Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016
ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Yenni, Ragil Setyo Aji Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan penalaran matematis siswa pada pokok bahasan kubus dan balok. Jenis penelitian menggunakan kualitatif deskriptif dengan maksud menggambarkan kemampuan penalaran matematis siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang dupilih dengan cara purposif. Tahapan penelitian terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Instrumen utama adalah peneliti dengan menggunakan perangkat tes penalaran matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa NHT tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi dan meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Terdapat indicator penalaran matematis yang tidak dapat dicapai oleh siswa dengan baik, terbukti lebih dari 50% siswa capaian kemampuan penalaran matematisnya masih di bawah KKM. Indikator tersebut yaitu memeriksa suatu kesahihan argument, melakukan manipulasi matematika, dan memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi . Kata kunci: Kemampuan penalaran matematis, numbered heads together
I. Pendahuluan Permasalah matematika tidak pernah habis. Membicarakan kemampuan siswa yang seharusnya dikuasai setelah mereka menempuh pembelajaran, memerlukan diskusi yang sangat panjang. Tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perlu usaha keras dan semangat tidak putus asa untuk mengurai setiap item masalah kemampuan matematika. Pemerintah republik Indonesia telah menerapkan standar, bagaimana seharusnya kemampuan siswa setelah mereka belajar matematika. Diatur pada Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan Permendiknas tersebut, kemampuan penalaran siswa merupakan salah satu faktor yang wajib dikuasai oleh siswa setelah mereka mempelajari matematika. Kemampuan penalaran berperan sangat penting dalam pembelajaran matematika. Karena dalam pembelajaran matematika siswa tidak hanya menghapal atau mengingat-ingat rumus tetapi siswa harus menggunakan daya nalarnya untuk menyelesaikan soal matematika. Sebagaimana yang termuat dalam Depdiknas
menyatakan bahwa “Materi matematika dan penalaran
matematika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika” (Shadiq, 2004, h. 3).
Halaman | 73
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Namun demikian, tidak jauh berbeda dengan kemampuan matematika yang lain, kemampuan penalaran matematikapun bermasalah. Mengutip dari hasil penelitian Wahyudin, dijelaskan bahwa salah satu hal yang menyebabkan siswa gagal menguasai dengan baik pokok-pokok bahsan dalam matematika yaitu karena siswa cenerung kurang memahami dan menggunakan nalar dengan baik dalam menyelesaikan persoalan matematika (Yenni, 2012). Hal serupa di temukan di SMP Teknologi Pilar Bangsa. Berdasarkan hasil obsevasi di SMP Teknologi Pilar Bangsa, kemampuan penalaran siswa dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Untuk mengetahui kemampuan awal penalaran matematika, maka dilakukan tes soal dengan materi bangun ruang kubus dan balok kepada 5 siswa kelas VIII SMP SMP Teknologi Pilar Bangsa sebanyak 3 soal. Dalam pengerjaannya siswa masih terlihat kebingungan dalam upaya menyelesaikan soal-soal tersebut. Siswa tidak dapat menyusun bukti dengan lengkap dan runtut untuk menarik kesimpulan. Siswa juga berkesulitan dalam memeriksa kesahihan suatu argument. Kemampuan menduga siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika masih sangat kurang. Siswa harus sering diarahkan dan dimotivasi. Permasalah kemampuan penalaran matematika tersebut membuat secara langsung berdampak pada hasil belajar matematika tidak mampu mencapai KKM yang diterapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika merupakan penalaran yang masih belum dikuasai oleh para siswa Tentu saja harus segera dilakukan penanganan terdapat permasalahan penaran matematis ini. Salah satunya dengan pembelajarn yang lebih mengaktifkan siswa, sehingga proses penyerapan pengetahuan dapat bermakna dan tinggal lebih lama dalam ingatan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Tahapan dalam NHT memaksa siswa untuk berdiskusi, berkomunikasi, menghargai pendapat temannya, berargumen antar anggota kelompok untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dengan demikian siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Sepertri teori yang dikemukakan oleh Ibrahim (Siswanto dan Rechana 2011, h. 181) bahwa pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas dan tujuan. Tahap diskusi dan berpendapat membiasakan siswa untuk menyusun bukti serta berhati-hati dalam menarik kesimpulan untuk meyelesaikan permasalahan matematika.
Tinjauan Teoritis 1.
Kemampuan Penalaran Matematis
Keraf berpendapat penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta atau evidensi yang diketahui menuju suatu kesimpulan (Shadiq, 2004). Penalaran merupakan suatu konsep umum yang menunjuk pada salah satu proses berpikir untuk sampai kepada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui (Siswanto dan Rechana, 2011). Dari kedua definisi tersebut, menunjukkan bahwa penalaran adalah kemampuan yang sangat berperan dalam menarik kesimpulan Penalaran matematis berperan penting untuk mengetahui dan mengerjakan matematika. Kemampuan bernalar menjadikan siswa dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam maupun di luar sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa penalaran matematis merupakan proses atau aktivitas berpikir dalam menarik kesimpulan berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan kebenaranya. Dalam National Council of Teachers of Mathematics atau NCTM (2000) lima kemampuan standar yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika (Listyotami, 2011, h. 18) yaitu: 1.
kemampuan pemecahan masalah (problem solving)
Halaman | 74
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 2.
kemampuan penalaran (reasoning)
3.
kemampuan komunikasi (communication)
4.
kemampuan membuat koneksi (connection)
5.
kemampuan representasi (representation).
Berkaitan dengan peningkatan kemampuan bernalar ini National Council of Teachers of Mathematics atau NCTM yang telah dijelaskan oleh Shadiq (2009, h. 9) bahwa program pembelajaran dari TK sampai kelas 12 hendaknya memungkinkan semua siswa untuk: 1.
Mengenali penalaran dan pembuktian sebagai aspek yang sangat mendasar pada matematika
2.
Melakukan dan menginvestigasi dugaan-dugaan matematika
3.
Mengembangkan dan mengevaluasi argumen dan bukti matematika
4.
Memilih dan menggunakan berbagai tipe penalaran dan berbagai metode pembuktian. Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009, h. 14)
tentang indikator-indikator penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukan penalaran antara lain adalah: a.
Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram,
b.
Mengajukan dugaan (conjectures),
c.
Melakukan manipulasi matematika,
d.
Memberikan kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadapbeberapa solusi,
e.
Menarik kesimpulan dari pernyataan,
f.
Memeriksa kesahihan suatu argumen,
g.
Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Berdasarkan bahasan ptentang penalaran matematis di atas, maka indikator kemampuan penalaran matematis dalam penelitian ini adalah:
2.
1.
mengajukan dugaan (konjekture),
2.
memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi,
3.
menarik kesimpulan dari pernyataan,
4.
memeriksa kesahihan suatu argumen,
5.
menemukan pola atau sifat dari gejala sistematis untuk membuat generalisasi,
6.
melakukan manipulasi matematika.
Numbered Heads Together (NHT)
Kemampuan menghubung-hubungkan ini tentu tidak dapat muncul dengan sendirinya. Artinya harus ada suatu proses yang dapat dijadikan bekal oleh siswa agar pengetahuan yang diterima mengendap lebih lama. Karena itu, proses pembelajaran dalam rangka pemantabkan kemampuan penalaran matematis haruslah diperhatikan. Pembelajaran harus memberi kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk berpendapat, berekspresi dan berkreasi. Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Trianto (2009, h. 82) Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah Halaman | 75
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Mulyatiningsih (2010, h. 24-25) NHT merupakan metode pembelajaran diskusi kelompok yang dilakukan dengan cara memberi nomor kepada semua peserta didik dan kuis atau tugas untuk didiskusikan jawaban atau pemecahan yang benar di dalam kelompoknya. Rencana tahap pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran NHT sebagai berikut: a.
Penyampaian tujuan pembelajaran Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan sekaligus memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan disampaikan tersebut.
b.
Penyampaian Materi Guru menjelaskan materi yang sedang dipelajari kepada siswa.
c.
Pembagian Kelompok Tabel 1. Fase Model Pembelajaran NHT ke 1
Jenis Kegiatan Penomoran (Numbering)
2
Pengajuan Pertanyaan (Questioning) Berpikir bersama (Heads Together) Pemberian jawaban (Answering)
3 4
Aktivitas Guru-Siswa Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggota 4-6 orang dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomornya disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut. Guru mengajukan pertanyaan pada siswa.
Siswa berpikir bersama untuk mendapatkan jawaban, dan dari tiap-tiap siswa telah mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh siswa.
d.
Memberikan tugas rumah kepada siswa.
e.
Mengkoreksi dan memberi nilai.
II. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Teknologi Pilar Bangsa pada tahun pelajaran 2012/2013.. Lokasi penelitian dipilih karena di lokasi tersebut terdapat permasalahan penalaran matematis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif Deskriptif. jenis ini dipilih karena bertujuan untuk menggambarkan kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal-soal penalaran matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA. Subjek dipilih secara purposive dengan meminta pendapat guru kelas yang memahami kondisi kognitif siswa. Kelas VIIIA selanjutnya diberikan metdel pembelajaran khusus, yaitu model pembelajaran NHT. Tahap penelitian terbagi menjadi tiga, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Pada tahap perencanaan, peneliti meyiapkan perangkat instrument penalaran matematis meliputi kisi-kisi soal, lembar kunci jawaban dan penskoran, serta memvalidasi dengan cara validasi empiris. Selain itu, peneliti juga menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat metode NHT. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan berpatokan RPP yang telah di susun. Setelah KBM selesei, Halaman | 76
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 selanjutnya siswa diberikan tes penalaran matematis. Pada tahap laporan, peneliti mengolah data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dan meyususn laporan. Instrumen utama dalam penitian ini adalah peneliti. Penliti mengembangkan instrument untuk memperoleh data kemampuan penalaran siswa dengan cara menyusun seperangkat tes. Perangkat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah soal bangun ruang sisi datar pada materi kubus dan balok. Pengolahan data untuk melihat adanya kemampuan penalaran matematis dengan cara melihat jawaban siswa pada lembar jawaban. Jawaban siswa kemudian dibandingkan dengan jawaban yang seharusnya. Kisi-kisi soal tes kemampuan penalaran matematis disusun sebagai berikut :
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Kemampuan Penalaran Matematis No
Variabel
No Soal
Indikator
Jumlah Soal
1
Mengajukan dugaan (konjekture),
1,2
2
2
Memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi Menarik kesimpulan dari pernyataan Memeriksa suatu kesahihan argumen, Menemukan pola atau sifat dari gejala sistematis untuk membuat generalisasi, Melakukan manipulasi matematika.
3,4
2
5 6,7 8, 9
1 2 2
10
1
Kemampuan penalaran kubus dan balok
3 4 5 6
Sebelum tes ini diberikan, soal akan terlebih dahulu di uji uraikan untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas. Validitas dihitung dengan rumus korelasi product moment, sedangkan validitas dihitung dengan rumus Alfa Cronbach.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas No Soal
rxy rtabel Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,849
0,827
0,048
0,485
0,635
0,849
0,425
0,2
0,619
0,781
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
0,374
Valid
Valid
Tidak valid
Valid
valid
Valid
Valid
Tidak valid
valid
Valid
Berdasarkan tabel 3, diambil 6 soal yaitu nomor 1, 4, 5, 6, 9 dan 10 yang akan digunakan untuk instrumen soal pada penelitian ini karena enam soal tersebut sudah dapat mewakili indikator-indikator kemampuan penalaran matematika yang akan diteliti. Selanjutnya nomor soal diurutkan dari nomor 1 sampai dengan 6.
Hasil
perhitungan reliabilitas untuk enam soal tersebut adalah 0,828. Setelah disusun, diperoleh soal dan indicator sebagai berikut:
Halaman | 77
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016
Tabel 4. Kisi-kisi soal Kemampuan Penalaran Matematis stelah Validasi Nomor Soal awal 1
Nomor soal baru 1
4 5 6 9
2 3 4 5
10
6
Indikator Mengajukan dugaan (konjekture), Memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi Menarik kesimpulan dari pernyataan Memeriksa suatu kesahihan argumen, Menemukan pola atau sifat dari gejala sistematis untuk membuat generalisasi, Melakukan manipulasi matematika.
Cara pemberian skor berpatokan dengan Sa’dijah (Nizar, 2007) sebagai berikut: Level 0
Tabel 5. Rubrik penilaian penalaran matematika Kategori Bukan jawaban yang sesuai, tidak menggunakan istilah-istilah dalam bahasan pengukuran, data dan peluang, aljabar, geometri serta bilangan
1
Jawaban salah, tetapi beberapa alasan coba dikemukakan
2
Jawaban benar, tetapi penalarannya tidak lengkap dan tidak jelas
3
Jawaban benar dan penalaran baik, penjelasan lebih lengkap dari level 1 dan 2 tetapi mengandalkan pada pengetahuan konkret dan visual dari pada pengetahuan abstrak
4
Jawaban yang sangat tepat. Siswa menggunakan pengetahuan dari bahasan pengukuran, data dan peluang, geometri serta bilangan
III. Hasil dan Pembahasan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pada pelajaran matematika di SMP Pilar bangsa adalah 60. Setelah dilakukan tes, diperoleh 36% siswa memperoleh nilai diatas KKM. Sisanya 64% siswa masih berkemampuan di bawah KKM. Berdasarkan hasil jawaban siswa, diperoleh data perolehan skor sebagai berikut: Pada soal nomor satu indikator 1, siswa harus dapat mengajukan dugaan (konjekture). Pada soal nomor 1, siswa dihadapkan dengan masalah jaring-jaring kubus. Disediakan gambar jaring jaring kubus. Siswa harus dapat menebak, sisa mana yang dapat dijadikan alas, tutup dan sisi depan. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut :
Halaman | 78
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Tabel 6. Pencapaian Indikator 1 Skor
0
1
2
3
4
Jumlah Siswa
0
7
7
4
19
J
Soal nomor satu termasuk kategori mudah. Terdapat 19 atau 57,57% siswa yang memperoleh skor maksimal. Seluruh siswa menjawab soal ini, terbukti nol siswa yang mendapat skor nol. Pada soal nomor dua, diminta dapat memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi. Pada soal ini, siswa harus membuktikan volume sebuah kubus lebih besar setelah rusuknya diperkecil. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 7. Pencapaian Indikator 2 Skor
0 8
1 4
2 10
3 6
4 5
J
Jumlah Siswa
Dari jawaban siswa, 22 siswa memperoleh skor tidak lebih dari 2. Artinya lebih 66,67% siswa, tidak dapat menjawab dengan baik pada indicator ini. Hanya 5 siswa yang menjawab dengan tepat. Berdasarkan analisis soal, soal nomor dua termasuk pada soal kategori sedang. Pada soal nomor tiga, siswa diminta dapat Menarik kesimpulan dari pernyataan. Pada soal ini, siswa harus dapat menghitung volume suatu kolam renang yang berbentuk balok. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 8. Pencapaian Indikator 3 Skor
0 0
1 0
2 16
3 3
4 14
J
Jumlah Siswa Pada soal ini, seluruh siswa dapat menjawab soal. Hal tersebut dibuktikan dengantidak ada siswa yang memperoleh skor 0 dan 1. Sebanyak 51% siswa memperoleh skor 3 dan 4. Soal ini termasuk pada kategori tingkat kesukaran sedang. Pada soal nomor empat, siswa diminta dapat memeriksa suatu kesahihan argumen. Pada soal ini, siswa dihadapkan dengan 2 buah balok, dimana balok kedua seluruh panjang rusuknya diperbesar dua kali. Masingmasing balok harus dicari volum awal dan akhirnya. dan siswa harus membuat kesimpulan dari jawaban yang diperoleh siswa. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 9. Pencapaian Indikator 4 Skor
0 17
1 2
2 5
3 6
4 3
J
Jumlah Siswa
Halaman | 79
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Pada soal nomor empat, 17 siswa tidak menjawab atau menjawab namun tidak ada poin yang betul. hanya 3 siswa yang dapat menjawab lengkap dan benar. Soal ini termasuk pada kategori susah. Pada soal nomor lima, Menemukan pola atau sifat dari gejala sistematis untuk membuat generalisasi. Siswa dihadapkan dengan persoalan, siswa harus menggambar bermacam-macam bentun balok atau kubus yang menghasilkan volum tertentu. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 10. Pencapaian Indikator 5 Skor
0 0
1 0
2 4
3 8
4 21
J
Jumlah Siswa
Pada soal ini, seluruh siswa menjawab soal. 21 siswa mendapat skor maksimal. Soal ini termasuk pada kategori sedang. Pada soal nomor enam, siswa diminta untuk melakukan manipulasi matematika.Siswa dihadapkan dengan permasalahan bolume kubus. Terdapat dua kubus berukuran kecil dan besar. Panjang rusuk kubus besar 3 cm. Panjang rusuk kubus besar 3 kali panjang kubus kecil. Siswa diminta untuk menghitung volum kedua kubus dan bagaimana polanya. Siswa harus mencoba dengan ukuran lain, dan perubahan ukuran tersebut sesuai dengan soal awal. Dari jawaban siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 11. Pencapaian Indikator 6 Skor
0 16
1 1
2 8
3 1
4 7
Jumlah Siswa
Soal ini termasuk kategori sukar. dari sebaran jawaban siswa, terlihat hanya 7 siswa yang dapat menjawab dengan baik. Sebanyak 25 siswa mendapat skor kurang. Pada proses pembelajaran, HNT memfasilitasi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematisnya. Sesuai tahap di NHT, bahwa siswa harus berpikir bersama setelah mengajukan pertanyaan. Idealnya, siswa dapat menyelesaikan masalah-maslah yang disajikan dalam persoalan matematika karena telah berdiskusi dengan kelompoknya. Proses berpikir individu juga terjadi di NHT, terutama pada fase tugas rumah. Soal yang diberikan pada proses juga telah disediakan agar mengarah ke indicator penalaran. namun demikian, berdasarkan hasil penelitian, ternyata tidak seluruh indicator penalaran dapat berakhir dengan skor baik. Masih ada siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Hal serupa sesuai penelitian sebelumnya, bahwa pada kelompok siswa yang seluruhnya laki-laki tidak terdapat peningkatan kemampuan penalaran matematis (Yenni, 2012) IV. Simpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh, bahwa NHT tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Terdapat indicator memeriksa suatu kesahihan argument, melakukan manipulasi matematika dan memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM.
Halaman | 80
J
Jurnal Prima ISSN: 2301-9891 Vol. V, No. II, Juli 2016 Saran yang peneliti berikan, jika penelitian berupa eksperimen dengan proses tertentu, sebaiknya kemampuan yang hendak dicapai dilatih sedemikian rupa, bisa berupa LKS ataupun soal-soal latihan yang mengarah ke indikator pencapaian kemampuan. Daftar Pustaka Asma, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : Universitas Negeri Padang Press Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Lie, Anita. 2004. Kooperatif learning.Jakarta : PT Grasindo Slavin. E Robert . 2005. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaraan Inovatif. sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara Yenni, 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematis Santri Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament Pada Madrasah Tsanawiyah Berbasis Pesantren. Tesis. Tidak dipublikasikan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Halaman | 81