Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Turnaround Perusahaan Abstract: The economic crisis caused many companies experiencing financial distress. The prolonged and unsolved financial distress caused bankruptcy. To overcome the problem, it is taken a turnaround strategy that is able to bring the company out of financial distress. The purpose of this study was to test the factors that can influence the ability of companies to be able to do corporate turnaround. The factors tested in this study were firm size, severity, profitability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment and CEO turnover. The population of this study was 143 companies of manufacture in Indonesia Stock Exchange 2013-2015. Samples were obtained by purposive sampling Method. From 143 listed companies, there were 32 companies which fullfill the criteria. One of the criteria was the company to be able to do corporate turnaround and will be seen the success rate of its turnround. Data collection techniques by collecting the needed information from the companies financial statements downloaded from www.idx.co.id. The data analysis technique used is multiple regression analysis. Test this hypothesis using Test F . The results showed that simultaneously, the result of F-test showed that all of the variables tested in this study were able to influence the ability of the to do corporate turnaround with significant value is 0,001.Partially, Profitability and Expenses Retrenchment had influence on the ability of the companies to do corporate turnaround, while Firm Size, Severity, Free Assets, Assets Retrenchment and CEO turnover could not influence the ability of the companies to do corporate turnaround. Keywords: CorporateTurnaround, Severity, Free Assets, Efficiency Strategy Abstrak: Krisis ekonomi menyebabkan banyak perusahaan mengalaami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan yang berkelanjutan dan tidak teratasi akan menyebabkan kebangkrutan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan strategi yang dapat membebaskan perusahaan dari kondisi kesulitan keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan turnaround. Faktoryang digunakan dalam penelitian ini adalah firm size, severity, profitability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO turnover.Populasi penelitian ini adalah 143 perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Sampel diambil dengan metodePurposive sampling. Dari 143 perusahaan yang terdaftar, terdapat 32 perusahaan yang memenuhi kriteria. Salah satu kriteria yaitu perusahaan yang berhasil turnaround dan akan dilihat tingkat keberhasilan turnaroundnya. Teknik pengumpulan data dengan cara engumpulkan informasi yang dibutuhkan dari laporan keuangan perusahaan yang diunduh dari www.idx.co.id. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.Uji hipotesis menggunakan Uji F. Hasil Uji F menunjukkan bahwa semua variabel yang diuji dalam penelitian ini berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan turnaround dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Secara parsial, variabel profitability dan expenses retrenchmentberpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan turnaround. Sedangkan variabelfirm size, severity, free assets, assets retrenchment, dan CEO turnover tidak berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam mencapai keberhasilan. Kata Kunci: Keberhasilan Turnaround, Severitas, Free Assets, Strategi Efisiensi
1
1.
Pendahuluan Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan menghasilkan keuntungan dan mampu beradaptasi dengan
perkembangan zaman sehingga perusahaan
diharapkan mampu bersaing agar dapat menjaga
keberlangsungan hidup perusahaan. Persaingan pasar yang semakin ketat mengakibatkan semakin sulit bagi suatu perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya. Perusahaan dituntut untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerja, dan melakukan perluasan usaha agar terus bertahan dalam persaingan. Tingkat kemampuan suatu perusahaan sangat ditentukan dari kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang memiliki kinerja buruk akan berpotensi mengalami kesulitan keuangan. Pertengahan tahun 2008 Amerika Serikat dilanda krisis ekonomi. Krisis ekonomi di Amerika menjalar menjadi krisis global yang memberikan dampak luas pada perekonomian dunia begitu juga dengan Indonesia. Menurut Dwijayanti (2010), Financial distress bisa terjadi di berbagai perusahaan dan bisa menjadi penanda/sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami perusahaan. Jika perusahaan sudah masuk dalam kondisi financial distress, maka manajemen harus berhati-hati karena bisa saja masuk pada tahap kebangkrutan. Menurut Niarachma (2012) Financial Distress akan menjadi “momok” bagi perusahaan agar tidak terjatuh pada kondisi kesulitan keuanganhingga pada akhirnya perusahaan mengalami kebangkrutan. Menurut Brahmana (2007), suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami financial distress jika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger. Menurut Yuliastry (2014), kondisi keuangan perusahaan yang baik akan memberikan sinyal yang baik bagi pihak eksternal perusahaan sebaliknya kondisi keuangan perusahaan yang buruk atau yang mengalami financial distress akan dijadikan pertimbangan bagi pihak eksternal untuk berinvestasi. Menurut Smith dan Graves (2005) dalam Lestari dan Triani (2013), manajer yang tanggap akan peka terhadap kondisi perusahaan yang mengalami penurunan. Kondisi yang dialami oleh perusahaan akan memaksa pihak manajemen untuk menyusun strategi dalam memperbaiki kinerja keuangannya. Salah satu strategi yang dilakukan oleh
2
manajemen adalah menjalankan proses turnaround untuk dapat memperbaiki kinerja keuangan perusahaan. Turnaround menurut Supardi dan Mastuti (2003) dalam Candrawati (2008)
terjadi karena
manajemen mengalami kegagalan dalam membesarkan perusahaan sehingga prospek perusahaan menjadi tidak jelas dan mengalami krisis berkepanjangan sehingga pemilik dan manajemen berusaha keras memutar arah organisasi. Menurut Hikmah (2015), Turnaround adalah sebuah proses untuk membawa perusahaan dari kondisi keuangan yang sulit kepada kondisi keuangan yang normal dan perusahaan yang mampu meningkatkan kondisi keuangan yang normal.Elidawati (2015) berpendapat bahwa turnaround yang sukses adalah sebuah proses yang kompleks meliputi kombinasi dari faktor lingkungan, sumber daya internal, strategi perusahaan yang relevan pada berbagai tahap penurunan kinerja yang menghasilkan peningkatan kinerja keuangan. Faktor-faktor yang terintegrasi inilah yang sangat penting untuk diketahui pihak manajemen untuk dapat digunakan perusahaan dalam mencapai keberhasilan turnaround. Penelitian tentang keberhasilanturnaround telah dilakukan oleh Hansen (2012) dan di Indonesia telah dilakukan oleh Elidawati (2015). Pada penelitian Hansen (2012) dilakukan pada Western European Firms untuk tahun pengamatan 1995-2010. Sedangkan penelitian Elidawati (2015) dilakukan pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Dalam menentukan keberhasilan turnaround, pada penelitian Hansen (2012) digunakan suatu garis waktu yang dibentuk dengan mengamati garis keuntungan bebas risiko dan menggunakan analisis regresi logistik. Sedangkan pada penelitian Elidawati (2015) menggunakan analisis diskriminan Altman dengan melihat nilai Z-Score yang memiliki cut off dan menggunakan analisis regresi logistik. Artikel ini adalah paparan hasil penelitian yang dilakukan untuk melanjutkan penelitian Elidawati (2016) dengan mengambil waktu pengamatan di tahun 2013-2015. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakahfirm size, severity, profitability,free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO turnover berpengaruh secara simultan terhadap keberhasilan turnaround pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.
3
2.
Kerangka Teoritis Signalling theory menjelaskan adanya asimetri informasi antara perusahaan dan pihak eksternal
perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Menurut Yuliastry (2014), Teori sinyal digunakan untuk menjelaskan bahwa laporan keuangan digunakan untuk memberi sinyal positive (good news) maupun sinyal negative (bad news) kepada pemakainya. Sinyal positif yang dikeluarkan mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi baik, sedangkan sinyal negative dapat diketahui dengan penerbitan saham yang dilakukan perusahaan. Ross (2006 : 864) menyatakan bahwa kesulitan keuangan adalah situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban saat ini (seperti kredit perdagangan atau beban bunga) dan perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan perbaikan. Biasanya perusahaan dipaksa untuk mengambil tindakan yang tidak akan diambil jika perusahaan memiliki arus kas yang memadai. Ketidakmampuan perusahaan secara terus-menerus dalam menyelesaikan pembayarannya akan membawa perusahaan pada kebangkrutan. Menurut Marbun dan Situmeang (2014)turnaround adalah perubahan positif pada kondisi sebuah perusahaan yang setelah mengalami periode jatuh dan penurunan kinerja ekonomi kemudian membalikkan keadaan kekayaannya dan menjadi perusahaan sukses kembali. Perubahan positif membawa perusahaan dari keadaan bad performance kepada good sustained performance.Turnaround terjadi ketika sebuah perusahaan berusaha untuk melewati ancaman atas keberadaan perusahaan seperti penurunan kinerja, mengakhiri ancaman dengan kombinasi strategi, sistem, keterampilan, dan kemampuan dan mencapai pemulihan yang berkelanjutan. Turnaround perusahaan yang sukses dapat didefinisikan sebagai ketika sebuah perusahaan mengalami penurunan kinerja keberadaan mengancam selama bertahun-tahun tapi mampu membalikkan penurunan dan menyesuaikan, mengakhiri ancaman bagi kelangsungan hidup, menstabilkan dan membuat perubahan positif dalam kinerja untuk situasi yang lebih kuat berkembang(Hansen, 2012).
4
Turnaround sebagai strategi perusahaan yang sukses, dapat dijalankan dalam beberapa tahap siklus hidup perusahaan. Menurut Kamel (2005) dalam Elidawati (2015) ada beberapa jenis turnaround yang dijalankan dalam perusahaan diantaranya adalah Smart Turnaround, Just in Time Turnaround dan Survival Turnaround. Smart Turnaround digunakan ketika perusahaan mengalami penurunan namun belum sampai kehilangan laba. Just in Time Turnaround digunakan ketika perusahaan mulai kehilangan laba. Survival Turnaround digunakan ketika perusahaan sudah kehilangan laba dan mengalami penurunan hasil dalam jangka waktu yang cukup lama.Elidawati (2015) berpendapat bahwa turnaround yang sukses adalah sebuah proses yang kompleks meliputi kombinasi dari faktor lingkungan, sumber daya internal, strategi perusahaan yang relevan pada berbagai tahap penurunan kinerja, yang menghasilkan peningkatan kinerja keuangan. Dalam model proses Turnaround yang dikemukakan oleh Hansen (2012) dijabarkan bahwa proses turnaround terdiri dari dua tahap yaitu Decline stemming phase dan Recovery phase. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis penelitian ini, maka dapat dinyatakan kerangka konseptual dan hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2 Model Kerangka Konseptual
Firm Size(X1) Severity (X2) Profitability (X3) Keberhasilan Turnaround
Free Assets (X4)
(Y) Assets Retrenchment (X5) Expenses Retrenchment CEO Turnover(X7)
Kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan merupakan isu yang sangat penting dalam konteks pencapaian tujuan perusahaan. Banyak kondisi dimana perusahaan 5
memiliki maksud baik dalam melakukan kebijakan keungannya, namun terkadang akibat kurangnya pengendalian dalam kebijakan perusahaan, sering membuat langkah keuangan perusahaan menjadi salah dan berdampak pada kinerja perusahaan. Kondisi dimana perusahaan mengalami hambatan keuangan sehingga tidak dapat mampu memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo merupakan suatu masalah keuangan (financial distress). Ketika perusahaan mengalami masalah keuangan,manajemen dituntut untuk mampu keluar dari masalah tersebut dan mampu membalikkan keadaan penurunan kinerja sebelumnya. Proses dimana perusahaan mampu keluar dari keadaan masalah keuangan dikatakan sebagai keberhasilan turnaround dan sangat penting untuk mengetahui faktor apa yang membantu perusahaan mencapi keberhasilan turnaround. Faktor pertama adalah ukuran perusahan. Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dilihat dari total penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutupi biaya yang keluar pada saat proses produksi, dengan begitu laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkat. Semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak perputaran uang perusahaan. Sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk keluar dari kondisi financial distress dan mencapai keberhasilan turnaround. Faktor kedua adalah severitas. Severitas menunjukkan seberapa parah tingkat financial distress yang dialami suatu perusahaan yang digambarkan dengan rasio keuangan.Severitas akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan pemulihan keadaan perusahaan untuk keluar dari kondisi financial distress.Tingkat keparahan financial distress berbanding terbalik dengan terhadap keberhasilan turnaround, yang artinya semakin tinggi tingkat keparahan financial distress perusahaan maka akan semakin kecil kemungkinan suatu perusahaan untuk mencapai keberhasilan turnaround Faktor ketiga adalah Profitability. Profitability merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas
menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Profitabilitas berpengaruh terhadap keberhasilan turnaround.Menurut Lestari dan Triani (2013), 6
perusahaan dengan kondisi financial distress mengindikasikan bahwa kinerja operasi perusahaan mengalami penurunan, sehingga laba yang dihasilkan juga kurang optimal. Semakin rendah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba, maka akan semakin sulit bagi perusahaan untuk mencapai keberhasilan turnaround. Faktor keempat adalah Free Assets. Free Assets adalah besarnya aset yang tidak dijaminkan atau besarnya aset diluar kewajiban. Perusahaan yang memiliki jumlah yang cukup atas free assets, akan lebih mudah untuk menghindari kebangkrutan dikarenakan, free assets akan meningkatkan kemampuan mereka dalam memperoleh tambahan dana yang dibutuhkan untuk membantu perusahaan keluar dari masalah penurunan kinerja keuangan atau menentukan corporate turnaround. Free assets yang dimiliki perusahaan akan sangat penting untuk memberikan keyakinan kepada kreditor bahwa ada jumlah aset yang tersedia untuk dapat membayar pinjamannya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin besar tingat free assets yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam keberhasilan turnaround. Faktor kelima adalah Assets Retrenchment. Assets Retrenchment merupakan pengurangan aset yang dilakukan oleh perusahaan dikarenakan aset yang dimiliki oleh perusahaan dianggap kurang produktif.Dalam perusahaan yang mengalami financial distress, Pengurangan aset yang dianggap kurang produktif dalam kegiatan operasional perusahaan dapat mengurangi beban biaya perawatan aset sehingga dapat memperbaiki kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Meningkatkanya pendapatan perusahaan akan membantu perusahaan untuk keluar dari masa financial distress dan mencapai keberhasilan turnaround.Sehingga, semakin baik strategi efisiensi yang dilakukan perusahaan dari sisi pengurangan aset, akan berdampak pada semakin mampunya perusahaan melakukan turnaround. Faktor keenam adalah Expenses Retrenchment. Expenses Retrechment merupakan pengurangan bersih pada biaya termasuk harga pokok penjualan, biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi. Pengurangan yang dilakukan bukan hanya sekedar melakukan pengurangan investasi pada bagian fungsional didalam perusahaan.Akan tetapi juga merupakan strategi dengan mengurangi investasi dan melikuidasi proyek perusahaan yang tidak memberikan keuntungan. Sehingga, semakin baik strategi 7
efisiensi yang dilakukan perusahaan dari sisi penghematan biaya, akan berdampak pada semakin mampunya perusahaan mencapai keberhasilan turnaround. Faktor ketujuh adalah CEO Turnover. CEO turnover adalah pergantian CEO dari suatu perusahaan untuk menciptakan iklim organisasional perusahaan yang lebih baik dalam memperbaiki kepercayaan stakeholders yaitu sebagai usaha menjaga dukungan dari mereka. Diharapkan manajer senior yang baru dapat memberikan pandangan segar terhadap sebab-sebab penurunan, dan memberikan kemampuan serta motivasi yang diperlukan dalam perubahan organisasi. Dengan demikian, pergantian dalam jajaran manajemen tingkat atas akan memberikan harapan atas kemampuan perusahaan dalam keberhasilan turnaround.Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1: firm size, severity, profitability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO turnover berpengaruh terhadap keberhasilan turnaround.
3.
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Populasi penelitian aadalah adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar dan masih aktif di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Sampel dyang digunakan ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015 2. Perusahaan manufaktur yang menyajikan data lengkap terkait dengan variabel penelitian selama periode 2013-2015 3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dengan mata uang Rupiah 4. Perusahaan yang mampu membalikkan Z-Score dari keadaan financial distress ke keadaan sustained atau perusahaan yang mampu meningkatkan nilai Z-Score. 3.2 Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini sebanyak 8 variabel yang terdiri dari 7 variabel independen dan 1 variabel dependen. Adapun pemaparan masing-masing variabel disajikan dalam tabel berikut : 8
Variabel Keberhasilan Turnaround (Y)
Firm Size(X1)
Severity(X2)
Profitability(X3)
Free Assets(X4)
Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Defenisi Operasional Parameter Perusahaan yang mampu Z-Score = 0,717Z1 + 0,847Z2 + membalikkan nilai Z- 3,108Z3 + 0,420Z4 + 0,988Z5 Scoredari keadaan financial Z1 : Working Capital (Current distress ke keadaan yang Assets-Current Liabilities) / Total normal. Assets Z2 : Retained Earning / Total Assets Z3 : Earning Before Interest and Taxes / Total Assets Z4 : Book Value of Equity / Book Value of Debt Z5 : Sales / Total Assets(Altman & Hotchkiss, 2006) Ukuran besar kecilnya perusahaan dilihat dari total penjualan yang dilakukan perusahaan tingkat keparahan masalah keuangan dari suatu perusahan. Varabel ini diukur pada tahun sebelum turnaround.
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang diukur dengan membagi EBIT dengan total asset (Situmeang, 2014). besarnya aset diluar kewajiban atau aset yang tidak dijaminkan dalam kegiatan operasional perusahaan
Expenses strategi restrukturisasi operasi Retrenchment(X6) perusahaan dengan 9
Sales = Ln Total Sales
Z-Score = 0,717Z1 + 0,847Z2 + 3,108Z3 + 0,420Z4 + 0,988Z5 Z1 : Working Capital (Current Assets-Current Liabilities) / Total Assets Z2 : Retained Earning / Total Assets Z3 : Earning Before Interest and Taxes / Total Assets Z4 : Book Value of Equity / Book Value of Debt Z5 : Sales / Total Assets(Altman & Hotchkiss, 2006)
Profitability = (Situmeang, 2014)
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Free Assets= Rasio
Expense retrenchment =
Rasio
CEO Turnover(X7)
pengurangan atau penghematan jumlah beban perusahaan Tindakan perubahan dengan mengganti presiden direkturdalam usaha mencapai keerhasilan turnaround
(
)
Varibel ini merupakan pengukuran kategorik dengan menetapkan : “0” : Apabila tidak terjadi pergantian CEO “1” : Apabila terjadi pergantian CEO
Dummy
3.3 Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi; uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Selanjutnya pengujian hipotesis dilihat dari uji F dan dilihat juga koefisien determinasi dalam penelitian ini. Untuk melihat apakah faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi perusahaan dalam mencapai keberhasilan turnaround, maka dibuatlah model regresi. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : KTA= α + β1FS + β2SEV + β3PROF + β4FA + β5AR + β6ER + β7CET + e
4.
HASIL
4.1 Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Adapun perusahaan yang menjadi sampel berdasarkan kriteria adalah sebagai berikut :
No 1.
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah Pelanggaran Kriteria Kriteria Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015
10
Akumulasi 143
2.
Perusahaan manufaktur yang menyajikan data lengkap terkait dengan variabel penelitian selama periode 2013-2015
(15)
128
3
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak dengan mata uang Rupiah
(28)
100
4
Perusahaan yang mampu membalikkan ZScore dari keadaan financial distress ke keadaan sustained Jangka waktu penelitian Total Perusahaan
(68)
32 1 32
Berdasarkan tabel 4.1, dinyatakan bahwa sampel yang menjadi objek penelitian ini sebanyak 32 perusahaan. Populasi dikurangi atas setiap objek yang tidak dapat mendukung hasil penelitian seperti yang dijelaskan pada tabel diatas.
4.2 Hasil Analisis Data Uji Asumsi Klasik Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 32
N Normal Parametersa,b
Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation Absolute
,0000000
Positive Negative
,21211316 ,111 ,111 -,092 ,628
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,825
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai Asmp.Sig (2-tailed) > 0,05 yaitu sebesar 0,825. Dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai VIF yang dihasilkan masing-masing variabel independen (firm size, severity, proditability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO Turnover) tidak ada yang lebih dari 10 dan nilai Tolerance yang dihasilkan masing-masing variabel
11
independen (firm size, severity, proditability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO Turnover) tidak ada yang lebih dari 0,10. Dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model 1 (Constant) FS SEV PROF FA AR ER CET a. Dependent Variable: Turnaround
Test Valuea Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Median
Collinearity Statistics Tolerance ,802 ,792 ,799 ,948 ,880 ,877 ,818
VIF 1,247 1,262 1,251 1,055 1,136 1,140 1,223
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Run Test Runs Test Unstandardized Residual -,00838 16 16 32 16 -,180 ,857
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,857 atau probabilitas diatas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. Tabel 4.5 menunjukkan hasil pengujian Glejser Test. Jika variabel independen berpengaruh secara signifikan atau setiap variabel menunjukkan nilai sig diatas 0,05 (5%) terhadap variabel dependen absolut unstandardized residual, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat signifikansi setiap variabel menunjukkan nilai sig diatas 0,05 atau 5% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
12
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa Model
1
Sig.
(Constant)
.903 .993 .257 .544 .425 .382 .311 .364
FS SEV PROF FA AR ER CET a. Dependent Variable: Abs_Res
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Tabel 4.6 Hasil Pengujian Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B 2,272 ,001 -,044 1,948 ,003 -,260 ,252 ,182
(Constant) FS SEV PROF FA AR ER CET a. Dependent Variable: Turnaround
Std. Error ,636 ,025 ,091 ,705 ,080 ,195 ,053 ,271
Dari pengujian regresi berganda pada tabel 4.6, maka dapat diperoleh model regresi berganda sebagai berikut: KTA = 2,272 + 0,001FS – 0,044SEV + 1,948PROF + 0,003FA – 0,260AR + 0,252ER + 0,182CET Hasil pengujian hipotesis berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang ditunjukkan dari nilai F hitung > F tabel yaitu 5,418 > 2,442 dan nilai signifikan
13
lestari dan Triani (2013) yang menemukan adanya pengaruh firm size, severity, profitability, free assets, assets retrenchment, expenses retrenchment dan CEO Turnover. Tabel 4.7 Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square 1 Regression 2,204 7 ,315 Residual 1,395 24 ,058 Total 3,599 31 a. Predictors: (Constant), CET, FS, ER, FA, AR, PROF, SEV b. Dependent Variable: Turnaround
F 5,418
Sig. ,001a
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada R square. Nilai R square dapat dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R square berkisar antara 0 dan 1 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square 1 ,783a ,612 ,499 a. Predictors: (Constant), CET, FS, ER, FA, AR, PROF, SEV b. Dependent Variable: Turnaround
Std. Error of the Estimate ,2410698
Berdasarkan tabel 4.8 yang dilihat adalah nilai adjust R Square, karena nilai ini memiliki faktor koreksi. Nilai adjust R square sebesar 49,9 menunjukkan hubungan antara variabel independen dan dependen yang sudah hampir mencapai 50% . Sedangkan 50,1% dari hasil (100% - 49,9%) dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian ini.
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
14
1. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (Uji F) menunjukkan Fhitung>Ftabel(5,418 > 2,442)dan nilai probabilitas
eksternal juga dapat mempengaruhi keberhasilan turnaround. Disarankan unuk peneliti selanjutnya Penelitian menambahkan variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari sisi lain yaitu, sisi eksternal perusahaan seperti kondisi ekonomi berupa pertumbuhan ekonomi dan inflasi dan sisi internal perusahaan yang focus kepada strategi perusahaan seperti strategi product differentiation dan menambah tahun pengamatan.
6. Referensi Altman, Edrward I and Hotchkiss Edith. 2006. Corporate Financial Distress and Bankrupty : predict and avoid bankruptcy, analyze and invest in distressed debt. USA. Brahmana, R. 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry. Journal of Accounting : 1 – 18. Budiyanti,Eka. 2016. Penguatan Kembli Industri Manufaktur Indonesia. Majalah Info Singkat Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. VIII, No. 12/II/P3DI/Juni/2016. Candrawati, Anna. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Turnaround pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Dwijayanti, S.Patricia Febrina. 2010. Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial Distress serta Solusi untuk Mengatasi Financial Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer, Volume1, Nomor 4, Juli 2010. Elidawati. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Turnaround pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro. Hansen, Anders Vest. 2012. Corporate Turnaround and Corporate Governance: An Empirical Investigation of Role of Ownership Structure in Corporate Turnarounds in Western European Firms. Thesis.Copenhagen Business School. Hikmah, Nurlia. 2012. Evaluasi Strategi Turnaround pada SBU Pos Admail PT Pos Indonesia (Persero). Jurnal Penelitian Pos dan Informatika. Volume 2, Nomor 2, Desember 2012. ISSN.2088-9402 Lestari, Rizki Dwi dan Triani, Ni Nyoman Alit. 2013. Determinan Keberhasilan Turnaround Pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress. Jurnal Ilmu Manajemen 1 Nomor 4. Marbun, Hendra A. H. dan Situmeang, Chandra 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Turnaround pada Perusahaan yang Mengalami Financial Distress (Studi Empiris pada Perusahaan Sektoral Non-Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2001 – 2011). Jurnal SNA 17 Mataram Lombok. Universitas Mataram. Mas’ud, Imam dan Srengga, Reva Maymi. 2013. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi.Universitas Jember. Niarachma, Ranynda. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress : Studi Terhadap Perusahaan yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2010. Skripsi. Universitas Indonesia. Ross, S. A., Wasterfield, R. W., dan Jaffe, J. 2008. Corporate Finance. Edisi Kedelapan. McGraw-Hill Irwin. New York. Situmeang. Chandra. 2014. Manajemen Keuangan. Medan : Unimed Press..
16
Yuliastary, Etta Citrawati dan Wirakusuma, Made Gede. 2014. Analisis Financial Distress dengan Metode Z- Score Altman, Springate, Zmijewski. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN :2302-8556.
17