ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN TENAGA KERJA UNTUK TETAP BEKERJA DI SEKTOR PERTANIAN (Studi Kasus Kecamatan Pujon)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Nur Yuni Afifah 1050 2011 3111 012
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Untuk Tetap Bekerja di Sektor Pertanian (Studi Kasus Kecamatan Pujon) Nur Yuni Afifah Email:
[email protected]
ABSTRAK Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia terus menurun setiap tahunnya dibandingkan dengan sektor lainnya. Uniknya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar, terutama di wilayah pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Kecamatan Pujon dipilih sebagai lokasi penelitian karena sebanyak 86,6% penduduknya bekerja di sektor pertanian. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 variabel yang diteliti, hanya variabel waktu luang (time leisure) dan jumlah tanggungan merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Variabel waktu luang memiliki pengaruh yang positif. Hal ini dikarenakan masih kentalnya tradisi di Kecamatan Pujon untuk berkumpul dengan tetangga atau komunitas usai bekerja, sehingga tenaga kerja mempertimbangkan waktu di luar bekerja yang lebih banyak untuk dapat memenuhi tradisi tersebut. Sedangkan jumlah tanggungan memiliki pengaruh yang negatif. Semakin banyaknya jumlah orang yang harus ditanggung akan memberikan tuntutan atas pemasukan yang lebih tinggi. Sehingga tenaga kerja akan cenderung memilih pekerjaan di luar sektor pertanian yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. Kata kunci: sektor pertanian, tenaga kerja A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang banyak bergantung pada sektor pertanian, yang mana pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional yang ditunjukkan dengan banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto :1989). Namun seiring berjalannya waktu, peranan sektor pertanian sebagai sektor basis perekonomian Indonesia mulai berkurang dan digantikan oleh sektor non-pertanian. Beberapa masalah seperti konversi lahan pertanian, rendahnya nilai tambah pada sektor pertanian dan pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non pertanian menjadi penyebabnya. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang Berdasarkan PDRB Tahun 2007-2011 (persen) Sektor Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan perusahaan Jasa-jasa *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
jasa
2007 4,29 7,89 12,46 3,90 10,49 4,42 7,38 5,24
2008 4,38 6,55 10,22 4,92 10,43 4,58 7,53 5,62
2009*) 5,07 6,59 7,42 3,49 8,08 4,01 4,74 5,17
2010*) 4,13 6,95 8,31 7,93 9,15 6,93 7,88 7,74
2011**) 4,22 4,38 9,03 6,55 13,41 9,84 9,03 8,74
5,36
4,56
4,13
5,78
6,67
Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka 2011 Menurunnya peranan pertanian terhadap perekonomian tidak hanya terjadi pada pendapatan secara nasional. Secara regional, peran Sektor pertanian sebagai penyumbang produk domestik regional bruto (PDRB)
juga mulai mengalami penurunan, seperti yang terjadi di kabupaten Malang. Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat jika pada tahun 2010 sektor pertanian sebagai pendukung utama sektor primer mengalami pertumbuhan sebesar 4,13 persen yang berarti melambat dari pertumbuhan pada tahun 2009 yang sebesar 5,07 persen. Di tahun 2012 sektor pertanian masih mengalami peningkatan tipis yaitu sebesar 4,22 persen. Dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier, pertumbuhan sektor pertanian masih lebih rendah. Meskipun begitu sektor pertanian juga masih memegang peranannya sebagai sektor dengan pangsa terbesar masih belum digantikan oleh sektor tersier. Meskipun dengan laju pertumbuhan yang makin lesu, sektor pertanian tetap mampu menyerap banyak tenaga kerja. Dari 1.440.776 penduduk usia 10 tahun ke atas di kabupaten Malang yang bekerja, sebanyak 36% atau sebanyak 518.709 penduduk bekerja di sektor pertanian, sedangkan sisanya bekerja di sektor lainnya (Kabupaten Malang Dalam Angka, 2011). Salah satu kecamatan yang memiliki tenaga kerja sektor pertanian yang cukup besar adalah Kecamatan Pujon. Pertanian Kecamatan Pujon memiliki potensi cukup baik. Sebesar 902,2 Ha luas lahan sawah di Kecamatan Pujon mampu menghasilkan berbagai jenis hasil pertanian, seperti jagung, padi, dan sayuran, yang hasilnya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Kecamatan Pujon dan bahkan sebagian telah dijual ke luar wilayah. Sedangkan untuk hasil perkebunannya, Kecamatan Pujon memproduksi 30 ton/ Ha buah apel dari lahan seluas 295 Ha. Selain pertanian dan perkebunan, Kecamatan Pujon juga dikenal dengan peternakan sapi perah, yang populasinya mencapai ± 27.000 ekor dengan kemampuan produksi susu 115 ton/ harinya. Karena itu, sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Seperti yang terlihat pada grafik 1, di Kecamatan Pujon, dari 39.305 penduduk yang bekerja, 86,6 % di antaranya bekerja di kegiatan pertanian. 25.957 penduduk bekerja di bidang pertanian dan peternakan, 7.894 orang menjadi buruh tani, 175 orang menjadi buruh perkebunan dan sisanya bekerja di bidang lain seperti perdagangan (1.225 pekerja), pengrajin (820 pekerja) maupun menjadi pegawai pemerintahan (1498 pekerja), sedangkan 1873 pekerja memilih bidang pekerjaan lainnya. Grafik 1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Pujon Tahun 2012
2% 0,6%
3,24%
4,76% pertanian dan peternakan
3%
buruh tani buruh perkebunan 20%
perdagangan 66%
pengrajin pegawai pemerintahan lainnya
Sumber : pujon.malangkab.go.id Menurut teori yang dikemukan ekonomi klasik menyebutkan bahwa insentif tingkat kesejahteraan adalah penentu utama keputusan individu untuk berpartisipasi dalam suatu aktivitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh berarti semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan yang didapatkan, dan akan menarik individu untuk berpartisipasi didalamnya. Tetapi di kabupaten Malang, Sampai saat ini belum ditetapkan upah minimum sektoral untuk sektor pertanian dan perkebunan sehingga upah yang didapatkan oleh tenaga kerja sektor pertanian nilainya masih rendah, yakni 35 persen dari upah minimum kabupaten (UMK) 2010 sebesar Rp 1.000,005 per bulan, atau sekitar Rp 350 ribu per bulan (Purmono, 2010). Tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Kecamatan Pujon. Bagi petani yang memiliki lahan pertanian, pendapatan mereka bergantung pada keuntungan hasil panen dan harga pasar untuk hasil pertanian. Persoalan lainnya, adalah adanya gestation period yaitu “jarak waktu antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil penjualan yang lebih besar daripada sektor industri” (Mubyarto, 1989). Petani juga menghadapi resiko ketika harga komoditas rendah saat panen, sehingga hasil panen tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup petani sepanjang tahun. Sedangkan bagi buruh, maksimal hanya mendapat upah Rp.15.000/ hari. Masih cukup rendah dibandingkan upah di sektor lainnya. Umumnya, tenaga kerja yang bekerja di kegiatan pertanian memiliki jam kerja antara 5-6 jam sehari. Mubyarto (1989) juga menyebut tenaga kerja pertanian sebagai tenaga kerja setengah menganggur (disguised employment) karena terbatasnya lapangan kerja sangat di bidang pertanian atau secara relatif memiliki arti jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada sumber daya alam dan faktor produksi lainnya. Dari waktu luang yang dimiliki dengan sedikitnya waktu kerja,
sebagian tenaga kerja pertanian memanfaatkannya dengan melakukan pekerjaan sampingan untuk meningkatkan upah dan sebagian lainnya menggunakannya untuk bersosialisasi dengan masyarakat lain di sekitar mereka. Selain permasalahan upah dan jam kerja, Phillips (2005) menambahkan bahwa dibandingkan dengan pekerja di sektor industri, tenaga kerja sektor pertanian dapat dikatakan tak memiliki jaminan keamanan. Seperti, jaminan saat terjadi kecelakaan kerja dan asuransi. Padahal resiko kerja yang dihadapi tenaga kerja di sektor pertanian cukup tinggi. Pertanian di pedesaan Indonesia yang masih tradisional juga tidak dapat menawarkan karir bagi tenaga kerja. Sehingga terbentuk sebuah persepsi dalam masyarakat bahwa tenaga kerja di sektor pertanian memiliki skill yang rendah dan juga upah yang rendah. Sektor pertanian sebagai salah satu sumber pendapatan daerah di Kabupaten Malang menunjukkan penurunan perananannya sebagai penyumbang terbesar. Tingkat upah di sektor ini juga sangat rendah. Namun, tingkat penyerapan tenaga kerja untuk berpartisipasi dalam sektor pertanian masih cukup besar, terutama di Kecamatan Pujon. Hal ini tentunya membawa keingintahuan yang besar tentang faktor apa saja yang mendorong tenaga kerja untuk memilih mempertahankan mata pencahariannya di sektor pertanian. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Terdapat 5 variabel yang akan diteliti, yaitu pendapatan, usia, waktu luang (leisure time), tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan. B. TINJAUAN PUSTAKA Hanson (2005) mengemukakan bahwa teori keputuasan adalah mengenai cara manusia dalam keadaan tertentu memilih di antara pilihan yang tersedia secara acak, untuk mencapai tujuan yang hendak diraih. Karena itu, teori keputusan berkaitan dengan perilaku mencapai tujuan di hadapan pilihan yang tersedia. Dalam menentukan pilihan keputusan, individu dapat bersifat terbuka maupun tertutup. Seorang individu yang bersifat terbuka, tidak akan membatasi pilihan dan seringkali menambahkan pilihan baru diluar pilihan yang telah ada. Di lain pihak, seorang individu yang bersifat tertutup, tidak akan menambah pilihan yang telah ada. Di kehidupan nyata, kemungkinan pilihan terbuka lebih sering terjadi. Akan tetapi, dalam pembahasan teori keputusan, pilihan diasumsikan tertutup. Alasannya adalah penutupan pilihan tersebut akan mempermudah dalam perlakuan secara teoritik. Jika pilihan yang ada bersifat terbuka, maka tidak akan tercapai generalisasi solusi bagi permasalahan pembuatan keputusan. Lebih jauh, pilihan yang ada diasumsikan mutually exclusive, yang berarti keputusan yang dapat direalisasikan hanya ada satu. Asumsi utama yang digunakan dalam teori keputusan adalah adanya prinsip rasionalitas dalam perilaku individu. Individu dianggap sebagai pelaku yang rasional. Artinya, individu dalam berperilaku mencoba untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan biaya yang dihadapi. Dengan kata lain, orang membuat keputusan mengenai bagaimana mereka seharusnya bertindak dengan membandingkan biaya dan manfaat dari kombinasi pilihan yang tersedia. Namun pada kenyataanya individu seringkali berperilaku menyimpang dari prinsip rasionalitas. Akibatnya individu tak selalu melakukan tindakan yang memaksimalkan utilitas yang juga dapat dipengaruhi dari lingkungan eksternal. Dengan begitu pilihan individu menjadi terbatas dan tidak lengkap atau dapat juga disebut sebagai rasionalitas terbatas (bounded rationality). Williamson (dalam Yustika : 2008) merujuk pengertian dari rasionalitas terbatas sebagai “tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali dan memproses informasi tanpa kesalahan”. Sedangkan tenaga kerja sendiri dalam memilih pekerjaan akan dipengaruhi oleh motivasi dalam melakukannya. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri tenaga kerja sendiri maupun berasal dari luar. Selain itu, situasi yang dialami oleh tenaga kerja seperti ketersediaan informasi, kemampuan untuk memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh pekerjaan yang diinginkan juga dapat menjadi faktor yang akan menentukan keputusan dari tenaga kerja. Studi tentang keputusan tenaga kerja telah banyak diambil sebagai bahan penelitian di dalam maupun luar negeri. Beberapa penelitian menggunakan karakteristik individu sebagai variabel penjelas yang penting untuk mengkaji partisipasi tenaga kerja dalam sektor pertanian (Rizov dan Swinnen, 2004; Benjamin dan Kimhi, 2003; Prabowo, 2011) P. Schmidt dan R.P. Strauss menganalisa pola kerja individu menggunakan beberapa model logit menggunakan ras, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman pasar tenaga kerja. Hasilnya variabel ras dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan variabel pendidikan dan pengalaman kerja. Penelitian mengenai partisipasi dalam kegiatan pertanian terhadap rumah tangga petani di Perancis dilakukan oleh Benjamin dan Kimhi (2003). Penelitian ini memperluas variabel penjelas tidak hanya karakteristik dari individu saja, tetapi memasukkan pengaruh dari variabel produksi pertanian ke dalam penelitian dengan menggunakan multinomial logit. Pendidikan pertanian, pengalaman bertani,usia, perkembangan struktural, diversifikasi pertanian, ukuran ekonomis pertanian, dan subsidi pertanian memiliki pengaruh yang positif terhadap kecenderungan untuk memilih partisipasi pertanian. Sedangkan untuk ukuran rumah tangga dan kemitraan memiliki pengaruh yang negatif.
Keputusan tenaga kerja tidak terbatas pada teori keputusan saja. Rizov dan Swinnen (2004) mengaitkan antara keputusan tenaga kerja dengan teori human capital. Faktor lain seperti ketidaksempurnaan pasar yang umum ditemui di dunia nyata dan realokasi tenaga kerja juga ditambahkan dalam penelitian yang dilakukan di Hungaria. Pemilihan wilayah penelitian didasari oleh daya tarik Hungaria sendiri sebagai negara transisi dalam realokasi tenaga kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia, pendidikan, pengalaman bertani, jenis kelamin (laki-laki), ukuran pertanian dan karakteristik pasar tenaga kerja berpengaruh positif terhadap partisipasi kerja dalam pertanian. Variabel lainnya seperti Ukuran rumah tangga dan pendapatan lainnya berpengaruh negatif terhadap partisipasi tenaga kerja di pertanian. Di Afrika Selatan, Anim (2011) menemukan hasil yang hampir sama bahwa variabel pengalaman bertani, jenis kelamin, usia, jenis pertanian, luas lahan garapan, struktur organisasi pertanian, stok mesin pertanian berpengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja disektor pertanian. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang bekerja diluar sektor pertanian, jumlah tanggungan dalam rumah tangga, upah riil, jarak dengan pasar hasil pertanian, pengetahuan dan teknologi berpengaruh negatif terhadap penawaran tenaga kerja disektor pertanian. Selain penelitian untuk partisipasi tenaga kerja di sektor pertanian, penelitian juga dilakukan pada partisipasi di kegiatan non-pertanian. Pada dasarnya, faktor yang mempengaruhi tenaga kerja untuk lebih memilih bekerja di luar sektor pertanian akan dapat mempengaruhi juga partisipasi di sektor pertanian. Untuk kasus Indonesia, hasil penelitian Prabowo (2011) di Kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa dari 6 variabel yang diteliti, yaitu: Pendapatan, Pendidikan, Umur, Jenis kelamin, Jumlah anggota keluarga, Kepemilikan lahan, hanya variabel pendidikan yang berpengaruh siginifikan terhadap pilihan penduduk bekerja di kegiatan nonpertanian C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis model regresi logit Penggunaan model logit dalam penelitian dikarenakan variabel Y yang bersifat biner, yaitu keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian (ya/tidak). Berikut ini spesifikasi model dalam penelitian ini: Y = ln(
Pi
1−Pi
) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + μ
(1)
dimana Y merupakan keputusan untuk tetap bekerja di sektor pertanian, β: Intersep, μ: Error Term, X1: tingkat pendapatan, X2: usia, X3: waktu luang (leisure time), X4: tingkat pendidikan, dan X5: jumlah tanggungan. Sedangkan evaluasi hasil regresi menggunakan beberapa pengujian, yaitu uji Goodness Of Fit, uji Overall Model Fit, dan uji signifikansi variabel independen secara individual. Sama halnya dengan regresi linier, dalam model regresi logistik juga rentan terjadi multikolinearitas. Penyebabnya adalah adanya korelasi yang cukup tinggi antara variable prediktornya sehingga berakibat salah interpretasi model regresi yang terbentuk, dan juga dapat menyebabkan besarnya nilai standard error sehingga dapat menaikkan nilai dari koefisien b yang dapat menjadikan suatu variabel menjadi tidak signifikan. Karena itu dalam akan dilakukan uji multikolinearitas pada model dengan menggunakan indikator berupa nilai VIF (Variance Indicator Factor) sebesar 5. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Kecamatan Pujon merupakan salah satu wilayah dengan mayoritas penduduk bermatapencaharian di pertanian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu berusia 15 tahun ke atas yang telah bekerja baik pada sektor pertanian maupun pada sektor nonpertanian di Kecamatan Pujon berjumlah 23.798 orang. Jumlah sampel sebanyak 50 orang, dengan komposisi 25 sampel tenaga kerja pertanian dan 25 sampel tenaga kerja non-pertanian. Teknik pemilihan sampel adalah sampel random sederhana (Simple Random Sampling) yang merupakan salah satu sampel probabilitas dimana setiap individu memiliki peluang yang sama untuk dipilih. metode ini digunakan ketika populasi diperkirakan tidak memiliki karakteristik khusus yang dapat mempengaruhi keterwakilan sampel atas populasi” (Zulganef : 2008). Artinya dalam pengambilan populasi tidak memperhatikan strata dan diperkirakan bahwa populasi bersifat homogen. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Pujon adalah salah satu wilayah dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Luas wilayah Kecamatan Pujon kurang lebih 130,75 km2 atau sekitar 4,39% dari luas wilayah Kabupaten Malang dan terbagi menjadi 10 desa. Secara demografis Jumlah penduduk di Kecamatan Pujon pada tahun 2009 mencapai 61.925 orang dan jumlah ini meningkat pada tahun 2011 menjadi 62.402 orang yang terdiri dari 31.617 (50,67%) penduduk laki-laki dan sisanya adalah penduduk perempuan yaitu sebanyak 30.785 (49,33%).Karena lahan di Kecamatan Pujon sangat subur dan cocok untuk wilayah pertanian, sebagian besar penduduk (sebanyak 22.486 orang) berprofesi sebagai petani/buruh tani. 7.887 di antaranya merupaka peternak, karena berdasarkan sensus
pertanian tahun 2013, Kecamatan Pujon menempati peringkat pertama kecamatan di Kabupaten Malang dengan populasi sapi dan kerbau terbanyak, yaitu sebesar 22.384 ekor.Sedangkan beberapa profesi lain yang juga digeluti oleh masyarakat Kecamatan Pujon diantaranya sebagai pedagang (402 orang), PNS (199 orang), buruh bangunan (421 orang), jasa (64 orang) dan profesi lainnya (290 orang). Meski sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja, namun upah di sektor ini juga merupakan yang paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Petani pemilik lahan mendapatkan pembayaran atas hasil pertanian hanya setiap musim panen yang rata-rata membutuhkan waktu 3 - 4 bulan. Besarnya keuntungan yang didapat tergantung pada luas lahan, jenis komoditas yang yang dijual dan juga harga pasar. Resiko merugi juga seringkali dihadapi oleh petani pemilik lahan jika gagal panen atau harga komoditas yang terlampau rendah di pasar. Hal yang sama juga dihadapi oleh peternak sapi perah. Biaya untuk beternak sapi cukup besar, terutama untuk masalah pakan. Sapi perah membutuhkan 2 jenis makanan yaitu pakan basah dan pakan kering. Pakan basah dibeli melalui koperasi (jika merupakan anggota koperasi) dan pakan kering bisa didapatkan melalui 2 cara. Umumnya peternak sapi memiliki lahan untuk menumbuhkan rumput yang terletak di perbatasan Kecamatan Pujon dan Kecamatan Ngantang (Mboyak). Bagi peternak yang tidak memiliki lahan tersendiri untuk rumput harus membelinya. Pakan kering akan menjadi sangat sulit didapat ketika musim kemarau tiba, sehingga harganya menjadi sangat tinggi. Mahalnya harga pakan akan menyebabkan biaya beternak menjadi meningkat dan mengurangi keuntungan. Buruh tani juga memiliki upah yang rendah. Rata-rata jam kerja buruh tani sangat rendah (hanya 5-6 jam sehari), sehingga imbalan yang mereka terima juga rendah. Besarnya upah yang didapat buruh tani tergantung pada jenis pekerjaan dan jenis pertanian yang mereka lakukan. Bagi buruh tani untuk komoditas sayuran, upah yang mereka dapat adalah sebesar Rp. 15.000,- per hari. Upah ini sama dengan buruh tani untuk perkebunan apel ketika musim petik daun (pretes). Ketika musim panen apel tiba, upah buruh tani adalah sebesar Rp. 17.500,- per hari. Sementara bagi buruh tani yang bekerja pada pertanian yang berbadan usaha, mendapat upah hingga Rp. 25.000,- per hari. Sebagai sektor yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor pertanian di Kecamatan Pujon masih kurang mendapat perhatian dalam pembangunan ekonomi. Belum ada kebijakan proteksi untuk sektor ini, pemberian kredit yang juga masih rendah, hingga permasalahan upah. Peternak sapi memiliki kendala yang cukup besar dalam masalah pakan. Tetapi belum ada perhatian pemerintah untuk masalah ini. peternak sapi hanya pernah satu kali mendapat bantuan pakan gratis untuk pakan basah yaitu sebanyak 60 kg untuk setiap peternak. Hasil Uji Goodness of Fit menunjukkan bahwa Nilai Cox and Snell R Square besarnya sama dengan 0.632. Hal ini berarti variabel tingkat Pendapatan (X1), usia (X2), waktu luang (X3), tingkat pendidikan (X4), dan jumlah tanggungan (X5), di dalam model logit mampu menjelaskan keputusan tenaga kerja untuk memasuki sektor pertanian atau tidak sebesar 63,2%. Sedangkan berdasarkan Nagelkerke R Square besarnya 0,842. Uji signifikansi model dosebut juga Uji Overall Model Fit. Uji overall model fit tersebut dengan menggunakan uji koefisien model omnibus yang mengukur nilai chi square. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai chi squares model adalah sebesar 49,959 dengan df sebesar 5. Nilai chi square tersebut adalah signifikan yang ditunjukkan dengan tingkat signifikansi 0,00 yang kurang dari estimasi tingkat kesalahan 0,05, sehingga dapat menolak hipotesis nol yang berarti semua variabel penjelas secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk menguji signifikansi koefisien dari variabel bebas menggunakan probability value (p-value) dengan tingkat estimasi kesalahan sebesar 5% (0.05). tabel 2 menunjukkan hanya 2 variabel bebas yaitu waktu luang (X3), dan jumlah tanggungan (X5), mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Tabel 2. Hasil Uji Signifikansi Variabel Independen Secara Parsial Variabel Pendapatan (X1) Usia (X2) Waktu luang (X3) Tingkat pendidikan (X4) Jumlah Tanggungan (X5) Constanta Sumber: Data diolah, 2014
B 0.000 0.086 1.691 -0.294 -1.739 -24.205
Probabilitas 0.246 0.486 0.004 0.254 0.037 0.017
Keterangan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan
Exp(B) 1.000 1.090 5.424 0.746 0.176 0.000
Untuk menghindari salah interpretasi model regresi yang terbentuk, dan besarnya nilai standard error akibat ada korelasi yang besar antar variabel prediktor, dilakukan uji multikolinearitas pada model dengan menggunakan VIF (Variance Indicator Factor). Berdasarkan tabel VIF dari masing-masing variabel pada tabel
3 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF > 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model penelitian tidak terjadi multikolinearitas.
Tabel 3. Hasil Uji Nilai VIF (Variance Indicator Factor) Variabel Pendapatan (X1) Usia (X2) Waktu luang (X3) Tingkat pendidikan (X4) Jumlah Tanggungan (X5) Sumber: Data diolah, 2014
VIF 1.133 1.284 1.253 1.143 1.137
(VIF : 5) VIF < 5 VIF < 5 VIF < 5 VIF < 5 VIF < 5
Teori ekonomi klasik menjelaskan bahwa dalam memutuskan untuk terlibat dalam suatu aktivitas ekonomi, individu akan mempertimbangkan imbalan yang akan diterima. Tetapi berdasarkan penelitian, tingkat pendapatan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk bekerja di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan bukan menjadi pertimbangan utama bagi tenaga kerja sektor pertanian di Kecamatan Pujon. Bila dibandingkan dengan pendapatan untuk sektor di luar pertanian, pendapatan sektor pertanian tergolong rendah. Hal ini sangat wajar karena produktivitas marjinal tenaga kerja (MPL) sektor pertanian juga rendah. Alasannya adalah Jumlah tenaga kerja di Kecamatan Pujon cukup besar, akan tetapi lapangan pekerjaan paling luas yang tersedia adalah di sektor pertanian yang nilai tambahnya kecil. Sehingga meski pendapatan yang ditawarkan rendah, tenaga kerja tetap memutuskan untuk masuk dalam sektor pertanian daripada tidak memiliki pekerjaan. Faktor lingkungan juga sangat mempegaruhi perilaku tenaga kerja di Kecamatan Pujon dalam memutuskan pilihan pekerjaannya. Banyak tenaga kerja memutuskan memasuki sektor pertanian sebagai pekerjaan pertama mereka. Adanya pengaruh dari lingkungan dan pekerjaan orang tua mendorong responden untuk memasuki sektor pertanian pada usia produktif. Melalui ajakan dari orang tua atau teman, tenaga kerja usia muda ini bekerja di sektor pertanian dan mendapatkan keterampilan di bidang pertanian. Sehingga dengan memiliki keterampilan di sektor pertanian sejak usia dini menyebabkan tenaga kerja sektor pertanian enggan untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian meski menawarkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. mereka lebih terbiasa untuk bekerja di lingkungan yang telah mereka kenali. Tingkat pendidikan juga tidak memiliki pengaruh yang signifikan, ditunjukkan dengan masih ada tenaga kerja sektor pertanian yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi walaupun tidak banyak. Sama seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ada peran lingkungan yang mendorong tenaga kerja. Umumnya mereka telah bekerja di sektor pertanian sambil menyelesaikan pendidikan. Meski memiliki peluang untuk bekerja di sektor lainnya, mereka merasa bahwa keterampilan yang dimiliki adalah di sektor pertanian.sedangkan tenaga kerja sektor pertanian yang tingkat pendidikannya lebih rendah memilih bekerja di sektor pertanian karena keterampilan yang dimiliki juga rendah sehingga tidak bisa memasuki pekerjaan di sektor lainnya. Dalam memutuskan untuk bekerja atau tidak, individu juga mempertimbangkan berapa banyak jumlah jam kerja yang diinginkan. Pada berbagai tingkat upah, tenaga kerja akan mencari tingkat kepuasan maksimum pada alokasi waktu antara bekerja dan waktu luangnya. Tingkat upah bagi alokasi tenaga kerja rumah tangga pertanian menunjukkan opportunity cost dari waktu luang. Pada tingkat upah tertentu, waktu luang akan menjadi lebih mahal sehingga individu cenderung untuk mengurangi waktu yang disediakan untuk bekerja. Makin banyaknya waktu luang justru akan memberikan kepuasan lebih besar dan individu memilih waktu bekerja makin sedikit meski ada peningkatan upah. Efek ini disebut dengan income effect. Efek ini terjadi pada tenaga kerja sektor pertanian di Kecamatan Pujon. Dibandingkan dengan memilih pekerjaan lain yang menawarkan pendapatan lebih tinggi namun dengan jam kerja yang lebih banyak pula, tenaga kerja mempertimbangkan waktu luang yang makin banyak ditawarkan di sektor pertanian. Tenaga kerja sektor pertanian umumnya bekerja selama 6 jam sehari, artinya ada 18 jam waktu yang dapat dimanfaatkan di luar waktu bekerja. Waktu luang yang dimiliki para tenaga kerja sektor pertanian ini ratarata lebih banyak daripada dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor lain yang bekerja lebih dari 6 jam. Berdasarkan hasil penelitian, pertimbangan pemilihan bidang pekerjaan karena waktu luang ini disebabkan oleh adanya peran ganda atau faktor budaya yang dimiliki oleh tenaga kerja itu sendiri. Sebagian tenaga kerja sektor pertanian yang merupakan tenaga kerja wanita memiliki tanggung jawab dalam rumah tangga. Tenaga kerja wanita yang telah berstatus menikah harus menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang harus merawat dan mendidik anaknya. Peran ini tidak bisa ditinggalkan walaupun masih memiliki kewajiban untuk menambah pendapatan rumah tangga. Sedangkan bagi tenaga kerja wanita yang belum menikah, waktu luang dimanfaatkan untuk berkumpul dengan komunitas dan membantu orang tua melakukan pekerjaan rumah tangga.
Faktor budaya juga masih kental di wilayah Kecamatan Pujon. Wilayah penelitian yang masih merupakan daerah pedesaan menyebabkan adanya unsur keeratan antar masyarakat yang masih ada. Meski tidak memiliki waktu yang rutin, namun masyarakat di Kecamatan Pujon terutama di wilayah yang makin menjauhi pusat administratif selalu meluangkan waktu untuk bersosialisasi di lingkungan sekitar rumahnya. Selain bertujuan untuk mempererat hubungan antar tetangga, perilaku ini juga dimaksudkan untuk mempertahankan kebiasaan yang telah dibangun pada waktu yang cukup lama. Sehingga penduduk yang sebagian besar merupakan tenaga kerja harus menyediakan waktu luang untuk kegiatan tersebut dan mempertimbangkan untuk memilih pekerjaan yang tidak menuntut waktu bekerja yang tinggi. Jumlah tanggungan merupakan variabel yang signifikan berpengaruh terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Rizov dan Swinnen (2004) dan Anim (2011). Semakin banyaknya jumlah orang yang harus ditanggung menyebabkan jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi semakin banyak. Hal ini akan berakibat pada makin tingginya jumlah pengeluaran, sehingga ada tuntutan jumlah pemasukan yang semakin tinggi pula. Hal ini tidak bisa dipenuhi jika individu bekerja di sektor yang menawarkan tingkat upah yang rendah. Individu akan cenderung mempertimbangkan besarnya pendapatan yang bisa didapatkan dalam memilih pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Jumlah tanggungan pada tenaga kerja sektor pertanian berkisar antara nol sampai dua orang. Dimana orang yang menjadi tanggungan berstatus sebagai keluarga, baik orang tua, anak maupun saudara. Karena pendapatan yang diperoleh jika bekerja di sektor pertanian reatif rendah, sebagian besar tenaga di dalamnya tidak memiliki tanggungan, artinya mereka hanya diharuskan memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri. Sehingga tidak ada tuntutan untuk memiliki pemasukan yang besar. Sedangkan bagi yang memiliki tanggungan, umumnya bekerja di sektor pertanian karena pendapatan yang diperoleh hanya bersifat secondary atau hanya menambah jumlah pendapatan dalam rumah tangga. Dalam hal ini pendapatan utama dihasilkan oleh anggota keluarga yang lainnya. Alasan lainnya adalah karena adanya keterpaksaan untuk bekerja di sektor pertanian meski jumlah pendapatan yang diperoleh tidak besar. Bisa karena faktor keterampilan, usia, tingkat pendidikan dan sebagainya yang tidak memungkinkan bagi tenaga kerja untuk memasuki pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Cara mereka mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan menekan pengeluaran seminimal mungkin, menyesuaikan dengan jumlah pendapatan di sektor pertanian.
E. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN & SARAN Kesimpulan Tenaga kerja merupakan bagian penting dari perekonomian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Beberapa poin penting yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. variabel waktu luang (leisure time) dan jumlah tanggungan adalah variabel yang signifikan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Waktu luang (leisure time) berpengaruh secara positif terhadap keputusan tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Variabel ini dipertimbangkan karena adanya peran ganda yang harus dijalani dalam rumah tangga oleh tenaga kerja wanita yang telah menikah, sedangkan pada umumnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor budaya di lingkungan. Kebiasaan untuk bersosialisasi dan berkumpul bersama komunitas menyebabkan adanya tuntutan untuk menyediakan waktu luang lebih banyak dibandingkan waktu bekerja. Sedangkan banyaknya jumlah tanggungan berpengaruh secara negatif terhadap keputusan tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Meningkatnya jumlah tanggungan akan meningkatkan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan yang harus dipenuhi. Implikasinya, jumlah pendapatan juga harus lebih tinggi. Sehingga tenaga kerja cenderung memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. 2. Variabel tingkat pendapatan, usia dan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja di Kecamatan Pujon cukup besar, akan tetapi lapangan pekerjaan paling luas yang tersedia adalah di sektor pertanian yang nilai tambahnya kecil. Sehingga meski pendapatan yang ditawarkan rendah, tenaga kerja tetap memutuskan untuk masuk dalam sektor pertanian daripada tidak memiliki pekerjaan. Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan mayoritas penduduk di Kecamatan Pujon. Sehingga, banyak penduduk yang sejak usia muda atau di bawah usia bekerja telah berpartisipasi sektor pertanian untuk membantu pertanian keluarga. Pengalaman yang didapatkan dari usia dini tersebut menyebabkan tenaga kerja sektor pertanian enggan untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian meski menawarkan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan mendorong untuk memasukinya ketika berusia produktif.
3.
Selain menyebabkan keengganan untuk masuk ke sektor atau pekerjaan lain, pengalaman bekerja di sektor pertanian sejak usia dini akan menjadi keterampilan. Tenaga kerja dengan pendidikan yang tinggi akan lebih memanfaatkan keterampilan yang diperolehnya dan memutuskan untuk masuk di sektor pertanian. Sedangkan bagi tenaga kerja berpendidikan rendah, sektor pertanian menjadi sebuah sektor yang paling mudah untuk dimasuki karena tidak memiliki tuntutan kualifikasi tingkat pendidikan. Variabel yang secara dominan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian adalah jumlah tanggungan. Bekerja ditujukan untuk memperoleh pendapatan, yang mana akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Jika semakin banyak jumlah orang yang menjadi tanggungan, maka jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi juga menjadi semakin banyak. Sehingga pengeluaran yang harus ditanggung juga lebih besar. Hal ini akan mendorong individu untuk lebih memilih pekerjaan yang menawarkan tingkat pendapatan lebih tinggi.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki masalah konsistensi variabel. Karena variabel keputusan memilki keterbatasan dimensi waktu, sehingga menyebabkan kesulitan dalam penentuan definisi operasional variabel. Variabel independen seperti tingkat pendapatan, usia, dan jumlah tanggungan akan berubah seiring berjalannya waktu ketika keputusan dibuat sehingga terjadi inkonsistensi yang rentan terhadap hasil penelitian. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab banyaknya variabel independen yang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Selain konsistensi variabel, Model dalam penelitian ini juga rentan mengalami simultaneous biased, dimana selain variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen, ada kemungkinan bahwa variabel dependen memiliki pengaruh juga terhadap variabel dependen. Masalah ini ditemui pada variabel pendapatan dan waktu luang. Dalam teori ekonomi dapat ditemukan bahwa pendapatan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk memilih jenis pekerjaan, tetapi sebaliknya dalam teori ekonomi yang lain menyatakan bahwa pendapatan itu sendiri dipengaruhi oleh pilihan pekerjaan oleh tenaga kerja. Hal yang sama juga berlaku untuk variabel waktu luang. Akibatnya, hasil penelitian menjadi bias. Beberapa variabel penelitian lain yang lebih baik dapat dipilih untuk penelitian serupa. Saran Dari hasil temuan-temuan dari studi ini, maka dapat ditarik suatu saran-saran yang selayaknya dapat digunakan untuk perbaikan ke depannya sebagai berikut: 1. Sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam perekonomian di wilayah pedesaan Indonesia, terutama di wilayah Kecamatan Pujon. Masih banyak masyarakat yang berminat masuk ke dalam sektor ini. Walaupun menyerap banyak tenaga kerja, tetapi pendapatan pada sektor pertanian masih sangat jauh di bawah tingkat pendapatan di sektor lainnya. tenaga kerja sebenarnya memiliki pilihan untuk melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk memasuki sektor pertanian, yaitu jumlah tanggungan dan waktu luang. Karena rata-rata jumlah tanggungan yang sedikit, tenaga kerja cenderung memilih untuk bekerja di sektor pertanian. Di satu sisi, ini merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan salah satu program pemerintah, yaitu Keluarga Berencana (KB). Sehingga dengan adanya penekanan pada jumlah kelahiran, akan menurunkan juga jumlah tanggungan. Maka kecenderungan tenaga kerja untuk bekerja di sektor pertanian menjadi lebih besar. Hal yang sama berlaku juga bagi waktu luang. Untuk melindungi tenaga kerja di sektor pertanian, pemerintah dapat melaksanakan program, seperti : a. Pelatihan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah di sektor pertanian. Rendahnya pendapatan di sektor pertanian, dapat diakibatkan oleh rendahnya nilai tambah. Sehingga pemerintah dapat memberikan pelatihan secara rutin kepada tenaga kerja di sektor pertanian untuk bisa mengolah hasil pertanian di Kecamatan Pujon menjadi produk baru. Sehingga dengan adanya dorongan melalui penambahan keterampilan ini, lapangan pekerjaan dari sektor pertanian akan menjadi lebih luas. b. Mengembangkan program ekowisata pertanian. Program ini dapat meningkatkan daya jual dari sektor pertanian dan produknya. Selain itu dapat mempromosikan pertanian di Kecamatan Pujon. Dari program ini, akan dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak di sektor pertanian karena membutuhkan tenaga untuk pemasaran program ekowisata. c. Pengawasan konversi lahan pertanian. Saat ini salah satu ancaman pada sektor pertanian adalah pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi hal lainnya. ini akan menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian dan akibatnya ada ketidakseimbangan antara input tenaga kerja dengan sumber daya lainnya. jika jumlah tenaga kerja sektor pertanian lebih tinggi dibandingkan input lainnya, harganya akan makin rendah. Harga tenaga kerja tersebut digambarkan sebagai pendapatan atau upah
d.
2.
Pemberlakuan upah minimum sektoral. Perbandingan upah tenaga kerja pertanian dibandingkan sektor lainnya masih relatif cukup rendah. Karena seperti yang disampaikan pada latar belakang penelitian ini, di Kabupaten Malang belum ditetapkan upah minimum sektoral untuk sektor pertanian. Sehingga, tenaga kerja pertanian tidak memiliki aturan yang cukup jelas untuk melindungi haknya. Dan penentuan upah menjadi tidak terlalu menguntungkan bagi tenaga kerja sektor pertanian. Banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, seperti konsistensi penelitian dan kerentanan model terhadap adanya bias simultan antara variabel dependen dan independen, sehingga diharapkan dapat disempurnakan dan dikembangkan melalui penelitian-penelitian selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini bukan hanya hasil kerja keras penulis semata, melainkan hasil olah pikir serta dukungan berbagai pihak didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. Kepada Dr. Khusnul Ashar, SE.,MA. selaku pembimbing, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas arahan-arahan serta motivasi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kepada Bapak Drs. Mochamad Affandi, SU. dan Devanto Shasta Pratomo, SE.,M.Si.,MA.,Ph.D. selaku penguji, penulis berterima kasih atas kritik dan saran yang diberikan untuk penelitian kali ini. Kepada keluarga tercinta, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas dukungan dan semangat dalam proses pengerjaan penelitian ini. Kepada teman-teman penulis yang selalu berbagi inspirasi, kebahagiaan, serta dukungan penulis haturkan banyak terima kasih. Terakhir, penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang ikut berkontribusi yang tidak bisa disebutkan satu per satu. DAFTAR PUSTAKA Akhmad, D., dkk. 2009. Analisis Regresi Logit Ganda. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. http://gesaf.files.wordpress.com/2009/05/analisis-regresi-logistik-ganda1.pdf. diakses pada 11 Nopember 2013 Ariyoso. 2009. Regresi Logistik Biner. http://downloads.ziddu.com/downloadfiles/22325229/RegresiLogistik_S4L.pdf. diakses pada 8 Desember 2013 BAPPEDA Kabupaten Malang. (2011). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Malang, Tahun 20052010. http://malangkab.go.id diakses pada 25 Nopember 2011 Basri, S. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian dengan SPSS. http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/uji-validitas-dan-reliabilitas-item.html diakses pada 11 Nopember 2013 Bellante, D., Jackson, M,. 1983. Ekonomi Ketenagakerjaan. Terjemahan oleh Wimandjaya dan M. Yasin 1990. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI BPS. 2013. Berita Resmi Statistik BPS. 2012. Kecamatan Pujon Dalam Angka Tahun 2012. Malang : Badan Pusat Statistik BPS. Definisi tenaga kerja. http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/ index.php?option=com_content&task=view&id=800&Itemid=800 diakses pada tanggal 2 Oktober 2013 Data Primer Profesi Penduduk Kecamatan Pujon. http://pujon.malangkab.go.id/?page_id=38 diakses pada tanggal 26 September 2013 Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Yogjakarta : BPFE Gudono. 2011. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta : BPFE Hansson, Sven Ove. 2005. Decision Theory A Brief Introduction (Minor Revision). Stockholm : Royal Institute of Technology (KTH). http://home.abe.kth.se/~soh/decisiontheory.pdf diakses pada 21 September 2013 Isyanto. 2010. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Khaafidh, M. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Untuk Bekerja di Kegiatan Pertanian (Studi Kasus : Kabupaten Rembang). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Universitas Diponegoro Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis?. Edisi Tiga. Jakarta : Erlangga Mosher, AT.1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta : CV. Yasaguna Moore, Gary A., Elkin, Randyl D.1983. Labor and The Economy. Ohio : South-Western Publishing Co. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia Nicholson, Walter. Tanpa tahun. Mikroekonomi Intermediate & Aplikasinya. Edisi kedelapan. Terjemahan oleh IGN Bayu Mahendra dan Abdul Azis. 2002. Jakarta : Erlangga
Pamungkas, SS. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Untuk Memasuki Sektor Industri Atau Sektor Pertanian (Studi Kasus Di Desa Ploso Kabupaten Sidoarjo). Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Universitas Brawijaya Phillips, Ken. 2005. Labour in Agricultural Sector. Review - Institute of Public Affairs; Dec 2005; 57, 4; ProQuest, pg. 28 Potensi Kecamatan Pujon. http://pujon.malangkab.go.id/?page_id=361 diakses pada tanggal 26 September 2013 Purmono, A. 22 September 2010. Jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Malang Bertambah. http://www.tempo.co/read/news/2010/09/22/180279672/Jumlah-Pencari-Kerja-di-Kabupaten-MalangTerus-Bertambah diakses pada 26 Agustus 2013. Prabowo, H. 2011. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Desa Untuk Bekerja Di Kegiatan Non-Pertanian (Studi Kasus: Kabupaten Rembang). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : Universitas Diponegoro Sholeh, M. 2007. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah : Teori Serta Beberapa Potretnya di Indonesia. Jurnal Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, April 2007 Subekti, R. 2007. Partial Least Squares (PLS) Generalized Linear dalam Regresi Logistik. Makalah disajikan dalam Seminar MIPA Nasional, FMIPA UNY, Yogyakarta, 25 Agustus Simanjuntak, Payaman J., 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : LPFEUI Sumaryanto, P. 2002. Kelayakan Sektor Pertanian Sebagai Sektor Andalan Pembangunan Ekonomi Indonesia, hal. 95-108. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya United Nations Publication. 1973. Aspek Demografis Tenaga Kerja. Terjemahan oleh Rozy Munir dan Budiarto. 1985. Jakarta : CV. Akademika Pressindo Usman, H., Akbar, P. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara Yustika, E. 2008. Ekonomi Kelembagaan Definisi, Teori dan Strategi Edisi Kedua. Malang : Bayumedia Publishing Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial & Bisnis Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu Tocco, B., Davidova, S., and Bailey, A. 2012. Key Issues in Agricultural Labour Markets A Review of Major Studies and Project Reports on Agricultural and Rural Labour Markets. Working Paper No. 20. http://www.ceps.eu/ceps/dld/6817/pdf diakses pada 25 September 2013 Todaro, Michael P. & Smith, Stephen C. Tanpa tahun. Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Edisi Kesembilan. Terjemahan oleh Drs. Haris Munandar, M.A & Puji A.L., SE. Jakarta : Erlangga Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2013%20Th%202003%20ttg %20Ketenagakerjaan.pdf diakses pada 27 September 2013