tabel 12 Pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel Pengaruh antar variabel KPlPV KP PV KPlKK KP KK PVKK KPlLP KP LP KKLP
Pengaruh langsung 0.334576 -0.171882 0.439062 0.043074 0.388244 0.275293 0.239472 0.653142
Pengaruh tidak langsung melalui perceived value dan kepuasan 0.08 0.04 -
Pengaruh tidak langsung melalui kepuasan 0.29 0.03 -
Koefisien pengaruh langsung kualitas produk terhadap loyalitas sebesar 0.24, sedangkan pengaruhnya secara tidak langsung melalui perceived value dan kepuasan maupun hanya melalui kepuasan masing-masing sebesar 0.04 dan 0.03. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen dan perceived value tidak memberikan pengaruh mediasi pada kualitas produk terhadap loyalitas. Artinya bahwa penyediaan/pemberian teknologi berkualitas akan segera menciptakan loyalitas bagi penerima lisensi. Penyediaan teknologi berkualitas dapat dilakukan melalui pemberian teknologi yang memiliki keunggulan dibandingkan teknologi pesaing, teknologi bersifat profitable, teknologi dapat dikembangkan pada skala industri, teknologi mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera pasar, serta penyediaan teknologi yang dilengkapi dengan SOP dalam pengembangannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Puspaningrum (2013) bahwa kualitas produk yang baik dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan secara signifikan.
41
Kualitas produk pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap kepuasan, sebaliknya kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Ramdhani (2014) yang menguji hubungan antara kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen Sop Durian. Hasil penelitian tersebut menyatakan hanya kualitas produk sebagai core product dan perceived value yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan, sedangkan kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan. Jahanshahi et al. (2011), membuktikan baik kualitas pelayanan maupun kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen pada industri otomotif di India. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan tidak memberikan pengaruh mediasi bagi pengaruh kualitas produk terhadap loyalitas konsumen. Hal ini tidak sejalan dengan beberapa penelitian yang membuktikan bahwa kualitas produk melalui kepuasan, memberikan pengaruh lebih baik terhadap terbentuknya loyalitas (Jahanshahi 2011; Hidayati 2014; Ishaq 2014; Ramdhani 2014). Berdasarkan hasil wawancara, hampir semua perusahaan memberikan saran dan mengharapkan perbaikan kepada Balitbangtan. Saran-saran tersebut terkait erat dengan peningkatan kualitas produk (teknologi) secara langsung maupun peningkatan kualitas pelayanan yang pada akhirnya secara tidak langsung berdampak pada keberhasilan pengembangan teknologi menjadi produk yang dapat dipasarkan. Saran dari perusahaan meliputi 19 saran yang sangat terkait dengan peningkatan kualitas teknologi yang akan berdampak terhadap keberhasilan pengembangan teknologi (Gambar 7), sedangkan 11 saran lainnya terkait dengan kualitas pelayanan yang secara tidak langsung berdampak terhadap keberhasilan pengembangan teknologi (Gambar 8). Saran responden yang terkait dengan kualitas teknologi meliputi peningkatan kualitas (kemurnian benih) (6); pengujian pengembangan teknologi dapat dilakukan sampai skala industri (2); penyediaan benih sumber/bahan aktif berkualitas dan tepat waktu (4); upaya melindungi varietas yang dilisensi agar tidak beredar di masyarakat luas (1); survei pasar terkait kebutuhan dan selera konsumen, serta pesaing (3); perkiraan ketersediaan bahan baku untuk pengembangan teknologi (2); serta penghitungan kapasitas pengembangan teknologi menjadi produksi agar dapat memberi keuntungan secara ekonomi bagi perusahaan (1). Saran yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan meliputi pemberian bimbingan/pendampingan teknologi secara kontinyu dari inventor/peneliti kepada perusahaan (3); percepatan masalah ijin edar bagi pupuk dan pestisida (4); serta bantuan sosialisasi maupun promosi produk hasil pengembangan teknologi Balitbangtan (4). Sebanyak empat responden menyatakan teknologi Balitbangtan memiliki kualitas bagus dan 13 responden menyatakan secara umum kualitas pelayanan yang diberikan dinilai baik. Selain saran-saran tersebut, lima responden juga mengharapkan agar frekuensi kegiatan promosi ditingkatkan, baik melalui RTA maupun melalui berbagai sarana promosi. Rendahnya kualitas teknologi sebagaimana yang dikemukakan oleh enam responden, meliputi produksi benih hibrida yang rendah (tidak sesuai harapan) dan kualitas varietas tanaman yang dilisensi tidak lagi bagus (mudah terserang penyakit) seiring berjalannya waktu.
42
Gambar 7 Distribusi saran responden yang terkait dengan peningkatan kualitas teknologi
Gambar 8 Distribusi saran responden yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan Saat ini telah ada evaluasi bersama antara perusahaan penerima lisensi dengan Balitbangtan untuk masalah produksi benih hibrida yang tidak sesuai harapan. Namun, sebaiknya dilakukan pengawasan bersama, misalnya terhadap kualitas bahan baku (benih sumber padi hibrida) di tingkat penyedia benih sumber dan perusahaan. Pengawasan secara bersama bertujuan untuk mengetahui kemurnian benih sumber dan bila ditemukan benih sumber tercampur dengan varietas lainnya, pada tingkat mana hal itu terjadi. Kualitas benih sumber yang selalu bagus dan terbebas dari campuran varietas lainnya merupakan salah satu faktor penting dalam menghasilkan benih yang seragam dan menjamin keberhasilan produksi benih hibrida. Pada akhirnya manfaat benih hibrida dapat dirasakan oleh end user. Alangkah baiknya bila pengawasan dan evaluasi sebaiknya bukan hanya dilakukan pada tingkat penyedia benih sumber saja, tetapi juga di tingkat perusahaan, yaitu pada kegiatan produksi benih hibrida oleh perusahaan penerima lisensi. Pelaksanaan produksi benih hibrida melalui sistem sub kontrak kepada beberapa kelompok tani sebaiknya dilakukan pengawasan yang ketat agar tata cara dan aturan produksi benih hibrida dapat ditaati oleh petani. Tanpa adanya pengawasan, produksi benih hibrida di lapang dapat menyebabkan tercampurnya benih dengan benih varietas lain, sehingga
43
menyebabkan benih hibrida yang dihasilkan tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki (tidak sesuai harapan). Pada tingkat ini perlu dilakukan pengawasan bersama antara perusahaan dengan Balitbangtan. Saran untuk dilakukannya uji pengembangan teknologi pada skala industri disebabkan adanya teknologi yang belum dapat dikembangkan pada skala industri, sehingga teknologi harus diuji lebih lanjut pada skala industri setelah lulus uji pengembangan pada skala laboratorium. Kondisi pada skala laboratorium, bukanlah kondisi sebenarnya sehingga teknologi yang lulus uji laboratorium bukanlah jaminan dapat dikembangkan pada skala industri. Teknologi yang tidak lulus uji pengembangan pada skala industri, sebaiknya tidak ditawarkan kepada perusahaan. Ketepatan waktu dalam menyediakan bahan baku maupun bahan aktif untuk pengembangan teknologi oleh inventor/peneliti, juga harus diperbaiki. Keterlambatan pengiriman bahan menyebabkan keterlambatan produksi yang pada akhirnya menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan bagi konsumen (mitra perusahaan). Jika hal ini terjadi, sangat mungkin konsumen mitra perusahaan akan beralih kepada penghasil teknologi lainnya. Keterlambatan pengiriman bahan juga berakibat pada penurunan jumlah produksi dan keuntungan yang diperoleh. Beberapa perusahaan pernah beberapa kali batal menjual pupuk dalam jumlah besar karena konsumennya membatalkan pembelian akibat kurangnya jumlah pupuk yang dapat disediakan perusahaan. Hal ini sebagai akibat dari tidak cukup tersedianya bahan aktif dan keterlambatan penyediaan bahan aktif untuk produksi sejumlah pupuk sebagaimana yang dipesan konsumen. Dampak buruknya bukan saja kerugian materi dan kepercayaan bagi perusahaan penerima lisensi, tetapi juga Balitbangtan. Survei pasar termasuk salah satu tahapan dalam melakukan riset pasar dan riset pasar merupakan hal vital bagi perusahaan yang harus dilakukan sebelum sebuah produk diciptakan dan dipasarkan. Survei pasar dapat dilakukan melalui penyebaran angket, kuisioner, maupun wawancara untuk mengetahui kebutuhan dan selera konsumen. Namun, survei pasar saja kurang sempurna jika tidak diikuti oleh tahapan lainnya dalam riset pasar. Selain itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap perkembangan pasar untuk melihat trend dan produk-produk yang ada di pasar, serta mengetahui perbedaan antara produk yang akan ditawarkan dengan produk yang telah ada di pasar. Penawaran inovasi baru pada sebuah produk dapat menjadi pertimbangan agar produk tidak kalah bersaing di tengah pasar yang kompetitif. Uji coba pasar di beberapa lokasi juga penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon pasar terhadap produk yang ditawarkan pada pasar yang lebih luas. Teknologi yang akan ditawarkan kepada dunia industri harus lulus riset pasar, dengan demikian mempercepat pengembangan teknologi oleh dunia industri dan penggunaan produk oleh masyarakat pengguna. Pengukuran terhadap mencukupi tidaknya bahan baku serta kemampuan dalam menyediakan bahan baku juga harus dilakukan secara cermat agar tidak menimbulkan kerugian dan kekecewaan bagi perusahaan penerima lisensi. Melalui perkiraan yang cermat mengenai ketersediaan bahan baku, dapat diketahui teknologi mana yang layak ditawarkan kepada perusahaan. Teknologi yang tidak siap untuk dilisensikan, sebaiknya tidak ditawarkan kepada perusahaan. Keterbatasan bahan baku akan menyulitkan perusahaan dalam mengembangkan teknologi menjadi produk untuk dipasarkan kepada konsumennya. Selain perhitungan bahan baku, hal lain yang tidak kalah penting
44
adalah perhitungan berapa kapasitas minimal produksi pada skala industri agar perusahaan penerima lisensi dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Perhitungan ini menjadi poin penting agar dalam pelaksanaannya perusahaan dapat langsung mengembangkannya pada skala industri tanpa mencoba-coba untuk mengetahui berapa kapasitas minimal produksi yang harus dilakukan, sehingga memudahkan perusahaan. Beberapa perusahaan juga menyatakan bahwa teknologi Balitbangtan tidak semua siap untuk dilisensikan. Ketidaksiapan ini dapat berupa ketidaksiapan pengembangannnya dalam skala industri maupun ketidaksiapan dalam hal ijin edar karena jawaban tersebut diberikan oleh perusahaan yang melisensi lebih dari satu teknologi Balitbangtan dan tidak menyebutkan secara spesifik bentuk ketidaksiapan teknologi. Berdasarkan hasil wawancara, kualitas pelayanan yang perlu ditingkatkan terdiri atas harapan kepada Balitbangtan agar ikut membantu sosialisasi produk di tingkat konsumen perusahaan, percepatan penerbitan ijin edar pupuk dan pestisida, serta pemberian bimbingan/pendampingan teknologi secara kontinyu. Lamanya waktu terbit ijin edar pupuk dan pestisida merupakan kendala bagi perusahaan penerima lisensi dalam memproduksi pupuk dan pestisida. Peredaran pupuk dan pestisida di pasar sangat bergantung pada ijin edar yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian. Tanpa ijin edar tersebut, pupuk dan pestisida yang telah diproduksi tidak dapat dipasarkan, sehingga waktu terbit ijin edar sangat menentukan nasib perusahaan. Banyak konsumen yang tertarik dan memesan pupuk dan pestisida, namun karena terkendala lamanya waktu penerbitan ijin edar sehingga belum dapat diproduksi. Ijin edar akan diterbitkan bila pupuk dan pestisida telah lulus dalam pengujian mutu dan efektifitas pada lembaga pengujian yang ditunjuk oleh Direktorat Pupuk dan Pestisida. Selain masalah lamanya penerbitan ijin yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam Permentan No.70/2011 dan Permentan No. 24/2011, penyebab lainnya adalah proses pengujian mutu dan efektifitas pupuk dan pestisida sebanyak dua kali, yaitu di laboratorium yang ditunjuk oleh inventor dan lembaga pengujian yang ditunjuk oleh Direktorat Pupuk dan Pestisida. Hal ini disebabkan hasil pengujian di laboratorium tidak diakui. Masalah lamanya waktu penerbitan ijin edar dapat diselesaikan melalui pengusulan peraturan mengenai pengujian pupuk dan pestisida melalui suatu lembaga yang menjamin hasilnya dapat diakui dan diterima oleh berbagai pihak. Perusahaan juga mengharapkan bantuan dalam bentuk sosialisasi dan promosi produk hasil pengembangan teknologi. Saat ini, BPATP telah membantu sosialisasi dan promosi produk hasil pengembangan teknologi melalui Agroinovasi Fair (pameran agroinovasi) yang khusus menjual produk hasil pengembangan teknologi oleh perusahaan. Penjualan produk juga dilakukan melalui Koperasi Balai PATP guna mempermudah konsumen memperoleh produk yang diperlukan dan diminati. Namun, perusahaan mengharapkan bantuan sosialisasi dan promosi yang lebih dari penjualan kepada konsumen, misalnya kegiatan sosialisasi melalui pemberian benih atau pupuk kepada kelompok tani binaan Balitbangtan. Petani yang merasakan manfaat dan keuntungan menggunakan produk tersebut selanjutnya akan membeli dan merekomendasikan produk tersebut kepada petani lain (word of mouth). Hal ini akhirnya sangat efektif membantu perusahaan dalam promosi dan pemasaran produknya, terlebih karena sosialisasi dilakukan dengan “nama besar” Balitbangtan. Word of mouth
45
merupakan sarana pemasaran yang sederhana dan tidak memerlukan biaya besar, namun memiliki efektifitas yang sangat besar. Selain produk benih dan pupuk, perusahaan yang mengembangkan produk BBM Bioaditif juga mengharapkan kegiatan sosialisasi di kalangan pegawai Kementerian Pertanian. Hal ini akan menambah kepercayaan masyarakat dalam menggunakan BBM aditif karena bila kalangan Kementerian Pertanian sendiri menggunakan produk tersebut, maka dugaan adanya dampak buruk penggunaan BBM bioaditif terhadap mesin mobil akan hilang dan semakin meyakinkan masyarakat mengenai manfaat BBM Bioaditif. Balitbangtan juga harus selalu berupaya memberikan bimbingan/pendampingan teknologi secara kontinyu kepada perusahaan untuk menjamin terjadinya transfer teknologi yang baik dari Balitbangtan kepada perusahaan, sehingga mempercepat pengembangan teknologi. Hal ini penting agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas baik sesuai dengan yang diharapkan. Hal lain yang melengkapi perlunya bimbingan teknologi adalah pemberian gambar dan spesifikasi teknis untuk teknologi alat dan mesin pertanian (alsintan) yang dilisensikan. Satu perusahaan yang melisensi alsintan hasil Balitbangtan menyatakan tidak diterima gambar dan spesifikasi teknis alsintan yang telah dilisensi. Padahal gambar dan spesifikasi teknis sangat penting bagi perusahaan dalam mengembangkan alsintan yang dilisensi. Saran lain yang diberikan responden adalah peningkatan frekuensi promosi teknologi, terlebih ketika perusahaan tidak dapat memenuhi undangan promosi (RTA) karena jadwal undangan bersamaan dengan kegiatan perusahaan yang tidak dapat ditinggalkan. Beberapa perusahaan mengharapkan kegiatan RTA dapat dijadwalkan di awal tahun kegiatan atau awal setiap semester. Namun, untuk penjadwalan tersebut akan sulit dilakukan mengingat Balitbangtan harus menyesuaikan dengan kegiatan Balitbangtan lainnya. Ketika hal ini tidak dapat dipenuhi, tentu perusahaan akan kecewa dan tidak puas, bahkan menganggap Balitbangtan tidak terbuka dalam memberikan teknologi. Beberapa saran perusahaan mengenai hal ini adalah dengan meningkatkan frekuensi promosi teknologi, walaupun tidak harus melalui kegiatan RTA (Round Table Agroinovasi) mengingat besarnya biaya pelaksanaan RTA. Beberapa perusahaan menyarankan untuk menambah promosi teknologi melalui website Balai PATP (BPATP), buletin, maupun katalog yang dikirim melalui email atau surat, yang dikemas menarik.
Implikasi Manajerial Hasil yang dapat direkomendasikan berdasarkan penelitian ini merupakan suatu pedoman bagi Balitbangtan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan strategi pemasaran teknologi. Strategi pemasaran teknologi untuk membangun dan meningkatkan loyalitas penerima lisensi harus memperhatikan kualitas pelayanan dan teknologi. Loyalitas yang dibangun melalui pemberian pelayanan berkualitas, sebaiknya diarahkan pada terciptanya kepuasan (senang melakukan kerjasama dan menggunakan pelayanan Balitbangtan serta menciptakan pengalaman yang baik) bagi penerima lisensi. Penyediaan pelayanan berkualitas meliputi kesopanan karyawan dalam memberi pelayanan, kemampuan karyawan menangani masalah dan keluhan dengan cepat, pemberian informasi yang benar, kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya melalui berbagai sarana
46
promosi, ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan, jam operasi layanan yang nyaman bagi perusahaan. Strategi pemasaran untuk membangun dan meningkatkan loyalitas berdasarkan kualitas teknologi, harus dilakukan melalui penyediaan teknologi yang memiliki keunggulan, teknologi yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, teknologi yang dapat dikembangkan pada skala industri, teknologi yang bersifat profitable, serta teknologi yang dilengkapi SOP untuk pengembangannya. Selain harus melakukan strategi pemasaran teknologi dengan pendekatan konsep produk (teknologi yang dihasilkan harus memiliki kualitas dan keunggulan teknologi dan pelayanan) dan berpegang pada konsep pemasaran yang berorientasi pada pelanggan (menciptakan teknologi dan memberikan pelayanan yang diperlukan perusahaan), Balitbangtan juga harus menindaklanjuti masukan/saran dari penerima lisensi serta melakukan perbaikan sesuai saran tersebut. Saran yang perlu ditindaklanjuti meliputi senantiasa menjaga kualitas teknologi melalui penyediaan bahan baku berkualitas secara tepat waktu, melakukan perkiraan dengan cermat terhadap ketersediaan bahan baku untuk pengembangan teknologi sebelum teknologi ditawarkan, tidak menyebarkan varietas dan mendaftarkan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) bagi varietas yang diarahkan untuk komersialisasi, melakukan uji pengembangan pada skala industri terhadap teknologi yang diarahkan untuk komersialisasi, survei kebutuhan dan keinginan pasar, menyertakan data mengenai berapa kapasitas minimal produksi pada skala industri agar perusahaan dapat menghasilkan keuntungan secara ekonomi, serta melakukan evaluasi dan pengawasan secara bersama antara Balitbangtan dengan perusahaan baik di tingkat penyedia benih sumber maupun kelompok tani yang disewa perusahaan untuk memproduksi benih hibrida. Hal ini untuk memastikan kemurnian benih sumber (terbebas dari kemungkinan adanya campuran varietas lain/CVL) yang digunakan untuk produksi benih hibrida. Kualitas pelayanan juga harus senantiasa dijaga, melalui pemberian pendampingan/bimbingan teknologi secara kontinyu oleh inventor serta gambar teknis dari teknologi yang diadopsi (alsintan) untuk mempermudah transfer teknologi dan mempercepat pengembangan teknologi. Khusus untuk produk yang sulit diterima masyarakat pengguna, sebaiknya Balitbangtan membantu promosi kepada masyarakat pengguna, misalnya melalui pemberian bantuan produk hasil pengembangan teknologi kepada kelompok tani atau kebijakan penggunaan produk hasil pengembangan teknologi di lingkup Kementerian Pertanian, agar dapat membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap manfaat dan kualitas produk tersebut. Kepercayaan dari pengguna produk, selanjutnya dapat menjadi sarana pemasaran word of mouth yang dilakukan oleh pengguna kepada orang lain dan akhirnya sebagai jalan pembuka bagi kelancaran pengembangan teknologi. Percepatan penerbitan ijin edar pupuk dan pestisida dapat diupayakan melalui pembahasan dan komunikasi yang melibatkan Balitbangtan serta Direktorat Pupuk dan Pestisida agar dihasilkan satu kebijakan yang saling bersinergi, sehingga ijin edar dapat diterbitkan dalam waktu singkat. Frekuensi kegiatan promosi juga harus ditingkatkan, baik melalui RTA maupun berbagai sarana promosi (website, email, dan surat yang disertai dengan deskripsi mengenai teknologi yang ditawarkan).
47
Balitbangtan sebagai produsen dan pemasar teknologi harus melakukan pendataan terhadap kebutuhan, permasalahan dan kendala secara berkala mengingat permasalahan dan kendala akan terus berkembang setiap saat, sehingga permasalahan dan kendala dapat segera diketahui dan diatasi demi terciptanya loyalitas penerima lisensi.
6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Kualitas pelayanan lisensi teknologi secara signifikan berpengaruh langsung terhadap perceived value, kepuasan, dan loyalitas penerima lisensi, sedangkan kualitas produk (teknologi) secara signifikan hanya berpengaruh langsung terhadap loyalitas penerima lisensi. Kepuasan memberikan pengaruh mediasi pada kualitas pelayanan lisensi teknologi terhadap loyalitas penerima lisensi. 2. Kualitas pelayanan lisensi teknologi, kualitas produk (teknologi) dan kepuasan (pengaruh tidak langsung pada kualitas pelayanan terhadap loyalitas) merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap loyalitas penerima lisensi. 3. Strategi pemasaran teknologi yang tepat untuk meningkatkan loyalitas penerima lisensi adalah melalui: a. Pemberian pelayanan lisensi yang dapat menciptakan rasa puas (rasa senang menggunakan pelayanan dan bekerjasama dengan Balitbangtan, serta pengalaman yang baik) bagi penerima lisensi, selanjutnya melalui kepuasan akan terbangun loyalitas bagi penerima lisensi. Rasa puas dapat dibangun melalui penyediaan pelayanan berkualitas, meliputi kesopanan karyawan dalam memberi pelayanan, kemampuan karyawan menangani masalah dan keluhan dengan cepat, pemberian informasi yang benar, kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya/teknologi lain melalui berbagai sarana promosi, ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan, jam operasi layanan yang nyaman bagi perusahaan. b. Penyediaan teknologi yang memiliki keunggulan, teknologi yang mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, teknologi yang dapat dikembangkan pada skala industri, teknologi yang bersifat profitable, serta teknologi yang dilengkapi SOP untuk pengembangannya. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Balitbangtan sebagai produsen dan pemasar teknologi, harus senantiasa dapat mengetahui jenis teknologi (produk) dan pelayanan seperti apa yang diperlukan dan diinginkan oleh penerima lisensi. Pengetahuan terhadap teknologi (produk) dan pelayanan yang diperlukan dan diinginkan oleh konsumen, selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi pimpinan dalam mengambil kebijakan agar dapat menciptakan loyalitas penerima lisensi. 2. Agar tercipta rasa puas bagi penerima lisensi (merasa senang melakukan kerjasama dan menggunakan pelayanan dari Balitbangtan, serta memiliki pengalaman yang baik dalam melakukan kerjasama dengan Balitbangtan), Balitbangtan harus dapat memberikan pelayanan berkualitas. Pemberian
48
3.
4.
5.
6.
informasi yang benar, kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai teknologi lainnya melalui berbagai sarana promosi, ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan, serta jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi, merupakan bentuk pelayanan yang perlu diperhatikan agar dapat menciptakan kepuasan bagi penerima lisensi. Sebagai upaya agar informasi mengenai teknologi lain yang dimiliki Balitbangtan dapat diketahui oleh penerima lisensi dengan mudah, maka diperlukan peningkatan frekuensi promosi melalui berbagai sarana, yaitu website, email, maupun surat disertai deskripsi teknologi yang ditawarkan. Upaya ini selain memperkaya pengetahuan penerima lisensi terhadap teknologi-teknologi Balitbangtan, juga memberikan kepuasan bagi calon penerima lisensi yang tidak dapat menghadiri kegiatan promosi Round Table Agroinovasi (RTA). Permasalahan terkait dengan sulitnya pemasaran beberapa produk hasil pengembangan teknologi oleh penerima lisensi (pupuk, benih hibrida maupun bahan bakar bioaditif) dapat diupayakan Balitbangtan melalui program sosialisasi produk-produk tersebut (pemberian bantuan pupuk dan benih hibrida kepada kelompok tani, maupun kebijakan penggunaan bahan bakar bioaditif di lingkungan Kementerian Pertanian) agar dapat membangkitkan kepercayaan masyarakat terhadap manfaat dan kualitas produk tersebut. Kepercayaan yang terbentuk selanjutnya menjadi sarana pemasaran word of mouth dan akhirnya dapat membuka jalan bagi kelancaran pengembangan teknologi. Teknologi yang dilisensikan sebaiknya merupakan teknologi yang memiliki keunggulan, bersifat profitable, dapat dikembangkan secara massal dalam industri, mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan/selera pasar, dan dilengkapi dengan SOP untuk pengembangannya, agar dapat membangun loyalitas bagi penerima lisensi. Perlu dibentuk tim khusus yang dapat menganalisis dan menilai kelayakan teknologi sebelum dilisensikan kepada dunia industri (calon penerima lisensi), baik dari segi keunggulan, kemampuan teknologi dikembangkan secara massal dalam indutri dan menghasilkan keuntungan bagi penerima lisensi. Tingkat kelayakan teknologi harus dinilai berdasarkan bukti-bukti yang ditunjukkan oleh proposal riset, publikasi ilmiah, hasil riset skala laboratorium, contoh produk hasil pengembangan yang sesuai dengan spek komersial, dan adanya kepeminatan dunia industri terhadap teknologi tersebut. Bukti nyata berupa contoh produk hasil pengembangan teknologi yang sesuai spek komersial dan adanya kepeminatan dunia industri untuk melisensi teknologi telah dapat menunjukkan bahwa teknologi tersebut dapat dikembangkan dalam industri dan produk hasil pengembangan teknologi merupakan produk yang diperlukan pasar. Permasalahan lamanya penerbitan ijin edar untuk pupuk dan pestisida disebabkan oleh pengujian berlapis. Untuk dapat mengatasi hal tersebut, perlu diusulkan peraturan mengikat yang mengatur pelaksanaan pengujian pupuk dan pestisida sehingga hasil pengujian tersebut menjadi terpercaya dan diakui oleh semua pihak ahli di bidangnya. Dengan demikian, satu kali pengujian cukup akurat dan meyakinkan sehingga pengembangan teknologi pupuk dan pestisida, serta pemasarannya tidak lagi terkendala oleh lamanya penerbitan ijin edar.
49
DAFTAR PUSTAKA Adawiah, Aji PT, Edi RY. 2013. Komersialisasi Teknologi dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 12]. Tersedia pada: http://www.academia.edu/6780195/komersialisasi_ teknologi_dalam_upaya_peningkatan_daya_saing_industri_indonesia.pdf. Alex D, Thomas S. 2010. Impact of Product Quality, Service Quality and Contextual Experience on Customer Perceived Value and Future Buying Intentions. European Journal of Business and Management, 3(3):307-315. Aryani D, Rosinta F. 2010. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 17(2):114-126. Boohene R, Agyapong GKQ. 2011. Analysis of the Antecedents of Customer Loyalty of Telecommunication Industry in Ghana: The Case of Vodafone (Ghana). International Business Research, 4(1):229-240 Buenstorf G, Geissler M. 2012. Not Invented Here: Technology Licensing, Knowledge Transfer and Innovation Based on Public Research. J Evol Econ. 22:481-511.doi: 10.1007/s00191-011-0261-1. Chen C. 2007. Perceived Quality, Perceived Value, Satisfaction and Behavioural Intentions for Heritage Tourists, Proceedings of the 13th Asia Pacific Management Conference, Melbourne Australia: 1130 -1136. Cronin JJ, Brady MK, Hult GTM. 2000. Assessing the effect of quality, value, and customer satisfaction on customer behavioral intentions in service environments. Journal of Retailing, 76(2):193–218. Dhewanto W, Umam KK. 2009. Technology Commercialisation in A Developing Country: Current Condition and Its Challenge in Indonesia. Asian Journal of Technology Management, 2(1):1-7. Fiaz M, Naiding Y. 2012. Exploring the Barriers to R&D Collaborations: A Challenge for Industry and Faculty for Sustainable U-I Collaboration Growth. International Journal of Service, Science and Technology, 5(2):1-16. Fitria NG. 2010. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Hotel Pangrango 2 Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fu S, Perkins DS. 1995. Determinants of Technology Licensee’s Satisfaction: An Empirical Investigation. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 8:223-233. Gerpott TJ, Rams W, Schindler A. 2001. Customer Retention, Loyalty and Satisfaction in German Mobile Cellular Telecommunications Market. Article Telecommunication Policy, 25(4):249-269. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Semarang (ID): Badan Penerbit-Undip. Goenadi DH. 2000. Pengalaman Pemasaran Teknologi Pertanian Bernilai Komersial. Lokakarya Komersialisasi dan Alih Teknologi Hasil Penelitian Pertanian. Bogor (ID): Badan Litbang Pertanian.
50
Hanzaee KH. 2011. Customer Orientation of Service Employees: A Case Study of Iranian Islamic Banking (Based on COSE Model). International Journal of Marketing Studies, 3(4):130-145. He Y, Song H. 2008. A Mediation Model of Tourists’s Repurchase Intentions for Packaged Tour Services. Journal of Travel Research,1-15. doi:10.1177/0047287508321206. Herdikiagung D, Nasution S, Pambudi A, Ekasari R. 2012. Pemetaan Legislasi Kegiatan Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi pada Sistem Inovasi Nasional. Jurnal Kebijakan Riset, Teknologi, dan Inovasi 1:28-47. Hidayati N. 2014. Preferensi Konsumen dan Pengaruh Kualitas Produk Sayuran Organik terhadap Kepuasan Konsumen dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ishaq MI, Bhutta MH, Hamayun AA, Danish RQ, Hussain NM. 2014. Role of Corporate Image, Product J. Basic. Appl. Sci. Res, 5(4):89-97. Jahanshahi AA, Gashti MAH, Mirdamadi SA, Nawaser K, Khaksar SMS. 2011. Study the Effects of Customer Service and Product Quality on Customer Satisfaction and Loyalty. International Journal of Humanities and Social Science, 1(7):253-260. Jogiyanto, Abdillah W. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta (ID): BPFE. Khurshid M. 2013. Determinants of Customer Loyalty, its Causes and Influences in Telecom Industry: A Study of Mobile Telecom Industry Peshawar Pakistan [tesis]. Peshawar (PK): City University of Science and IT Peshawar. Koiranen M. 1999. Purchasing Criteria in Technology Licensing: An Empirical Study with some Benchmarking Implications. LTA. 3:286-303. Kotler P. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta (ID): PT. Indeks. Kelompok Gramedia. Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Ed ke-13. Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Lee HS. 2010. Factors Influencing Customer Loyalty of Mobile Phone Service: Empirical Evidence from Koreans. Journal of Internet Banking and Commerce, 15(2):1-14. Li ML, Green RD. 2011. A Mediating Influence on Customer Loyalty: The Role of Perceived Value. Journal of Management & Marketing Research, 7:1. Malik SU. 2012. Customer Satisfaction, Perceived Service Quality and Mediating Role of Perceived Value. International Journal of Marketing Studies, 4(1):68-76. Mondragón HN, Domínguez DP, Flores RS. 2013. A Conceptual Model of Technology Transfer for Public Universities in Mexico. Journal of Technology Management and Innovation, 8(4):24-35. Nasution RA, Djuanda D, Rachmah R. 2009. Studi Literatur tentang Komersialisasi Teknologi di Perguruan Tinggi: Proses, Potensi, Model, dan Aktor. Jurnal Manajemen Teknologi, 8(2):1-29.
51
Nawaz NUA, Usman A. 2011. What Makes Customers Brand Loyal: A Study on Telecommunication Sector of Pakistan. International Journal of Business and Social Science, 2(14):213-221. Nurjaman. 2014. Analisis Perilaku Dunia Usaha dalam Mengdopsi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Oliver RL. 1999. Whence Consumer Loyalty? Journal of Marketing, 63:33-44. Parasuraman A, Zeithaml VA, Berry LL. 1985. A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications for Further Research. Journal of Marketing, 49:41-50. Parasuraman A, Berry LL, Zeithaml VA. 1988. Servqual: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing, 64(1):12-40. Parker K, Mainelli M. 2001. Great Mistakes in Technology Commercialization. Journal of Strategic Change, 10(7):383-390. Pasek AD. 2011. Invensi, Inovasi, Artikel Ilmiah dan Hak atas Kekayaan Intelektual. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Institut Teknologi Nasional. Tersedia pada:http://lpfilkom.freeservers.com/lain/haki.htm. Puspaningrum A. 2013. The Role of Customer Satisfaction as the Mediation of the Effects of the Product Attributes and Images to Customer Loyalty of Retail Business in Indonesia. International Journal of Business and Behavioral Sciences, 3(10):42-53. Putra IWJA. 2013. The Effect of Quality and Service Value on Customer Loyalty (A Study on the Customers of Commercial Banks in Malang City). Interdiciplinary Journal of Conteporary Research in Business, 5(5):488-504. Ratono J. 2010. Analisis Partial Least Square untuk Mengembangkan Model Critical Success Factors dalam Implementasi Enterprise Resources Planning SAP Industri Kecil dan Menengah (kasus PT Java di Cirebon Jabar) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramdhani HS. 2014. Pengaruh Product Quality, Service Quality dan Perceived Value terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Sop Durian XYZ [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ramseook-Munhurrun P, Lukea-Bhiwajee SD, Naidoo P. 2010. Service Quality in the Public Service. International Journal of Management and Marketing Research, 3(1):37-50. Ryu K, Lee HR, Kim WG. 2012. The Influence of the Quality of the Physical Environment, Food, and Service on Restaurant Image, Customer Perceived Value, Customer Satisfaction, and Behavioral Intentions. International Journal of Contemporary Hospitaly Management, 24(2):200-223. Santoso S. 2011. Structural Equation Modeling: Konsep dan Aplikasi dengan AMOS 18. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo. Samimi AJ, Alerasoul SM. 2009. R&D and Economic Growth: New Evidence from Some Developing Countries. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 3(4):3464-3469.
52
Siegel RA, Hansen SO, Pellas LH. 1995. Accelerating the Commercialization of Technology: Commercialization through Co-operation. Journal of Industrial Management and Data Systems, 95(1):18-26. Song, Michal, Parry, Mark E. 1997. A Croos National Comparative Study of New Product Development Process: Japan and The US. Journal of Marketing. Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Tjiptono F. 2004. Manajemen Jasa. Yogyakarta (ID): Andi. Ukwuoma PO, Amade B, Moghalu EI. 2013. The Management of Research and Development (R&D) for Commercialization in Nigeria. International Journal of Advanced Scientific and Technical Research, 1(3):477-497. Yuen EFT, Chan SSL. 2010. The Effect of Retail Service Qquality and Product Quality on Customer Loyalty. Journal of Database Marketing & Customer Strategy Management, 17:222-240. doi:10.1057/dbm.2010.13. Zehir C, Sehitoglu Y, Narcikara E, Zehir S. 2014. E-S-Quality, Perceived Value and Loyalty Intentions Relationships in Internet Retailers. Journal of Social and Behavioral Sciences, 150(2014):1071-1079. Zeithaml VA, Berry LL, Parasuraman A. 1996. The Behavioral Consequences of Service Quality. Journal of Marketing, 60(2):31-46. Zeithaml VA. 1988. Consumer Perceptions of Price, Quality, and Value: A Means-End Model and Synthesis of Evidence. Journal of Marketing,52:2-22. [BPATP] Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian. 2013. Laporan Akhir Kajian Kelayakan Invensi pada Skala Industri. Bogor (ID).
53
Lampiran 1 Data pemutusan kerjasama alih teknologi Penerima lisensi
Invensi
Tahun mulai lisensi 9/16/2005
CV. Meori Agro
Bio-FOB dan Komponennya
PT Primasid Andalan Utama
Produksi Massal dan Pemasaran Prima BAPF Pupuk Mikroba Pelarut Fosfat
9/1/2008
Jagung Hibrida Varietas Bima 4 Jagung Hibrida Varietas Bima 5
12/3/2009
PT Makmur Sejahtera Utama
Jagung Hibrida Varietas Bima 6
12/3/2009
PT. Multi Prima Sejahtera
Starter Bimo CF
6/8/2009
PT Nusa Palapa Gemilang
PT. Bintang Makmur Pasifik PT Sumber Alam Sutera
8/5/2008
12/3/2009
Tahun Tahun berakhir Keteraangan pemutusan lisensi 16/09/2015 2014 Tidak dikembangkan, karena tidak ada pasar untuk pupuk vanili 9/1/2013 2010 Tidak dilanjutkan, karena produk tidak stabil 08/05/13 2013 Teknologi tidak dikembangkan, karena mitra tidak memiliki free market 12/3/2014 2011 Teknologi tidak dikembangkan 12/3/2014 2011 Dikembalikan oleh pihak penerima lisensi karena varietas yang dihasilkan tidak sesuai deskripsi yang digambarkan 12/3/2014 2011 Dikembalikan oleh pihak penerima lisensi karena varietas yang dihasilkan tidak sesuai deskripsi yang digambarkan 6/8/2029 2014 Perjanjian diputus oleh pihak penerima lisensi karena
54
Lampiran 1 Data pemutusan kerjasama alih teknologi (lanjutan)
Fajar seed
Buncis Tegak 1
23/11/2011
23/11/2016
2014
Fajar seed
Buncis Tegak 2
23/11/2011
23/11/2016
2014
PT. Metahelik Life Science
Padi Hibrida Hipa 9
2/12/2010
2/12/2015
2012
PT. Tosa Agro
Jagung Hibrida Bima 9
2/12/2010
1/12/2015
2014
PT. Tosa Agro
Jagung Hibrida Bima 10
2/12/2010
2/12/2015
2014
PT. Tosa Agro
Jagung Hibrida Bima 11
2/12/2010
2/12/2015
2014
kekurangan bahan baku, dan produksi yang dihasilkan belum mencapai nilai ekonomis Teknologi belum bisa dikembangkan oleh pihak penerima lisensi Teknologi belum bisa dikembangkan oleh pihak penerima lisensi Perjanjian diputus oleh pihak pemberi lisensi karena tidak ada itikad baik dari pihak penerima lisensi diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan sebagai benih sebar diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan sebagai benih sebar diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak
55
Lampiran 1 Data pemutusan kerjasama alih teknologi (lanjutan)
PT. Biogene Plantataion
Jagung Hibrida Bima 7
31/3/2011
31/3/2016
2014
PT. Buana Agro Sejahtera
Formula pupuk hayati untuk tanaman padi
31/5/2011
31/5/2016
2014
PT. Berdikari (Persero)
Gliocompost
9/2/2012
9/2/2017
2013
PT. Berdikari (Persero)
Insektisida Cair Biotris
9/2/2012
9/2/2017
2013
PT. Sainindo Kurniasejati
Atraktan
28/08/2012
28/08/2017
2014
PT. Sainindo Kurniasejati
Lem Perangkap Lalat Buah
28/08/2012
28/08/2017
2014
dikembangkan sebagai benih sebar diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan diputus oleh pihak pemberi lisensi karena produk tidak dikembangkan
Sumber: Data dikompilasi dari Balai PATP (2014)
Lampiran 2 Data penerima lisensi yang pernah melisensi invensi Balitbangtan Penerima Masa Tahun mulai Tahun berakhir Invensi lisensi perjanjian kerjasama kerjasama CV. Meori Bio-FOB 10 tahun 09/06/2005 16/09/2015 Agro PT. Sumber Alam Sutera
Jagung Hibrida Bima 5
5 tahun
12/03/2009
12/03/2014
PT. Primasid Andalan
Prima BAPF
2 tahun
09/01/2008
09/01/2013
56
Lampiran 2
Data penerima lisensi yang pernah melisensi invensi Balitbangtan (lanjutan)
Utama PT. Multi Prima Sejahtera
Bimo CF
20 tahun
06/08/2009
06/08/2029
PT. Makmur Sejahtera Utama
Jagung Hibrida Bima 6
5 tahun
12/03/2009
12/03/2014
PT. Biogene Plantation
Jagung Hibrida Bima 7
5 tahun
31/03/2011
31/03/2016
PT. Buana Agro Sejahtera
Pupuk hayati tanaman padi
5 tahun
31/05/2011
31/05/2016
PT. Sapa Berkah Persada
Pestisida nabati
3 tahun
14/10/2011
14/10/2014
PT. Pupuk Kaltim
Pupuk hayati
1 tahun
21/11/2012
21/11/2013
PT. Tosa Agro
Jagung Hibrida Bima 9, 10, 11
5 tahun
02/12/2010
02/12/2015
Sumber: Data dikompilasi dari Balai PATP (2014)
Lampiran 3 Data perilaku penerima lisensi dalam melisensi teknologi Masa perjanjian Penerima lisensi Invensi kerjasama Melakukan perpanjangan masa perjanjian kerjasama PT. Saprotan Benih Jagung Bima 2 Bantimurung 27/09/2007-27/09/2012 Utama 18/12/2012-18/12/2017 PT. Soho Indonesia
DEHAF
03/09/2007-03/09/2012 01/10/2014-01/10/2019
PT. Nusa Pallapa Gemilang
M-Dec
06/06/2007-06/06/2012 28/08/2012-28/08/2017
PT. Hobson Interbuana
Bionutrient
06/06/2007-06/06/2012 28/08/2012-28/08/2017
Nodulin
06/06/2007-06/06/2012 28/08/2012-28/08/2017
Rhizo Plus
14/04/2008-14/04/2013
57
Lampiran 3 Data perilaku penerima lisensi dalam melisensi teknologi (lanjutan) Indonesia 23/12/2013-23/12/2019 Melisensi invensi lain PT. Nusa Pallapa Gemilang
M-Dec
28/08/2012-28/08/2017
BioNutrient Nodulin Pupuk Mikroba Pelarut Fosfat Jagung Bima 2 Bantimurung
28/08/2012-28/08/2017 28/08/2012-28/08/2017 08/05/2008-08/05/2013
Padi Hibrida Hipa 12 Padi Hibrida Hipa 14 Jagung Hibrida Bima 4
14/10/2011-14/10/2031 14/10/2011-14/10/2031 12/03/2009-12/03/2014
DSA
17/06/2010-17/06/2015
Pupuk hayati tanaman kedelai Pupuk hayati tanaman padi
17/06/2010-17/06/2015
PT. Probio
Biopestisida SlNPV Biopestisida HaNPV
11/29/2010-12/11/2015 11/29/2010-12/11/2015
PT. Petrokimia Gresik
Padi Hibrida Hipa 10 Padi Hibrida Hipa 11 Proses Penurunan Beras IGR
02/12/2010-02/12/2020 02/12/2010-02/12/2020 14/10/2011-14/10/2016
PT. Berdikari
Jagung Bima 12 Q Pupuk Gliocompost Insektisida Biotris
14/10/2011-14/10/2016 09/02/2012-09/02/2017 09/02/2012-09/02/2017
PT. Alam Indah Bunga Nusantara
Krisan Puspita Nusantara
17/10/2011-17/10/2016
Krisan Swarna Kencana
17/10/2011-17/10/2016
PT. Fajar Seed
Buncis Tegak 1 Buncis Tegak 2 Mentimun Mars Cabai Keriting Kencana
23/11/2011-23/11/2016 23/11/2011-23/11/2016 25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017
PT. Agrindo Hartha
Kangkung Sutera Cabai Keriting Kencana Bayam Giti Hijau
25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017
PT. Sainindo Kurniasejati
Static Light Trap So-Cell
15/06/2012-15/06/2017
PT. Saprotan Benih Utama
PT. Bintang Timur Pasifik PT. Bio Industri Nusantara
18/12/2012-18/12/2017
31/05/2011-31/05/2016
58
Lampiran 3 Data perilaku penerima lisensi dalam melisensi teknologi (lanjutan) Moving Light Trap So-Cell 15/06/2012-15/06/2017 Green 200 EC 15/06/2012-15/06/2017 Decomposer Orligno 15/06/2012-15/06/2017 Atraktan 15/06/2012-15/06/2017 Lem Perangkap Lalat Buah 15/06/2012-15/06/2017 Indo Jarwo Transplanter 15/06/2012-15/06/2017 Indo Combine Harvester 15/06/2012-15/06/2017 Alat Pengepres Tebu 15/06/2012-15/06/2017 PT. Tektonindo Henida Jaya
Feromon Ostri
30/10/2012-30/10/2017
Feromon Litura Feromon Cyl Feromon PBPK
30/10/2012-30/10/2017 30/10/2012-30/10/2017 30/10/2012-30/10/2017
PT. Pupuk Kujang
Pupuk Jerandi 1 Cabai Keriting Kencana Kentang GM-05
23/12/2013-23/12/2018 04/06/2014-04/06/2019 04/06/2014-04/06/2019
PT. Pusri
Jagung Bima 16 Cabai Keriting Kencana
30/12/2013-30/12/2018 30/12/2013-30/12/2018
PT. Lambang Jaya
Indo Jarwo Transplanter Indo Combine Harvester Alat Pengepres Tebu
25/03/2014-25/03/2019 25/03/2014-25/03/2019 25/03/2014-25/03/2019
PT. Rutan
Indo Jarwo Transplanter Indo Combine Harvester Alat Pengepres Tebu
30/12/2013-30/12/2018 25/03/2014-25/03/2019 25/03/2014-25/03/2019
CV. Adi Setia Utama Jaya
Indo Jarwo Transplanter
30/12/2013-30/12/2018
Indo Combine Harvester
30/12/2013-30/12/2018
Dinas Petanian Jatim
Padi Hibrida Hipa Jatim 1 Padi Hibrida Hipa Jatim 2 Padi Hibrida Hipa Jatim 3
26/06/2012-26/06/2022 26/06/2012-26/06/2022 26/06/2012-26/06/2022
Koperasi Puspita
PUTK PUTS PUP PUTR
25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017 25/05/2012-25/05/2017
Koperasi Agromandiri
Cabai Besar Ciko Cabai Besar Lingga Cabai Keriting Kencana Mentimun Hibrida Litsa
08/07/2014-08/07/2019 08/07/2014-08/07/2019 08/07/2014-08/07/2019 08/07/2014-08/07/2019
59
Lampiran 3 Data perilaku penerima lisensi dalam melisensi teknologi (lanjutan) Hijau Melisensi satu invensi PT. Primasid Andalan Prima BAPF 09/01/2008-09/01/2013 Utama PT. Global Agrotek Kenaf KR 15 06/08/2009-06/08/2027 Nusantara PT. Multi Prima Starter Bimo CF 06/08/2009-06/08/2027 Sejahtera PT. Bio Industri Pupuk Hayati untuk 17/06/2010-17/06/2015 Nusantara Tanaman Kedelai PT. Dupont Indonesia Padi Hibrida Hipa 8 02/12/2010-02/12/2020 PT. Metahelik Life Padi Hibrida Hipa 9 02/12/2010-02/12/2020 Science PT. Indocomit Citra AWS 10/01/2011-10/01/2016 Mahardika PT. Biogene Plantation Jagung Hibrida Bima 7 31/03/2011-31/03/2016 PT. Zena Nirmala Minuman Kesehatan Sari 31/03/2011-31/03/2026 Sentosa Kulit Manggis PT. Sinergi Alam BBM Bioaditif 31/03/2011-31/03/2021 Bersama PT. Petrosida Gresik Pupuk Hayati untuk 31/05/2011-31/05/2016 Tanaman Padi PT. Buana Agro Pupuk Hayati untuk 31/05/2011-31/05/2016 Sejahtera Tanaman Padi CV. Nusagri Formula Feromon seks 31/05/2011-31/05/2016 serangga jantan PT. Sang Hyang Seri Kangkung Sutera 23/11/2011-23/11/2016 PT. Polowijogosari Pugam A 20/01/2012-20/01/2017 PT. Ayam Kampung Ayam KUB 09/02/2012-09/02/2017 Indonesia PT. Zeoprima Industri Kopi Luwak Probiotik 02/03/2012-02/03/2017 Koperasi Satmakura Kopi Luwak Probiotik 02/03/2012-02/03/2017 PT. Nutrimas Agro Pupuk Urea 26/11/2012-26/11/2012 Indonesia PT. Golden Indonesia Jagung Hibrida Bima 3 18/12/2012-18/12/2017 Seed Papandayan dan Kentang Medians 08/11/2013-08/11/2018 Cikuray Farm Pusat Veteriner Farma Formula Vaksin IBR Inaktif 19/08/2014-19/08/2034 PT. Agro Farmaka Cabai Besar Ciko 26/08/2014-26/08/2019 Nusantara Sumber: Data dikompilasi dari Balai PATP (2014)
60
Lampiran 4 Ringkasan penelitian terdahulu Penulis, judul penelitian dan tahun diterbitkan Ishaq et al. Role of Corporate Image, Product Quality and Customer Value in Customer Loyalty: Intervening Effect of Customer Satisfaction (2014)
Variabel yang diteliti Kualitas produk, image perusahaan, customer perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen
Alat analisis Analisis regresi bertahap
Hasil penelitian • Image perusahaan, kualitas produk, dan perceived value berpengaruh secara langsung dan positif terhadap kepuasan konsumen • Image perusahaan, kualitas produk, dan perceived value masing-masing berpengaruh secara langsung dan positif terhadap loyalitas konsumen • Kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi pada image perusahaan terhadap loyalitas konsumen • Kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi pada kualitas produk terhadap loyalitas konsumen • Kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi pada customer perceived value terhadap loyalitas konsumen
Relevansi dan perbedaan dengan penelitian ini • Relevansi: penelitian mengenai pengaruh langsung kualitas produk terhadap loyalitas konsumen, pengaruh langsung kualitas produk terhadap kepuasan, serta pengaruh tidak langsung dari kualitas produk terhadap loyalitas melalui kepuasan konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
61
Puspaningrum The Role of Customer Satisfaction as the Mediation of the Effects of the Product Attributes and Images to Customer Loyalty of Retail Business in Indonesia (2013)
Atribut produk, image perusahaan, kepuasan dan loyalitas pelanggan
SEM berbasis variance
• Atribut produk yang berkualitas berpengaruh terhadap kepuasan secara langsung • Image perusahaan tidak berpengaruh terhadap kepuasan secara langsung • Kepuasan berpengaruh terhadap loyalitas • Atribut produk berpengaruh terhadap kepuasan secara langsung • Image perusahaan berpengaruh terhadap kepuasan secara langsung • Kepuasan tidak memberikan pengaruh mediasi pada atribut produk terhadap loyalitas, namun memediasi pengaruh image perusahaan terhadap loyalitas
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh langsung kualitas produk terhadap loyalitas konsumen dan tidak langsung dari kualitas produk terhadap loyalitas melalui kepuasan konsumen. • Perbedaan : subjek dan alat analisis yang digunkan
Yuen dan Chan The Effect of Retail Service Quality and Product Quality on Customer Loyalty (2010)
Kualitas pelayanan, kualitas produk dan loyalitas konsumen pada toko fashion
Analisis regresi
• Tiga dimensi kualitas pelayanan (aspek fisik, reliability dan penyelesaian masalah) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen kepada toko • Dua dimensi kualitas pelayanan (interaksi personal dan kebijakan) dan tiga dimensi kualitas produk (fitur produk, estetika dan customer perceived product) tidak berpengaruh
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas produk dan pelayanan terhadap loyalitas konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
62
•
Boohene dan Agyapong Analysis of the Antecedents of Customer Loyalty of Telecommunication Industry in Ghana: The Case of Vodafone (Ghana) (2011)
Kualitas pelayanan, kepuasan konsumen, image perusahaan, dan loyalitas konsumen
Regresi linier berganda
• •
• •
Nawaz dan Usman What Makes Customers Brand Loyal: A Study on Telecommunication Sector of Pakistan (2011)
Kualitas pelayanan, kepuasan, kepercayaan, komitmen, dan loyalitas konsumen
•
• • •
terhadap loyalitas konsumen kepada toko Satu dimensi kualitas pelayanan (interaksi personal) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen kepada staf pelayan Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen Kepuasan konsumen tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen, sehingga kepuasan bukan dasar bagi terbentuknya loyalitas konsumen Image perusahaan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen Pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas tidak dapat diterjemahkan melalui kepuasan konsumen Kualitas pelayanan, kepercayaan, kepuasan, komitmen dan loyalitas saling berkorelasi positif Perbaikan kualitas pelayanan akan menciptakan loyalitas merek Kualitas pelayanan secara positif berasosiasi dengan kepuasan Kepuasan secara positif berasosiasi dengan loyalitas
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas dan kepuasan konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
63
• • • •
Alex dan Thomas Impact of Product Quality, Service Quality and Contextual Experience on Customer Perceived Value and Future Buying Intentions (2010)
Kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value (PV), pengalaman konsumen, preferensi konsumen, dan niat pembelian kembali
SEM berbasis covariance dan • regresi linier berganda • • •
merek Kepuasan akan menciptakan komitmen terhadap merek Kepuasan dan kepercayaan berkorelasi positif Komitmen terhadap merek berpengaruh positif terhadap loyalitas merek Kepercayaan secara positif berpengaruh terhadap loyalitas merek Kualitas produk dan kualitas pengalaman memiliki dampak yang signifikan terhadap PV Kualitas layanan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap PV PV berpengaruh signifikan terhadap preferensi konsumen Preferensi konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian kembali
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas dan kepuasan konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
64
Zehir et al. E-S-Quality, Perceived Value and Loyalty Intentions Relationships in Internet Retailers (2014)
Kualitas pelayanan, perceived value dan loyalitas retailer online
Analisis korelasi dan regresi
• Terdapat hubungan antara kualitas pelayanan pada bisnis online, perceived value dan loyalitas retailer online • Kualitas pelayanan berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap perceived value; perceived value dengan loyalitas; dan kualitas pelayanan dengan loyalitas • Perceived value merupakan mediator antara kualitas pelayanan terhadap loyalitas
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen, kualitas pelayanan terhadap perceived value, perceived value terhadap loyalitas, serta pengaruh mediasi perceived value pada kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen
• Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan Aryani dan Rosinta Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan (2010)
Kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas konsumen restoran cepat saji KFC
SEM berbasis covariance
• Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan positif terhadap aspek tangible, empathy, reliability, responsiveness, dan assurance • Kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen • Kualitas layanan berpengaruh langsung dan positif terhadap loyalitas konsumen, namun tidak
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh antara kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
65
•
Lee Factors Influencing Customer Loyalty of Mobile Phone Service: Empirical Evidence from Koreans (2010)
Kualitas pelayanan, pengorbanan, perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen
SEM berbasis covariance
•
•
• •
• •
signifikan Pengaruh kualitas pelayanan secara tidak langsung terhadap loyalitas bersifat signifikan ketika melalui kepuasan Kualitas pelayanan berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap perceived value, kepuasan, dan loyalitas Kualitas pelayanan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap loyalitas melalui perceived value dan kepuasan, serta berpengaruh terhadap kepuasan melalui perceived value Pengorbanan sebagai prediktor negatif terhadap perceived value Perceived value berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap kepuasan dan secara tidak langsung mempengaruhi loyalitas melalui kepuasan Perceived value berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap loyalitas Kepuasan berpengaruh langsung dan signifikan positif terhadap loyalitas
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh antara kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan dan loyalitas konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
66
Auka Service Quality, Satisfaction, Perceived Value and Loyalty among Customers in Commercial Banking in Nakuru Municipality, Kenya (2012)
Kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan, dan loyalitas konsumen
Analisis korelasi dan regresi
Malik Customer Satisfaction, Perceived Service Quality and Mediating Role of Perceived Value (2012)
Kualitas pelayanan, perceived value dan kepuasan konsumen
• Analisis korelasi Pearson untuk melihat hubungan langsung di antara variabel dependen dan independen • Analisis regresi bertahap untuk menyelidiki pengaruh mediasi perceived value dari kualitas pelayanan yang diterima terhadap kepuasan konsumen
• Kualitas pelayanan, kepuasan dan perceived value berkorelasi signifikan positif dengan loyalitas • Loyalitas merupakan variabel dependen yang dipengaruhi secara langsung dan signifikan positif oleh kualitas pelayanan, perceived value dan kepuasan konsumen • Kualitas pelayanan, perceived value dan kepuasan bersamasama mempengaruhi loyalitas • Perceived value, kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen berkorelasi signifikan • Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. • Perceived value memberikan pengaruh mediasi antara kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen, yang ditandai dengan meningkatnya kekuatan hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan.
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh antara kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas konsumen • Perbedaan : subjek dan objek penelitian serta alat analisis yang digunkan
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen serta pengaruh mediasi perceived value pada kualitas pelayanan yang dirasakan terhadap kepuasan konsumen • Perbedaan : subjek penelitian, konstruk dalam penelitian, dan alat analisis yang digunkan
67
Hanzaee Customer Orientation of Service Employees: A Case Study of Iranian Islamic Banking (Based COSE Model) (2011)
Pelayanan yang berorientasi pelanggan (COSE), kepuasan, komitmen dan retensi pelanggan
SEM berbasis covariance
He dan Song A Mediation Model of Tourists' Repurchase Intentions for Packaged Tour Services (2008)
Kualitas pelayanan, perceived value (PV), kepuasan, niat pembelian kembali
SEM berbasis covariance
• COSE berpengaruh langsung dan positif terhadap kepuasan • Kepuasan berpengaruh langsung dan positif terhadap komitmen, • COSE berdampak signifikan terhadap komitmen • Kepuasan berpengaruh secara positif terhadap komitmen dan retensi • Kepuasan berpengaruh langsung dan positif terhadap retensi • Kualitas pelayanan berpengaruh secara langsung terhadap niat pembelian kembali • Kualitas pelayanan tidak berpengaruh terhadap PV • PV tidak berpengaruh langsung terhadap niat pembelian kembali • Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap niat pembelian kembali melalui kepuasan • PV berpengaruh terhadap niat pembelian kembali melalui kepuasan • Kepuasan konsumen memberikan pengaruh mediasi dari kualitas pelayanan maupun perceived value terhadap niat pembelian kembali
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh COSE terhadap kepuasan, dan retensi konsumen di sektor perbankan islam • Perbedaan: subjek, konstruk dalam penelitian, dan alat analisis • Relevansi: penelitian untuk menyelidiki hubungan antar kualitas pelayanan, PV, kepuasan dan niat pembelian kembali • Perbedaan: subjek penelitian, konstruk dalam penelitian, dan alat analisis
68
Jahanshahi et al. Study the Effects of Customer Service and Product Quality on Customer Satisfaction and Loyalty (2011)
Kualitas produk, kualitas pelayanan, kepuasan, dan loyalitas pelanggan
Regresi dan ANOVA
• Kualitas produk dan pelayanan masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kepuasan • Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan
Ramseook-Munhurrun et al. Service Quality in the Public Service (2010)
• Harapan dan persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan • Harapan dan persepsi karyawan terhadap kualitas pelayanan
Analisis statistik deskriptif
Pendapat pelanggan dan karyawan tidak berbeda segnifikan dalam hal
Kualitas produk, kualitas pelayanan, perceived value, kepuasan, dan loyalitas konsumen
SEM berbasis covariance, analisis CSI dan CLI
Ramdhani Pengaruh Product Quality, Service Quality dan Perceived Value terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Sop Durian XYZ
persepsi dan harapan terhadap kualitas pelayanan • Karyawan gagal memberikan pelayanan sesuai yang diharapkan pelanggan • Rendahnya kualitas pelayanan disebabkan oleh sistem internal yang tidak memadai • Variabel laten eksogen (kualitas pelayanan) memiliki hubungan tidak signifikan terhadap kepuasan, variabel laten eksogen kualitas produk dan perceived value memiliki hubungan
• Relevansi: penelitian mengenai pengaruh kualitas produk dan pelayanan terhadap kepuasan dalam membentuk loyalitas pelanggan • Perbedaan: subjek penelitian, konstruk dalam penelitian dan alat analisis Relevansi: penelitian untuk mengetahui seberapa dekat persepsi pelanggan
dan karyawan terhadap pelayanan yang dipersepsikan dan diharapkan oleh pelanggan • Perbedaan: subjek penelitian dan alat analisis • Relevansi: penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, pelayanan dan perceived value
69
(2014)
signifikan terhadap kepuasan • Kepuasan konsumen berpengaruh signifikan dan positif terhadap loyalitas konsumen • Hasil analisis CSI dan CLI menunjukkan adanya konsumen yang puas diketahui kurang loyal yang disebabkan sebagian besar konsumen merupakan konsumen yang baru pertama kali mencoba sop durian
terhadap kepuasan dalam membentuk loyalitas konsumen • Perbedaan: subjek penelitian, konstruk dalam penelitian, alat analisis
sehingga kepuasan konsumen tidak mendorong konsumen bersikap loyal Dewanto dan Umam Technology Commercialisation in A Developing Country: Current Condition and Its Challenge in Indonesia (2009)
• Eksplorasi data mengenai kondisi komersialisasi teknologi di Indonesia dalam rangka menggambarkan keadaan komersialisasi teknologi dan tantangan saat ini di Indonesia • Mendeskripsikan komersialisasi teknologi di India dan Cina sebagai patokan
-
Kondisi komersialisasi teknologi di Indonesia saat ini masih terdapat banyak hambatan, antara lain: • Arah pemasaran dan kebijakan litbang kurang jelas, lemahnya desain penelitian, penelitian belum dirancang dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar/ industri, kurangnya kemampuan memasarkan hasil litbang, terbatasnya anggaran penelitian untuk melakukan pengujian pasar, kurangnya insentif dari pemerintah untuk industri yang memanfaatkan
• Relevansi: Penelitian mengenai penggambaran kondisi komersialisasi teknologi saat ini di Indonesia • Perbedaan: subjek penelitian, alat analisis yang digunakan
70
untuk perbandingan
Ukwuoma et al. The Management of Research and Development (R&D) for Commercialization in Nigeria (2013)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan hasil litbang untuk komersialisasi
Regresi
hasil litbang lokal sehingga dunia industri tidak bersedia mencoba memanfaatkan teknologi lokal (memilih teknologi dari negara lain) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pengelolaan hasil litbang, dari yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah : a. Faktor implisit (X1), berturutturut : personil penelitian, infrastruktur, sistem reward, pendanaan, peralatan, informasi teknologi dan keberadaan hasil litbang; b. Faktor explisit (X2), berturutturut: jaringan kerjasama, jaminan kualitas, kewirausahaan, sistem HKI, strategi pemasaran, kepercayaan investor dalam berinvestasi (melisensi); c. Faktor X3, berturut-turut: kemampuan menciptakan teknologi baru, permintaan, serta promosi dan pemasaran hasil litbang ; d.Faktor dependen (struktur pengelolaan hasil litbang) (Y),
• Relevansi: Penelitian mengenai faktorfaktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan hasil litbang untuk komersialisasi • Perbedaan: subjek penelitian, alat analisis yang digunakan
71
Fu dan Perkins Determinants of Technology Licensee’s Satisfaction: An Empirical Investigation (1995)
berturut-turut: upaya pemantauan kegiatan litbang, sistem inovatif, kajian teknis hasil litbang, sumber daya manusia, dispersi produk penelitian, Utilitas R&D dan sistem fungsional R&D Waktu negosiasi dalam Korelasi dan regresi berganda Korelasi : hubungan antara waktu rangka lisensi, negosiasi, ketersediaan ketersediaan pendamping atau pengacara yang pendamping/pengacara berpengalaman saat negosiasi, yang berpengalaman saat perlindungan melalui kontrak negosiasi, jumlah tenaga kerjasama lisensi, dan layanan kerja yang diperlukan tindak lanjut terhadap kepuasan dalam proses alih penerima lisensi adalah negatif. teknologi, pemberian Hubungan antara pelatihan secara pelatihan secara menyeluruh yang diterima menyeluruh dari pemberi perusahaan penerima lisensi, lisensi, waktu yang profitabilitas teknologi, waktu yang diperlukan untuk diperlukan untuk menyelesaikan menyelesaikan proses proses transfer teknologi, kualitas alih teknologi, kualitas teknologi, dan harga teknologi teknologi, harga yang dilisensi terhadap kepuasan teknologi, profitabilitas penerima lisensi adalah positif teknologi, kontrak • Regresi berganda : profitabilitas kerjasama lisensi, dan teknologi, waktu yang diperlukan layanan tindak lanjut untuk menyelesaikan proses dari pemberi lisensi transfer teknologi, kualitas teknologi dan harga teknologi yang dilisensi berpengaruh secara signifikan terhadap
• Relevansi: Penelitian mengenai faktor penentu kepuasan penerima lisensi • Perbedaan: subjek penelitian, alat analisis yang digunakan
72
kepuasan penerima lisensi Koiranen Purchasing Criteria in Technology Licensing: An Empirical Study with some Benchmarking Implications (1999)
Jumlah variabel yang diteliti sebanyak 46 variabel. Variabel tersebut terdiri atas: kemudahan akses terhadap teknologi tinggi, keuntungan yang diperoleh dengan mengorbankan pesaing, kejelasan perjanjian lisensi secara yuridis, koneksi dengan strategi pengembangan pada bisnis penerima lisensi, negosiasi lisensi secara langsung (tanpa perantara), biaya lisensi (harga teknologi yang dilisensi), kemudahan memperoleh informasi tentang perkembangan teknologi terbaru selanjutnya, ketegasan istilah dalam kontrak lisensi, keterbukaan suasana dalam negosiasi lisensi, perkiraan waktu yang tersedia terhadap manfaat yang dapat
Anlisis faktor
• Hasil penilaian kuisioner (meranking 46 kriteria pembelian/lisensi teknologi) oleh 38 responden: jumlah kriteria dengan skor tertinggi (penting) sebanyak 13, skor kurang penting sebanyak 28 kriteria, skor tidak penting sebanyak 5 kriteria • Analisis faktor menghasilkan empat faktor utama sebagai variabel bentukan baru. Masingmasing faktor atau komponen utama berhasil mengelompokkan set data • Kriteria yang telah diranking berdasarkan tingkat penting tidaknya untuk pertimbangan dalam pembelian (lisensi) teknologi. Pengelompokkan kriteria kedalam faktor utama berdasarkan keeratan hubungan antar kriteria pembentuk faktor • Empat faktor utama hasil analisis faktor, terdiri atas: 1. Faktor “masalah syarat/ ketentuan kontrak dan persaingan”, meliputi 13 variabel asal (kriteria pembelian)
• Relevansi: Penelitian mengenai kriteria pembelian sebagai dasar penilaian penerima lisensi terhadap teknologi yang akan dilisensi • Perbedaan: Subjek dan objek penelitian, alat analisis yang digunakan
73
diperoleh dari lisensi, keunikan dari lisensi produk, batas-batas geografis dalam perjanjian lisensi, waktu dan usaha untuk melakukan R&D, kejelasan pembagian tanggung jawab antara pemberi lisensi dan penerima lisensi, pendokumentasian perjanjian lisensi dengan baik, dukungan (bimbingan) dari pemberi lisensi, bertambahnya biaya tereduksi, peningkatan produktivitas, periode keabsahan /validitas kontrak lisensi, kurangnya sumber daya di bagian R&D penerima lisensi, ketentuan potensial mengenai biaya lisensi minimal, pemblokiran pesaing terhadap manfaat yang sama, kondisi terkait aplikasi multi lisensi, pelatihan dari pemberi
2. Faktor kedua adalah “masalah sumberdaya”, meliputi 10 kriteria pembelian 3. Faktor ketiga adalah “masalah kualitas dan ketentuan pembayaran”, meliputi enam kriteria pembelian 4. Faktor keempat adalah “elemen know-how partnership”, meliputi empat kriteria pembelian Hasil kunci mengenai faktor penting dalam mengambil keputusan melisensi, yaitu: 1. Syarat/ ketentuan kontrak dan pertimbangan kompetisi. 2. Meningkatkan basis dan ketersediaan sumber daya. 3. Ketentuan pembayaran yang berkaitan dengan persepsi kualitas. 5. Alih teknologi menuju kemitraan know-how
74
lisensi, pengurangan terjadinya risiko pengembangan sendiri, tingkat pengembalian atas investasi penerima lisensi, pembentukan hubungan kerjasama, pengukuran terhadap biaya lisensi awal, adanya jaminan kinerja produk oleh pemberi lisensi, daya jual barang lebih baik, reputasi pemberi lisensi, ketentuan memperbaharui lisensi, periode keuntungan finansial (pengembalian) yang diterima pendek (kurang dari 2 tahun), kesempatan menggunakan lisensi silang (dua arah transfer teknologi), ketentuan yang tegas dari perjanjian lisensi, peningkatan standar kualitas teknologi, tingkat standardisasi produk, kewajiban memberikan laporan
75
kepada pemberi lisensi, kesempatan untuk menjual lisensi kepada pihak ketiga, fleksibilitas lisensi produk, posisi keuangan pemberi lisensi, kemampuan pemberi lisensi dalam mengatasi kendala perdagangan impor, hibah publik dan subsidi yang diterima untuk mengambil lisensi
76
Lampiran 5 Variabel penelitian Variabel laten Kualitas pelayanan
• • • • • •
•
•
• •
•
•
• Kualitas produk
• • • •
Variabel indikator Eksogen (bebas) Keramahan karyawan dalam memberi pelayanan Kesopanan karyawan dalam memberi pelayanan Karyawan menangani masalah dan keluhan dengan cepat Layanan pendampingan/pengawalan yang memadai Layanan pendampingan/pengawalan yang kontinyu Kemampuan dan pengetahuan karyawan dalam menjawab pertanyaan penerima lisensi Penyajian informasi yang menarik mengenai teknologi yang dipromosikan Penyajian informasi yang lengkap mengenai teknologi pada kegiatan promosi yang dilakukan Pemberian informasi yang benar Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi yang akan dilisensi Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya melalui berbagai sarana promosi Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan Jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi Keunggulan (kelebihan) teknologi dibandingkan teknologi pesaing Teknologi bersifat profitable Teknologi yang dilisensi telah dilindungi HKI Teknologi dapat dikembangkan secara
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7
X8
X9 X10
X11
X12
X13 X14 X15 X16 X17
77
Lampiran 5 Variabel penelitian (lanjutan) massal dalam industri • Teknologi mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar • Teknologi memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan/selera pasar • Teknologi dilengkapi SOP untuk pengembangannya Variabel indikator Endogen (tergantung) Perceived value • Harga yang kompetitif • Kesesuaian antara harga dan kualitas teknologi • Kesesuaian antara harga dan kualitas pelayanan Kepuasan Konsumen • Rasa senang melakukan kerjasama pengembangan teknologi Balitbangtan • Rasa senang menggunakan pelayanan Balitbangtan • Pengalaman yang baik setelah melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan Loyalitas Pelanggan • Melisensi kembali teknologi yang sama • Melisensi teknologi baru (teknologi lain) hasil Balitbangtan • Merekomendasikan teknologi lain hasil Balitbangtan kepada pelaku usaha/perusahaan lainnya • Mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan kepada pelaku usaha/perusahaan lainnya
X18
X19
X20
PV1 PV2 PV3 KK1 KK2 KK3
LP1 LP2 LP3
LP4
78
Lampiran 6 Kuisioner penelitian
KUISIONER ANALISIS PENGARUH PRODUCT DAN SERVICE QUALITY BADAN LITBANG PERTANIAN TERHADAP PERCEIVED VALUE, KEPUASAN DAN LOYALITAS PENERIMA LISENSI
No responden:
Hari dan tanggal pengisian :
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/i responden Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor, saya selaku mahasiswa akan melaksanakan penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Product dan Service Quality Badan Litbang Pertanian terhadap Perceived Value, Kepuasan dan Loyalitas Penerima Lisensi”. Untuk keperluan tersebut, daftar pertanyaan dilampirkan untuk mengumpulkan informasi/data yang diperlukan dalam penelitian. Sebelum menjawab pertanyaan dalam kuisioner berikut, mohon Bapak/Ibu/Sdr/i membaca terlebih dahulu petunjuk yang tercantum pada kuisioner untuk memudahkan Bapak/Ibu/Sdr/i dalam memberikan jawaban. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, dan keseluruhan jawaban merupakan informasi shahih yang bermanfaat bagi penelitian ini. Oleh karenanya, mohon Bapak/Ibu/Sdr/i agar memberikan jawaban yang sesuai dengan kondisi serta pengalaman yang Bapak/Ibu/Sdr/i rasakan. Jawaban tersebut akan sangat bermanfaat bagi kami dalam meningkatkan kualitas/mutu produk maupun pelayanan untuk perusahaan Bapak/Ibu/Sdr/i. Peneliti akan memegang kerahasiaan dan kepercayaan yang Bapak/Ibu/Sdr/i berikan. Terima kasih atas bantuan dan informasi yang diberikan.
Hormat saya, Okti Aryani Hapsari
79
A. PROFIL RESPONDEN 1. Nama perusahaan : .......................................................................................................................... 2. Alamat perusahaan : .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... 3. Bidang usaha : .......................................................................................................................... 4. Tahun perusahaan berdiri : .......................................................................................................................... 5. Nama pengisi : .......................................................................................................................... 6. Jenis kelamin
: ( ) Pria
( ) Wanita
7. Usia : .......................................................................................................................... 8. Jabatan : .......................................................................................................................... 9. Lama bekerja : .......................................................................................................................... 10. Dari mana perusahaan Anda memperoleh informasi mengenai teknologi Balitbangtan? ( ) Media cetak ( ) Website Badan Litbang Pertanian ( ) Round Table Agroinovasi (RTA) ( ) Lainnya, sebutkan ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 11. Apa alasan perusahaan Anda melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan? ( ) Teknologi Balitbangtan memiliki keunggulan (kelebihan) dibandingkan teknologi pesaing ( ) Teknologi Balitbangtan telah teruji ( ) Teknologi Balitbangtan merupakan teknologi yang diperlukan perusahaan ( ) Lainnya, sebutkan ........................................................................................................................
80
12. Berapa total kerjasama alih teknologi yang saat ini aktif dikelola Perusahaan Anda, baik kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) maupun dengan lembaga lainnya? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 13. Apakah perusahaan Anda pernah memperoleh rekomendasi dari pihak lain dalam melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, dari mana rekomendasi tersebut? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ B. TINGKAT KINERJA PRODUK (TEKNOLOGI) DAN PELAYANAN BADAN LITBANG PERTANIAN (BALITBANGTAN) MENURUT PENERIMA LISENSI Petunjuk: pertanyaan di bawah ini untuk mengukur tingkat kinerja pelayanan dan produk (teknologi) Badan Litbang Pertanian. Mohon Bapak/Ibu mengisi tingkat kinerja kualitas pelayanan dan teknologi Balitbangtan di bawah ini yang sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu dengan tanda (√): Skala kinerja merupakan tingkatan seberapa tinggi kinerja variabel indikator menurut Bapak/Ibu Skala kinerja: 1= Sangat rendah 2= Rendah 3= Sedang 4= Tinggi 5= Sangat tinggi Tingkat kinerja
Atribut Kualitas pelayanan X1 X2 X3
Keramahan karyawan memberi pelayanan Kesopanan karyawan dalam memberi pelayanan Penanganan masalah dan keluhan dengan
1
2
3
4
5
81
X4 X5 X6 X7 X8
X9 X10 X11
X12 X13 X14
X15 X16 X17
X18
X19
X20
cepat Layanan pendampingan/pengawalan yang memadai Layanan pendampingan/pengawalan yang kontinyu Kemampuan karyawan dalam menjawab pertanyaan penerima lisensi Penyajian informasi yang menarik mengenai teknologi yang dipromosikan Penyajian informasi yang lengkap mengenai teknologi pada kegiatan promosi yang dilakukan Pemberian informasi yang benar Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi yang akan dilisensi Kemudahan memperoleh informasi mengenai teknologi selanjutnya melalui berbagai sarana promosi Ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan sebagaimana yang dijanjikan Jam operasi layanan yang nyaman bagi penerima lisensi Keunggulan (kelebihan) teknologi Balitbangtan dibandingkan teknologi pesaing Teknologi Balitbangtan bersifat profitable Perlindungan HKI pada teknologi Balitbangtan yang dilisensi Teknologi memiliki kemampuan untuk dikembangkan secara massal dalam industri Teknologi memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar Teknologi memiliki kemampuan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan/selera pasar Teknologi dilengkapi SOP untuk pengembangannya C PERCEIVED VALUE
1. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa harga teknologi Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) kompetitif? 1.Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju
82
3. Netral 4. Setuju 5.Sangat setuju 2. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa harga teknologi Balitbangtan sesuai dengan kualitas teknologi yang diperoleh? 1.Sangat tidak setuju 2.Tidak setuju 3. Netral 4. Setuju 5. Sangat setuju 3. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa harga yang diberikan Balitbangtan sesuai dengan kualitas pelayanan yang diperoleh? 1.Sangat tidak setuju 2.Tidak setuju 3. Netral 4. Setuju 5. Sangat setuju D KEPUASAN 1. Secara umum apakah Bapak/Ibu merasa senang melakukan kerjasama pengembangan teknologi (produk) Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan)? 1.Sangat tidak senang 2.Tidak senang 3. Netral 4.Senang 5.Sangat senang 2. Secara umum apakah Bapak/Ibu merasa senang menggunakan pelayanan Balitbangtan? 1.Sangat tidak senang 2.Tidak senang 3. Netral 4.Senang 5.Sangat senang 3. Secara umum, bagaimana pengalaman yang Bapak/Ibu rasakan setelah melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan? 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Netral 4. Puas 5. Sangat puas
83
E LOYALITAS 1. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu dalam melakukan kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan), apakah Bapak/Ibu bersedia kembali melakukan kerjasama pengembangan dengan Balitbangtan untuk teknologi yang sama (teknologi yang dikembangkan sebelumnya)? 1.Sangat tidak bersedia 2.Tidak bersedia 3.Ragu-ragu 4.Bersedia 5.Sangat bersedia 2. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu dalam melakukan kerjasama dengan Balitbangtan, apakah Bapak/Ibu bersedia kembali melakukan kerjasama pengembangan teknologi baru (teknologi lain) dengan Balitbangtan? 1.Sangat tidak bersedia 2.Tidak bersedia 3.Ragu-ragu 4.Bersedia 5.Sangat bersedia 3. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu bersedia merekomendasikan teknologi Balitbangtan kepada pelaku usaha/perusahaan lainnya? 1.Sangat tidak bersedia 2.Tidak bersedia 3.Ragu-ragu 4.Bersedia 5.Sangat bersedia 4. Berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu, apakah Bapak/Ibu bersedia mengatakan hal positif mengenai Balitbangtan kepada pelaku usaha/perusahaan lainnya? 1.Sangat tidak bersedia 2.Tidak bersedia 3.Ragu-ragu 4.Bersedia 5.Sangat bersedia F PERTANYAAN TERBUKA 1. Setelah berhubungan dengan instansi-instansi di bawah Badan Litbang Pertanian (Balai PATP dan Balai penelitian penghasil teknologi), bagaimana kesan Bapak/Ibu terhadap instansi-instansi di bawah Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan)? ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
84
............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 2. Faktor-faktor apa saja yang membuat Bapak/Ibu tertarik untuk melakukan kerjasama alih teknologi dengan Balitbangtan? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 3. Apakah Bapak/Ibu pernah merekomendasikan teknologi Balitbangtan kepada pelaku usaha/perusahaan lainnya? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 4. Apakah dalam pengembangan teknologi Balitbangtan, perusahaan Bapak/Ibu memesan bahan aktif/bahan baku/komponen yang diperlukan untuk pengembangan teknologi kepada Balitbangtan? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, apakah waktu atau jadwal pengiriman bahan aktif/bahan baku/komponen tersebut kepada perusahaan Bapak/Ibu tepat waktu? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... Bagaimana kualitas bahan baku/bahan aktif/komponen yang disediakan Balitbangtan untuk keperluan pengembangan teknologi? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 5. Apakah perusahaan Bapak/Ibu pernah mengikuti kegiatan promosi Round Table Agroinovasi (RTA)? ( ) Ya ( ) Tidak Jika Ya, apakah menurut Bapak/Ibu, kegiatan promosi teknologi yang dikemas dalam kegiatan Round Table Agroinovasi (RTA) telah berjalan efektif? ( ) Ya ( ) Tidak Jika belum efektif, menurut Bapak/Ibu bagaimana sebaiknya pelaksanaan RTA agar dapat berjalan efektif?
85
............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... 6. Apakah perusahaan Bapak/Ibu telah berhasil mengembangkan teknologi hasil Balitbangtan? ( ) Ya ( ) Tidak 7. Saran dan masukan Bapak/Ibu mengenai perbaikan, apa saja yang perlu dilakukan terkait dengan pelayanan dan produk (teknologi) Balitbangtan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
86
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 13 Oktober 1982, dari pasangan Bapak Arief Djatmiko dan Ibu Puji Handayani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan S1 diselesaikan pada tahun 2006 pada jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor. Selepas mengenyam pendidikan S1, penulis pernah bekerja sebagai Asisten Peneliti pada Yayasan Peduli Konservasi Alam Indonesia pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama juga bekerja sebagai tenaga pengajar pada sebuah lembaga bimbingan belajar. Selanjutnya pada tahun 2010, penulis mulai bekerja aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian hingga saat ini. Pada tahun 2012, penulis memperoleh tugas belajar dari Badan Litbang Pertanian untuk menempuh pendidikan S2 pada jurusan Ilmu Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Berbagai pelatihan yang pernah penulis terima, antara lain pelatihan drafting dokumen Paten pada tahun 2012, pelatihan Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) pada tahun 2013, serta pelatihan lainnya.