ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN HASIL BADAN USAHA MILIK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANGERANG (2003 – 2009)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
AJUN EFFENDI 106084003594
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ajun Effendi
NIM
: 106084003594
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sembernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan skripsi ini, apabila terbukti melakukan tindakan plagiat
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Penulis
Ajun Effendi NIM : 106084003594
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI Nama
: Ajun Effendi
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang / 18 Mei 1987
Alamat
: Jl.KH.Hambasri Rt 001/03 No.20 Ds.Karangtengah Pagedangan Tangerang 15820
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
No.Telpon
: 085694455787 / 02194961890
RIWAYAT PENDIDIKAN TK
: TK Islam Matlahul Huda - Bogor
SDN
: SDN Pagedangan III - Tangerang
SLTP
: SLTPN 1 Parung Panjang - Bogor
SMA
: SMA Islamic Village Karawaci – Tangerang
UNIVERSITAS
: UIN Syarif Hidayatullah – Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah
: H. Sutiyosono, SH
Ibu
: Hj. Siti Jubaedah
Alamat
: Ds.Karangtengah Pagedangan Tangerang
Anak ke-
: dua (2) dari dua bersaudara
ABSTRAK
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah merupakan satu indikator penting dalam pembangunan perekonomian daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota Tangerang dalam periode 2003:1 sampai 2009:4. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, sedangkan hasil Badan Usaha Milik Daerah tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Hal ini diduga karena badan usaha milik daerah yang ada di kota Tangerang jumlahnya sedikit, dan hasil badan usaha yang ada lebih kecil dibanding dua varaibel yang lain.
Kata Kunci: PAD, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Badan Usaha Milik Daerah
ABSTRACT
The development of original income of the region is to an important factor in the regional economy. The development purpose of this study is to know how the impact of regional tax, regional retribution, and result of regional state enterprise into original of company with regional income in tangerang minificial from 2003 until 2009. The Regression method used in analysing of the data is Ordinary Least Square(OLS). The result showed that the regional tax and regional retribution affect positively and significant influence on original regional income, whereas the regional company doesn’t significant and doesn’t affect with original regional income tangerang city. This problem because there is just a small amount regional company in tangerang city, and the result of the regional company which standing are little than the other two variable which have been knowing.
Keywords : Original Government Income, Regional Tax , Regional Retribution, Region State Enterprise
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya kepada penulis serta nikmat sehat yang diberikan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH,
DAN
BADAN
USAHA
MILIK
DAERAH
TEHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA TANGERANG (2003 – 2009)”. Skripsi ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. ALLAH SWT. Terima kasih atas Karunia yang telah Kau berikan, kesehatan, rejeki dan kasih sayang. 2. Kedua orang tuaku. Terima kasih yang tak terhingga kepada Mama dan Papa tercinta atas kerja kerasnya dalam memberikan do’a, dukungan, pengorbanan, kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis sepanjang masa. Juga kepada kakak sodara-sodara saya, terimakasih atas dukungannya. 3. Almarhum papa, Bpk.H.Aminuddin, harapan papa agar saya menjadi sarjana kini tercapai sudah. 4. Kepada Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Bpk Lukman, M.Si, terima kasih telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan atas bantuannya selama ini. 5. Kepada Bapak Pheni Chalid, SF,MA, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi yang dengan sepenuh hati dan kesabaran telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, bimbingan, nasehat, dan
arahannya desela jadwalnya yang sangat padat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepada Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 8. Seluruh Dosen, Staff, berserta Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis 9. Kepada Nita istri saya dan Keluarganya, Terimakasih atas bantuan doa dan semangatnya 10. Pegawai Badan Kekayaan dan Keuangan Daerah (BKKD) Kota Tangerang 11. Teman-teman seperjuangan penulis. Rekan-rekan Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 yang telah membantu penulis dalam penulisan ini yaitu: Tunjung Hapsari, Iezzahra, Safitri, Maria, Verra, Zaka, Awank, dan kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya, semoga ALLAH SWT memberikan pahala yang setimpal. 12. Rekan-rekan Kerja di Pemerintahan Kota Tangerang Selatan DKPP yaitu: ida, ika, apip, garry, isman, haris, resty, dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas do’a dan dukungannya. 13. Kepada kekasih dan mantan-mantan saya yang “pernah” singgah dihati ini. 14. Semua Pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala bantuan dan do’a selama proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta,
Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPRE SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Perumusan Masalah
7
1.3. Tujuan Penelitian
8
1.4. Manfaat Penelitian
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1. Desentralisasi Daerah
10
2.1.1. Landasan Teori Transfer Pusat ke Daerah
15
2.2. Sumber Penerimaan Daerah
18
2.3. Pendapatan Asli Daerah
20
2.3.1. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
21
2.3.2. Komponen Pendapatan Asli Daerah
24
2.4. Studi Empiris
34
2.5. Kerangka Pemikiran
40
2.6. Hipotesa Penelitian
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
42
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
43
3.3. Data dan Tehnik Pengumpulan data
43
3.4. Definisi Operasional
44
3.5. Variabel dan Pengukuran
45
3.6. Metode Analisa Data
46
3.6.1. Model Regresi Linier Berganda
46
3.6.2. Pemilihan Model Regresi
47
3.6.3. Pengujian Hipotesis
49
3.6.4. Uji Stasioneritas
51
3.6.5. Uji Derajat Integrasi
52
3.6.6. Metode Pengujian Asumsi Klasik
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi dan Objek Penelitian 4.1.1. Pembentukan Kota Tangerang
56 56 56
4.2. Perkembangan dan Pembentukan Kota Tangerang menurut jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 4.3. Hasil Uji Analisis
58 67
4.3.1. Menentukan Model Ekonometrika
67
4.3.2. Uji Stasioneritas
68
4.3.3 Pengujian Asumsi Klasik
71
4.3.4 Analisis Regresi Berganda
76
4.3.5 Uji (F-test)
80
4.4. Pembahasan BAB V PENUTUP
82 84
5.1 Kesimpulan
84
5.2 Saran
85
DAFTAR PUSTAKA
87
LAMPIRAN
90
DAFTAR TABEL
NO
KETERANGAN
HALAMAN
1.1
Tabel Sumber Pendapatan dan Realisasi
3
4.1
Tabel Perbandingan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak
59
4.2
Tabel Perbandingan Dari Retribusi Daerah Menurut Jenis Retribusi 64
4.3
Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat Level
67
4.4
Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat First Different
69
4.5
Tabel Hasil Uji Stasioner tingkat First Different
70
4.6
Tabel Hasil Uji Normalitas
71
4.7
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas
72
4.8
Tabel Hasil Regresi Linier Berganda
80
DAFTAR LAMPIRAN
NO
KETERANGAN
HALAMAN
1.
Lampiran Data Variabel Penelitian Yang Digunakan
90
2.
Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2005
91
3.
Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2006
92
4.
Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2007
93
5.
Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2008
94
6.
Lampiran Pendapatan Dari Pajak daerah Tahun 2009
95
7.
Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2005
96
8.
Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2006
101
9.
Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2007
106
10.
Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2008
111
11.
Lampiran Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun 2009
116
12.
Lampiran Hasil Uji Stasioneritas
121
13.
Lampiran Hasil Analisis Regresi Berganda
130
14.
Lampiran Hasil Uji Normalitas
131
15.
Lampiran Hasil Uji Multikolinieritas
132
16.
Lampiran Hasil Uji Heteroskedastisitas
134
17.
Lampiran Hasil Uji Autokorelasi
135
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan yang ingin di capai adalah terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lebih adil dan merata. Agar tujuan tersebut tercapai maka segenap potensi dan sumber daya pembangunan yang ada harus dialokasikan secara efektif dan efisien demi peningkatan produksi secara keseluruhan. Perkembangan pembangunan suatu daerah sangat ditentukan oleh sumber pendapatan daerah terutama untuk menutupi pembiayaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu diperlukan kemampuan pemerintah daerah dalam mengatur perekonomian daerahnya untuk membiayai seluruh kebutuhan dana pembangunan yang diperlukan. Masalah umum yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah adanya kendala dalam menghimpun dana yang berasal dari daerah itu sendiri, sehingga pembangunan daerah cenderung tergantung pada sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat. Menyadari bahwa ketergantungan tersebut kurang baik bagi kelanjutan pelaksanaan pembangunan daerah, maka diharapkan pemerintah daerah menggali semua sumber ekonomi yang dimiliki daerah masing-masing guna membiayai pelaksanaan daerah itu sendiri. Hal ini didukung dengan dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No.33 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No.34 tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah dimana dalam undang-undang tersebut pemerintah daerah dan diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya berdasarkan aspirasi pemerintah daerah dan diberikan kewenangan untuk mengggali dan memanfaatkan sumber keuangan daerah setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Salah satu sumber pembiayaan tersebut adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah ,oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi di ukur dari besarnya konstribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap total APBD, semakin besar konstribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap bantuan APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah dapat terwujud. Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, penerimaan dari dinas-dinas dan penerimaaan lainya yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang bersangkutan, dan merupakan pendapatan daerah yang sah. Semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Tabel 1.1 Sumber Pendapatan Kota Tangerang dan Realisasinya Tahun 2005 JENIS PENDAPATAN
TARGET
REALISASI
%
Pajak Daerah
73.500.000.000
79.368.013.721
7,98
Retrusi Daerah
24.320.155.200
24.827.124.613
2,08
Bagian Laba BUMD
3.017.666.389
3.017.666.516
0,0001
Lain-Lain PAD yang sah
6.475.552.409
9.311.061.516
43,79
JUMLAH
107.313.373.998
116.523.842.800
8,58
Sumber: Bidang Keuangan dan Kekayaan Daerah (BKKD), 2006
Dari data tabel di atas dapat terlihat bahwa Sumber Pendapatan Kota Tangerang dapat dihasilkan dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba BUMD, dan Lain-lain PAD yang sah. Pajak Daerah pada tahun 2005 memiliki target sebesar 73.500.000.000 dan realisasi sebesar 79.368.013.721, dan terlihat dalam presentase sebesar 7,98%. Retribusi Daerah pada tahun 2005 memiliki target sebesar 24.320.155.200 dan realisasi sebesar 24.827.124.613, dan terlihat dalam presentase sebesar 2,08%. Bagian laba BUMD pada tahun 2005 memiliki target sebesar 3.017.666.389 dan realisasi sebesar 3.017.666.516, dan terlihat dalam presentase sebesar 0,0001%. Lain-lain PAD yang sah memiliki target sebesar 6.475.552.409 dan realisasi sebesar 9.311.061.516, dan terlihat dalam
presentase sebesar 43,79%. Sehingga total keseluruhan Pendatapan Kota Tangerang pada Tahun 2005 adalah total target sebesar 107.313.373.998 dan realisasi sebesar 116.523.842.800, dan presentase sebesar 8,58%. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan pada ketentuan dalam UU No. 33 tahun 2004 dan UU No. 34 tahun 2004. Dengan otonomi , diharapkan
adanya
memperdayakan
peningkatan
masyarakat,
kapasitas
pemerintah
meningkatkan pelayanan dan
daerah
guna
kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar darah. Keberhasilan pemerintah daerah dalam membangun perekonomian wilayahnya tergantung pada kemampuan untuk memobilisasi potensi yang ada pada masyarakat melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah diharapkan menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan-kegiatan daerah, karena semakin banyak kebutuhan daerah yang dapat dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah maka semakin tinggi kualitas otonominya yang mengindikasinya semakin mandiri bidang keuangan daerahnya. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah lebih penting dibandingkan dari sumber-sumber yang lain, karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah sedangkan bentuk pemberian pemerintah (non PAD) sifatnya lebih terikat. Dengan penggalian dan peningkatkan pendapatan asli daerah
diharapkan pemerintah daerah juga mampu meningkatkan kemampuannya dalam penyelenggaraan urusan daerah. Salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar dari tahun ke tahun adalah pajak daerah pajak daerah, yang salah satu sumbernya berasal dari pajak hotel dan restoran. Bila kita lihat Kota Tangerang merupakan daerah singgah/transit karena merupakan jalan alternatif menuju Ibu Kota DKI Jakarta dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Perkembangan jumlah hotel dan restoran ini seharusnya menjadi potensi sangat bagus bagi peningkatan pendapatan asli daerah dalam rangka mengurangi ketergantungan fiskal daerah. Hal ini terefleksi dalam peningkatan dan stabilitas realisasi pajak hotel dan restoran ini dari tahun ke tahun. Berdasarkan undang-undang No. 34 Tahun 2000, tentang Pajak Daerah, pajak atau pungutan yang dikenakan bagi pemilik rumah penginapan, rumah makan, pembayaran hotel dan restoran. Secara umum pajak Hotel dan Restoran merupakan pungutan atas pembayaran rumah makan dan rumah penginapan yang terdiri dari hotel, losmen, wisma, dan restoran. Dengan demikian pajak hotel dan restoran cukup potensial dalam menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Dalam undang-undang No. 5 Tahun 1974 pengertian perusahaan daerah untuk memperkembangkan perekonomian
daerah dan untuk menambah
penghasilan daerah. Dari kutipan diatas ada dua fungsi pokok perusahaan daerah. Pertama, sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu memberikan rangsangan bagi perkembangan perekonomian daerah. Kedua,
sebagai penghasilan pendapatan daerah. Ini berarti perusahaan daerah mampu memberikan manfaat ekonomi sehingga terjadi keuntungan yang dapat disetorkan ke kas daerah. Untuik dapat penyelenggaraan fungsi yang oftimal diperlukan dukungan dana yang cukup besar guna untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang antara lain diperoleh dari berbagai jenis pajak daerah, retribusi, hasil investasi dan kegiatan bisnis. Kota Tangerang yang lahir pada tahun 1993 dengan Undang-undang No. 2 Tahun 1992, kini pertumbuhannya berkembang begitu pesat, pesatnya pertumbuhan kota tangerang
karena wilayahnya yang berbatasan langsung
dengan DKI Jakarta yang terkait langsung dengan dinamika pembangunan nasional yang terpusat di Jakarta, letak Kota Tangerang yang strategis mendorong lahirnya intruksi presiden No. 13 tahun 1976, yang menetapkan
daerah ini
sebagai bagian dari wilayah pengembangan Jabodetabek yang dipersiapkan untuk mengurangi ledakan penduduk DKI Jakarta, sebagai daerah penyangga Ibu Kota,wilayah ini dipersiapkan untuk Kegiatan Industri dan Perdagangan, pengembangan pusat pemukiman. Dalam usaha menopang eksistensi otonomi daerah yang maju sejahtera, berakhlakul karimah, mandiri, berkeadilan, kota Tangerang dihadapkan pada suatu tantangan dalam mempersiapkan strategi dalam perencanaan pembangunan yang akan di ambil. Untuk itu diperlikan suatu perencanaan yang tepat dengan memperhatikan potensi yang dimilikinya terutama dalam mengidentifikasikan keterkaitan antara sektor perdagangan, industri, hotel dan restoran dengan sektor yang lainya. Kota Tangerang dengan keterbatasan sumber daya alam yang ada
mempunyai sektor-sektor yang berpotensi untuk di kembangkan, misalnya sektor industri dan penyediaan sektor jasa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa perlu menganalisa Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2009.
1.2
Perumusan masalah Permasalahan yang dihadapi pemerintahan daerah dalam mengurus rumah tangganya dikarenakan terbatasnya dana pembangunan. Untuk meningkatkan pembangunan daerah, diperlukan biaya yang harus digali dari sumber keuangan sendiri. Keuangan daerah merupakan satu indikator untuk menilai kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangga sendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberian otonomi daerah, yaitu agar daerah mampu mengurus daerahnya dan berusaha melepaskan diri dari ketergantungan pada pemerintah pusat. Berdasarkan keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan yang dirumuskan dalam permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang ? 2. Bagaimanakah pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang ?
3. Bagaimanakah pengaruh hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang ? 4. Apakah Pajak Daerah, retribusi daerah dan BUMD berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ingin mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terhadap Pendapatan Asli Daerah kota Tangerang.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah : 1.
Sebagai satu syarat untuk mencapai gelar sarjana strata satu pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk mengetahui seberapa timgkat tingkat ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjadi menjadi mahasiswa.
2.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pembuat kebijakan perintah
daerah
Kota
Tangerang
dalam
merencanakan
dan
mengambil keputusan untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah. 3.
Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi yang memerlukan serta sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desentralisasi Daerah Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintah oleh Pemerintahan kepada Daerah Otonom dan kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini berarti pengelolaan daerah lebih dititikberatkan kepada kabupaten/kota,sedangkan propinsi adalah sebagai Daerah Otonom sekaligus sebagai daerah administrasi yang melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang didelegasikan kepada gubernur. Propinsi bukanlah merupakan daerah atasan kabupaten/kota. Jadi antara daerah otonom propinsi dengan daerah otonom kabupaten/kota tidak memiliki hubungan hirarki. Sistem penyelenggaraan pemerintahan dalam Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut : 1. Negara kesatuan dengan system sentralisasi, yaitu segala sesuatu dalam Negara itu langsung dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerahdaerah hanya tinggal melaksanakannya saja. 2. Negara kesatuan dengan system desentralisasi, yaitu daerah diberi kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah otonom.
Desentralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalu menyangkut persoalan kekuatan (power), biasanya dihubungkan dengan pendelegasian atau penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau kepada lembaga-lembaga pemerintah di daerah untuk menjalankan urusan-urusan pemerintahan
di daerah. “Dalam Encyclopedia of the Social Sciences,
desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif,
yudikatif, maupun administratif. Dalam ensiklopedia tersebut,
dikemukakan bahwa desentralisasi ada;ah kebalikan dari sentralisasi, tetapi jangan dikacaukan dengan pengertian dekonsentrasi, sebab istilah ini secara umum lebih diartikan sebagai pendelegasian dari atasan kepada bawahannya untuk melakukan suatu tindakan atas nama atasannya tanpa melepaskan wewenang dan tanggung jawabnya.” Kewenangan daerah ini mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan yang dikecualikan dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3), yaitu kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, yustisi moneter dan fiskal moneter, dam agama. Tujuan utama desentralisasi adalah : 1. Tujuan politik, yang ditujukan untuk menyalurkan partisipasi politik di tingkat daerah untuk terwujudnya stabilitas politik nasional.
2. Tujuan
ekonomis,
yang
dimaksudkan
untuk
menjamin
bahwa
pembangunan akan dilaksanakan secara efektif dan efisien di daerahdaerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial. Menurut Machfud Sidik (2002:4) desentralisasi adalah suatu alat untuk mencapai salah satu tujuan Negara, yaitu terutama memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Desentralisasi sendiri bukanlah suatu yang baik maupun yang buruk. Hal pokok tentang desentralisasi pada dasarnya adalah apakah proses dan implementasi desentralisasi tersebut berhasil atau gagal untuk meningkatkan efesiensi dan kadar resforsifitas kebijakan publik pemerintah terhadap kepentingan politis, ekonomi, dan sosial masyarakatnya. Kegagalan implementasi desentralisasi ditunjukan dari kemunduran ekonomi, ketidakstabilan politik dan merosotnya pelayanan publik di daerah yang bersangkutan. Sedangkan menurut Kunarjo (2003) desentralisasi dapat dibagi menjadi 4 jenis sebagai berikut : 1. Desentralisasi politik (Political Decentralization) Merupakan pemberian hak kepada warga Negara melalui perwakilan yang dipilih suatu kekuasaan yang kuat untuk mengambil keputusan publik tanpa persetujuan dari atasan. 2. Desentralisai administrativ (Adminiistrative Decentralization) Merupakan
pelimpahan
wewenang
yang
dimaksudkan
untuk
mendistribusikan kewenagan, tanggung jawab dan sumber-sumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik. Pelimpahan tanggung jawab tersebut menyangkut perencanaan, pendanaan, dan manajemen
fungsi-fungsi
pemerintahan
pusat
kepada
aparatnya
didaerah.
Desentralisasi administratif dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu : 1.)
Dekonsentrasi (Deconcentration) yaitu, pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat yang berada dalam garis hiraki dengan pemerintah pusat daerah.
2.)
Devolusi (Devolution) yaitu, pelimpahan wewenang kepada tingkat pemerintahan yang lebih rendah dalam bidang keuangan atas tugas pemerintahan, dan pihak pemerintahan mendapat discretion yang tidak dikontrol oleh pemerintah pusat. Dekonsentrasi dan devolusi dilihat dari sudut konsepsi pemikiran organisasi dikenal dengan distributed institutional monopoli of admistrative decentralization.
3.)
Delegasi (Delegation or Institution Pliralism) Wewenang untuk tugas tertentu kepada
organisasi yang berasal
diluar struktur birokrasi regular yang dikontrol secara tidak langsung oleh pemerintah pusat. Pendelegasian wewenang ini biasanya diatur dengan ketentuan perundang-undangan. Pihak wewenang
mempunyai
penyelenggaraan
keleluasaan
yang menerima
(direction)
dalam
pendelegasian tersebut, walaupun wewenang
terakhir tetap pada pihak pemberi wewenang (sovereign outhority). 3. Desentralisasi fiskal Merupakan komponen utama dari desentralisasi. Apabila pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan
dalam pengambilan keputusan pengeluaran sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai baik yang berasal dari pemerintah pusat ataupun dari daerah itu sendiri. 4. Desentralisasi Ekonomi (Economic Decentralization) Desentralisasi ekonomi dalam pengambilan keputusan dibidang ekonomi yang menitik beratkan pada upaya efesiensi dalam penyediaan barang publik. Prinsip pemberian ekonomi kepada pemerintah daerah pada dasarnya adalah untuk membantu pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Pada masa sekarang
titik berat otonomi daerah
diberikan kepada daerah tingkat II dan bukan daerah tingkat I atau desa. Hal ini erat kaitanya dengan fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan pembangunan disamping sebagai Pembina kesetabilan politik, sosial, ekonomi dan kesatuan bangsa. Dengan adanya desentralisasi daerah pemerintah daerah mempunyai beberapa keuntungan yaitu : a. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat lebih mengetahui keinginan masyarakatnya. b. Dengan desentralisasi diharapkan pembuatan keputusan lebih efektif. c. Daerah akan dapat melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda-beda dalam menggali potensi daerah yang ada.
2.1.1 Landasan Teori Transfer Pusat ke Daerah Sistem transfer yang dipakai di Indonesia saat ini adalah hasil evolusi sepanjang kurun waktu lebih dari 50 tahun. Sampai dengan tahun 1956, sistem subsidi yang dipakai adalah sistem shuit post, yaitu suatu bentuk subsidi yang memberikan tunjangan sebesar selisih antara besarnya rencana pengeluaran dan rencana penerimaan yang di ajukan daerah kepada pusat. Akan tetapi dalam praktiknya, sebenarnya yang dijalankan bukanlah sistem shuit post murni. Pemberian tunjangan kepada daerah sangat tergantung kepada kebijaksanaan sepihak pemerintah pusat. Tahun 1956, pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah mengalami perubahan , yaitu sejak Undang-Undang nomer 32 tahun 1956. Berdasarkan Undang-Undang ini, secara konseptual pola hubungan antara pemerintah pusat dan daerah diterjemahkan kedalam tiga hal utama, yaitu: 1. Penyerahan sumber pendapatan Negara kepada daerah 2. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara kepada daerah 3. Memberikan ganjaran, subsidi, sumbangan kepada daerah. Pada tahun 1965, seiring dengan perubahan dalam dunia politik di Indoneia, tidak terdapat lagi pola pembagian pajak Negara kepada daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pola ini digantikan dengan suatu pola kebijakan memberikan subsidi kepada daerah yang didasarkan
kepada perhitungan besarnya jumlah pengeluaran gaji pegawai daerah otonom atau yang disebut subsidi perimbangan keuangan. Dikarenakan terdapatnya berbagai jenis transfer yang sebenarnya tidak didasarkan pada suatu landasan hukum yang jelas, maka tahun 1972 dilakukan perubahan yaitu dengan mengembalikan kepada pola semula dimana daerah akan dibantu sepenuhnya untuk memenuhi beban gaji pegawai daerahnya, termasuk berbagai jenis tunjangan pegawai daerah yang dikenal dengan pola Subsidi Daerah Otonom (SDO). Pada tahun 1972, selain Subsidi Daerah Otonomi terdapat transfer pusat ke daerah atas dasar INPRES yang diberikan untuk membiayai kegiatan pemerintah daerah. Untuk lebih jelasnya skema penerimaan bagi Negara yang berasal dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP) dan penerimaan sumber daya alam. Menurut Robert (2002) beberapa alasan perlunya dilakukan transfer dana dari pusat ke daerah dengan sesuai dengan literatur ilmu ekonomi publik dan keuangan Negara, yaitu : 1. Untuk mengatasi persoalan pertimbangan fiskal vertikal. Di banyak Negara, pemerintah pusat menguasai sebagian besar penerimaan
utama
Negara
yang
bersangkutan.
Jadi,
pemerintah daerah hanya menguasai sebagian kecil sumbersumber penerimaan Negara. Kekurangan sumber penerimaan daerah relatif terhadap kewajibannya ini akan menyebabkan dibutuhkanya transfer dana dari pemerintah pusat.
2. Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Pengalaman empirik menunjukan bahwa kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatannya sangat bervariasi. Ini semua berimplikasi kepada besarnya basis pajak di daerah– daerah yang bersangkutan. Disisi lain, daerah-daerah juga sangat bervariasi dilihat dari kebutuhan belanja untuk melaksanakan berbagai fungsi dan pelayanan publik. Hal ini tercermin dari kesenjangan fiskal (fiscal gap)
yang
merupakan selisih dari kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity), yang selayaknya ditutup oleh transfer dari pemerintah pusat. 3. Daerah memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar pelayanan minimum, peran distributif dari sektor publik akan lebih efektif jika dijalankan oleh pemerintah pusat, maka penerapan standar pelayanan minimum disetiap daerah akan lebih bisa dijamin oleh pemerintah pusat. 4. Untuk stabilitas, permasalahan yang timbul dari menyebar atau melimpahnya efek pelayanan public ( interjurisdictional spill-over effect). 5. Untuk stabilitas, transfer dana dapat di tingkatkan
oleh
pemerintah ktika aktivitas perekonomian sedang lesu. Disaat lain, bisa saja dana transfer ke daerah dikurangi manakala perekonomian booming. Transfer untuk dana pembangunan
(capital grants) adalah merupakan instrument yang cocok untuk
tujuan
ini.
Namun
kecermatan
dalam
mengkalkulasikan sangat dibutuhkan agar tindakan tersebut tidak berakibat merusak atau bertentangan dengan alasan sebelumya.
2.2 Sumber Penerimaan Daerah Penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka desentralisasi dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pada sisi penerimaan dalam APBD termuat beberapa sumber penerimaan pemerintah daerah yaitu : sisa anggaran tahun lalu, pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Penerimaan daerah dari sisi lebih perhitungan anggaran tahun yang lalu adalah penerimaan anggaran tahun yang lalu dan telah dituangkan dalam APBD namun tidak direalisasikan dengan baik karena penghematan dari belanja atau adanya pos pengeluaran belanja yang tidak dilaksanakan. Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari :
1) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan ; bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari sumber daya alam, 2) Dana Alokasi Umum dan 3) Dana Alokasi Khusus. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Zaini, 2005:16). DAU dimaksudkan sebagai pengganti dua transfer utama dari pusat ke daerah yang selama ini dilakukan yaitu Subsidi Daerah Otonom (SDO) dan Inpres. Jumlahnya ditetapkan sekurang-kurangnya 25 persen dari penerimaan dalam negri dari APBN. Selanjutnya 10 persen dari dana tersebut akan dialokasikan kepada propinsi dan sisanya 90 persen akan dialokasikan kepada kabupaten/kota. DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan penyediaan jasa publik dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah. Sehingga perbedaan antara daerah maju dan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Secara implisit DAU juga dimaksudkan untuk menetralisir dampak ketimpangan antar daerah akibat bagi hasil sumber daya alam. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. DAK dimaksudkan untuk membiayai yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan formula DAU dan kebutuhan yang merupakan prioritas nasional di daerah. DAK bertujuan untuk membantu membiayai kebutuhan khusus daerah.
Adapun sumber pembiayaan DAK salah satunya berasal dari dana reboisasi dengan pembagian 40 persen untuk daerah dan 60 persen untuk pusat (D.Siregar, 2005 : 24). Undang-undang No. 34 tahun 2004 menetapkan bahwa pinjaman daerah adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang dicatat dan dikelola dalam APBD. Pinjaman daerah dapat bersumber dari dalam dan luar negeri. PAD merupakan sumber pendapatan asli daerah yang dijadikan sebagai barometer bagi potensi ekonomi suatu daerah, sekaligus pencerminan efektivitas dan efiensi aparat pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pemerintah daerah memerlukan sumber-sumber pembiayaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, tetapi mengingat tidak semua pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali semua sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut
berdasarkan
peraturan daerah
sesuai
dengan
peraturan
perundangan-undangan, yang bertujuan untuk memberikan hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi adalah proses ekonomi di suatu daerah atau negara yang memerlukan
atau mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dari seharusnya akibat adanya pemberlakuan tarif yang lebih tinggi ataupun pungutan-pungutan liar yang seharusnya tidak ada serta sebagai akibat ‘budaya korupsi’. Pemerintah Daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor atau ekspor. Yang dimaksud adalah peraturan daerah yang mengatur pengenaan pajak dan retribusi oleh daerah terhadap objek - objek yang telah dikenakan pajak oleh pusat dan propinsi sehingga menyebabkan menurunnya daya saing daerah. Dalam pasal 79 Undang-undang No.22 tahun 1999 dicantumkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas : a. Pendapatan asli daerah, yang terdiri lagi atas : 1. Hasil Pajak daerah 2. Hasil Retribusi daerah 3. Hasil Perusahaan milik daerah, pengelolaan kekayaan daerah b. Dana Perimbangan c Pinjaman daerah d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2.3.1 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Untuk terus meningkatkan anggaran yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatanya, maka daerah Kabupaten / kota harus meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerahnya (PAD), yang antara lain berasal
dari, pajak daerah, retribusi daerah, laba Badan Usaha
Milik Daerah
(BUMD), penerimaan dari dinas-dinas,dan penerimaan lain-lain. Perolehan dari pajak dan retribusi daerah biasanya penyumbang terbesar dalam pendapatan asli daerah (PAD) bagi sebagian besar Kabupaten/kota. Pos ini tetap potensial untuk ditingkatkan lagi, baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi, misalnya bisa dilakukan pada pajak restoran dan hotel, pajak hiburan, pajak reklame, misalnya biasa dilakukan dengan memanfaatkan perusahaan-perusahaan besar ataupun perguruan tinggi – perguruan tinggi swasta untuk memasang reklame di tempat strategis dan sekaligus menyediakan fasilitas umum, seperti tempat penyebaran dan halte-halte didekat kampus atau perusahaan besar tersebut. Untuk retribusi masih banyak yang belum dimanfaatkan atau dicobakan secara intensif, seperti retribusi sampah, pencetakan kartu tanda penduduk (KTP) baik yang tetap mmaupun sementara, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi pasar grosir atau pertokoan, dan sebagainya. Penerimaan berbagai jenis pajak dan retribusi ini akan mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat. Artinya, jika ekonomi masyarakat meningkat, penerimaan ini juga meningkat. Pemungutan retribusi tempat-tempat wisata berpotensi untuk ditingkatkan. Intensifikasi ini bukan berarti harus memberikan pungutan mahal untuk setiap pengunjung, sebab tarif retribusi yang tinggi justru akan mengurangi minat masyarakat untuk datang ke obyek wisata tersebut, sehingga akan menurunkan penerimaan pemerintah dari retribusi tersebut. BUMD yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah, misalnya, Bank Pasar dan Perusahaan Air Minum (PAM), maka tidak terlalu banyak peluang selain melaksanakan intensifikasi atas BUMD ini. Bank Pasar dapat memberikan konstribusi pemasukan
cukup signifikan bagi pendapatan asli daerah (PAD) jika
dikelola secara efisien dan profesional. Sebagai lembaga kredit yang dekat dengan nasabahnya, maka bank pasar ini dapat lebih memperluas jangkauannya dengan semakin mendekatkan diri pada konsumen di setiap pasar yang ada. Hal ini tidak berarti bahwa bank pasar ini dapat harus membuka kantor di setiap pasar yang ada, karena akan menimbulkan infeksi kalau pasarnya terlalu sempit atau terbatas, namun bias dengan mobile unit atau membuka ‘lapak’ di pasar setiap pasar setiap pasaran. Yang lebih penting lagi adalah adanya petugas pelaksanaan yang beroperasi di setiap pasar untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Pola seperti ini tidak semata-mata untuk mendapatkan laba bagi BUMD tersebut. Namun lebih dari itu dimaksudkan untuk penyediaan lembaga kredit dan mobilisasi dana yang “mudah, murah, prosedur sederhana dan cepat” bagi masyarakat yang ingin menyimpan meminjam dananya, sehingga dapat lebih mendorong perkembangan ekonomi masyarakat dan daerah.
2.3.2
Komponen Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari : a. Pajak Daerah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor pemerintahan) berdasarkan undang - undang (dapat di paksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik untuk membiayai pengeluaran umum (publik). Secara umum pajak didefinisikan sebagai pengalihan sumber- sumber ekonomi dari sektor swasta ke sektor pemerintah, namun untuk lebih jelasnya ada dua pengertian pajak menurut ahli. Menurut Mr.Dr N.J. Feldmann pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut normanorma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2000:1). Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari secktor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale-balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk menbiayai pengeluaran umum publike uitgaven (Mardiasmo, 2000:1). Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain - lain harus ditetapkan dengan undang - undang. Pemungutan pajak pada umumnya didasarkan pada peraturan tertentu, khusus di Indonesia
pemungutan pajak didasarkan pada pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa segala jenis pajak untuk keperluan negara harus didasarkan pada undang-undang. Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
masyarakat.
Dengan
demikian
daerah
mampu
melaksanakan otonomi, mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000, daerah kabupaten atau kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi Kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Menurut Undang-Undang No.18 tahun 1997 disebutkan bahwa pajak daerah adalah, yang selanjutnya disebut pajak, yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam Undang-Undang nomor 18 tahun 1999 disebutkan bahwa pajak daerah yaitu :
Jenis pajak daerah Tingkat I terdiri dari : a. Pajak kendaraan bermotor b. Bea balik nama kendaraan bermotor c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor Jenis pajak daerah Tingkat II terdiri dari : a. Pajak hotel dan restoran b. Pajak hiburan c. Pajak reklame d. Pajak penerangan jalan e. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan Selanjutnya pasal pemanfaatan ini 3 ayat (1) dicantumkan tarif pajak paling tinggi dari masing – masing pajak sebagai berikut : a. Pajak kendaraan bermotor 5% b. Pajak balik nama kendaraan bermotor 10% c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5% d. Pajak hotel dan restoran 10% e. Pajak hiburan 35% f. Pajak reklame 25% g. Pajak penerangan jalan 10% h. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C i.
Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20%
Tarif pajak daerah untuk tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan penetapanya seragam diseluruh Indonesia. Sedang untuk daerah Tingkat II, selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masingmasing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut. Memperhatikan sumber pendapatan asli daerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi. Sedangkan menurut Siagian (1998) pajak daerah didefisinikan sebagai pajak negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang – undang. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak Negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundang – undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
b. Retribusi Daerah Retribusi adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sehubungan dengan adanya suatu fasilitas jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada pembayarannya. Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan objek retribusi. Fisher (1996 : 174) mendefinisikan retribusi sebagai harga yang dibebankan oleh pemerintah untuk jasa yang spesifik (specific services) atau perlakuan khusus (privileges) dan digunakan untuk membiayai
sebagian atau semua atas jasa yang disediakan dan terus meningkat sejak beberapa decade yang lalu. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jadi, dalam hal retribusi daerah balas jasa dari adanya retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk. Misalnya retribusi jalan, karena kendaraan tertentu memang melalui jalan di mana retribusi jalan tersebut dipungut. Juga retribusi pasar dibayar karena ada penggunaan ruangan pasar tertentu oleh si pembayar retribusi itu. Demikian juga, retribusi parker karena ada pemakaian ruangan tertentu oleh si pemakai tempat parker (Suparmoko, 2002:85). Selanjutnya menurut UU N0. 34 Tahun 2000 dan menurut PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah menyebutkan retribusi daerah yang selanjutnya disebut dengan retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai kontra prestasi yang telah diberikan oleh pemerintah daerah terhadap mereka yang telah menikmati dan pelaksanaannya didasrakan atas peraturan yang berlaku.Oleh karena itu, dalam terdapat pelaksanaan pelayanan secara ekonomis, di mana pelaksanaan langsung dapat tunjuk pada seseorang atau badan yang telah menikmati pelayanan Dalam arti
masing-masing yang berkepentingan sendiri diserahkan, apakah ia akan menggunakan jasa dari daerah atau tidak, dan apabila ia akan mempergunakan maka ia harus membayar retribusi menurut atau berdasar peraturan daerah yang bersangkutan. Menurut Rochmat Sumitra (2000:1) dan Erlita Dewi (2002:1) mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada Negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada
yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi
sangat berhubungan
erat dengan jasa layanan
retribusi
yang diberikan
pemerintah kepada yang membutuhkan. Di
dalam
UU
No.34
Tahun
2000,
Retribusi
daerah
dikelopokkan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Retribusi Jasa Umum Retribusi jasa umu merupakan suatu retribusi yang tidak bersifat jasa usaha ataupun retribusi perizinan tertentu, di mana penarikannya merupakan
wewenang
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
desentralisasi. Dengan adanya retribusi ini diharapkan memberikan
manfaat khusus bagi orang/pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum serta nantinya diharapkan akan memungkinkan suatu kualitas pelayanan yang lebih baik. Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum f. Retribusi Pelayanan Pasar g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor h. Retrubusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta j. Retribusi Pengujain Kapal Perikanan
2. Retribusi Jasa Usaha Sifat Retribusi Jasa Usaha bukan pajak dan bukan retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan merupakan jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh
pemerintah daerah. Adapun jenis dari jenis retribusi jasa usaha ini meliputi: a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Prtokoan c. Retribusi Tempat Pelelangan d. Retribusi Terminal e. Retribusi Tempat Khusus parker f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa g. Retribusi Penyedotan Kakus h. Retribusi Rumah Potong hewan i. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal j. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga k. Retribusi Penyebrangan di Atas air l. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
3. Retribusi Perizinan Tertentu Obyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atau kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi Perizinan Tertentu akan dikenakan
pada orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Adapun Jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c. Retribusi Izin Gangguan d. Retribusi Izin Trayek
c. Perusahaan Daerah (Penerimaan Hasil Badan Usaha Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah lainya) Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yamg berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: a. Memberi jasa b. Menyelenggarakan pemanfaatan umum c. Memupuk pendapatan Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan menguasai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Perusahaan daerah sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu memberikan rangsangan atau stimulus bagi perkembangan perekonomian daerah sebagai penghasil pendapatan daerah. Ini berarti perusahaan daerah harus mampu memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat disetorkan ke kas daerah. Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit, akan tetapi justru memberikan jasa dan menyelenggarakan fungsi ganda yang harus tetap terjamin keseimbangannya yakni fungsi social dan fungsi ekonomi. Walaupun demikian tidak berarti perusahaan daerah tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi ketangguhan keuangan daerah. Pemenuhan fungsi sosial oleh perusahaan daerah dan keharusan untuk mendapat keuntungan yang memungkinkan perusahaan daerah dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah.
2.4 Studi Empiris Sebelumnya setelah ada beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah. Berikut ini adalah beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain : Yunawati (2002) dalam analisanya dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Jumlah Industri, Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara, dan PDRB DIY. Penelitian ini mengkaji sejauh mana variabel independen yaitu Jumlah Industri,
Wisatawan
mancanegara,
Wisatawan
Nusantara,
dan
PDRB
mempengaruhi variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah. Alat analisis yang digunakan meliputi pengujian estimasi, koefisien determinasi(R), pengujian statistik,
pengujian
Asumsi
Klasik,
(Pengujian
Autokorelasi,
Uji
Heterokedastisitas, Uji Multikolinieritas), analisis elastisitas. Adapun hasil dari penelitianya Variabel jumlah Industri berpenggaruh signifikan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Variabel Wisatawan Mancanegara berpengaruh signifikan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Variabel Wisatawan Nusantara berpengaruh signifikan negatif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY. Variabel PDRB berpengaruh signifikan positif terhadap Pendapatan Ali Daerah (PAD) DIY dengan pengujian serempak menunjukan bahwa variable bebass yaitu Jumlah Industri, Wisatawan Mancanegara, Wisatawan Nusantara, PDRB secara bersama-sama dapat mempengaruhi besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY.
Tri cahyono (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Derah Kabupaten Karang Anyar yaitu PDRB, investasi, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh terhadap besarnya PAD kabupaten Karanganyar Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1990-2002. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model log dilanjutkan dengan uji statistik uji t (uji parsial), uji F (analisis varian) uji R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klsik yaitu uji multikolinieritas, heterokedasitas dan autokorelasi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar tahun 2010 meningkat secara meyakinkan. Implementasi kebijakan/yang disarankan dalah peningkatan kinerja perekonomian pada sektor-sektor dominan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Bramantio Lynarsatia (2000) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Surakarta Tahun 1990-2000” bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder yang mengambil lokasi penelitian di Kota Surakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis trend linier dan analisis regresi berganda. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jumlah kamar hotel, jumlah wisatawan dan biro perjalanan wisata berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Surakarta. Bila dilihat dari analisis data di atas maka saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pihak pemerintah lebih meningkatkan fasilitas dalam sektor pariwisata yang diiharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Disamping itu pihak Pemerintah juga lebih meningkatkan keberadaan biro perjalanan wisata mengingat variabel tersebut merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi PAD maupun lama tinggal wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di Kota Surakarta. Suntono (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap perkembangan pembangunan di kota Semarang tahun 2005”. Dalam pembahasannya disebutkan berdasrakan hasil pengujian regresi linier sederhana diperoleh model regresi yang berarti atau signifikan,, kecuali regresi antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (Y). Demikian pula dengan koefisien regresinya signifikan, kecuali koefisien antara hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal ini menunjukan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan di kota Semarang setiap tahunnya. Sumbangan terkecil dalam menyokong perkembangan pembangunan di Kota Semarang yaitu dari hasil usaha milik daerah. Berdasarkan hasil uji regresi linier ganda antara pajak daerah, retribusi daerah dan hasil usaha milik daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (Y)
menghasilkan model regresi linier ganda yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi perkembangan pembangunan di Kota Semarang. Arah hubungan yang positif pada hasil korelasi di atas menunjukan bahwa semakin besar pajak daerah, retribusi daerah dan hasil usaha milik daerah akan menyebabkan perkembangan pembangunan di Kota Semarang cenderung semakin meningkat Mohammad Riduansyah (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kota Bogor”. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa total kontribusi komponen pajak daerah terhadap penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994-2000 berkisar antara 7,07% - 8,79%, dengan rata-rata kontribusi per tahunnya sebesar 7,81% dengan pertumbuhan per tahun 22,89%. Kontribusi pajak terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan oleh pajak hotel dan restoran serta pajak hiburan. Pajak hotel dan restoran pada periode ini memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,06% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 32,64% per tahun. Sedangkan pajak hiburan, pada kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 1,96% per tahun dan tumbuh rata-rata sebesar 8,58% per tahunnya. Untuk kontribusi komponen retribusi daerah terhadap total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994 – 2000 berkisar antara 8,36%--23,05%, dengan rata-rata kontribusi per tahunnya sebesar 15,61% dengan pertumbuhannya per tahun 5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan
oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi pasar pada periode ini memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun. Sedangkan retribusi terminal, pada kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 2,93% per tahun dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02% per tahunnya. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa kontribusi komponen pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD Pemerintah daerah Kota Bogor sangat fluktuatif. Hal ini banyak diakibatkan karena terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994 – 2000, terakhir dengan diberlakukan UU No. 34/2000 sebagai revisi dari UU No. 18/1997. Pemberlakuan undang-undang yang berbeda-beda ini menyebabkan jenis pajak daerah dan retribusi daerah mengalami banyak perubahan, antara lain menyebabkan penghapusan jenis pajak daerah dan retribusi daerah dan di saat yang sama juga memberikan peluang dimungkinkannnya ditarik jenis retribusi maupun pajak daerah yang baru. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, kiranya perlu bagi Pemerintah Daerah Bogor untuk memperhatikan peluang yang ada. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, pemerintah daerah dapat membuat pajak daerah serta retribusi baru asalkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kewenangan yang dimilikinya. Langkah ini merupakan bentuk pelaksanaan penarikan pajak daerah dan retribusi daerah yang telah diberlakukan sebelumnya.
Analisis hubungan pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap anggaran belanja daerah (ABD) kota Depok periode 2000-2004 . (Muhammad Adam Hesa, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pajak dan retribusi daerah terhadap ABD, data yang diambil dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) kota Depok berupa laporan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah serta ABD pada periode 2000-2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode uji korelasi, regresi sederhana, uji determinasi. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa kedua variabel independen yaitu pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai hubungan yang tidak signifikan terhadap ABD. Analisisi faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten Karawang ( Ahmad Najib, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah terhadap penerimaan PAD pada kabupaten Karawang. Data yang digunakan adalah laporan bulanan Pendapatan Asli Daerah selama 1 periode yaitu tahun 2001-2005. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda yang kemudian dilakukan uji F dan T yang telah dinyatakan bebas dari uji asumsi klasik. Berdasarkan hasll penelitiannya dapat diketahui bahwa keempat variabel independen (Pajak daerah, retribusi, perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain yang sah) berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan PAD Kabupaten Karawang.
2.5
Diagram Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Tahun 2003 - 2009
Retribusi Daerah
Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Uji Stasioneritas Data dengan PP Test tidak
Stasionerkan data dengan differencing
tidak
Keluarkan dari pengujian
Stasioner? ya
Dilihat apakah variable yang diuji stasioner pada ordo yang sama
Uji Derajat Integrasi
Uji Asumsi Klasik
Analisa hasil/pengujian
Badan Usaha Milik Daerah
2.6
Hipotesa Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Pajak Daerah (X1) Diduga Pajak Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Ho = diduga Pajak Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Ha
= diduga Pajak Daerah berpengauh signifikan terhadap PAD
2. Variabel Retribusi Daerah (X2) Diduga Retribusi Daerah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Ho
= diduga Retribusi Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ha
= diduga Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD
3. Variabel BUMD (X3) Diduga BUMD mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Ho
= diduga Jumlah Hasil Industri Perusahaan / BUMD tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Ha
= diduga hasil BUMD berpengaruh signifikan terhadap PAD
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu tentang Analisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Badan Usaha Milik Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2003 - 2009. Dimana dalam penelitian ini akan dilihat seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang digunakan akan diestimasikan dengan model OLS (Ordinary Least Square), pengujian Stasioner, pengujian Derajat Integrasi, dan pengujian Asumsi Klasik. Pertimbangannya karena metode ini mempunyai keunggulan, yaitu teknis yang kuat, serta mudah dalam perhitungan dan penarikan interpretasinya. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kolerasional yaitu suatu penelitian yang menjelaskan keterkaitan atau hubungan antar variabel. Maksudnya penelitian ini ingin melihat hubungan antara variabel - variabel bebas dengan variabel tidak bebas serta mencoba menjelaskan seberapa besar dan dan seberapa signifikan masing – masing variabel bebas tersebut mempunyai hubungan dengan variabel tidak bebas.
3.2
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan diKota Tangerang, waktu pengumpulan data dilakukan mulai Juni sampai Desember 2010.
3.3 Data dan Tehnik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data sekunder secara berkala (time series data), dimana data dikumpulkan melalui studi kepustakaan (literary study). Dalam tehnik ini, dikumpulkan berbagai informasi (berupa materi-materi dan data-data) yang berasal dari telaah kepustakaan, yang termuat dalam hasil publikasi data, yang diperoleh baik melalui media elektronik, maupun media cetak. Periode waktu yang dipilih adalah Triwulan pada Triwulan periode 2003 : 1 – 2009 : 4 diantaranya adalah berikut : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) periode Triwulan, januari 2003 sampai dengan desember 2009 b. Pendapatan Pajak Daerah periode Triwulan, januari 2003 sampai dengan desember 2009 c. Pendapatan Retribusi Daerah periode Triwulan, januari 2003 sampai dengan desember 2009 d.Jumlah hasil Industri Perusahaan / BUMD yang berada di Kota Tangerang periode Triwulan, januari 2003 sampai dengan desember 2009
3.4 Definisi Operasional Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk pencatatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Tangerang dalam bentuk angka, Kantor Pelayanan Pajak Daerah Kota Tangerang, (bappeda) Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kota Tangerang. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tangerang (DPKAD) Daerah Kotamadya Tangerang. Data tersebut disusun mulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 yang kemudian dimasukkan ke dalam beberapa variabel. Adapun variabel yang digunakan adalah : 1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Pendapatan Asli Daerah yang digunakan adalah data PAD Kota Tangerang dalam APBD Kota Tangerang dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, yang berasal dari buku Kota Tangerang dalam nominal rupiah.
2
Pajak Daerah Pajak Daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Pajak Daerah kota tangerang dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, yang berasal dari buku Pajak kabupaten/kota se Indonesia. Dalam nominal rupiah.
3.
Retribusi Daerah Data jumlah Retribusi Daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Retribusi Daerah, dari tahun 2003 sampai 2009
(ditanyakan dalam jumlah rupiah) yang diterbitkan oleh BPS, Kota Tangerang dalam bentuk angka. 4.
Jumlah hasil Badan Usaha Milik Daerah Data jumlah hasil BUMD yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah perusahaan di Kota Tangerang dari tahun 2003 sampai 2009 (dinyatakan dalam jumlah rupiah) yang diterbitkan oleh BPS, Kota Tangerang dalam bentuk angka.
3.5
Variabel dan Pengukuran Variabel tidak bebas Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari : -Pajak Daerah -Retribusi Daerah -Keuntungan Perusahaan Milik Daerah Pendapatan Asli Daerah dilambangkan dengan (PAD), dalam rupiah, konstan kuartalan, periode 2003-2009. Variabel bebas a. Pajak Daerah, dilambangkan dengan (X1) dalam rupiah, konstan triwulan periode 2003-2009. b. Retribusi Daerah, dilambangkan dengan
(X2) dalam satuan unit,
konstan triwulan periode 2003-2009. c. Jumlah Industri Perusahaan / BUMD di Kota Tangerang, dilambangkan dengan (X3) dalam satuan unit, konstan triwulan periode 2003-2009.
3.6
Metode Analisis Data 3.6.1
Metode Regresi Linier Berganda Yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (untuk berganda melebihi satu variabel) secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mengarah pada tujuan penelitian. Dengan bentuk umum dari fungsi Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut :
PAD = ƒ (X1,X2,X3) Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut : Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + è Keterangan : Y
= Pendapatan Asli Daerah
X1
= Pajak Daerah
X2
= Retribusi Daerah
X3
= Jumlah Perusahaan / BUMD
è
= Faktor Kesalahan (error term)
β0
= Adalah Konstanta Regresi
β1,β2,β3
= Adalah Koefisien Regresi
3.6.2 Pemilihan Model Regresi Sebuah model ekonomi berkaitan dengan sesuatu himpunan struktur yang ditentukan oleh hubungan antara variabel - variabel ekonomi. Sehingga untuk mendapatkan sebuah stuktur terlebih dahulu kita membuat spesifikasi model yang sesuai dengan teori ekonomi. Jika model sudah dispesifikasi dengan menyebutkan satu persatu variable yang ada dalam model, berikutnya adalah spesifikasi fungsi dari model dengan menetapkan hubungan fungsional antar variable independent dengan variable dependent. Dimana fungsional yang terjadi biasanya linear dan non linear yang dapat di transformasikan kedalam bentuk linear. Salah satu cara untuk menentukan apakah model yang digunakan linear atau non linear adalah dengan MWD test (Mackinnon, H. White, and R. Davidson). Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang akan digunakan berbentuk linear atau log linear. Persamaan metematis untuk model regresi linier dan regresi linier adalah sebagai berikut :
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Linier
Y
Log Linier
ln Y = ά + ά1X1lnX1 + ά2X2lnX2 + ά3X3lnX3 + e
Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa : Ho
: Y adalah fungsi linier dari variabel independent X (model linier)
H1
: Y adalah fungsi log linier dari variabel independent X (model log linier)
Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut: 1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan selanjutnya dinanai F1 2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya dinamai F2 3. Dapatkan nilai Z1 = ln F1 – F2 dan Z2 = antilog F2 – F1 4. Estimasi persamaan berikut ini: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Jika Z1 signifikan secara statistic melalui uji t maka kita menolak hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model log linier dan sebaiknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis nul dan model yang tepat digunakan adalah model linier. 5. Estimasi persamaan berikut ini Y = α0 + α1 lnX1 + α2 lnX2 + α3 lnX3 + e Jika Z2 signifikan secara statistic melalui uji-t maka kita menolak hipotesis alternative dan model yang tepat untuk digunakan adalah model log linier dan sebaiknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesa alternative dan model yang tepat untuk digunakan adalah model linier.
= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Linier
Y
Log Linier
ln Y = ά0 + ά1X1lnX1 + ά2X2lnX2 + ά3X3lnX3 + e
Y = Pendapatan Asli Daerah ; X1 = Pajak Daerah ; X2 = Retribusi Daerah ; X3 = Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ; dan e = adalah residual masing – masing model regresi.
3.6.3
Pengujian Hipotesis Pengujian – pengujian hipotesa yang dilakukan pada teknik OLS, meliputi : Uji individu (uji-t) Digunakan untuk melihat tingkat signifikasi hubungan dari masing – masing variabel bebas dengan variabel tidak bebas, yana dilakukan dengan membandingkan nilai probablitas t-hitung terhadap nilai kritis (α5%) Jika prob tstat > α5% maka Ho: diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya variabel bebas yang di uji, tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tidak bebas. Jika prob tstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya variabel bebas yang diuji, mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tidak bebas.
Uji serentak (uji-f) Digunakan untuk melihat tingkat signifikasi hubungan dari semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, yang dilakukan dengan membandingkan nilai probablitas F-hitung terhadap nilai kritis (α5%)
Jika prob Fstat > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya semua variabel bebas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tidak bebas. Jika prob Fstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya semua variabel bebas mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tidak bebas. Interpretasi Hasil Regresi Adjusted R-squared Nilai R-squared besarnya antara 0 (nol) persen sampai 100 (seratus) persen (0% < r² <100%). Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100%, maka model tersebut semakin baik, karena variabelvariabel bebas yang dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh/kontribusi terhadap variabel bebas. Koefisien variable Analisa terhadap koefisien variabel, dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap variabel tidak bebas, sebagai akibat adanya perubahan dari masing-masing variabel bebas, jika mengalami perubahan sebesar 1 (satu) satuan, dengan asumsi ceteris paribus.
3.6.4
Uji Stasioneritas Dalam ekonometrika dikenal dengan beberapa pengujian unit root dan data ekonomi makro pada umumnya adalah time series yang rentan dengan ketidakstasioneran, untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioneritas. Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu. Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi. Adapun uji akar unit dari PP sebagai berikut: ΛYt = a0 + a 1T + yYt-1 + et Dimana t = adalah trend waktu Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang dikemukakan oleh Mackinnon. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada drajat Nol Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ....%) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ....%) maka Ha diterima * critical value, 5% atau 10%
3.6.5
Uji Derajat Integrasi Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Adapun formulasi uji derajat integrasi dari PP sebagai berikut: Λ2Yt = a 0 + a1T + yΛYt-i + et Dimana: Λ2Yt = ΛYt – ΛYt-1 Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu
dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ha diterima
3.6.6
Metode Pengujian Asumsi Klasik Dalam metode ini, yang digunakan adalah pengujian
normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, dimana :
A.
Normalitas Normalitas, artinya suatu keadaan dimana diasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari kesalahan pengganggu memiliki nilai rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berhubungan dan mempunyai varians yang tetap. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas JB-hitung terhadap nilai kritis (α5%) dimana :
Jika prob JBstat > 5% maka Ho: diterima dan/atau Ha: ditolak, artinya data terdistribusi secara normal Jika prob JBstat < 5% maka Ho: ditolak dan/atau Ha: diterima, artinya data terdistribusi secara normal Hipotesis:
Ho: data terdistribusi secara normal dan Ha: data tidak
terdistribusi secara normal B.
Multikolinearitas Multikolinearitas, artinya suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang signifikan antara 2 (dua) atau lebih variable bebas dalam model regresi. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas f-hitung terdapat nilai kritis (α5%), dimana :
jika prob fstat > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya tidak ada multikolinearitas jika prob fstat < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya ada multikolinearitas Hipotesis: Ho:tidak ada multikolinearitas dan Ha:ada multikolinearitas
C.
Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas, artinya suatu keadaan terjadi ketidaksamaan varians dalam suatu model regresi. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Observasi R-square terhadap nilai kritis (α5%), dimana :
jika prob Obs R-square > α5% maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya tidak ada heteroskedastitas jika prob Obs R-square < α5% maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya ada heteroskedastisitas Hipotesis:
Ho:
tidak
ada
heteroskedastisitas
dan
Ha:
ada
heteroskedastisitas D.
Autokorelasi Autokorelasi, artinya suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode saat ini, berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya, dimana kesalahan pengganggu ini saling berhubungan satu sama lain. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Observasi R-square terhadap nilai kritis (α5%), dimana: jika prob Obs R-square > α5%, maka Ho:diterima dan/atau Ha:ditolak, artinya tidak ada autokorelasi jika prob Obs R-square < α5%, maka Ho:ditolak dan/atau Ha:diterima, artinya ada autokorelasi Hipotesis: Ho: tidak ada autokorelasi dan Ha: ada autokoralesi.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi dan Objek Penelitian 4.1.1
Pembentukan Kota Tangerang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentuka Propinsi Bnaten, perkembangan dan kemajuan Propinsi Jawa
Barat,
khususnya
Kabupaten
Srerang,
Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, dan Kota Cilegon, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemerintahan,
pelaksanaan
pembangunan,
dan
pembinaan kemasyarakatan guan menjamin perkembangan dan kemajuan dimaksud pada masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, social budaya, social polotik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lainnya di wilayah Kerja I Pembantu Gubernur Jawa Barat serta meningkatnya beban tugas dan volume kerja di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di Propinsi Jawa Barat, perlu dibentuk Propinsi Banten.
Berdasarkan Undang-undang Monor 23 Tahun 2000 tentang pembentukan propinsi Banten maka Kota Tangerang adalah Daerah Otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang. Luas Kota Tangerang terbagi kedalam 13 kecamatan, yaitu: Kecamatan Ciledug dengan luas 87,6 km, Kecamatan Larangan dengan luas 9,9 km, Kecamatan Karang Tengah dengan luas 10,47 km, Kecamatan Cipondoh dengan luas 17,91 km, Kecamatan Pinang dengan luas 21,59 km, Kecamatan Tangerang dengan luas 15,78 km, Kecamatan Karawaci dengan luas 13,47 km, Kecamatan Cibodas dengan luas 9,61 km, Kecamatan Jatiuwung dengan luas 14,40 km, Kecamatan Periuk dengan luas 9,54 km, Kecamatan Neglasari dengan 16,07 km, Kecamatan Batuceper dengan luas 9,54, Kecamatan Benda dengan luas 25,61 km. Sehingga total keseluruhan Luas Kota Tangerang adalah sebesar 184,23 km. Dengan seluas itulah kota Tangerang mampu berdiri sendiri dan berkembang demi terwujudnya kota dan masyarakat yang adil dan makmur. Kota Tangerang memiliki batas – batas yaitu batas sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tangerang, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tangerang.
4.2
Perkembangan dan Pertumbuhan Kota Tangerang menurut Jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Tangerang merupakan kota yang mempunyai banyak objek wisata yang bisa dijadikan sebagai sumber penerimaan bagi pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Tangerang. Sumber yang merupakan penerimaan bagi pendapatan asli daerah yaitu yang berasal dari pajak daerah. Pajak daerah ini meliputi hotel dan restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan umum, pajak parkir swasta. Dimana Pajak Daerah ini merupakan komponen Yang paling menonjol yang sangat mempengaruhi tingkat pendapatana asli daerah kota tangerang. Seperti yang kita bisa lihat ada banyak jumlah hotel dan restoran yang tersebar di Kota Tangerang, begitu pula dengan tempat hiburan yang banyak dikunjungi dan dapat dinikmati oleh masyarakat kota Tangerang. Begitupun juga dengan banyaknya papan-papan reklame yang berjajar di sepanjang jalan kota Tangerang yang sering kita jumpai. Tidak lupa pula penerangan jalan umum yang ada di kota Tangerang, berkat adanya penerangan jalan umum tersebut kota tangerang masih dapat kita nikamati keindahannya pada waktu malam hari. Berikut ini adalah tabel rincian dari pajak daerah dan retribuisi daerah yang dapat kita lihat dalam jumlah nominalnya :
Tabel 4.1 Perbandingan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak (000) Tahun No
Jenis pajak 2005
2006
2007
2008
2009
Hotel dan Restoran
20.563.858
25.302.727
30.716.060
39.261.428
44.546.525
Hiburan
1.272.997
1.264.610
1.474.412
1.627104
1.888.824
Reklame
5.053.955
5.859.777
8.571.499
13.855.647
11.571.806
4
Penerangan 45.568.757 Jalan Umum
51.484.726
58.361.342
55.714.549
56..587.380
5
Pajak Parkir Swasta
6.908.443
8.244.941
10.314.092
10.969.889
12.282.524
Jumlah
79.368.013
92.156.784
109.437.405 121.428.617
126.877.061
1
2 3
Sumber : BPS, terdapat pada Lampiran 2 – 6 (data)
Dari data tabel diatas terlihat perbandingan hasil pajak daerah yang berasal dari pajak dari tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan tahun 2009. Dimana pada tabel tersebut dipaparkan nilai nominal yang berasal dari pajak daerah yang mana guna menambah pendapatan asli daerah (PAD) kota Tangerang. Pajak daerah yang berasal dari pajak hotel dan restoran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.20.563.858.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.25.302.727.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.30.716.060.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.39.261.428.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 44.546.525.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan yang diperoleh dari pajak hotel dan restoran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena hotel dan restoran yang ada di kota Tangerang setiap tahunnya ramai dikunjungi oleh masyarakat, baik dari masyarakat kota Tangerang itu sendiri maupun pengunjung yang berasal dari luar kota Tangerang. Hal ini juga mungkin terjadi karena memang kota Tangerang merupakan kota yang sangat strategis bagi masyarakat untuk disinggahi dan dikunjungi oleh wisatawan dari luar kota Tangerang. Pembangunan hotel dan restoran yang ada juga menarik perhatian para masyarakat untuk singgah dan menikmati masakan-masakan khas kota Tangerang, sehingga pendapatannya inilah yang kemudian berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah kota Tangerang. Pajak daerah yang berasal dari pajak hiburan dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 1.272.997.000, pada tahun 2006 pendapatan tang diperoleh sebesar Rp. 1.264.610.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 1.474.412.000,
pada
tahun
2008
pendapatan
yang
diperoleh
sebesar
Rp.1.627104.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 1.888.824.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan pajak daerah yang berasal dari pajak hiburan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena jumlah hiburan yang ada di kota Tangerang sangat banyak dan breragam, sehingga menarik simpatik semua masyarakat kota Tangerang, tetapi tidak hanya
penduduk asli kota Tangerang saja yang mengunjungi tempat hiburan, melainkan juga masyakarat yang berasal dari luar kota Tangerang. Seperti yang kita tahu bahwa tempat hiburan yang ada di kota Tangerang jumlahnhya banyak dan kita juga dapat menjumpai dan kita kunjungi dengan tempat yang sangat strategis. Dengan banyaknya pendapatan yang brsalah dari hiburan inilah yang kemudian memberikan pengaruh yang positif bagi meningkatnya pendapatan asli daerah kota Tangerang. Pajak daerah yang berasal dari pajak reklame dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.5.053.955.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.5.859.777.000, pada tahu 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 8.571.499.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 13.855.647.000, dan pada tahu 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 11.571.806.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan yang berasal dari pajak reklame dari tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pada tahun 2005 sampai tahun 2008 masyarakat banyak yang menggunakan reklame didalam berbisnis atau kerjanya. Karena dengan adanya reklame ini para masyarakat/pengusaha dapat dengan mudah untuk mempromosikan bisnis mereka papan reklame yang daoat terpampang disepanjang jalan kota Tangerang. Tetapi kenapa pada tahun 2009 mengalami penurunan?.Hal ini mungkin karena pada tahun 2009 terjadi masalah atau krisis keuangan masyarakat kota Tangerang, atau terjadi karena para pengusaha kurang berminat untuk menggunakan reklame didalam berbisnis.
Pendapatan yang tinggi inilah yang akan mempengaruhi pendapatan asli daerah kota Tangerang. Pajak daerah yang berasal dari pajak Penerangan Jalan Umun (PJU) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan juga mengalami penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.45.568.757.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.51.484.726.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.58.361.342.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.55.714.549.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.56..587.380.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan yang berasal dari pajak Penerangan Jalan Umum dari tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan beberapa persen, dan kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan kembali. Hal yang mengakibatkan penurunan tersebut adalah mungkin karena dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi permasalahan, baik dari faktor manusia atau teknisi. Pada tahun 2008 ini mengalami penurunan karena pengadaan untuk penerangan jalan umum terdapat masalah dan kesulitan. Tetapi pada tahun 2009 sudah kembali meningkat karena pada tahun 2009 ini semua aspek faktor pendukung sudah berjalan dengan normal kembali, sehingga pendapatannya yang meningkat ini mempengaruhi bagi pendapatan asli daerah kota Tangerang.
Pajak Daerah yang berasal dari pajak parkir swasta dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.6.908.443.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.8.244.941.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.10.314.092.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 10.969.889.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 12.282.524.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan dari pajak parkir swasta dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pajak pakir yang ada disetiap tempat parkir yang ada di kota Tangerang berpengaruh positif terhadap respon masyarakat, karena apabila masyarakat tidak bermasalah dengan tarif parkir yang telah ditentukan ,justru itu akan menambah pendapatan bagi pendapatan asli daerah kota Tangerang. Tempat parkir yang ada juga harus nyaman dan aman bagi masyarakat yang telah mempercayakan kendaraannya kepada pihak pengelola tempat parkir, karena dengan adanya secure parking itu akan menambah rasa kepercayaan masyarakat terhadap tempat parkir yang dikelola olah pihak swasta yang bersangkutan.
Tabel 4.2 Perbandingan Dari Retribusi Daerah Menurut Jenis Retribusi (000) Tahun No
Jenis Retribusi 2005
2006
2007
2008
2009
1
Retribusi Jasa Umum
6.125.809
6.657.348
7.930.335
8.553.855
8.198.284
2
Retribusi Jasa Usaha
3.169.227
3.025.667
3.727.554
4.227.844
3.140.773
3
Retribusi Perizinan Tertenru
12.889.458
13.860.200
14.227.925
19.705.836
15.042.074
Jumlah
22.184.494
23.543.215
25.885.814
32.487.535
26.381.131
Sumber : BPS, terdapat pada Lampiran 7 - 11 (data)
Dari data tabel diatas terlihat perbandingan hasil retribusi daerah yang berasal dari retribusi dari tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan tahun 2009. Dimana pada tabel tersebut dipaparkan nilai nominal yang berasal dari retribusi daerah yang mana guna menambah pendapatan asli daerah (PAD) kota Tangerang. Retribusi daerah yang berasal dari retribusi jasa umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 6.125.809.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 6.657.348.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 7.930.335.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 8.553.855.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp.8.198.284.000. Terlihat dari tahun ke tahun retribusi jasa umum ini selalu meningkat, hal ini dikarenakan retribusi yang ada sudah terlaksana dengan baik dan mendapatkan respon yang positif bagi masyarakat. Adapun retribusi yang termasuk kedalam retribusi jasa umum ini yaitu : retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan persampahan, retribusi penggantian cetak KTP dan akte CASIP, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran. Retribusi daerah yang berasal dari retribusi jasa usaha dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.3.169.227.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.3.025.667.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.3.727.554.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 4.227.844.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 3.140.773.000. Terlihat bahwa retribusi jasa usaha dar tahun tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena jasa usaha ini berkembang dan berjalan dengan baik setra terlaksana sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan pada tahun 2009 retribusi jasa usaha mengalami penurunan, hal ini terjadi karena pada tahu 2009 ada permasalahan dalam pelaksanaannya
sehingga
menghambat
kinerja
berbagai
aspek
yang
mempengaruhinya. Adapun retribusi yang termasuk ke dalam retribusi jasa usaha yaitu : retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi MCK pasar, retribusi MCK terminal, retribusi sewa bus, retribusi sewa rumah susun, retribusi sewa mesin/alat berat, retribusi sewa tanah untuk reklame, retribusi sewa gedung, retribusi sewa
rumah dinas, retribusi terminal, retribusi parkir khusus, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan. Retribusi daerah yang berasal dari retribusi perizinan tertentu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan juga penurunan. Pada tahun 2005 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.12.889.458.000, pada tahun 2006 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.13.860.200.000, pada tahun 2007 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.14.227.925.000, pada tahun 2008 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.19.705.836.000, dan pada tahun 2009 pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.15.042.074.000. Terlihat jelas bahwa retribusi yang terjadi dari tahun 2005 sampai tahun 2008 selalu mengalami peningkatan. Hal ini terjadi kareana pada tahun – tahun tersebut di kota Tangerang sedang terjadi pendirian-pendirian tempat usaha yang memang membutuhkan jasa pembuatan perizinannya. Sehingga kebutuhan untuk surat perizinan juga meningkat, dan meningkatnya juga pendapatannya guna menambah bagi pendapatan asli daerah kota Tangerang. Tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan ,hal ini terjadi karena pada tahun 2009 para pengusaha tidak begitu ramai untuk mengurusi pembuatan surat-surat perizinannnya, sehingga jasa retribusinya pun menurun. Adapun retribusi yang termasuk kedalam retribusi perizinan tertentu ini yaitu : retribusi ijin mendirikan bangunan, retribusi izin gangguan, retribusi ijin trayek, retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah, retribusi ijin usaha kepariwisataan, retribusi ijin bongkar muat barang, retribusi tanda daftar perusahaan, retribusi TDI/UI/IP, retribusi SIUP, retribusi SIPA, dan retribusi Gudang.
4.3. Hasil Uji Analisis Hasil pengolahan data dengan regresi linier berganda metode OLS untuk model persamaan PAD = f(X1,X2,X3) adalah sebagai berikut : 4.3.1
Menentukan Model Ekonometrika Penelitian menggunakan model tegresi linier berganda dengan metode ordinary least square (OLS), yaitu model regresi untuk hubungan antara variabel – variabel bebas dengan variabel tidak bebas, secara umum membentuk fungsi : PAD = f(X1,X2,X3) Sehingga diperoleh model ekonometrika sebagai berikut : PAD = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e Keterangan : PAD
= Pendapatan asli daerah kota daerah
X1
= Pajak Daerah
X2
= Retribusi daerah
X3
= Badan Usaha Milik daerah
E
= Faktor kesalahan (error term)
4.3.2 Uji Stasioneritas Uji Stasioner adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. Tujuan uji stasioneritas ini adalah agar meannya stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh adalah regresi semu. Tingkatantingkatan dalam pengujian stasioner ini mulai dari tingkat level, first different, dan second defferent. Adapun tahap – tahap untuk melakukan uji stasioner apakah data yang ada merupakan data yang sudah stasioner atau belum, adalah sebagai berikut :
Level Tingkat Level ini merupakan uji stasionet tingkat paling pertama yang dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang ada apakah sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian stasioner tingkat level : Tabel 4.3 Hasil uji stasioner tingkat level Variabel
t-Statistic
Prob.
Keterangan
PAD
0.573024
0.9857
Tidak Stasioner
PD
-0.542719
0.8670
Tidak Stasioner
RD
-5.818486
0.0001
Stasioner
BUMD
-5.644653
0.0001
Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari hasil uji stationer tingkat Level di atas dapat kita lihat bahwa variabel PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan PD (Pajak Daerah) Tidak Stasioner, sedangkan variabel RD (Retribusi Daerah) dan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) sudah Stasioner. Dengan masih adanya variabel yang tidak stasioner, maka dilakikan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semua variabel yang ada benar- benar sudah stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji stasioner tahap First Different. Untuk lebih jelasnya lihat pada Lampiran 5.
First Different Tingkat First Different ini merupakan tingkatan yang kedua yang dilakukan karena pada pengujian tingkat level masih ada variabel yang tidak stasioner. Cara kerja pengujian stasioner tingkat ini sama saja dengan pengujian tingkat level. Berikut ini adalah hasil pengujian stasioner tingkat first different : Tabel 4.4 Hasil uji stasioner tingkat first different Variabel
t-Statistic
Prob.
Keterangan
PAD
-1.637194
0.0947
Tidak Stasioner
PD
-9.666100
0.0000
Stasioner
RD
-7.807994
0.0000
Stasioner
BUMD
-9.856043
0.0000
Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari hasil uji stasioner tahap First Different di atas dapat kiat lihat bahwa variabel PAD (Pendapatan Asli Daerah) Tidak Stasioner, sedangakan tiga variabel
lain yaitu variabel PD (Pajak Daerah), RD (Retribusi Daerah) dan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) sudah Stasioner. Dengan masih adanya variabel yang tidak stasioner, maka dilakikan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semua variabel yang ada benar- benar sudah stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji stasioner tahap Second Different. Untuk lebih jelasnya lihat pada Lampiran 5.
Second Different Tingkat Second Different ini merupakan tingkatan yang paling terakhir yang digunakan dalam pengujian stasioner variabelvariabel yang ada. Tingkatan ini dilakukan karena masih terdapat variabel yang tidak stasioner pada pengujian tingkat first different. Cara kerjanya sama seperti pengujian stasioner tingkat level dan tingkat first different. Berikut ini tabel hasil pengujian stasioner tingkat second different : Tabel 4.5 Hasil uji stasioner tingkat second different Variabel
t-Statistic
Prob.
Keterangan
PAD
-3.200199
0.0028
Stasioner
PD
-5.031375
0.0000
Stasioner
RD
-4.966982
0.0000
Stasioner
BUMD
-5.789323
0.0000
Stasioner
Sumber : Lampiran 12 (data)
Dari Uji Stasioner pada tahap Second Different ini sudah menghasilkan semua variabel yang stasioner, baik itu variabel PAD (Pendapatan Asli Daerah), variabel PD (Pajak Daerah), variabel RD (Retribusi Daerah), maupun variabel BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) semuanya sudah stasioner. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5. 4.3.3 Pengujain Asumsi Klasik ►
Normalitas Normalitas artinya suatu keadaan dimana diasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari kesalahan pengganggu memiliki nilai rata-rata
yang
diharapkna
sama
dengan
nol,
tidak
berhubungan dan mempunyai varians yang tetap. Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas : Tabel 4.6 Hasil uji Normalitas Jarque-Bera
5.645389
Probability
0.059446
Sumber : Lampiran 14 (data)
Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas JB-hitung terhadap nilai kritis (5%), dimana jika : Ho : diterima = data terdistribusi secara normal
Ha : diterima = data tidak terdistribusi secara normal 0.059446 > 0.05 = Ho diterima Karena prob JBstat = 0.059446 > 0.05, maka Ho diterima, artinya data terdistribusi secara normal ►
Multikolinieritas Multikolinieritas artinya suatau keadaan dimana terdapat hubungan yang signifikan antara 2 (dua) atau lebih variabel bebas dalam model regresi. Berikut ini adalah hasil dari pengujian Multikolinieritas : Tabel 4.7 Hasil uji multikolinieritas PD
RD
BUMD
PD
1.000000
0.248200
0.157742
RD
0.248200
1.000000
0.119092
BUMD
0.157742
0.119092
1.000000
Sumber : Lampiran 15 (data)
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan linier antara beberapa atau semua variabel bebas. Dengan kata lain variabel bebas yang satu merupakan fungsi yang lainnya. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai
probabilitas F-stat pada uji Wald test terhadap nilai kritis (5%), dimana jika : Ho : diterima = tidak ada multikolinieritas Ha : diterima = ada multikolinieritas Karena masih ada nilai yang < 0.8, yaitu 0.248200, 0.157742, 0.119092, maka Ho diterima, artinya tidak ada multikolinieritas. ►
Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas artinya suatu keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varianz dalam suatu model regresi. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Observasi Rsquare terhadap nilai kritis. Berikut ini adalah hasil pengujian Heteroskedastisitas : Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.772584 13.15606 14.58520
Prob. F(9,18) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.1440 0.1557 0.1030
Heteroskedstisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki variasi yang konstan dari variasi satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji white yang menyatakan jika nilai chi-square
hitung (µ²) < chi-square table (µ²) menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas. Pengujiannya dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas Observasi R-squared pada uji white terhadap nilai kritis (5%). Berdasarkan pengujian white-test terhadap model ini diperoleh hasil probabilita Obs*R-squared dengan nilai 0.469859 > 0.05 yang artinya model tidak mengandung heteroskedastisitas. ►
Autokorelasi Autokorelasi artinya suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode saat ini, berkorelasi dengan kesalahan pengganggu
dari
periode
sebelumnya,
dimana
kesalahan
pengganggu ini saling berhubungan satu sama lain. Berikut ini adalah hasil dari pengujian Autokorelasi : Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.107328 0.270559
Prob. F(2,22) Prob. Chi-Square(2)
0.8987 0.8735
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mendeteksi adanya korelasi anggota observasi satu dengan observasi lainnya yang berlainan waktu. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Larange Multilpier (LM) yaitu dengan memasukan variabel
kelambanan (Lag). Panjang lag yang dipilih adalah ketika Criteria Akaike dan Schwarz paling kecil. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson 9d) atau dengan uji LM Test yang dikembangkan oleh Bruesch-godfrey, dimana uji LM Test bias dikatakan sebagai uji autokorelasi yang paling akurat (Kuncoro, 2001 : 107), apalagi jika sampel yang dugunakan dalam jumlah yang besar (misaknya diatas 100). Uji ini dilakukan dengan memasukkan lag nya, dari hasil uji autokorelasi Serial Correlation LM Test Lag 5 sebagaimana terlampir dalam hasil olah data, terlihat bahwa nilai F-Statistik sebesar 0.107328 dengan nilai probabilitas sebesar 0.8987, sedang nilai Obs*Rsquared 0.270559 dengan nilai probabilitas sebesar 0.8735. Dari hasil ini terlihat bahwa niali F-Statistik dan Obs*R-squared tidak signifikan pada alpha 5%, dengan kata lain nilai chi-squared hitung lebih kecil dar nilai kritisnya maka kita meneriman hipotesis nul, artinya model tidak mrengandung unsur autokorelasi. Ho : diterima = model tidak mengandung autokorelasi Setelah dilakukan pengujian LM-Test pada penelitian ini maka dibuat
kesimpulan
bahwa
model
ini
tidak
mengandung
autokorelasi, hal ini dibuktikan dengan besarnya probabilita Obs*R-squared yang diperoleh sebesar 0.8735 > 0.05. Sehingga Ho: diterima.
4.3.4 Analisis Regresi Berganda PAD = - 0.000000000819 + 1.551903 PD + 1.053228 RD + 0.490892 BUMD Interpretasi : Adjusted R-squared = 0.918694 (91,8694%) Koefisien Determinasi (R²) Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase dari variasi total variabel dependen (PAD) yang mampu dijelaskan dalam regresi. R² dalam regresi sebesar 0.198694 yang berarti Kemampuan variabel Pajak Daerah (PD), Retribusi Daerah (RD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam menjelaskan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sebesar 91,8694 % sedangkan sisanya sebesar 8,1306 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model. βo,C = 0.000000000819 Artinya :
Jika variabel Pajak Daerah (PD), Retribui Daerah (RD),
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sama dengan nol maka rata-rata Pendapatan asli daerah (PAD) lebih dari 0.000000000819 rupiah. Ho : βo > 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas).
Ha : βa < 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas). t stat = -2.784836 t tabel = 2.131 t stat > t tabel = signifikan (Ha diterima) Artinya terdapat pengaruh antara
variabel bebas Pajak Daerah (PD),
Retribusi Daerah (RD), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan variabel tidak bebas (PAD). Pengujian terhadap variabel (Pajak Daerah) koefisien regresi variabel (PD) adalah1.551903 dan standar error sebesar 0.099572, sedangkan untuk t-hitung adalah 15.58568. Karena nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak Ha diterima. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang. β1,X1 = 1.551903 Artinya : Apabila Pajak Daerah (PD) naik sebesar Rp. 1 juta maka Pendapatan asli daerah (PAD) akan naik sebesar 1.551.903 rupiah.
Ho : βo < 0 = artinya secara individu variabel independen (bebas) tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas). Ha : βa > 0 = artinya secara individu variabel independen (bebas) ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas). t stat = 15.58568 t tabel = 2.131 t stat > t tabel = signifikan (Ha diterima) Artinya terdapat pengaruh antara variabel Pajak Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengujian terhadap variabel (Retribusi Daerah) koefisien regresi dari variabel (RD) adalah 1.053228 dan standar error 0.356356, sedangkan untuk t-hitung 2,955552, karena niali t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak Ha diterima. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang. β2,X2 = 1.053228 Artinya : Apabila Retribusi daerah (RD) naik sebesar Rp. 1 juta maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan naik sebesar 1.053.228 rupiah.
Ho : βo < 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas). Ha : βa > 0 = artinya secara individual variabel independen (bebas) ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (tidak bebas). t stat = 2.955552 t tabel = 2.131 t stat > Ttabel = Signifikan (Ha diterima) Artinya terdapat pengaruh antara variabel Retribusi daerah (RD) dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengujian terhadap variabel (BUMD) koefisien regresi dari variabel (BUMD) adalah 0.490892 dan standar error 0.346660, sedangkan untuk t-hitung 1.416061, karena nilat t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan bahwa hasil Badan Usaha Milik Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang.
Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Regrsi Linier Berganda Dengan Metode OLS Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:36 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PD RD BUMD
-8.19E+09 1.551903 1.053228 0.490892
2.94E+09 0.099572 0.356356 0.346660
-2.784836 15.58568 2.955552 1.416061
0.0103 0.0000 0.0069 0.1696
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.927728 0.918694 3.80E+09 3.47E+20 -655.2168 102.6929 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
3.64E+10 1.33E+10 47.08692 47.27723 47.14510 1.778653
Keterangan: Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13
4.3.5
Uji (F-test) Uji F digunakan untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan koefisien regresi juga signifikan dalam menentuka nilai variabel terikat (dependent variable), maka diperlukan juga pengujian secara serentak yang menggunakan uji F dimana uji F merupakan pengujian terhadap variabel bebas (independent variable) secara bersamasama. Jika F-hitung < F-tabel berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel independent, tetapi jika F-hitung > F-tabel berarti Ho
ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : β1 = β2 = β3 = 0 : Variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 : Variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen Hasil perhitungan yang didapat adalah F-stat 102.6929 Fstat
=
102.629
Ftabel =
0,05 df (n-k;k-1) 0,05 df(28-7;7-1) 0,05 df(21;6) 2.03
Fstat > Ftabel 102.629 > 2.03 = Ha diterima Artinya
:
Variabel
independent
secara
bersama-sama
mempengaruhi variabel dependent Karena F hitung > F tabel, yaitu 102.629 . 2.03 maka Ho ditolak.
Artinya Pajak Daerah, Retribusi Daearah, dan Badan Usaha Milik Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap Pndapatan Asli Daerah Kota Tangerang
4.4 Pembahasan Dalam analisis ini menyatakan bahwa variabel-variabel penelitian yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah di Kota Tangerang selama 7 tahun (28 triwulan) observasi yaitu dari tahun 2003:1 sampai dengan 2009:4 adalah Pajak Daerah, Retribusi daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pengaruh variabel-variabel penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pajak Daerah Secara statistik hasil dari analisis Pajak Daerah (X1) terbukti signifikan, artinya secara statistik Pajak Daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan hipotesis (bahwa terdapat pengaruh yang signfikan antara Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah) dan sesuai dengan penelitian
sebelumnya
Mohammad
Riduansyah
(2003)
yang
menyatakan variabel Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam penelitian ini ketika Pajak Daerah naik sebesar 1% maka penerimaan pendapatan asli daerah akan naik sebesar 1.551903.
2. Retribusi Daerah Secara statsitik hasil
dari analisis Retibusi Daerah (X2) terbukti
signifikan, artinya secara statistik Retribusi Daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan hipotesis (bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah) dimana apabila Retribusi naik sebesar 1% maka penerimaan pendapatan asli daerah akan naik sebesar 1.053228 , dengan demikian penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan penelitian sebelumnya Mohammad Riduansyah (2003) yang menyatakan variabel Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah (PAD). 3. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Secara statistik hasil dari analisis Badan Usaha Milik Daerah (X3) terbukti tidak signifikan, artinya secara statistik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Dengan demikian penelitian ini tidak sesuai dengan hopotesis (bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara BUMD terhadap pendapatan asli daerah).
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan badan usaha milik daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang tahun 2003:1 sampai 2009:4, dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara statistik hasil dari analisis Pajak Daerah terbukti signifikan, artinya secara statistik Pajak Daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan, dimana apabila pajak daerah naik maka Pendapatan Asli Daerah akan naik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin meningkatnya pajak daerah akan meningkatkan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. 2. Secara statistik hasil dari analisis Retribusi Daerah terbukti signifikan, artinya secara statistik Retribusi Daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang, dengan demikian penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan, dimana apabila retribusi
daerah naik maka Pendapatan Asli daerah akan naik. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin meningkatnya retribusi daerah akan meningkatkan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. 3. Secara statistik badan usaha milik daerah (BUMD) terbukti tidak signifikan dan tidak berpengaruh terhadap pemerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang. Keadaan tidak signifikan ini mungkin disebabkan karena memang jumlah BUMD yang ada di Kota Tangerang itu sedikit, dan juga hasil BUMD-nya lebih kecil dari dua variabel yang lain.
5.2 SARAN Melihat hasil-hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan beberapa implikasi atau saran sebagai berikut : 1. Pemerintah Kota Tangerang perlu meningkatkan kontribusi sektor Pajak Daerah agar sektor tersebut terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di Kota Tangerang. 2. Melihat dari hasil analisis Retribusi Daerah yang positif terhadap penerimaan Pendapatan Asli Derah Kota Tangerang, hendaknya pemerintah Kota Tangerang secara khusus memberikan perhatian
dalam mengatur dan mengontrol secara khusus tentang penerimaan yang berasal dari retribusi daerah, mengingat kota Tangerang merupakan kota yang memiliki sumber retrubusi yang cukup banyak. 3. Melihat dari hasil analisis badan usaha milik daerah yang tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang, maka hendaknya pemerintah Kota Tangerang secara khusus dapat meningkatkan kinerja pasar dan PDAM yang ada di kota Tangerang itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yoogyakarta. 1999. Badan Keuangan dan Kekayaan Milik Daerah, Kota Tangerang 2002 – 2009. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kota Tangerang, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKKPD) Kota Tangerang 2005 – 2007. BPS, Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2002 – 2009. Badan Pusat Statistik. 1998. Cahyono, Tri. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar. Yogyakarta. 2002. Chalid, Pheni. Keuangan Daerah, Investasi dan Desentralisasi. Jakarta: Kemitraan. 2005 Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kota Tangerang 2002 – 2009. Dewi, Erlita, “Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Universitas Sumatera Utara, 2002. Devas, Nick. Financing Local Government in Indonesia. Planning and Administration (Asia and Pasific Special) IULA. OHIO University. 1989. Djoko, Mursinto. Jurnal Ekonomi Tahun XV, No 3A Desember: Posisi Keuangan Daerah Kabupaten dan Kota Awal Otonomi Daerah di Provinsi Jawa Timur. FE Universitas Airlangga. 2000. Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics; Thidr Edition, McGraw-Hill, New York. 2003. Hesa, Adam. Skripsi : Analisis Hubungan Pendapatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah kota Depok 20002004. UIN. 2006. Kesit, Bambang Prakosa. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII. 2003 Kuncoro, Mudrajat. Ekonomi Pembangunan (teori, masalah, dan kebijakan). UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 1997. K.J. Davey, Pembiayaan Pemerintah Daerah, UI-Press. Jakarta. 1998.
Kurt, Schmidheiny. Jurnal: Income Segregation from Local Income Taxation When Households Differ in Both Preferences and Incomes. 2005. Lynarsatia, Bramantio. Analisis Perkembangan Industri Pariwisata dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta Tahun 1990-2000. Yogyakarta.2000. M.S, Tumanggor. Jurnal Ekonomi/Th.VII/02/Nop: Pengaturan Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Otonomi Daerah. FE Universitas Tarumanegara, Jakarta. 2002. Mangkusubroto, Guritno. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 1994. Marihot P, Siahaan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Grafindo. Jakarta. 2005. Najib, Ahmad. Skripsi: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karawang. UIN. 2006 Raksaka, Mahi. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.VI No.01, hal 39-49 : Peran Pendapatan Asli Daerah di Era Otonomi. FE UI. 2005. Riduansyah, Mohammad. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kota Bogor. 2003. Riwu Kaho, Yosef, “Analisis Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia”, Bina Aksara, Jakarta. 1985. Siagian, Sondang P. Organisasi Kepemimpinan dan Perilsku Administrasi. Gunung Agung. Jakarta. 1988. Sidik, Machfud. Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah; Makalah terpublikasi pada situs www.djpkpd.go.id. 2002. Suhendi, Eno. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran Di Kota Yogyakarta. 2008. Suparmoko. M. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, BPFE. Yogyakarta. 1987.
Thomas, Rutherford, David, Tarr. Jurnal: Regional Household and Poverty Effects of Russia’s Accession to the World Trade Organization. 2008. Widjaja, Wayang. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002. Yunawati. (skripsi) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Istimewa Yogyakarta. 2002.
Lampiran 1
Data Variabel Penelitian
OBS 2003 .I 2003 .II 2003 .III 2003 .IV 2004 .I 2004 .II 2004 .III 2004 .IV 2005 .I 2005 .II 2005 .III 2005 .IV 2006 .I 2006 .II 2006 .III 2006 .IV 2007 .I 2007 .II 2007 .III 2007 .IV 2008 .I 2008 .II 2008 .III 2008 .IV 2009 .I 2009 .II 2009 .III 2009 .IV
PAD 27.955.850.000 23.908.983.000 22.274.377.000 19.243.296.000 29.646.088.000 23.505.557.000 24.483.881.000 31.339.790.000 25.472.088.053 28.888.727.020 30.344.128.644 31.818.899.083 28.311.341.380 36.852.353.390 32.129.625.919 38.560.321.186 38.883.695.446 38.647.685.110 38.181.830.598 48.077.653.144 41.899.000.250 44.028.885.468 49.774.677.811 56.622.755.728 22.636.574.290 60.376.924.686 47.331.480.477 77.218.710.685
PD 20.202.960.000 14.321.545.000 13.263.365.000 8.423.067.000 22.231.792.000 17.009.735.000 16.992.079.000 17.030.211.000 18.960.474.879 18.394.410.834 21.520.072.816 20.243.055.191 21.892.352.686 22.443.091.366 22.900.925.552 24.920.414.438 28.796.926.555 25.111.614.476 27.965.186.476 27.565.926.636 28.818.912.457 30.267.958.390 31.584.126.781 30.607.811.907 14.800.903.173 38.085.872.928 31.819.356.561 42.170.928.622
RD 3.475.529.000 6.046.260.000 5.341.915.000 9.286.533.000 4.157.993.000 4.694.857.000 5.487.762.000 9.149.181.000 4.557.901.126 5.071.604.388 5.180.888.475 10.016.730.624 3.070.852.709 6.503.053.623 6.359.682.473 6.221.521.353 5.745.047.347 5.652.629.893 6.879.102.820 7.609.034.186 5.101.740.438 8.441.665.730 12.240.278.459 6.703.851.842 4.763.026.266 6.541.618.514 6.043.527.092 9.032.960.899
BUMD 1.703.445.000 2.124.283.000 252.6036.000 2.725.413.000 3.017.780.000 3.683.233.000 4.745.944.000 5.066.676.000 50.000.000 2.967.666.389 100.000.000 1.402.367.000 310.000.000 4.490.514.894 290.000.000 197.051.290 1.154.000.000 6.002.466.080 1.275.000.000 5.296.092.717 6.772.196.284 1.570.000.000 1.570.000.000 697.172.693 52.500.000 6.569.735.504 5.052.500.000 4.087.535.468
Lampiran 2
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2005 (000) Bulan
Hotel dan Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari
1.544.166
81.577
287.196
9.545.549
622.019
12.080.507
Februari
1.388.660
102.946
278.181
3.094.389
44.138
4.908.314
Maret
1.491.239
103.404
526.085
2.977.235
644.995
5.742.968
April
1.321.106
102.293
243.544
3.325.280
614.739
5.606.962
Mei
1.425.578
150.119
448.305
3.431.141
46.166
5.501.461
Juni
1.420.707
121.808
254.934
3.437.056
630.956
5.901.461
Juli
1.606.012
100.518
274.195
3.380.040
46.207
5.407.640
Agustus
1.549.927
139.030
341.547
3.368.040
362.764
5.761.307
September
1.295.649
115.234
194.637
3.463.093
754.518
5.823.132
Oktober
1.781.060
103.014
441.388
3.401.618
341.225
6.068.305
Nopember
1.524.469
29.689
454.128
3.601.219
13.231
5.622.736
Desember
1.524.896
28.364
606.612
3.659.670
9.627
5.459.169
4.350.751
46.721.008
4.130.585
79.368.013
Jumlah
17.503.468 1.177.996
Lampiran 3
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2006 (000) Bulan
Hotel dan Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari
1.544.166
81.577
287.196
9.545.549
622.019
12.080.507
Februari
1.388.660
102.946
278.181
3.094.389
44.138
4.908.314
Maret
1.491.239
103.404
526.085
2.977.235
644.995
5.642.968
April
1.321.106
102.293
243.544
3.325.280
614.739
5.626.962
Mei
1.425.578
150.119
448.305
3.431.141
46.166
5.501.461
Juni
1.420.707
121.808
254.934
3.437.056
630.956
6.801.461
Juli
1.606.012
100.518
274.195
3.380.040
46.207
5.409.640
Agustus
1.549.927
139.030
341.547
3.368.040
362.764
5.741.307
September
1.295.649
115.234
194.637
3.463.093
754.518
5.923.132
Oktober
1.781.060
103.014
441.388
3.401.618
341.225
6.068.305
Nopember
1.524.469
29.689
454.128
3.601.219
13.231
5.722.736
Desember
1.524.896
28.364
606.612
3.659.670
9.627
5.449.169
4.390.751
47.721.008
4.530.585
92.156.784
Jumlah
17.603.468 1.187.996
Lampiran 4
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2007 (000) Bulan
Hotel dan Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari
2.023.790
94.689
509.303
4.015.468
845.251
7.488.501
Februari
2.741.526
137.216
421.296
4.661.879
649.939
8.611.856
Maret
2.538.053
107.421
241.867
9.029.102
780.118
12.696.561
April
2.307.464
133.908
580.520
5.391
882.220
3.909.503
Mei
2.405.825
122.321
661.746
8.778.900
852.093
12.820.885
Juni
2.283.011
121.155
577.294
4.495.433
902.183
8.379.076
Juli
2.910.251
147.409
1.032.270
4.549.251
916.044
9.555.225
Agustus
2.791.576
182.655
963.666
4.610.733
990.120
9.538.750
September
2.163.198
132.843
977.706
4.665.328
932.126
8.871.201
Oktober
3.126.858
80.421
660.222
4.712.348
820.627
9.400.476
Nopember
2.427.256
90.446
1.151.272
4.623.405
884.196
9.176.575
Desember
2.997.252
123.928
794.337
4.214.104
859.175
8.988.796
Jumlah
30.716.060 1.474.412 8.571.499 58.361.342 10.314.092 109.437.405
Lampiran 5
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2008 (000) Bulan
Hotel dan Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari
2.023.790
94.689
509.303
4.015.468
845.251
7.488.501
Februari
2.741.526
137.216
421.296
4.661.879
649.939
8.619.856
Maret
2.538.053
107.421
241.867
9.029.102
780.118
12.686.561
April
2.307.464
133.908
580.520
5.391
882.220
3.929.503
Mei
2.405.825
122.321
661.746
8.778.900
852.093
12.720.885
Juni
2.283.011
121.155
577.294
4.495.433
902.183
9.479.076
Juli
2.910.251
147.409
1.032.270
4.549.251
916.044
9.755.225
Agustus
2.791.576
182.655
963.666
4.610.733
990.120
9.538.750
September
2.163.198
132.843
977.706
4.665.328
932.126
8.871.201
Oktober
3.126.858
80.421
660.222
4.712.348
820.627
9.600.476
Nopember
2.427.256
90.446
1.151.272
4.623.405
884.196
9.276.575
Desember
2.997.252
123.928
794.337
4.214.104
859.175
8.888.796
Jumlah
32.716.060 1.674.412 8.471.499 63.361.342 11.314.092 121.428.617
Lampiran 6
Pendapatan Dari Pajak Daerah Menurut Jenis Pajak Tahun Anggaran 2009 (000) Bulan
Hotel dan Restoran
Hiburan
Reklame
Penerangan Jalan Umum
Pajak Parkir Swasta
Jumlah
Januari
2.123.790
95.689
519.303
4.018.468
835.251
7.468.501
Februari
2.841.526
137.216
421.296
4.761.879
649.939
8.719.856
Maret
2.638.053
107.421
241.867
9.029.102
780.118
12.686.561
April
2.407.464
133.908
580.520
5.391
882.220
3.929.503
Mei
2.415.825
122.321
661.746
8.778.900
852.093
12.720.885
Juni
2.183.011
121.155
577.294
4.495.433
902.183
9.479.076
Juli
2.910.251
147.409
1.032.270
4.549.251
916.044
9.755.225
Agustus
2.891.576
182.655
963.666
4.610.733
990.120
9.538.750
September
2.163.198
132.843
977.706
4.665.328
932.126
8.871.201
Oktober
3.126.858
80.421
660.222
4.712.348
820.627
9.720.476
Nopember
2.427.256
90.446
1.151.272
4.623.405
884.196
9.376.575
Desember
2.997.252
123.928
794.337
4.214.104
859.175
8.948.796
Jumlah
32.786.060 1.684.412 8.491.499 62.361.342 12.314.092 126.877.061
Lampiran 7
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2005 Bulan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman & Pengabuan Mayat
Pasar
Januari
76.277
14.779
28.090
2.293
-
Februari
68.592
21.898
1.970
-
Maret
94.899
16.537
17.115
2.958
-
April
93.257
13.678
37.179
1.996
-
Mei
82.667
15.436
27.826
1.630
-
Juni
80.754
13.819
40.092
2.023
-
Juli
93.986
25.505
30..945
1.983
-
Agustus
108.040
17.623
29.672
2.033
-
September
91.799
17.005
25.125
2.048
-
Oktober
101.113
33.274
29.686
1.963
-
Nopember
87.945
78.416
17.836
2.285
-
Desember
97.168
179.345
70.749
2.190
-
Jumlah
1.076.496
430.615
376.210
25.368
-
5.200
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal
Ijin pem buangan limbah cair
57.033
-
14.375
-
51.871
-
53.482
-
32.695
-
49.768
-
70.250
12.200
12.089
-
60.399
-
66.308
1.809
7.252
-
53.567
600
56.497
1.008
14.136
-
55.745
1.814
56.751
10.520
8.875
-
55.667
1.537
56.091
3.788
9.893
-
54.644
55
105.119
4.674
33.195
-
58.649
245
126.827
7.928
7.798
-
56.441
714
131.595
10.778
24.629
-
57.878
3.021
109.314
7.300
10.038
-
52.073
2.063
126.782
100
17.130
-
61.653
756
1.015.958
60.104
192.104
-
668.354
10.805
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
70.207
5.250
35.545
74.463
39.549
56.651
5.250
31.264
445.906
45.497
55.045
5.500
38.568
687.747
84.081
55.945
5.250
30.636
344.854
56.466
56.167
5.750
33.260
524.969
176.514
60.349
5.500
35.146
412.264
152.897
53.504
5.500
39.542
480.467
136.631
47.821
5.500
39.650
563.704
231.501
41.959
5.500
34.275
598.408
109.550
41.093
5.500
36.587
649.564
183.336
25.426
5.500
45.436
5.065.563
186.495
47.550
2.500
34.853
157.558
216.695
611.715
62.500
434.760
10.005.465
1.619.212
Ijin Trayek
Izin Peruntukan Penggunaa Tanah
Ijin Dispensasi Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
17.506
5.288
206.640
694
31.900
18.528
16.256
188.115
7.910
47.920
24.499
25.175
221.372
7.446
69.740
18.999
11.041
212.831
2.790
93.740
17.931
19.185
213.848
571
76.620
19.060
16.404
232.111
3.457
67.540
19.908
23.634
226.780
1.181
65.980
19.513
23.427
235.184
2.670
80.460
16.871
36.682
220.558
3.559
99.800
13.432
18.536
206.258
72.226
52.300
14.433
184.309
106.032
227
20.120
22.860
220.627
193.272
985
23.760
223.536
600.563
2.463.002
103.715
729.880
Ijin SIPA Ijin Kerja Tenaga Asing
Jumlah
Ijin Pelayanan Ketenaga kerjaan
Ijin Tanda Daftar Perusahaan
TDI/IUI/IP/SI UP
6.120
10.650
12.600
403.403
19.975
1.184.504
5.919
18.100
10.400
170.245
21.475
1.323.039
9.149
16.500
12.525
224.058
32.600
1.800.450
5.680
19.650
11.150
245.983
7.650
1.398.308
4.097
14.700
13.200
288.433
21.025
1.722.938
18.017
17.650
15.725
230.256
17.200
1.573.611
13.875
18.600
10.925
335.242
8.350
1.717.006
4.570
15.850
14.775
319.573
4.650
1.968.096
7.010
15.350
13.975
259.907
3.575
1.802.660
7.314
14.400
10.000
221.419
2.250
1.928.152
4.065
7.750
9.725
188.568
12.400
6.243.317
14.850
24.050
35.050
200.207
27.025
1.777.712
100.665
193.250
170.050
3.087.292
178.175
22.184.494
Lampiran 8
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2006 (000) Bulan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman & Pengabuan Mayat
Pasar
Januari
85.277
17.779
28.090
2.293
-
Februari
88.592
5.200
21.898
1.970
-
Maret
94.899
17.537
17.115
2.958
-
April
98.357
13.678
37.179
1.996
-
Mei
82.667
16.436
27.826
1.630
-
Juni
83.754
13.819
40.092
2.023
-
Juli
93.986
26.505
30..945
1.983
-
Agustus
108.040
18.623
29.672
2.033
-
September
91.799
18.005
25.125
2.048
-
Oktober
101.113
34.274
29.686
1.963
-
Nopember
89.945
79.416
17.836
2.285
-
Desember
97.168
189.345
70.749
2.190
-
Jumlah
1.076.496
450.615
376.210
25.368
-
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal
Ijin pem buangan limbah cair
59.033
5.400
14.375
-
51.871
650
55.482
7.700
32.695
-
49.768
400
72.250
12.500
12.089
-
60.399
320
67.308
1.409
7.252
-
53.567
600
58.497
2.008
14.136
-
55.745
1.814
57.751
12.520
8.875
-
55.667
1.537
59.091
4.788
9.893
-
54.644
55
104.119
5.674
33.195
-
58.649
245
129.827
8.928
7.798
-
56.441
714
135.595
11.778
24.629
-
57.878
3.021
112.314
7.500
10.038
-
52.073
2.063
132.782
200
17.130
-
61.653
756
1.215.958
61.104
192.104
-
668.354
10.805
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
73.257
5.350
36.545
75.463
40.549
59.651
5.750
33.264
448.906
46.497
54.045
5.500
37.568
682.747
88.081
58.945
5.250
31.636
348.854
57.466
58.167
5.750
32.260
534.969
177.514
62.349
5.500
36.146
423.264
154.897
54.504
5.500
40.542
485.467
138.631
48.821
5.500
38.650
564.704
232.501
43.959
5.500
33.275
612.408
112.550
45.093
5.500
38.587
644.564
185.336
27.426
5.500
44.436
5.165.563
190.495
48.550
2.500
38.853
167.558
218.695
616.715
62.500
449.760
10.010.465
1.615.212
Ijin Trayek
Izin Peruntukan Penggunaa Tanah
Ijin Dispensasi Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
18.506
6.288
226.640
694
32.900
16.528
17.256
182.115
7.910
48.920
23.499
26.175
201.372
7.446
68.740
17.999
11.041
202.831
2.790
94.740
18.931
19.185
211.848
571
75.620
18.060
15.404
231.111
3.457
67.540
20.908
24.634
223.780
1.181
64.980
18.513
22.427
234.184
2.670
80.460
17.871
37.682
215.558
3.559
99.800
14.432
19.536
221.258
72.226
53.300
15.433
185.309
107.032
227
21.120
23.860
221.627
192.272
985
23.760
234.536
610.863
2.583.002
103.715
739.880
Ijin SIPA Ijin Kerja Tenaga Asing
Jumlah
Ijin Pelayanan Ketenaga kerjaan
Ijin Tanda Daftar Perusahaan
TDI/IUI/IP/SI UP
6.320
11.650
12.600
403.403
19.975
1.184.504
5.819
17.100
10.400
170.245
21.475
1.323.039
9.349
16.500
12.525
224.058
32.600
1.800.450
6.680
18.650
11.150
245.983
7.650
1.398.308
4.297
14.700
13.200
288.433
21.025
1.722.938
19.017
17.650
15.725
230.256
17.200
1.573.611
14.875
18.600
10.925
335.242
8.350
1.717.006
4.270
15.850
14.775
319.573
4.650
1.968.096
8.010
15.350
13.975
259.907
3.575
1.802.660
7.314
14.400
10.000
221.419
2.250
1.928.152
5.065
7.750
9.725
188.568
12.400
6.243.317
14.950
24.050
35.050
200.207
27.025
1.777.712
120.665
193.250
170.050
3.087.292
178.175
23.543.215
Lampiran 9
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2007 Bulan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman & Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I
725.809
83.482
579.778
10.876
-
Kuartal II
843.839
137.536
640.738
9.010
-
Kuartal III
835.610
118.434
623.709
11.157
-
Kuartal IV
752.092
205.000
627.088
12.306
-
Jumlah
3.157.350
544.452
2.471.313
43.349
-
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal
Ijin Pembuangan Limbah cair
397.030
31.466
263.118
0
399.261
-
413.896
7.038
222.578
0
480.319
-
395.340
51.980
191.322
0
434.629
-
411.520
11.491
196.384
0
322.248
-
1.617.786
101.975
873.402
0
1.636.457
-
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
223.076
31.815
18.678
2.349.481
208.449
250.483
37.500
33.412
2.085.823
251
268.544
33.ooo
41.582
2.864.247
439.115
201.026
30.900
37.367
3.802.261
512.851
943.129
133.215
131.039
11.101.812
1.160.666
Ijin Trayek
Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
Ijin Dispensasi Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
64.537
114.007
0
18.571
82.800
72.647
118.354
0
47.403
77.360
67.997
191.545
0
23.475
80.600
52.213
196.871
0
21.765
67.000
257.394
620.777
0
111.214
307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar Perusahaan
TDI/IUI/IP /SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0
62.500
41.175
14.738
27.000
5.747.647
0
60.250
47.700
18.320
36.615
5.641.072
0
58.450
52.000
34.222
66.275
6.883.233
0
66.650
44.750
1.124
39.175
7.612.082
0
247.850
185.625
68.404
169.065
25.884.034
Lampiran 10
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2008 (000) Bulan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman & Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I
825.809
82.482
589.778
11.876
-
Kuartal II
863.839
139.536
630.738
9.010
-
Kuartal III
865.610
128.434
643.709
12.157
-
Kuartal IV
782.092
215.000
637.088
13.306
-
Jumlah
3.257.350
534.452
2.571.313
41.349
-
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal
Ijin Pembuangan Limbah cair
367.030
32.466
243.118
0
419.261
-
423.896
8.038
212.578
0
460.319
-
385.340
52.980
141.322
0
484.629
-
421.520
12.491
166.384
0
332.248
-
1.717.786
102.975
893.402
0
1.736.457
-
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
233.076
32.815
17.678
2.379.481
204.449
260.483
38.500
34.412
2.185.823
251
278.544
35.000
42.582
2.764.247
432.115
221.026
31.900
38.367
3.702.261
513.851
953.129
134.215
132.039
11.201.812
1.120.666
Ijin Trayek
Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
Ijin Dispensasi Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
65.537
114.007
0
18.571
82.800
73.647
118.354
0
47.403
77.360
64.997
191.545
0
23.475
80.600
53.213
196.871
0
21.765
67.000
258.394
620.777
0
111.214
307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar Perusahaan
TDI/IUI/IP /SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0
63.500
42.175
14.738
27\9\.00 0
5.747.647
0
61.250
47.700
18.320
40.615
5.841.072
0
59.450
52.000
34.222
69.275
6.983.233
0
68.650
54.750
1.124
38.175
7.658.082
0
248.850
195.625
68.404
199.065
32.487.535
Lampiran 11
Pendapatan Dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2009 (000) Bulan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kebersihan
Biaya Cetak KTP
Pemakaman & Pengabuan Mayat
Pasar
Kuartal I
805.809
82.482
589.778
11.876
-
Kuartal II
823.839
139.536
630.738
9.010
-
Kuartal III
845.610
128.434
643.709
12.157
-
Kuartal IV
772.092
215.000
637.088
13.306
-
Jumlah
3.252.350
534.452
2.571.313
41.349
-
Pengujian Kendaraan Bermotor
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasar Grosir dan Pertokoan
Terminal
Ijin Pembuangan Limbah cair
367.030
32.466
243.118
0
419.261
-
423.896
8.038
212.578
0
460.319
-
385.340
52.980
141.322
0
484.629
-
421.520
12.491
166.384
0
332.248
-
1.717.786
102.975
893.402
0
1.736.457
-
Tempat Khusus Parkir
Penyedotan Kakus
Rumah Potong Hewan
Izin Mendirikan Bangunan
Izin Gangguan
233.076
32.815
17.678
2.379.481
204.449
260.483
38.500
34.412
2.185.823
251
278.544
35.000
42.582
2.764.247
432.115
221.026
31.900
38.367
3.702.261
513.851
953.129
134.215
132.039
11.201.812
1.120.666
Ijin Trayek
Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
Ijin Dispensasi Jalan
Ijin Usaha Kepariwisataan
Ijin Bongkar Muat Barang
65.537
114.007
0
18.571
82.800
73.647
118.354
0
47.403
77.360
64.997
191.545
0
23.475
80.600
53.213
196.871
0
21.765
67.000
258.394
620.777
0
111.214
307.760
Ijin Pelayanan Ketenagakerjaan
Ijin Tanda Daftar Perusahaan
TDI/IUI/IP /SIUP
Ijin Kerja Tenaga Asing
Ijin SIPA
Jumlah
0
62.500
42.175
14.738
27\9\.00 0
5.247.647
0
60.250
47.700
18.320
40.615
5.441.072
0
58.450
52.000
34.222
59.275
6.283.233
0
67.650
54.750
1.124
32.175
7.158.082
0
238.850
195.625
62.404
182.065
26.381.131
Lampiran 12
Hasil Uji Stasioneritas
A. LEVEL PAD
: Tdk Stasioner
PD
: Tdk Stasioner
RD
: Stasioner
BUMD
: Stasioner
Null Hypothesis: PAD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
0.573024 -3.737853 -2.991878 -2.635542
0.9857
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:49 Sample (adjusted): 2004Q1 2009Q4 Included observations: 24 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PAD(-1) D(PAD(-1)) D(PAD(-2)) D(PAD(-3)) C
0.099245 -1.643817 -1.473005 -1.396889 2.48E+09
0.173196 0.265799 0.344204 0.315151 6.15E+09
0.573024 -6.184431 -4.279450 -4.432445 0.402476
0.5733 0.0000 0.0004 0.0003 0.6918
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.782439 0.736636 6.87E+09 8.96E+20 -574.8472 17.08294 0.000004
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2.42E+09 1.34E+10 48.32060 48.56603 48.38571 2.000799
Null Hypothesis: PD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.542719 -3.711457 -2.981038 -2.629906
0.8670
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:50 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
PD(-1) D(PD(-1)) C
-0.105787 -0.564541 3.75E+09
0.194920 0.197161 4.57E+09
-0.542719 -2.863342 0.820700
0.5925 0.0088 0.4202
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.378431 0.324382 5.78E+09 7.68E+20 -619.7045 7.001575 0.004218
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.07E+09 7.03E+09 47.90035 48.04551 47.94215 2.069756
Null Hypothesis: RD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.818486 -3.699871 -2.976263 -2.627420
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:50 Sample (adjusted): 2003Q2 2009Q4 Included observations: 27 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RD(-1) C
-1.141067 7.45E+09
0.196111 1.31E+09
-5.818486 5.690001
0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.575226 0.558235 2.10E+09 1.11E+20 -616.8921 33.85478 0.000005
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
2.06E+08 3.17E+09 45.84386 45.93985 45.87240 2.046624
Null Hypothesis: BUMD has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.644653 -3.699871 -2.976263 -2.627420
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:51 Sample (adjusted): 2003Q2 2009Q4 Included observations: 27 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
BUMD(-1) C
-1.128144 2.87E+09
0.199861 6.51E+08
-5.644653 4.414949
0.0000 0.0002
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.560340 0.542753 2.20E+09 1.22E+20 -618.1458
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
88299647 3.26E+09 45.93672 46.03271 45.96526
F-statistic Prob(F-statistic)
31.86210 0.000007
Durbin-Watson stat
1.968995
B. FIRST DIFFERENT PAD
: Tidak Stasioner
PD
: Stasioner
RD
: Stasioner
BUMD
: Stasioner
Null Hypothesis: D(PAD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.637194 -2.669359 -1.956406 -1.608495
0.0947
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:15 Sample (adjusted): 2004Q2 2009Q4 Included observations: 23 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PAD(-1)) D(PAD(-1),2) D(PAD(-2),2) D(PAD(-3),2)
-2.227199 0.128685 -0.391811 -0.814491
1.360376 1.175412 0.818627 0.430901
-1.637194 0.109481 -0.478619 -1.890204
0.1180 0.9140 0.6377 0.0741
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.894979 0.878397 8.41E+09 1.34E+21 -556.0413 1.917281
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
8.47E+08 2.41E+10 48.69924 48.89672 48.74891
Null Hypothesis: D(PD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.666100 -2.656915 -1.954414 -1.609329
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:15 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PD(-1))
-1.607690
0.166322
-9.666100
0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.788362 0.788362 5.74E+09 8.25E+20 -620.6342 2.051000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
6.24E+08 1.25E+10 47.81801 47.86640 47.83195
Null Hypothesis: D(RD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:17 Sample (adjusted): 2004Q1 2009Q4 Included observations: 24 after adjustments
t-Statistic
Prob.*
-7.807994 -2.664853 -1.955681 -1.608793
0.0000
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(RD(-1)) D(RD(-1),2) D(RD(-2),2)
-3.284161 1.404369 0.613203
0.420615 0.308980 0.162882
-7.807994 4.545173 3.764717
0.0000 0.0002 0.0011
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.869348 0.856904 2.11E+09 9.33E+19 -547.7063 2.081205
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
-39799341 5.57E+09 45.89219 46.03945 45.93126
Null Hypothesis: D(BUMD) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.856043 -2.656915 -1.954414 -1.609329
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD,2) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:17 Sample (adjusted): 2003Q3 2009Q4 Included observations: 26 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BUMD(-1))
-1.620994
0.164467
-9.856043
0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.795200 0.795200 2.65E+09 1.76E+20 -600.5603 2.314379
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
1.39E+08 5.86E+09 46.27387 46.32226 46.28780
C. SECOND DIFFERENT PAD
: Stasioner
PD
: Stasioner
RD
: Stasioner
BUMD
: Stasioner
Null Hypothesis: D(PAD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.200199 -2.679735 -1.958088 -1.607830
0.0028
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PAD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:18 Sample (adjusted): 2004Q4 2009Q4 Included observations: 21 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PAD(-1),2) D(PAD(-1),3) D(PAD(-2),3) D(PAD(-3),3) D(PAD(-4),3)
-11.77002 8.505235 5.523344 2.297728 0.617332
3.677901 3.400693 2.630224 1.549090 0.556441
-3.200199 2.501030 2.099952 1.483276 1.109430
0.0056 0.0236 0.0519 0.1574 0.2836
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.970598 0.963248 8.83E+09 1.25E+21 -507.8740 1.925405
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
1.71E+09 4.61E+10 48.84515 49.09384 48.89912
Null Hypothesis: D(PD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-5.031375 -2.685718 -1.959071 -1.607456
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(PD(-1),2) D(PD(-1),3) D(PD(-2),3) D(PD(-3),3) D(PD(-4),3) D(PD(-5),3)
-15.07379 12.07134 9.411319 5.865246 2.899994 0.908943
2.995958 2.815493 2.357523 1.593596 0.876852 0.321736
-5.031375 4.287469 3.992038 3.680510 3.307279 2.825126
0.0002 0.0008 0.0013 0.0025 0.0052 0.0135
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.964670 0.952052 5.14E+09 3.70E+20 -472.0320 2.306741
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
8.22E+08 2.35E+10 47.80320 48.10192 47.86151
Null Hypothesis: D(RD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.966982 -2.679735 -1.958088 -1.607830
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2004Q4 2009Q4 Included observations: 21 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(RD(-1),2)
-8.600558
1.731546
-4.966982
0.0001
D(RD(-1),3) D(RD(-2),3) D(RD(-3),3) D(RD(-4),3) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
5.922953 3.808278 1.816130 0.556420 0.942067 0.927584 2.65E+09 1.12E+20 -482.5711 1.815793
1.535862 1.124331 0.669849 0.257075
3.856436 3.387151 2.711253 2.164423
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
0.0014 0.0038 0.0154 0.0459 1.47E+08 9.84E+09 46.43534 46.68404 46.48932
Null Hypothesis: D(BUMD,2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=6)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.789323 -2.669359 -1.956406 -1.608495
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BUMD,3) Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 11:19 Sample (adjusted): 2004Q2 2009Q4 Included observations: 23 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(BUMD(-1),2) D(BUMD(-1),3) D(BUMD(-2),3)
-3.872665 1.502266 0.454964
0.668932 0.506925 0.233560
-5.789323 2.963489 1.947950
0.0000 0.0077 0.0656
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.916078 0.907686 3.43E+09 2.35E+20 -535.9868 2.122813
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter.
4.45E+08 1.13E+10 46.86842 47.01653 46.90567
Lampiran 13
Hasil Analisis Regresi
Dependent Variable: PAD Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:36 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PD RD BUMD
-8.19E+09 1.551903 1.053228 0.490892
2.94E+09 0.099572 0.356356 0.346660
-2.784836 15.58568 2.955552 1.416061
0.0103 0.0000 0.0069 0.1696
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.927728 0.918694 3.80E+09 3.47E+20 -655.2168 102.6929 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
3.64E+10 1.33E+10 47.08692 47.27723 47.14510 1.778653
Lampiran 14
Hasil Uji Normalitas
7
Series: Residuals Sample 2003Q1 2009Q4 Observations 28
6 5 4 3 2 1 0 -4.0e+09
0.00000
4.0e+09
8.0e+09
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.13e-07 -4.80e+08 9.91e+09 -4.90e+09 3.58e+09 0.975027 4.017935
Jarque-Bera Probability
5.645389 0.059446
Lampiran 15
Hasil Uji Multikolinieritas
PD RD BUMD
PD 1.000000 0.248200 0.157742
RD 0.248200 1.000000 0.119092
BUMD 0.157742 0.119092 1.000000
Lampiran 16
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.772584 13.15606 14.58520
Prob. F(9,18) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.1440 0.1557 0.1030
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:40 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PD PD^2 PD*RD PD*BUMD RD RD^2 RD*BUMD BUMD BUMD^2
-1.97E+18 -3.30E+09 0.101165 0.114205 -0.331472 6.18E+09 -0.553586 -0.344667 1.34E+10 -0.868085
6.59E+19 3.82E+09 0.070037 0.335888 0.389393 1.13E+10 0.789187 1.222860 1.11E+10 1.435828
-0.029931 -0.864873 1.444445 0.340010 -0.851251 0.546483 -0.701464 -0.281853 1.207878 -0.604588
0.9765 0.3985 0.1658 0.7378 0.4058 0.5914 0.4920 0.7813 0.2427 0.5530
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.469859 0.204789 1.95E+19 6.88E+39 -1277.283 1.772584 0.144017
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
1.24E+19 2.19E+19 91.94877 92.42456 92.09423 1.826900
Lampiran 17
Hasil Analisis Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.107328 0.270559
Prob. F(2,22) Prob. Chi-Square(2)
0.8987 0.8735
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 01/12/11 Time: 10:42 Sample: 2003Q1 2009Q4 Included observations: 28 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PD RD BUMD RESID(-1) RESID(-2)
-2.38E+08 0.006526 -0.003261 0.030564 0.016814 -0.113010
3.25E+09 0.106773 0.379586 0.366417 0.255770 0.245052
-0.073081 0.061120 -0.008590 0.083412 0.065739 -0.461166
0.9424 0.9518 0.9932 0.9343 0.9482 0.6492
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.009663 -0.215414 3.95E+09 3.44E+20 -655.0809 0.042931 0.998785
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.13E-07 3.58E+09 47.22006 47.50554 47.30734 1.819556