ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU MANADO TAHUN 2014-2015 Berlianti Inggrit Pinoa*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki** * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado * PS Ilmu Kesehatan Masyarakat FIO Universitas Manado ABSTRAK Berat badan lahir rendah merupakan penyebab utama kematian neonatal dan hingga saat ini masih menjadi masalah di negara berkembang termasuk Indonesia. Hasil survei awal yang dilakukan di RSIA Kasih Ibu menunjukan adanya peningkatan prevalensi BBLR dari tahun 2014-2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor risiko dan besar risiko kejadian BBLR yang ada di RSIA Kasih Ibu Manado tahun 2014-2015. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case control study yang dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2016. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 126 ibu yang terbagi dalam 63 orang pada kelompok kasus dan 63 orang pada kelompok kontrol. Kelompok kasus diambil total populasi dan kelompok kontrol diambil dengan menggunakan systematic random sampling. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien RSIA Kasih Ibu Manado yang dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square (α=0,05 dan CI 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value=0,01) dan paritas (p value=0,02) dengan kejadian BBLR, namun tidak ditemukan hubungan antara pendidikan (p value=0,26) dan pekerjaan (p value=0,86) dengan kejadian BBLR. Nilai OR untuk pendidikan 1,61 (CI 95%: 0,78-3,34), pekerjaan 0,88 (CI 95%: 0,44-1,77), umur ibu 5,09 (CI 95% 1,89-13,69) dan paritas 2,52 (CI 95%: 1,22-5,21). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pekerjaan bukan merupakan faktor risiko kejadian BBLR, sedangkan umur ibu dan paritas merupakan faktor risiko kejadian BBLR. Kata Kunci: BBLR, pendikan, pekerjaan, umur ibu, paritas. ABSTRACT Low birth weight (LBW) is a major cause of neonatal mortality and still a problem in developing countries, including Indonesia. Initial survey conducted in Kasih Ibu mother and child hospital Manado showed an increased prevalence of LBW from 2014 to 2015. The purpose of this research is to analyze the risk factors of LBW in Kasih Ibu mother and child hospital Manado from 2014 to 2015. This is a case control study with a total sample of 126 mothers, divided into 63 mothers in case group and 63 mothers in control group. The case group used total population and the control group was chosen by systematic random sampling, with baby’s gender matching. The study was conducted on May to July 2016. The data was a secondary data retrieved from medical records of patients in the hospital, and were analyzed univariate and bivariate. Chi-square test was used for bivariate analysis (CI = 95%, α = 0,05). The results showed a relationship between maternal age (p value=0,01) and parity (p value=0,02) with LBW, but no relationship was found between education (p value=0,26) and occupation (p value=0,86) with LBW. The odds ratio (OR) for education was 1,61 (95% CI: 0,78-3,34), occupation 0,88 (95% CI: 0,44-1,77), maternal age 5,09 (CI 95% 1,89-1,69) and parity 2,52 (95% CI: 1,22-5,21). The results of this study concluded that education and occupation is not a risk factor for LBW, maternal age and parity are risk factors for LBW. Key word: LBW, education, occupation, maternal, parity.
PENDAHULUAN Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
Prevalensi BBLR di Indonesia menurut
suatu keadaan dimana berat bayi pada waktu
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
lahir <2.500 gram. Bayi yang lahir dengan
sebesar 10,2%. Sulawesi Utara berada di posisi
berat badan <2.500 gram cenderung menderita
ke 3 terendah dengan persentase sebesar 8%,
berbagai gangguan dan secara tidak langsung
namun angka ini masih di atas angka standar,
dapat
neonatal.
dimana sejak 2010 diupayakan agar kejadian
Persentase kematian neonatal di dunia yang
BBLR di Indonesia maksimal 7% (Kemenkes
disebabkan oleh BBLR adalah 60% sampai
RI, 2014; Pantiawati, 2010).
80%
menyebabkan
(WHO,
kematian
BBLR
Berdasarkan data yang diperoleh dari
merupakan hal yang penting karena merupakan
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara,
salah satu indikator untuk mengukur status
kasus BBLR di Sulawesi Utara sejak tahun
kesehatan anak, dan sampai saat ini masih
2013-2015
menjadi salah satu masalah kesehatan gobal
Kasus BBLR pada tahun 2013 sebanyak 432
yang
negara
kasus, pada tahun 2014 meningkat menjadi 512
berkembang, termasuk Indonesia (Kemenkes
kasus, dan pada tahun 2015 menjadi 581 kasus
RI, 2014).
(Dinkes Prov. Sulut, 2016). Angka ini belum
umumnya
2004).
Kejadian
dihadapi
oleh
terus
mengalami
peningkatan.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
representatif mengingat data yang dilaporkan
adalah suatu keadaan dimana berat bayi pada
hanya dari puskesmas. Hal ini menandakan
waktu lahir <2.500 gram. Bayi yang lahir
bahwa ada kemungkinan kasus BBLR yang
dengan berat badan <2.500 gram cenderung
tidak tercatat (Dinkes Prov. Sulut, 2015).
menderita berbagai gangguan dan secara tidak
Adapun,
langsung
kematian
BBLR tertinggi pada tahun 2015 adalah Kota
neonatal. Persentase kematian neonatal di
Manado dengan 109 kasus, dan terendah
dunia yang disebabkan oleh BBLR adalah 60%
Kabupaten Kepulauan Talaud yaitu sebanyak 4
sampai 80% (WHO, 2004).
kasus (Dinkes Prov. Sulut, 2016).
dapat
menyebabkan
Setiap tahun, kurang lebih 20 juta bayi
Kabupaten/Kota
dengan
jumlah
Persentase BBLR di RSIA Kasih Ibu
lahir dengan BBLR, 97% diantaranya terjadi di
Manado
cukup
tinggi,
dan
cenderung
negara berkembang khususnya negara-negara
meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan survei
di wilayah Asia dan Afrika. Secara global,
awal yang dilakukan, persentase BBLR pada
prevalensi BBLR pada tahun 2014 cukup
tahun 2013 sebesar 5,7%, kemudian menurun
tinggi, yaitu 15% sampai 20% dan saat ini
pada tahun 2014 dengan persentase sebesar
diupayakan agar tercapai pengurangan sebesar
4,7%. Namun, pada tahun 2015 terjadi
30% pada tahun 2025 (WHO, 2014).
peningkatan dengan persentase 5,6%. Untuk itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
didapatkan p value sebesar 0,26 yang artinya
tentang analisis faktor risiko kejadian BBLR di
tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu
RSIA Kasih Ibu Manado
dengan kejadian BBLR di RSIA Kasih Ibu Manado.
Nilai
OR
(odds
ratio)
untuk
METODE PENELITIAN
pendidikan ibu sebesar 1,61 (CI 95%: 0,78-
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei
3,34). Hal ini berarti bahwa pendidikan ibu
analitik dengan rancangan penelitian case
bukan merupakan faktor risiko kejadian BBLR
control, yang dilaksanakan di RSIA Kasih Ibu
di RSIA Kasih Ibu Manado.
Manado bulan Juni-Juli 2016. Populasi dari penelitian
ini
adalah
yang
berisiko pada kelompok kasus dan kelompok
melahirkan di RSIA Kasih Ibu Manado tahun
kontrol memiliki jumlah yang hampir sama
2014-2015 yaitu sebanyak 1609 ibu, dengan
besar sehingga mempengaruhi hasil pengujian
jumlah sampel sebanyak 126 ibu yang terbagi
statistik yang dilakukan. Selain itu, pada
dalam 63 ibu pada kelompok kasus dan 63 ibu
penelitian ini sebagian besar ibu memiliki
pada kelompok kontrol dengan perbandingan
tingkat pendidikan yang tinggi. Pendidikan
1:1, dengan menggunakan matching jenis
yang
kelamin bayi yang dilahirkan. Pengambilan
pengetahuan ibu tentang tindakan pencegahan
sampel untuk kelompok kasus digunakan total
BBLR. Menurut Walyani (2012), tingkat
sampling, sedangkan untuk kelompok kontrol
pendidikan yang tinggi mempengaruhi cara
digunakan
sampling.
seseorang dalam bertindak dan mencari jalan
Instrumen penelitian yang digunakan adalah
keluar terhadap persoalan dalam hidupnya,
rekam medik, alat tulis menulis dan perangkat
dimana semakin tinggi pendidikan seseorang
komputer. Data yang dikumpulkan adalah data
akan sejalan dengan tindakan rasional dari
sekunder berupa catatan rekam medik pasien
individu tersebut.
systematic
seluruh
random
ibu
Ibu yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi
akan
mempengaruhi
tingkat
yang diolah dengan perangkat komputer dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dianalisis secara univariat dan multivariat.
penelitian yang dilakukan Puspitasari (2014),
Analisis multivariat menggunakan uji chi
dimana tidak ditemukan adanya hubungan
square (α=0,05; CI 95%).
antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Pada penelitian Puspitasari (2014), sebagian
HASIL DAN PEMBAHASAN
besar sampel berpendidikan tinggi dan telah
Hubungan Pendidikan dengan Kejadian
memahami tentang faktor risiko dan tindakan
BBLR
pencegahan
Hasil
perhitungan
menggunakan
uji
chi
statistik square
dengan (tabel
1)
yang harus
dilakukan untuk
mencegah terjadinya kelahiran BBLR.
Tabel 1. Hubungan antar Faktor Risiko dengan Kejadian BBLR
Faktor Risiko Pendidikan Rendah Tinggi Pekerjaan
Nilai
Kelompok Kasus Kontrol n % n %
n
%
27 36
47 79
37,3 62,7
43 57
20 43
31,7 68,3
Total p
OR
CI (95%)
0,26
1,61
0,78-3,34
0,72
0,88
0,44-1,77
Bekerja
33
52,4
35
55,6
68
54
Tidak bekerja Umur Berisiko Tidak berisiko Paritas Berisiko Tidak berisiko
30
47,6
28
44,4
58
46
22 41
34,9 65,1
6 57
9,5 90,5
28 98
22,2 77,8
0,01
5,09
1,89-13,69
34 29
54 46
20 43
31,7 68,3
54 72
42,9 57,1
0,01
2,52
1,22-5,21
Penelitian yang dilakukan di RSIA
Perbedaan hasil penelitian ini dengan
Kasih Ibu Manado tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2014)
penelitian Hasanah (2014), walaupun dengan
dan Simarmata (2010) dikarenakan pada hasil
desain penelitian yang sama yaitu case control,
penelitian
dimana ditemukan adanya hubungan antara
berpendidikan rendah jauh lebih banyak
pendidikan
dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi
Semakin
ibu rendah
dengan tingkat
kejadian
BBLR.
pendidikan
ibu,
semakin besar resiko melahirkan bayi BBLR,
keduanya,
jumlah
ibu
yang
sehingga turut mempengaruhi uji sttistik yang ada.
karena pendidikan ibu yang rendah akan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu yang
Hubungan
akan berdampak pada kebiasaan hidup ibu.
BBLR
Sejalan dengan Hasanah (2014), Simarmata
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa hasil
(2010) dalam penelitiannya menyimpulkan
perhitungan statistik menunjukan nilai p value
bahwa terdapat hubungan antara pendidikan
sebesar 0,86, artinya tidak terdapat hubungan
dengan kejadian BBLR, dimana ibu dengan
antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR.
pendidikan
rendah
mempunyai
Pekerjaan
dengan Kejadian
peluang
Tidak terdapatnya hubungan antara
melahirkan BBLR 2,04 kali lebih besar
pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR di RSIA
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan
Kasih Ibu Manado kemungkinan karena
tinggi.
sebagian besar ibu memiliki pekerjaan tetap
dan memiliki penghasilan. Pekerjaan bukan
RSIA Kasih Ibu Manado, dimana ibu yang
merupakan
kejadian
melahirkan pada usia <20 dan >35 tahun
BBLR, namun pekerjaan seseorang dapat
berisiko 5,09 kali lebih besar untuk melahirkan
mempengaruhi penghasilan yang dimiliki dan
bayi BBLR daripada ibu yang melahirkan pada
akan berdampak pada pemenuhan zat gizi ibu
umur 20-35 tahun.
penyebab
langsung
yang erat kaitannya dengan kejadian BBLR.
Berbagai penelitian juga mendukung
Selain itu, umumnya ibu yang bekerja tidak
hasil penelitian ini, salah satunya adalah
memiliki aktivitas yang terlalu berat.
penelitian yang dilakukan oleh Vitrianingsih
Hasil penelitian ini sesuai dengan
dkk (2015) di Yogyakarta yang menganalisis
penelitian yang dilakukan Salawati (2012)
data rekam medik pasien dengan pendekatan
dengan
tidak
cross sectional, menyimpulkan bahwa terdapat
diperoleh hubungan antara pekerjaan ibu
hubungan antara umur ibu dengan kejadian
dengan kejadian BBLR.
Penelitian yang
BBLR, dimana ibu dengan umur berisiko
bertolak belakang dengan penelitian ini adalah
memiliki peluang 3,9 kali untuk melahirkan
penelitian Puspitasari (2014), yang dalam hasil
bayi BBLR dibandingkan ibu dengan umur
penelitiannya
yang
tidak berisiko, sedangkan menurut Tazkiah dkk
signifikan antara pekerjaan dengan kejadian
(2013) ibu dengan usia <20 tahun dan >35
BBLR, dimana ibu yang bekerja memiliki
tahun memiliki peluang melahirkan bayi BBLR
risiko 2,42 kali lebih besar melahirkan bayi
sebesar 2,8 kali lebih besar daripada ibu
BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak
dengan usia 20-35 tahun. Sejalan dengan
bekerja, hal ini disebabkan karena ibu hamil
penelitian yang dilakukan di RSIA Kasih Ibu
terus menerus bekerja selama kehamilan yang
Manado, baik penelitian yang dilakukan oleh
dapat
Vitrianingsih dkk (2015) dan Tazkiah dkk
desain
crosectional
terdapat
mempengaruhi
study
hubungan
pertumbuhan
dan
perkembangan janin dalam kandungan ibu.
(2013) menemukan bahwa kejadian BBLR lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia <20
Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
tahun dan >35 tahun. Berbagai daerah di Indonesia masih
Pada tabel 1 diperoleh p value untuk umur ibu
menganggap bahwa menikah dan hamil di usia
sebesar 0,01, artinya ada hubungan antara
muda adalah hal yang wajar, sehingga semakin
umur ibu dengan kejadian BBLR di RSIA
meningkatkan jumlah ibu yang melahirkan
Kasih Ibu Manado. Nilai OR untuk umur ibu
pada usia <20 tahun. Namun, disisi lain
dengan kejadian BBLR sebesar 5,09 (CI 95%
beberapa wanita yang berada pada usia
1,89-13,69) yang berarti bahwa umur ibu
reproduksi sehat lebih mementingkan karir
merupakan faktor risiko kejadian BBLR di
dibanding keinginan untuk memiliki keluarga
dan lebih memilih menikah setelah sukses
yang berarti bahwa terdapat hubungan antara
dalam karir yang dimiliki, hal ini menyebabkan
paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSIA
banyaknya kehamilan pada usia >35 tahun.
Kasih Ibu Manado. Nilai OR yang diperoleh
Usia reproduksi yang aman bagi ibu
sebesar 2,52 (CI 95%: 1,220-5,209) yang
adalah usia diantara 20-35 tahun, dibawah dan
berarti bahwa paritas merupakan faktor risiko
diatas
menimbulkan
kejadian BBLR di RSIA Kasih Ibu Manado.
berbagai risiko bagi ibu maupun janin dalam
Hal ini menyimpulkan bahwa ibu dengan
kandungan. Pada usia 20-35 tahun, ibu telah
paritas 1 dan >4 memiliki risiko 2,52 kali lebih
siap baik dari segi fisik maupun mental. Dilihat
besar melahirkan bayi BBLR daripada ibu
dari segi fisik, pada rentang usia ini kondisi
dengan paritas 2-4.
usia
tersebut
akan
fisik wanita dalam keadaan prima dan kondisi rahim
telah
berisiko melahirkan bayi BBLR, karena sistem
kehamilan. Secara mentalpun ibu telah siap
reproduksi ibu sudah mengalami penipisan,
karena pada rentang usia ini merupakan masa
dinding rahim menjadi kurang baik dan organ
dewasa muda dan merupakan masa untuk
reproduksi belum sempurna untuk menerima
membina keluarga. Kesiapan secara mental ini
janin (Jaya, 2009).
ibu
lebih
untuk
tinggi sangat
menerima
menyebabkan
maksimal
Ibu dengan paritas
hati-hati
dalam
Penelitian Wahyuningrum dkk (2015),
merawat dan menjaga kehamilannya. bahwa
dengan jenis penelitian analytic correlation
pada usia <20 tahun umumya belum terjadi
pada 128 ibu di Rumah Sakit Umum dr.
kematangan organ reproduksi, sedangkan pada
Wahidin Sudiro Husodo, juga menggunakan
usia >35 tahun mulai terjadi penurunan kualitas
catatan rekam medik pasien, menemukan
sel telur wanita dan jika terjadi gangguan
adanya
nutrisi akan berpengaruh pada pertumbuhan
kejadian BBLR. Penelitian yang dilakukan
janin dan kemungkinan dapat menyebabkan
oleh Negi dkk (2006) di tempat yang berbeda,
IUGR yang berakibat bayi BBLR. Berbagai
dan
kesulitan cenderung dialami oleh ibu yang
(longitudinal study) dengan jumlah sampel
berusia >35 seperti terjadi penyakit pada ibu,
yang lebih banyak dari penelitian ini (172
organ kandungan menua dan jalan (Rohan dan
sampel), menunjukan bahwa risiko kelahiran
Siyoto, 2013; Vitrianingsih, 2012).
BBLR lebih besar pada ibu yang baru pertama
hubungan
desain
antara
penelitian
paritas
yang
dengan
berbeda
kali melahirkan dibanding ibu yang pernah Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR
melahirkan >1 kali, adapun risiko kejadian
Analisis
hubungan antara paritas dengan
BBLR pada ibu yang pertama kali melahirkan
kejadian BBLR dengan menggunakan uji chi
sebesar 3,21 kali dibanding ibu dengan paritas
square diperoleh nilai p value sebesar 0,02
>1. Hasil analisis dalam penelitian yang
dilakukan Jaya (2009) di Makasar dengan
Manado, dimana ibu dengan paritas 1 dan
desain case control dengan perbandingan 1:2
>4 memiliki risiko 2,52 kali lebih besar
(60 kasus:120 kontrol), ditemukan bahwa
melahirkan bayi BBLR daripada ibu
paritas merupakan faktor risiko kejadian
dengan paritas 2-4.
BBLR, dimana ibu dengan paritas 1 atau > 4 mempunyai peluang 5,57 kali lebih besar untuk
SARAN
melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan
1. Bagi pasangan suami istri sebaiknya
ibu dengan paritas 2-4.
merencanakan usia untuk memiliki anak
Kebudayaan masyarakat merupakan
dengan tepat, sebaiknya melahirkan pada
hal yang sulit untuk dirubah karena telah
rentang usia reproduksi sehat yaitu 20-35
menyatu
masyarakat.
tahun agar ibu tidak melahirkan pada usia
Negara-negara di wilayah Asia, khususnya
terlalu muda atau terlalu tua, sehingga
India dan Indonesia masih memiliki pola pikir
dapat mencegah risiko kejadian BBLR.
bahwa semakin banyak jumlah anak, semakin
2. Bagi tenaga kesehatan maupun istansi
banyak pula rejeki yang diperoleh, sehingga
terkait lainnya agar lebih aktif lagi dalam
beberapa keluarga cenderung memiliki jumlah
melakukan kegiatan pencegahan seperti
anak yang banyak tanpa menyadari dampaknya
penyuluhan, maupun iklan di berbagai
bagi kesehatan reproduksi dan sosial ekonomi.
media sehingga kejadian BBLR dapat
dengan
kehidupan
diturunkan. 3. Perlu perhatian khusus dari orang tua,
KESIMPULAN 1. Pendidikan ibu bukan merupakan faktor
tenaga
kesehatan,
instansi
kesehatan,
risiko kejadian BBLR di Rumah Sakit Ibu
maupun instansi terkait lainnya tentang
dan Anak Kasih Ibu Manado.
kesehatan
reproduksi
khususnya
2. Pekerjaan ibu bukan merupakan faktor
reproduksi remaja putri, mengingat adanya
risiko kejadian BBLR di RSIA Kasih Ibu
risiko tinggi kejadian BBLR pada ibu
Manado.
berusia <20 tahun.
3. Usia ibu merupakan faktor risiko kejadian
4. Bagi penelitian selanjutnya hendaknya
BBLR di RSIA Kasih Ibu Manado, dimana
dapat meneliti faktor risiko lain yang
ibu yang melahirkan pada usia <20 dan
berhubungan
>35 tahun berisiko 5,09 kali lebih besar
seperti kunjungan ANC, penyakit pada ibu,
melahirkan bayi BBLR daripada ibu yang
dan lain-lain. Penelitian ini bisa menjadi
melahirkan pada umur 20-35 tahun.
referensi untuk penelitian selanjutnya.
4. Paritas
ibu
merupakan
faktor
risiko
kejadian BBLR di RSIA Kasih Ibu
dengan
kejadian
BBLR
DAFTAR PUSTAKA
RSU PKU Muhammadiah Bantul.
Dinkes Prov Sulut. 2015. Profil Kesehatan
Yogyakarta:
Provinsi
Sulawesi
Utara
2014.
Manado: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Sekolah Tinggi
Ilmu
Kesehatan. Rohan H, Siyoto S. 2013. Buku Ajar: Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Dinkes Prov Sulut. 2016. Pencapaian Indikator
Nuha Medika.
Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
Salawati L. 2012. Hubungan Usia, Paritas dan
Kasus BBLR Provinsi Sulawesi Utara
Pekerjaan Ibu Hamil dengan Bayi
Tahun 2013-2015. Manado: Dinas
Berat Lahir Renda. Jurnal Kedokteran
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.
Syiah Kuala, Vol. 12, No. 3 Desember
Hasanah.
2014.
Faktor-faktor
yang
Berhubungan dengan Kejadian Bayi
2012. Simarmata O. 2010.
Hubungan Kualitas
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Pelayanan
BBRT RSUP dr. Kariadi Semarang
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di
Tahun
Indonesia (Analisis Data Sekunder
2010.
Jurnal
Dinamika
Kebidanan. Vol. 4, No. 2.
Survei
Jaya N. 2009. Analisis Faktor Resiko Kejadian
Demografi
Diterbitkan.
Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah Kota
Kesehatan
Makassar. Media Gizi Pangan. Vol. 7,
Indonesia.
Kemenkes
RI.
terhadap
dan
Kesehatan
Indonesia Tahun 2007). Skripsi yang
Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah
No. 1.
Antenatal
Depok:
Fakultas
Masyarakat
Universitas
Tazkiah M, Wahyuni C, Martini S. 2013. 2014.
Profil
Kesehatan
Determinan
Epidemiologi
Kejadian
Indonesia 2013. Jakarta: Kementrian
BBLR pada Daerah Endemis Malaria
Kesehatan Republik Indonesia.
di
Kabupaten
Banjar
Provinsi
Negi K, Kandpal D, Kukreti M. 2006.
Kalimantan Selatan. Jurnal Berkala
Epidemiological Factors Affecting Low
Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September
Birth Weight. JK Science, Vol. 8 No.
2013.
1.
Vitrianingsih, Kusharisupeni, Sabri. 2015.
Pantiawati I. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat
Faktor-faktor
yang
Berhubungan
Badan Lahir Rendah). Yogyakarta:
Dengan Berat Lahir Bayi di RSUD
Nuha Medika.
Wonosari
Puspitasari
R.
2014.
Hubungan
Tingkat
Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di
Gunungkidul
Yogyakarta
Tahun 2012. Jurnal Medika Respati, Vol.1, No.1.
Wahyuningrum T, Saudah M, Novitasari. 2015. Hubungan Paritas dengan Berat Bayi Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Jurnal Midwiferia, Vol. 1, No.2 Oktober 2015. Walyani,
Purwoastuti.
Kebidanan
2015.
Asuhan
Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. WHO.
2004.
Low
Birtweight
Country,
Regional & Global Estimated. Geneva: WHO. WHO. 2014. Global Nutrition Targets 2025 Low
Birth
Weight
Geneva: WHO.
Policy
Brief.