ANALISIS NOVEL SEKALI PERISTIWA DI BANTEN SELATAN KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER BERDASARKAN ASPEK SOSIAL MASYARAKAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA Ahmad Kamaludin Nur1, Sandi Budiana2, Tri Mahajani3
ABSTRAK Sosial masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena sosial masyarakat merupakan salah satu alat satu kesatuan golongan dalam kehidupan sehari-hari, baik kelompok maupun individu. Terutama novel pasti banyak mengandung nilai sosial msayarakat yang beraneka ragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sosial masyarakat dalam novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer dan mengetahui implikasi penggunaan nilai-niai sosial masyarakat dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh berupa kutipan kalimat yang mengandung nilai sosial, nilai ekonomi, dan religius , kemudian dianalisis dan dideskripsikan dengan mengacu pada teori-teori mengenai sosial msyarakat yang telah diungkapkan oleh para ahli. Hasil analisis sosial masyarakat pada novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer ditemukan 80 kutipan, 42 kutipan yang mengandung nilai sosial, 27 nilai ekonomi, dan 11 nilai religius. Novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer ini, dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bagi siswa di sekolah, terutama di SMA karena adanya nilai-nilai sosial masyarakat yang dapat dijadikan masukan yang baik untuk guru dalam mengapresiasikan karya sastra. Selain itu, nilai-nilai sosial masyarakat dapat menambah pengetahuan, mempertajam perasaan dan penalaran siswa dalam mengapresiasikan novel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini layak untuk dijadikan pembelajaran sastra, khususnya untuk pembelajaran mengenai nilai-nilai sosial masyarakat dalam studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Kata Kunci: Sosial, Ekonomi, Religius.
1 2 3
Mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNPAK Staf Pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNPAK Staf Pengajar program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNPAK
ABSTRACT Social society has a very important role in the human life because it is one of tools in daily life, both group and individual especially, in a novel. There are kinds of social society value. This research is purposed to know social society value in the novel “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” by Pramoedya Ananta Toer and the implication of social society value usage in language learning and Indonesian literature at Senior High School. The research method of this research is descriptive-qualitative method. The data were taken from quotations which contained of social, economic and religious value. Then they were analyzed and described with comparing to the theories about social society which had been explained by experts. The result of analysis about social society in the novel “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” by Pramoedya Ananta Toer that there are 42 quotations which contain social values, 27 economic values and 11 religious values. The novel can be alternative way to the students in language learning and learning Indonesian literature at the school especially, at senior high school because social society values can be a good input for the teacher in appreciating the literary works. Moreover, the social society value can enrich knowledge, sharpen students’ feel and reasoning in appreciating a novel. So, it can be concluded that this research is good to be literary learning especially for social society value in language learning and Indonesian literature at Senior High School. Keyword: Social, Ekonomic, Religious
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat.Sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium,baik bahasa lisan maupun tertulis, karena bahasa merupakan yang paling baik untuk mengekpresikan sikap hidup analisis penalaran dan kritik. Novel sebagai salah satu genre karya sastra memiliki nilai yang baik,bila pengarang menyajikan ide-ide atau pemikirannya terhadap berbagai karya sastra yang dihasilkan oleh seorang prngarang tidak terlepas dari unsur-unsur yang mempengaruhi hasil karyanya. Pada dasarnya unsur ekstrinsik seperti sosial, budaya, biografi, psikologi, politik dan moralmerupakan unsur-unsur yang melatar belakangi identitas pengarang. Hal ini dapat dketahui dari cerita yang dihasilkannya tidak jauh dengan pengalaman atau lingkungan sekitar pengarang itu berada. Seorang pengarang, dalam proses kreatifnya, akan lebih “berbobot” bila ia mampu menerjemahkan keadaan sosial, budaya dan masyarakat ke dalam karyanya. Mengapa demikian? Hal ini karena suatu karya sastra memiliki dua fungsi yang tidak terpisahkan, yaitu sebagai hiburan dan pengetahuan yang dapat di pahami dan di gunakan dalam kehidupan penikmatnya.
B. Fokus Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, peneliti meru-muskan penelitian masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah unsur sosial masyarakat yang terdapat dalam novel “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” karya Pramoedya Ananta Toer? 2. Bagaimanakah implikasi sosial masyarakat yang ada dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada novel “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” karya Pramoedya Ananta Toer ? Supaya penelitian ini lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini hanya pada sosial masyarakat yang tertuang dalam dialog para tokoh novel “Sekali Peristiwa Di Banten Selatan” karya Peramoedya Ananata Toer dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Satra di SMA. Aspek sosial masyarakat ini dibatasi dengan nilai sosial, nilai ekonomi, nilai religious. C.
Tujuan Penelitian 1. Bagaimanakah unsur masyarakat yang terdapat novel “Sekali Peristiwa di Selatan” karya Pramoedya Toer? 2. Bagaimanakah implikasi masyarakat yang ada
sosial dalam Banten Ananta
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
sosial dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada novel “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” karya Pramoedya Ananta Toer ? Pertanyaan tentang apakah yang disebut sastra itu, atau apakah yang bukan sastra, tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan. dan tidak mungkin membuat sebuah batasan tentang sastra yang sama tepatnya seperti orang membuat batasan tentang ilmu hayat. Sastra merupakan karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan, sedang tugas membuat batasan merupakan kegiatan keilmuan. Sumardjo dan Saini K.M. ( 1986: 1-2) menyatakan bahwa ada beberapa alasan mengapa batasan tentang sastra sulit dibuat, yaitu: yang pertama, sastra bukan ilmu, sastra merupakan seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur sastra sulit dibuat batasannya. Kedua, sebuah batasan selalu berusaha mengungkapkan hakikat sebuah sasaran. Hakikat sesuatu itu sifatnya universal dan abadi, padahal apa yang disebut sastra itu tergantung pada tempat dan waktu. Ketiga sebuah batasan sastra sulit menjangkau hakikat dari semua jenis bentuk karya sastra. Sebuah batasan mungkin tepat untuk karyakarya sastra puisi, tetapi kurang tepat untuk jenis novel atau mungkin sebuah batasan bertolak dari karya-karya esei, sehingga tidak cocok untuk puisi. Sastra terdiri dari berbagai bentuk ungkapan yang berbeda wataknya satu sama lain. Bentuk-bentuk itu berupa puisi, cerita rekaan berupa novel dan cerita pendek, drama, esei. Yang keempat, sebuah batasan tentang sastra biasanya tidak hanya berhenti pada membuat pemerian saja (deskripsi), tetapi juga suatu penilaian. Inilah sebuah batasan tentang sastra selalu mengacu pada kepada apa yang disebut karya sastra yang baik untuk suatu zaman dan suatu tempat. Bahwa batasan sastra yang baik bagi kaum romantik pujangga baru, belum tentu baik buat kaum ekspresionis angkatan 45. Sumardjo dan Saini K.M. ( 3-4: 1986). Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata
novelies yang berarti “baru”. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:9). Sebutan novel dari bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman; novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Menurut Nurgiantoro (2005:9) bahwa istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelet, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008: 2) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2007: 6). Sementara itu, deskripsi, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti (Moleong, 2007: 11). Pada penelitian ini metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai unsur-unsur sosial masyarakat pada novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer. Yang akan diteliti penulis. TEMUAN PENELITIAN Data penelitian diambil dari dialog novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer. Sebelum menganalisis, peneliti melakukan pencatatan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
dialog-dialog dan mengategorikannya ke dalam nilai-nilai sosial masyarakat. TABEL 1 DATA TEMUAN NILAI SOSIAL MASYARAKAT DALAM NOVEL SEKALI PRISTIWA DI BANTEN SELATAN KARYA PRAMOEDIA ANANTA TOER No
Kutipan
Hal
Nilai-nilai yang Mengandung Sosial Masyarakat
1.
Dua orang pemikul singkong, yang hendak menuju ke tempat truk-truk dari kota memunggah singkong, muncul dari tikungan jalan. Lewat jalan yang kita buat sendiri kita bayar pajak pada onderneming. Kalau kau coba-coba beli gerobak, berapa pajak mesti dibayar, tiap kali lalui dua pintu jalan onderneming itu?! I- ya-ya, orang begitu bagus-bagus, kulitnya putih, hidungnya mancung, tapi tamaknya ...... ngudubilah setan. Yang pertama membuang puntung rokok kaungnya. Ia mengenakan celana panjang putih yang sudah lusuh dan kumal pula, dan sarung genggang biruungu melingkar pada lehernya dan tergantung jatuh pada lehernya. Ia berpaling, memandangi cagang gendi dan berjalan ke situ, kemudian minum dengan rakusnya. Hujan juga. Untung sudah di rumah. Kemudian datang Ireng, isterinya, menggendong bakul kosong dibelakangnya. Kerbaunya sudah dijualkan orang lain. Bagaimana di pasar tadi? Tiada lama kemudian datang Musa dari tikungan jalan. Ia berpakaian jas tutup cokelat, bersarung pelikat, berpeci tinggi hitam berkembang sutera. O, Juragan Musa. Duduk, Gan! Tanpa menoleh belakang Musa menyambut: Mulai kapan sih, pura-pura tak kenal aku? Ireng merapihkan bale bambu sambil menjawab: Bukannya pura-pura tak kenal, Gan. Memang tidak tahu sih. Bagaimana? Bisa jual kerbau Minin? Sudah dijualkan orang lain, Gan. Susah membawanya, Gan? Susah mana sama lapar, Ta?. Musa merogoh kantungnya dan menyerahkan uang seringgit pada Ranta. Ireng menerima uang itu, mengajinya pada sinar lampu yang menerobosi dinding, kemudian berkata menanggung geram. Ranta bangun dan duduk, ditariknya tangan Ireng dan dengan lemah lembutnya berkata dengan
12
Sosial √
2. 3.
4.
5. 6.
7.
8. 9. 10. 11.
12. 13.
14. 15. 16. 17.
18.
Ekonomi
13
√
13
√
13
√
13
√
13-14
√
14
√
14 14
√ √ √
14 15
√
16 16
√ √
17
√
18
√
18
√
19
√
19
Religius
√
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
28. 29.
30. 31.
32. 33. 34. 35. 36.
37. 38. 39. 40. 41.
42. 43.
44.
kata-kata yang keluar stu-satu, jelas, pelahan, dan penuh kasih sayang. Ada waktunya, Reng, kita akan hidup baik dan senang. Nanti. Insya Allah, pak. Kita sudah cukup bekerja, kita berdua. Tetapi rejeki masih juga di tangan Tuhan. Kalau keadaan sudah baik, kita akan atur rejeki kita sendiri. Insya Allah, pak. Insya Allah. Tidurlah. Dengar, Reng. Memang aku sering nyolong. Tapi bukan karena kemauanku aku jadi maling. Sekarang ini mereka yang tentukan hidup kita, Ireng. Tapi besok hari senen. Kita mesti tengok Riah di rumah sakit. Lantas, dari mana malam-malam begini bisa dapat makan? Seorang di antara mereka menghampiri pintu. Terdengar palang pintu dipasakkan. Sebentar kemudian pelita dipadamkan. Kembali dua orang pemikul singkong datang dari jurusan mereka pergi. Menginap sini saja. Minta izin, ge! Kembali kilat mengerjap, dan nampak kedua-duanya agak basah tertimpa hujan gerimis. Pak, pak! Bukan DI ini, orang baik-baik. Boleh nginap sini, pak?. Pada tangan kirinya Ia membawa topi capio. Ia tak berbaju, telanjang dada, dan hanya bercelana dalam hitam. Ya Allah, selamatkan dia dari bencana dan dosa. Maaf, Mpok. Kami mennginap di sini semalam. Yang kedua pun bangun dan turun dari bale dan meneruskan kata-kata yang pertama. Ya Allah, bukan main! Bukan main!. Dan sebelu Ireng sempat menjawab, yang kedua telah menghampiri pikulannya dan menurunkan beberapa batang singkong di atas lantai tanah. Dulu kita di uber-uber lurah, tuan besar administratur, rodi, wajib desa. Kita tak sempat cari penghidupan layak. Romusha sampai kurus kering, sampai mampus. Zaman Nica apa? Lagi-lagi di uber-uber kena rodi, ditembaki saban hari. Ya, kita tak sempat mencari penghidupan yang layak. Tapi kapan kita sendiri mulai mengusahakan?. Kalau tahu begitu, nanti kalau ada pemilihan lurah mesti kita pilih. Segera yang pertama dan kedua mengambil pikulan dan memikul singkongnya ke arah mereka kemarin datang. Siapa tahu dia mau berbuat keji lagi? Jadi kami memutar ke belakang rumah. Kalu ada apa-apa
√
19
√
19 19
√
20 20
√
20
√
21
√
√ √
21 21
√ √
21 21
√
21
√
22
√
22 23 23
√ √
23 24
√
√
√
28
√
28 28 28
√ √ √
29
√
29
√
30
√
31
√
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
45. 46. 47.
48. 49. 50. 51. 52.
53. 54. 55. 56.
57.
58. 59 60. 61. 62.
63. 64. 65.
66. 67.
kami bisa segera membantu, kan? Ireng menatap suaminya. Berkata: Cuma orangorang semacam dia kawan kita, pak. Ranta bangkit berdiri, menatap tamunya seorang demi seorang, berkata: jadi kuli di kota? Seorang wanita muda lagi cantik, berkain batik, berkebaya potongan baru serta berkerudung tule halus sedang duduk menghadapi kopi. Tanpa menjawab Rodjali menghilang melalui pintu yang dimasukinya tadi. Tanpa menjawab Djali meninggalkan ruang tamu melalui pintu dalam. Allaikumsalam! Masuk, Meng! Sekarang tak perlu begitu lagi, duduk saja sini, di kursi! Ia ulurkan selembar uang pada tamunya, dan Djameng pun membungkuk-bungkuk berterimakasih, pada isterinya. Percayalah. Allah selamanya ada di pihak yang benar. Sampai keluarga yang paling miskin tak luput dari kebiadabannya Semua hadirin tertawa sopan. Nyonya nampak gugup di kursinya. Semua yang hadir kembali tertawa, tetapi sekali ini tertawa yang di tahan-tahan sekuat-kuatnya tak menyinggung perasaan tuan rumah. Bagi mereka yang beriman, yang percaya pada Allah, tak ada sesuatupn di dunia ini dapat merusuhkan hati. Jadi dari mana isi itu masuk dalam tas kosong ini? Wallahualam, Pak. Diam! Siapa yang memasukan surat-surat Darul Islam ke dalam tas itu? Mana bisa pengantin baru kesepian? Ada-ada saja. Dari luar terdengar perlahan suara seseorang: Assalamualaikum! Pak Kasan dengan sigap melompat keluar pintu, tetapi sebagaimana halnya juragan Musa, Ia terpelanting masuk keruangan tamu kembali. Memang dengan tertangkapnya orang-orang ini daerah kita menjadi aman, Pak. Nah, cukup buat masak seminggu. Segera kemudian terdengar orang mandi, suaranya sayup-sayup, namun masih juga jelas karena kesenyapan pagi itu. Tidak lama kemudian muncul Ranta di ruang tamu dengan masih berkalung anduk bersih. Apa kabar, Pak Lurah? Ranta dan Rodjali, yang sedang tenggelam dalam “filsafat” nya tak menyadari akan kedatangan mereka, karena itu teguran itu membuat mereka terkejut.
32
√ √
37 41
√
41
√
48
√
49 49
√
√ √
51
√
53 √
56 57
√
57
√
58
√
61
√
61
√
63
√ √
67 71
√
72
√
74 74
√
74
√
77
√
√
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
68. 69. 70.
71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78.
79. 80.
Begini, Pak Komandan, jelek-jelek abdi juga punya pengalaman pertempuran. Percaya sajalah,. Kalau sudah beres, nanti abdi menghadap bapak. jadi aku dipaksanya jadi maling. Maling apa? Maling apa? Bibit karet, bibit teh. Begini, Nyonya, suami nyonya tak mau beri aku upah. Jadi dia usir aku dengan dakwaan. Pak Lurah....... Tetapi Ranta menengahi: silakan duduk, Pak. Dulu kita sama-sama miskin, Pak Lurah. Masak sekarang sudah lupa sama aku? Yang pertama mengunci kata-katanya dengan senyum panjang minta diistimewakan. Memang aku tak pernah melupakan jasa-jasamu. Dengarkan aku! Jangan pergi. Demi keselamatanmu sendiri. Sampai sebegitu jauh, Tuhan telah ambil kembali semua anak kami. Ranta berseri-seri. Seluruh kerumunan bersorak bareng, Ranta mengangkat tangannya, memberikan isyarat kepada kerumunan orang itu ntuk tenang. Sekali lagi ia melambaikan tangan dengan lemasnya kemudian hilang dari pemandangan. Kita harus kerja, kerja buat anak, buat seluruh keturunan! Ayo berdiri semua…… JUMLAH
PEMBAHASAN Berdasarkan pada hasil analisis nilai sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Sekali Peristiwa di Banten Seltan karya Pramoedya Ananta Toer, novel tersebut memiliki nilai-nilai sosial masyarakat. Nilai sosial masyarakat ini ditunjukan oleh pengarang dengan menampilkan makna yang luas kandungannya dalam setiap kutipan yang ditampilkan oleh penulis. Nilai-nilai sosial msyarakat yang di analisis oleh penulis mencakup: nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai religius. Dengan hasil temuan nilai sosial 42 temuan, nilai ekonomi 27 temuan, nilai religius 11 temuan. 1. Berdasarkan hasil analisis yang pertama, MF menarik kesimpulan bahwa dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat 80 kutipan yang mengandung sosial masyarakat. MF menarik kesimpulan setelah menganalisis data temuan dan menyetujui 78 kutipan yang mengandung nilai sosial dan 2 kutipan
78
√
79
√
82
√
82
√ √
88
√
90 90
√
90 91
√ √ √
125 125
√
124
√ √
125 42
27
11
pada nomor 8 dan 70 tidak menyetujuinya karena kedua kutipan ini mengandung nilai-nilai ekonomi dan juga tergolong faktor kebutuhan sehari-hari. Jika dipersentasekan 97% MF menyetujuinya dan 3 % tidak menyetujuinya. 2. Berdasarkan hasil analisis yang kedua, HY menarik kesimpulkan bahwa dari hasil analisis yang telah dilakukan peneliti terdapat 80 kutipan yang diduga mengandung nilai sosial masyarakat. HY menarik kesimpulan setelah menganalisis data temuan dan menyetujui 72 kutipan yang mengandung nilai sosial masyarakat kemudian 8 kutipan pada nomor 1, 4, 19, 36, 39, 40, 43 dan 70 tidak menyetujuinya karena pada kutipan tidak tergolong nilai sosial yang dicantumkan diantaranya nilai ekonomi dan sosial. Jika dipersetasekan 90% HY menyetujuinya dan 10 % tidak menyetujuinya.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
3. Berdasarkan hasil analisis yang pertama, NH menarik kesimpulan bahwa dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat 80 kutipan yang mengandung sosial masyarakat. NH mena.rik kesimpulan terdapat 71 kutipan yang mengandung nilai sosial masyarakat dan 9 kutipan pada nomor 8, 9, 19, 21, 23, 46, 50, 59, 4 tidak menyetujuinya karena tidak tergolong aspek sosial masyarakat pada ragam sosial, ekonomi dan religius. Jika dipersentasekan, bahwa NH menyetujui 89 % hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dan 11 % tidak menyetujuinya. Dari ketiga narasumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atau 90% berdasarkan triangulator yang ditunjuk oleh penulis menyatakan setuju dengan hasil temuan dan sebagian kecil atau 10% tidak setuju. Hal tersebut semakin menguatkan penulis bahwa seluruh temuan data dapat dipertanggung-jawabkan. 1.
Kesimpulan Dari hasil temuan yang dianalisis terdapat 42 temuan nilai sosial pa-da novel karena nilai sosial ini pa-ling dominan muncul dalam dia-log-dialognya yang banyak meng-ajarkan tentang bagaimana cara masyarakat untuk bersosialisasi antarsesama sebagai makhluk so-sial. Dari hasil temuan yang diana-lisis terdapat 27 temuan nilai eko-nomi pada novel karena pada no-vel terdapat tingkah laku sosial masyarakat yang di dalamnya melakukan kegiatan perekonomi-an yang dapat mengajarkan pen-tingnya hidup bermasyarakat dan berekonomi. Dari hasil temuan yang dianalisis terdapat 11 temu-an nilai religius pada novel, hal ini berarti novel tersebut mengan-dung pola tingkah laku sosial masyarakat yang di dalamnya terdapat nilai religius. Nilai-nilai ini dapat mengajarkan pentingnya hidup bermasyarakat dengan pe-nuh keyakinan terhadap Tuhan. Berdasarkan temuan-temuan tersebut disimpulkan bahwa terda-pat 80 kutipan yang mengandung nilai sosial masyarakat, pada nilai sosial terdapat 42 temuan, nilai
ekonomi 27 temuan, dan nilai religius 11 temuan. Novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer. Berdasarkan isi kurikulum dan kriteria bahan ajar, novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan karya Pramoedya Ananta Toer mempunyai implikasi positif dan layak dijadikan alternatif bahan ajar mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.
DAFTAR PUSTAKA K.M. Saini, Jakob Sumardjo. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: KANISIUS. Rosdiana, Rina dan Suhendra. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Bogor. FKIP Universitas Pakuan. Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta. Sukamti Dwi, Umasih. 2004. Sosiologi dan Geografi. Jakarta. Ganeca Exact. Sumardjo Yakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV Nur Cahaya. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. BIODATA PENULIS
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013
Ahmad Kamaludin Nur lahir di Bogor, 20 Februari 1990. Ayahnya bernama H. Nurwana, seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berdinas sebagai guru di SMK P.U.I Kota Bogor. Ibunya bernama Upit Fatimah, seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Awal mengenal dunia pendidikan Ahmad pertama kali memasuki Taman Kanak-kanak MESRA (Mesjid Raya) tahun 1995 hingga selesai di tahun 1996, lalu melanjutkan pendidikan dasarnya di SDN Bangka 3 Kota Bogor sampai kelas 2 pada tahun 1997-1998, lalu melanjutkan di SDN Ciheuleut 1 Kota Bogor
kelas 3 sampai kelas 4 pada tahun 1999-2000, lalu melanjutkan di SDN Bantar Kemang 3 kelas 5 sampai kelas 6 pada tahun 2001-2002. Setelah selesai di Sekolah Dasar, ia melanjutkan pendidikannya kembali di MTsN Kota Bogor, yang ia tamatkan pada tahun 2005, lalu melanjutkan ke jenjang yang lebih atas lagi di MAN 2 Bogor, hingga lulus pada tahun 2008. Setelah lulus di MAN 2 Bogor, ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan Bogor dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan, Mei 2013