Nurul Jamala: Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat Energi, Studi Kasus: Gedung Wisma Kalla di Makassar (62-70)
ANALISIS PENCAHAYAAN BANGUNAN HEMAT ENERGI (Studi Kasus : Gedung Wisma Kalla di Makassar) THE LIGHTING ANALYSIS OF SAVE-ENERGY BUILDING (Case Study : Wisma Kalla Building in Makassar) Nurul Jamala*, Idawarni Asmal, Syavir Latif , Syahriana Syam Jurusan Arsitektur, Universitas Hasanuddin, Makassar *e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pemanasan global (global warming) menjadi pembicaraan penting di sejumlah Negara dimana terjadi fenomena naiknya suhu dipermukaan bumi. Perubahan suhu berdampak pada bangunan dimana bangunan mengkonsumsi energi dalam jumlah besar untuk memperoleh kenyamanan pencahayaan (visual comfort) dan penghawaan (thermal comfort). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pencahayaan pada bangunan perkantoran Wisma Kalla di Makassar yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkan konsumsi energi sehingga tercipta bangunan hemat energi tanpa mengurangi produktifitas kerja. Metode penelitian secara kwantitatif yaitu menganalisis tingkat iluminasi dan konsumsi energi pada ruang kerja kantor dengan menggunakan program ecotect. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik dalam mendesain pencahayaan buatan yaitu dapat meminimalkan konsumsi energi dengan mempertimbangkan standar illuminasi (level illuminance), sehingga tercipta bangunan hemat energi. Kata kunci : Hemat energi, Bangunan perkantoran, Pencahayaan
ABSTRACT Global warming is becoming an important issue in a number of countries where the rise of the earth's surface temperature becomes a phenomenon. Temperature changes have an energy impact on the building where it consumes a large amount of energy in order to obtain visual and thermal comfort. This research aims to analyze the lighting by minimizing the energy consumption and by creating without reducing work productivities at Wisma Kalla office building in Makassar. This study is quantitative in nature by using ecotech programs and analyzing the level of illumination and energy consumption. The result shows that in order to create energy efficient buildings, characteristic of artificial lighting design can reduce energy consumption by considering the standard level of illumination. Keywords : Energy efficient, Offices building, Lighting
A. PENDAHULUAN Peningkatan suhu di permukaan bumi, berdampak pada peningkatan beban energi listrik pada bangunan. Krisis sumber energi tak terbaharui mendorong arsitek semakin peduli akan energi. Merancang bangunan hemat energi merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh para arsitek yaitu
62
memanfaatkan kondisi iklim dalam menciptakan bangunan hemat energi. Dengan maraknya isu global warming, diharapkan konsep perancangan memperhatikan keseimbangan alam sehingga bumi tetap terjaga, hal ini merupakan konsep penekanan desain ekologi arsitektur dimana dalam merancang bangunan tidak hanya mementingkan keberhasilan dalam mendesain
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015
keindahan bentuk bangunan tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan dalam perspektif yang lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air dan energi yang perlu dilestarikan. Krisis energi dunia ternyata memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi. Arsitektur hemat energi (energy efficient architecture) adalah arsitektur dengan kebutuhan energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah sumber daya yang dibutuhkan. Dengan demikian, arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas pengguna ruang. Konsep arsitektur hemat energi ini, mengoptimasikan sistem tata cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan-alamiah dan sistem tata cahaya buatan – alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan instrumen hemat energi. Penghematan energi melalui rancangan arsitektur mengarah pada penghematan penggunaan energi lisrik sebagai penerangan buatan, pendinginan udara (penghawaan) dan peralatan listrik lainnya yang diperlukan dalam bangunan.
Pemanfaatan energi dalam bangunan utamanya adalah untuk penghawaan dan pencahayaan. Krishan (2001) mengutarakan komposisi persentase penggunaan energi menurut sektor kegiatan, hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Komposisi Penggunaan Energi, menurut Sektor Kegiatan. Sumber: Krishan, Arvin Dkk (2001)
Konsumsi energi yang terbesar adalah energi yang difungsikan dalam bangunan, baik sebagai bangunan hunian maupun kantor dimana komposisi konsumsi energi antara kedua fungsi ini berbeda. Dalam rangka meningkatkan pemahaman akan konservasi energi pada bangunan maka disusun SNI Konservasi Energi dan Petunjuk Teknis Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan yaitu SNI 03-6197-2000 tentang konservasi energi, seperti terlihat pada gambar 2 dibawah ini.
B. STUDI PUSTAKA Efisiensi energi dapat dicapai melalui desain bangunan yang peduli pada penghematan energi tetapi tetap memperhatikan tingkat kenyamanan penggunan ruang. Desain bangunan hemat energi, memaksimalkan pemanfaatan energi secara alami.
Gambar 2. Perbandingan Konsumsi Energi Listrik. Sumber: Mintorogo, 1999
63
Nurul Jamala: Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat Energi, Studi Kasus: Gedung Wisma Kalla di Makassar (62-70)
Pada hakekatnya telah diketahui bahwa efisiensi energi merupakan bagian dari konservasi energi. Dalam kebijakan energi nasional disebutkan bahwa konservasi energi merupakan upaya yang sistematis terencana dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya. Penggunaan energi pada bangunan khususnya perkantoran adalah relatif besar yang difungsikan sebagai sumber pencahayaan, pengkondisian udara, peralatan dan lainnya. Distribusi pemakaian energi pada bangunan gedung adalah untuk pengondisian udara yaitu 50-70 %, untuk penerangan 10-25% dan elevator hanya 2-10% (Sugijanto,1998). Walaupun penggunaan energi untuk pencahayaan buatan lebih kecil dibandingkan dengan pengkondisian udara tetapi dengan meminimalkan penggunaan energi untuk pencahayaan, berarti konsumsi energi dalam bangunan dapat berkurang sehingga sistim tata cahaya harus menjadi perhatian khusus pada tahap awal perencanaan untuk menciptakan bangunan hemat energi yang memenuhi persyaratan kenyamanan visual ruang. Kenyamanan visual pada ruang kerja kantor, tercipta jika pengguna ruang dapat melakukan aktivitas dengan baik dan dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan pada ruang kerja kantor sangat terkait dengan tingkat penerangan (ilumination). Pada umumnya, perancang mendesain pencahayaan berdasarkan tingkat iluminasi yang telah direkomendasikan oleh SNI 03-6575-2001 tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung dan standar tingkat
64
iluminasi yang direkomendasikan pada ruang kerja kantor adalah 350 lux. Menurut Kaufman (2004), penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi oleh IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan visual performance. Standar tingkat iluminasi merupakan panduan dalam merencanakan pencahayaan ruang. Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang kerja kantor mengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE (Commision International de I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar Nasional dan International untuk perancangan pencahayaan (UNEP, 2006). Standar iluminasi sangat terkait dengan penelitian visual performance. Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang visual performance sebagai acuan untuk menentukan rekomendasi standar iluminasi, khususnya pada ruang kerja kantor. Pendekatan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul (2001) menunjukkan bahwa desain pencahayaan ruang baca Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin tidak sesuai dengan standar iluminasi yang direkomendasikan SNI 03-6575-2001 yaitu 250 lux, namun pengunjung masih dapat beraktivitas dengan baik. Penelitian berjudul “Studi pencahayaaan ruang kuliah jurusan teknik arsitektur dan perencanaan UGM” (Nurul, 2010) menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar ruang kuliah tidak memenuhi rekomendasi standar iluminasi, mahasisiwa dapat beraktivitas dengan baik. Penelitian lain yang telah dilakukan adalah tinjauan gedung Graha Pena (Esti, 2007) menyimpulkan bahwa pada ruang kantor terbuka yang mempunyai nilai iluminasi rendah dan tidak
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015
bersifat merata, namun pengguna ruang merasa cukup puas melakukan aktifitas di dalam ruang kerjanya. Penelitian visual performance (Nurul, 2013) menganalisis tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor dengan mendesain beberapa setting pencahayaan pada ruang eksperimen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat iluminasi terhadap kinerja dan pengguna ruang dapat beraktifitas dengan baik pada tingkat iluminasi 150 lux. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas masih dapat berjalan dengan baik, meskipun desain pencahayaannya tidak sesuai standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan oleh SNI tahun 2001.
perkantoran Wisma Kallla dan menganalisis konsumsi energi yang diperlukan pertahun sehingga diketahui prosentasi penurunan konsumsi energi pada bangunan tersebut. Penelitian ini, menganalisis penggunaan energi pada ruang kerja kantor di bangunan perkantoran Wisma Kalla dimana area perkantoran terletak pada lantai tipikal. Area perkantoran juga terdapat pada lantai 3 namun tidak secara keseluruhan lantai ini di fungsikan sebagi perkantoran namun hanya sebagian. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini hanya menganalisis ruang kerja kantor pada lantai tipikal untuk mengetahui konsumsi energi listrik sebagai pencahayaan buatan.
C. METODE PENELITIAN
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program Ecotect. Penelitian ini menganalisis pemanfaatan
Gambar 3 menunjukkan bangunan perkantoran wisma Kalla terdiri dari 12 lantai dengan total luas bangunan sebesar 21273 m2.
pencahayaan alami dan buatan pada bangunan perkantoran. Gedung Wisma Kalla adalah bangunan perkantoran sebanyak 12 lantai seperti pada gambar 3 dibawah ini. Pada bangunan ini terdapat beberapa jenis ruang antara lain ruang ruang kerja kantor, ruang pertemuan dan restoran. Ruang kerja kantor terdapat pada lantai tipikal yaitu lantai 5 hingga lantai 9 dan orientasi bangunan arah utara selatan (gambar 2).
Rentable space terdiri dari rentable retail space, rentable office space dan rentable comercial space. Rentable retail space terletak pada lantai 5-9 dan rentable retail space terletak pada lantai 1,2 dan 3. Sedangkan rentable comercial space terletak pada lantai 3 dan 4. Luasan Lantai 1 sebesar 327,59 m2, lantai 2 sebesar 214,2 m2 dan lantai 3 sebesar 75,6 m2. Rentable office space yang terletak pada lantai 3 seluas 176,4 m2 serta lantai tipikal yaitu lantai 5-9 dan luasan tiap lantai sebesar 976,9 m2.
Beberapa penelitian terdahulu menyimpulkan bahwa walaupun rancangan tingkat iluminasi lebih rendah dari pada standar iluminasi yang direkomendasikan, pengguna ruang masih dapat beraktifitas dengan baik. Berdasarkan hal ini, maka penelitian ini menganalisis penurunan tingkat iluminasi pada bangunan
65
Nurul Jamala: Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat Energi, Studi Kasus: Gedung Wisma Kalla di Makassar (62-70)
Gambar 4. Denah Lantai 1 dan Lantai Tipikal (Lantai 5-9)
Gambar 3. Tampak Wisma Kalla
Gambar 4 menunjukkan gambar denah lantai 1 befungsi sebagai ruang lobby/ sitting lounge, exhibition hall dan rentable retail space. Gambar ini juga menunjukkan denah lantai tipikal yaitu lantai 5 hingga lantai 9 dan lantai tipikal ini difungsikan sebagai ruang kerja kantor secara keseluruhan.
Gambar 4. Denah Lantai 1 dan Lantai Tipikal (Lantai 5-9)
66
Program Autodesk Ecotech Analysis 2011 digunakan untuk mengetahui tingkat iluminasi pada Gedung Perkantoran Wisma Kalla. Gambar 5 menunjukkan desain perletakkan titik lampu pada ruang kerja kantor yaitu pada lantai tipikal dan lampu yang digunakan adalah TLD 2 x 36 watt, Type 369/D6 dengan spesifikasi Artolite Philips dan pada selasar bangunan menggunakan lampu Down Light PLC 18 watt.
Gambar 5. Desain Pencahayaan pada Lantai Tipikal (Model 1)
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015
Lighting Analysis
Penelitian ini, menganalisis hasil Ove ra ll Light Le ve lssimulasi Contour Range: 0 - 600 lux In Steps of: 50 lux dengan mengatur model grid untuk mengetahui nilai tingkat iluminasi pada ruang kerja bangunan ini. Hasil simulasi menunjukkan nilai tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor yaitu overall light level, electrical light level dan daylight level seperti Lighting Analysis D a ylighting Le ve ls Contour Range: 0 - 600 lux terlihat pada gambar 6. In Steps of: 50 lux © E CO T E CT v 5
5 0 7 .5 2 4 7 9 .4159 2 .0 7 6 4 5 .1 4 5 4 3 .0 9 5 6 6 .0118 6 .7 2 6 4 5 .9 6 4 2 3 .3 5 4 2 2 .3187 8 .7 9 5 7 1 .3434 0 8 .2 3 5 1 2 .2 8 5 0 7 .0261 7 .9 4 5 3 0 .5 9 6 0 0 .4 2 4 6 4 .9268 9 .0 9 3 8 3 .0341 9 .2 7 4 5 1 .0 5 6 2 4 .1 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 02 9 5 .6 1 6 2 5 .8 0 4 7 4 .1 6 lu x
9 9 .0 12 2 .4 9 4 8 .5 14 0 9 .3 6 5 1 .9 5 6 0 .1 9
5 5 6 .3570 9 .9 5 8 2 .2 4
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 05 6 2 .3 0 5 9 6 .9 3 4 3 9 .4 5
6 3 3 .3 9 4 8 0 .9511 7 .9 3 5 8 2 .1 7
6 4 7 .1571 4 .0 4 7 1 6 .2160 7 0 .9525 2 .2 8 5 9 9 .0 3
4 3 9 .8 9 2 8 7 .7 50 .0 0 4 3 9 .5 1
Hasil simulasi menunjukan nilai tingkat iluminasi pada lantai tipikal adalah sebagai berikut: (A) electric light level yaitu nilai iluminasi antara 0-600 lux, nilai rerata 131,52; (B) Daylighting levels yaitu nilai iluminasi antara 0-800 lux, nilai rerata 591,22 lux dan (C) Overall light levels yaitu nilai Average Value: 512.02 lux Above Clip Threshold: 100.0% iluminasi antara 0-8100 nilai rerata Visiblelux Nodes:dan 93 722,74 lux.
600+ 540 480 420
9 7 4 .5 00 .0 0 0 .0 04 5 3 .4 0 3 9 0 .7 3 2 9 7 .7 6
3 1 9 .8 1 3 7 7 .0 10 .0 0 4 4 8 .3 2
360 300
4 9 8 .2 9 4 2 6 .6320 7 .0 3 5 9 4 .6 0 6 7 3 .1 3
240
2 2 3 .4 0 2 6 3 .5 00 .0 0 3 9 3 .0404 0 7 .3 5
5 0 8 .6 5 4 2 6 .3282 9 .7 2 5 5 7 .8 0 6 2 1 .1 2
2 6 7 .1 9 3 0 6 .2 80 .0 0 2 9 5 .6 8 4 8 4 .7 0
180 120
6 6 9 .8 6 5 2 3 .6148 2 .9 8 6 3 3 .4 0 8 5 0 .3 6
4 6 2 .5262 7 .2 9 3 2 5 .8 00 .0 0 3 8 6 .2 2 5 8 9 .5 5
60
5 8 6 .9 3 5 4 6 .0143 7 .0 8 6 1 5 .6 2
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 4 1 0 .7 6 3 2 6 .6 8
9 9 .0 12 2 .4 9 4 8 .5 16 6 .9 93 9 7 .2 9 3 8 9 .0 3
5 4 0 .8 6 7 0 7 .9135 7 .8 9 7 7 0 .2 9
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 01 2 4 .0 5 3 4 6 .0 9 2 7 0 .8 8
7 8 1 .3136 8 .5 4 8 0 9 .3 2
6 4 6 .7571 2 .0 5 6 9 2 .7579 6 .1 5 3 3 4 .9 0 4 4 9 .5 8
4 3 4 .7 52 6 .2 25 1 5 .1 5
9 7 4 .5 00 .0 0 0 .0 0 2 2 .9 23 2 6 .0 9 2 5 3 .8 4
9 7 0 .0830 3 .1 8 0 5 .4 0
0
3 0 0 .1 2 6 9 .0 50 .0 0 3 4 9 .6 9 5 0 6 .6 1 3 0 6 .6 4 2 6 6 .7 02 3 .5 83 5 7 .4 4 8 4 .7 5 4 5 5 .0 3 3 7 .7 40 .0 0 4 0 5 .5 5 7 2 1 .1 4
(B) Overall Level
5 2 7 .7 3 8 6 .8 60 .0 0 3 5 7 .0 9 5 1 5 .0 3 5 3 5 .8 00 .0 0 5 7 9 .0 4
Analysis
Lighting Analysis
Le ve ls
x
7 6 4 .9648 2 .0 6 7 8 2 .6 6 6 9 8 .3 5 6 0 9 .6612 9 .6 8 6 9 9 .1 5
© E CO T E CT v 5
5 5 6 .3570 9 .9 5 8E2le .2 4ctric
- 600 lux
63.54 lux hold: 100.0%
Light Le ve ls
5 7 6 .1 20 .0 0 5 9 1 .4 1
lu x
4 0 0 .7 30 .0 0 4 8 0 .6 4
600+
7 1 3 .5529 6 .5 5 6 4 5 .5 9
Value Range: 0 - 500 lux
6 4 .9 61 2 8 .7 01 1 1 .7 51 1 6 .9 8
Average Value: 363.54 lux Above Clip Threshold: 100.0% 4 3 9 .8 9 2 8 7 .7 50 .0 0 4 3 9 .5 1 Visible Nodes: 93
360
6 3 3 .3 9 4 8 0 .9511 7 .9 3 5 8 2 .1 7
E le ctric Light Le ve ls Value Range: 0 - 500 lux © E CO T E CT v 5
4 3 9 .8 9 2 8 7 .7 50 .0 0 4 3 9 .5 1
9 9 .0 12 2 .4 9 4 8 .5 16 6 .9 93 9 7 .2 9 3 8 9 .0 3
2 2 3 .4 0 2 6 3 .5 00 .0 0 3 9 3 .0404 0 7 .3 5
180 120
600+
480
6 7 .6 41 9 1 .7 01 9 2 .0 72 0 5 .6 4
9 7 4 .5 00 .0 0 0 .0 0 2 2 .9 23 2 6 .0 9 2 5 3 .8 4
240
1 9 9 .9 51 5 8 .8 81 7 8 .7 91 7 8 .3 3 0 .8 7
3 0 0 .1 2 6 9 .0 50 .0 0 3 4 9 .6 9 5 0 6 .6 1
180
4 5 5 .0 3 3 7 .7 40 .0 0 4 0 5 .5 5 7 2 1 .1 4
9 9 .0 12 2 .4 9 4 8 .5 16 6 .9 93 9 7 .2 9 3 8 9 .0 3 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 01 2 4 .0 5 3 4 6 .0 9 2 7 0 .8 8 6 4 6 .7571 2 .0 5 6 9 2 .7579 6 .1 5 3 3 4 .9 0 4 4 9 .5 8 9 7 4 .5 00 .0 0 0 .0 0 2 2 .9 23 2 6 .0 9 2 5 3 .8 4
0
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 3 4 2 .3 72 5 4 .6 61 7 1 .1 6
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 4 3 8 .2 52 5 0 .8 31 6 8 .5 7
0 .4 1
1 .9 9 2 3 .4 94 7 4 .7 82 1 7 .3 81 4 9 .4 5
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 4 3 0 .4 86 4 .6 4 4 3 .9 2
2 .4 0 6 1 .7 9 5 7 .2 33 1 9 .2 76 4 .8 3 3 4 .5 5
50 0
500+ 450
350 300 250
1 9 8 .1 71 5 7 .5 73 0 7 .0 32 4 4 .9 11 6 6 .5 2 2 0 2 .0 11 5 9 .6 82 0 6 .1 42 0 0 .3 71 3 6 .3 7 2 1 4 .8 31 8 5 .9 01 8 2 .9 82 2 7 .8 51 2 9 .2 2
5 2 7 .7 3 8 6 .8 60 .0 0 3 5 7 .0 9
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 3 4 2 .3 72 5 4 .6 61 7 1 .1 6
5 9 .2 01 5 9 .1 71 3 7 .0 82 5 8 .5 4
5 1 5 .0 3 5 3 5 .8 00 .0 0 5 7 9 .0 4
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 4 3 8 .2 52 5 0 .8 31 6 8 .5 7
2 5 .8 41 7 2 .1 31 5 7 .8 91 9 1 .2 5
5 7 6 .1 20 .0 0 5 9 1 .4 1
0 .4 1
1 .9 9 2 3 .4 94 7 4 .7 82 1 7 .3 81 4 9 .4 5
2 0 5 .2 21 6 8 .5 42 1 7 .9 2
4 0 0 .7 30 .0 0 4 8 0 .6 4
0 .0 0
0 .0 0 0 .0 0 4 3 0 .4 86 4 .6 4 4 3 .9 2
3 4 .0 2 2 6 .2 2 3 4 .5 1
1 9 8 .1 71 5 7 .5 73 0 7 .0 32 4 4 .9 11 6 6 .5 2
2 5 6 .5 12 0 6 .6 21 5 9 .8 2
(A) Daylight Level
100 lu x
400
0 .0 0 0 .0 0 2 9 5 .6 12 1 5 .0 31 4 7 .4 8
Average Value: 148.48 lux Above Clip Threshold: 100.0% Visible Nodes: 93
4 5 5 .0 3 3 7 .7 40 .0 0 4 0 5 .5 5 7 2 1 .1 4
0 .000 0 .0 0 2 9 5 .6 12 1 5 .0 31 4 7 .4 8
0 .0 0
7 1 3 .5529 6 .5 5 6 4 5 .5 9
3 0 6 .6 4 2 6 6 .7 02 3 .5 83 5 7 .4 4 8 4 .7 5
2 4 5 .0 92 0 0 .7 82 1 7 .9 42 3 4 .9 11 1 5 .7 2
120
3 0 0 .1 2 6 9 .0 50 .0 0 3 4 9 .6 9 5 0 6 .6 1
5 1 5 .0 3 5 3 5 .8 00 .0 0 5 7 9 .0 4
6 4 .9 61 2 8 .7 01 1 1 .7 51 1 6 .9 8
2 2 3 .2 71 8 9 .0 01 8 6 .7 21 9 7 .6 4
60
0 .0 0 2 0 8 .5 61 7 2 .1 02 0 0 .4 2
540
300
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 4 1 0 .7 6 3 2 6 .6 8
5 2 7 .7 3 8 6 .8 60 .0 0 3 5 7 .0 9
2 .4 0 6 16.709 5 7 .2 33 1 9 .2 76 4 .8 3 3 4 .5 5
lu x
6 4 6 .7571 2 .0 5 6 9 2 .7579 6 .1 5 3 3 4 .9 0 4 4 9 .5 8
3 0 6 .6 4 2 6 6 .7 02 3 .5 83 5 7 .4 4 8 4 .7 5
150
2 4 5 .0 92 0 0 .7 82 1 7 .9 42 3 4 .9 11 1 5 .7 2
360
4 6 2 .5262 7 .2 9 3 2 5 .8 00 .0 0 3 8 6 .2 2 5 8 9 .5 5
200
1 9 9 .9 51 5 8 .8 81 7 8 .7 91 7 8 .3 3 0 .8 7
420
2 6 7 .1 9 3 0 6 .2 80 .0 0 2 9 5 .6 8 4 8 4 .7 0
250
240
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 01 2 4 .0 5 3 4 6 .0 9 2 7 0 .8 8
3 1 9 .8 1 3 7 7 .0 10 .0 0 4 4 8 .3 2
300
2 2330.2071 8 9 .0 01 8 6 .7 21 9 7 .6 4
2 6 7 .1 9 3 0 6 .2 80 .0 0 2 9 5 .6 8 4 8 4 .7 0
5 5 6 .3570 9 .9 5 8 2 .2 4
350
6 7 .6 41 9 1 .7 01 9 2 .0 72 0 5 .6 4
2 2 3 .4 0 2 6 3 .5 00 .0 0 3 9 3 .0404 0 7 .3 5
0 .0 0 0 .0 0 4 1 0 .7 6 3 2 6 .6 8
400
420
3 1 9 .8 1 3 7 7 .0 10 .0 0 4 4 8 .3 2
Lighting Analysis 0 .0 0 0 .0 0
450
480
6 3 3 .3 9 4 8 0 .9511 7 .9 3 5 8©2 E .1C7O T E C T v 5
4 6 2 .5262 7 .2 9 3 2 5 .8 00 .0 0 3 8 6 .2 2 5 8 9 .5 5
lu x 500+
5 4 0 2 0 8 .5 61 7 2 .1 02 0 0 .4 2
200 150 100 50 0
2 0 2 .0 11 5 9 .6 82 0 6 .1 42 0 0 .3 71 3 6 .3 7 2 1 4 .8 31 8 5 .9 01 8 2 .9 82 2 7 .8 51 2 9 .2 2 5 9 .2 01 5 9 .1 71 3 7 .0 82 5 8 .5 4
(C) Electrical Level
2 5 .8 41 7 2 .1 31 5 7 .8 91 9 1 .2 5
5 7 6 .1 20 .0 0 5 9 1 .4 1
2 0 5 .2 21 6 8 .5 42 1 7 .9 2
4 0 0 .7 30 .0 0 4 8 0 .6 4
3 4 .0 2 2 6 .2 2 3 4 .5 1
7 1 3 .5529 6 .5 5 6 4 5 .5 9
2 5 6 .5 12 0 6 .6 21 5 9 .8 2
Average Value: 148.48 lux Above Clip Threshold: 100.0% Visible Nodes: 93
Gambar 6. Hasil Simulasi pada Lantai Tipikal (Model 1)
67
Nurul Jamala: Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat Energi, Studi Kasus: Gedung Wisma Kalla di Makassar (62-70)
Hasil simulasi menunjukkan nilai tingkat iluminasi pada ruang kerja kantor sebagai berikut: (A) Daylighthing level antara 266,70 lux hingga 656,57 lux dengan nilai rerata sebesar 363,54 lux; (B) Overall light level antara 426,62-805,40 dengan nilai rerata sebesar 512,02 lux; dan (C) Electrical level antara 64,83 hingga 250,83 lux dan nilai rerata sebesar 148,48 lux. Tabel 1 menunjukkan hasil simulasi program echotec yaitu penggunaan energi perbulan pada lantai tipikal jumlah armature pada tiap lantai tipikal berjumlah 109 buah dengan menggunakan lampu TL (2 x36 watt). Bangunan perkantoran Wisma Kalla mempunyai beberapa fungsi ruang dan pada penelitian ini hanya menganalisis ruang kerja kantor yang terletak pada lantai tipikal. Penggunaan energi listrik sebagai sumber pencahayaan buatan untuk perbulan adalah berbeda dan total energi yang digunakan pertahun pada tiap lantai tipikal sebanyak 79.575.840 watt seperti pada tabel 1 dibawah ini.
Penelitian ini adalah menganalisis perbandingan pengunaan energi listrik dengan merancang 2 model. Analisis model 1 yaitu menghitung penggunaan energi listrik dengan mendesain armature berjumlah 109 armatur yang terdiri dari 2 x 36 watt seperti yang telah dipaparkan. Selanjutnya menganalisis hasil simulasi model 2 yaitu desain pencahayaan dengan mengurangi jumlah armatur dan mengganti spesifikasi armature. Gambar 7 menunjukkan model desain pencahayaan dengan menggunakan tipe Fluorescent lamp strip unit , tiap armature berupa 1x36 watt dan jumlah armatur yang digunakan pada lantai tipikal sebanyak 80 unit.
Tabel 1. Pemakaian Energi Listrik pada Lantai Tipikal (109 Armatur : 2 x 36 watt) Energi listrik Pemakaian (bulan) (Watt/bulan) Januari-Maret-MeiJuli-SeptemberNopember
6.758.496
Februari
6.104.448
April-Juni-AgustusOktober-Desember
6.540.080
Total Pemakaian Pertahun
68
79.575.840
Gambar 7. Desain Pencahayaan pada Lantai Tipikal (Model 2)
Gambar 8 menunjukkan hasil simulasi ruang kerja kantor pada lantai tipikal yaitu kalkulasi overall (daylighthing dan electrical light) dan electrical light. Hasil analisis overall menghasilkan nilai iluminasi maksimum sebesar 693,6 lux. Minimum sebesar 267,4 lux dan rerata sebesar 535,33 lux. Hasil analisis electrical light menunjukkan tingkat
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015
iluminasi maksimum sebesar 125,6 lux, minimum sebesar 250,5 lux dan rerata sebesar 106,03 lux.
hting Analysis
ric Light Le ve ls
ange: 0 - 600 lux E CT v 5
Tabel 2 menunjukkan hasil simulasi program echotec yaitu penggunaan energi perbulan pada lantai tipikal. Konsumsi energi listrik sebagai sumber pencahayaan buatan adalah berbeda setiap bulannya dan total energi yang digunakan selama setahun pada tiap lantai tipikal adalah sebanyak 33.323.040 watt. lu x
1 7 .9 8 5 1 .0 7 6 0 .3 15 8 .1 3 5 2 .8 52 1 1 .2 1 2 8 3 .8330 2 .7 7 6 0 .0 9 5 3 .8 0 8 1 .8 05 3 .5 1 1 6 8 .7 7 1 4 8 .3 2 1 2 8 .3134 9 .7 7 2 2 4 .8 8 1 8 0 .8 2 1 5 0 .4120 9 .4 6 7 .2 4 2 0 6 .9 3 2 2 1 .4 2 0 2 .2160 6 .6 1 0 .0 0 3 2 .4 22 1 8 .4 0 1 8 9 .3 3 3 0 .0131 7 .7 77 8 .0 1 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 3 9 7 .6 75 0 .2 9 3 2 .0 1
600+ 540 480 420 360 300 240 180 120 60 0
Tabel 2. Pemakaian Energi Listrik pada Lantai
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 3 3 7 .2121 2 .3 57 2 .1 1
Tipikal (80 Armatur : 36 watt)
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 3 4 5 .1150 0 .1 17 3 .7 2 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 3 9 8 .8130 7 .0 67 1 .6 1 0 .5 3 2 .7 0 3 5 .4 44 8 8 .5281 6 .2 5 1 3 3 .0 0
Energi listrik
0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 4 7 2 .7 64 0 .9 8 5 1 .1 9 4 .5 7 9 1 .2 4 8 5 .5 74 6 8 .2120 3 .6 86 6 .0 5
Pemakaian (bulan) (Watt/bulan)
6 .7 4 1 7 7 .9 8 1 6 5 .4 4 2 3 7 .2131 2 .4 67 9 .6 5 1 4 9 .0 6 1 5 1 .2 7 2 5 6 .4 38 2 .2 1 4 4 .7 1 2 4 3 .0 7 2 5 0 .6 1 2 4 9 .7101 8 .2 8 9 9 .1 31 0 0 .0 1 2 4 8 .4 06 3 .1 1 1 0 4 .4 8 1 3 0 .0 6 2 2 7 .6190 6 .0 9
Januari-Maret-Mei-JuliSeptember-Nopember
2.830.176
6 6 .5 0 8 3 .6 11 9 6 .5 67 1 .8 1
e Value: 124.05 lux Clip Threshold: 100.0% Nodes: 107
1 8 3 .3 0 1 7 8 .9109 4 .2 0 9 2 .2 7 9 1 .4 79 3 .0 1
Februari
2.556.288
April-Juni-Agustus-
(A) Electrical Light
ng Analysis
ight Le ve ls
: 0 - 900 lux v5
ue: 535.33 lux hreshold: 100.0% s: 107
Oktober-Desember lu x Total Pemakaian
7 3 3 .1662 3 .8 6 5 9 6 .3585 3 .3 7 6 6 9 .2765 0 .5 7 8 3 .6749 6 .9 8 3 7 5 .0413 2 .5 27 0 .9 64 9 9 .4 3 4 4 8 .2388 4 .0 9 1 1 3 .9641 8 .8 2 4 9 5 .8501 3 .9 1 3 1 .6516 6 .0 2 5 3 3 .8431 0 .0412 0 .7 0 1 8 9 .3501 9 .8531 5 9 .0 3 4 1 7 .5436 6 .9417 8 .3 4 2 6 2 .0349 9 .1507 2 .8 4 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 3 0 9 .3442 1 .4546 5 .8 1 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 2 9 6 .4502 3 .0489 1 .4 0 2 3 2 9 .9 70 .0 0 0 .0 0 3 3 4 .3550 4 .7459 4 .2 8 1 8 6 .5 60 .0 0 0 .0 0 3 7 5 .4365 3 .5436 6 .0 7 6 4 9 .3555 8 .6190 3 5 .4782 7 .3595 7 .6567 2 .3 4 0 .0 0 0 .0 0 0 .0 0 4 1 6 .1397 8 .5346 9 .7 2 4 1 9 .1348 1 .5386 8 .1 2 3 5 6 .7445 9 .6571 0 .3 9 4 5 4 6 .8447 4 .5337 4 .2 3 1 8 2 .7456 6 .8544 7 .3 0 4 7 8 .4570 5 .3 9 2 1 0 .3415 8 .5760 5 .3 4 6 4 2 .7610 5 .5 6 2 0 8 .5557 7 .5 8 5 7 8 .1486 8 .4 1 8 3 .3482 3 .9 5 9 0 6 .5763 1 .8 3 1 7 2 .8661 8 .9 9 9 7 2 .3624 7 .3 3 1 4 6 .6634 6 .2 1 7 6 9 .6 1 7 3 7 .3883 1 .4 8 7 2 0 .6 2 6 2 4 .3781 4 .2 4
(B) Overall Light
Gambar 8. Hasil Simulasi pada Lantai Tipikal (Model 2)
900+
Pertahun
2.738.880
33,323,040
810 720 630 540 450 360 270
E. KESIMPULAN 180 90
Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat iluminasi pada lantai tipikal gedung Wisma Kalla dan pemakaian energi listrik untuk pencahayaan buatan. Penelitian ini, menganalisis 2 model desain pencahayaan ruang kerja kantor. Model 1 yaitu merencanakan desain pencahayaan dengan jumlah titik lampu sebanyak 109 armatur dan menggunakan lampu tipe Fluorescent Prismatic Lence sebesar 2x36 watt. Model 2 yaitu merencanakan desain pencahayaan sebanyak 80 Armatur yang terdiri dari 1x36 watt dan menggunakan lampu tipe Fluorescent lamp strip unit. Hasil analisis pada kedua model desain pencahayaan menunjukkan bahwa model 1 menggunakan 0
69
Nurul Jamala: Analisis Pencahayaan Bangunan Hemat Energi, Studi Kasus: Gedung Wisma Kalla di Makassar (62-70)
energi listrik pertahun sebesar 79.575.840 watt dan model 2 sebesar 33.323.040 watt sehingga dapat diketahui persentase penurunan konsumsi listrik sebagai sumber pencahayaan adalah 41,88 persen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa desain pencahayaan ruang dengan menurunkan jumlah titilk lampu dan pemilihan tipe armature yang bersifat menyebarkan cahaya dapat menurunkan konsumsi energi listrik sehingga tercipta bangunan hemat energi. Pencahayaan alami dapat masuk kedalam ruang adalah merupakan salah satu faktor pendukung dalam menciptakan bangunan hemat energi, tetapi tetap mempertimbangkan kenyamanan beraktifitas dalam ruang kerja kantor sehingga produktifitas kerja semakin meningkat. DAFTAR RUJUKAN Commission International de I'Eclaire (CIE), An Analytical Model for Describing the Influence of Lighting Parameters upon Visual Performance, 1981 Esti, Asri, Antaryam, “Pengaruh Lingkungan Penerangan terhadap Kualitas Ruang pada Dua Tipe Ruang Kantor (Studi Kasus: Gedung Graha Pena)”, Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana VII, 2007 Illuminating Engineering Society of North America, American National Standard Practice for Office Lighting, New York, 2004 Kaufman, PE,FIES, IES Lighting Hand Book, Illuminating Engginering Society of North America, New York, p. 2-20, 1981
70
Lembaga Pendidikan Masalah Bangunan, Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari Untuk Rumah dan Gedung, SNI 03-6575-2001, Jakarta, 2001 Nurul, “Studi Pencahayaan Alami pada Bangunan Perpustakaan Pusat Unhas, Jurnal Enjiniring”, 2001 Nurul, “Studi Pencahayaaan Ruang Kelas Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada”, Proceeding SERAP I, Yogyakarta, 2010 Nurul, “Pemodelan Kenyamanan Visual Ruang Kerja Kantor di Indonesia”, Disertasi Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta, 2013 Soegijanto, Standar Tata Cara Perancangan Konversi Energi pada Bangunan Gedung, Seminar Hemat Energi dalam Bangunan, 1998 UNEP, Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, India, 2006