ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN K3 SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI TENAGA KERJA (Studi Pada PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun)
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh: Arda Kusuma Dirgantara Putra 125020100111067
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN K3 SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI TENAGA KERJA (Studi Pada PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun) Yang disusun oleh : Nama
:
Arda Kusuma Dirgantara Putra
NIM
:
125020100111067
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 24 Februari 2016.
Malang, 24 Februari 2016 Dosen Pembimbing,
Eddy Suprapto, SE., ME. NIP. 19580709 198603 1002
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN K3 SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI TENAGA KERJA (Studi Pada PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun) Arda Kusuma Dirgantara Putra Eddy Suprapto, SE., ME. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan observasi langsung. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 48 orang. Analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda , dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh K3 terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh factor penerapan kesehatan dan keselamatan kerja yang dimiliki perusahaan terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja pada karyawan PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun. internal dengan menggunakan metode analisis model regresi linier berganda. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kesehatan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan dan keselamatan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi yang dilakukan tenaga kerja. Kata kunci: Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja, Jumlah Produksi Tenaga Kerja
A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang juga semakin besar pula. Ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang bekerja atau yang mencari pekerjaan. Besarnya jumlah tenaga kerja seringkali tidak diimbangi dengan perluasan lapangan kerja sehingga membuat tenaga kerja akan menerima apapun jenis pekerjaan meski memberikan resiko yang tinggi terhadap dirinya. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara kompetitif. Pencapaian tujuan tersebut tentu saja perusahaan membutuhkan dua faktor utama di dalam produksi, yaitu tenaga kerja dan modal. Banyaknya jumlah tenaga kerja dan modal yang digunakan perusahaan akan mampu untuk menghasilkan jumlah barang yang diproduksi meningkat, sehingga pada akir produksi perusahaan akan mampu meningkatkan total pendapatannya dari peningkatan total barang yang dihasilkan. Keberadaan dari tenaga kerja di dalam aktivitas produksi akan membuat perusahaan mampu untuk memproduksi barang. Perusahaan yang dengan baik memberikan perlindungan kerja kepada tenaga kerja akan dapat memberikan rasa aman di dalam melakukan produksi sehingga mampu memberikan dampak peningkatan jumlah produksi. Perlindungan yang sangat sering diterapkan oleh perusahaan adalah bagaimana pemberian K3 di dalam menjamin aktivitas produksi tenaga kerja dengan aman. Perlindungan perusahaan yang pertama adalah kesehatan kerja. Kesehatan kerja akan memberikan tenaga kerja kebebasan dari gangguan mental ataupun fisik yang dapat mengganggu aktivitas produksi. Penerapan kesehatan kerja yang baik akan membuat tenaga kerja tidak akan terganggu oleh penyakit ataupun gangguan kesehatan. Faktor perlindungan tenaga kerja yang diberikan perusahaan lainnya adalah keselamatan kerja berperan penting di dalam memberikan perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan ternaga kerja dengan baik akan menghindarkan pekerja dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Namun dalam prakteknya, masih sangat banyak perusahaan yang tidak menerapkan kebijakan K3 kepada pegawainya. Hal ini dikarenakan perusahaan merupakan suatu jenis usaha yang dimana tujuannya adalah untuk memaksimalkan profit yang dimiliki, sehingga perusahaan akan berupaya menekan berbagai jenis pengeluaran salah satunya adalah biaya perlindungan tenaga kerja. Tujuan perusahaan ini membuat perusahaan tidak akan melakukan perhatian terhadap tenaga kerja, namun sebaliknya justru dengan kuasanya akan memaksa tenaga kerja untuk bekerja
lebih guna memenuhi persaingan. Padahal upaya pemberian K3 akan dapat berpengaruh positif terhadap kemajuan perusahaan. Berlandaskan dengan Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, seharusnya mampu merubah pola pikir dari perusahaan mengenai pentingnya perlindungan terhadap pekerja. Permasalahan perlindungan terhadap tenaga kerja akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya persaingan indutrialisasi yang semakin memaksa tenaga kerja untuk terus melakukan aktivitas produksi tanpa henti. Banyaknya jumlah industrialisasi yang berkembang pada pulau Jawa mengakibatkan profinsi di Pulau Jawa menjadi provinsi yang sangat banyak mengalami angka kecelakaan kerja. Profinsi Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kecelakaan kerja tertinggi di Indonesia. Tingginya angka kecelakaan kerja pada seluruh provinsi di Indonesia dapat ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 1: Tipe Kecelakaan Kerja di Indonesia Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2012 No Provinsi Kecelakaan Korban Keracunan Kerja
Penyakit Akibat Kerja (APK)
1
Jawa Barat
4.049
3.635
65
7
2
Jawa Timur
3.562
3.189
5
3
3
Jawa Tengah
1.874
1.490
9
8
4
Kepulauan Riau
940
979
110
3
5
Riau
356
355
0
22
Sumber : Pusat Data dan Informasi Tenaga Kerja 2012, data diolah Seperti yang terlihat dalam tabel 1, menunjukan provinsi yang terdapat di seluruh Indonesia dengan angka kecelakaan kerjanya. Tabel tersebut menunjukan bahwa kecelakaan kerja terbesar di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa Barat. Kecelakaan kerja yang terjadi secara keseluruhan berjumlah 4.049. Banyaknya angka kecelakaan kerja berdampak pada jumlah korban sebesar 3.635. Hal ini menunjukan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi hampir seluruhnya mengakibatkan adanya korban. Angka kecelakaan tertinggi lainnya adalah Provinsi Jawa Timur dimana angka kecelakaan kerja sebesar 3.562 dengan jumlah 3.18. Tingginya angka kecelakaan kerja tidak lepas dari banyaknya jumlah industrialisasi yang berkembang di daerah Pulau Jawa. Besarnya angka kecelakaan kerja menunjukan adanya gap yang begitu jauh antara teori dengan kenyataannya. Perusahaan mulai berupaya terus untuk mencapai semua tujuannya untuk mencapai keuntungan yang tinggi tanpa memperhatikan aturan Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, akan membuat perlindungan kerja hanyalah sebatas angan yang tak mungkin mampu terwujut. Pada kenyataannya sangat banyak perusahaan yang dengan sengaja tidak memberikan upaya perlindungan dan hanya mengeksploitasi tenaga kerja. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, maka dipastikan akan semakin banyak jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan guna untuk memberikan informasi kepada perusahaan mengenai pentingnya kebijakan K3 sebagai upaya perlindungan tenaga kerja. Meskipun sudah banyak penelitian, namun permasalahan ini masih sangat perlu untuk dibahas melihat masih banyaknya fenomena kecelakaan kerja yang terjadi kepada tenaga kerja dan masih banyak perusahaan yang kurang menerapkan kebijakan K3 sebagai upaya perlindungan tenaga kerja. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Kebijakan K3 Sebagai Upaya Peningkatan Jumlah Produksi Tenaga Kerja” dengan studi pada di PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun. Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternalterhadap pertumbuhan kredit modal kerja pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2007-2014.
B. KERANGKA TEORITIS Kondisi Tenaga Kerja di Indonesia Kemudahan analisis ketenagakerjaan secara garis besar penduduk yang terdapat pada suatu negara dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1985:2). Usia kerja yang ada pada setiap negara berbeda, dimana usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah 15 tahun. Berdasarkan Undang-Undang Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Tenaga kerja kemudian masih dibedakan menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kesehatan Kerja Perusahaan Kesehatan kerja adalah proses terbebasnya tenaga kerja dari segala hal yang mampu menggangu aktivitas produksi yang dilakukan oleh tenaga kerja. Kesehatan kerja sangat wajib dimiliki oleh setiap tenaga kerja agar tidak mengganggu keberlangsungan dari aktivitas produksi yang dilakukan. Terbebasnya segala gangguan kesehatan baik fisik ataupun mental dapat berpengaruh dengan kondisi dari tenaga kerja yang siap dan mampu untuk melakukan aktivitas produksi. Pemberian kesehatan kerja merupakan suatu langkah yang diambil perusahaan sebagai bentuk perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja sangat membutuhkan adanya kesehatan kerja dari perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mengganggu kesehatan kerja tenaga kerja. Berdasarkan Swasto (2011:110) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain adalah : a. Kondisi lingkungan tempat kerja. Kondisi ini meliputi : 1. Kondisi fisik yaitu berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara. 2. Kondisi fisiologis. Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/ peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan. 3. Kondisi khemis. Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan, dan benda padat. b. Mental psikologis. Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok / teman sekerja : hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja dan lainlain. Keselamatan Kerja Perusahaan Keselamatan kerja menjadi bagian yang sangat penting dikarenakan ketika terdapat keselamatan kerja dari perusahaan kepada tenaga kerja maka akan mampu meningkatkan tingkat produktivitas dari tenaga kerja. Langkah perusahaan untuk mengeluarkan biaya guna memberikan keselamatan kerja yang baik akan tergantikan dengan proses kerja yang baik dari tenaga kerja. Keselamatan kerja sendiri merupakan upaya perlindungan yang diberikan perusahaan sebagai bentuk keinginan perusahaan melindungi tenaga kerja dari adanya bahaya kerja. Penerapan K3 sangatlah berdampak positif terhadap perlindungan tenaga kerja. K3 merupakan bentuk perlindungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada tenaga kerja di dalam mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Swasto (2011:108-109) beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Kondisi tempat kerja yang tidak aman a. Layout pabrik b. Sistem penerangan c. Kondisi peralatan yang ada 2. Tindak perbuatan yang tidak memenuhi keselamatan a. Kebiasaan pengamanan peralatan b. Penggunaan pelindung diri c. Penggunaan prosedur kerja 3. Suasana kejiwaan karyawan
Para pekerja yang bekerja dibawah tekanan atau yang merasa bahwa pekerjaan mereka terancam atau tidak terjamin, akan mempunyai kemungkinan mengalami kecelakaan yang lebih besar dari pada mereka yang tidak dalam keadaan tertekan. Perlindungan Tenaga Kerja Perlindungan kerja yang baik oleh perusahaan menunjukan adanya sikap peduli kepada tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (Suma’mur, 1987:3). Perlindungan kerja yang diberikan oleh perusahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi dari perusahaan. Pemberian perlindungan kerja ini akan membuat tenaga kerja tidak kawatir dengan adanya bahaya kerja karena tenaga kerja berfikir bahwa adanya perlindungan kerja akan meberikan keselamatan di dalam bekerja. Semakin terlindunginya tenaga kerja akan memberi dampak positif terhadap semakin meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan. Kecelakaan Tenaga Kerja Menurut suma’mur (1987: 5) menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang timbul akibat tidak adanya keselamatan kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja ketika melakukan aktivitas produksi sehingga setiap melakukan aktivitas produksi akan membuat kondisi dari tenaga kerja terancam oleh adanya kecelakaan kerja. Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Semakin kecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja akan dapat membuat tenaga kerja merasa nyaman dalam aktivitas produksi Penelitian Terdahulu Paramita (2012) melakukan peneltian dengan menguji pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja terhadap prestasi kerja. Penelitian ini mempunyai hasil. Penelitian ini mempunyai hasil bahwa variabelkesehatan dan keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. Mallapiang (2013) melakukan penelitian dengan menguji pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja pada tenaga kerja wanita Di Pt. Maruki Internasional Indonesia dengan menggunakan Analisis univariat yang dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel inde-penden maupun dependen. Hasil penelitian ini K3 pada tenaga kerja wanita dengan kategori cukup sebanyak 55,4% dan kategori kurang sebanyak 45,0%. Fitriani (2013) menguji kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas tenaga kerja dengan metode partial least square. Hasil penelitian ini yaitu bahwa pengaruh yang paling tinggi terhadap produktivitas tenaga kerja adalah variabel kesehatan kerja dengan koefisien korelasinya sebesar 0,336. Hipotesis Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, hipotesis pada penelitian ini adalah diduga bahwa variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun. C. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong di dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di PDAM Tirta Tamansari Kota Madiun, khususnya pada tenaga kerja bagian produksi, Jumlah populasi dari bagian produksi ini sebanyak 55 orang dengan jumlah sampel sebanyak 48 responden yang ditentukan dengan menggunakan teknik samplingnya proporsional stratified random. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder, dimana data primer diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada reponden secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel kesehatan dan keselamatan kerja terhadap peningkatan jumah produksi tenaga kerja. Oleh karena itu dalam menganalisis pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja digunakan metode regresi linier berganda dan menggunakan uji asumsi klasik. Pengujian ini
untuk mengetahui kualitas persamaan regresi yang digunakan, pengaruh masing-masing variabel terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi Klasik Berdasarkan tabel 2, dapat dijelaskan bahwa variabel dan model yang digunakan telah lolos uji asumsi klasik sehingga memnuhi syarat BLUE (Best Linier Unblassed Estimator). Tabel 2: Hasil Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson, nilai d sebesar 1,997. Autokorelasi Nilai ini berada pada dU < d < 4 – dU sehingga hasil ini menandakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil regresi yang di dapat, nilai tolerance sebesar 0,971 dan nilai VIF 1,030. Berdasarkan hasil tersebut, maka Multikolinearitas persamaan regresi yang dipakai tidak terjadi multikolinearitas dikarenaka nilai Tolerance mendekati 1 dan VIF berada di sekitar 1. Berdasarkan grafik Scatterplot terlihat bahwa data menyebar Heteroskedastisitas sehingga tidak membentuk suatu pola yang menunjukkan bahwa data heterogen. Data terdistribusi normal berdasarkan grafik histogram dan Normalitas grafik normal probability plot Sumber: Olahan Peneliti (2016) Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda a) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Hasil dari analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3: Hasil Perhitungan untuk Regresi Linear Berganda Coefficients
Model
1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
.213
.803
X1
.514
.198
X2
.404
.182
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.265
.792
.342
2.592
.013
.971
1.030
.293
2.221
.031
.971
1.030
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Output SPSS, data diolah Dari hasil perhitungan hasil regresi linear berganda pada tabel 3, maka dapat ditulis model regresi dari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang dapat dirumuskan dalam persamaan berikut: Y = 0,213 + 0,514 X1 + 0,404 X2
Persamaan regresi linier diatas memiliki konstanta sebesar 0,213, yang artinya jika variabel X1 dan X2 dianggap tetap atau nilainya 0, maka variabel jumlah produksi tenaga kerja akan naik sebesar 0,213 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 2 diperoleh hasil sebagai berikut: a. Nilai signifikansi 0,013 merupakan nilai dari variabel kesehatan kerja dimana nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Berdasarkan uji hipotesis yang ada, maka pada variabel kesehatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja. b.
Variabel bebas lainnya adalah keselamatan kerja. Nilai signifikansi yang dihasilkan oleh keselamatan kerja dalam uji ini adalah sebesar 0,031. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Pengambilan keputusan uji hipotesis yaitu bahwa variabel keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap variabel jumlah produksi
b) Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) Dalam pengujian koefisien regresi secara simultan merupakan pengujian terhadap pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat. Pengaruh variabel-variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya nilai signifikansi F yang ditunjukkan oleh tabel 4 berikut. Tabel 4: Hasil Uji Statistik F b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
4.260
2
2.130
Residual
13.657
45
.303
Total
17.917
47
F
7.018
Sig. a
.002
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Output SPSS , data diolah Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4, menunjukan bahwa nilai probabilitas yang dihasilkan sebesar 0,002. Nilai ini tentu saja lebih kecil apabila dibandingkan dengan besaran signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Berdasarkan dasar keputusan dalam uji ini, maka uji F ini menghasilkan hipotesis bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas yang digunakan di dalam persamaan regresi ini yaitu kesehatan dan keselamatan kerja secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu jumlah produksi. Interpretasi Hasil Penelitian Analisis ini merupakan analisis yang digunakan peneliti untuk menggambarkan keadaan yang sedang terjadi sebenarnya pada lokasi penelitian dimana variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu K3 akan dihubungkan dengan perekonomian yang ada. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Peningkatan Jumlah Produksi Jika dilihat secara uji statistik, kesehatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi yang dialami oleh para tenaga kerja. Tenaga kerja yang mampu melakukan proses produksi secara terus menerus akan mampu menghasilkan output dalam produksi secara maksimal, sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas yang dimiliki tenaga kerja tersebut juga meningkat. Peningkatan output yang mampu dihasilkan oleh pekerja, dapat meningkatkan pula total output secara keseluruhan dari perusahaan sehingga pemberian kesehatan kerja yang baik akan mampu memberikan manfaat peingkatan jumlah produksi pada tenaga kerja dan perusahaan. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ukhisia,2013) dimana kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas ini tentu saja sebagai indikasi bahwa para pekerja mampu melakukan produksi secara efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi yang dimiliki. Sama dengan halnya penelitian, di mana keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah output yang mampu dihasilkan oleh pekerja. Hal ini dikarenakan, ketika tenaga kerja memperoleh kesehatan kerja yang baik dari perusahaan, maka tenaga kerja akan jarang absen sehingga proses produksi dapat berjalan secara terus menerus. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi perusahaan, di karenakan dengan tidak adanya pekerja yang sakit atau absen, perusahaan dapat menekan biaya produksi yang dikeluarkan. Tingginya jumlah produksi yang dihasilkan juga dapat membuat perusahaan mampu memenuhi seluruh permintaan dari masyarakat sehingga laba maksimum akan mampu diperoleh oleh perusahaan. b. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Peningkatan Jumlah Produksi Pemberian keselamatan kerja tentunya menjadi hal yang sangat diharapkan setiap pekerja. Hal ini dikarenakan keselamatn kerja merupakan perlindungan pekerja di dalam melakukan aktivitas produksi agar terhindar dari timbulnya kecelakaan kerja. Tenaga kerja sebagai pelaku di dalam fungsi produksi, tentunya memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Keselamatan kerja yang baik tentu saja mampu membuat pekerja merasa aman, nyaman dan terlindungi di dalam melakukan aktivitas produksi. Hal ini senada dengan penelitian sebelumnya (Saputra, 2014) dimana keselamatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sama halnya dengan kesehatan kerja, keselamatan kerja yang baik akan membuat pekerja dapat melakukan aktivitas produksi secara terus menerus sehingga output dari pekerja tersebut dapat meningkat. Sama dengan penelitian ini, dimana keselamatan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi tenaga kerja. Pemberian keselamatan kerja yang baik tentu saja dapat membuat pekerja akan mampu melakukan produksi tanpa takut adanya tekanan dan ketakutan terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan ketika tenaga kerja mampu melakukan produksi dengan selamat, tenaga kerja akan terhindar dari kecelakaan sehingga para pekerja ataupun perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang harus digunakan untuk mengobati apabila terjadi kecelakaan kerja. Perusahaan juga mampu menekan total biaya produksi yang dikeluarkan dan membuat perusahaan dapat memiliki persediaan output yang tinggi sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat. Tentu saja bagi masyarakat hal ini dapat membuat harga sewa air yang harus dibayarkan tetap stabil dan tidak menyebabkan pembengkakan pengeluaran. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis statistik pada Bab IV maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Variabel Kesehatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi tenaga kerja PDAM Tirata Taman Sari Kota Madiun sehingga dengan demikian hipotesis 1 berhasil di didukung. Variabel Keselamatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi tenaga kerja PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun sehingga hipotesis 2 berhasil didukung. Variabel Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja secara serentak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah produksi PDAM Tirta Taman Sari Kota Madiun sehingga hipotesis 3 berhasil di dukung.
Sedangkan berdasarkan analisis ekonomi yang telah dilakukan peneliti menunjukan bahwa ketika perusahaan mampu memberikan K3 dengan baik kepada tenaga kerja akan mampu membuat tenaga kerja secara optimal melakukan aktivitas produksi. Tentu saja hal ini dapat membuat tenaga kerja merasa terlindungi dari adanya kecelakaan kerja dan terbebas dari penyakit yang dapat ditimbulkan akibat proses produksi. Terlindunginya tenaga kerja akan membuat mereka terbebas dari adanya gangguan dalam proses produksi. Tingginya jumlah produksi yang dihasilkan membuat perusahaan memiliki persediaan air yang sangat banyak sehingga mampu memenuhi permintaan dari masyarakat Kota Madiun. Hal ini berdampak pada stabilnya harga sewa yang harus dibayarkan masyarakat sehingga tidak terjadi pembekakan pengeluaran dari masyarakat. Ketika jumlah produksi yang tinggi diikuti dengan permintaan masyarakat yang tinggi, akan membuat perusahaan mampu menjual seluruh produksi yang dimiliki kepada konsumen sehingga pencapaian laba maksimum dapat diperoleh perusahaan. Pemberiaan K3 yang baik, akan mampu menekan total biaya yang harus di keluarkan perusahaan seandainya terjadi kecelakaan kerja terhadap pekerja. Tidak terjadinya pengeluaran oleh pekerja untuk biaya pengobatan, akan membuat pekerja mampu mengalokasikan pendapatan yang dimilikinya untuk pemenuhan kebutuhan seperti konsumsi dan juga saving. F. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan: a. Terlihat bahwa pada variabel kesehatan kerja indikator yang masih dinilai rendah oleh pekerja adalah mental psikologis. Indikator penelitian ini menjelaskan mengenai bagaimana hubungan yang terjalin antara pekerja, baik terhadap sesama rekan kerja ataupun dengan atasan. Rendahnya nilai dari indikator mental psikologis dibandingkan dengan indikator kondisi lingkungan tempat kerja menunjukan bahwa sebenarnya pekerja merasakan memiliki suasana kerja yang kurang baik dengan rekan kerja. Sehingga sebaiknya perusahaan melakukan peningkatan untuk variabel kesehatan kerja lebih berfokus pada peningkatan suasana kerja yang meliputi hubungan atau keakraban antara rekan kerja. Suasana yang kondusif dan aman haruslah lebih ditingkatkan oleh perusahaan agar tenaga kerja merasa nyaman untuk bekerja. Penciptaan hubungan yang kondusif ini dapat dilakukan dengan sering diadakannya acara kumpul bersama, ditingkatkannya silaturahmi serta tidak adanya sikap semena-mena dari atasan atau pekerja yang mampu menimbulkan suasa kerja yang tidak kondusif. Sehingga apabila hal tersebut dapat dilakukan diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi tenaga kerja. b. Indikator yang dinilai tenaga kerja sebagai hal yang masih sangat perlu ditingkatkan adalah suasana kejiwaan karyawan. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja merasa tertekan ataupun ketakutan terhadap ancaman terjadinya kecelakaan kerja yang dapat muncul di dalam aktivitas produksi. Tentu saja hal ini membuat tenaga kerja merasa terancam keselamatannya ketika malakukan produksi. Hal ini dapat berdampak pada ketidaknyamanan pekerja untuk melakukan produksi sehingga jumlah produksi yang akan dihasilkan akan menurun. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan dapat melakukan upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja dengan lebih meningkatkan kualitas keselamatan di dalam proses produksi. Penggunaan helm kerja, pakaian tebal khusus pekerja, pengecekan kondisi alat kerja yang rutin serta memberikan kenyamanan pekerja dari adanya tekanan dapat membuat tenaga kerja merasa terlindungi sehingga dalam melakukan aktivitas produksi dapat berjalan dengan baik. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan. DAFTAR PUSTAKA _____________. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. 2014. http://mewarisgagasan.wordpress.com/2012/09/17/download-uu13-2003-tenaga-kerja/ diakses tanggal 15 Februari 2016.
_____________. Undang-undang Republik Indonesia Nomor I Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja. http://k3dan lingkungan.blogspot.co.id/2012/09/uu-no-1-tahun-1970-tentangkeselamatan.html?m=1 diakses tanggal 12 Februari 2016. _____________. Tipe Kecelakaan Kerja Menurut Provinsi Di Indonesia Tahun 2012. http://pusdatin.naker.go.id/laporandatanakernas/kecelakaankerja/TIPE_KECELAKAAN_K ERJA_MENURUT_PROVINSIsmry.php?sv_tahun=2012&sv_bulan=%23%23all%23%23 &Submit=Search diakses tanggal 16 Februari 2016 Barthos, Basir. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: PT. Bumi Aksara. BPS. 2014. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama 2012-2014. www.bps.go.id diakses pada tanggal 5 November 2014 Fitriani, Nisaul dkk. 2013. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Dengan Metode Partial Least Square (Studi Kasus di PT. Surya Pratista Hutama Sidoarjo). Jurnal Industria 2013. Vol 2 No 2: 93-105. Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Grahanintyas, Dewinta dkk. 2012. Analisa Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). JURNAL TEKNIK POMITS, Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi Ketiga, Jilid 2. Jakarta: Erlangga Kautsar, Indria Al. 2013. Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Tetap Bagian Produksi PR.Sejahtera Abadi Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 6 No. 2 Desember 2013 Mallapiang, Fatmawaty. 2013. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Di Pt. Maruki Internasional Indonesia. Jurnal Kesehatan, Vol VI No. 1/ 2013. Mangkunegara, A A Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mondy, R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Narbuko, Cholid & Abu Achmadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara Paramita, Catarina Cori Pradnya & Andi Wijayanto. 2012. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Pt. Pln (Persero) Apj Semarang. Jurnal Administrasi Bisnis, Volume I Nomor 1 September 2012. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Saputra, Andri. 2014. Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Buran Nusa Respati Di Kecamatan Anggana Kabupaten Kukar. eJournal Ilmu Pemerintahan. Volume 2, (3), 2014 : 3059-3069 Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Siregar, Harrys. 2012. Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan. Jurnal Teknologi Proses, 4(2) Juli 2005 : 1-5
Sulistiyani, ambar Teguh & Rosidah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suma’mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung. Swasto, Bambang. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UB Press. Trenggonowati. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogtakarta Ukhisia, Bella Gloria dkk. 2013. Analisis Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Dengan Metode Partial Least Square. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 14 No. 2 [Agustus 2013] 95-104