ANALISIS PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJARAN PADA PT. JAVA CELL
Oleh RAHMAD ARIEF PRIYONO H24101015
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJARAN PADA PT. JAVA CELL
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RAHMAD ARIEF PRIYONO H24101015
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJARAN PADA PT. JAVA CELL
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RAHMAD ARIEF PRIYONO H24101015
Menyetujui, Agustus 2007
Erlin Trisyulianti, S. TP, M. Si. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr.Ir.Jono M Munandar,M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 20 Agustus 2007
Tanggal Lulus:
ABSTRAK Rahmad Arief Priyono. H24101015. Analisis Penerapan Organisasi Pembelajaran (Studi Kasus: PT. Java CELL Jakarta). Di bawah bimbingan Erlin Trisyulianti. Penerapan organisasi pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu upaya bagaimana organisasi mampu mempelajari lingkungan, kemudian mengembangkan dan selanjutnya digunakan untuk memenangkan kompetisi. PT. Java CELL, merupakan sebuah badan usaha swasta yang berbentuk perusahaan terbatas yang bergerak di bidang teknologi komunikasi. Secara umum perusahaan tersebut telah menerapkan sebagian dari sistem organisasi pembelajaran. Dalam kaitan ini terlihat dari salah satu visi dan tujuannya, yaitu Ikut berpartisipasi dalam mengembangkan industri komunikasi di Indonesia dan melakukan pemberdayaan manusia yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai pendukung komunikasi nirkabel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan organisasi pembelajaran pada perusahaan tersebut dan bagaimana perbedaan sikap pimpinan dan non pimpinan terhadap penerapan organisasi pembelajaran. Penelitian kualitatif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Agar alat ukur ini valid dan reliable, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach, untuk uji reliabilitas dan uji validitas dengan metode Product Moment Pearson. Sedangkan hasil penelitian diolah dengan melihat persentase jumlah dan rata-rata jawaban-jawaban responden . Untuk uji perbedaan persepsi pegawai dengan jabatan dan non jabatan digunakan analisis dengan uji t. Uji reliabilitas menunjukan bahwa alat pengumpul data sangat andal dengan nilai alpha 0,971, sedangkan validitas 0,235 - 0,807. Hasil penelitian menunjukkan, jawaban responden pada PT. Java CELL lebih mengarah pada skala 3 (2,98) berarti perusahaan tersebut sebagian besar telah menerapkan organisasi pembelajaran dan tidak ada perbedaan persepsi antara pimpinan dan non pimpinan pada perusahaan tersebut.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 16 Juli 1983. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan H. Endang Supriyanto dan Hj. Mariani. Penulis menyelesaikan pendidikan TK Angkasa Medan pada Tahun 1988, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Swasta Angkasa I Medan. Pada tahun 1995, penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Swasta Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Medan dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Swasta Darul Ulum I Pondok Pesantren Modern Darul Ulum Jombang Jawa Timur dan masuk dalam program IPA pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Manajemen. Selama
mengikuti
perkuliahan,
penulis
aktif
dalam
organisasi
Kerohanian Islam Departemen Manajemen dengan jabatan wakil ketua pada tahun 2001. Selain itu, pada tahun 2003 penulis juga aktif dalam Himpunan Profesi (HIMPRO)
Departemen
Manajemen
dengan
jabatan
Human
Resource
Management (HRM). Pada tahun 2004, penulis bekerja pada Restoran Saung Mirah Bogor sebagai Marketing Departement selama 5 bulan. Penulis juga pernah menjadi Financial Consultant di perusahaan Asuransi Wana Artha Life selama 2 bulan ditahun yang sama. Pada tahun 2006 sampai sekarang penulis bekerja pada perusahaan perbankan Amerika yang bergerak dalam bidang Kartu Kredit yang diberi nama GE sebagai Tenaga Pemasar (SALES) selama 6 bulan. Selain itu ditahun yang sama, penulis juga terdaftar sebagai Sales Manager pada PT. IDENTIKA PRIMA INDONESIA, dimana perusahaan tersebut bergerak dalam bidang MLM parfum dan kosmetik. Mulai Februari 2007 sampai September 2007 penulis terdaftar sebagai tenaga kontrak pada Direktorat SDM dan Administrasi Umum Institut Pertanian Bogor.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisi Penerapan Organisasi Pembelajaran (Studi Kasus pada PT. Java CELL Jakarta). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan masukan yang tiada ternilai. 2. Bapak Prof. Dr. Ir.
H. Musa Hubeis, Dipl.Ing, DEA dan Dra. Siti
Rahmawati, M.Pd selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji, memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga. 3. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berguna. 4. Bapak Dr. Ir. H. Moh. Yamin, M.Agr.Sc selaku direktur Direktorat SDM&AU
yang
telah
memberikan
kesempatan
untuk
dapat
mengaktualisasikan diri. 5. Ibu Tuti Suryati, S.Pt, M.Si yang telah memberikan motivasi tinggi untuk berkarya. 6. PT. Java CELL yang telah berpartisipasi dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk melakukan penelitian. 7. Kedua Orang Tua, kakak dan adik serta seluruh keluarga yang tiada pernah putus senantiasa berdoa dan memberikan dukungan kepada penulis. 8. Keluarga besar almarhum Atmosuwito dan keluarga besar almarhum H. M. Kasni yang tak henti-hentinya memberi support untuk tetap menjadi anak yang baik.
iv
9. Keluarga besar Pondok Pesantren Modern Nurul Hakim Tembung dan keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang yang telah mendidik untuk menjadi manusia yang berguna. 10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha di Departemen Manajemen FEM IPB. 11. Seluruh mahasiswa manajemen angkatan 37, 38, 39, 40, Nia (Jankrix), Eva (Pocy), Doddy (Dorongdot), Joni (Jonse) yang telah berkenan menjadi temen saya selama di Departemen Manajemen FEM dan Direktorat SDM dan AU IPB. 12. Seluruh warga Perumahan Nuansa Hijau Ciomas yang telah membantu saya dalam bersosialisasi dengan masyarakat umum. 13. Pak Dana yang sudah memberikan pinjaman printernya kepada penulis. 14. Rafik yang sering menjadi tempat curhat dalam sedih dan duka. 15. Pak Asep selaku RW di Perumahan Nuansa Hijau Ciomas yang sudah banyak memberikan motivasi kepada penulis. 16. Mas Cahyo yang telah memberi dukungan dan bantuannya kepada penulis yang tidak akan pernah penulis lupakan. 17. Ayah yang telah memberikan kasih sayangnya ke pada penulis.”I’ll always remember u Ayah”. 18. Seluruh pegawai Direktorat SDM&AU yang telah banyak memberikan dukungan moril serta membantu dalam melaksanakan tugas. 19. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Tak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii KATA PENGANTAR.................................................................................... iv DAFTAR ISI................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Organisasi Pembelajaran ..................................................... 5 2.2. Karakteristik Organisasi Pembelajaran ................................................. 7 2.3. Model Organisasi Pembelajaran............................................................ 10 2.3.1. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran............................................ 15 2.3.2. Sub Sistem Transformasi Organisasi........................................... 18 2.3.3. Sub Sistem Pemberdayaan Manusia............................................ 20 2.3.4. Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan ......................................... 21 2.3.5. Sub Sistem Penerapan Teknologi ................................................ 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian............................................................ 27 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 27 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................. 27 3.3.1. Populasi ....................................................................................... 27 3.3.2. Pengambilan Sampel ................................................................... 27 3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 28 3.5. Operasionalisasi Konsep ....................................................................... 29 3.6. Definisi Operasional.............................................................................. 29 3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................. 31 3.7.1. Analisis Uji Validitas .................................................................. 31 3.7.2. Analisis Uji Reliabilitas............................................................... 31 3.7.3. Analisis Data Hasil Penelitian ..................................................... 32
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan................................................................ 33 4.2. Karakteristik Responden ........................................................................ 34 4.2.1. Tingkat Jabatan ............................................................................ 34 4.2.2. Jenis Kelamin ............................................................................... 34 4.2.3. Tingkat Pendidikan ...................................................................... 35 4.2.4. Usia .............................................................................................. 35 4.2.5. Masa Kerja ................................................................................... 36 4.3. Analisis Kuesioner Penerapan Organisasi Pembelajaran....................... 36 4.3.1. Analisis Validitas ......................................................................... 36 4.3.2. Analisis Reliabilitas ..................................................................... 36 4.4. Analisis Penerapan Organisasi Pembelajaran pada PT. Java CELL...... 37 4.4.1. Sub Sistem Dinamika Belajar ...................................................... 37 4.4.2. Sub Sistem Transformasi Organisasi ........................................... 41 4.4.3. Sub Sistem Pemberdayaan Manusia ............................................ 47 4.4.4. Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan.......................................... 54 4.4.5. Sub Sistem Aplikasi Teknologi.................................................... 60 4.5. Analisis Keseluruhan Penerapan Organisasi Pembelajaran................... 65 4.6. Analisis Perbedaan ................................................................................. 68 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .................................................................................................. 69 2. Saran............................................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70 LAMPIRAN.................................................................................................... 72
vii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian.................................................................... 30 2. Data Responden Berdasarkan Tingkat jabatan .......................................... 34 3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................................. 34 4. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................... 35 5. Data Responden Berdasarkan Usia ............................................................ 35 6. Data Responden Berdasarkan Masa Kerja................................................. 36 7. Jawaban Responden Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran....... 37 8. Jawaban Responden Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi ...... 42 9. Jawaban Responden Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia ....... 48 10. Jawaban Responden Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan .... 55 11. Jawaban Responden Penerapan Sub Sistem Aplikasi Teknologi .............. 61 12. Anova ......................................................................................................... 68
viii
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Keterkaitan Lima Sub Sistem Organisasi Pembelajaran.............................. 15 2. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran ............................................................ 18 3. The Learning Organization Model : Reflexive Input/Output Model............ 24 4. Kurva radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Dinamika Pembelajaran ............... 39 5. Kurva radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Transformasi Organisasi .............. 45 6. Kurva radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Pemberdayaan Manusia ............... 52 7. Kurva radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan............. 58 8. Kurva radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Aplikasi Teknologi....................... 63 9. Kurva radar Nilai Rata-rata Organisasi Pembelajaran PT. Java CELL ....... 66
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Kuesioner ..................................................................................................... 72 2. Tabel Item Total Statisics ............................................................................ 79 3. Tabel Reliability Statistics ........................................................................... 81 4. Sosiodemographi.......................................................................................... 82 5. Hasil Analisis Seluruh Sub Sistem dan Indikatornya .................................. 84
x
1
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat berdampak terhadap meningkatnya kompetisi. Hal ini mengharuskan seluruh organisasi untuk terus-menerus merubah perilakunya dalam menjalankan organisasi sesuai dengan tuntutan jaman. Organisasi dituntut untuk meningkatkan kemampuan di segala tingkatan pekerjaan (bukan jenis pekerjaan). Selain itu organisasi harus mampu menguasi setiap perkembangan informasi serta berusaha untuk meminimalisasi risiko yang ada jika ingin tetap bertahan dalam peta persaingan yang ketat. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa perusahaan yang gagal meraih keberhasilan karena tiga hal. Pertama, 40% dari perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan strategi yang dibuat. Kedua, 35% keberhasilan karena organisasi tidak siap untuk berubah atau tidak memiliki komitmen terhadap perubahan yang dibutuhkan. Ketiga, hanya 17% diakibatkan karena tidak memiliki strategi yang baik (McKinsey dan Company dalam Smye dan Cooke, 1996). Penelitian yang dilakukan menyimpulkan, bahwa salah satu kunci perusahaan dapat bertahan adalah faktor manusia. Organisasi sekarang ini harus mempersiapkan diri untuk berbagai perubahan tersebut dengan melakukan perubahan dari unsur manusianya. Salah satu cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah dengan membudayakan manusia itu sendiri melalui proses belajar, yaitu suatu proses individu dan atau sekelompok individu memperoleh dan menguasai pengetahuan yang baru yang diikuti dengan perubahan perilaku dan tindakan serta pengembangan kemampuan di dalam organisasi dan menjadikan organisasi sebagai learning organization. Geus dalam Sangkala (2002) memberikan gambaran tentang karakteristik umum yang menyebabkan tidak bertahannya perusahaan sebagai ketidakmampuannya untuk belajar dan beradaptasi dengan permintaan perubahan
lingkungan. Proses belajar
ilmu pengetahuan
merupakan
2
penciptaan modal atau investasi untuk pembelajaran yang unggul di persaingan global. Organisasi pembelajaran bukan merupakan hal baru dalam pengelolaan organisasi yang berbasis pada pengetahuan. Implementasi pembelajaran organisasi merupakan hal penting jika organisasi ingin bertahan hidup. Suatu wujud yang harus menyebabkan perubahan di semua sektor kehidupan, merubah sistem teknologi ke tingkat yang lebih tinggi, membuat hal yang buruk menjadi lebih baik serta perubahan perilaku manusia organisasi merupakan komitmen paling utama dalam proses organisasi pembelajaran. Organisasi pembelajaran bukan merupakan hal yang dianggap mudah. Banyak permasalahan yang harus diantisipasi dalam menerapkan organisasi pembelajaran, yaitu adanya dua sisi kepentingan. Pertama dari sisi organisasi dan kedua dari sisi manusia. Dua sisi yang tidak mungkin dipisahkan, saling melekat satu sama lain. Pada dasarnya setiap organisasi telah menerapkan sebagian konsep organisasi pembelajaran. Perbedaannya ada pada kualitas dan kuantitasnya. Seperti halnya Java CELL, yang merupakan sebuah badan usaha swasta berbentuk perusahaan terbatas yang bergerak di bidang teknologi komunikasi. Salah satu bentuk usaha untuk dapat bertahan hidup dan berkembang harus mengikuti perkembangan telekomunikasi yang semakin canggih. Hal ini berarti bila sebuah perusahaan ingin selalu menjadi pemimpin pasar, paling tidak harus melakukan proses pembelajaran dan membentuk organisasi pembelajaran. Secara umum PT. Java CELL telah menerapkan sebagian dari sistem organisasi pembelajaran. Dalam kaitan ini terlihat dari salah satu visi dan tujuannya, yaitu Ikut berpartisipasi dalam mengembangkan industri komunikasi di Indonesia dan melakukan pemberdayaan manusia yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai pendukung komunikasi nirkabel. Dalam profilnya juga menyatakan bahwa perusahaan tersebut akan memelihara proyek dan bekerja dengan mendekati pelanggan untuk mengerti dan mengetahui kebutuhan pelanggan.
3
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar penerapan yang telah dilakukan perusahaan yang sedang berkembang ini agar dapat ditarik kesimpulan guna perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Usaha
meningkatkan
kemampuan
suatu
organisasi
untuk
mengantisipasi berbagai perubahan dan mampu untuk berkompetisi, maka sudah barang tentu setiap organisasi untuk meningkatkan kualitas SDM melalui proses pembelajaran individu ataupun kelompok. Untuk itu dirumuskan masalah yang menjadi arah dari penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana penerapan organisasi pembelajaran pada PT. Java CELL ? 2. Bagaimana perbedaan sikap pimpinan dan non pimpinan terhadap penerapan organisasi pembelajaran pada PT. Java CELL ? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis sejauhmana penerapan organisasi pembelajaran pada PT. Java CELL. 2. Mengetahui bagaimana perbedaan sikap pimpinan dan non pimpinan terhadap penerapan organisasi pembelajaran pada PT. Java CELL. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dapat dirasakan oleh berbagai pihak, antara lain: a. Akademisi Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi pengembangan konsep-konsep di bidang pengembangan SDM dan organisasi,
khususnya
organization).
tentang
organisasi
pembelajaran
(learning
4
b. Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pimpinan organisasi, khususnya PT. Java CELL dalam membuat kebijakan pengembangan dan pengelolaan SDM. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas satu variabel saja (univariat), yaitu menggali secara mendalam potensi organisasi pembelajaran (learning organization) pada PT. Java CELL melalui sub sistem-sub sistem dari teori organisasi pembelajaran itu sendiri.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Organisasi Pembelajaran Konsep learning organization sudah dikenal pada era post modern, namun baru berkembang secara eksponensial sejak ditulis oleh Peter Senge, (1990) dalam karya Fifth Discipline. Sampai sekarang ini kajian tentang learning organization semakin merambah dunia pendidikan. Marquardt (1996) menyatakan, bahwa pembelajaran dalam organisasi memfokuskan diri pada “apa” - karakteristik, prinsip-prinsip dan sistem dari suatu organisasi yang belajar secara kolektif. Sedangkan organisasi pembelajaran mengacu pada “bagaimana” – tingkat penguasaan dan proses pengembangan pengetahuan. Sistem organisasi secara menyeluruh yang mengembangkan organisasi pembelajaran sudah didefinisikan oleh beberapa peneliti dan pakar sumber daya manusia dari berbagai perspektif. Senge dalam Marquardt dan Reynolds (1994) memberikan definisi organisasi pembelajaran adalah organisasi yang anggotanya secara terus menerus memperluas kapasitasnya demi terciptanya hasil yang benar-benar diinginkan bersama. Dalam kaitan ini pola ekspansif dimungkinkan, aspirasi kolektif diberi kebebasan dan anggotanya senantiasa mendapatkan bagaimana untuk dapat belajar bersama-sama. Back dalam Marquardt dan Reynold (1996) mendefinisikan organisasi pembelajaran adalah organisasi yang telah memberikan fasilitas pembelajaran dan pengembangan pribadi pada semua anggotanya dan pada saat yang sama organisasi tersebut secara terus menerus mengubah dirinya sendiri. Selanjutnya menurut Schwandt dalam Marquardt dan Reynolds (1996) memberikan definisi organisasi pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem dari tindakan-tindakan para pelaku, simbol-simbol dan proses yang merubah informasi ke dalam pengetahuan yang bernilai pada gilirannya akan mengubah kapasitasnya melalui proses perjalanan panjang dari penyesuaian diri. Pengertian ini menitikberatkan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari bermacam komponen yang saling
6
berhubungan dan ketergantungan secara fungsional. Komponen tersebut adalah perilaku pimpinan dan anggota organisasi sebagai pelaku dalam upaya pencapaian efektivitas dan tujuan organisasi. Watkins dan Marsick dalam Marquardt dan Reynolds (1996) melihat kekuatan dari organisasi pembelajaran adalah organisasi yang berusaha meningkatkan kemampuannya menjadi organisasi pembelajaran, yaitu dengan memberdayakan SDM melalui inisiatif berkualitas dan menciptakan kehidupan dalam pekerjaan berkualitas, menciptakan kesempatan yang luas bagi pembelajaran yang mendorong kerjasama, mengembangkan pengawasan dan secara terus menerus menciptakan kesempatan pembelajaran, melalui strategi yang terintegrasi, yang menyatakan pembelajaran di dalam organisasi mengubah persepsi, perilaku kepercayaan, model mental, strategi kebijakan dan gaya dalam merespon berbagai perubahan di lingkungan dengan cepat. 2.2. Karakteristik Organisasi Pembelajaran Organisasi yang telah menerapkan konsep organisasi pembelajaran memiliki ciri-ciri seperti yang dikatakan Moris dalam Marquardt dan Reynold (1996) adalah : 1. Setiap individu yang belajar, perkembangannya terkait dengan organisasi pembelajaran dan pengembangan organisasi. 2. Menitikberatkan kepada usaha kreativitas dan adaptasi. 3. Berbagai kerjasama merupakan unsur proses dan pengembangan belajar. 4. Jaringan kerja yang bersifat individu dan penerapan teknologi merupakan bagian terpenting untuk menciptakan organisasi pembelajaran. 5. Bagian mendasar adalah berpikir sistem. 6. Organisasi pembelajaran yang berkelanjutan menyebabkan keadaan yang lebih baik (transformasi) terhadap pertumbuhan organisasi. Uraian tersebut mengarah pada kesimpulan, bahwa organisasi pembelajaran merupakan suatu kondisi atau iklim yang dapat mendorong dan mempercepat personal, kelompok dan organisasi untuk belajar. Organisasi
7
pembelajaran mengarahkan untuk penerapan proses berpikir kritis dalam memahami sesuatu yang seharusnya dilaksanakan dan untuk apa kita melaksanakannya. Setiap individu atau pegawai adalah SDM dalam organisasi yang berperan penting dalam membantu organisasimya untuk belajar dari kesalahan, kegagalan dan keberhasilan. Dengan demikian disadari dan diakui berbagai perubahan lingkungan dan berusaha beradaptasi dengan cara yang lebih efektif. Dapat diketahui keberadaan organisasi dari kemampuan individunya untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati bersama. Organisasi
pembelajaran hanya akan terwujud melalui pengalaman dan perilaku individu yang mencirikan suatu proses pembelajaran dalam organisasi serta membawa peningkatan kinerja organisasi. Marquardt (1994) menyatakan istilah Learning Company yang mengidentifikasikan suatu perusahaan untuk menciptakan kondisi dalam membantu terciptanya komitmen, integritas dan tanggung jawab pada sumber daya manusia terhadap keberhasilan kinerja organisasi. Hal tersebut tercermin dalam tiga sikap. Pertama, setiap pegawai harus memiliki visi organisasi, yaitu persepsi dan sudut pandang yang sama mengenai kegiatan, tujuan dan arah organisasi di masa mendatang. Kedua, setiap pegawai mempunyai akses yang berkesinambungan terhadap informasi yang dibutuhkan guna mendukung keberhasilan organisasi. Ketiga, setiap anggota organisasi mempunyai kesempatan untuk belajar dari anggota yang lain dan membuat kesimpulan dan konsensus bersama tentang apa yang seharusnya dilakukan organisasi. Untuk lebih mendalam lagi melalui penelitian yang dilakukan Marquardt dan Reynolds (1994), organisasi pembelajaran mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Melihat ketidakpastian sebagai kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan. 2. Membuat pengetahuan baru dengan memakai informasi yang obyektif, cara pandang yang obyektif, simbol-simbol dan berbagai asumsi. 3. Respetif terhadap perubahan internal organisasi.
8
4. Memberikan rangsangan dan meningkatkan tanggung jawab mulai dari tingkatan pegawai yang terendah. 5. Mendorong setiap manajer atau pemimpin untuk menjadi pembimbing dan memberikan fasilitas proses belajar. 6. Mempunyai budaya umpan balik dan keterbukaan. 7. Mempunyai pandangan yang terpadu dan sistematis terhadap sistem organisasi, proses dan keterkaitan antar unsur organisasi. 8. Memiliki visi, tujuan dan nilai-nilai yang sama antar anggota organisasi. 9. Pengambilan keputusan terdesentralisasi dan setiap pegawai diberikan kewenangan untuk mengambil suatu keputusan. 10. Mempunyai pemimpin yang berani menghadapi resiko dan selalu mencoba hal-hal yang baru berdasarkan perhitungan yang matang. 11. Orientasi kepada pelanggan. 12. Mempunyai sistem dalam berbagai pengetahuan dan melakukannya dalam organisasi. 13. Kepedulian terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya. 14. Adanya
keterkaitan
pengembangan
diri
setiap
pegawai
dengan
pengembangan organisasi. 15. Mempunyai jejaring kerja (network) yang berfungsi di dalam organisasi dengan penggunaan teknologi. 16. Mempunyai jaringan dengan lingkungan internasional. 17. Memberikan kesempatan kepada setiap pegawai yang memiliki inisiatif dan prestasi kerja. 18. Menghindari birokrasi. 19. Memberikan penghargaan kepada setiap pegawai yang memiliki inisiatif dan prestasi. 20. Menumbuhkan rasa saling percaya di antara anggota organisasi.
9
21. Melakukan pembaharuan yang berkelanjutan. 22. Mendorong, mengembangkan dan menghargai setiap bentuk kerjasama kelompok. 23. Mengusahakan dan memanfaatkan kelompok kerja lintas fungsional. 24. Mengusahakan dan memanfaatkan keahlian yang ada pada SDM dan mengevaluasi kapasitas belajarnya. 25. Melihat organisasi sebagai organisme yang hidup dan terus berkembang. 26. Memandang sesuatu yang tidak diharapkan sebagai suatu kesempatan untuk belajar. Usaha mewujudkan organisasi pembelajaran harus dimulai dengan memahami kemampuan dari organisasi dalam upaya membuat kondisi yang mengarah pada terbentuknya organisasi pembelajaran, dengan memanfaatkan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki serta dikelola oleh semua unsur organisasi, sehingga menjadi kekuatan organisasi. Peranan pemimpin sangat diperlukan untuk menentukan kondisi terwujudnya pembelajaran setiap pegawai, kelompok kerja dan organisasi secara keseluruhan. 2.3. Model Organisasi Pembelajaran Senge (1990) yang pertama kali mengemukakan, bahwa di dalam organisasi pembelajaran yang efektif sangat diperlukan lima disiplin yang harus
diwujudkan
dan
dikembangkan
dalam
terciptanya
organisasi
pembelajaran : 1. Disiplin Personal Mastery, disiplin yang antara lain menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan memandang realitas secara objektif. Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan belajar untuk meningkatkan kapasistas pribadi kita, untuk menciptakan hasil yang paling diinginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong semua anggotanya untuk mengembangkan diri ke arah sasaran dan tujuan organisasi. Kualitas disiplin personal mastery seseorang dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut :
10
¾ Memiliki kesadaran akan hakikat dirinya, sehingga mampu memahami diri sendiri secara mendalam. ¾ Mampu melakukan penyelarasan (aligment) antara visi pribadinya dengan visi bersama sehingga memiliki keseimbangan antara visi pribadi dengan pemahaman yang mendalam terhadap kondisi organisasi. ¾ Memiliki kesadaran tentang posisi dan kemampuan-kemampuan dirinya relatif diantara anggota-anggota lain dalam organisasinya, sehingga terjadi hubungan interpersonal yang harmonis. ¾ Konsisten untuk membangun kondisi lingkungan kerja yang kondusif untuk suburnya proses belajar bersama. 2. Disiplin Berbagi Visi menggambarkan kemampuan organisasi dalam mengikat para anggotanya untuk secara bersama-sama mencapai sasaran yang disepakati. Dengan disiplin berbagi visi, organisasi dapat membangun suatu rasa komitmen bersama, dengan menetapkan gambarangambaran tentang masa depan yang diciptakan bersama, dan sekaligus menetapkan prinsip-prinsip serta rencana-rencana jangka panjang sebagai arahan bertindak para anggotanya. Kualitas disiplin berbagi visi sebuah organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut : ¾
Mampu mencatat ”gambar” yang diciptakan bersama, untuk kemudian diwujudkan sebagai visi bersama.
¾
Kuatnya komitmen terhadap kebenaran dan tidak mudah putus asa ketika menghadapi tekanan maupun ketidakpastian akibat tuntutan perubahan.
¾
Kuatnya keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan
masa
depan
bersama,
dan
komitmen
untuk
menggunakan semua kompetensi yang mereka miliki. ¾
Memiliki tingkat pemahaman yang baik tentang masa depan (visi) organisasi.
3. Disiplin Model Mental menggambarkan kemampuan para anggota organisasi
untuk
melakukan
perenungan,
mengklarifikasikan
dan
memperbaiki gambaran-gambaran internal (pemahaman) tentang dunia,
11
yang dilandasi oleh prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang sarat dengan moral dan etika. Disiplin model mental berpengaruh saat seseorang membuat peta atau kerangka berpikir, sehingga berpengaruh pada kemampuan seseorang atau organisasi saat memahami permasalahan yang dihadapinya. Disiplin model mental dapat menjelaskan bagaimana seseorang berpikir, sehingga dapat menjelaskan pula mengapa dan bagaimana seseorang atau organisasi menetapkan suatu keputusan atau melakukan tindakan. Kualitas disiplin model mental seseorang atau organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut : ¾ Para anggota organisasi memiliki kesamaan atau kesadaran akan pentingnya model mental bersama, sebagai landasan berpikir. ¾ Mampu membuka atau membahas asumsi-asumsi yang tersembunyi. ¾ Kuatnya pemahaman akan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang disepakati bersama. ¾ Kuatnya rasa saling terbuka dan tulus dalam bekerjasama diantara seluruh anggota organisasi. ¾ Mampu menciptakan keselarasan (aligment) antara model mental individual dengan model mental bersama (organisasi). ¾ Memiliki jati diri dan paradigma organisasi yang kuat, sehingga tidak ”panik” ketika menghadapi tekanan atau tuntutan perubahan lingkungan yang dinamis. ¾ Mampu membuat keputusan kunci didasarkan pada pemahaman bersama atas nilai-nilai yang diyakininya. 4. Disiplin Berpikir Sistemik menggambarkan kemampuan untuk melihat organisasi sebagai satu-kesatuan dari seluruh komponen yang membentuk atau mempengaruhinya. Dengan disiplin berpikir sistemik, kita mampu melihat gambaran yang lebih besar dari organisasi sebagai keseluruhan yang dinamis (helicopter view), sehingga mampu memahami bagaimana organisasi bergerak dan bagaimana individu-individu dalam organisasi berinteraksi. Dengan disiplin berpikir sistemik, kita mampu melakukan analisis dan sekaligus mampu menyusun kerangka kerja konseptual yang lengkap, karena memiliki cara pandang dan cara berpikir tentang satu
12
kesatuan dari keseluruhan prinsip-prinsip organisasi pembelajaran. Tanpa kemampuan
menganalisis
dan
mengintegrasikan
disiplin-disiplin
organisasi pembelajaran, tidak mungkin kita dapat menterjemahkan disiplin-disiplin tersebut menjadi tindakan (action) yang lengkap dan tuntas. Disiplin berpikir sistemik membantu kita melihat bagaimana kita sebaiknya mengubah sistem-sistem yang ada, agar proses belajar dan tindakan organisasi dapat dilakukan dengan lebih efektif. Disiplin berpikir sistemik pengertiannya hampir sama dengan apa yang disampaikan oleh Guthrie (1986), tentang bagaimana sebaiknya kita memandang organisasi sebagai satu-kesatuan yang tidak terpisahkan (viewing organization as integrated whole). Kualitas disiplin berpikir sistemik organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut : ¾ Memiliki kemampuan untuk memahami hubungan saling pengaruh antara faktor-faktor internal maupun eksternal organisasi secara kontekstual. ¾ Mampu menstrukturkan asumsi-asumsi, atau faktor-faktor penyebab dari suatu masalah secara benar. ¾ Mampu melihat setiap permasalahan secara komprehensif tentang pola keterkaitan dan pola sebab akibat adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. ¾ Mampu menunjukkan apa yang telah kita miliki saat ini, dan bagaimana kita sebaiknya meraih sasaran atau visi organisasi. ¾ Mampu saling mengkoreksi (”saling menilai”) kelebihan dan kelemahan dari kebiasaan-kebiasaan kerjanya. ¾ Kuatnya
kesadaran
bahwa
seluruh
anggota
organisasi
harus
mengetahui bagaimana mereka ”bermain” bersama dalam arena organisasi, untuk membangun kerjasama cerdas. ¾ Memiliki kebiasaan untuk berpikir secara terbuka dan positif (positive thingking). 5. Disiplin Tim Pembelajar adalah suatu keahlian para anggota organisasi untuk melakukan proses berpikir kolektif dan sinergis, serta mampu melakukan proses dialog dan berbagi pengetahuan secara efektif, sehingga
13
organisasi mampu mengembangkan kecerdasan dan mampu membangun kapasaitas real yang jauh lebih besar daripada sekedar jumlah dati kemampuan individual para anggotanya. Kemampuan dialog dan berbagi kepengetahuan
merupakan
disiplin
fundamental
dari
organisasi
pembelajaran. Melalui dialog dan berbagi pengetahuan, setiap individu mampu berinteraksi untuk menggali dan menyelesaikan permasalahan, membuat keputusan dan sekaligus menentukan tindakan yang tepat, termasuk bagaimana mereka dapat menerima sistem dan struktur dari organisasi, maupun saat menetapkan visi organisasi. Dengan dialog dan berbagi pengetahuan, para anggota organisasi mampu memahami apa yang terjadi
dalam
organisasi,
memahami
bagaimana
setiap
individu
memperoleh pemahaman tentang struktur dan proses kerja dalam organisasi, atau memahami bagaimana model-model baru atau tujuan baru ditetapkan. Kualitas disiplin tim pembelajaran organisasi dicirikan oleh kuatnya disiplin-disiplin berikut : ¾ Memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk saling pengertian atau kemapuan untuk membangun kesepakan bersama. ¾ Mau dan mampu melaksanakan kerjasama cerdas sehingga terjadi proses pengkayaan wawasan dan pandangan. ¾ Komunitas organisasi memiliki kemampuan yang tinggi untuk melakukan proses dialog (berbagi nilai, berbagi visi maupun berbagi pengetahuan) untuk membangun kecerdasan bersama. Kelima disiplin yang telah dijelaskan dikembangkan dan dicermati sebagai suatu nilai individual dengan proses pelatihan kepemimpinan dan proses pengamatan perubahan budaya serta pengetahuan untuk suatu perubahan pola pikir yang beradaptasi terhadap perubahan organisasi. Proses pembelajaran diawali dari pembelajaran individu untuk mengetahui potensi diri, sehingga timbul motivasi yang diapresiasikan dalam komitmen bersama, agar dapat belajar secara tim dalam proses pembelajaran organisasi, yang selanjutnya berkomitmen untuk memperjuangkan visi di dalam organisasi pembelajaran.
14
Model lain telah dikembangkan Marquardt. Model Marquardt ini sering
digunakan
sebagai
dasar
dari penelitian-penelitian
organisasi
pembelajaran, dengan pengembangan-pengembangan lebih lanjut. Menurut Marquardt (1996) organisasi pembelajaran dibentuk dengan menyatukan lima sub sistem yang berbeda, yaitu : 1. Dinamika pembelajaran. 2. Transformasi Organisasi. 3. Pemberdayaan orang-orang/manusia. 4. Pengelolaan pengetahuan 5. Penerapan teknologi.
Organisasi
Manusia
Pembelajaran
Pengetahuan
Teknologi
Gambar 1. Keterkaitan Lima Sub Sistem Organisasi Pembelajaran (Marquardt,1996) Gambar 1 menunjukkan adanya keterikatan yang tidak terpisahkan antara sub-sub sistem organisasi pembelajaran yang terpusat pada dimensi dinamika pembelajaran. Pembelajaran akan berbeda pada tingkatan individu, kelompok dan tingkatan organisasi. Masing-masing sub sistem yang lain, yaitu
transformasi
organisasi,
pemberdayaan
manusia,
pengelolaan
pengetahuan dan penerapan teknologi diperlukan untuk meningkatkan dan menambah kualitas serta dampak dari organisasi pembelajaran. Keempat sub sistem/dimensi tersebut sangat diperlukan keterikatannya satu sama lain untuk membangun,
menjalankan
dan
mendukung
terciptanya
pembelajaran. Kelima sub sistem tersebut diuraikan berikut:
organisasi
15
2.3.1. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Terdapat
dua
hal
pokok
untuk
membangun
organisasi
pembelajaran pada sebuah organisasi (Marquardt, 1996) : 1. Tingkatan pembelajaran Ada tiga tingkatan pembelajaran terdiri dari tingkat individu, group/kelompok dan tingkat organisasi. Ketiga tingkatan tersebut dijabarkan sebagai berikut : a. Pembelajaran individu, yaitu pembelajaran yang berkenaan dengan
perubahan
keahlian,
cara
pandang,
pengetahuan,
pengalaman, sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh individu melalui pembelajaran mandiri, cara pandang instruksi teknologi dan observasi. Menurut Senge (1990) organisasi dapat belajar melalui individu yang memiliki kemauan untuk belajar, tetapi jika individunya tidak ingin belajar belum tentu tercipta organisasi pembelajaran. Namun jika individunya ingin belajar maka akan terwujud organisasi pembelajaran. Sebegitu besar peran pembelajaran individu dalam organisasi pembelajaran, dikarenakan hanya melalui individu yang dapat melakukan perubahan organisasi sebagai penentu perubahan inti dimensi secara berkesinambungan dan mempersiapkan organisasi di masa mendatang. b. Pembelajaran
kelompok,
menitikberatkan
yaitu
peningkatan
pembelajaran
pengetahuan,
keahlian
yang dan
kompetensi melalui kelompok-kelompok yang terdapat pada organisasi.
Pembelajaran
kelompok
dapat
menghadirkan
penemuan baru dalam pemecahan masalah secara bersama (collective problem solving) melalui komunikasi kolektif dan pemikiran yang dibangun bersama, sehingga kreativitas yang konstruktif dalam bekerja terwujud sebagai bentuk kemandirian organisasi.
16
c. Pembelajaran organisasi menekankan bagaimana meningkatkan kemampuan organisasi, meningkatkan cara pandang dan produktivitas, serta komitmen bersama. 2. Jenis pembelajaran terdiri dari adaptive, anticifation, deuteron dan action learning. a. Pembelajaran
adaptif
adalah
sistem
pembelajaran
dari
pengalaman dan refleksi. Sistem pembelajaran ini lebih menganggap, bahwa suatu kesalahan merupakan hal yang dapat dipelajari, yang selanjutnya digunakan dalam pemecahan masalah-masalah
yang
serupa.
Pembelajaran
juga
dapat
dilakukan dari kesalahan-kesalahan pihak lain yang selanjutnya dicermati dan dipelajari. b. Pembelajaran antisipatif, yaitu proses perolehan pengetahuan dengan analisis cara pandang ke depan. c. Pembelajaran dutro melalui derajat refleksi pada intensitas kegiatan atau kejadian dalam organisasi. Biasanya pembelajaran tipe ini menempatkan semua kejadian-kejadian dalam organisasi sebagai bahan untuk memperoleh perubahan sehingga pekerjaan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien. d. Pembelajaran tindakan adalah pembelajaran melalui tindakan dengan pemecahan permasalahan yang ada dengan metode yang lebih
baik
dan
memungkinkan
terjadinya
penyebaran
pembelajaran dalam organisasi dengan menanggapi perubahan yang lebih cepat dan efektif. Seperti pepatah : “there is no learning without action and no action without learning”. Action learning begitu berperan dalam suatu pembelajaran yang mana memiliki dua manfaat besar, yaitu : (1) pengembangan keahlian dan pengetahuan melalui proses refleksi atas tindakan yang diambil pada saat penyelesaian masalah yang nyata dan (2) perubahan organisasi yang terjadi menyebabkan setiap individu menempatkan permasalahan organisasi dari perspektif baru.
17
Marquardt mengambil model organisasi pembelajaran dari Senge (1990) dimana disiplin kelimanya ditambah satu lagi, yaitu dialog.
Levels : - Individual - Group - Organization
Types : - Adaptive - Anticipatory - Deutro - Section Learning Skill : - system thingking - Mental Models - Personal Mastery - Team learning - Shared Vision - Dialogue
Gambar 2. Sub sistem Dinamika Pembelajaran (Marquardt, 1996) 2.3.2. Sub sistem Organisasi (transformasi organisasi) Sub sistem kedua dari organisasi pembelajaran adalah organisasi itu sendiri. Organisasi dalam kaitannya diartikan sebagai tempat proses pembelajaran
berlangsung.
Organisasi
dikatakan
juga
sebagai
sekumpulan dari orang-orang yang di dalamnya terdapat komponen dan elemen, termasuk struktur, individu dan kelompok yang melakukan proses belajar itu sendiri. Organisasi dalam upayanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi organisasi pembelajaran harus mengatur dirinya sendiri melalui empat aspek keberhasilan organisasi pembelajaran. Dalam sistem transformasi organisasi dapat diwujudkan dalam empat aspek keberhasilan organisasi pembelajaran. a. Budaya Komponen yang terdapat dalam budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh organisasi, kebiasaan, pelaksanaan kerja yang dijalankan, kepercayaan, adat-istiadat atau kebiasaan dari organisasi. Di dalam organisasi pembelajaran, budaya memegang peranan
18
penting untuk keberhasilan organisasi. Budaya belajar dari individu harus diciptakan agar menjadi sebuah kebiasaan, sehingga terbentuk pembelajaran organisasi. Melalui budaya belajar organisasi akan memiliki kondisi, sehingga pembelajaran menjadi dihargai, diberi penghargaan dan tanggung jawab terhadap pembelajaran secara keseluruhan.
Kepercayaan
dan
kebiasaan
belajar
berhasil
menciptakan inovasi, mengimplementasikan hal baru dan berani mengambil risiko yang dapat dipertanggungjawabkan. Budaya komitmen pemimpin terhadap pengembangan dan pelatihan pegawai serta kreativitas akan terbentuk, sehingga secara keseluruhan akan mendukung terbentuknya organisasi pembelajaran. b. Visi Visi merupakan harapan (hope), tujuan (goal) dan arah masa depan (direction) sebuah organisasi, serta menggambarkan apa yang akan dicapai organisasi di masa mendatang. Organisasi tanpa visi yang jelas akan mempunyai arah dan tujuan yang tidak jelas pula pada akhirnya. c. Strategi Strategi merupakan rencana tindakan, metodologi, teknik, langkahlangkah atau kisi-kisi yang dilakukan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan menjadi organisasi pembelajaran maka segala prioritas tindakan-tindakan akan tertuju pada aktifitas pembelajaran seperti
mengakui,
pembelajaran
serta
menghargai
dan
membuat
ruang
membangkitkan dan
lingkungan
peluang untuk
kepentingan pembelajaran. d. Struktur Struktur menggambarkan keadaan pembagian tanggung jawab dan wewenang suatu pekerjaan yang terdapat dalam organisasi (departemen),
dimana
pada
organisasi
pembelajaran
hirarki
dikurangi dengan memiliki sedikit batasan dan diharapkan mampu
19
mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dalam setiap lini yang ada dalam organisasi. 2.3.3. Sub Sistem pemberdayaan manusia Sumber daya manusia merupakan hal yang paling utama dalam organisasi, karena melalui perilaku dan kemampuan individu yang akan mencerminkan perilaku organisasi. Sub sistem pemberdayaan manusia terdapat enam komponen, yakni; pegawai, manajer, konsumen, supplier, masyarakat dan rekanan/mitra (Marquardt, 1996). Upaya pemberdayaan manusia dalam hal ini pegawai atau individu diperlakukan layaknya manusia bebas berkreasi dan memaksimalkan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab melibatkan seluruh upaya pengembangan strategi dan perencanaan dengan suatu kesinambungan kebutuhan individu di dalam organisasi. Seperti dikemukakan Carver dalam Clutterbucj dan Kernaghan (2003), bahwa pemberdayaan sebagai upaya
mendorong
dan
memungkinkan
individu-individu
untuk
mengemban tanggung jawab pribadi atas upaya mereka memperbaiki cara melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya dan menyumbangkannya untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Hal ini menuntut suatu budaya yang mendorong orang-orang di semua tingkat untuk merasa dapat menghasilkan perubahan-perubahan dan membantunya untuk mendapatkan kepercayaan diri dan keterampilan-keterampilan dalam menghasilkan perubahan-perubahan itu. Selain individu atau pegawai, pemimpin organisasi memegang peranan penting dalam keberhasilan pemberdayaan manusia. Pemimpin yang mempunyai cara pandang luas dan ke masa depan sesuai kepentingan perubahan. Gaya atau model kepemimpinan yang diperlukan dalam organisasi pembelajaran adalah transformasional, yaitu kepemimpinan yang memiliki gaya memberdayakan SDM, melayani, sebagai teman belajar, instruktur, koordinator dan selalu memberikan bimbingan dalam pembelajaran.
20
Dalam organisasi pembelajaran pelanggan sebagai input dari berbagai informasi yang berharga untuk
memperbaiki kualitas
pelayanan, karenanya harus mendapat perhatian yang serius. Misalnya memberi kesempatan belajar mengenal produk, menemukan inovasi, memberikan saran-saran dan sebagainya. Keberhasilan
organisasi
tergantung
juga
pada
jaringan
(networking) yang ada. Jaringan tersebut mencakup mitra kerja, masyarakat, supplier dan seluruh stake holder untuk membangun ikatan yang global menjadi kebutuhan organisasi memperluas wawasan, peningkatan produk dan pelayanan. Keterlibatan peran masyarakat pada proses belajar adalah hal yang sangat penting terutama untuk meningkatkan citra organisasi dan melayani masyarakat dalam mengantisipasi perubahan di dalam dan luar organisasi agar selalu tanggap akan keinginan kepentingan masyarakat. 2.3.4. Sub sistem Pengelolaan Pengetahuan Pengetahuan menjadi lebih penting untuk organisasi dibandingkan dengan sumber daya keuangan, teknologi atau aset perusahaan lainnya (Marquardt, 1996).
Pengetahuan dilihat sebagai sumber daya utama
dalam penyelenggaraan organisasi. Tradisi organisasi, teknologi, sistem operasi dan prosedur sangat membutuhkan keahlian pengetahuan. Pegawai memerlukan pengetahuan untuk meningkatkan layanan jasa yang berkualitas. Dengan pengetahuan, organisasi memungkinkan untuk terus tumbuh dan berkembang. Terdapat beberapa komponen dari sub sistem pengelolaan pengetahuan, suatu sub sistem yang juga tidak dapat berdiri sendiri, yaitu : a. Penguasaan atau akuisisi berkaitan dengan pengumpulan input berupa informasi dan data dari internal dan eksternal organisasi. Organisasi pembelajaran memerlukan penguasaan dan akuisisi sebagai
alat
dibutuhkan
untuk
mentranformasikan
pengetahuan
yang
organisasi. Sumber pengetahuan dari luar, misalnya
21
melalui studi banding dari organisasi lain yang lebih berhasil, konferensi, seminar, internet, televisi, radio, umpan balik dari pelanggan dan informasi sekitar lingkungan organisasi atau kerja sama dengan organisasi lain. Sementara sumber pengetahuan dari dalam misalnya pengetahuan pegawai, belajar dari pengalaman terhadap pemecahan permasalahan dan mengimplementasikan proses perubahan yang berkelanjutan. b. Penciptaan pengetahuan. Dalam hal penciptaan pengetahuan, Nonaka dan Takeuchi (1995) beranggapan, bahwa pengetahuan tercipta melalui (1) tacit-tacit, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang yang ditularkan kepada orang lain melalui bekerja bersama, sehingga dapat dilihat dan dicontoh; (2) eksplisit to eksplisit, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari kombinasi dengan memperbaiki pengetahuan yang telah ada; (3) Tacit to
eksplisit, yaitu pengetahuan
yang didapat dari
memformalisasikan pengetahuan yang ada pada diri seorang; (4) Eksplisit to tacit, yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara menanamkan pengetahuan tertulis atau informasi kepada seseorang. c. Penyebaran dan penggunaan pengetahuan. Dalam penyebaran pengetahuan ini dapat dilakukan melalui beberapa hal, sengaja dilakukan dan tidak sengaja dilakukan. Proses ini dilakukan dengan beberapa hal (Marquardt, 1996), yaitu melalui intentional transfer (sengaja dilakukan) : (1) komunikasi secara individu; (2) Melakukan pelatihan melalui kursus-kursus; (3) konferensi internal; (4) briefing; (5) publikasi internal (6) kegiatan pariwisata; (7) mutasi kerja internal dan (8) mentoring. Disamping juga melalui unintentional transfer (tidak sengaja) yaitu dengan melakukan rotasi kerja, sejarah kerja, tugas-tugas dan keterkaitan jaringan informal. d. Penyimpanan dan pencarian pengetahuan atau persiapan data dan informasi untuk memudahkan penyimpanan dan penelusuran, serta pencarian kembali pengetahuan dengan pengelolaan yang maksimal.
22
Maka ketika data dan informasi akan dipergunakan oleh organisasi dapat diketahui dengan mudah dan cepat. 2.3.5. Sub sistem Penerapan Teknologi Dari beberapa sub sistem penerapan teknologi adalah teknologi informasi, pembelajaran berbasis teknologi, sistem teknologi elektronik pendukung kerja. Teknologi sebagai alat untuk mendukung upaya komunikasi struktur dan kolaborasi, pelatihan, koordinasi dan keahlian pengetahuan lainnya di dalam organisasi. Alat tersebut menggunakan elektronik yang mempercepat proses pembelajaran seperti konferensi dengan komputer, simulasi dan pengambilan data informasi melalui internet. Peralatan komputer tersebut bekerja untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan penyebarannya yang secara bebas diakses dan dipergunakan di seluruh jajaran, unit-unit organisasi untuk kepentingan keberhasilan tujuan organisasi. Pesatnya perkembangan teknologi informasi, data dan informasi dari seluruh penjuru dunia dapat diakses dalam waktu yang sangat cepat dan akurat. Lingkup organisasi di mana semua kegiatan membutuhkan peran teknologi infromasi sehingga dapat dijalankan dengan mudah dan cepat. Bahkan dengan perkembangan internet dan telekonferen memungkinkan diskusi dan pembelajaran dilakukan dengan jarak jauh dan juga bermanfaat terhadap efisiensi waktu dalam pengambilan keputusan. Konsep mengenai model juga disimpulkan Blackman dan Henderson (2005), menyatakan terdapat tiga perspektif tipologi dari organisasi pembelajaran, yakni adaptation developing of action-outcome relationship, assumption sharing dan instutitionalised experience. Konsep ini menyatakan, bahwa keseluruhan berawal dari perbedaan dasar pengetahuan. Proses adaptasi dan orientasi pada penerapan akan memunculkan suatu yang mendasar dari sebuah pengalaman dan dengan fokus yang murni bagaimana sebuah pembelajaran mendapat tempat. Assumption sharing adalah sebuah gaya yang memiliki konstruk
23
pembelajaran seperti keharusan adanya pembentukan model mental secara individual. Instutitionalised experience adalah kombinasi dari beberapa
gugus
tugas
yang
selanjutnya
menjadi
pengetahuan
dikembangkan secara cepat, yang diterapkan pada keterampilan yang sama dan muncullah perkembangan. Perkembangan ini membentuk alasan-alasan beradaptasi sebaik perkembangan akan pengertian dari konteks yang ada. Ini merujuk pada sebuah organisasi pembelajaran yang berhasil diterima sebagai fokus dalam institutionalised experiences dan shared assumptions – ini akan merefleksikan pada suatu yang berkelanjutan. Keseluruhan menjadi suatu bentuk alur proses, yaitu (1) adanya masukan dari proses organisasi berupa struktur baru yang radikal atau perubahan kepemimpinan, adanya kemungkinan kesempatan pembelajaran yang terkontrol, adanya personal mastery dan informasi mengenai pengetahuan/perkembangan dan kebersamaan, (2) masukan organisasi pembelajaran berupa individu baru – berorientasi pada budaya yang menantang, system thinking, kebersamaan dalam mental model yang baru dan visi bersama dan; (3) output berupa pengetahuan yang mengarah pada kekuatan untuk berkompetisi dan perubahan-perubahan. Alur tersebut dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3. Organisational Process Input Radical New Structure/New Leadership Enable Continous Monitored Learning Opportunities Personal Mastery Information/Knowle -dge Generation and Sharing
Learning Organisation Meaning Input New Peoplecentered Culture Encuraging Challenge System Thingking
OUTPUT
Competitive Advantage
Knowledge
Sharing New Mental Models Shared Vision
Tranformational Change
Gambar 3.The Learning Organization Model: Reflexive Input/Output Model
24
Gambar 3 menunjukkan pola hubungan yang mirip dengan yang dikemukakan Marquardt (1996). Ahli yang memberikan model/dimensi berbeda untuk mengukur organisasi pembelajaran yang merupakan pengembangan dari beberapa teori sebelumnya. Dimensi-dimensi yang juga disebut faset-faset ini disebut Organizational Learning Mechanisms (OLMs). OLMs merupakan budaya dan faset-faset struktural dari organisasi yang memfasilitasi perkembangan dari pembelajaran, penerapan dan pembaharuan dari organisasi pembelajaran. Tanpa mekanisme ini sebuah organisasi pembelajaran tidak akan terbentuk. Faset-faset budaya berisi beberapa set dari nilai bersama, normanorma yang dipercaya, sikap, peran asumsi-asumsi dan perilaku-perilaku yang memungkinkan untuk belajar (Argyris & Schon, 1978). Senge (2002) juga berbicara mengenai visi bersama dalam model mental yang luas di dalam budaya organisasi. Visi bersama yang memungkinkan terjadinya budaya belajar berkembang adalah merefleksi dalam beberapa item seperti komitmen pada sumber daya untuk memunculkan seperti pengidentifikasian
kebutuhan
belajar
dan
menyiapkan
aktivitas
pelatihan. Nilai lain yang dapat mempengaruhi pembelajaran dapat dimasukan, sebagai contoh persepsi yang berbeda yang dipakai bersama dari peran belajar dalam keberhasilan unjuk kerja organisasi melalui kemampuan individu dan juga penyelia, pemberdayaan, pembaharuan dan tanggung jawab pribadi. Faset-faset struktural adalah struktur dari institusi dan prosedur yang digunakan dan diakui yang mendukung organisasi menjadi informasi kolektif yang sistematis, teranalisa, tersimpan, tidak digunakan dan digunakan untuk bersinergi pada organisasi efektif Dari penjelasan faset-faset OLMs tersebut dapat disimpulkan, bahwa organisasi pembelajaran mengacu pada faset-faset budaya (visi, nilai-nilai, asumsi-asumsi dan perilaku) yang mendukung lingkungan belajar, proses yang mendorong orang-orang untuk belajar dan perkembangan melalui identifikasi
kebutuhan pembelajaran dan
25
fasilitasi belajar. Faset struktural yang memungkinkan aktivitas pembelajaran untuk mendukung dan mengimplementasikan dalam dunia kerja. Elemen-elemen ini membentuk dasar dari operasionalisasi OLMs. Kategori-kategori yang merupakan dimensi atau struktur OLMs berikut : 1. Lingkungan pembelajaran, meliputi aspek-aspek pembelajaran berkaitan dengan misi, fasilitasi lingkungan belajar dan misi yang mendukung. 2. Identifikasi kebutuhan belajar dan perkembangan yang meliputi aspek-aspek identifikasi pembelajaran pada kepuasan dalam unit kerja dan identifikasi pembelajaran pada penyelia langsung. 3. Penyelarasan kebutuhan belajar dan kebutuhan berkembang yang meliputi aspek-aspek kebutuhan belajar dan untuk maju dengan adanya dukungan organisasi, sedikitnya pengaruh pada pegawai, adanya mentor dan pelatih dan kepuasan pada pelatihan. 4. Penerapan hasil belajar dalam dunia kerja meliputi aspek-aspek kemudahan dalam penerapan hasil belajar, efektifitasnya dan adanya umpan balik, serta dukungan penyelia langsung.
26
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Pendekatan penelitian adalah kualitatif, yaitu dalam rangka memberikan penjelasan dan gambaran secara mendalam tentang sesuatu hal seperti apa adanya (Uma Sekaran, 2003). Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang ada tentang penerapan suatu model organisasi pembelajaran. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Java CELL yang bertempat di Jalan TB. Simatupang Jakarta Selatan dan dilaksanakan mulai tanggal 25 Agustus 2006 sampai dengan selesai. 3.3. Populasi dan Sample 3.3.1. Populasi Populasi mengacu pada keseluruhan sekelompok orang, peristiwa, atau hal-hal yang berhubungan dengan minat dengan berbagai keinginan peneliti untuk menyelidiki. Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada PT. Java CELL yang memiliki karakteristik : 1. Masa kerja minimal satu tahun. Hal ini dimaksudkan agar subyek sudah diangkat sebagai pegawai tetap. 2. Pendidikan minimal SMU sederajat, karena dianggap mampu menjawab seluruh kuesioner yang akan diajukan. 3.3.2. Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Suatu jenis metode sampling probabilitas. Menurut Uma Sekaran (2003), simple random sampling adalah metode pengambilan sampel dimana tiap-tiap unsur dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai subjek dari penelitian.
27
Teknik ini dipilih, karena tidak mengandung bias, artinya tidak seorang anggotapun dari populasi yang memiliki peluang dipilih lebih besar dari lainnya, atau semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Untuk jumlah sampel yang akan diambil, peneliti menggunakan rumus Slovin berikut : N n=
1+Ne2
, dimana .....................(1)
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir (5%) dari hasil perhitungan menggunakan rumus diatas maka didapat 119 (pembulatan) sampel atau responden yang akan dijadikan subjek penelitian (N = 170, e = 5%). 3.4. Teknik Pengumpulan Data Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bagi penelitian dimana peneliti dapat mengetahui apa yang diperlukan dan bagaimana cara mengukur variabel yang diinginkan (Uma Sekaran, 2003). Ada beberapa keuntungan dari penggunaan kuesioner ini, antara lain (1) biaya relatif lebih murah, (2) pemberian instruksi pengisian kuesioner dapat dilakukan oleh yang tidak memiliki keahlian khusus, dan (3) survey dapat dilakukan dengan jumlah responden yang besar dan waktu yang relatif singkat. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan isian dan pertanyaan dengan pilihan berganda. Pertanyaan isian digunakan untuk mendapatkan data tentang usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, departemen tempat kerja dan lainnya. Sedangkan pertanyaan dengan pilihan
28
berganda digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan organisasi pembelajaran. Skala pengukuran pada kuesioner penelitian ini menggunakan skala interval dengan empat pilihan jawaban. Subyek diminta untuk memilih jawaban pada masing-masing pernyataan, yaitu belum diterapkan, sebagian kecil sudah diterapkan, sebagian besar sudah diterapkan dan hampir seluruhnya diterapkan. Kategori jawaban netral tidak diberikan, dengan tujuan menghindari kecenderungan subyek untuk memberikan jawaban netral dan memaksa subyek untuk memilih sikap positif atau negatif terhadap pernyataan/pertanyaan yang diberikan. Hal ini digunakan untuk menghindari subyek memberi jawaban yang meragukan. Adapun pembobotan dari setiap kemungkinan jawaban dari skala tersebut adalah : Belum diterapkan
=1
Sebagian kecil sudah diterapkan = 2 Sebagian besar sudah diterapkan = 3 Hampir seluruhnya diterapkan
=4
3.5. Operasionalisasi Konsep Definisi operasional dari organisasi pembelajaran adalah jumlah nilai yang diperoleh dari angket/kuesioner tentang hasil penilaian responden terhadap pertanyaan learning organization yang mencakup lima sub sistem yang dikembangkan Marquardt (1996) yang terdiri dari sub sistem dinamika pembelajaran, transformasi organisasi, pemberdayaan pegawai, pengelolaan pengetahuan dan penerapan teknologi. 3.6. Definisi Operasional Definisi operasional dari organisasi pembelajaran adalah jumlah nilai yang diperoleh dari angket tentang hasil penilaian responden terhadap pertanyaan organisasi pembelajaran yang mencakup lima sub sistem sebagai indikator dan dipecah menjadi 19 sub indikator seperti yang dikembangkan
29
oleh Watkins dan Marsick (1998). Indikator dan sub indikator yang digunakan berikut kuesioner yang diajukan tersebut seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kisi-kisi instrument penelitian No 1
Dimensi
Indikator
Organisasi Dinamika Pembelajaran Pembelajaran
-
2
3
4
5
Organisasi Transformasi Pembelajaran Organisasi
Organisasi Pemberdayaan Pembelajaran Pegawai Organisasi Pengelolaan Pembelajaran Pengetahuan Organisasi Penerapan Pembelajaran Teknologi
-
Sub Indikator Pembelajaran Individu Pembelajaran Kelompok Visi Budaya Strategi Struktur Pegawai Penyelia Konsumen Rekanan Mitra Kerja Masyarakat Akuisisi Penciptaan Penyimpanan Penyebaran/tra nsfer pengetahuan Teknologi Informasi Pembelajaran berbasis teknologi Sistem pendukung kinerja elektronik
Keterangan : Skala pengukuran 1 : Belum diterapkan Skala pengukuran 2 : Sebagian kecil sudah diterapkan Skala pengukuran 3 : Sebagian besar sudah diterapkan Skala pengukuran 4 : Hampir seluruhnya diterapkan
Skala Pengukuran 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Item pertanyaan 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10 11,12,13 14,15,16 17,18 19,20 21,22 23,24,25 26 27 28 29,30 31,32,33 34,35,36 37 38,39,40 41,42 43,44,45,46 47,48,49
30
3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Uji validitas Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu instrument mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas menggunakan metode uji construct validity, yaitu metode analisis data dengan melihat kuesioner yang dibangun berdasarkan teoritis. Caranya adalah dengan melihat kesepadanan item kuesioner dengan total seluruh item dimana item itu berada. Adapun teknik pengujiannya menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Dengan rumus :
N(∑XY) – (∑X∑Y)
rxy =
√{(N∑X²) – (∑X)²}{(n∑Y²) – (∑Y)²}
, dimana........(2)
N = Jumlah responden X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total 3.7.2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas yang digunakan adalah Metode Alpha Cronbach. Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk melihat, bahwa kuesioner akan mengukur secara ajeg atau mengukur secara sama atau relative sama untuk orang yang sama pada waktu yang berbeda (Hadi, 1994). Dengan rumus : k r=
Jika :
1, dimana k–1
∑δ
δ2
2
, dimana……………(3)
31
( ∑Xi)2
2
∑Xi – δi 2 =
N
, dimana……………(4)
N
r
= Koefisien reliabilitas yang dicari
k
= Jumlah butir pertanyaan (soal)
δi² = Varian butir-butir pertanyaan δ² = Varian skor test ∑Xi = Jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertanyaan ke- n N
= Jumlah populasi
3.7.3. Analisis Data Hasil Penelitian Untuk uji perbedaan dilakukan dengan cara menguji mean kelompok dengan menggunakan metode comparasional bivariat. Faktor yang
dibandingkan
adalah
besarnya
penerapan
LO
menurut
pandangan/sikap pimpinan (penyelia hingga presiden direktur) dengan para karyawan tanpa jabatan. Analisis statistik menggunakan uji t. Rumus : M1 – M2 t=
, dimana …..…………..(5) SD M1 – M2 t
= nilai perbedaan
M1
= rata-rata skor pimpinan
M2
= rata-rata skor non pejabat
SDM1 = standar deviasi skor pimpinan SDM2 = standar deviasi skor non pejabat Keseluruhan perhitungan statistik menggunakan bantuan komputer dengan software SPSS versi 12.0.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Java CELL adalah perusahaan yang berbentuk Perusahaan Terbatas bergerak dalam bidang komunikasi, termasuk pengerjaan implementasi infrastruktur, disain instalasi komunikasi, penyediaan sarana prasarana jaringan dan pelayanan pemeliharaan dan pengoptimalisasi penggunaannya juga didukung dengan pelayanan pembangunan engeneering. Java CELL juga memberikan pelayanan sampai pada pemeriksaan manajemen proyek dan pekerjaan lainnya dengan mendekatkan diri dengan pelanggan dan berusaha memahami kebutuhan pelanggan. Perusahaan
mengembangkan
diri
dalam
upaya
untuk
ikut
berpartisipasi pada pembangunan industri komunikasi di Indonesia. Didukung oleh SDM yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mendalam dalam jaringan komunikasi tanpa kabel dan selalu berusaha mengembangkannya. Secara umum perusahaan bergerak dalam bidang : 1. Implementasi infrastruktur, 2. Pembangunan disain jangkauan instalasi komunikasi, 3. Instalasi dan pengembangan elemen-elemen jaringan komunikasi, 4. Pemeliharaan dan optimalisasinya. Pelanggan yang telah bekerja sama dengan perusahaan tersebut selama ini adalah : 1. M3-Indosat dalam membangun coverage design dan pengecekan jaringan. 2. Telkomsel dalam membangun coverage design dan pengecekan jaringan. 3. Satelindo dalam membangun implementasi jangkauan jaringan 4. Erikson GSM/DCB 5. Exelcom dalam membangun jaringan. Dalam proses pekerjaan, secara teknis perusahaan tersebut didukung oleh 53 Sarjana Teknik dalam bidang engeenering dan komunikasi. Administasi dan pemasaran, serta pengembangan didukung sebanyak 112 orang pegawai. Sebagian besar adalah tamatan S1, Diploma 3, pasca sarjana dan sebagian kecil SMU sederajat untuk pelaksanaan administrasi ringannya.
33
4.2. Karakteristik Responden Jumlah responden yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah 119 orang, yaitu karyawan dan karyawati PT. Java CELL yang memenuhi kriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada metodologi penelitian. Dari 119 responden tersebut didapatkan karakteristik tingkat jabatan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia dan masa kerja. 4.2.1. Tingkat Jabatan Berdasarkan
data
yang
dikumpulkan,
responden
dapat
dikelompokkan dalam dua tingkat jabatan, yaitu penyelia / manajer sebesar 26,32% dan pegawai administrasi / staf lainnya sebesar 73,68%. Tabel 2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan Nomor
Jabatan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Manajer dan penyelia
30
26,32
2
Staf administrasi /staf lainnya Jumlah total
84
73,68
114
100
4.2.2 Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki memiliki jumlah lebih besar dibanding responden wanita, yakni 70,18% pekerja laki-laki dan 29,82% adalah pekerja wanita. Hal ini bukan karena adanya diskriminasi gender, tetapi lebih disebabkan peminat pekerjaan telekomunikasi yang cenderung bersifat teknis ini adalah laki-laki. Sebagian pekerjaan lainnya lebih banyak berkaitan dengan tuntutan spesifikasi pekerjaan laki-laki. Tabel 3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamian Nomor
Jenis Kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Laki-laki
80
70,18
2
Perempuan
34
29,82
Jumlah total
114
100
34
4.2.3. Tingkat Pendidikan Berdasarkan responden
pengelompokkan
didominasi
oleh
yang
tingkat
pendidikan,
memiliki
tingkat
jumlah
pendidikan
sarjana/pascasarjana, yaitu 53,51% dan diploma yaitu 36,84%. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang ditawarkan merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus atau terapan. Tabel 4. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Nomor
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
SMU/SLTA sederajat
11
9,65
2
Diploma 2/diploma 3
42
36,84
3
Sarjana/Pasca Sarjana
61
53,51
Jumlah total
114
100
4.2.4. Usia Pengelompokan berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 5. Data menunjukan hanya sedikit dari responden memiliki usia yang non produktif. Dijelaskan di sini, dengan sedikitnya pegawai berusia di bawah 25 tahun memungkinkan organisasi atau perusahaan tidak terlalu besar mengeluarkan biaya pemberian fasilitas dan ilmu pengetahuan dasar. Sehingga dapat memprioritaskan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan organisasi. Tabel 5. Data Responden Berdasarkan Usia Nomor
Usia (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
< 25
11
9,65
2
25 – 30
39
34,21
3
31 – 35
34
29,82
4
36 – 40
14
12,28
5
> 40
16
14,04
Jumlah
114
100
35
Dari data tersebut diketahui, bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif untuk bekerja adalah usia antara 25-30 tahun (34,21%), 31-35 tahun (29,82%) dan 36-40 tahun (12,28%). 4.2.5. Masa Kerja Jumlah responden berdasarkan masa kerja adalah sebagaimana Tabel 6. Seluruh responden yang menjawab kuesioner memiliki masa kerja di atas satu tahun, ini berarti data yang valid, karena pengetahuan tentang organisasi paling tidak sudah dikenal oleh responden dengan masa kerja tersebut. Mayoritas responden telah bekerja lebih dari dua tahun, yang berarti ada kecenderungan telah beradaptasi dengan budaya organisasi atau bahkan ikut membentuk budaya organisasi itu sendiri. Tabel 6. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja Nomor
Masa Kerja (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
1–2
15
13,16
2
2–5
65
57,02
3
>5
34
29,82
Jumlah total
114
100
4.3. Analisis Kuesioner Penerapan Organisasi Pembelajaran 4.3.1. Analisis Validitas Hasil perhitungan validitas setiap item dari kuesioner menunjukan hanya dua item yang tidak valid yaitu item nomor 9 dan nomor 11 dan untuk selanjutnya tidak digunakan dalam perhitungan dalam analisis data.
Sedangkan item-item lainnya dinyatakan valid dan dapat
dipergunakan untuk pengukuran dalam penelitian selanjutnya. Adapun item-item yang valid secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2. Item 9 dan item 11 dinyatakan tidak valid karena kedua item tersebut memiliki nilai r dibawah 0,176 dengan taraf signifikansi 5% 4.3.2. Analisis Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur yang sangat mempengaruhi keabsahan suatu penelitian. Dengan menggunakan metode statistik Alpha
36
Cronbach, diperoleh bahwa alat ukur memiliki reliabilitas sebesar 0,971. Hal ini berarti kuesioner memiliki keajegan yang sangat tinggi. Sesuai dengan pendapat Kerlinger (1994), kuesioner dengan reliabilitas di atas 0,970 merupakan alat ukur yang termasuk kategori sangat andal (Lampiran 3). 4.4. Analisis Penerapan Organisasi Pembelajaran Pada PT Java CELL 4.4.1. Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Sub sistem dinamika pembelajaran yang menjadi indikator dari organisasi pembelajaran ini memiliki dua sub indikator, yaitu pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok. Adapun hasil analisis tentang sub sistem (indikator) dinamika pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Dinamika Pembelajaran Item
1 2 3 4 5 6 Jumlah Pembelajaran Individu Persentase (%) 7 8 10 Jumlah Pembelajaran Kelompok Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Belum diterapkan
Jawaban Responden Sebagian Sebagian Besar kecil diterapkan diterapkan
Sepenuhnya sudah diterapkan
Jumlah Responden
Ratarata
119 119 119 119 119 119 714
2.89 2.89 3.11 2.81 2.78 2.86 2.89
1 1 1 1 3 2
40 40 26 46 47 43
63 63 67 61 56 58
15 15 25 11 13 16
9
242
368
95
1.26 1 0 1
33.89 41 19 39
51.54 62 71 55
13.31 15 29 24
2
99
188
68
0.56
27.73
52.66
19.05
100.00
11
341
556
163
1071
1.03
31.84
51.91
15.22
100.00
100.00
Sumber data : Hasil Olahan SPSS Versi 12.0
119 119 119 357
2.89 3.22 2.98 3.03
2.96
37
A. Pembelajaran Individu Berdasarkan Tabel 7 tingkat pembelajaran individu dapat diketahui bahwa dengan nilai rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (51,54%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 33,89% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 13,31% menyatakan sepenuhnya sudah diterapkan dan 1,26% menyatakan belum diterapkan. Hasil analisis di atas mencerminkan kondisi PT Java CELL bahwa setiap pegawai mendapat perhatian yang sama dalam hal pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dengan adanya kebijakaan dari pimpinan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh pegawai dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Dorongan dan motivasi selalu diberikan atasan kepada bawahannya agar para pegawai termotivasi untuk menjadi manusia yang handal, serta mampu menghadapi persaingan global. Selain itu seluruh pegawai diberikan kebebasan menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk menghasilkan sesuatu bagi kemajuan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara juga ditemukan, bahwa ada beberapa pegawai yang mengikuti pendidikan formal di perguruan tinggi melalui beasiswa dari perusahaan. Namun demikian masih terdapat pegawai yang merasa belum mendapatkan kesempatan untuk melakukan proses belajar. Ini disebabkan oleh kurangnya informasi dari atasan akan hak dan kewajiban pegawai untuk melakukan proses belajar. B. Pembelajaran Kelompok. Pembelajaran pada tingkat kelompok, pada PT. Java CELL cenderung telah dilakukan. Penerapan terlihat dengan nilai rata-rata jawaban responden 3,03 menunjukkan bahwa sebagian besar (52,66%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 27,73%
38
menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 19,05% sebagian besar sudah diterapkan dan 0,56% menyatakan belum diterapkan. Kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut tercermin dari hasil analisis diatas yang dapat diartikan, bahwa sebagian besar tugas/pekerjaan dikerjakan dalam bentuk tim, dan di dalam tim setiap individu diharuskan ikut serta terlaksananya tugas/pekerjaan tersebut. Pengelompokan juga terjadi sesuai dengan departemen/unit kerja. Dengan pengelompokan yang demikian ini menyebabkan setiap pegawai berusaha untuk meningkatkan kinerja tim. Adapun usaha yang dilakukan adalah dengan diskusi kelompok, rapat-rapat kelompok yang hasilnya kemudian menjadi suatu pengetahuan bersama untuk diaplikasikan dalam pelaksanaan kerja tim. Beberapa pegawai menganggap sistem pembelajaran kelompok belum
berjalan
dengan
baik
disebabkan
oleh
karena
ketidakmampuannya untuk diikutkan dalam kelompok-kelompok kerja yang ada. KURVA RADAR DINAMIKA PEMBELAJARAN item 1 3.20 item 10
item 2
3.10
2.98
3.002.89 2.90
2.89
2.80 2.70
item 8
item 3
2.60
3.22
3.11
2.50
2.81
2.89 2.78
item 7
item 4
2.86
item 6
item 5
KURVA RADAR DINAMIKA PEMBELAJARAN (rata-rata jaw aban 2,92)
Gambar 4. Kurva Radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Dinamika Pembelajaran
39
Melalui kurva radar pada Gambar 4 dapat dijabarkan berikut : ¾ Item 1 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai
selalu
berusaha
meningkatkan
pengetahuan
individunya melalui pendidikan formal ataupun pendidikan informal. ¾ Item 2 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu menjadikan masalah yang timbul sebagai bahan diskusi untuk mencari solusi yang dapat dipelajari bersama. ¾ Item 3 dengan rata-rata jawaban 3,11 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai menjadikan pembelajaran berkelanjutan sebagai prioritas utama. ¾ Item 4 dengan rata-rata jawaban 2,81 menunjukkan bahwa sebagian besar
pegawai
mendapat
dorongan
dari
atasan
untuk
mengembangkan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran. ¾ Item 5 dengan rata-rata jawaban 2,78 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu melakukan diskusi secara berkelompok. ¾ Item 6 dengan rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mendapatkan pelatihan dan pengarahan mengenai berbagai cara belajar yang tepat. ¾ Item 7 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meningkatkan pengetahuan dengan cara pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan di masa depan. ¾ Item 8 dengan rata-rata jawaban 3,22 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mengembangkan dan mempersiapkan cara kerja yang ada terus-menerus dengan kreatif mencari cara kerja yang lebih baik. ¾ Item 10 dengan rata-rata jawaban 2,98 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mendapatkan pelatihan mengenai kerjasama tim.
40
Kesimpulan yang dapat diambil pada sub sistem dinamika pembelajaran ini adalah bahwa PT. Java CELL telah menerapkan pembelajaran individu dan kelompok pada pegawainya. Walaupun belum sepenuhnya dirasakan secara merata. Namun demikian adanya pelatihan dan pengembangan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut secara terus-menerus juga merupakan salah satu bentuk diterapkannya pembelajaran, yang untuk ini perlu dilakukan lebih baik lagi. Dari kurva radar tersebut kita dapat melihat bahwa sub sistem dinamika pembelajaran memiliki rata-rata jawaban responden 2,96 dengan persentase yang dapat dilihat pada Tabel 7, yakni 51,91% menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 31,84% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,22% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 1,03% menyatakan belum diterapkan. 4.4.2. Sub Sistem Transformasi Organisasi Sub sistem transformasi organisasi yang menjadi salah satu indikator dari organisasi pembelajaran ini memiliki empat sub indikator, yaitu visi, budaya, strategi, dan struktur. Adapun hasil analisis tentang sub sistem (indikator) transformasi organisasi dapat dilihat pada Tabel 8.
41
Tabel 8. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Transformasi Organisasi Belum diterapkan
Item 12 13 Jumlah Visi Persentase (%) 14 15 16 Jumlah Budaya Persentase (%) 17 18 Jumlah Strategi Persentase (%) 19 20 Jumlah Struktur Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
0 1
Jawaban Responden Sebagian Sebagian kecil Besar diterapkan diterapkan 26 73 42 62
Sepenuh Nya sudah diterapkan 20 14
Jumlah RataResponden rata 119 119
1
68
135
34
238
0.42 0 0 1
28.57 44 19 43
56.72 62 67 62
14.29 13 33 13
100.00 119 119 119
1
106
191
59
357
0.28 1 0
29.69 40 22
53.50 63 64
16.53 15 33
100.00 119 119
1
62
127
48
238
0.42 0 1
26.05 43 42
53.36 62 63
20.17 14 13
100.00 119 119
1
85
125
27
238
0.42 4
35.71 321
52.52 578
11.34 168
100.00 1071
0.37
29.97
53.97
15.69
100.00
Sumber data : Hasil Olahan SPSS Versi 12.0 A. Visi Berdasarkan hasil analisis seperti yang tercantum pada Tabel 8 terlihat dengan nilai rata-rata jawaban 2,97 menunjukkan bahwa sebagian besar (56,72%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 28,57% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 14,29% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,42% yang menyatakan belum diterapkan.
3.08 2.87 2.97
2.86 3.25 2.85 2.99
2.89 3.23 3.06
2.88 2.86 2.87
2.97
42
Hasil analisis diatas mencerminkan bahwa PT. Java CELL sangat
mengedepankan dan
menanamkan
visi kepada para
pegawainya sebagai landasan utama dalam bekerja. Melalui visi tersebut diharapkan tujuan perusahaan dapat terwujud dengan baik. Disamping itu perusahaan tersebut menjadikan visi sebagai acuan dalam menentukan arah jangka panjang yang akan ditempuh. Dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan tersebut menunjukkan harapan besar kepada para pegawai untuk tidak melakukan pekerjaan tanpa visi yang jelas. Hal ini akan berakibat pada ketidakseimbangan perusahaan dalam menentukan arah dan tujuan di masa depan. Untuk itu visi perusahaan telah dijelaskan sejak awal oleh pimpinan ketika pegawai baru bergabung dengan perusahaan, agar nantinya dapat diterapkan seterusnya setiap melakukan pekerjaan. B. Budaya Berdasarkan tabel tersebut, aspek keterikatan antara budaya dengan proses pembelajaran cenderung ke arah yang baik. Hal ini tercermin dengan nilai rata-rata jawaban 2,99 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (53,50%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 29,69% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 16,53% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya dan 0,28% yang menyatakan belum diterapkan. Kesimpulan dari hasil analisis di atas (Tabel 8) bahwa budaya organisasi merupakan nilai atau norma-norma yang dapat dijadikan acuan bagi pegawai sebagai pedoman perilaku dalam bekerja termasuk juga dalam melakukan kegiatan belajar secara terus menerus. Budaya organisasi yang tidak mendukung untuk kegiatan belajar, menyebabkan pegawai enggan untuk melakukan kegiatan tersebut. Salah satu bentuk adalah dengan ditunjukannya melalui contoh oleh atasan. Hal ini pada PT. Java CELL sebagian besar telah diterapkan. Karena budaya organisasi dipandang penting oleh perusahaan tersebut.
43
Adapun budaya perusahaan tersebut seperti pemberian penghargaan bagi pegawai berprestasi, saling membantu antar pegawai ketika timbul masalah dalam bekerja, saling bertukar informasi tentang hal yang penting untuk dikonsumsi bersama dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan agar dapat terjalin suatu hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan dan antar sesama pegawai tanpa memandang tingkat jabatan yang diemban. C. Strategi Dari hasil analisis di atas (Tabel 8) dengan nilai rata-rata jawaban 3,06 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau pegawai PT. Java CELL (53,36%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 26,05% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 20,17% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya, dan 0,42% yang menyatakan belum diterapkan. Hal ini mencerminkan bahwa PT. Java CELL selalu menciptakan dan menggunakan strategi dalam menjalankan roda perusahaannya, agar dapat terus berada dalam peta persaingan yang semakin
kompetitif.
Menurut
pimpinan
perusahaan
tersebut
merupakan hal yang mustahil bagi perusahaannya untuk tetap bertahan hidup tanpa menggunakan atau menciptakan strategistrategi baru dalam bisnis telekomunikasi yang terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Untuk itu diharapkan kepada seluruh pegawai untuk berpartsipasi aktif dalam menciptakan strategi-strategi baru bagi perusahaan agar tetap beroperasi. D. Struktur Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada Tabel 8 dengan nilai rata-rata jawaban 2,87 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (52,52%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 35,71% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 11,34% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,42% yang menyatakan belum diterapkan.
44
Hal ini menunjukan bahwa PT. Java CELL memiliki usaha untuk meningkatkan komunikasi hubungan kerja antar pegawainya. Dengan demikian tidak akan terjadi lagi hubungan komunikasi yang terhambat antar pegawai dan atau antar unit kerja. Disamping itu hubungan kerja yang terdapat pada perusahaan tersebut saling terkait satu sama lain. Sehingga akan berakibat buruk jika terjadi hambatanhambatan dalam komunikasi hiubungan kerja antar sesama pegawai dan antar unit kerja. Oleh karena itu pimpinan perusahaan tersebut selalu ikut andil dalam setiap permasalahan yang ada agar tidak terjadi hambatan hubungan kerja. KURVA RADAR TRANSFORMASI ORGANISASI item 12 3.20
item 20
3.08 item 13
3.10 3.00
2.86 2.90
2.87
2.80 item 19
3.23 2.89
item 18
item 14
2.70 2.60
2.88
item 17
2.86
3.25
2.85
item 15
item 16
KURVA RADAR TRANSFORMASI ORGANISASI (rata-rata jaw aban 2,97)
Gambar 5. Kurva Radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Transformasi Organisasi Melalui kurva radar pada Gambar 5 dapat dijabarkan berikut : ¾ Item 12 dengan rata-rata jawaban 3,08 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai saling mendorong untuk meningkatkan pengetahuan melalui pembelajaran. ¾ Item 13 dengan rata-rata jawaban 2,87 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mendapatkan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran.
45
¾ Item 14 dengan rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu mendapatkan peningkatan sarana dan prasarana untuk meningkatkan proses pembelajaran. ¾ Item 15 dengan rata-rata jawaban 3,25 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu mendapatkan informasi mengenai sistem dan struktur yang ada. ¾ Item 16 dengan rata-rata jawaban 2,85 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini visi perusahaan mengandung keinginan
dan
tujuan
jangka
panjang
yang
penting
bagi
pembelajaran organisasi. ¾ Item 17 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian
besar
pegawai
mendapatkan
kemudahan
dalam
memperoleh informasi yang diperlukan. ¾ Item 18 dengan rata-rata jawaban 3,23 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini adanya pemberian penghargaan oleh perusahaan bagi pegawai yang ingin belajar dan membantu proses pembelajaran. ¾ Item 19 dengan rata-rata jawaban 2, 88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu mendapatkan umpan balik dari perusahaan secara terbuka dan jujur. ¾ Item 20 dengan rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini perusahaan melakukan koordinasi antar
bagian
berdasarkan
pencapaian
sasaran,
tujuan
serta
mengupayakan pembelajaran agar lebih baik dengan memperhatikan kewenangan dan tugas masing-masing. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sub sistem transformasi organisasi telah ditanamkan oleh PT. Java CELL dalam visinya sebagai usaha terbentuknya organisasi pembelajaran yang didukung dengan budaya yang menunjang proses pembelajaran, penyebaran pengetahuan tentang struktur dan adanya usaha perubahan
46
ke arah hubungan kerja/komunikasi yang lebih baik serta adanya strategi yang menjangkau proses pembelajaran. Dari kurva radar tersebut kita dapat melihat bahwa sub sistem transformasi organisasi memiliki rata-rata jawaban responden 2,97 dengan persentase yang dapat dilihat pada Tabel 8, yakni 53,97% menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 29,97% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,69% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,37% responden yang menyatakan belum diterapkan. 4.4.3. Sub Sistem pemberdayaan Manusia Sub sistem pemberdayaan organisasi yang menjadi salah satu indikator dari organisasi pembelajaran ini memiliki enam sub indikator , yaitu pegawai, atasan, konsumen, rekanan, mitra kerja dan masyarakat. Adapun hasil analisis tentang sub sistem (indikator) transformasi organisasi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :
47
Tabel 9. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Pemberdayaan Manusia Belum diterapkan
Item 21 22 Jumlah Pegawai Persentase (%) 23 24 25 Jumlah Atasan Persentase (%) 26 Jumlah Konsumen Persentase (%) 27 Jumlah Rekanan Persentase (%) 28 Jumlah Mitra Kerja Persentase (%) 29 30 Jumlah Masyarakat Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Jawaban Responden Sebagian Sebagian kecil Besar diterapkan diterapkan
Sepenuh Nya sudah diterapkan
Jumlah Responden
Ratarata
3.19 2.89 3.04
0 0
22 42
68 63
29 14
119 119
0
64
131
43
238
0.00 1 0 0
26.89 40 44 38
55.04 65 59 62
18.07 13 16 19
100.00 119 119 119
1
122
186
48
357
0.28 0
34.17 43
52.10 62
13.45 14
100.00 119
0
43
62
14
119
0.00
36.13
52.10
11.76
100.00
0
23
67
29
119
0
23
67
29
119
0.00 0
19.33 44
56.30 61
24.37 14
100.00 119
0
44
61
14
119
0.00 1 0
36.97 39 20
51.26 66 72
11.76 13 27
100.00 119 119
1
59
138
40
238
0.42 2
24.79 355
57.98 645
16.81 188
100.00 1190
0.17
29.83
54.20
15.80
100.00
2.88 2.89 2.96 2.91
2.88 2.88
3.18 3.18
2.87 2.87
2.89 3.19 3.04
2.99
Sumber data : Hasil Olahan SPSS Versi 12.0 A. Pegawai Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada Tabel 9 dengan nilai rata-rata jawaban 3,04 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (55,04%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 26,89% menyatakan sebagian kecil sudah
48
diterapkan, 18,07% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan tidak seorang respondenpun yang menyatakan belum diterapkan. Dari Hasil analisis data tersebut dapat kita ketahui bahwa PT. Java CELL sudah mengupayakan pemberdayaan pegawai dalam upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dapat diperoleh
dengan
proses
pembelajaran.
Perusahaan
tersebut
memberikan wewenang dan tanggung jawab, serta kepercayaan penuh kepada pegawai untuk ikut dalam pengambilan keputusan, membuat rencana-rencana kerja dan target-target individu. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut yakin bahwa dengan memberikan wewenang dan tanggung jawab yang merata merupakan salah satu bentuk kokohnya suatu organisasi untuk bersaing dengan didukung oleh kerjasama tim yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan untuk pemberdayaan pegawai sudah dirasakan dan berjalan dengan baik. B. Atasan Dari hasil analisis di atas (Tabel 9) dengan nilai rata-rata jawaban 2,91 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau pegawai PT. Java CELL (52,10%%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 34,17%% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 13,45% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya, dan 0,28% yang menyatakan belum diterapkan. Berdasarkan data tersebut tercermin bahwa PT. Java CELL melalui pimpinannya telah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengembangkan pengetahuan dan melakukan penerapan pengetahuan
yang
didapatkan,
kemampuan
atasan
untuk
mendampingi, melatih dan bekerja dengan penuh kemitraan untuk saling berbagi dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada telah berjalan dengan baik. Hubungannya tidak sekedar atasan dan bawahan belaka, tetapi cenderung ke arah mitra kerja. Selain itu para
49
pegawai merasakan adanya dorongan dari atasan mereka, serta adanya pelatihan maupun pembinaan langsung dari atasan. Walau demikian masih dirasakan belum merata yang dikarenakan oleh adanya atasan yang hanya memberikan tugas-tugas semata tanpa memperhatikan keperluan pegawai untuk maju dan berkembang. Selain itu atasan juga tidak memberikan kesempatan untuk membuat perencanaan dan target-target individu untuk penyelesaian pekerjaan. C. Konsumen Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada Tabel 9 dengan nilai rata-rata jawaban 2,88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (52,10%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 36,13% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 11,76% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan tidak satupun yang menyatakan belum diterapkan. Hal ini mencerminkan kondisi PT. Java CELL yang telah melakukan pemberdayaan konsumen, yaitu dengan melibatkan konsumen dalam memberikan input melalui angket yang disebarkan demi perbaikan dan memuaskan para konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Selain itu perusahaan tersebut juga mengajak konsumennya untuk mengenal lebih jauh lagi terhadap produkproduk yang dihasilkan, kemudian memberi masukan terhadap kekurangan dari produk tersebut. Disamping itu perusahaan juga memberikan kesempatan dalam menciptakan inovasi baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini sejalan dengan visi perusahaan yang berusaha mengerti keinginan konsumen dan mendekati konsumen untuk lebih meningkatkan pelayanan. D. Rekanan Berdasarkan Tabel 9 dengan nilai rata-rata jawaban 3,18 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (56,30%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan,
50
24,37%
menyatakan
sudah
sepenuhnya
diterapkan,
19,33%
menyatakan sudah sebagian kecil sudah diterapkan dan tidak satupun yang menyatakan belum diterapkan. Mayoritas pemberdayaan rekanan berada pada tingkat sebagian besar diterapkan (skala 3). Hal ini memberikan cerminan bahwa PT. Java CELL memberikan perhatian terhadap rekanan perusahaan yang akhirnya dapat berkontribusi terhadap kegiatan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Kesempatan untuk berpartisipasi setiap rekanan sudah dirasakan adanya keterbukaan yang seluas-luasnya secara profesional dalam melakukan kegiatan yang ada. Disamping itu perusahaan juga memberdayakan rekanan sebagai penyedia keperluan kantor yang sangat penting guna tersedianya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. E. Mitra Kerja Pada Tabel 9 diketahui bahwa dengan nilai rata-rata jawaban 2,87 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (51,26%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 36,97% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 11,76% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan tidak satupun yang menyatakan belum diterapkan. Dari data tersebut menunjukan bahwa PT. Java CELL sudah melakukan pemberdayaan mitra kerja secara luas ke seluruh stakeholder untuk saling mendukung peningkatan kompetensi dan belajar dari seminar untuk mencari pengetahuan yang baru dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Selain itu perusahaan juga berusaha untuk tetap menjalin hubungan baik dengan perusahaan yang pernah menjadi mitra kerja sebelumnya guna memupuk kepercayaan antar mitra kerja.
51
F. Masyarakat Dari hasil analisis di atas diperoleh dengan nilai rata-rata jawaban 3,04 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai (57,98%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 24,79% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 16,81% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,42% menyatakan belum diterapkannya pemberdayaan masyarakat. Perberdayaan masyarakat juga telah dilakukan oleh PT. Java CELL, yaitu dengan memberikan informasi-informasi terbaru dari organisasi dan hasil-hasil produknya, baik melalui media cetak ataupun media elektronik (website).
Hal ini mengidentifikasikan
bahwa perusahaan telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat secara terbuka. Perusahaan memandang pentingnya memberdayakan masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan, lembaga sosial dan ekonomi sebagai sumber informasi. Keuntungan yang didapat dalam memberdayakan masyarakat di masa mendatang, perusahaan menjadi lebih peka terhadap perubahan di sekitar masyarakat yang sebagian juga merupakan pengguna barang dan jasa perusahaan. KURVA RADAR PEMBERDAYAAN MANUSIA 3.19 item 30
item 21 3.19 item 22
3.10 3.00 2.90
item 29 2.89
2.80
2.89
item 23
2.88
2.70
2.87
2.89
item 28
item 24 2.88
item 27 3.18
2.96 item 25
item 26 KURVA RADAR PEMBERDAYAAN MANUSIA (rata-rata jawaban 2,99)
Gambar 6. Kurva Radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Pemberdayaan Manusia
52
Melalui kurva radar pada Gambar 6 dapat dijabarkan berikut : ¾ Item 21 dengan rata-rata jawaban 3,19 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa komunikasi berjalan timbal balik secara baik. ¾ Item 22 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan. ¾ Item 23 dengan rata-rata jawaban 2,88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan berjalan selaras dengan tanggung jawab dan kemampuan dalam pembelajaran. ¾ Item 24 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai bekerja sama dengan atasan dalam suatu kemitraan dan terus belajar mengarahkan dalam penyelesaian masalah. ¾ Item 25 dengan rata-rata jawaban 2,96 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa atasan memegang peran seluruhnya dalam melatih menyerahkan dan memberikan fasilitas pembelajaran. ¾ Item 26 dengan rata-rata jawaban 2,88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu mendapatkan kesempatan belajar seperti diberi motivasi untuk suatu percobaan yang dapat diterapkan dari pengetahuan yang dimilikinya. ¾ Item 27 dengan rata-rata jawaban 3,18 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan secara proaktif memberikan informasi kepada masyarakat yang berkepentingan dan menerima masukan berupa ide dan saran untuk dipelajari serta perbaikan pelayanan.
53
¾ Item 28 dengan rata-rata jawaban 2,87 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan selalu berusaha melibatkan masyarakat dan mitra kerja dalam peran serta kegiatan pelatihan dan pembelajaran. ¾ Item 29 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan selalu berusaha melibatkan peran semua pihak dalam upaya mengembangkan terjadinya pembelajaran. ¾ Item 30 dengan rata-rata jawaban 3,19 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan selalu proaktif mendapatkan mitra kerja (masyarakat, profesional, LSM, dan lembaga pendidikan lain) untuk suatu pembelajaran. Kesimpulan yang dapat diambil pada sub sistem pemberdayaan organisasi ini adalah bahwa PT. Java CELL telah melakukan pemberdayaan disetiap lini, baik eksternal maupun internal perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari keinginan perusahaan untuk mewujudkan sistem organisasi pembelajaran yang berkualitas dan mampu untuk bersaing di dunia bisnis telekomunikasi. Dari kurva radar tersebut kita dapat melihat bahwa sub sistem pemberdayaan manusia memiliki rata-rata jawaban responden 2,99 dengan persentase yang dapat dilihat pada Tabel 9, yakni 54,20% menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 29,83% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,80% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,17% yang menyatakan belum diterapkan. 4.4.4. Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Sub sistem pengelolaan pengetahuan yang menjadi salah satu indikator dari organisasi pembelajaran ini memiliki empat sub indikator , yaitu akuisisi/adaptasi, penciptaan, penyimpanan dan penyebaran pengetahuan. Adapun hasil analisis tentang sub sistem (indikator) pengelolaan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:
54
Tabel 10. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan Belum diterapkan
Item 31 32 33 Jumlah Akuisisi Persentase (%) 34 35 36 Jumlah Penciptaan Persentase (%) 37 Jumlah Penyimpanan Persentase (%) 38 39 40 Jumlah Penyebaran Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Jawaban Responden Sebagian Sebagian kecil Besar diterapkan diterapkan
Sepenuh Nya sudah diterapkan
Jumlah Responden
Ratarata
2.89 2.88 3.22 3.00
1 0 0
39 42 20
65 64 69
14 13 30
119 119 119
1
101
198
57
357
0.28 1 1 0
28.29 45 41 21
55.46 59 64 68
15.97 14 13 30
100.00 119 119 119
2
107
191
57
357
0.56 0
29.97 38
53.50 67
15.97 14
100.00 119
0
38
67
14
119
0.00 1 1 0
31.93 44 43 42
56.30 61 62 63
11.76 13 13 14
100.00 119 119 119
2
129
186
40
357
0.56 5
36.13 375
52.10 642
11.20 168
100.00 1190
0.42
31.51
53.95
14.12
100.00
2.84 2.87 3.21 2.97
2.92 2.92
2.84 2.85 2.89 2.86
2.94
Sumber data : Hasil Olahan SPSS Versi 12.0 A. Akuisisi Dari hasil analisis di atas (Tabel 10) dengan nilai rata-rata jawaban 3,00 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau pegawai PT. Java CELL (55,46%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 28,29% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,97% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya, dan 0,28% yang menyatakan belum diterapkan. Melalui data tersebut menunjukan bahwa PT. Java CELL sudah menyadari akan pentingnya informasi pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan informasi serta tergerak dengan hal-hal baru.
55
Sedangkan sistem untuk mempermudah akses data maupun informasi terkait melalui layanan komputer sudah digunakan. Kegiatan lain untuk meningkatkan kinerja organisasi seperti seminar, rapat-rapat dan studi banding pada organisasi lain, walau terbatas pada level pegawai tertentu
sudah dilaksanakan dan hasilnya
kemudian disebarkan kepada pegawai melalui penyelia masingmasing/asisten manajer dan manajer masing-masing. Selain itu perusahaan juga melakukan pengumpulan input berupa data dan informasi internal maupun eksternal untuk digunakan sebagai bahan dalam pemecahan masalah yang ada. B. Penciptaan Pada Tabel 10 diketahui bahwa dengan nilai rata-rata jawaban 2,97 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (53,50%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 29,97% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,97% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,56% yang menyatakan belum diterapkan. Kegiatan penciptaan adalah pengetahuan baru yang diciptakan di dalam organisasi melalui kegiatan-kegiatan penyelesaian masalah yang dihadapi unit kerja, tim atau kelompok di organisasi. Kegiatan yang mendorong terciptanya pengetahuan baru seperti presentasi dan demonstrasi kegiatan baru dalam meningkatkan pelayanan merupakan hal yang seharusnya rutin dilakukan. PT. Java CELL telah mengarah pada kegiatan penciptaan ini, walaupun belum merata pada seluruh pegawai. Hal ini dapat dijelaskan kemungkinan ada pegawai dengan kemampuan yang kurang berkembang yang akhirnya tidak dapat diikutsertakan dalam kegiatan secara menyeluruh, tetapi hanya diikutkan pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya bukan mengarah pada pengambilan keputusan.
56
C. Penyimpanan Dari hasil analisis di atas (Tabel 10) dengan nilai rata-rata jawaban 2,92 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau pegawai PT. Java CELL (56,30%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 31,93% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 11,76% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya, dan tidak ada yang menyatakan belum diterapkan. Hal ini menunjukan bahwa PT. Java CELL sudah mengarah pada pembentukan organisasi pembelajaran yang tepat. Dimana kegiatan menghimpun data dan informasi dari berbagai sumber ke dalam pusat data untuk mempermudah pimpinan/anggota yang berkepentingan mengakses data dan informasi yang dibutuhkan. Selain itu data tersebut juga untuk mempermudah pimpinan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan. Dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan, sekarang ini seluruh informasi yang ada akan dengan sangat mudah untuk didapat. Fasilitas internet merupakan yang lebih mendukung dari setiap kegiatan perusahaan tersebut. D. Transfer/Penyebaran Berdasarkan Tabel 10 dengan nilai rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (52,10%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 36,13% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 11,20% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,56% yang menyatakan belum diterapkan. Data ini menunjukkan bahwa seluruh pengetahuan baru yang diciptakan dan diperoleh oleh PT. Java CELL dari berbagai sumber disimpan agar mudah diakses bila dibutuhkan. Dan akhirnya dilakukan penyebaran data dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti saling berbagi ilmu antara atasan dengan bawahan dan antar sesama
57
pegawai, adanya pertemuan diskusi yang diadakan tiap minggunya, dilakukannya briefing setiap pagi hari sebelum melakukan pekerjaan, seminar-seminar. Hanya saja dalam kaitan ini belum secara merata pada seluruh pegawai. Hal ini terjadi, karena adanya pegawai yang memang memiliki kemampuan yang kurang sesuai untuk mengikuti penerapan organisasi pembelajaran. KURVA RADAR PENGELOLAAN PENGETAHUAN item 31 3.20
item 40
item 32
3.10 3.00 2.89
2.89 2.90 item 39
2.88
item 33 3.22
2.80
2.85
2.70 2.60
2.84
2.84 item 38
item 34
2.87
2.92
item 37
item 35 3.21 item 36
KURVA RADAR PENGELOLAAN PENGETAHUAN (rata-rata jawaban 2,94)
Gambar 7. Kurva Radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Pengelolaan Pengetahuan
Melalui kurva radar pada Gambar 7 dapat dijabarkan berikut : ¾ Item 31 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai selalu berusaha keras mendapatkan informasi untuk memperbaiki hasil pekerjaan kantor. ¾ Item 32 dengan rata-rata jawaban 2,88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan memfasilitasi kemudahan mendapatkan informasi bagi semua pegawai baik sistem, prosedur, dan perangkatnya.
58
¾ Item 33 dengan rata-rata jawaban 3,22 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai melihat perkembangan dan membandingkan dengan perusahaan lain. ¾ Item 34 dengan rata-rata jawaban 2,84 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai dilatih trampil/berpikir kreatif dan mampu melakukan percobaan. ¾ Item 35 dengan rata-rata jawaban 2,87 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan melakukan peragaan dan presentasi program kegiatan dengan cara baru dalam pencapaian sasaran, hasil yang dapat diterapkan dalam pelayanan. ¾ Item 36 dengan rata-rata jawaban 3,21 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan menempatkan pengetahuan sebagai suatu hal yang penting, memfasilitasi dan mengakomodasikan untuk memberikan kemudahan bagi siapa saja yang memerlukan. ¾ Item 37 dengan rata-rata jawaban 2, 92 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mengerti sekali perlunya belajar dan pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan. ¾ Item 38 dengan rata-rata jawaban 2, 84 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan melakukan penyebaran informasi dalam kelompok/bagian dalam hal penyebaran informasi. ¾ Item 39 dengan rata-rata jawaban 2,85 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa di setiap bagian diberi motivasi kesempatan belajar untuk menghasilkan pengetahuan bagi pegawai. ¾ Item 40 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan menyediakan sarana-prasarana/sistem informasi berbasis komputer agar lebih efektif dan efisien.
59
Kesimpulan yang dapat kita ambil pada sub sistem pengelolaan pengetahuan ini adalah bahwa PT. Java CELL secara umum telah menerapkan sebagian besar sistem pengelolaan pengetahuan, sehinggga terjadi adaptasi pengetahuan/akuisis pengetahuan, adanya penciptaanpenciptaan pengetahuan baru, penyimpanan pengetahuan yang mudah diakses
oleh
hampir
seluruh
pegawai
dan
penyebaran/transfer
pengetahuan. Sub sistem ini dalam pembentukan organisasi pembelajaran secara terus menerus dibutuhkan, baik yang berkenaan dengan pengetahuan kepemimpinan dan manajemen maupun pengetahuan mengenai bidang kerja perusahaan. Dengan demikian pimpinan akan sangat mudah dalam mengambil suatu kebijakan perusahaan. Dari kurva radar tersebut dapat diliihat bahwa sub sistem pemberdayaan manusia memiliki rata-rata jawaban responden 2,94 dengan persentase yang dapat kita lihat pada Tabel 10, yakni 53,95% menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 31,51% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 14,12% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,42% dari responden yang menyatakan belum diterapkan. 4.4.5. Sub Sistem Aplikasi Teknologi Sub sistem aplikasi teknologi yang menjadi salah satu indikator dari organisasi pembelajaran ini memiliki tiga sub indikator , yaitu teknologi informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik. Adapun hasil analisis tentang sub sistem (indikator) aplikasi teknologi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
60
Tabel 11. Jawaban Responden Untuk Penerapan Sub Sistem Aplikasi Teknologi Belum diterapkan
Item 41 42 Jumlah Teknologi Informasi Persentase (%) 43 44 45 46 Jumlah Pembelajaran basis Teknik Persentase (%) 47 48 49 Jumlah Pendukung Kinerja Elektronik Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
0 1
Jawaban Responden Sebagian Sebagian Sepenuh Jumlah Ratakecil Besar nya sudah Responden rata diterapkan diterapkan diterapkan 19 68 32 119 3.25 39 65 14 119 2.89 3.07
1
58
133
46
238
0.42 1 0 1 0
24.37 42 20 42 42
55.88 63 65 63 63
19.33 13 34 13 14
100.00 119 119 119 119
2
146
254
74
476
0.42 0 0 1
30.67 19 39 40
53.36 68 66 65
15.55 32 14 13
100.00 119 119 119
1
98
199
59
357
0.28 4
27.45 302
55.74 586
16.53 179
100.00 1071
0.37
28.20
54.72
16.71
100.00
2.86 3.25 2.86 2.89 2.96
3.25 2.91 2.88 3.01
3.02
Sumber data : Hasil Olahan SPSS Versi 12.0 A. Teknologi Informasi Dari hasil analisis di atas (Tabel 11) dengan nilai rata-rata jawaban 3,07 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau pegawai PT. Java CELL (55,88%) menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 24,37% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 19,33% menyatakan sudah diterapkan sepenuhnya, dan 0,42% yang menyatakan belum diterapkan.
61
Kegiatan teknologi informasi dalam organisasi pembelajaran selalu dikaitkan dengan komputer. Dengan kecanggihan teknologi yang tak terbendung, komputer menjadi salah satu produk yang sangat membantu dalam penyelesaian tugas atau pekerjaan. Meliputi kegiatan
mengumpulkan,
mengolah,
menyimpan
dan
mendistribusikan data. Melalui data diatas mencerminkan bahwa PT. Java CELL telah menggunakan perangkat komputer sebagai pendukung
pengumpulan,
pengolahan,
penyimpanan
dan
pendistribusian data. Walau demikian ada beberapa pegawai yang mungkin masih belum dapat mengoperasikan komputer. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan yang mereka terima bukanlah pekerjaan yang kerap mengandalkan komputer sebagai alat kerja mereka. B. Pembelajaran Berbasis Teknologi Berdasarkan Tabel 11 dengan nilai rata-rata jawaban 2,96 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (53,36%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 30,67% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 15,55% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,42% yang menyatakan belum diterapkan. Kegiatan pembelajaran yang didukung dengan perangkat komputer, multimedia, audio visual merupakan dasar dari pertukaran informasi. Penyampaian informasi berupa pengetahuan, ketrampilan dan keahlian tertentu menggunakan media-media tersebut. Dari hasil analisis di atas mencerminkan bahwa PT. Java CELL telah menerapkan sebagian besar organisasi pembelajaran dikaitkan dengan pembelajaran berbasis teknologi. Ketika penelitian ini dilakukan, PT. Java CELL sedang merencanakan e-learning untuk pelatihan
seluruh
pegawai
disesuaikan
dengan
keahliannya.
Diharapkan bahwa pelatihan ini akan sangat membantu para pegawai dalam melakukan pembelajaran berbasis teknologi. C. Sistem Pendukung Kinerja Elektronik
62
Pada Tabel 11 diketahui bahwa dengan nilai rata-rata jawaban 3,01 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai PT Java CELL (55,74%) menyatakan bahwa sebagian besar telah diterapkan, 27,45% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 16,53% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,28% yang menyatakan belum diterapkan. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa PT. Java CELL sangat berkomitmen untuk membentuk organisasi pembelajaran yang baik bagi karyawannya melalui sistem pendukung kinerja elektronik. Walau demikian beberapa pegawai menyatakan belum meratanya penggunaan sistem pendukung elektronik seperti audio visual maupun perangkat komputer dengan multimedia. Begitu juga alasan belum terlaksananya secara utuh dikarenakan jumlah pegawai yang dapat mengoperasikan peralatan canggih secara baik masih sedikit. KURVA RADAR APLIKASI TEKNOLOGI item 41 3.25 3.20
item 49
item 42
3.10 3.00
2.88
2.89
2.90 2.80
item 48
2.91
item 43
2.70
2.86
2.60
2.89
item 47 3.25
item 46
2.86
item 44 3.25
item 45
KURVA RADAR APLIKASI TEKNOLOGI (rata-rata jawaban 3,02)
Gambar 8. Kurva Radar Nilai Rata-rata Sub Sistem Aplikasi Teknologi Melalui kurva radar pada Gambar 8 dapat dijabarkan berikut :
63
¾ Item 41 dengan rata-rata jawaban 3,25 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mampu mengakses informasi dengan cepat melalui jaringan kerja baikberupa LAN, internet, intranet. ¾ Item 42 dengan rata-rata jawaban 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahan memberikan fasilitas ruang kerja dan rapat dengan alat-alat elektronik. ¾ Item 43 dengan rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai diberi kesempatan dan bimbingan aplikasi komputer dalam suatu pembelajaran. ¾ Item 44 dengan rata-rata jawaban 3,25 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan menggunakan cara pengelompokan untuk mengelola pelaksanaan program dan kegiatan. ¾ Item 45 dengan rata-rata jawaban 2,86 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan memodifikasi suatu pembelajaran yang cepat dan menyeluruh berbasis teknologi tinggi untuk pelatihan dan implementasi kerja sehari-hari. ¾ Item 46 dengan nilai rata-rata 2,89 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan memiliki sistem pendukung elektronik agar suatu pembelajaran menjadi mudah dan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. ¾ Item 47 dengan rata-rata jawaban 3,25 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai dapat mengakses data sesuai kebutuhan, agar pekerjaan menjadi lancar. ¾ Item 48 dengan rata-rata jawaban 2,91 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan merancang dan menyesuaikan sistem pendukung elektronik sesuai pekerjaan. ¾ Item 49 dengan rata-rata jawaban 2,88 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai meyakini bahwa perusahaan menyediakan
64
perangkat
luank/software
untuk
membuat,
menyimpan
dan
menyebarkan informasi yang tepat dengan kebutuhan.
Kesimpulan yang dapat kita ambil pada sub sistem aplikasi teknologi ini adalah bahwa PT. Java CELL telah melakukan aplikasi teknologi dalam sistem organisasi pembelajaran meliputi sarana pendukung tersedianya akses dan pertukaran informasi untuk terjadinya proses pembelajaran yang berkaitan dengan sarana berteknologi komputer. Akan tetapi sebagian kecil pegawai menyatakan belum diterapkannya sub sistem aplikasi teknologi pada perusahaan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan belum meratanya pemberian kesempatan oleh perusahaan terhadap pegawainya untuk penggunaan teknologi modern dengan alasan minimnya pemahaman pegawai tersebut terhadap teknologi modern. Dari kurva radar tersebut dapat dilihat bahwa sub sistem aplikasi teknologi memiliki rata-rata jawaban responden 3,02 dengan persentase yang dapat dilihat pada Tabel 11, yakni 54,72% menyatakan sebagian besar sudah diterapkan, 28,20% menyatakan sebagian kecil sudah diterapkan, 16,71% menyatakan sudah sepenuhnya diterapkan dan 0,37% dari responden yang menyatakan belum diterapkan. 4.5. Analisis Keseluruhan Penerapan Organisasi Pembelajaran Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan nilai rata-rata jawaban 2,98 pada kuesioner berarti PT. Java CELL telah mendukung adanya sistem organisasi pembelajaran, yang ditunjang oleh pegawai yang juga berusaha meningkatkan kemampuannya. Walau demikian masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pegawai secara mendalam tentang organisasi pembelajaran. Namun perusahaan tetap optimis bahwa di masa yang akan datang proses pembelajaran organisasi akan berjalan dengan lebih baik lagi melalui perbaikan-perbaikan pada setiap unit kerja yang ditunjang oleh pegawai yang handal, guna menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif. Disamping itu perusahaan akan memberikan
65
dorongan dan motivasi penuh terhadap para pegawai untuk terus menggali potensi dalam diri masing-masing, menumbuhkan keinginan untuk belajar, meningkatkan komunikasi antar pimpinan dengan bawahan dan antar sesama pegawai agar organisasi pebelajaran dalam perusahaan dapat tercipta dengan baik. KURVA RADAR ORGANISASI PEMBELAJARAN Dinamika Pembelajaran 3.02 3.00 2.98
2.96
2.96
3.02 Aplikasi Teknologi
2.94
2.97
2.92
Transformasi Organisasi
2.90
2.94
2.99 Pemberdayaan Manusia
Pengelolaan Pengetahuan
KURVA RADAR ORGANISASI PEMBELAJARAN (rata-rata jawaban 2,98)
Gambar 9. Kurva Radar Nilai Rata-rata Organisasi Pembelajaran PT. Java CELL Dari kurva radar tersebut dapat dilihat bahwa sub sistem pengelolaan pengetahun memiliki nilai terendah (2,94) dibandingkan sub sistem-sub sistem yang lain. Ini menunjukkan bahwa perusahaan masih minim dalam melakukan pengelolaan
pengetahuan
yang
didapatkan,
sehingga
harus
terus
dikembangkan lagi agar pengelolaan pengetahuan dapat seutuhnya dijadikan acuan dalam setiap pengambilan keputusan perusahaan. Adapun sub sistem dinamika pembelajaran berada pada rata-rata jawaban 2,96. Hal ini menunjukkan peran serta pegawai dalam proses organisasi
pembelajaran
cukup
besar.
Setiap
pegawai
ingin
terus
mengembangkan dirinya untuk menjadi pegawai yang handal dan mampu berkompetisi bersama perusahaan. Namun masih dipandang perlu perbaikan-
66
perbaikan dalam pelaksanaannya, agar mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Sub sistem transformasi organisasi berada pada rata-rata jawaban 2,97. Ini dapat diartikan bahwa para pegawai dan perusahan berjalan seirama dalam satu visi demi terciptanya organisasi pembelajaran yang baik. Budaya perusahaan yang diterapkan dapat memotivasi pegawai untuk terus berkembang dan berprestasi. Struktur perusahaan yang terbuka membantu terwujudnya hubungan komunikasi dengan baik. Meski demikian perlu adanya peningkatan agar sub sistem ini dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Sub sistem pemberdayaan manusia berada pada rata-rata jawaban 2, 99. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjalin hubungan yang cooperatif antar internal perusahaan dengan pihak luar. Akan tetapi perlu ditingkatkan lagi agar perusahaan dapat menciptakan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik. Sub sustem aplikasi teknologi merupakan sub sistem dengan rata-rata jawaban tertinggi, yaitu 3,02. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk menyediakan sarana-prasarana teknologi canggih demi terciptanya pegawai yang dapat diandalkan dalam menuju persaingan global. Namun kesempatan penggunaannya diharapkan lebih merata lagi oleh pegawai agar kemampuan yang dimiliki dapat merata pula. 4.6. Analisis Perbedaan Tabel 12. ANOVA Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
80,020
df
Mean Square 1
50594,56 115 1 50674,58 116 1 Sumber data : Hasil olahan SPSS Ver 12.0
80,020
F 0,182
Sig. 0,671
439,953
Hasil analisis dengan metode Anova dengan dibantu software SPSS Versi 12.0 menunjukan nilai F sebesar 0,182 dengan nilai kepercayaan (taraf
67
signifikansi) sebesar 0,671. Dengan demikian diidentifikasi tidak terdapat perbedaan persepsi penerapan organisasi pembelajaran antara pegawai biasa dengan pegawai yang memiliki level jabatan. Hal ini dapat terjadi, karena beberapa pegawai biasa memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian pegawai yang memiliki level jabatan. Disamping itu masa kerja juga berpengaruh, karena paling tidak dengan masa kerja yang lebih lama, ada kecenderungan mengikuti dan sudah dalam tatanan budaya di organisasi, sedangkan pimpinan dengan masa kerja lebih sedikit, walau sudah beradaptasi tetapi belum sepenuhnya ikut dalam budaya organisasi yang menentukan terwujudnya organisasi pembelajaran.
68
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penerapan organisasi pembelajaran di PT. Java CELL, disimpulkan beberapa hal berikut : 1. Penerapan organisasi pembelajaran pada PT. Java CELL dinilai cukup baik. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis yang diperoleh dari seluruh responden yang ada, bahwa dengan rata-rata jawaban 2,98. Namun demikian masih perlu perbaikan-perbaikan, serta ditingkatkan lagi penerapannya agar perusahaan dapat terus berkompetisi dalam dunia bisnis telekomunikasi dengan perusahaan-perusahaan kompetitor. 2. Analisis perbedaan persepsi tidak menunjukan nilai yang signifikan, yang berarti tidak ada perbedaan persepsi tentang penerapan organisasi pembelajaran. Hal ini disebabkan berbagai hal, diantaranya adanya pengaruh-pengaruh lain yang lebih kuat dari pada faktor level jabatan. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran antara lain : 1. Organisasi pembelajaran yang sudah diterapkan sudah berjalan dengan baik, namun belum dipersepsikan merata pada seluruh pegawai. Untuk itu dapat dilakukan beberapa hal, apabila terdapat pegawai yang belum memenuhi syarat sesuai tuntutan persaingan kerja dapat diberikan kesempatan tambahan pelatihan dan pengembangan maupun diberi kesempatan mengikuti pendidikan formal atau dapat direkrut pegawai baru yang lebih handal. 2. Untuk proses pembelajaran individu dan kelompok, sebaiknya diberikan kesempatan menyeluruh kepada seluruh pegawai, bukan hanya pada level pimpinan saja. 3. Perlu ditingkatkan pembelajaran berbasis teknologi, seperti dengan memberikan pelatihan dan pengembangan melalui akses komputer. Dengan penyediaan perangkat keras maupun perangkat lunaknya yang mudah diakses seluruh pegawai.
69
DAFTAR PUSTAKA Argyris C and Schon D.A. 1978. Organizational Learning : Theory of Action Perspsctive. Addison-Wesley, Reading MA. Blackman. and Henderson. 2005. Organization Management. Conference Board. Ney York.
Learning
.Knowledge
Clutterbucj and Kernaghan 2003. Art of HRD The Power of Empowerment. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Guthrie, J.W. 1986. School-based Management : The Next Needed Education Reform. Phil Delta Kappa, Vol 68 No. 4 pp 305-309. Kerlinger, F.N. 1994. Foundation For Social Resource. Edisi Terjemahan.4th Edition. Yogyakarta : Gajah Mada. Marquardt, M 1996. Building The Learning Organisation, a Sistem Approach to Quantum Improvement and Global Success. Mc. Graw Hill Book Inc, New York. Marquardt, M. 1994. The Global Learning Organization 1. Irwin Profesional Publishing : New York. Marquardt, M. and Reynold 1996. The Global Learning Organization. Irwin Profesional Publishing : New York. Nonaka , I., and Takeuchi, H. 1995. The Knowledge-Creating Company. Oxford University Press. Popper. and Lipszhitz. 1995. Objective Knowledge. Claredon Press : Oxford Sangkala, 2002. Knowing Organisation : Sebuah kerangka Mambangun Adaptasi Organisasi Setengah Perubahan Lingkungan Yang Dinamis’ Manajemen Usahawan Nomor 5/TH XXXI/April 2002. Sekaran, U. 2003. Research Methods For Business. 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc. USA Senge, P.M. 1990. The Fifth Discipline : The Age and Practise of The Learning Organization, Century and Business. Doubelay, New York. Senge P.M. (2002) Buku Pegangan Disiplin Kelima. Terjemahan, Alih bahasa Hari Suminto, editor : Lyndon Saputera. : Interaksara, Jakarta. Smye and Cooke. 1996. You Dont Change a Company by Memo. The Simple Truth about Managing Chang. Key Porter Books : Toronto.
70
Sutrisno Hadi (1994). Metodologi Penelitian Jilid 2-3. Yogyakarta : UGM Watkins, KE & Marchick, VJ. (1998) Dimention of Learning Organisation Questionaire Partners For The Learning Organization, Warwick, RI.
71
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian. Kuesioner ini digunakan dalam rangka untuk penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Organisasi Pembelajaran pada PT. Java CELL”. Partisipasi anda sangat saya harapkan dalam mengisi kuesioner ini. Masukan dan informasi yang anda berikan akan sangat berguna bagi kemajuan PT. Java CELL Jakarta Selatan ke arah yang lebih baik. Saya harap informasi yang anda berikan sesuai dengan keyakinan anda. Terima kasih atas partisipasi dan kesediaan anda dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Petunjuk pengisian : isilah titik-titik pada bagian A dan berilah tanda [√] pada bagian B yang anda yakini sesuai dengan pilihan anda. b) IDENTITAS RESPONDEN • • • • • •
Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Unit Kerja/Dept. Masa Kerja
:........................................................................ :........................................................................ :........................................................................ :........................................................................ :........................................................................ :........................................................................
B. PERTANYAAN/PERNYATAAN I. Dinamika Pembelajaran 1. Pegawai di kantor kami selalu berusaha meningkatkan pengetahuan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 2. Setiap permasalahan yang ditemukan selalu menjadi bahan diskusi untuk dipelajari bersama. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 3. Setiap pegawai memberi prioritas untuk meningkatkan pembelajaran secara berkelanjutan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 4. Atasan selalu mendorong kami untuk setiap pegawai mengembangkan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
72
Lanjutan Lampiran 1. 5. Diskusi selalu dilakukan di kantor kami secara berkelompok. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 6. Kantor kami selalu berusaha memberikan pelatihan dan pengarahan mengenai berbagai cara belajar yang tepat. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 7. Meningkatkan pengatahuan dengan cara pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan di masa depan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 8. Kantor kami mengembangkan dan mempersiapkan cara kerja yang ada terus menerus dengan kreatif mencari cara kerja yang lebih baik. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 9. Sistem di kantor kami membantu dalam setiap pengambilan tindakan ide/pikiran setiap pegawai. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 10. Kantor kami memberikan pelatihan mengenai kerja sama tim. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. II. Transformasi Organisasi 11. Setiap pegawai selalu mendengarkan ide rekan yang lain sebelum berbicara mengenai pendapatnya sendiri. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 12. Setiap pegawai selalu mendorong rekan kerjanya untuk membantu meningkatkan pengetahuan dengan melalui pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
73
Lanjutan Lampiran 1 13. Sarana prasarana selalu disediakan pimpinan untuk kegiatan pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 14. Selalu ada peningkatan sarana dan prasarana dalam meningkatkan proses pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 15. Kantor kami selalu memberikan informasi mengani sistem dan struktur yang ada. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 16. Di dalam visi kantor kami mengandung keinginan dan tujuan jangka panjang, bahwa pengetahuan merupakan hal yang penting bagi pembelajaran organisasi. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 17. Setiap informasi yang diperlukan setiap pegawai, selalu dengan mudah diperoleh dan disediakan oleh kantor. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 18. Kantor kami memberikan penghargaan atas prestasi pegawai yang ingin belajar dan membantu proses pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 19. Umpan balik selalu diberikan perusahaan secara terbuka dan jujur. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 20. Kantor kami melakukan koordinasi antar bagian berdasarkan pencapaian sasaran, tujuan serta mengupayakan pembelajaran agar lebih baik dengan memperhatikan kewenangan dan tugas masing-masing. [ [ [ [
] ] ] ]
1. Belum diterapkan. 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. 3. Sebagian besar sudah diterapkan. 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
74
Lanjutan Lampiran 1.
III. Pemberdayaan Pegawai 21. Komunikasi di kantor kami berjalan timbal balik secara baik. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 22. Pimpinan di kantor kami selalu berusaha memberikan kesempatan kepada bawahan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 23. Pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan berjalan selaras dengan tanggung jawab dan kemampuan dalam pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 24. Atasan dan pegawai bekerja sama dalam suatu kemitraan dan terus belajar mengarahkan dalam penyelesaian masalah. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 25. Atasan memegang peran seluruhnya dalam melatih menyerahkan dan memberikan fasilitas pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 26. Atasan selalu memberikan kesempatan belajar untuk pegawai seperti memotivasi pegawai untuk sesuatu percobaan yang dapat diterapkan dari pengetahuan yang baru dimilikinya. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 27. Kantor kami secara proaktif memberikan informasi kepada masyarakat yang berkepentingan dan menerima masukan berupa ide dan saran untuk dipelajari serta perbaikan pelayanan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
75
Lanjutan Lampiran 1. 28. Kantor kami selalu berusaha melibatkan masyarakat dan mitra kerja dalam peran serta kegiatan pelatihan dan pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 29. Kantor kami selalu berusaha melibatkan peran semua pihak dalam upaya mengembangkan terjadinya pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 30. Kantor kami selalu pro-aktif mendapatkan mitra kerja (masyarakat, profesional, LSM, dan lembaga pendidikan lain) untuk suatu pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. IV. Pengelolaan Pengetahuan 31. Setiap pegawai selalu berusaha keras mendapatkan informasi untuk memperbaiki hasil pekerjaan kantor. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 32. Kantor kami memfasilitasi kemudahan mendapatkan informasi bagi semua pegawai baik sistem, prosedur dan perangkatnya. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 33. Di kantor kami melihat perkembangan dan membandingkan dengan kantor lain. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 34. Setiap pegawai di kantor dilatih trampil/berpikir kreatif dan mampu melakukan percobaan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
76
Lanjutan Lampiran 1. 35. Kantor kami melakukan peragaan dan presentasi program kegiatan dengan cara baru dalam pencapaian sasaran, hasil yang dapat diterapkan dalam pelayanan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 36. Kantor kami menempatkan pengetahuan sebagai suatu hal yang penting, memfasilitasi dan mengakomodasikan untuk memberikan kemudahan bagi siapa saja yang memerlukannya. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 37. Setiap pegawai mengerti sekali perlunya belajar dan pentingnya penyebaran ilmu pengetahuan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 38. Kantor kami melakukan penyebaran informasi dalam kelompok/bagian dalam hal penyebaran informasi. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 39. Di setiap bagian diberi motivasi kesempatan belajar untuk menghasilkan pengetahuan bagi pegawai. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 40. Kantor kami menyediakan sarana prasarana/sistem informasi berbasis komputer agar lebih efektif dan efisien. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. V. Penerapan Teknologi 41. Setiap pegawai mampu mengakses informasi dengan cepat melalui jaringan kerja baik berupa LAN, internet dan intranet. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
77
Lanjutan Lampiran 1. 42. Kantor kami memfasilitasi ruang kerja dan rapat dengan alat-alat elektronik. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 43. Setiap karyawan diberi kesempatan dan bimbingan aplikasi komputer dalam suatu pembelajaran. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 44. Kantor kami menggunakan cara pengelompokan untuk mengelola pelaksanaan program dan kegiatan. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 45. Kantor kami memotifikasi suatu pembelajaran yang cepat dan menyeluruh berbasis teknologi tinggi untuk pelatihan dan implementasi kerja seharihari. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 46. Kantor kami memiliki sistem pendukung elektronik agar suatu pembelajaran menjadi mudah dan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 47. Setiap pegawai bisa mengakses data sesuai kebutuhan, agar pekerjaan menjadi lancar. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan. 48. Merancang dan menyesuaikan sistem pendukung elektronik sesuai pekerjaan di kantor kami. [ ] 1. Belum diterapkan. [ ] 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. [ ] 3. Sebagian besar sudah diterapkan. [ ] 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
78
Lanjutan Lampiran 1. 49. Kantor kami menyediakan perangkan lunak/software untuk membuat, menyimpan dan menyebarkan informasi yang tepat dengan kebutuhan. [ [ [ [
] ] ] ]
1. Belum diterapkan. 2. Sebagian kecil sudah diterapkan. 3. Sebagian besar sudah diterapkan. 4. Hampir seluruhnya diterapkan.
79
Lampiran 2. Tabel Item-Total Statistics No. Scale Mean if Item Validitas dengan Product Item Deleted Moment dari Pearson 1 138,50 0,754 2 138,51 0,529 3 138,15 0,471 4 138,50 0,807 5 138,52 0,729 6 138,50 0,749 7 138,51 0,543 8 138,16 0,471 9 138,32 0,019 10 138,41 0,277 11 138,40 0,161 12 138,30 0,235 13 138,50 0,652 14 138,50 0,807 15 138,16 0,526 16 138,50 0,807 17 138,50 0,750 18 138,16 0,510 19 138,51 0,651 20 138,50 0,807 21 138,17 0,525 22 138,50 0,807 23 138,50 0,754 24 138,51 0,651 25 138,50 0,640 26 138,51 0,806 27 138,18 0,519 28 138,52 0,794 29 138,52 0,750 30 138,16 0,521 31 138,50 0,640 32 138,51 0,806 33 138,15 0,520 34 138,50 0,754 35 138,50 0,543 36 138,17 0,466 37 138,50 0,794 38 138,52 0,750 39 138,51 0,650 40 138,50 0,788 41 138,15 0,519 42 138,50 0,752 43 138,51 0,529 44 138,15 0,477
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
80
Lanjutan Lampiran 2. No. Scale Mean if Item Validitas dengan Product Item Deleted Moment dari Pearson 45 138,52 0,649 46 138,51 0,809 47 138,16 0,519 48 138,51 0,804 49 138,50 0,754 Data : Hasil Olahan SPSS Ver. 12.0 Valid jika P < 0,05
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid
81
Lampiran 3. Tabel Reliability Statistics Cronbach’s Alpha Based on Cronbach’s Standardized Alpha Items 0,971 0,970 Data : Hasil olahan SPSS ver 12.0.
N of Items 49
82
Lampiran 4. Sosiodemographi N o
Pendi dikan
Masa Kerja
Jenis Klmn
Usia
No
Pendi dikan
Masa Kerja
Jenis Klmn
Usia
1
1
1
1
1
31
3
2
1
2
2
1
1
1
1
32
3
2
1
2
3
2
1
1
1
33
3
2
1
2
4
2
1
1
1
34
3
2
1
2
5
3
2
1
1
35
3
2
1
2
6
1
1
2
1
36
3
2
1
2
7
1
1
2
1
37
2
3
1
2
8
2
1
2
1
38
2
3
1
2
9
2
1
2
1
39
2
3
1
2
10
2
2
2
1
40
3
3
1
2
11
2
2
2
1
41
3
3
1
2
12
3
2
2
1
42
3
3
1
2
13
2
1
1
2
43
3
3
1
2
14
2
1
1
2
44
3
3
1
2
15
2
1
1
2
45
2
1
2
2
16
2
1
1
2
46
1
2
2
2
17
2
1
1
2
47
2
2
2
2
18
3
1
1
2
48
2
2
2
2
19
1
2
1
2
49
2
2
2
2
20
2
2
1
2
50
2
3
2
2
21
2
2
1
2
51
2
3
2
2
22
2
2
1
2
52
2
3
2
2
23
2
2
1
2
53
3
1
1
3
24
2
2
1
2
54
1
2
1
3
25
2
2
1
2
55
2
2
1
3
26
2
2
1
2
56
2
2
1
3
27
2
2
1
2
57
3
2
1
3
28
2
2
1
2
58
3
2
1
3
29
2
2
1
2
59
3
2
1
3
30
2
2
1
2
60
3
2
1
3
83
Lanjutan Lampiran 4. N o
Pendi dikan
Masa Kerja
Jenis Klmn
Usia
No
Pendi dikan
Masa Kerja
Jenis Klmn
Usia
61
2
3
1
3
91
3
2
1
4
62
3
3
1
3
92
3
2
1
4
63
3
3
1
3
93
3
2
1
4
64
3
3
1
3
94
3
2
1
4
65
3
3
1
3
95
3
2
1
4
66
3
3
1
3
96
3
2
1
4
67
3
3
1
3
97
3
2
1
4
68
3
3
1
3
98
3
2
1
4
69
3
3
1
3
99
3
2
1
4
70
3
3
1
3
100
3
2
1
4
71
3
3
1
3
101
3
2
1
4
72
3
3
1
3
102
3
2
2
4
73
3
3
1
3
103
1
2
1
5
74
1
2
2
3
104
2
2
1
5
75
1
2
2
3
105
2
2
1
5
76
2
2
2
3
106
2
2
1
5
77
3
2
2
3
107
2
2
1
5
78
3
2
2
3
108
2
2
1
5
79
3
2
2
3
109
3
2
1
5
80
3
2
2
3
110
3
2
1
5
81
3
2
2
3
111
3
3
1
5
82
3
3
2
3
112
3
3
1
5
83
3
3
2
3
113
3
3
1
5
84
3
3
2
3
114
1
2
2
5
85
3
3
2
3
115
2
2
2
5
86
3
3
2
3
116
2
2
2
5
87
3
3
2
3
117
1
3
2
5
88
3
2
1
4
118
2
3
2
5
89
3
2
1
4
119
3
3
2
5
90
3
2
1
4
84
Lampiran 5. Hasil Analisis Seluruh Sub Sistem dan Indikatornya PERSENTASE SUB INDIKATOR PEMBELAJARAN INDIVIDU
Item 1 2 3 4 5 6 Jumlah %
1 1 1 1 1 3 2 9 1.26
2 40 40 26 46 47 43 242 33.89
3 63 63 67 61 56 58 368 51.54
4 15 15 25 11 13 16 95 13.31
Responden 119 119 119 119 119 119 714 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR PEMBELAJARAN KELOMPOK
Item 7 8 10 Jumlah %
1 1 0 1 2 0.56
2 41 19 39 99 27.73
3 62 71 55 188 52.66
4 15 29 24 68 19.05
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE INDIKATOR DINAMIKA PEMBELAJARAN
Item Jumlah %
1 11 1.03
2 341 31.84
3 556 51.91
4 163 15.22
Responden 1071 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN VISI
Item 12 13 Jumlah %
1 0 1 1 0.42
2 26 42 68 28.57
3 73 62 135 56.72
4 20 14 34 14.29
Responden 119 119 238 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN BUDAYA
Item 14 15 16 Jumlah %
1 0 0 1 1 0.28
2 44 19 43 106 29.69
3 62 67 62 191 53.50
4 13 33 13 59 16.53
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN STRATEGI
Item 17 18 Jumlah %
1 1 0 1 0.42
2 40 22 62 26.05
3 63 64 127 53.36
4 15 33 48 20.17
Responden 119 119 238 100.00
85
Lanjutan Lampiran 5. PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN STRUKTUR
Item 19 20 Jumlah %
1 0 1 1 0.42
2 43 42 85 35.71
3 62 63 125 52.52
4 14 13 27 11.34
Responden 119 119 238 100.00
PERSENTASE INDIKATOR TRANSFORMASI ORGANISASI
Item Jumlah %
1 4 0.37
2 321 29.97
3 578 53.97
4 168 15.69
Responden 1071 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PEMBERDAYAAN PEGAWAI
Item 21 22 Jumlah %
1 0 0 0 0.00
2 22 42 64 26.89
3 68 63 131 55.04
4 29 14 43 18.07
Responden 119 119 238 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PENYELIA
Item 23 24 25 Jumlah %
1 1 0 0 1 0.28
2 40 44 38 122 34.17
3 65 59 62 186 52.10
4 13 16 19 48 13.45
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PEMBERDAYAAN KONSUMEN
Item 26 Jumlah %
1 0 0 0.00
2 43 43 36.13
3 62 62 52.10
4 14 14 11.76
Responden 119 119 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PEMBERDAYAAN REKANAN
Item 27 Jumlah %
1 0 0 0.00
2 23 23 19.33
3 67 67 56.30
4 29 29 24.37
Responden 119 119 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PEMBERDAYAAN MITRA KERJA
Item 28 Jumlah %
1 0 0 0.00
2 44 44 36.97
3 61 61 51.26
4 14 14 11.76
Responden 119 119 100.00
86
Lanjutan Lampiran 5. PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Item 29 30 Jumlah %
1 1 0 1 0.42
2 39 20 59 24.79
3 66 72 138 57.98
4 13 27 40 16.81
Responden 119 119 238 100.00
PERSENTASE INDIKATOR PEMBERDAYAAN MANUSIA
Item Jumlah %
1 2 0.17
2 355 29.83
3 645 54.20
4 188 15.80
Responden 1190 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN AKUISISI PENGETAHUAN
Item 31 32 33 Jumlah %
1 1 0 0 1 0.28
2 39 42 20 101 28.29
3 65 64 69 198 55.46
4 14 13 30 57 15.97
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN
Item 34 35 36 Jumlah %
1 1 1 0 2 0.56
2 45 41 21 107 29.97
3 59 64 68 191 53.50
4 14 13 30 57 15.97
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PENYIMPANAN PENGETAHUAN
Item 37 Jumlah %
1 0 0 0.00
2 38 38 31.93
3 67 67 56.30
4 14 14 11.76
Responden 119 119 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR BERKAITAN DENGAN PENYEBARAN PENGETAHUAN
Item 38 39 40 Jumlah %
1 1 1 0 2 0.56
2 44 43 42 129 36.13
3 61 62 63 186 52.10
4 13 13 14 40 11.20
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE INDIKATOR PENGELOLAAN PENGETAHUAN
Item Jumlah %
1 5 0.42
2 375 31.51
3 642 53.95
4 168 14.12
Responden 1190 100.00
87
Lanjutan Lampiran 5. PERSENTASE SUB INDIKATOR TEKNOLOGI INFORMASI
Item 41 42 Jumlah %
1 0 1 1 0.42
2 19 39 58 24.37
3 68 65 133 55.88
4 32 14 46 19.33
Responden 119 119 238 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI
Item 43 44 45 46 Jumlah %
1 1 0 1 0 2 0.42
2 42 20 42 42 146 30.67
3 63 65 63 63 254 53.36
4 13 34 13 14 74 15.55
Responden 119 119 119 119 476 100.00
PERSENTASE SUB INDIKATOR SISTEM PENDUKUNG ELEKTRONIK
Item 47 48 49 Jumlah %
1 0 0 1 1 0.28
2 19 39 40 98 27.45
3 68 66 65 199 55.74
4 32 14 13 59 16.53
Responden 119 119 119 357 100.00
PERSENTASE INDIKATOR APLIKASI TEKNOLOGI
Item Jumlah %
1 4 0.37
2 302 28.20
3 586 54.72
4 179 16.71
Responden 1071 100.00
PERSENTASE ORGANISASI PEMBELAJARAN
Item DP TO PM PP AT Jumlah %
Keterangan : DP TO PM PP AT
1 11 4 2 5 4 26 0.46
2 341 321 355 375 302 1694 30.29
= Dinamika Pembelajaran = Transformasi Organisasi = Pemberdayaan Manusia = Pengelolaan Pengetahuan = Aplikasi Teknologi
3 556 578 645 642 586 3007 53.76
4 163 168 188 168 179 866 15.48
Responden 1071 1071 1190 1190 1071 5593 100.00