Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
ANALISIS FINANSIAL KOMBINASI TANAMAN KAYU-KAYUAN DENGAN PERTANAMAN KELAPA (Cocos nucifera) DI SULUT (Studi Kasus di Kecamatan Mapanget Kota Manado)1 La Ode Asier Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Adipura Kel. Kima Atas, Kec. Mapanget Kota Manado Telp. (0431) 3666683. Email :
[email protected] /
[email protected]
RINGKASAN Di Sulawesi Utara secara umum perkebunan rakyat di dominasi dengan tanaman Kelapa (Cocos nucifera), sehingga ibukota provinsinya disebut sebagai Kota Nyiur melambai. Pemanfaatan lahan pada areal pertanaman kelapa tidak efisien oleh karena hanya menggunakan lahan sekitar 20% per hektarnya, dan 80% lainnya merupakan lahan yang tidak termanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai finansial beberapa jenis tanaman kayu-kayuan dalam areal pertanaman kelapa. Cempaka (Elmerillia ovalis), jati (Tectona grandis), mahoni (Switenia macrophylla), nantu/nyatoh (Palaquium sp.). sebagai tanaman sela yang menjadi obyek peneltian. Hasilnya adalah tanaman sela pada umur 6 sampai dengan 7 tahun di dalam areal pertanaman kelapa dapat memberikan keuntungan antara 2 hingga 5 kali lebih besar dari modal yang dikeluarkan, sedangkan besarnya biaya penerimaan dibandingkan dengan biaya produksi (R/C) ≥ 1, penerimaan lebih besar 3 hingga 5 kali dari pada modal yang digunakan sebagai biaya produksi. Ini menunjukkan bahwa tanaman sela sangat pantas untuk diusahakan sebagai tanaman pencegah erosi pada lokasi pertanaman berlereng, dan dapat meningkatkan pendapatan. Kata kunci : tidak efisien, pertanaman kelapa, finansial, tanaman sela, biaya produksi.
1
Makalah disampaikan dalam seminar dan pameran hasil-hasil penelitian dengan tema “Prospek Pengembangan Hutan Tanaman (Rakyat), Konservasi dan Rehabilitasi Hutan” diselenggarakan oleh BPK Manado bekerjasama dengan BPK Manokwari, BPDAS Tondano, ITTO, SEAMEO BIOTROP, Burung Indonesia, dan Harian Manado Post. Manado 24 Oktober 2012.
203
I. Pendahuluan Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan dapat dijadikan aset guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka total konsumsi kayu untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor juga meningkat. Kebutuhan kayu tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produksi hutan alam seiring menipisnya persediaan kayu yang tersedia. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk menanam pohon-pohon kehutanan/tanaman berkayu di lahan miliknya yang biasa disebut hutan rakyat. Istilah “hutan rakyat” tidak disebutkan di dalam UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, tetapi istilah ini identik dengan hutan hak (istilah dalam UU tersebut), yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997 menyebutkan lebih rinci bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau hak lainnya, dengan luas minimum 0,25 ha serta penutupan tajuk tanaman kayu lebih dari 50% atau jumlah pohon minimum 500 batang/ha. Di Sulawesi Utara secara umum perkebunan rakyat di dominasi dengan tanaman Kelapa (Cocos nucifera),sehingga ibukota provinsinya disebut sebagai Kota Nyiur melambai. Persebaran kelapa yang sudah didomestikasi awalnya dilakukan oleh orang-orang Malaysia yang bermigrasi ke Pasifik dan India yang dimulai pada 3000 tahun yang lalu. Tanpa disadari, ternyata kelapa-kelapa liar di daerah tersebut sudah ada. Hal ini mendorong terjadinya persilangan antara kelapa liar dan kelapa yang sudah didomestikasi. Perlu diketahui pula bahwa navigator-navigator Polynesia, Malaya, dan Arab juga memainkan peranan penting dalam penyebaran lebih jauh ke Pasifik, Asia, dan Afrika Timur. Kelapa pun benar-benar menyebar ke berbagai wilayah setelah penjelajah-penjelajah Eropa pada abad 16 membawanya ke Afrika Barat, Karibia, dan pantai Atlantik. Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari
permukaan
laut,
namun
akan
mengalami
pelambatan
pertumbuhan.Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa
204 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
pohon batang lurus dari famili Palmae. Ada dua pendapat mengenai asal usul kelapa yaitu dari Amerika Selatan menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan Thor Herjerdahl dan dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil, Mayurathan, Lepesma, dan Pureseglove. Kelapa banyak terdapat di negara-negara Asia dan Pasifik yang menghasilkan 5.276.000 ton (82%) produksi dunia dengan luas ± 8.875.000 ha (1984) yang meliputi 12 negara, sedangkan sisanya oleh negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia merupakan negara perkelapaan terluas (3.334.000 ha tahun 1990) yang tersebar di Riau, Jateng, Jabar, Jatim, Jambi, Aceh, Sumut, Sulut, NTT, Sulteng, Sulsel dan Maluku, tetapi produksinya di bawah Philipina (2.472.000 ton dengan areal 3.112.000 ha), yaitu sebesar 2.346.000 ton. Tanaman kelapa ditinjau dari sisi pemanfaatan lahan merupakan tanaman yang tidak efisien oleh karena hanya menggunakan lahan sekitar 20% per hektarnya, dan 80% lainnya merupakan lahan yang tidak termanfaatkan. Populasi tanaman kelapa berjumlah 140 per hektar dengan jarak tanam 9 x 9m dengan luas perakaran hanya sekitar 1,5 – 2,0 meter dari pangkal batang (Nursuestini,1990), dengan demikian luas lahan sisa yang dapat difungsikan untuk tanaman sela adalah ± 9.760 m². Di Sulawesi Utara luas areal pertanaman kelapa dalam diperkirakan ±271,359 ha, ini berarti terdapat lahan seluas ± 217.087 ha yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan usaha tani mulai dari pemanfaatan tanaman palawija hingga penanaman tanaman tahunan. Pada lahan-lahan yang memiliki tingkat kemiringan bergelombang hingga berbukit (> 25%) seperti hampir pada umumnya di wilayah Sulawesi Utara, pemanfaatan lahan sisa secara efisien diantara tanaman kelapa akan meningkatkan pendapatan petani secara ekonomis, dan dapat mengurangi bahaya erosi. Hasil penelitian oleh Djafar, (1991) mengemukakan bahwa erosi terjadi pada areal pertanaman kelapa dengan kemiringan lereng 20 % yang diolah dan ditanami kacang tanah sebesar 53 kg/4,5m2atau 117,78 ton/ha, sedangkan pada kemiringan yang sama dengan tanpa pengolahan erosi yang terjadi sebesar 0,30kg/4,5m2atau 0,67 ton/ha. Dengan demikian
205
pengolahan tanah pada areal pertanaman kelapa yang diolah pada kemiringan ≥20% dapat menghasilkan erosi yang lebih besar daripada tanpa pengolahan tanah. Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan informasi mengenai pengaruh tanaman sela berupa kayu-kayuan dalam lokasi pertanaman kelapa baik secara fisik maupun finansial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai keuntungan (finansial)beberapa jenis tanaman kayu-kayuan dalam areal pertanaman kelapa. II. Bahan dan Metodologi Penelitian dilakukan di Kelurahan Lapangan, Kecamatan Mapanget, kota Manado pada bulan September 2012. Terpilihnya lokasi ini berdasarkan hasil survei lapangan, dengan pertimbangan bahwa pada areal pertanaman kelapa (milik masyarakat) terdapat beberapa kombinasi dengan tanaman kayu-kayuan yaitu cempaka (Elmerillia ovalis), jati (Tectona
grandis),
mahoni
(Switenia
macrophylla),
nantu/nyatoh
(Palaquium sp.). Peralatan yang digunakan dalam peneltian ini adalah, pita keliling, haga hypsometer, tambang, alat tulis, tally sheet, kuestioner dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan adalah tegakan yang berada di lokasi pengamatan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, diskusi, terhadap responden yang terpilih secara sengaja (purposive sampling) meliputi informasi tentang jenis tanaman kombinasi, tahun tanam, dan luas lokasi penanaman. Selain itu informasi lain tentang proses pengelolaan hutan rakyat. Hasil wawancara terhadap responden yang terpilih kemudian ditabulasi untuk dianalisis secara deskriftif. Pengukuran langsung di lapangan meliputi dimensi pohon yaitu data mengenai ukuran diameter pohon setinggi dada, tinggi pohon total, tinggi pohon sampai cabang pertama, pada masing-masing jenis tanaman dalam luasan 0,1 ha.Volume kayu dihitung dengan angka koreksi 1 untuk kelapa (bentuk batangnya silindris) dan 0,7 untuk jenis lainnya (Soendjoto. 2008)
206 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
Data yang terkumpul dari hasil pendataan dan pengukuran di lokasi pengamatan dihitung dengan rumus : 1. Rumus umum untuk menaksir volume pohon (Dephut, 1992) adalah : (
)
atau V = g x h x f
Keterangan : V = volume kayu d = diameter setinggi dada h = tinggi pohon g = luas penampang lintang pohon pada setinggi dada f = bilangan bentuk 2. Volume Tegakan ÝR
=
Ŕ.X Keterangan : ÝR = Volume tegakan (m3) Ŕ = Rata – rata volume pohon per hektar (m3/ha) X = Luas lahan (ha)
Untuk mengetahui besaran persen keuntungan deskriptif dari modal yang digunakan, dilakukan pendekatan dengan menggunakan formulasi umum yaitu analisis ROI (Return On Investmen) (Halawane dkk,2011) ROI Besarnya penerimaan dari serangkaian pengeluaran (modal) yang dinilai saat ini dikatakan layak dan menguntungkan apabila R/C rasio (Analisis Revenue Cost Ratio)lebih besar dari 1. R/C ratio
207
III. Hasil dan Pembahasan A. Hutan Rakyat Areal hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat secara individual (tingkat keluarga) pada lahan milik pada umumnya tersusun oleh satu jenis tanaman yaitu pertanaman kelapa atau disebut sebagai kebun kelapa (hutan rakyat murni), sedangkan areal yang tersusun lebih dari satu jenis tanaman (polikultur) umumnya berupa kombinasi tanaman kelapa dengan tanaman kayu-kayuan (Hutan rakyat campuran). Di lokasi penelitian, hutan rakyat tidak mengelompok pada satu areal tertentu tetapi terpencar di antara kompleks perumahan masyarakat. Menurut Widayanti (2004), hutan rakyat tidak mengelompok pada suatu areal tertentu tetapi tergantung letak, luas lahan, dan keragaman pola usaha tani. Pada lokasi pengamatan tanaman yang diusahakan secara teknis umumnya tidak teratur, pemilik hanya membuat jarak dari satu pohon ke pohon lainnya yaitu 4 x 5 m untuk jenis tanaman jati, dan jarak 2 x 3 m untuk jenis mahoni, cempaka dan nantu/nyatoh di antara tanaman kelapa (10 x 8 m). Petani pemilik memilih jenis tanaman yang diusahakan hanya berdasarkan pengetahuan yang ada dan tidak melalui perencanaan yang matang, melainkan ketersediaan bibit yang ada di sekitar wilayahnya. Kurangnya pembinaan teknis berkaitan dengan sistem perencanaan yang matang maka hasilnya tidak akan optimal. Simon (1995) diacu dalam Widiarti (2008) mengatakan bahwa tanaman yang akan diusahakan harus dirancang sejak awal dan dalam memilih jenis harus dipenuhi beberapa hal agar jenis yang diusahakan/dikembangkan mendapat hasil yang optimal, yaitu di antaranya harus memenuhi aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Hutan
rakyat
meningkatkan kesempatan
tidak
pendapatan berusaha,
hanya dan tetapi
berperan memperluas juga
secara
ekonomi
lapangan
berfungsi
kerja
ekologis
untuk atau dalam
penanggulangan lahan kritis, konservasi tanah dan air, serta konservasi flora dan fauna. Rahayu dan Awang (2003) mengemukakan bahwa hutan rakyat ; (1) memberi kepastian tambahan pendapatan harian dari tanaman berumur pendek dan tabungan dari tanaman berumur panjang, (2) lebih
208 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
mudah dan murah dipelihara daripada perkebunan atau areal tanaman semusim, karena menyediakan pakan ternak atau kayu bakar serta tidak perlu dipupuk dan disiangi, (3) menguntungkan secara lingkungan, karena bisa menumbuhkan mata air, mengurangi tanah longsor, dan meningkatkan siklus hara. Pertumbuhan pohon kayu pada areal hutan rakyat campuran dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu tingkat kerapatan pohon, pola tanam dan jenis tanaman yang diusahakan. Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan kayu yang diusahakan dalam areal pertanaman kelapa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi buah kelapa yang ada. Hutan rakyat murni tanaman kelapa di lokasi penelitian umumnya ditanam pada tahun 19751976, menghasilkan buah pada usia antara 9-10 tahun. Jika dibandingkan dengan jenis tanaman kayu-kayuan pada usia tersebut telah memberikan hasil dari usaha penjarangan. Sehingga penanaman kayu sebagai tanaman sela dalam setiap lokasi pertanaman kelapa menjadi pertimbangan agar pemanfaatan lahan pada areal hutan rakyat murni (pertanaman kelapa) dapat termanfaatkan secara optimal. B. Produksi Hutan Rakyat Menurut Setyamijaya (1982) bahwa kayu kelapa varietas dalam (cocos nucifera), batangnya tinggi dan besar, dapat tumbuh mencapai 30-40 m. Bagian pangkal membesar dan mempunyai umur hingga 100 tahun lebih. Batang kelapa mempunyai kekuatan yang berbeda pada setiap bagian. Umumnya bagian tepi lebih keras dibandingkan dengan bagian tengah. Faktor tersebut disebabkan oleh adanya sel-sel pembuluh berkelompok yang disebut vascular bundles dan menyebar lebih rapat pada bagian tepi dibandingkan bagian tengah (Joseph 1987, diacu dalam Anonim 1993). Sifat fisis dan mekanis kayu kelapa sangat beragam, baik arah vertikal maupun arah horizontal. Pada batang yang sudah masak tebang pada pangkal pohon bagian tengah batang berat jenisnya 0,25 dan pada bagian tepi sekitar 0,90. Berat jenis batang kelapa pada ketinggian 19,5 m di atas tanah bagian tengah batang sekitar 0,10 dan bagian tepi 0,25 (Richolson &
209
Swarup 1975) diacu dalam (Widiatmoko 1987). Lebih jauh diterangkan bahwa dengan tidak adanya mata kayu pada kayu kelapa, akan mempertinggi kemungkinan pemanfaatan kayu kelapa untuk kayu laminasi sebagai komponen struktural yang menarik dalamdesain arsitektur modern.
Gambar 1. Tumpukan batang kelapa (glugu) rakyat umur 40-50 th
Pengolahan kayu kelapa umumnya tidak mudah pelaksanaannya, memerlukan pengalaman yang cukup dalam pola pemasarannya, utamanya untuk kualitas ekspor. Dalam beberapa bulan terakhir terjadi sejumlah klaim terhadap produk lantai kayu kelapa dari Indonesia yang diekspor ke Amerika, Eropa dan Jepang. Porsi klaim umumnya mencapai lebih dari 40% volume produk yang diekspor. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi eksportir kayu kelapa dan cenderung menghentikan usaha pihak penjual maupun pembeli dalam penggunaan kayu kelapa. Alasan tunggal dalam klaim tersebut adalah terjadinya perubahan dimensi dan bentuk produk setelah mencapai negara tujuan atau pada saat penggunaan. Perubahan bentuk dan dimensi sebagai akibat dari perubahan kelembaban antara tempat produksi dan tempat penggunaan merupakan sifat natural dari kebanyakan bahan kayu. Namun pada kasus kayu kelapa atau juga kayu palma lainnya terdapat perbedaan struktur dan komposisi anatomi yang sangat besar dibandingkan dengan anatomi kayu tradisional dari kelompok daun jarum maupun daun lebar. Perbedaan struktur anatomi tersebut beserta implikasinya tidak banyak diketahui oleh kalangan pengolah kayu kelapa, sehingga tahapan
210 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
dalam pengolahan kayu kelapa dilakukan persis sama sebagaimana pengolahan pada kayu tradisional. (Balfas,2010).
Gambar 2. Contoh potongan kayu kelapa dengan tingkat kerapatan pada masing-masing bagian lapisan
Selain kayu kelapa yang merupakan hasil produksi jangka panjang, buah yang dapat difungsikan sebagai bahan baku dari bermacam – macam manfaat, mulai dari sabut hingga menjadi kopra mempunyai banyak kendala dalam produksinya. Data Dinas Perkebunan (2011) areal untuk tanaman kelapa yang sudah tak produktif lagi (TBM), meningkat menjadi 32.526 Ha dibanding 2008 sebesar 28.886,90 Ha. Peremajaan sebanyak 115 ribu pohon kelapa telah dilakukan, tetapi produktivitas tak bisa ditingkatkan. Tahun 2009 di Sulawesi Utara produksi per hektar mengalami penurunan dari 1,21 ton per hektar menjadi 1,20 ton per hektar. Tanaman kelapa memiliki stuktur fisik yang menyerupai payung (mahkota), memiliki daun yang melengkung dan jaraknya dari permukaan tanah makin melebar seiring dengan umur tanaman. Pada waktu hujan lebat terjadi pelimpahan air pada mahkota tanaman, sebagian akan mengalir melalui pelepah dan menguap (intersepsi), sebagian mengalir dari daun ke batang (Stemflow) dan selanjutnya ke tanah, sedangkan sebahagian lainnya akan mengalir melalui ujung-ujung daun dan akan jatuh ke tanah (Throughfall) dengan aliran yang cukup deras, sehingga menimbulkan energi kinetis yang dapat membongkar permukaan tanah
211
berupa percikan sebagai pemicu adanya erosi terutama pada areal pertanaman kelapa yang memiliki kemiringan lereng cukup terjal. Untuk mengurangi Throughfall dan meningkatkan intersepsi dari tanaman kelapa maka tanaman sela yang produktif seperti jenis kayukayuan, buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat. Pada lokasi penelitian tanaman sela didominasi dengan tanaman cempaka (Elmerillia ovalis), jati (Tectona grandis), mahoni (Switenia macrophylla), nantu/nyatoh (Palaquium sp.). Penanaman dilakukan pada enam hingga tujuh tahun yang lalu dengan perawatan yang kurang maksimal. Pada tanaman kayu jati umumnya memiliki percabangan tanpa pemangkasan,hal ini disebabkan oleh kurangnya bimbingan dari petugas teknis. Untuk tanaman lainnya memiliki tingkat kerapatan yang agak padat, dan sampai pada usia kini belum dilakukan penjarangan. Jenis tanaman mahoni, sebagian mendapat serangan hama pucuk, sehingga untuk mengoptimalkan pertumbuhannya diperlukan pembasmi hama yang tepat dalam rangka menjaga proses pertumbuhannya hingga mencapai usia penebangan. Hasil pengukuran di lapangan, untuk tanaman cempaka, mahoni dan nyatoh, memiliki keseragaman diameter hingga tinggi total dari masingmasing pohon. Ukuran diameter setinggi dada, antara antara 12 – 31 cm, dan tinggi total tanaman antara 6,5 – 20 m. Untuk tanaman jati diameter setinggi dada antara 13–30 cm dengan tinggi total 15– 1 m. Volume tegakan/ha rata-rata untuk masing – tanaman yang diusahakan dalam lokasi pertanaman kelapa seperti pada Tabel 1.
212 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
Tabel 1. Jumlah volume pohon untuk masing – masing tanaman No
Jenis Tanaman
Volume Pohon 3
m /ha
Luas Lahan Ha
3
Volume Tegakan (m )
1
Jati
282,72
3
846,16
2
Nyatoh/Nantu
194,86
1
194,86
3
Cempaka
65,46
1
65,46
4
Mahoni
257,73
1
257,73
Gambar 3. Tanaman nyatoh dan jati masing-masing umur 6 dan 7 th dalam lokasi pertanaman kelapa.
Gambar 4. Tanaman cempaka dan mahoni masing-masing umur 6 th dalam lokasi pertanaman kelapa.
C. Analisis Biaya Pemanfaatan lahan kosong dalam areal pertanaman kelapa yang cukup luas akan memberikan nilai manfaat yang sangat tinggi pada pemiliknya. Kayu yang dihasilkan dari tanaman sela akan meningkatkan pendapatan
213
hingga jutaan rupiah/bulannya. Berikut perbandingan analisis keuntungan dengan menggunakan formula yang sederhana dari tanaman kayu dalam lokasi pertanaman kelapa. 1. Analisis penanaman kayu jati dengan asumsi : a.
Luas lahan 3 ha (tanah milik)
b.
Jangka waktu budidaya 15 tahun
c.
Jarak tanam diantara tanaman kelapa 4 x 5 m
d.
Tingkat mortalitas 10%
e.
Biaya investasi dihitung pada tahun pertama hanya untuk tanaman sela meliputi pembelian bibit dan peralatan pertanian.
f.
Biaya upah buruh tani (HOK) adalah 8 Jam/hari sebesar Rp. 50.000,-
g.
Penerimaan berasal dari hasil penjarangan yang merupakan panen pertama dari masing – masing tanaman sela.
2. Analisis penanaman kayu Nyato, Cempaka. dan Mahoni dengan asumsi : a.
Luas lahan 1 ha (tanah milik)
b.
Jangka waktu budidaya 10 tahun
c.
Jarak tanam diantara tanaman kelapa 2 x 3 m
Penerimaan berasal dari hasil penjarangan yang merupakan panen pertama dari masing–masing tanaman sela. Analisis Biaya Pengusahaan Tanaman Sela seperti pada Lampiran 1. Analisis
Biaya
Penerimaan
dan
KeuntunganTanaman
Sela
dalam
pertanaman kelapa. Tabel 6. Analisis Biaya Penerimaan dan Keuntungan Tanaman Sela dalam Lokasi Pertanaman Kelapa No.
1 2 3 4
Hasil Penjarangan Jati Nyato/Nantu Cempaka Mahoni
Harga
Jumlah
Biaya
Jumlah
Satuan
Penerimaan
Produksi
Keuntungan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
3
3.000.000
216.000.000
34.500.000
181.500.000
3
1.500.000
102.000.000
15.975.000
86.025.000
3
2.500.000
57.500.000
15.975.000
41.525.000
3
1.500.000
108.000.000
19.475.000
88.525.000
Volume
72 68 23 72
m m m m
214 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
Hasil penerimaan untuk masing-masing jenis tanaman yang berada di dalam areal pertanaman kelapa memberikan tambahan keuntungan yang memadai. Untuk mengetahui jumlah pendapatan yang diperoleh maka dapat dilakukan Analisis Return On Investmen (ROI), dan untuk mengetahui perbandingan penerimaan dengan biaya produksi yang telah dibelanjakan dapat dilakukan Analisis Revenue Cost Ratio (R/C). Hasil analisis ROI dan (R/C) dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Hasil Analisis ROI untuk Masing-masing Tanaman Sela No.
Jenis Tanaman Sela
1
Jati
2
Keuntungan (Rp)
Biaya Produksi (Rp)
ROI
181.500.000
34.500.000
5,26
Nyato/Nantu
86.025.000
15.975.000
5.40
3
Cempaka
41.525.000
15.975.000
2.60
4
Mahoni
88.525.000
19.475.000
4.55
Tabel 8. Hasil Analisis R/C untuk Masing-masing Tanaman Sela No.
Jenis Tanaman Sela
Penerimaan (Rp)
Biaya Produksi (Rp)
R/C
1
Jati
216.000.000
34.500.000
6,2
2
Nyato/Nantu
102.000.000
15.975.000
6,4
3
Cempaka
57.500.000
15.975.000
3,5
4
Mahoni
108.000.000
19.475.000
5,5
Dari Tabel 7 terlihat bahwa keuntungan yang diperoleh (ROI) dari masing-masing tanaman sela antara 2 hingga 5 kali lebih besar dari modal yang dikeluarkan, sedangkan besarnya biaya penerimaan dibandingkan dengan biaya produksi (R/C) ≥ 1. Tabel 8 menunjukkan penerimaan lebih besar 3 hingga 5 kali dari pada modal yang digunakan sebagai biaya produksi. Ini menunjukkan bahwa tanaman sela sangat pantas untuk diusahakan sebagai tanaman pencegah erosi pada lokasi pertanaman berlereng, dan dapat meningkatkan pendapatan.
215
IV. Kesimpulan dan Saran A.
Kesimpulan Pertumbuhan kayu yang diusahakan dalam areal pertanaman kelapa
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi buah kelapa yang ada. Penurunan produk buah sebagai bahan kopra disebabkan oleh banyaknya tanaman kelapa tua yang belum diremajakan, pada tahun 2009 produksi per hektar terjadi penurunan dari 1,21 ton/ha menjadi 1,20 ton/ha. Penanaman kayu-kayuan atau buah-buahan yang produktif sebagai tanaman sela dalam areal pertanaman kelapa dapat mengurangi besarnya curah hujan sebagai Throughfall yang dapat menimbulkan erosi pada tanahtanah miring dan dapat meningkatkan pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari masing-masing tanaman sela antara 2 hingga 5 kali lebih besar dari modal yang dikeluarkan, sedangkan besarnya biaya penerimaan lebih besar 3 hingga 5 kali dari pada modal yang digunakan sebagai biaya produksi. B. Saran Hasil penelitian ini akan lebih bermanfaat jika kajian aspek finansial serta ekologinya dapat digali lebih dalam, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan guna pemanfaatan lahan kosong pada areal pertanaman kelapa secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Balfas, 2010. Perlakuan resin pada kayu kelapa (Cocos nucifera) (Resin Treatment on Coconut Wood). www.forda-mof.org. Departemen Kehutanan. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Djafar,M. 1991.Pengaruh kemiringan tanah dan pengelolaan tanah di bawah pertanaman kelapa terhadap erosi . Buletin Balika No 13. artikel -57, Balitka Manado.
216 | Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012
Analisis Finansial Kombinasi Tanaman Kayu……. La Ode Asir
Nursuestini, 1990. Usaha pengawetan tanah pada areal tanaman kelapa bertopografi miring dengan tanaman sela. Buletin Balitka No 12, artikel 11. Balitka Manado. Soendjoto. M. Arief.dkk.2008. Keanekaragaman tanaman pada hutan rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Buletin BIODIVERSITAS 9(2):142-147. Banjarbaru. Widayanti, W.T. 2004. Implementasi metode pengaturan hasil hutan pada pengelolaan hutan rakyat (studi di Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul). Jurnal Hutan Rakyat 6(2): 27-46. Widiarti, dkk. 2008. Karakteristik hutan rakyat pola kebun campuran. Jurnal Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
217