ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN BUAH SEGAR DI YOGYA BOGOR JUNCTION
SKRIPSI
SISCA ZULFA AFRIMA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Keputusan Pembelian Buah Segar di Yogya Bogor Junction” adalah karya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Sisca Zulfa Afrima H34096103
ABSTRAK SISCA ZULFA AFRIMA. Analisis Keputusan Pembelian Buah Segar di Yogya Bogor Junction. Dibimbing oleh BURHANUDDIN. Yogya Bogor Junction adalah salah satu ritel modern yang menyediakan kebutuhan pangan termasuk buah segar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik konsumen buah segar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian buah segar dan menganalisis proses keputusan pembelian konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction. Karakteristik konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction adalah ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan adalah Diploma dan pengeluaran per bulan antara Rp 4.000.001 s/d Rp 6.000.000. Hasil yang diperoleh dari analisis faktor yaitu pada buah lokal dan buah impor masing-masing terdapat dua faktor. Pada tahap pencarian informasi, informasi utama berasal dari diri sendiri karena lokasi yang mudah dicapai. Pada tahap evaluasi alternatif dasar pertimbangan utama membeli buah segar di Yogya Bogor Junction adalah dekat dengan tempat tinggal. Pada tahap keputusan pembelian, cara pembelian buah segar tergantung situasi dan jika buah tidak tersedia maka akan membeli buah segar jenis lain. Pada evaluasi pasca pembelian, tindakan terhadap buah setelah dibeli yaitu langsung dikonsumsi, sikap konsumen puas, dan konsumen berniat kembali melakukan pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction. Kata kunci:
Buah Segar, Yoyga Bogor Junction, Keputusan Pembelian, Analisis Faktor.
ABSTRACT SISCA ZULFA AFRIMA. Fresh Fruit Purchase Decision Analysis on Yogya Bogor Junction. Supervised by BURHANUDDIN. Yogya Bogor Junction, as a modern retailer providing fresh fruits, is the object in this research that aims to analyze the factors that influence consumers’ behavior on making their decisions to buy fresh fruits. In general, fruits consumers at Yogya Bogor Junction consist of mostly married women with monthly expenses from Rp. 4,000,001 to Rp. 6,000,000. The analysis result of the factors can be classified into at least two factors each for both local and imported fruits. From the study, it is discovered that there are several steps into the consumers’ decision to buy either local or imported fruits in respect to their needs. In gathering information, most consumers rely more on themselves and in an alternative evaluation; the decisive factor is the store’s proximity to consumers’ house regardless of price dynamics. Lastly, consumers’ final decision is also related to their situation in the sense of product availability (supply). After purchasing fruits, most consume the fruits immediately in satisfaction and are mostly encouraged to keep purchasing as long as their expectations are fulfilled satisfyingly. Keywords: Fresh Fruits, Yogya Bogor Junction, Consumers Choice, Purchase Decision, Factors Analysis.
ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN BUAH SEGAR DI YOGYA BOGOR JUNCTION
SISCA ZULFA AFRIMA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Keputusan Pembelian Buah Segar di Yogya Bogor Junction Nama
: Sisca Zulfa Afrima
NIM
: H34096103
Disetujui oleh
Ir. Burhanuddin, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Keputusan Pembelian Buah Segar di Yogya Bogor Junction”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran, Bapak Wahyu sebagai Dosen Evaluator, dan Tintin Sarianti, SP, MM sebagai Dosen Penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, teman-teman serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Sisca Zulfa Afrima
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Konsumen Buah Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran Teroritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah, Visi dan Misi Toserba Yogya Struktur Organisasi Perusahaan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Jogya Bogor Junction dalam Pembelian Buah segar Keputusan Pembelian SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
ii iii iii 1 1 3 5 5 5 5 5 6 7 8 8 14 15 15 16 16 16 19 19 19 20 20 23 30 37 37 38 38 40 51
2
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 Produksi buah-buahan di Indonesia tahun 2006-2010 Perkembangan ekspor dan impor buah-buahan di indonesia tahun 2006-2015 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Sebaran responden berdasarkan status pernikahan Sebaran responden berdasarkan jumlah usia Sebaran responden berdasarkan pendidikan Responden berdasarkan jenis pekerjaan Responden berdasarkan pengeluaran per bulan Responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Nilai measure of sampling adequacy (MSA) dari 17 variabel buah lokal Nilai variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen berdasarkan urutan pada buah lokal Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian buah-buahan segar lokal Nilai measure of sampling adequacy (MSA) dari 17 variabel buah impor Nilai variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen berdasarkan urutan pada buah impor Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan Pembelian buah-buahan segar impor Sebaran responden berdasarkan jenis buah yang lebih sering dibeli di yogya bogor junction Sebaran responden berdasarkan alasan memilih buah lokal Sebaran responden berdasarkan alasan memilih buah impor Sebaran responden berdasarkan manfaat yang diinginkan dengan mengonsumsi buah segar Sebaran responden berdasarkan Informasi tentang buah segar di yogya bogor junction Hal yang paling diperhatikan responden berdasarkan informasi tersebut Sebaran responden berdasarkan sumber informasi yang mempengaruhi pembelian buah segar Sebaran responden berdasarkan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pembelian Sebaran responden berdasarkan alternatif tempat lain sebelum memutuskan untuk mengunjungi yogya bogor junction Sebaran responden jika terjadi kenaikan harga buah-buahan segar di yogya bogor junction Sebaran responden berdasarkan cara pembelian buah segar Sebaran sikap responden apabila buah segar yang diinginkan tidak tersedia Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian Sebaran responden berdasarkan tindakan konsumen terhadap buahbuahan segar setelah melakukan pembelian
1 2 3 20 21 21 22 22 23 23 24 25 26 27 28 29 30 31 31 31 32 33 33 34 34 35 35 36 36 36
31 32
Sebaran responden berdasarkan sikap konsumen pasca pembelian Niat responden untuk melakukan pembelian ulang buah-buahan segar
37 37
4
DAFTAR GAMBAR 1 2
Proses pengambilan keputusan konsumen Kerangka pemikiran operasional
12 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Uji validitas Uji reliabilitas Hasil analisis faktor buah lokal Hasil analisis faktor buah impor
40 41 42 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup besar merupakan pasar yang sangat potensial untuk berbagai jenis kelompok barang makanan, yang secara tidak langsung berdampak pada peningkatan permintaan pasar akan buahbuahan untuk dikonsumsi. Kecenderungan konsumen dalam memilih buah bermutu dan aman untuk dikonsumsi sudah semakin tinggi. Hal ini sangat didukung oleh semakin tingginya keinginan konsumen untuk mengkonsumsi buah segar (Sjaifullah 1996). Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang menghasilkan buah-buahan. Komoditas buah-buahan merupakan penyumbang keanekaragaman dan kecukupan gizi rakyat yang cukup besar. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, asam, minyak yang mudah menguap, pektin, air, serat, gula, dan lain-lain (Rukmana 2008). Komsumsi masyarakat terhadap buah-buahan cenderung mengalami peningkatan dan impor buah-buahan juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan gejala terjadinya pergeseran konsumsi buah, dari buah lokal menjadi buah impor. Perubahan gaya hidup (life style) masyarakat telah merubah pola dan gaya konsumsi produk-produk agribisnis yang telah meluas pada dimensi psikologis dan kenikmatan. Perubahan ini menyebabkan peningkatan tuntutan keragsaman produk dan keragaman kepuasan (Deptan 2006). Menurut hasil survei BPS (2009) konsumsi buah di Indonesia masih rendah, yaitu sebesar 60,4 persen masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi satu porsi buah atau bahkan kurang dalam satu hari. Selain itu, konsumsi buah-buahan di Indonesia hanya 40,1 kg/kap/th, masih cukup jauh dari rekomendasi Organisasi Pangan Dunia (FAO) yaitu 65,7 kg. Penyebab kematian sekitar 2,7 juta warga dunia setiap tahunnya disebabkan tidak cukupnya makan sayur-sayuran dan buahbuahan. Rendahnya konsumsi kedua sumber serat tersebut menjadikannya masuk ke dalam 10 besar faktor penyebab kematian di dunia (Anonim 2010). Diperkirakan untuk tahun-tahun yang akan datang akan terjadi peningkatan konsumsi buah-buahan dan laju peningkatan permintaan buah juga akan terus bertambah pada tahun-tahun selanjutnya. Bila asumsi ini benar, maka permintaan buah pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 20 ribu ton (Tabel 1). Tabel 1 Perkiraan permintaan buah-buahan di Indonesia sampai tahun 2015 Tahun
Populasi (Juta)*
2005 2010 2015
227 240 254
Peningkatan Konsumsi per 5 tahun (%) ** 32,5 34,0 44,5
Sumber: BPS dan Departemen Pertanian (2008)
Konsumsi/kapita (kg)
Total Konsumsi (ribu ton)
45,70 57,92 78,74
10.375 13.900 20.000
2
Indonesia menghadapi berbagai masalah terkait jumlah produksi buah lokal yang menurun. Tingkat permintaan buah lokal di kalangan masyarakat pada saat ini menurun dibandingkan dengan konsumsi buah impor. Berkurangnya minat konsumen terhadap buah lokal dan menurunnya ketersediaan buah lokal terutama di pasar modern menyebabkan persaingan antara buah impor. Beberapa hal yang menyebabkan penurunan jumlah produksi buah lokal yaitu, menurunnya persediaan benih berkualitas, lemahnya minat petani baru untuk memproduksi buah-buahan, dan kurang memadainya infrastruktur logistik buah. Perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih buah impor karena buah impor memiliki ketersediaan buah yang banyak dan hargannya yang murah dibandingkan buah lokal1. Menurut data Direktorat Jendral Bina Produksi Holtikultura, perkembangan produksi buah-buahan di Indonesia berfluktuasi setiap tahunnya. Pada data tabel 2 dapat kita lihat bahwa produksi buah-buahan pada tahun 2007 mencapai 16 juta ton kemudian pada tahun 2008 produksi buah-buahan mengalami penurunan menjadi 15 juta ton. Tetapi ditahun berikutnya pada tahun 2009 terjadi lagi peningkatan jumlah produksi buah-buahan menjadi 17 juta ton. Tabel 2 Produksi buah-buahan di Indonesia tahun 2006-2010 No Komoditi 1 Mangga 2 Jeruk 3 Pepaya 4 Pisang 5 Nenas 6 Durian 7 Manggis 8 Alpukat 9 Jambu biji 10 Jambu air 11 Salak 12 Rambutan 13 Sawo 14 Sirsak 15 Markisa 16 Duku 17 Nangka 18 Belimbing Jumlah
2006 1.621.997 2.565.543 643.541 5.037.472 1.427.781 747.848 72.634 239.463 196.180 128.648 861.950 801.077 107.169 84.373 119.683 157.655 683.904 70.298 15.567.13
2007 1.818.619 2.625.884 621.524 5.454.226 2.237.858 594.842 112.722 201.635 179.474 94.015 805.879 705.823 101.263 55.798 106.788 178.026 601.929 59.984 16.556.29
Tahun (Ton) 2008 2.013.121 2.311581 653.276 5.741.351 1.272.761 602.694 65.133 225.180 207.025 106.901 712.263 851.240 103.772 49.168 138.027 158.649 675.455 72.397 15.959.99
2009 2.243.440 2.131.768 772.884 6.373.533 1.558.196 797.798 105.558 257.642 220.202 104.885 829.014 986.841 127.876 65.359 120.796 195.364 653.444 72.443 17.617.00
2010 1.287.287 2.028.904 675.801 5.755.073 1.406.445 492.139 84.538 224.278 204.551 85.973 749.876 522.852 122.813 60.754 132.011 228.816 578.327 69.089 14.709.53
Sumber: Badan Pusat Statistik 2011
Kebutuhan buah masyarakat Indonesia tidak sepenuhnya dapat disediakan oleh produksi lokal, terutama kebutuhan akan buah subtropis seperti apel, anggur, jeruk, pear, dan lain-lain. Pemenuhan kecukupan ini diperoleh dengan mendatangkan buah impor (Sjaifullah 1996). Adapun citra yang terbentuk di masyarakat adalah buah-buahan impor lebih berkualitas apabila dibandingkan
3
dengan buah-buahan produksi lokal terutama menyangkut kesegaran, warna, dan rasa yang dimiliki oleh buah-buahan impor tersebut (Agrofarm, 2011). Tabel 3 Perkembangan ekspor dan impor buah-buahan di Indonesia tahun 20062010 Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor (Juta US$) 225,8 279,9 302,2 261,2 297,9
Perkembangan Ekspor per Tahun (%) 23,96 7,93 -13,54 14,05
Impor (Juta US$) 327,8 435,4 452,0 606,8 655,4
Total Konsumsi (ribu ton) 32,82 3,81 34,25 8,01
Sumber: Departemen Perdagangan (2011)
Pada Tabel 3 menunjukan bahwa perkembangan buah-buahan impor di Indonesia mengalami peningkatan sedangkan jumlah ekspor buah pada tahun 2009 mengalami penurunan. Kegiatan impor mengakibatkan adanya persaingan yang cukup tingggi terhadap buah-buahan produksi domestik yang mengakibatkan buah-buah impor lebih mendominasi di pasaran dan swalayan-swalayan. Menurut Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengungkapkan terdapat tiga alasan Indonesia masih mengimpor buah-buahan dari luar negeri. Pertama, beberapa jenis buah yang diimpor tidak dapat dibudidayakan di Indonesia karena berasal dari daerah sub tropis. Kedua, konsumen menghendaki penampilan buah yang menarik. Ketiga, karena sebagian besar buah Indonesia diproduksi oleh petani dengan kepemilikan lahan yang kecil. Sehingga biaya produksi menjadi mahal dan harga jual yang dihasilkan akan bersaing dengan buah-buahan impor (Agrofarm 2011). Di era tahun 1980an, keberadaan ritel modern masih sedikit dalam pasar pangan. Pasar ini terbatas pada sebahagian kecil golongan berpenghasilan tinggi di perkotaan sampai pada pertengahan tahun 1990an. Namun sejak tahun 1998, pasar ini berkembang sangat pesat sehingga menempati sekitar 30 persen dari seluruh perdagangan ritel pangan. Pasar modern yang berkembang sekarang ini memberikan banyak alternatif pada konsumen sebagai tempat berbelanja. Oleh karena itu, konsumen lebih memilih berbelanja di pasar modern selain karena mutu produknya yang baik, konsumen juga lebih merasa nyaman dalam berbelanja. Pasar modern memiliki penataan ruang dan barang yang menarik, praktis, semua kebutuhan rumah tangga tersedia, kepastian harga produk, dan konsumen dapat memilih serta membandingkan barang-barang yang tersedia dengan bebas sebelum membeli.
Perumusan Masalah Kota Bogor adalah salah satu kota besar di provinsi Jawa Barat dan pola hidup masyarakatnya juga mengalami perubahan. Masyarakat pada saat ini banyak yang mengikuti gaya hidup modern dan mengutamakan kenyamanan dan
4
kemudahan dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya ritel modern di Kota Bogor yang menunjukan bahwa masyarakat lebih menyukai berbelanja di ritel modern. Pasar modern yang berkembang saat ini memberikan banyak alternetif pada konsumen sebagai tempat berbelanja. Pasar modern memiliki penataan ruang yang menarik dan praktis, semua kebutuhan rumah tangga tersedia dan konsumen dapat memilih serta membandingkan barang-barang yang tersedia dengan bebas. Yogya Bogor Junction merupakan salah satu pasar modern yang berada di Bogor yang menyediakan berbagai macam produk yang dibutuhkan oleh konsumen termasuk produk pertanian seperti buah-buahan. Yogya Bogor Junction ini masih berada pada tahap berkembang, sehingga masih berusaha untuk memperluas pangsa pasar yang ada di wilayah Bogor. Konsumen yang menjadi segmentasi pasar Yogya Bogor Junction adalah konsumen kelas menengah keatas dengan tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi. Ketersediaan buah-buahan segar yang ditawarkan terdiri dari buah lokal dan buah impor dengan jenis yang beragam. Buah-buahan yang dipasarkan telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh Yogya Bogor Junction. Dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat dan adanya perkembangan ekonomi menyebabkan daya beli masyarakat semakin meningkat pula, maka konsumen pun semakin jeli dalam memilih buah-buahan yang bermutu untuk dikonsumsi. Mutu buah-buahan yang dipertimbangkan oleh konsumen tidak hanya dilihat dari kandungan gizi tetapi juga pada fisik buah seperti warna buah dan penampilan buah yang menarik. Selain itu, berdasarkan hasil penglihatan di lapangan atribut-atribut buah impor relatif lebih baik jika dibandingkan dengan buah lokal seperti, harga yang lebih kompetitif. Perbandingan harga menunjukkan bahwa beberapa dari buah impor memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan buah lokal yang tersedia. Penampilan fisik buah impor dilihat dari warna dan bentuk buahnya lebih menarik dibandingkan dengan buah lokal. Pada jenis buah yang sama, keragaman buah lokal lebih sedikit dibandingkan dengan buah impor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa banyaknya jenis buah impor segar yang disediakan Yogya Bogor Junction sehingga memberikan peluang bagi konsumen untuk melakukan pembelian buah impor segar dibandingkan dengan buah lokal. Hal tersebut di atas membuat penelitian tentang perilaku konsumen sangat dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhuhi konsumen dan sejauh mana pengetahuan serta proses keputusan pembelian terhadap produk buah lokal maupun buah impor segar. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen Yogya Bogor Junction dalam pembelian buah segar? 3. Bagaimana proses keputusan pembelian konsumen terhadap buah segar di Yogya Bogor Junction?
5
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis karakteristik konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction. 3. Menganalisis proses keputusan pembelian konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction.
Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diutarakan sebelumnya, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi peneliti sebagai wahana penerapan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. 2. Bagi perusahaan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam melakukan pomosi untuk meningkatkan penjualan buah segar. 3. Bagi akademisi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau kajian bagi penelitian-penelitian berikutnya, sehingga mampu memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan dalam penelitian ini.
Ruang Lingkup Penelitian Batasan ruang lingkup dalam melakukan penelitian ini adalah lebih ditujukan pada konsumen buah segar yang berasal dari Yogya Bogor Junction yang pernah dan sedang membeli buah segar. Selain itu, penelitian ini hanya difokuskan pada karakteristik konsumen terhadap semua jenis buah segar, faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap buah segar dan mengaalisis proses keputusan pembelian konsumen terhadap buah segar yang tersedia Yogya Bogor Junction.
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Konsumen Buah Lubis (2012) yang berjudul faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian buah-buahan segar di giant taman yasmin. Menyimpulkan bahwa mayoritas responden yang membeli buah-buahan segar baik impor maupun lokal adalah dewasa dilihat dari karakteristik usia yaitu antara 25-35 tahun, berjenis kelamin perempuan, berstatus sudah menikah, dan mayoritas berpendidikan sarjana. Responden paling banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan
6
pendapatan menengah hingga besar dari hasil penelitian di lapangan menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki pengeluaran yang kecil dalam pembelian buah-buah segar. Karakteristik mayoritas konsumen buah impor segar diwalayan Buah X Jakarta Selatan perempuan yang berusia antara 19-25 tahun, berstatus sudah menikah, dan memiliki jumlah anggota keluarga 4-6 orang. Tingkat pendidikan terakhir yang paling dominan pada responden adalah SLTP-SMU, dan bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sebagian besar responden memiliki pengeluaran per bulan untuk konsumsi yaitu antara Rp 2.500.001 s/d Rp 4.000.000 ( Moorcy 2003). Ginting (1999) dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Buah ( Studi Kasus Kota Madya Bogor) karakteristik konsumen buah lokal dan impor memiliki usia antara 30 sampai 39 tahun, bekerja diluar rumah sebagai karyawan swasta, pengeluaran per bulan berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000, pendidikan formal akhir adalah tingkat universitas, jumlah anggota keluarga tiga sampai lima orang. Dalam penelitian analisis keputusan pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction, karakteristik konsumen akan dilihat berdasarkan demografi yang terdiri dari jenis kelamin, status pernikahan, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan pengeluaran keluarga rata-rata per bulan.
Faktor-Faktor Perilaku Konsumen Penelitian Saleh (2003) secara umum konsumen yang mengkonsumsi buahbuahan di Hero Pajajaran Bogor relatif tidak mempermasalahkan asal buah apakah impor atau domestik, karena konsumen beralasan bahwa kandungan gizi yang terkandung dalam buah impor atau domestik sama saja. Pengeluaran juga mempengaruhi konsumsi buah-buahan, semakin tinggi tingkat pengeluaran maka semakin tinggi pula kesadaran gizi dari konsumen, hal ini dapat dilihat dari motivasi konsumen yang mengkonsumsi buah-buahan segar dengan alasan faktor gizi dan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari walaupun hanya dalam jumlah kecil. Barus (2008) dalam penelitiannya mengenai sikap dan minat konsumen dalam membeli buah-buahan di Carrefour di Plaza Medan Fair dan Supermarket Berastagi di Kota Medan, dengan menggunakan regresi linear berganda menyebutkan bahwa variabel jenis, kualitas, kesegaran, dan kesesuaian harga secara simultan berpengaruh sangat signifikan terhadap keputusan pembelian buah-buahan di Carrefour tersebut. Selanjutnya variabel produk, harga, lokasi, fasilitas, pelayanan, dan karyawan secara simultan berpengaruh sangat signifikan terhadap kepuasan konsumen. Selanjutnya untuk sikap konsumen, di Carrefour sikap konsumen biasa saja, sedangkan di Supermarket Berastagi sikap konsumen baik. Lubis (2012), yang berjudul faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian buah-buahan segar di giant taman yasmin menyimpulkan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam pembelian buah segar baik impor maupun lokal adalah faktor fisik yang meliputi keragaman, warna dan penampilan. Adapun faktor lain yang dipertimbangkan dalam pembelian buah
7
impor adalah faktor kualitas yang meliputi harga, rasa dan kesegaran. Berbeda dengan buah impor, faktor lain yang dipertimbangkan dalam pembelian buah lokal adalah faktor harga yang meliputi harga, diskon dan rasa. Marunduri (2012), melakukan penelitian berjudul analisis keputusan pembelian buah impor segar dan bauran pemasaran di giant botani square bogor dan implikasinya untuk pengembangan buah lokal. Hasil yang diperoleh dari analisis faktor yaitu terbentuk tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yaitu a) faktor pertama yang terdiri dari keragaman buah, warna buah, ketersediaan buah, dan bentuk buah, b) faktor kedua terdiri dari kesegaran buah dan kebersihan buah, dan c) faktor ketiga terdiri dari promosi buah dan harga buah. Dalam penelitian ini faktor- faktor perilaku konsumen menggunakan analisis faktor dan diperoleh dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction. Pada buah lokal faktor pertama terdiri dari kualitas buah, kesegaran buah, lingkungan, pekerjaan dan pendidikan, harga, waktu, aroma ruangan, keinginan, tingkat pendapatan, life style dan bentuk buah. Sedangkan pada faktor kedua pendukung yaitu keragaman buah, warna buah, telah mengenal buah yang merupakan pilihan, kebersihan rak display buah, kebersihan buah dan kepercayaan. Pada buah impor faktor pertama terdiri dari kesegaran buah, kualitas buah, waktu yang disediakan, lingkungan, keinginan dan kebutuhan, bentuk buah, tingkat pendapatan, keragaman buah dan warna buah. Faktor kedua merupakan pendukung yaitu telah mengenal buah tersebut dan merupakan pilihan, aroma ruangan, kebersihan buah, kebersihan rak display buah, kepercayaan, pekerjaan, harga buah dan life style. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Delita (2008) dalam penelitiannya mengenai perilaku konsumen sayuran segar di Foodmart di Plaza Ekalokasari Bogor, dengan menggunakan analisis deskriptif menyimpulkan bahwa pada proses keputusan pembelian sayuran segar di Foodmart di Plaza Ekalokasari Bogor pada tahap pengenalan kebutuhan, motivasi yang paling dominan adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi atau kesehatan. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi yang paling dominan adalah dari pengaruh toko. Pada tahap evaluasi alternatif, pertimbangan responden dalam membeli lebih banyak dipengaruhi oleh atribut fisik sayuran. Pada tahap pembelian, cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi. Pada evaluasi pasca pembelian, responden merasa puas membeli sayuran segar di Foodmart di Plaza Ekalokasari Bogor. Atribut-atribut sayuran segar yang dinilai penting oleh konsumen Foodmart secara berurut adalah kebersihan sayuran, kesegaran sayuran, warna sayuran, ketersediaan, jenis sayuran, hargaian sayuran dan kemasan/packaging. Sayuran segar lokal lebih disukai oleh konsumen dibandingkan dengan sayuran impor. Patiroi (2008), melakukan penelitian mengenai analisis kepuasan konsumen buah segar di Swalayan Surya Indah di Sulawesi Selatan, dengan menggunakan analisis deskriptif menyimpulkan bahwa proses keputusan pembelian buah segar di Swalayan Surya Indah di Sulawesi Selatan pada tahap pengenalan kebutuhan, motivasi yang paling dominan adalah ingin memperoleh manfaat untuk kesehatan.
8
Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi terbanyak sangat dipengaruhi oleh informasi dari teman. Pada tahap evaluasi alternatif, pertimbangan responden dalam membeli lebih banyak dipengaruhi oleh harga. Pada tahap pembelian, frekuensi membeli yaitu 2-3 kali dalam sebulan, cara responden memutuskan pembelian adalah tergantung situasi, sedangkan pertimbangan membeli buah segar di Swalayan Surya Indah karena sekalian lewat di Swalayan tersebut. Pada evaluasi pasca pembelian, responden merasa puas membeli buah segar di Swalayan Surya Indah dan bersedia membeli kembali jika persediaan buah segar telah habis. Lubis (2012), yang berjudul faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembelian buah-buahan segar di giant taman yasmin. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan faktor yang mempengaruhi konsumen belanja buah-buahan segar di giant dibandingkan pasar tradisional adalah karena adanya suasana nyaman yang ditawarkan oleh giant dengan kualitas yang lebih bermutu dan harga murah. konsumen di giant lebih banyak memilih membeli buah impor dalam pembelian buah segar karena harga buah impor yang lebih murah dan ketersediaanya yang banyak dan beragam. pembelian buah-buah segar di giant dilakukan secara tidak terencana sehingga buah-buahan segar dapat dikatakan sebagai barang tambahan yang bila barang tersebut tidak dibeli maka tidak berpengaruh terhadap konsumen. pembelian tidak terencana terjadi karena adanya promosi berupa potongan harga yang memengaruhi konsumen untuk membeli. Proses pengambilan keputusan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan lima tahapan yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Pada tahap pengenalan keputusan dilihat berdasarkan buah apa yang lebih sering dibeli konsumen, alasan utama membeli buah segar dan manfaat apa yang dicari dengan mengkonsumsi buah segar. Tahap pencarian informasi dilakukan analisis berdasarkan dari mana mengetahui informasi tentang buah segar di Yogya Bogor Junction, hal yang paling diperhatikan dari informasi tersebut dan media apa yang paling mempengaruhi. Selanjutnya tahap evaluasi alternative dilihat berdasarkan hal yang menjadi pertimbangan melakukan pembelian di Yogya Bogor Junction, apakah memiliki alternative tempat lain dan pertimbangan utama jika harga mengalami kenaikan. Keputusan pembelian dianalisis berdasarkan cara memutuskan pembelian, sikap konsumen jika buah tidak tersedia dan frekuensi pembelian. Tahapan terakhir adalah evaluasi pasca pembelian dianalisis berdasarkan tindakan konsumen setelah pembelian dan kepuasan konsumen setelah mengkonsumsi.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teroritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan agar mengetahui bagaimana perilaku dan seperti apa keinginan konsumen, sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen engan memenuhi keinginan konsumen. Setelah
9
perusahaan mengetahui apa yang diinginkan konsumen, maka perusahaan sebagai penyedia produk dan jasa berusaha untuk memenuhi keninginan tersebut dan memberikan kepuaan kepada konsumen dengan menciptakan strategi-strategi yang dapat membantu perusahaan dalam memenuhi keinginan konsumen. Buah Segar Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein, dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna atau bentuk yang mengandung nilai-nilai estetis. Mutu buah dibentuk atau ditentukan pada saat panen. Pemanenan tingkat ketuaan dan waktu yang tepat dengan cara yang benar akan menghasilkan buah bermutu tinggi, baik penampilan, rasa, maupun nilai gizinya. Panen terlalu cepat akan menghasilkan buah bermutu rendah dan tidak akan matang dengan sempurna walaupun disimpan atau diperam. Panen yang terlambat akan mempercepat pembusukan. Gambaran umum dari buah-buahan yang matang sempurna adalah mempunyai warna kulit cemerlang dan merata, tidak keriput, serta aroma khasnya nyata (Sjaifullah 1996). Pada dasarnya karakteristik mutu dapat dibedakan menjadi mutu eksternal dan internal. Mutu eksternal terdiri atas warna, ukuran, bentuk, cacat fisik, tekstur, dan flavor. Semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim seperti angin, curah hujan, kelembapan, cahaya, suhu, elevasi, dan sifat atau kondisi tanah. Mutu internal terdiri atas tekstur, flavor, kandungan zat gizi, toksikan, dan jasad renik. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor non-iklim seperti varietas, batang bawah, tingkat ketuaan saat petik, kandungan mineral, penyemprotan zat kimia, irigasi, serangan hama dan penyakit, pemangkasan, jarak tanam, pemberian mulsa, pengolahan tanah, serta penanganan panen dan pascapanen. Beberapa kriteria dapat digunakan dalam memilih buah segar yang baik, yaitu secara fisik, kimiawi, fisiologi, dan organoleptik (Sjaifullah 1996). Penilaian mutu buah dari segi fisik merupakan hal yang paling mudah dilakukan. Parameter mutu yang dapat dilihat secara visual meliputi warna kulit, kesegaran dan kebersihan kulit, warna daging buah, ukuran, dan bentuk buah. Adapun parameter mutu fisik lainnya adalah tekstur, kekerasan atau kepadatan, berat jenis, dan kandungan sari buah (juice). 1. Warna kulit Setiap jenis buah, bahkan setiap varietasnya, mempunyai warna kulit khas. Umumnya buah yang mengalami proses pematangan akan berubah warna kulitnya dari hijau gelap menjadi kuning, merah, atau ungu. 2. Kesegaran dan kebersihan kulit Buah yang baik terlihat segar, kulitnya berkilap, tidak keriput, dan tidak terdapat noda, baik noda bekas gigitan serangga maupun noda getah. 3. Ukuran dan bentuk buah Umumnya pada saat layak petik buah mempunyai ukuran maksimum dengan bentuk yang khas pula. Contohnya pada pisang ambon atau cavendish. Salah satu kriteria pisang tersebut yang baik adalah bentuk penampang melintangnya sudah membulat dengan ukuran garis tengah 2,73,3 cm. 4. Kerapatan rambut atau duri
10
5.
6.
Buah yang berambut atau berduri telah layak dipetik untuk dikonsumsi apabila rambut atau durinya telah merenggang. Pada beberapa buah seperti nangka dan sirsak, durinya selain merenggang juga melunak. Kekerasan Kekerasan buah dapat dirasakan melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Contoh yang paling jelas pada jeruk. Bila kekerasannya tidak merata, maka sebagian dari daging buahnya akan berbeda rasanya. Berat jenis Sejalan dengan matangnya buah, berat jenis buah juga naik. Sifat ini telah dijadikan salah satu prinsip dasar untuk memisahkan antara buah yang cukup tua dan yang masih muda saat buah baru dipanen (Sjaifullah, 1996).
Perilaku Konsumen Konsumen adalah seseorang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan dan penggunaan dari suatu produk dalam rangka memenuhi tujuan penggunaan, kebutuhan, dan kepuasannya. Menurut Sumarwan (2003) konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu melakukan kegiatan konsumsi tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga digunakan orang lain seperti anggota keluarga dan teman. Konsumen individu merupakan konsumen akhir dalam penggunaan barang dan jasa. Sementara konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis yayasan dan lembaga lainnya merupakan konsumen yang menggunakan produk untuk menjalankan kegiatan organisasinya. Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului serta keputusan untuk menindaklanjuti tindakan di atas. Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh produsen dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan produk dan jasa yang mereka inginkan. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan yang dipengaruhi dan dibentuk oleh tiga faktor yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, serta psikologis. Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi dirinya sendiri untuk memilih produk maupun merek yang akan dibeli. Menurut Sunarto (2006), karakteristik konsumen dapat digunakan untuk mengetahui sebuah segmentasi pasar. Karakteristik konsumen dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu karakteristik demografi, karakteristik ekonomi dan karakteristik sosial. Karakteristk demografi meliputi beberapa variabel seperti jenis kelamin, umur, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain. Pendidikan merupakan hal yang paling mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk atau jasa. Konsumen yang memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih selektif dan akan mencari informasi yang lebih banyak sebelum ia memutuskan untuk membeli atau menggunakan suatu barang atau jasa.
11
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Engel et al. (1994), model perilaku konsumen dapat terbentuk akibat tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. 1.
2.
Pengaruh Lingkungan Menurut Engel et al. (1994) konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku keputusan seseorang dijelaskan dalam beberapa hal, yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. Budaya dalam studi perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran, dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kelas sosial mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar. Pengaruh pribadi sering memainkan peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen, khususnya bila ada produk atau jasa memiliki visibilitas publik. Keadaan ini diekspresikan melalui kelompok acuan maupun melalui komunikasi lain. Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan, adopsi, dan tinggal bersama. Keluarga sangat penting dalam studi perilaku konsumen karena dua alasan, yaitu karena keluarga merupakan unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen dan keluarga merupakan pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu. Situasi pembelian dapat memiliki pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen. Konsumen dapat sering mengubah pola pembelian mereka bergantung kepada situasi pembelian. Perbedaan Individu Menurut Engel et al. (1994) perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian. Terdapat lima hal perbedaan individu yang mempengaruhi proses keputusan pembelian diantaranya yaitu sumber daya konsumen, keterlibatan dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Sumber daya yang sebenarnya dimiliki oleh konsumen terdiri atas tiga hal, yaitu ekonomi, temporal, dan kognitif sehingga pemasar harus bersaing untuk mendapatkan uang, waktu, dan perhatian konsumen. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang didasari dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Keterlibatan tinggi menyebabkan konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperoleh dan mengolah informasi. Pengetahuan konsumen merupakan informasi yang disimpan di dalam ingatan yang sangat mempengaruhi pola pembelian konsumen. Sikap merupakan sebuah evaluasi menyeluruh. Kepribadian dapat diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup juga merupakan hasil dari jajaran total ekonomi budaya Demografi adalah karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat, dapat berupa umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendapatan.
12
3.
Proses Psikologi Proses psikologis merupakan proses sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen. Menurut Engel et al. (1994) ada tiga proses psikologis yang utama, yaitu pengolahan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan perilaku. Pemrosesan informasi terdiri dari tahap pemaparan, perhatian, penerimaan, dan pemerolehan kembali.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Engel,et al. (1994) menjelaskan mengenai proses keputusan pembelian oleh konsumen yang terdiri dari lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Model keputusan pembelian lima tahap yang dapat dilihat pada Gambar 1. Model keputusan ini memberikan kerangka referensi yang baik, karena model itu menangkap kisaran penuh pertimbangan yang muncul ketika konsumen menghadapi pembelian baru yang memerlukan keterlibatan tinggi. Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
Gambar 1 Proses pengambilan keputusan konsumen. Sumber: Engel et al. (1994)
Tahap proses pengambilan keputusan atau proses konsumsi yang dilalui konsumen dalam proses pembelian disebut dengan lima stages model of the consumer buying process yang terdiri dari : 1. Tahap Pengenalan Keputusan Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Menurut Kotler (2000), kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus, baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan yang ditimbulkan karena adanya dorongan eksternal. Adapun menurut Engel, et al. (1994) di tahapan pertama ini merupakan tahap pengenalan kebutuhan, dimana pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atau perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat tertentu, maka kebutuhan pun dikenali. Namun, jika ketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi. Seberapa besar pencarian yang dilakukan seseorang tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dimilikinya, kemudahan untuk memperoleh informasi tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan, dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut. 2. Tahap pencarian dipengaruhi oleh faktor lain yaitu, situasi pencarian, ciri-ciri produk atau jasa konsumen itu sendiri. Tekanan waktu merupakan salah satu sumber pengaruh situasi. Pada situasi pembelian yang mendesak menuntut sedikit waktu untuk melakukan pencarian ekstensif dan teliti. Pencarian ekstensif akan dilakukan jika konsumen merasakan terdapat perbedaan cirriciri produk atau jasa diantara merek-merek yang ada. Pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan, sikap serta karakteristik demografi merupakan
13
karakteristik konsumen yang mempengaruhi pencarian informasi (Engel et al. 1994). 3. Tahap Evaluasi Alternatif Beberapa konsep dasar yang akan membantu dalam memahami proses informasi adalah pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan ini. Engel et al. (1994) mendefinisikan evaluasi alternatif sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kompleksitas dari evaluasi alternatif akan bervariasi secara dramatis bergabung pada proses khusus yang diikuti konsumen dalam mengambil keputusan konsumsi mereka. Adapun komponen-komponen dalam proses evaluasi alternatif adalah kriteria evaluasi, alternatif pilihan, kinerja alternatif, dan kaidah keputusan. 4. Tahap Keputusan Pembelian Menurut Engel et al. (1994), tindakan pembelian adalah tahap besar terakhir di dalam model perilaku konsumen. Konsumen harus mengambil tiga keputusan: (1) kapan membeli; (2) dimana membeli; (3) bagaimana membayar. Dalam proses pembelian melibatkan dua hal yaitu niat pembelian dan pengaruh situasi. Niat pembelian terdiri dari dua kategori. Kategori pertama yaitu, baik produk maupun merek yang merupakan pembelian yang terencana sepenuhnya, ini merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli. Oleh karena itu, distribusi dapat menjadi lebih selektif. Sementara kategori yang kedua adalah kelas produk saja sebagai pembelian terencana walaupun pilihan merek dibuat ditempat penjualan. Hal kedua yang penting dalam proses pembelian adalah pengaruh situasi. Banyak faktor situasi seperti cuaca dan pengangguran sementara, berada di luar pengaruh pemasar atau pengecer, tetapi tidak selalu demikian keadaannya. Pemasar memiliki kendali langsung atas peragaan, promosi, dan pemaparan produk, pengurangan harga, dan lain-lain. Pokok paling penting adalah untuk menyadari cara dimana pertimbangan situasi ini dapat mempengaruhi pilihan dan untuk menghindari situasi yang tidak menguntungkan seperti kehabisan stok dan peragaan yang tidak memadai.
14
5.
Tahap Perilaku Setelah atau Pasca Pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen mungkin akan mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu yang menganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan karenanya konsumen akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya (Kotler 2000). Tugas pemasar tidak cukup berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Dalam hal ini pemasar harus memantau keputusan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian serta pembuangan pasca pembelian.
Kerangka Pemikiran Operasional Kecenderungan konsumen sekarang adalah menyukai kenyamanan dan efisiensi waktu berbelanja (praktis). Yogya Bogor junction merupakan salah satu pasar modern yang berada di Bogor yang diduga banyak orang yang berkunjung untuk berbelanja di Yogya Bogor jungtion. Yogya Bogor junction menyediakan beragam jenis buah segar yang disediakan bagi konsumen yang datang berbelanja di Yogya Bogor junction. Yogya Bogor junction harus mengupayakan agar buah tetap dalam keadaan segar sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian. Kebutuhan buah masyarakat Indonesia tidak sepenuhnya dapat disediakan oleh produksi lokal. Pemenuhan kecukupan ini diperoleh dengan mendatangkan buah impor segar. Adapun citra yang terbentuk di masyarakat adalah buah-buahan impor lebih berkualitas apabila dibandingkan dengan buah-buahan produksi lokal terutama menyangkut kesegaran, warna, dan bentuk yang dimiliki oleh buahbuahan impor tersebut. Dalam pembelian buah segar, konsumen dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologi. Proses pengambilan keputusan pembelian buah-buah segar di Yogya Bogor Junction dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian buah-buahan segar menggunakan analisis faktor. Bagan pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
15
Buah Lokal Dan Impor
-
Impor buah-buahan yang meningkat. Masyarakat cenderung menyukai buah impor
Karakteristik Konsumen : 1 Umur 2 Jenis Kelamin 3 Status Pernikahan 4 Pendidikan 5 Pekerjaan 6 Pengeluaran 7 Jumlah Anggota Keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah segar : 1 Pengaruh Lingkungan - Budaya - Keluarga - Kelas sosial - Situasi - Pengaruh pribadi 2 Perbedaan Individu - Sumberdaya konsumen - Motivasi - Kepribadian - Pengetahuan - Gaya Hidup - Sikap 3 Proses Psikologi - Pengolahan informasi - Pembelajaran - Perubahan sikap dan perilaku
Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Buah segar : 1 Tahap Pengenalan Keputusan 2 Tahap Pencarian Informasi 3 Tahap Evaluasi Alternatif 4 Tahap Keputusan Pembelian 5 Tahap Perilaku Setelah Atau Pasca Pembelian
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yogya Bogor Junction. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Yogya Bogor Junction yang terletak di pusat Kota Bogor dengan posisi yang strategis dan akses transportasi yang lancar, sehingga pengunjung yang datang akan sangat beragam, dan di tempat tersebut menjual produk buah lokal dan impor segar. Diduga ada kecenderungan konsumen berbelanja di pusat perbelanjaan yang menyediakan
16
berbagai produk yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yogya Bogor Junction menyediakan barang-barang kebutuhan konsumen secara lengkap dengan harga yang terjangkau. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei – Juli 2013.
Jenis dan Sumber data Data yang digunakan pada penelitian ini ada dua jenis yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil penyebaran kuesioner dan wawancara langsung dengan responden, dan wawancara langsung dengan pihak Yogya Bogor Jungtion. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yaitu jenis data yang sudah diterbitkan, berupa literatur mengenai perilaku konsumen serta literatur tentang buah-buahan segar yang diperoleh dari buku, artikel, skripsi, tesis, dan publikasi lainnya yang mendukung topik penelitian. Data sekunder juga diperoleh dari instansi terkait, antara lain Badan Pusat Statistik dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara langsung dengan pihak Yogya Bogor Junction dan juga menggunakan kuisioner kepada konsumen di lokasi penelitian, kuisioner yang diberikan terbagi dua yaitu kusioner buah lokal untuk konsumen yang berbelanja buah lokal dan kuisioner buah impor untuk yang belanja buah impor. Metode ini digunakan untuk menggali informasi lebih banyak dan mendalam dengan responden. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 100 responden. Penentuan ini dilakukan berdasarkan syarat minimal sampel data terdistribusi normal statistik adalah 30 sampel (Umar 2000). Pengambilan contoh responden dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling, metode ini dipilih karena tidak semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi responden (Umar 2000). Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah convenience sampling, yaitu responden yang diwawancarai berdasarkan kuesioner adalah konsumen yang berbelanja di lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Teknik ini dipilih dengan alasan bahwa anggota populasinya tidak tersedia karena urutan konsumen yang datang ke Yogya Bogor Jungtion tidak diketahui dan tidak mengetahui dari mana konsumen berasal. Kriteria responden yang dipilih adalah konsumen yang pernah dan melakukan pembelian buah lokal dan impor segar serta bersedia untuk diwawancara.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan melihat variabelvariabel yang diteliti. Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Selanjutnya dalam penelitian diperlukan
17
data untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian buah lokal dan impor segar yang menjadi responden dengan metode analisis deskriptif dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah lokal dan impor segar. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 15.0 dan Microsoft Excel 2007. Menurut Umar (2000), validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuisioner dalam pengumpulan data penelitian, maka kuisioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment untuk menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total. Angka korelasi yang negatif menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak valid atau tidak konsisten dengan pernyataan yang lain, dan tidak mengukur aspek yang sama dengan yang diukur oleh pernyataan-pernyataan yang lain. Hasil pengujian validitas variabel yang melibatkan 30 responden memperlihatkan bahwa semua pertanyaan memiliki nilai r hitung > r tabel (0,361) pada α 0.1, maka instrument penelitian dikatakan valid. Uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang reliable adalah kuisioner yang apabila dicobakan secara berulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan kepada pertanyaan tingkat kepentingan pelanggan dan tingkat kepuasan pelanggan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama atau untuk mengetahui tingkat kesalahan pengukuran. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar 2000). Model yang digunakan untuk menguji Reliabilitas pada penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik Cronbanch’s alpha yaitu teknik mencari Reliabilitas melalui software SPSS 15.0 for Window dengan asumsi bila nilai α-Cronbanch hitung lebih besar dari pada 0,60 (α-Cronbanch teory), maka kuisioner dikatakan reliable. Dari perhitungan pengolahan diperoleh nilai 0,981, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam penelitian dapat dinyatakan reliable. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisis Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2005). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik konsumen yang memutuskan melakukan pembelian buah lokal dan impor segar di Yogya Bogor Junction. Data-data mengenai karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusannya diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Data-data tersebut dikelompokkan ke dalam tabel berdasarkan jawaban dari responden, kemudian data tersebut dianalisis untuk melihat hasil yang diperoleh. Karakteristik konsumen yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, jumlah anggota keluarga, dan status pernikahan.
18
Analisis Faktor Analisis faktor adalah sebuah metode peubah ganda yang bertujuan menjelaskan hubungan antara banyak variabel berkorelasi yang sulit diamati menjadi variabel yang sedikit dan berarti secara konseptual dan relatif bebas yang disebut faktor. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah variabel yang saling independent satu sama lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal. Kumpulan variabel disebut faktor, dimana faktor tersebut tetap mencerminkan variabel-variabel aslinya (Santoso dan Tjiptono 2004). Analisis ini dipilih dengan pertimbangan bahwa analisis faktor dapat menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian buah lokal dan impor segar, dengan demikian harus memperhatikan semua variabel. Variabel yang dijadikan data masukan dalam analisis faktor diperoleh dari penelitian terdahulu, dan pemikiran peneliti yang disesuaikan dengan kondisi buah lokal dan impor segar. Penelitian ini memasukkan tujuh belas variabel yang akan dianalisis yaitu kepercayaan, pekerjaan, harga, lingkungan, waktu, aroma ruangan, keinginan, tingkat pendapatan, telah mengenal dan merupakan pilihan, life style, kualitas buah, warna, bentuk, kesegaran, keragaman, kebersihan buah dan kebersihan rak display. Proses pengolahan menggunakan software SPSS 15.0. Santoso dan Tjiptono (2004) mengemukakan proses dasar dari analisis faktor adalah sebagai berikut: Pertama, Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis. Selanjutnya yang kedua, menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan Bartlett Test of Sphercity dan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kumpulan variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. KMO adalah indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan koefisien korelasi parsial, sedangkan Bartlett Test of Sphercity digunakan menguji apakah matriks tersebut merupakan matriks identitas atau bukan, karena matriks identitas tidak dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Jika angka KMO-MSA lebih besar dari 0,5 dan signifikansi kurang dari 0,05 maka variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Kemudian yang ketiga, melakukan proses inti analisis yaitu factoring atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji sebelumnya, dengan melakukan ekstraksi variabel menggunakan metode Principal Component Analysis. Proses ekstraksi menghasilkan nilai Communalities. Semakin tinggi nilai Communalities maka semakin kuat hubungan variabel mula-mula dengan faktor yang terbentuk. Ekstraksi variabel dengan metode Principal Component Analysis juga menghasilkan output yang merupakan reduksi data atau suatu proses untuk meringkas beberapa variabel awal yang diteliti menjadi beberapa faktor yang terbentuk. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada Tabel Total Variance Explained. Pada tabel terlihat beberapa faktor yang terbentuk memiliki angka eigenvalue lebih dari satu. Proses yang terakhir yaitu melakukan proses faktor rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata
19
dengan faktor lainnya. Oleh sebab itu, jika isi faktor masih diragukan maka dapat dilakukan rotasi untuk memperjelas apakah faktor-faktor yang terbentuk sudah signifikan berbeda dengan faktor lain.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah, Visi dan Misi Toserba Yogya Moral filosofi yang menjadi budaya kerja di lingkungan Yogya Group adalah jujur, setiadan rendah hati. Sedangkan motto yang dipegang oleh Yogya Group adalah “Pilihan Keluarga Bijak”. Yogya Group percaya bahwa kunci kesuksesan mereka adalah keterbukaan, kebersamaan dan profesionalisme. Dalam melakukan kegiatan bisnisnya, Yogya Group memiliki Visi “Tetap Menjadi Pilihan Utama”. Dari Visi tersebut terlihat jelas bahwa Yogya Group mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap terus bertahan dalam situasi persaingan dunia retail yang semakin kompetitif. Yogya Group juga berkeinginan untuk memberikan pelayanan yang prima bagi konsumen, sehingga menjadi pilihan utama dan dapat memenangkan persaingan dalam dunia retail. Untuk mencapai visinya, Yogya Group memiliki misi “ Setia Memenuhi Kebutuhan Masyarakat”. Langkah-langkah yang ditempuh Yogya Group dalam upaya mencapai visi dan misi tersebut antara lain : 1. Mengenal kebutuhin masyarakat 2. Bergaul akrab dengan masyarakat 3. Mengenal kebutuhan masyarakat dan memenuhinya. Guna menunjang tercapainya visi dan terlaksananya misi tersebut, seluruh karyawan harus memiliki komitmen yang kuat untuk menetapkan dan mengembangkan sistem manajemen dengan program perbaikan berkesinambungan yang menitik-beratkan kepada : 1. Ketersediaan dan kelengkapan barang berkualitas dengan harga bersaing sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Peningkatan pengelolaan dan pengembangan sumberdaya manusia 3. Atmosfir took yang bersih, aman dan nyaman 4. Kemudahan dan ketepatan informasi 5. Peningkatan kehandalan sistem.
Struktur Organisasi Perusahaan Yogya bogor Junction dikepalai seorang Store Manager dan membawahi tiga kepala bagian yaitu Chief Operational supermarket, Chief Operational Fashion serta dua orang Staff yaitu Staff General Affair dan Staff Personalia. Staff General Affair memiliki tanggung jawab atas keamanan took dan keamanan parkir yang berkordinasi dengan petugas keamanan (Sekurity) yang telah disediakan perusahaan. Disamping itu, Staff General Affair juga memiliki tanggung jawab atas kebersihan dan kerapian yang dalam prakteknya dibantu oleh Cleaning Service. Sedangkan Staff personalia memiliki fungsi yang berkaitan
20
dengan administrasi dan sebagai pusat penyedia informasi bagi konsumen yang melakukan pembelian produk-produk yang disediakan di Yogya Bogor Junction. Dalam melaksanakan fungsinya, Chief Operasional Supermarket dibantu lima orang Supervisor diantaranya Supervisor Food yang menangani produkproduk pangan, kemudian Supervisor Non-Food yang menangani produk-produk non-pangan, Supervisor GMS, Supervisor Fresh menangani kesegaran produk seperti mengawasi waktu kadaluarsa produk yang dijual di Yogya Bogor Junction, serta Supervisor Food Life yang manangani produk-produk kebutuhan sehari-hari seperti produk-produksembako, Chieff Operasional Fashion dibantu oleh empat orang supervisor diantaranya Supervisor Ladies Wear yang menangani produk pakaian wanita beserta aksesorisnya dan juga kosmetik, kemudian Supervisor Mens Wear yang menangani produk pakaian pria, Supervisor Babies and Kids yang menangani perlengkapan bayi dan pakaian anak-anak, serta Supervisor Shoes yang menangani produk-produk sepatu. Khusus untuk Supervisor Ladies Wear dibebankan tugas tambahan yang menangani pengawasan gudang, mengawasi SPG dan SPB dan sebagai wadah konsultasi bagi SPG dan SPB ketika mereka menghadapi masalah terutama masalah yang berkaitan dengan dunia kerja yang mereka hadapi. Kemudian untuk Chief Operasional Finance memiliki tanggung jawab atas arus uang dan barang serta membuat neraca keuangan yang akan dilaporkan kepusat setiap bulan dan akhir tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang dengan karakteristik umum responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan, usia, pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh, pekerjaan, pengeluaran keluarga per bulan dan jumlah anggota keluarga. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase perempuan yang berbelanja buah-buahan lebih banyak daripada laki-laki yaitu 77 persen untuk perempuan dan 23 persen laki-laki. Umumnya perempuan yang berbelanja kebutuhan seharihari sehingga ada waktu khusus yang disediakan untuk berbelanja ke Yogya Bogor Junction. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah rumah tangga yang memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan urusan konsumsi keluarga dan mengambil keputusan khususnya dalam pembelian buah segar adalah perempuan. Hasil ini sangat wajar mengingat bahwa kebiasaan perempuan lebih suka untuk berbelanja dan mencoba-coba dibandingkan laki-laki. Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase (%) 23 77 100
21
Hasil dari wawancara kuesioner penelitan menunjukkan responden buah segar di Yogya Bogor Junction sebanyak 78 orang atau 78 persen respoden yang berstatus menikah yang didominasi oleh kalangan perempuan sebanyak 77 orang dan 23 orang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan perempuan yang telah menikah memiliki tanggung jawab untuk senantiasa menjaga dan memenuhi kebutuhan keluarganya, dan menyediakan waktu khusus untuk berbelanja kebutuhan konsumsi keluarga, salah satunya adalah buah-buahan karena buah-buahan merupakan pangan pelengkap menu makan keluarga yang memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Persentase karakteristik responden berdasarkan status pernikahan secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan Status Pernikahan Menikah Belum menikah Jumlah
Laki-laki 16 7 23
Perempuan 62 15 77
Persentase (%) 78 22 100
Hasil kuisioner penelitian menunjukkan sebaran usia responden buah segar di Yogya Bogor Junction didominasi oleh kalangan usia 25-35 tahun yaitu sebesar 40 persen menunjukan responden yang produktif dengan tingkat partisipasi kerja dan memiliki penghasilan yang juga ditunjang dengan adanya latar belakang pendidikan, kemudian dilanjutkan oleh responden yang berusia 36-50 tahun sebesar 33 persen, dan responden yang berusia 19-24 tahun sebanyak 19 persen. Kelompok usia terendah yaitu responden dengan usia 51-65 tahun yaitu sebesar 8 persen. Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jumlah usia Usia 19-24 25-35 36-50 51-65 Jumlah
Persentase (%) 19 40 33 8 100
Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden diperoleh sebanyak 41 orang Akademi (Diploma), 37 orang Sarjana, 16 orang lulusan SMU, 5 orang Pasca Sarjana dan 1 orang tingakat lulusan SLTP. Dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir konsumen buah segar sangat bervariasi. Hal ini meunjukkan bahwa buah segar di Yogya Bogor Junction merupakan produk yang diminati oleh konsumen dengan berbagai tingkat pendidikan terakhir. Terdapat 78 orang responden masing-masing untuk latar belakang pendidikan terakhir yaitu diploma dan sarjana menjadi konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction . Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik sangat selektif dalam membeli suatu produk. Selain itu juga dengan semakin
22
tingginya tingkat pendidikan responden, maka kesadaran mengenai gizi dan kesehatan juga akan semakin meningkat. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir Pendidikan Terakhir SD SLTP SMU Diploma/akademi Sarjana Pasca sarjana Jumlah
Persentase (%) 1 16 41 37 5 100
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 31 orang ibu rumah tangga, 26 orang bekerja sebagai pegawai swasta , 19 orang wiraswasta, 13 orang pegawai negeri, 5 orang lainnya dan 6 orang mahasiswa. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa ibu rumah tangga memiliki waktu luang relatif lebih banyak untuk berbelanja misalnya pada waktu pukul 10.00 s/d 15.00, dibandingkan dengan yang bekerja sebagai pegawai swasta maupun pegawai negeri. Persentase responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 responden berdasarkan jenis pekerjaan Pekerjaan Mahasiswa Pegawai negri Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Lainnya Jumlah
Persentase (%) 6 13 26 19 31 5 100
Pengeluaran konsumen setiap bulan merupakan karakteristik yang paling dominan karena besarnya pengeluaran merupakan representasi dari pemasukan yang diterima seseorang, jika semakin besar pemasukan maka semakin besar pula kepuasaan konsumen. Pengeluaran antara selang Rp 2.500.001-Rp 4.000.000 yaitu sebesar 33 persen memiliki persentase tertinggi yang diikuti dengan pengeluaran yang lebih dari Rp 6.000.000 sebesar 28 persen. Rp 2.500.001-Rp 4.000.000 yaitu sebesar 24 persen dan pengeluaran dengan persentase terendah yaitu antara selang Rp 1.000.001- Rp 2.500.000 sebesar 15 persen. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Tabel 9.
23
Tabel 9 Responden berdasarkan Pengeluaran per Bulan Pengeluaran per Bulan Kurang dari Rp 1.000.000 Rp 1.000.001 – Rp 2.500.000 Rp 2.500.001 – Rp 4.000.000 Rp 4.000.001 – Rp 6.000.000 Lebih dari Rp 6.000.000 Jumlah
Persentase (%) 15 24 33 28 100
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa segmen pasar dari buah segar di Yogya Bogor Junction adalah kalangan menengah ke atas. Hal ini merupakan peluang bagi Yogya Bogor Junction untuk meningkatkan penjualan buah segar. Yogya Bogor Junction dapat meminta supplier untuk mengirim produk buah segar yang berkualitas baik, yang lebih beragam, dan ketersediaan yang berkelanjutan agar konsumen tertarik untuk terus membeli buah impor segar di Yogya Bogor Junction. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4-6 orang yaitu sebesar 51 persen. Konsumen yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 1-3 orang yaitu sebesar 42 persen, dan jumlah konsumen yang memiliki jumlah anggota keluarga tujuh orang yaitu sebanyak tujuh orang. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui banyaknya jumlah anggota dalam keluarga mempengaruhi keuangan seseorang, sehingga dalam melakukan pembelian juga didasarkan pada kemampuan keuangannya. Tabel 10 Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga 1-3 orang 4-6 orang 7 orang Jumlah
Persentase (%) 42 51 7 100
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Yogya Bogor Junction dalam Pembelian Buah Segar Faktor- faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian buah segar dianalisis menggunakan analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit. Dalam penelitian ini menggunakan perhitungan komputer Microsoft Exel dan software SPSS versi 15,00.
24
Analisis Faktor pada Buah Lokal Langkah pertama dari Analisis Faktor adalah melakukan uji kelayakan terhadap variabel asal dengan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Apabila nilai indeks tertinggi (berkisar antara 0,5 – 1,0), maka analisis faktor layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh angka KMO sebesar 0,899 dan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut karena analisis faktor dikatakan layak untuk dilakukan bila nilai KMO berada antara 0,5 hingga 1,0 dan signifikasi yang lebih kecil dari nilai α (0,000<0,5) ( Lampiran 4). Tabel 11 menunjukkan nilai MSA dari tujuh belas variabel. Dalam perhitungan tabel Anti-Image Matrices pada bagian Anti-Image correlation tidak ditemukan peubah yang memiliki nilai MSA (angka korelasi yang bertanda “a”) di bawah 0,5 (Lampiran 4). Dengan demikian tidak ada variabel yang akan dibuang dan variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut, sehingga tidak diperlukan lagi pengujian ulang untuk analisis faktor tersebut. Tabel 11 Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dari 17 variabel buah lokal Variabel Kepercayaan dan adat istiadat Pekerjaan dan pendidikan Harga buah lokal Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan dan kebutuhan Tingkat pendapatan Telah menenal dan pilihan Life style Kualitas buah lokal Warna buah lokal Bentuk buah lokal Kesegaran buah lokal Keragaman buah lokal Kebersihan buah lokal Kebersihan rak display
Nilai MSA 0,947 0,936 0,835 0,886 0,963 0,924 0,823 0,888 0,927 0,904 0,831 0,905 0,940 0,889 0,912 0,928 0,860
Langkah selanjutnya yaitu melakukan ekstraksi kesimpulan variabel atau peubah yang ada, sehingga akan terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ini adalah Principal Component Analysis. Setelah proses ekstraksi dilakukan, maka akan diperoleh nilai communalities (Lampiran 3). Pada Tabel 12 dapat dilihat urutan nilai communality masing-masing variabel.
25
Tabel 12 Nilai variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen berdasarkan urutan pada buah lokal Variabel Kualitas buah lokal Tingkat pendapatan Pekerjaan dan pendidikan Kesegaran buah lokal Warna buah lokal Lingkungan Keragaman buah lokal Telah mengenal dan pilihan Life style Harga buah lokal Bentuk buah lokal Aroma ruangan Waktu Kepercayaan dan adat istiadat Keinginan dan kebutuhan Kebersihan buah lokal Kebersihan rak display
Nilai Communality Buah Lokal 0,917 0,909 0,895 0,894 0,892 0,875 0,870 0,868 0,866 0,834 0,824 0,785 0,783 0,774 0,749 0,745 0,697
Variabel kualitas buah memiliki angka communalities sebesar 0,917. Hal ini berarti bahwa sekitar 91,7 persen keragaman variabel kualitas buah dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Demikian pula untuk variabel tingkat pendapatan memiliki angka communalities sebesar 0,909. Hal ini berarti bahwa sekitar 90,9 persen keragaman variabel tingkat pendapatan dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Kualitas buah merupakan variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli buah Lokal karena konsumen menyukai buah Lokal segar yang berkualitas. Tingkat pendapatan merupakan variabel kedua yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian buah lokal. Tabel 12 menunjukkan nilai communalities dari tujuh belas variabel berdasarkan urutan. Semakin besar nilai communalities suatu variabel, maka semakin erat hubungannya dengan komponen-komponen utama yang terbentuk. Dengan demikian, pertimbangan responden terhadap variabel kualitas buah sangat dipengaruhi terhadap enam belas responden lainnya dalam memutuskan pembelian buah Lokal segar. Pengolahan data terhadap tujuh belas variabel asal buah lokal dengan menggunakan analisis faktor metode ekstraksi komponen utama (Principal Component), menghasilkan dua komponen utama. Hasil analisis tersebut disajikan pada table Total Variance Explained (Lampiran 3) yang telah sesuai dengan ketentuan, bahwa suatu komponen faktor yang optimal harus memiliki angka eigenvalues diatas satu. Kedua komponen utama tersebut mampu menerangkan keragaman data sebesar 83,4 persen. Pengelompokan variabel asal kedalam komponen utama dilihat dari nilai loading atau nilai korelasi yang dipilih berdasarkan angka mutlak terbesar. Komponen-komponen faktor yang terbentuk pada tahap ini masih berpengaruh erat satu sama lain sehingga dilakukan proses
26
rotasi (Rotated Component Matrix). Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian buah segar lokal dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian buah-buahan segar lokal Faktor Komponen
Eigenvalues
Variance (%)
Komponen utama I
12.680
74.586
Komponen utama II
1.498
8.814
Variable Asal Pekerjaan pendidikan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Life style Berkualitas Bentuk Kesegaran Kepercayaan Mengenal Warna Keragaman Kebersihan buah Kebersihan rak
Nilai Loading 0.750 0.723 0.894 0.714 0.791 0.686 0.763 0.755 0.938 0.647 0.912 0.691 0.840 0.866 0.898 0.734 0.813
1) Faktor Pertama Faktor komponen utama yang paling dipertimbangkan dalam pembelian buah-buahan segar lokal di Yogya Bogor Junction didukung oleh variabelvariabel seperti kualitas buah, kesegaran buah, lingkungan, aroma ruangan, tingkat pendapatan, life style, pekerjaan dan pendidikan, harga, waktu, bentuk buah dan keinginan. Faktor ini memiliki eigenvalues terbesar yaitu sebesar 12,680 diantara faktor yang lain, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling dipentingkan serta mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian buah lokal segar. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 74,586 persen. 2) Faktor Kedua Faktor komponen utama kedua dapat menjelaskan keragaman tujuh belas variabel sebesar 8,814 persen dengan eigenvalues sebesar 1,498. Faktor ini mencangkup enam variabel yang merupakan faktor pendukung yaitu keragaman buah, warna buah, telah mengenal buah yang merupakan pilihan, kebersihan rak display buah, kebersihan buah dan kepercayaan.
27
Analisis Faktor pada Buah Impor Langkah pertama dari Analisis Faktor adalah melakukan uji kelayakan terhadap variabel asal dengan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Apabila nilai indeks tertinggi (berkisar antara 0,5 – 1,0), maka analisis faktor layak untuk dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh angka KMO sebesar 0,893 dan signifikasi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut karena analisis faktor dikatakan layak untuk dilakukan bila nilai KMO berada antara 0,5 hingga 1,0 dan signifikasi yang lebih kecil dari nilai α (0,000<0,5) (Lampiran 4). Tabel 14 menunjukkan nilai MSA dari tujuh belas variabel. Dalam perhitungan tabel Anti-Image Matrices pada bagian Anti-Image correlation tidak ditemukan peubah yang memiliki nilai MSA (angka korelasi yang bertanda “a”) di bawah 0,5 (Lampiran 4). Dengan demikian tidak ada variabel yang akan dibuang dan variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut, sehingga tidak diperlukan lagi pengujian ulang untuk analisis faktor tersebut. Tabel 14 Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dari 17 variabel buah Impor Variabel Kepercayaan dan adat istiadat Pekerjaan dan pendidikan Harga buah lokal Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan dan kebutuhan Tingkat pendapatan Telah menenal dan pilihan Life style Kualitas buah lokal Warna buah lokal Bentuk buah lokal Kesegaran buah lokal Keragaman buah lokal Kebersihan buah lokal Kebersihan rak display
Nilai MSA 0,906 0,883 0,934 0,903 0,955 0,902 0,958 0,822 0,928 0,939 0,824 0,852 0,855 0,933 0,848 0,872 0,929
Langkah selanjutnya yaitu melakukan ekstraksi kesimpulan variabel atau peubah yang ada, sehingga akan terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ini adalah Principal Component Analysis. Setelah proses ekstraksi dilakukan, maka akan diperoleh nilai communalities (Lampiran 4). Pada Tabel 15 dapat dilihat urutan nilai communality masing-masing variabel.
28
Tabel 15 Nilai variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen berdasarkan urutan pada buah impor Variabel Keragaman buah impor Kualitas buah impor Telah mengenal dan pilihan Kebersihan buah impor Lingkungan Pekerjaan dan pendidikan Kesegaran buah impor Harga buah impor Life style Tingkat pendapatan Keinginan dan kebutuhan Bentuk buah impor Kebersihan rak display Waktu Warna buah impor Kepercayaan dan adat istiadat Aroma ruangan Harga
Nilai Communality Buah Lokal 0,918 0,904 0,900 0,898 0,887 0,884 0,871 0,867 0,843 0,823 0,821 0,793 0,784 0,773 0,718 0,676 0,667
Variabel keragaman buah memiliki angka communalities sebesar 0,918. Hal ini berarti bahwa sekitar 91,8 persen keragaman variabel keragaman buah dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Demikian pula untuk variabel kualitas buah memiliki angka communalities sebesar 0,904. Hal ini berarti bahwa sekitar 90,4 persen keragaman variabel kualitas buah dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Keragaman buah merupakan variabel yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli buah impor karena dengan beragam atau lebih banyaknya jenis buah impor akan memudahkan konsumen untuk membeli buah-buahan tersebut.. Kualitas buah merupakan variabel kedua yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian buah impor. Tabel 15 menunjukkan nilai communalities dari tujuh belas variabel berdasarkan urutan. Semakin besar nilai communalities suatu variabel, maka semakin erat hubungannya dengan komponen-komponen utama yang terbentuk. Dengan demikian, pertimbangan responden terhadap keragaman buah sangat dipengaruhi terhadap enam belas responden lainnya dalam memutuskan pembelian buah impor segar. Pengolahan data terhadap tujuh belas variabel asal buah impor dengan menggunakan analisis faktor metode ekstraksi komponen utama (Principal Component), menghasilkan dua komponen utama. Hasil analisis tersebut disajikan pada table Total Variance Explained ( Lampiran 5) yang telah sesuai dengan ketentuan, bahwa suatu komponen faktor yang optimal harus memiliki angka eigenvalues diatas satu. Kedua komponen utama tersebut mampu menerangkan keragaman data sebesar 82,962 persen. Pengelompokan variabel asal kedalam komponen utama dilihat dari nilai loading atau nilai korelasi yang dipilih berdasarkan angka mutlak terbesar. Komponen-komponen faktor yang terbentuk pada tahap ini masih berpengaruh erat satu sama lain sehingga dilakukan proses
29
rotasi (Rotated Component Matrix). Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian buah segar impor dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Komponen utama yang dipertimbangkan dalam proses keputusan pembelian buah-buahan segar impor Faktor Komponen
Eigenvalues
Variance %
Komponen utama I
12.605
74.148
Komponen utama II
1.422
8.814
Variable Asal Lingkungan Waktu Keragaman Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Kepercayaan Pekerjaan pendidikan Harga Mengenal Life style Aroma ruangan Kebersihan buah Kebersihan rak
Nilai Loading 0.784 0.865 0.653 0.775 0.693 0.913 0.651 0.717 0.916 0.729 0.695 0.584 0.919 0.654 0.900 0.868 0.826
1) Faktor Pertama Faktor komponen utama pertama didukung oleh variabel-variabel kesegaran buah, kualitas buah, waktu yang disediakan, lingkungan, keinginan dan kebutuhan, bentuk buah, tingkat pendapatan, keragaman buah dan warna buah. Faktor ini memiliki eigenvalues terbesar dibandingkan yang lain yaitu 12,605, sehingga dapat disimpulkan faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian buah impor segar. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 74,147 persen. Semakin besar eigenvalues yang diperoleh maka komponen tersebut yang paling dipertimbangkan dibandingkan dengan faktor lain. 3) Faktor Kedua Faktor komponen utama kedua dapat menjelaskan keragaman tujuh belas variabel sebesar 8,814 persen dengan eigenvalues sebesar 1,422. Faktor ini mencangkup delapan variabel yang merupakan faktor pendukung yaitu telah mengenal buah tersebut dan merupakan pilihan, aroma ruangan, kebersihan buah, kebersihan rak display buah, kepercayaan, pekerjaan, life style dan harga buah.
30
Keputusan Pembelian Keputusan pembelian yang dilakukan oleh seorang konsumen dalam membeli buah segar melibatkan sebuah proses yang dinamakan proses keputusan pembelian. Proses pembelian terjadi karena adanya tahap-tahap yang harus dilalui oleh konsumen sebelum konsumen tersebut mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Tahap-tahapan dari proses keputusan pembelian buah segar yaitu, pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, proses keputusan pembelian buah impor segar dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. Pengenalan kebutuhan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa responden lebih memilih buah-buahan impor sebanyak 62 persen daripada buah-buahan lokal yaitu 38 persen. Hal ini dikarenakan ketersediaan buah impor di Yogya Bogor Junction lebih banyak dan beragam sehingga konsumen bebas memilih buah yang diinginkan, selain itu ada sekelompok konsumen yang mempertimbangkan faktor warna buah, bentuk buah dan kesegaran buah dalam memutuskan pembelian buah impor segar. Sebaran responden berdasarkan jenis buah yang dibeli dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan jenis buah yang lebih sering dibeli di yogya bogor junction Jenis Buah Buah Lokal Buah Impor Jumlah
Persentase (%) 38 62 100
Ada berbagai alasan responden memilih buah lokal. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan seperti faktor harga. Responden lebih banyak memilih buah lokal dikarenakan harga buah lokal lebih murah sebanyak 42 persen. Selain itu, ada berbagai alasan lainnya berdasarkan pribadi masing-masing responden sebanyak 21 persen. Selain itu sebanyak 16 persen mengatakan karena tidak suka buah impor. Keputusan memilih buah lokal juga dipengaruhi oleh ketersediaan yang lebih banyak dan beragam dengan jumlah responden sebanyak 13 persen. Penampilan/kemasan menarik juga mempengaruhi keputusan responden dalam memilih buah lokal sebanyak 3 persen.
31
Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan alasan memilih buah lokal Alasan Memilih Buah Lokal Buah Lokal lebih murah Ketersediaan buah lokal lebih banyak dan beragam Penampilan/kemasan menarik Tidak suka buah impor Lainnya, sebutkan Jumlah
Persentase (%) 42 13 8 16 21 100
Banyak alasan responden memilih buah impor dibandingkan buah lokal. Alasan utama responden memilih buah impor adalah karena ketersediaan yang lebih banyak dan beragam dengan jumlah responden sebanyak 66 persen. Buah impor juga memiliki penampilan/kemasan yang menarik sehingga mempengaruhi 19 persen responden untuk membeli. Selain itu, harga buah impor yang lebih murah dipilih 7 persen responden sebagai alasan. Alasan karena adanya Gengsi/gaya hidup memiliki 5 persen responden dan 3 persen responden memiliki alasan lainnya. Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan alasan memilih buah impor Alasan Memilih Buah Impor Buah Impor lebih murah Ketersediaan buah impor lebih banyak dan beragam Penampilan/kemasan menarik Gengsi/gaya hidup Lainnya, sebutkan Jumlah
Persentase (%) 7 66 19 5 3 100
Berdasarkan manfaat yang diinginkan, sebanyak 74 persen responden mengkonsumsi buah segar untuk menunjang kesehatan. Buah segar juga dijadikan pelengkap menu makan keluarga dengan jumlah responden 18 persen. Responden juga mengkonsumsi buah segar untuk pemicu selera makan dengan jumlah responden 5 persen. Alasan lainnya dipilih 3 persen responden dalam mengkonsumsi buah segar. Sebaran responden berdasarkan manfaat yang diinginkan dengan mengonsumsi buah segar secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan manfaat yang diinginkan dengan mengonsumsi buah segar Manfaat yang Diinginkan Menunjang untuk kesehatan Sebagai pemicu selera makan Pelengkap menu makan keluarga Lainnya, sebutkan Jumlah
Persentase (%) 74 5 18 3 100
32
Pada Tabel 20 menunjukkan berbagai manfaat buah-buahan segar yang dicari oleh responden. Responden yang mengkonsumsi buah-buahan segar sebagian besar mencari manfaat untuk menunjang kesehatan tubuh yang mana juga merupakan faktor kualitas buah. Hal ini dikarenakan responden buah segar di Yogya Bogor Junction adalah kalangan muda dan dewasa dengan usia produktif yang telah menikah dan memiliki keluarga. Karakteristik konsumen ini akan mempengaruhi responden dalam menentukan manfaat yang diperoleh ketika mengkonsumsi suatu produk, Dalam penelitian ini adalah mempertimbangkan kesehatan yang dapat diberikan oleh buah segar. Pencarian Informasi Para responden mendapatkan informasi ketersediaan buah segar di Yogya Bogor Junction dari berbagai sumber. Sebagian besar mengetahui informasi sendiri dengan jumlah reponden 43 persen. Teman juga memiliki kontribusi sebanyak 25 persen dalam memberikan informasi buah segar di Yogya Bogor Junction. Adanya informasi di media cetak juga mempengaruhi 11 persen responden dalam membeli buah segar di tempat ini. Toko/pedagang juga memiliki 5 persen responden dalam mendapatkan informasi. Untuk lebih jelas bias dilihat di Table 21 Tabel 21 Sebaran Responden berdasarkan informasi tentang buah segar di yogya bogor junction Informasi Buah Segar di Yogya Bogor Junction Keluarga Teman Toko/pedagang Media cetak Sendiri Jumlah
Persentase (%) 16 25 5 11 43 100
Berdasarkan hasil penelitian 43 persen responden mengetahui informasi sendiri tentang buah segar di Yogya Bogor Junction, ini karena faktor lingkungan responden yang kebanyakan bertempat tinggal didekat Yogya Bogor Junction dan sering melewati Yogya Bogor Junction sehari-harinya. Sebanyak 25 persen responden mengetahui informasi dari teman, seperti ibu-ibu rumah tangga yang biasa mengantarkan dan menjemput anaknya yang bersekolah dan kursus belajar di sekitar Yogya Bogor Junction. Pada Tabel 22 terdapat hal yang paling diperhatikan responden dari informasi diatas yaitu sebesar 46 persen responden menjawab kualitas produk yang ditawarkan, 40 persen responden mengatakan lokasi yang mudah dicapai, 11 persen responden mempertimbangkan berdasarkan harga dan 3 persen berdasarkan fasilitas yang ditawarkan di Yogya Bogor Junction.
33
Tabel 22 Hal yang paling diperhatikan responden berdasarkan informasi tersebut Dasar Pertimbangan Harga Lokasi yang mudah dicapai Fasilitas yang ditawarkan Kualitas produk yang ditawarkan Jumlah
Persentase (%) 11 40 3 46 100
Hal ini dikarenakan konsumen membutuhkan buah-buahan segar dengan kualitas buah yang baik sehingga dapat dikonsumsi dan memperoleh manfaat kesehatan setelah mengkonsumsinya. Hal ini juga menunjukkan bahwa responden buah segar di Yogya Bogor Junction adalah perempuan yang telah menikah dan sebagai ibu rumah tangga yang berbelanja kebutuhan keluarga untuk menyediakan buah-buahan segar. Oleh karena itu, Yogya Bogor Junction perlu mempertahankan kualitas dan kuantitas buah segar agar dapat disediakan kepada konsumen. Berdasarkan penelitian, pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa mayoritas responden mendapatkan informasi mengenai buah-buahan segar adalah sumber informasi dari keluarga yaitu sebesar 55 persen. Kemudian urutan selanjutnya adalah sumber informasi dari teman sebesar 27 persen. Selain itu informasi mengenai buah-buahan segar juga diperoleh dari media cetak 19 persen dan pedagang sebesar 14 persen. Tabel 23 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi yang mempengaruhi pembelian buah segar Sumber Informasi Keluarga Teman Toko/pedagang Media cetak Jumlah
Persentase (%) 55 27 14 19 100
Keluarga adalah sumber informasi yang paling mempengaruhi responden dalam membeli buah-buahan segar Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif merupakan tahapan ketiga dalam proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen jika konsumen telah memiliki informasi yang cukup tentang hal-hal yang berhubungan dengan produk yang akan dibeli . Pada tahap ini konsumen mengevaluasi pilihan yang sesuai dengan manfaat yang diharapkan hingga mendapatkan alternatif yang dipilih Dasar pertimbangan dalam pembelian buah impor segar dapat dilihat pada Tabel 24. Dasar pertimbangan dalam pembelian yaitu, atribut fisik buah 31 persen, dekat dengan tempat tinggal 28 persen, kenyamanan berbelanja 24 persen, ketersediaan buah 11 persen dan harga 6 persen. Atribut fisik buah menjadi dasar pertimbangan yang penting oleh konsumen dalam membeli buah segar, karena
34
konsumen menginginkan buah segar tetap dalam kondisi yang baik untuk dikonsumsi. Tabel 24 Sebaran responden berdasarkan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pembelian Dasar Pertimbangan Harga Atribut fisik buah Dekat dengan tempat tinggal Ketersediaan buah Kenyamanan berbelanja Lainnya, sebutkan Jumlah
Persentase (%) 6 31 28 11 24 100
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden melakukan pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction karena atribut fisik buah, seperti faktor warna buah, kesegaran, bentuk dan kebersihan buah. Pada Tabel 25 dapat dilihat Sebaran Responden berdasarkan alternatif tempat lain sebelum memutuskan untuk Mengunjungi Yogya Bogor Junction. Sebanyak 70 persen menjawab iya dan 30 persen lainnya menjawab tidak. Tabel 25 Sebaran responden berdasarkan alternatif tempat lain sebelum memutuskan untuk mengunjungi yogya bogor junction Alternatif Tempat Lain Ya Tidak Jumlah
Persentase (%) 70 30 100
Pada Tabel 26 dibawah dapat dilihat sikap konsumen ketika terjadi kenaikan harga di Yogya Bogor Junction, 76 persen responden akan tetap membeli buahbuahan dan 24 persen lainnya tidak jadi membeli. Buah-buahan segar memiliki fluktuasi harga yang mana bila terjadi penurunan harga atau diskon biasanya konsumen akan membeli buah-buahan tersebut dalam jumlah banyak dibandingkan ketika harga biasa. Kenaikan harga pada buah-buahan segar ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap pembelian buah-buah segar yang mungkin disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah-buahan segar untuk tubuh. Hal ini juga dikarenakan faktor tingkat pendapatan dan kebutuhan konsumen akan buah segar.
35
Tabel 26 Sebaran responden jika terjadi kenaikan harga buah-buahan segar di yogya bogor junction Cara Pembelian Tetap akan membeli Tidak jadi membeli Jumlah
Persentase (%) 76 24 100
Keputusan Pembelian Tahapan keempat dari proses keputusan pembelian adalah tahap keputusan itu sendiri. Setelah tahap-tahap yang telah dijelaskan sebelumnya dilakukan maka konsumen memutuskan alternatif yang telah diperoleh untuk dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian responden yang berbelanja buah segar di Yogya Bogor Junction, responden yang membeli buah secara terencana sebanyak 23 persen, tergantung situasi sebanyak 45 persen dan secara mendadak sebanyak 32 persen. Sebaran responden berdasarkan cara pembelian buah segar secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Sebaran responden berdasarkan cara pembelian buah segar Cara Pembelian Terencana Tergantung situasi Mendadak Jumlah
Persentase (%) 23 45 32 100
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa sebagian responden melakukan pembelian buah segar tergantung situasi, maksudnya mereka membeli ketika persediaan buah-buahan segar dirumah sudah habis dan ini juga didukung dengan faktor waktu yang disediakan untuk buka di Yogya Bogor Junction relatif lebih banyak. Loyalitas responden terhadap buah-buahan segar dikatakan masih tinggi karena jika responden tidak menemukan buah segar yang diinginkan maka 64 persen akan membeli jenis buah lain hal ini dikarenakan besarnya faktor keingina dan kebutuhan akan buah segar yang juga ditunjang oleh tingkat pendapatan sehingga konsumen akan membeli jenis buah lain, 27 persen responden akan mencari tempat lain dan 9 persen responden tidak jadi membeli. Ketersediaan buah segar yang diinginkan oleh konsumen sangat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, apabila buah segar yang diinginkan tidak tersedia di Yogya Bogor Junction, maka konsumen akan memilih membeli jenis buah segar yang lain. Lebih rinci bisa dilihat pada Tabel 28.
36
Tabel 28 Sebaran sikap responden apabila buah segar yang diinginkan tidak tersedia Sikap Responden Mencari alternatif tempat lain Membeli jenis buah lain Tidak jadi membeli Lainnya, sebutkan Jumlah
Persentase (%) 27 64 9 100
Dalam melakukan pembelian, setiap responden memiliki frekuensi yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki intensitas konsumsi buah segar yang cukup rendah, yaitu sebanyak 2 – 3 kali dalam sebulan sebanyak 44 persen dan 4-5 kali pembelian sebanyak 29 persen, lebih dari 6 kali sebanyak 14 persen dan satu kali sebulan sebanyak 13 persen. Hal ini dikarenakan responden buah segar di Yogya Bogor Junction adalah perempuan yang telah menikah, dimana responden datang berbelanja buah segar bersama keluarganya yaitu saat akhir petang. Tabel 29 Sebaran responden berdasarkan frekuensi pembelian Frekuensi Pembelian 1 kali 2-3 kali 4-5 kali Lebih dari 6 kali Jumlah
Persentase (%) 13 44 29 14 100
Pasca Pembelian Pasca pembelian adalah tahap terakhir dari proses keputusan pembelian. Pasca pembelian mengevaluasi tingkat kepuasan konsumen terhadap alternatif yang telah dipilih apakah memenuhi harapan atau tidak. Selain itu tahap ini juga mengevaluasi tingkat kepuasan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk. Dari hasil penelitian diperoleh 64 persen responden yang langsung mengkonsumsi buah segar dan 36 persen responden yang menyimpan buah segar di kulkas sebelum dikonsumsi. Sebaran responden berdasrkan tindakan konsumen terhadap buah-buahan segar dapat dilihal pada Tabel 30. Tabel 30 Sebaran responden berdasarkan tindakan konsumen terhadap buahbuahan segar setelah melakukan pembelian Tindakan Konsumen Setelah Membeli Buah Langsung dikonsumsi Disimpan di kulkas Jumlah
Persentase (%) 64 36 100
Dari Tabel 31 terlihat bahwa lebih dari setengah responden yaitu sebesar 78 persen yang menjawab puas, tetapi 22 persen yang menyatakan biasa saja
37
terhadap produk buah-buahan segar di Yogya Bogor Junction. Dari hasil tabel tersebut bahwa tidak ada responden yang menyatakan tidak puas terhadap produk buah-buahan segar, hal ini membuktikan bahwa buah-buahan segar cukup diterima oleh konsumen dan juga dikarenakan faktor keragaman buah, bentuk buah, kesegaran buah, kebersihan buah dan kebersihan rak display buah yang diberikan Yogya Bogor Junction sehingga sebagian besar konsumen menyatakan puas dan tidak ada yang menyatakan tidak puas terhadap pembelian buah segar. Tabel 31 Sebaran responden berdasarkan sikap konsumen pasca pembelian Tingkat Kepuasan
Persentase (%) 78 22 100
Puas Biasa saja Tidak Puas Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebanyak 95 persen responden yang berniat membeli kembali buah-buahan segar, hal ini dikarenakan faktor keinginan dan kebutuhan akan mengkonsumsi buah segar dan hanya terdapat 5 persen responden yang tidak berniat melakukan pembelian ulang, hal ini terjadi karena responden merasa kurang puas atau biasa saja terhadap produk buah-buahan segar. Tabel 32 Niat responden untuk melakukan pembelian ulang buah-buahan segar Niat Melakukan Pembelian Ulang Ya Tidak Total
Persentase (%) 95 5 100
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik mayoritas konsumen buah segar di Yogya Bogor Junction adalah ibu rumah tangga yang berusia antara dua puluh lima hingga tiga puluh lima tahun, berstatus sudah menikah, dan memiliki jumlah anggota keluarga empat sampai enam orang dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma dan sebagian besar responden memiliki pengeluaran per bulan untuk konsumsi yaitu antara empat juta hingga enam juta rupiah. Hasil yang diperoleh dari analisis faktor yaitu terbentuk dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap buah impor maupun buah lokal dan semua faktor tersebut masuk kedalam faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian buah segar. Pada buah lokal faktor pertama terdiri dari kualitas buah, kesegaran buah, lingkungan, pekerjaan dan pendidikan, harga, waktu, aroma ruangan, keinginan, tingkat pendapatan, life
38
style dan bentuk buah. Sedangkan pada faktor kedua pendukung yaitu keragaman buah, warna buah, telah mengenal buah yang merupakan pilihan, kebersihan rak display buah, kebersihan buah dan kepercayaan. Pada buah impor faktor pertama terdiri dari kesegaran buah, kualitas buah, waktu yang disediakan, lingkungan, keinginan dan kebutuhan, bentuk buah, tingkat pendapatan, keragaman buah dan warna buah. Faktor kedua merupakan pendukung yaitu telah mengenal buah tersebut dan merupakan pilihan, aroma ruangan, kebersihan buah, kebersihan rak display buah, kepercayaan, pekerjaan, harga buah dan life style. Berdasarkan penelitian pada tahapan-tahapan proses keputusan pembelian untuk pengenalan kebutuhan adalah kosumen lebih banyak membeli buah impor dibandingkan buah lokal karna ketersediaan buah impor yang lebih banyak dan beragam dan juga penampilannya yang menarik dengan manfaat yang dicari untuk sumber kesehatan. Pada tahap pencarian informasi, informasi utama berasal dari diri sendiri karena lokasi yang mudah dicapai. Pada tahap evaluasi alternatif dasar pertimbangan utama dalam membeli buah segar di Yogya Bogor Junction adalah dekat dengan tempat tinggal dan apabila harga buah-buahan segar mengalami kenaikan konsumen akan tetap membeli. Pada tahap keputusan pembelian, cara pembelian buah segar adalah tergantung situasi dan alternatif, jika buah tidak tersedia maka akan membeli buah segar yang lain. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, tindakan terhadap buah setelah dibeli yaitu langsung dikonsumsi, sikap konsumen pasca pembelian adalah puas, dan konsumen berniat kembali untuk melakukan pembelian buah segar di Yogya Bogor Junction.
Saran Yogya Bogor Junction perlu mempertahankan dan meningkatkan kualitas buah segar terutama atribut fisik buah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden memutuskan membeli buah dengan mempertimbangkan kesegaran buah dan bentuk buah.
DAFTAR PUSTAKA Agrofarm. 2011. Awas Buah Impor Beracun. Informasi Agribisnis. 14: 6-12. Delita, N. 2008. Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Segar pada Supermarket Foodmart di Plaza Ekalokasari Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Engel JF, Blackwel, Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid 1 Jakarta: Bina Rupa Aksara. Eveline, R. 1998. Analisis Perilaku Konsumsi Buah Segar Konsumen Rumah Tangga dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus di Kotamadya Jakarta Timur). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harmini. 2009. Modul Mata Kuliah Metode Kuantitatif Bisnis I. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
39
Harnasari, A. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory Shop Bogor. [Skripsi]. Bogor: Falkutas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milineum Jilid I. Jakarta: PT Prenhalindo Lubis, S. K. 2012. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pembelian BuahBuahan Segar Di Giant Taman Yasmin. [Skripsi]. Bogor: Falkutas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Marunduri, V. 2012. Analisis Keputusan Pembelian Buah Import Segar Dan Bauran Pemasaran di Giant Botani Square Bogor dan Implikasinya untuk Pengembangan Buah Lokal. [Skripsi]. Bogor: Falkutas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Patiroi, A.I. 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Buah-Buahan Segar di Swalayan Surya Indah (Studi Kasus di Bone Provinsi Sulawesi Selatan). [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rukmana, R. 2008. Bertanam Buah-Buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius. Santoso, S dan Tjiptono F. 2004. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sanusi, SY. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Bubble Tea : Kasus di Kotamadya Jakarta Selatan. [Skripsi]. Bogor: Falkutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Bogor: PT. Ghalia Indonesia. Sunarjono, H. 2004. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wirakusuma, I. P. G. 2006. Analisis Perilaku Konsumen Kopi Banyuatis serta Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran (Kasus di Perusahaan Kopi Banyuatis, Bali). [Skripsi]. Bogor: Falkutas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
40
Lampiran 1 Uji validitas Item-Total Statistics
Kepercayaan Pekerjaan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Mengenal Life style Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Keragaman kebersihan buah Kebersihan rak
Scale Mean if Item Deleted 63,7667 61,7333 61,4333 61,5667 61,7333 61,5000 60,9000 62,1333 61,2667 61,9667 60,9667 61,2000 61,1667 61,0333 61,1667 61,0333 61,3000
Scale Variance if Item Deleted 90,116 83,995 89,909 87,633 86,685 89,431 91,334 90,809 94,064 87,620 92,516 91,614 90,213 91,344 91,178 92,792 97,114
Corrected Item-Total Correlation ,829 ,930 ,888 ,912 ,924 ,874 ,857 ,908 ,830 ,903 ,849 ,888 ,902 ,890 ,899 ,849 ,665
Cronbach's Alpha if Item Deleted
,980 ,979 ,979 ,979 ,979 ,979 ,979 ,979 ,980 ,979 ,980 ,979 ,979 ,979 ,979 ,980 ,982
41
Lampiran 2 Uji reliabilitas
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 100,0 ,0 100,0
30 0 30
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,981
N of Items 17
42
Lampiran 3 Hasil analisis faktor buah lokal KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
,899 1437.000
Df
136
Sig.
,000
Anti-Image-Matrices Anti-image Matrices
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Kepercayaan L Pekerjaan pendidikan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Mengenal Life style Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Keragaman Kebersihan buah Kebersihan rak Kepercayaan L Pekerjaan pendidikan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Mengenal Life style Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Keragaman Kebersihan buah Kebersihan rak
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Kepercayaan L ,098 -,012 ,006 -,011 -,021 ,004 -,015 ,004 ,003 ,000 ,001 -,004 -,029 ,010 ,003 ,007 -,035 ,947a -,164 ,177 -,138 -,192 ,050 -,356 ,077 ,038 ,003 ,024 -,066 -,360 ,150 ,023 ,057 -,270
Pekerjaan pendidikan -,012 ,057 ,002 -,007 -,020 ,004 -,002 -,016 -,006 -,005 ,014 ,003 ,004 -,018 ,014 -,031 ,010 -,164 ,936a ,092 -,119 -,242 ,068 -,073 -,407 -,103 -,104 ,325 ,061 ,059 -,359 ,164 -,350 ,099
Harga Lingkungan ,006 -,011 ,002 -,007 ,011 ,003 ,003 ,062 -,002 ,010 -,018 -,015 -,013 -,004 ,000 ,017 ,001 ,004 -,001 -,034 ,007 -,024 -,004 -,008 -,012 ,003 -,009 ,002 ,005 -,011 ,011 ,004 -,004 ,027 ,177 -,138 ,092 -,119 ,835a ,120 ,120 ,886a -,055 ,118 -,615 -,216 -,916 -,108 -,015 ,408 ,039 ,065 -,042 -,629 ,361 -,529 -,200 -,146 -,428 ,050 -,419 ,043 ,128 -,125 ,274 ,042 -,093 ,268
Waktu -,021 -,020 -,002 ,010 ,117 -,001 ,004 ,004 ,003 -,010 -,003 -,003 ,006 -,019 ,008 ,011 -,047 -,192 -,242 -,055 ,118 ,963a -,012 ,091 ,062 ,038 -,132 -,052 -,048 ,069 -,263 ,063 ,085 -,332
Aroma Keinginan Tingkat ruangan kebutuhan pendapatan Mengenal Life style Berkualitas ,004 -,015 ,004 ,003 ,000 ,001 ,004 -,002 -,016 -,006 -,005 ,014 -,018 -,013 ,000 ,001 -,001 ,007 -,015 -,004 ,017 ,004 -,034 -,024 -,001 ,004 ,004 ,003 -,010 -,003 ,076 ,018 -,001 ,000 ,000 -,004 ,018 ,018 8,62E-005 -,001 ,001 -,009 -,001 8,62E-005 ,027 -,009 -,018 -,018 ,000 -,001 -,009 ,051 -,003 ,005 ,000 ,001 -,018 -,003 ,048 ,011 -,004 -,009 -,018 ,005 ,011 ,032 ,000 ,006 -,002 -,035 ,009 ,001 -,001 ,010 -,001 -,001 -5,5E-005 ,000 -,001 ,012 ,005 ,001 ,002 -,023 ,001 -,007 -,023 ,009 ,012 ,015 -,002 -,015 ,009 ,003 ,003 -,007 ,001 ,008 ,020 ,001 -,042 -,011 ,050 -,356 ,077 ,038 ,003 ,024 ,068 -,073 -,407 -,103 -,104 ,325 -,615 -,916 -,015 ,039 -,042 ,361 -,216 -,108 ,408 ,065 -,629 -,529 -,012 ,091 ,062 ,038 -,132 -,052 ,924a ,502 -,028 -,007 -,007 -,085 ,502 ,823a ,004 -,049 ,045 -,396 -,028 ,004 ,888a -,255 -,512 -,608 -,007 -,049 -,255 ,927a -,069 ,135 -,007 ,045 -,512 -,069 ,904a ,283 -,085 -,396 -,608 ,135 ,283 ,831a ,005 ,229 -,044 -,747 ,203 ,033 -,018 ,287 -,028 -,014 -,001 -,009 -,026 ,431 ,141 ,025 ,045 -,632 ,010 -,143 -,393 ,115 ,150 ,238 -,024 -,308 ,143 ,036 ,036 -,114 ,012 ,145 ,293 ,008 -,465 -,151
Warna Bentuk Kesegaran Keragaman -,004 -,029 ,010 ,003 ,003 ,004 -,018 ,014 -,004 -,012 -,009 ,005 -,008 ,003 ,002 -,011 -,003 ,006 -,019 ,008 ,000 -,001 -,001 ,001 ,006 ,010 ,012 -,007 -,002 -,001 ,005 -,023 -,035 -,001 ,001 ,009 ,009 -5,5E-005 ,002 ,012 ,001 ,000 -,023 ,015 ,043 ,001 ,000 -,025 ,001 ,067 -,003 -,001 ,000 -,003 ,043 -,006 -,025 -,001 -,006 ,126 -,019 -,042 ,010 -,008 -,004 ,010 ,009 -,073 -,066 -,360 ,150 ,023 ,061 ,059 -,359 ,164 -,200 -,428 -,419 ,128 -,146 ,050 ,043 -,125 -,048 ,069 -,263 ,063 ,005 -,018 -,026 ,010 ,229 ,287 ,431 -,143 -,044 -,028 ,141 -,393 -,747 -,014 ,025 ,115 ,203 -,001 ,045 ,150 ,033 -,009 -,632 ,238 a ,905 ,024 ,009 -,336 a ,024 ,940 -,054 -,008 ,009 -,054 ,889a -,086 -,336 -,008 -,086 ,912a -,247 -,438 ,126 -,058 -,042 ,097 ,103 -,501
Kebersihan buah ,007 -,031 ,011 ,004 ,011 -,002 -,015 ,009 ,003 ,003 -,007 -,019 -,042 ,010 -,008 ,134 -,005 ,057 -,350 ,274 ,042 ,085 -,024 -,308 ,143 ,036 ,036 -,114 -,247 -,438 ,126 -,058 ,928a -,035
Kebersihan rak -,035 ,010 -,004 ,027 -,047 ,001 ,008 ,020 ,001 -,042 -,011 -,004 ,010 ,009 -,073 -,005 ,167 -,270 ,099 -,093 ,268 -,332 ,012 ,145 ,293 ,008 -,465 -,151 -,042 ,097 ,103 -,501 -,035 ,860a
43
Communalities Communalities Kepercayaan Pekerjaan Harga
Initial 1,000 1,000 1,000
Extraction ,744 ,895 ,834
Lingkungan 1,000 Waktu 1,000 Aroma ruangan 1,000 Keinginan dan kebutuan 1,000 Tingkat pendapatan 1,000 Mengenal 1,000 Life style 1,000 Berkualitas 1,000 Warna 1,000 Bentuk 1,000 Kesegaran 1,000 Keragaman 1,000 Kebersihan buah 1,000 Kebersihan rak buah 1.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
,875 ,783 ,785 ,749 ,909 ,868 ,866 ,917 ,892 ,824 ,894 ,870 ,745 ,697
44
Total Variance Explained Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Initial Eigenvalues Total % of Variance Cumulative % 12,680 74,586 74,586 1,498 8,814 83,400 ,902 5,304 88,704 ,549 3,228 91,932 ,443 2,606 94,538 ,203 1,195 95,733 ,152 ,895 96,628 ,133 ,780 97,408 ,096 ,565 97,972 ,086 ,504 98,477 ,075 ,440 98,916 ,057 ,337 99,254 ,050 ,296 99,549 ,031 ,183 99,732 ,025 ,150 99,882 ,014 ,081 99,963 ,006 ,037 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 12,680 74,586 74,586 1,498 8,814 83,400
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 7,682 45,189 45,189 6,496 38,211 83,400
45
Rotated Component Matrix Rotated Component Matrixa Component 1 2 Kepercayaan ,545 ,691 Pekerjaan ,750 ,577 Harga ,723 ,557 Lingkungan ,894 Waktu ,714 ,522 Aroma ruangan ,791 Keinginan dan kebutuhan ,686 ,528 Tingkat pendapatan ,763 ,572 Mengenal ,840 Lifestyle ,755 ,544 Berkualitas ,938 Warna ,866 Bentuk ,647 ,637 Kesegaran ,912 Keragaman ,898 Kebersihan buah ,743 Kebersihan rak buah ,831 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
46
Lampiran 4 Hasil analisis faktor buah impor KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
.893 1400.624
Df
136
Sig.
.000
47
Anti-Image-Matrices Anti-image Matrices
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
Kepercayaan L Pekerjaan pendidikan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Mengenal Life style Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Keragaman Kebersihan buah Kebersihan rak Kepercayaan L Pekerjaan pendidikan Harga Lingkungan Waktu Aroma ruangan Keinginan kebutuhan Tingkat pendapatan Mengenal Life style Berkualitas Warna Bentuk Kesegaran Keragaman Kebersihan buah Kebersihan rak
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Kepercayaan Pekerjaan L pendidikan Harga Lingkungan ,085 -,022 -,016 ,003 -,022 ,027 -,008 -,022 -,016 -,008 ,116 ,000 ,003 -,022 ,000 ,053 ,003 ,000 -,025 ,002 -,014 ,007 -,060 -,012 ,012 -,005 -,006 -,001 -,014 -,007 ,006 ,007 ,006 ,000 -,011 ,004 ,021 -,014 ,002 ,019 ,016 ,010 -,002 -,011 -,022 -,006 ,017 ,014 -,001 ,010 -,010 -,015 ,016 -,010 ,008 -,012 ,009 ,008 ,003 -,011 ,007 -,015 -5,4E-005 ,014 -,012 ,003 -,017 -,024 ,906a -,455 -,166 ,039 -,455 ,883a -,147 -,581 -,166 -,147 ,934a ,003 ,039 -,581 ,003 ,903a ,038 ,005 -,242 ,029 -,141 ,131 -,525 -,156 ,133 -,090 -,056 -,015 -,332 -,304 ,124 ,217 ,073 -,009 -,107 ,065 ,224 -,280 ,020 ,264 ,291 ,338 -,035 -,247 -,395 -,181 ,262 ,311 -,025 ,329 -,152 -,342 ,234 -,263 ,097 -,218 ,163 ,254 ,049 -,262 ,108 -,437 -,001 ,303 -,121 ,053 -,144 -,306
Waktu ,003 ,000 -,025 ,002 ,091 -,015 -,006 -,002 -,007 -,003 -,019 ,016 -,016 -,001 ,008 -,004 -,004 ,038 ,005 -,242 ,029 ,955a -,152 -,065 -,046 -,076 -,031 -,344 ,282 -,286 -,009 ,140 -,072 -,036
Aroma Keinginan Tingkat ruangan kebutuhan pendapatan Mengenal Life style Berkualitas -,014 ,012 -,014 ,006 ,021 ,016 ,007 -,005 -,007 ,000 -,014 ,010 -,060 -,006 ,006 -,011 ,002 -,002 -,012 -,001 ,007 ,004 ,019 -,011 -,015 -,006 -,002 -,007 -,003 -,019 ,111 ,008 ,013 ,009 -,046 -,012 ,008 ,095 ,009 -,011 -6,1E-005 -,009 ,013 ,009 ,022 -,017 -,012 -,016 ,009 -,011 -,017 ,086 -,001 ,021 -,046 -6,05E-005 -,012 -,001 ,101 ,006 -,012 -,009 -,016 ,021 ,006 ,035 -,002 ,005 ,012 -,004 ,002 -,018 ,005 -,029 -,008 ,006 -,010 ,014 ,000 -,007 -,011 -,001 ,001 -,013 -,020 ,001 -,019 -,005 ,012 ,011 ,015 -,005 ,014 -,009 -,020 -,014 ,003 -,001 ,015 -,045 ,005 -,016 -,141 ,133 -,332 ,073 ,224 ,291 ,131 -,090 -,304 -,009 -,280 ,338 -,525 -,056 ,124 -,107 ,020 -,035 -,156 -,015 ,217 ,065 ,264 -,247 -,152 -,065 -,046 -,076 -,031 -,344 ,902a ,075 ,255 ,093 -,434 -,198 ,075 ,958a ,189 -,122 -,001 -,156 ,255 ,189 ,822a -,383 -,254 -,582 ,093 -,122 -,383 ,928a -,008 ,391 -,434 -,001 -,254 -,008 ,939a ,108 -,198 -,156 -,582 ,391 ,108 ,824a -,036 ,090 ,408 -,070 ,029 -,502 ,078 -,508 -,292 ,102 -,164 ,400 -,002 -,095 -,319 -,013 ,019 -,309 -,330 ,016 -,692 -,085 ,213 ,323 ,221 -,086 ,456 -,147 -,299 -,370 ,025 -,011 ,288 -,445 ,044 -,251
Warna Bentuk Kesegaran Keragaman -,022 -,001 ,016 ,009 -,006 ,010 -,010 ,008 ,017 -,010 ,008 ,003 ,014 -,015 -,012 -,011 ,016 -,016 -,001 ,008 -,002 ,005 ,000 -,020 ,005 -,029 -,007 ,001 ,012 -,008 -,011 -,019 -,004 ,006 -,001 -,005 ,002 -,010 ,001 ,012 -,018 ,014 -,013 ,011 ,037 -,028 -,006 -,008 -,028 ,035 ,003 ,003 -,006 ,003 ,054 ,011 -,008 ,003 ,011 ,033 ,000 -,001 ,005 -,026 -,006 ,011 ,012 -,008 -,395 -,025 ,234 ,163 -,181 ,329 -,263 ,254 ,262 -,152 ,097 ,049 ,311 -,342 -,218 -,262 ,282 -,286 -,009 ,140 -,036 ,078 -,002 -,330 ,090 -,508 -,095 ,016 ,408 -,292 -,319 -,692 -,070 ,102 -,013 -,085 ,029 -,164 ,019 ,213 -,502 ,400 -,309 ,323 ,852a -,773 -,143 -,228 -,773 ,855a ,076 ,092 -,143 ,076 ,933a ,271 -,228 ,092 ,271 ,848a ,009 -,026 ,106 -,684 -,094 ,175 ,145 -,133
Kebersihan Kebersihan buah rak ,007 -,012 -,015 ,003 -5,35E-005 -,017 ,014 -,024 -,004 -,004 ,015 ,003 -,005 -,001 ,014 ,015 -,009 -,045 -,020 ,005 -,014 -,016 ,000 -,006 -,001 ,011 ,005 ,012 -,026 -,008 ,043 -,007 -,007 ,118 ,108 -,121 -,437 ,053 -,001 -,144 ,303 -,306 -,072 -,036 ,221 ,025 -,086 -,011 ,456 ,288 -,147 -,445 -,299 ,044 -,370 -,251 ,009 -,094 -,026 ,175 ,106 ,145 -,684 -,133 a ,872 -,103 -,103 ,929a
48
Communalities Communalities Kepercayaan Pekerjaan Harga
Initial 1,000 1,000 1,000
Extraction ,718 ,884 ,667
Lingkungan 1,000 Waktu 1,000 Aroma ruangan 1,000 Keinginan dan kebutuan 1,000 Tingkat pendapatan 1,000 Mengenal 1,000 Life style 1,000 Berkualitas 1,000 Warna 1,000 Bentuk 1,000 Kesegaran 1,000 Keragaman 1,000 Kebersihan buah 1,000 Kebersihan rak buah 1.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
,887 ,867 ,676 ,821 ,823 ,900 ,834 ,904 ,773 ,793 ,871 ,918 ,898 ,748
49
Total Variance Explained Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Initial Eigenvalues Total % of Variance Cumulative % 12,605 74,148 74,148 1,422 8,363 82,511 ,927 5,454 87,965 ,600 3,527 91,492 ,445 2,616 94,107 ,272 1,599 95,707 ,163 ,957 96,663 ,122 ,715 97,378 ,101 ,593 97,972 ,086 ,503 98,475 ,070 ,410 98,885 ,058 ,343 99,228 ,050 ,293 99,521 ,032 ,187 99,708 ,021 ,126 99,834 ,019 ,114 99,948 ,009 ,052 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 12,605 74,148 74,148 1,422 8,363 82,511
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 7,218 42,457 42,457 6,809 40,053 82,511
50
Rotated Component Matrix Rotated Component Matrixa Component 1 2 Kepercayaan ,792 Pekerjaan ,633 ,695 Harga ,571 ,548 Lingkungan ,784 ,521 Waktu ,865 Aroma ruangan ,653 ,501 Keinginan dan kebutuhan ,775 Tingkat pendapatan ,693 ,585 Mengenal ,919 Lifestyle ,645 ,654 Berkualitas ,913 Warna ,651 ,591 Bentuk ,717 ,528 Kesegaran ,916 Keragaman ,900 Kebersihan buah ,868 Kebersihan rak buah ,826 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lubuk Basung, Sumatra Barat pada tanggal 23 April 1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulfan Effendi dan Ibu Mailinar. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1993 dengan memasuki Taman Kanak-Kanak Aisiyah Lubuk Basung, pada tanun 1994 penulis melanjutkan Sekolah Dasar Negri (SDN) 80 Lubuk Basung, kemudian setelah 6 tahun yaitu pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negri (SLTPN) 4 Lubuk Basung dan dinyatakan Lulus pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dengan masuk Sekolah Menengah Umum Negri (SMUN) 2 Lubuk Basung dan penulis berhasil menyelesaikan pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan formalnya di Institut Pertanian Bogor, pada program Diploma III, Proram Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, melalui jalur Penerimaan Mahasiswa dengan Jalur Khusus (USMI) dan dapat diselesaikan pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan perkuliahan ke Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009.