ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GOOD CORPORATE GOVERNANCE RATING ( Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Disusun oleh : ICHSAN PAMUNGKAS NIM. C2C009047
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
i
PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun
:
Ichsan Pamungkas
Nomor Induk Mahasiswa
:
C2C009047
Fakultas/Jurusan
:
Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi
:
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GOOD CORPORATE GOVERNANCE RATING (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011)
Dosen Pembimbing
:
Dul Muid, S.E, M.Si, Akt.
Semarang, 26 Maret 2013 Dosen Pembimbing,
(Dul Muid, S.E, M.Si,Akt.) NIP. 196505131994031002
ii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN
Nama Mahasiswa
:
Ichsan Pamungkas
Nomor Induk Mahasiwa
:
C2C009047
Fakultas/Jurusan
:
Ekonomika dan Bisnis/Akuntansi
Judul Skripsi
:
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GOOD CORPORATE GOVERNANCE RATING (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011)
Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 9 April 2013 Tim Penguji :
1.
Dul Muid, S.E., M.Si., Akt.
(.................................)
2.
Dr. Endang Kiswara, S.E., M.Si., Akt.
(.................................)
3.
Shiddiq Nur Rahardjo, S.E., M.Si., Akt.
(.................................)
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Ichsan Pamungkas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GOOD CORPORATE GOVERNANCE RATING (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011), adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah- olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 26 Maret 2013 Yang membuat pernyataan,
Ichsan Pamungkas NIM. C2C009047
iv
ABSTRACT This research aims to examine the effects of firm’s characteristics on Good Corporate Governance (GCG) rating, refers to the study done by Ariff et al (2007) in Malaysia. There are differences between this research and the research done by Ariff et al, such as samples and regression tools used. This research analyzing firm characteristics as determinants of good corporate governance score in Indonesia. The firm’s characteristics are divided into 8 variables: profitability, ownership concentration, firm’s size, leverage, growth of sales, firm’s age, countries of operation, and firm’s valuation. The population of this research is all firms which are listed in Corporate Governance Perception Index (CGPI) in year 2009-2011. Sampling method used in this research is purposive sampling. Based on purposive sampling that has been done, the collected samples are 11 firms. Analysis technique used in this research is multiple linear regression because score based on criterias made by IICG is used to measure the dependent variables. The empirical results show that ownership concentration, firm size, firm’s age, and firm’s valuation have positively significant influenced on assesment of GCG mechanism. High percentage of ownership, increasing ages, Tobins’s Q ratio and high total asset will affect higher CG score. While profitability, leverage, growth of sales, and countries of nation has no significant influenced on GCG rating. Keywords : Good Corporate Governance (GCG), Rating, Firm’s Characteristics, Firm’s Age, Firm Size, and Countries of Nation.
v
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari karakteristik perusahaan terhadap Good Corporate Governance (GCG) rating, mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ariff et al (2007) di Malaysia. Ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariff et al, seperti penentuan sampel dan alat regresi yang digunakan. Penelitian ini menganalisis karakteristik perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi GCG rating. Karakteristik perusahaan terbagi menjadi variabel yaitu profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perusahaan yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI) tahun 2009-2011. Metode sampling dalam penelitian ini yaitu metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penentuan sampel diperoleh sampel sebanyak 11 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda karena variabel dependen dalam penelitian ini merupakan data berupa skor berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh IICG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap GCG rating. Tingginya persentase kepemilikan, bertambahnya umur, rasio Tobin’s Q, dan peningkatan total aset akan menghasilkan skor CG yang lebih tinggi. Sementara itu profitabilitas, leverage, pertumbuhan, dan negara operasional tidak berpengaruh signifikan terhadap GCG rating. Kata kunci : Good Corporate Governance (GCG), Rating, Karakteristik Perusahaan, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Negara Operasional.
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Persahabatan merupakan wujud silaturahmi kepada sesama makhluk dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Bambang Satmoko)
Coming together is a beginning, keeping together is progress, working together is success. (@ihatequotes)
Skripsi ini saya persembahkan untuk : Kedua orang tua dan kakak- kakak tersayang atas doa dan dukungannya. Teman- teman Akuntansi Undip atas perhatian & dukungannya.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan
skripsi
berjudul
“Analisis
Faktor-
Faktor
yang
Mempengaruhi Good Corporate Governance Rating (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Laporan Indeks CGPI Tahun 2009-2011)” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Selama penyusunan skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si., Akt., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2. Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 3. Dul Muid, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 4. Nur Cahyonowati, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen wali. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip, terutama dosen Jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan. 6. Orang tua tercinta beserta keluarga besar penulis atas doa dan dukungan yang tiada henti. 7. Keluarga besar Akuntansi Reguler 1 angkatan 2009 UNDIP, terima kasih untuk pengalaman dan pembelajaran yang berharga selama kuliah, tetap semangat karena kesuksesan menunggu kita di masa depan.
viii
8. Teman- teman satu atap, Wisma Sarjana, terima kasih atas tawa dan rasa kekeluargaan yang dialami selama masa kuliah. 9. Tim 1 KKN Desa Amongrogo, Kec. Limpung, Kab. Batang, terima kasih atas pengalaman baru yang seru, menyenangkan, melelahkan, dan haru. Dalam waktu sekejap kita bisa menjadi keluarga yang akrab. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, yang telah membantu penulis dalam bentuk doa maupun dukungan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 26 Maret 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ..................................................................................................i Halaman Persetujuan Skripsi ...........................................................................ii Pengesahan Kelulusan Ujian ..........................................................................iii Pernyataan Orisinalitas Skripsi .......................................................................iv Abstract ............................................................................................................v Abstrak ...........................................................................................................vi Motto dan Persembahan ................................................................................vii Kata Pengantar .............................................................................................viii Daftar Isi ..........................................................................................................x Daftar Tabel ..................................................................................................xv Daftar Gambar .............................................................................................xvii Daftar Lampiran ..........................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................12 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................13 1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................14 BAB II TELAAH PUSTAKA........................................................................15 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ...................................15
x
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory).....................................15 2.1.2 Corporate Governance ....................................................17 2.1.2.1 Pengertian Corporate Governance ...................17 2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance .......................19 2.1.2.3 Prinsip- Prinsip Corporate Governance ...........20 2.1.2.4 Model dan Sistem Corporate Governance .......26 2.1.2.5 Mekanisme Corporate Governance .................29 2.1.3 Corporate Governance Rating .........................................30 2.1.3.1 Pengertian CGPI ................................................31 2.1.3.2 Tujuan Riset dan Pemeringkatan CGPI .............32 2.1.3.3 Metodologi Riset dan Pemeringkatan CGPI ......33 2.1.4 Karakteristik Perusahaan ...................................................40 2.1.4.1 Profitabilitas .......................................................41 2.1.4.2 Konsentrasi Kepemilikan ...................................41 2.1.4.3 Ukuran Perusahaan .............................................42 2.1.4.4 Leverage .............................................................43 2.1.4.5 Pertumbuhan .......................................................44 2.1.4.6 Umur Perusahaan ................................................44 2.1.4.7 Negara Operasional .............................................45 2.1.4.8 Nilai Perusahaan ..................................................45 2.1.5 Penelitian Terdahulu ...........................................................46
xi
2.2 Kerangka Pemikiran ...........................................................................50 2.3 Perumusan Hipotesis ..........................................................................56 2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CG Rating ......................56 2.3.2 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Terhadap CG Rating ...57 2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap CG Rating ............59 2.3.4 Pengaruh Leverage Terhadap CG Rating ............................60 2.3.5 Pengaruh Pertumbuhan Terhadap CG Rating ......................61 2.3.6 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap CG Rating ...............62 2.3.7 Pengaruh Negara Operasional Terhadap CG Rating ...........63 2.3.8 Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap CG Rating ...............64 2.3.9 Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap CG Rating ...66 BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................67 3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ....................................67 3.1.1 Variabel Dependen ...............................................................67 3.1.2 Variabel Independen ............................................................68 3.2 Populasi Dan Sampel ..........................................................................75 3.3 Jenis Dan Sumber Data .......................................................................76 3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................76 3.5 Metode Analisis Data ..........................................................................77 3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................77 3.5.2 Analisis Regresi Berganda ...................................................77
xii
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ................................................................79 3.5.3.1 Uji Multikolineritas ...............................................79 3.5.3.2 Uji Autokorelasi ....................................................79 3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas ..........................................80 3.5.3.4 Uji Normalitas .......................................................80 3.5.4 Uji Hipotesis .........................................................................81 3.5.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............81 3.5.4.2 Uji Statistik t .........................................................82 3.5.4.3 Uji Koefisien Determinasi .....................................82 BAB IV HASIL DAN ANALISIS ........................................................................83 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................83 4.2 Analisis Data .......................................................................................83 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................83 4.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................89 4.2.2.1 Uji Multikolineritas ...............................................89 4.2.2.2 Uji Autokorelasi ....................................................90 4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ..........................................91 4.2.2.4 Uji Normalitas .......................................................94 4.2.3 Uji Hipotesis .........................................................................95 4.2.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F).............95 4.2.3.2 Uji Statistik t .........................................................96
xiii
4.2.3.3 Uji Koefisien Determinasi .....................................99 4.3 Interpretasi hasil ................................................................................100 4.3.1 Hipotesis 1 ..........................................................................101 4.3.2 Hipotesis 2 ..........................................................................102 4.3.3 Hipotesis 3 ..........................................................................104 4.3.4 Hipotesis 4 ..........................................................................106 4.3.5 Hipotesis 5 ..........................................................................108 4.3.6 Hipotesis 6 .........................................................................110 4.3.7 Hipotesis 7 .........................................................................111 4.3.8 Hipotesis 8 .........................................................................113 4.3.9 Hipotesis 9 .........................................................................114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................115 5.1 Kesimpulan .......................................................................................115 5.2 Keterbatasan .....................................................................................116 5.3 Saran .................................................................................................117 Daftar Pustaka .....................................................................................................118 Lampiran-Lampiran ............................................................................................120
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Cakupan Dan Bobot Penilaian CGPI ............................................35 Tabel 2.2 Tahapan Dan Bobot Nilai CGPI ...................................................39 Tabel 2.3 Kategori Pemeringkatan CGPI .....................................................40 Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...................................................49 Tabel 3.1 Definisi Operasional .....................................................................73 Tabel 4.1 Objek Penelitian ............................................................................83 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ........................................................................84 Tabel 4.3 Tabel Multikolinearitas .................................................................90 Tabel 4.4 Uji Runs ........................................................................................91 Tabel 4.5 Hasil Uji Glejser ...........................................................................93 Tabel 4.6 Uji Kolmogorov-Smirnov ..............................................................94 Tabel 4.7 Uji Statistik F ................................................................................95 Tabel 4.8 Uji Regresi ....................................................................................96 Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ...........................................99 Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi ........................................................100 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis 1 ................................................................ 101 Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis 2 ...........................................................102 Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis 3 ...........................................................104 Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis 4 ...........................................................106
xv
Tabel 4.15 Hasil Uji Hipotesis 5 ................................................................108 Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis 6 ................................................................110 Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis 7 ................................................................113 Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis 8 ................................................................114
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................55 Gambar 4.1 Hasil Uji Scatterplot .................................................................92
xvii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran A Hasil Tabulasi Data ..................................................................121 Lampiran B Hasil Output SPSS ...................................................................126
xviii
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan membahas mengenai alasan- alasan dilakukannya penelitian, baik berdasarkan bukti empiris maupun adanya researchgap di dalam hasil penelitian- penelitian terdahulu. Dalam bab ini juga akan diuraikan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian ini. 1.1
Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global yang melanda kawasan Asia Timur pada akhir
tahun 1997 dan terbukanya skandal keuangan berskala besar misalnya kasus yang terjadi pada Enron dan Worldcom mengakibatkan para ahli
ekonom
mendiskusikan peran dari sistem corporate governance (CG) untuk mengatasi masalah tata kelola perusahaan dalam suatu negara. CG berkembang menjadi sebuah topik yang menarik untuk diteliti saat ini. Hal ini karena meningkatnya kebutuhan untuk menerapkan konsep CG yang disuarakan secara global. Keadaan tersebut didorong oleh terjadinya skandal pada Enron di Amerika Serikat serta PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk (Boediono, 2005) di Indonesia. Misalnya saja pada kasus PT Kimia Farma Tbk, karena kurangnya kesadaran terhadap pentingnya penerapan CG, PT Kimia Farma Tbk terbukti melakukan tindak manajemen laba yaitu memanipulasi nilai laba menjadi lebih besar yang bertujuan untuk menarik investor agar mau menanamkan modal di perusahaan itu.
1
2
Hashim (2009) dalam Pramono (2011) mendefinisikan CG sebagai kombinasi dari proses dan struktur yang dilakukan oleh dewan direksi untuk mengotorisasi, mengarahkan, dan mengawasi manajemen untuk menuju pencapaian dari tujuan tersebut. Definisi tersebut menggambarkan perlunya penerapan CG dalam mengawasi manajemen untuk pencapaian tujuan perusahaan. Definisi CG dalam sudut pandang berbeda disampaikan oleh Rezaee (2007) dalam Pramono (2011) yaitu proses yang terus menerus dari pengelolaan, pengendalian, dan penilaian bisnis untuk menciptakan nilai pemegang saham (shareholder) dan melindungi kepentingan dari pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa CG merupakan alat untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham serta melindunginya dari benturan kepentingan. Corporate governance atau tata kelola perusahaan merupakan salah satu hal yang penting, bukan hanya kepentingan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui sejauh mana struktur perusahaan dan praktik yang telah mereka lakukan, namun juga penting kepada setiap pelaku dalam pasar. Ciri utama dari CG yang buruk adalah adanya tindakan dari manajer yang mementingkan dirinya sendiri
sehingga
mengabaikan
kepentingan
investor,
dimana
ini
akan
menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang return atas investasi yang mereka harapkan (Darmawati dkk, 2004 dalam Pramono, 2011). Kinerja perusahaan yang tergambar dari baik atau tidaknya pengelolaan perusahaan akan memberikan informasi bagi para pelaku pasar dalam arti khusus yaitu investor untuk membuat keputusan investasi. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 semakin menambah keyakinan para ekonom dan
2
3
manajemen perusahaan untuk menerapkan praktik GCG di Indonesia. Dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik diharapkan akan mampu menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Manfaat CG menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah : 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders. 2. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanam modal di Indonesia. 3. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen. 4. Mempermudah mendapat dana pembiayaan sehingga dapat meningkatkan corporate value. Indonesia mulai menerapkan prinsip tata kelola perusahaan sejak menandatangani Letter of Intent (LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah penjadwalan perbaikan pengelolaan perusahaan ( corporate governance ) di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melalui kep-10/M.EKUIN/08/1999 membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang kemudian diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No: KEP-49/M.EKON/11/2004. Komite ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional tentang CG, antara lain meliputi Code
3
4
for Good Corporate Governance. Selanjutnya secara berkesinambungan KNKG memantau dan mengawasi praktik CG di Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) kemudian mengikuti penerapan CG dengan menerbitkan surat edaran Bapepam No.Se-03/PM/2000 tentang komite audit, menerbitkan peraturan pencatatan Bursa Efek Jakarta Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa pada tanggal 1 Juli 2000 dan beberapa peraturan lainnya, serta memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan publik (Khomsiyah, 2005 dalam Rahadianti, 2011). Kementerian Badan Usaha Milik Negara juga mewajibkan seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menerapkan prinsip GCG yang diatur dalam Keputusan Menteri BUMN KEP—117/M-MBU/2002. Penerapan GCG di BUMN bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan mendorong pengelolaannya secara profesional, transparan dan efisien, akuntabilitas, adil, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. Secara sistem Kementerian BUMN telah menetapkan tahap pelaksanaan GCG di BUMN yang diawali tahapan sosialisasi, penilaian, dan review penerapan GCG. Pada bulan Februari 2006 Bank Indonesia mencetuskan penerapan prinsip GCG di sektor perbankan. BI mengeluarkan petunjuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik melalui PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. BI menyadari bahwa semakin kompleks permasalahan yang dihadapi oleh bank, maka semakin tinggi pula kualitas GCG yang perlu diimplementasikan oleh dunia perbankan. Tujuan dari peraturan tersebut adalah
4
5
untuk meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku serta nilai- nilai etika yang berlaku umum pada perbankan. Peningkatan kualitas pelaksanaan GCG merupakan salah satu upaya untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai dengan visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Sektor swasta dan kalangan masyarakat juga berinisiatif membantu aktivitas sosialisasi dari pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dengan membentuk lembaga, antara lain : Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI), Indonesian Society of Independent Commissioners (ISICOM), KADIN Indonesia Komite Tetap GCG, Ikatan Komite Audit Indonesia, dan The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Masing- masing lembaga tersebut bertujuan sama yaitu untuk mensosialisasikan CG di Indonesia walaupun dengan cara yang berbeda. Perkembangan CG secara global mengakibatkan beberapa organisasi di dunia melakukan penilaian dan pemeringkatan terhadap perusahaan yang telah menerapkan praktik CG. Penilaian terhadap praktik CG kemudian diterbitkan dalam bentuk laporan tahunan yang dapat dilihat oleh masyarakat pada umumnya dan para pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan pada khususnya. Governance Metrics International (2004), Institutional Shareholders Services (2003), dan S&P Ratings merupakan contoh agensi yang melakukan penilaian dan pemeringkatan terhadap praktik CG. Laporan hasil penilaian dan pemeringkatan GCG menjadi sesuatu hal yang menarik bagi investor dan kreditor karena
5
6
dianggap sebagai hasil refleksi dari penerapan CG yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi skor dan peringkat yang diperoleh oleh perusahaan, maka semakin besar pula kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tersebut. Oleh karena itu, beberapa tahun belakangan ini terdapat cukup banyak penelitian yang menggunakan penilaian, skor, dan peringkat GCG sebagai tolak ukur kesuksesan perusahaan. Penelitian mengenai CG rating diantaranya dilakukan oleh Bauer et al. (2004) yang menganalisis hubungan antara standar tata kelola yang berbeda berdasarkan Deminor Corporate Governance Ratings dan pengembalian saham, nilai perusahaan, dan kinerja operasional untuk sebagian besar perusahaan yang termasuk di dalam FTSE Eurotop 300. Deminor merupakan pemeringkatan yang mengevaluasi sekitar 300 kriteria governance yang berbeda tiap perusahaan, dimana terbagi dalam empat kategori yaitu (1) hak dan kewajiban dari pemegang saham; (2) range of takeover defence; (3) pengungkapan CG; (4) struktur organisasi dan fungsi. Klapper dan love (2004) meneliti faktor- faktor CG menggunakan Governance Index (GI) berdasarkan peringkat yang dibuat oleh Credit Lyonnaise Securities Asia (CLSA) dan menemukan bahwa tingkat pertumbuhan, profitabilitas, dan komposisi aset berhubungan positif dengan CG. Lain halnya dengan
penelitian
yang dilakukan
oleh
Drobetz
et
al.
(2004)
yang
mengembangkan CGrating berdasarkan hasil respons kuesioner yang diambil dari perusahaan- perusahaan di Jerman. Hasil dari penelitian tersebut yaitu ada hubungan antara persentase kepemilikan dengan CG rating.
6
7
Brown dan Caylor (2006) menganalisis korelasi antara CG dan kinerja perusahaan menggunakan skor industry-adjustedcorporate governance quotient (CGQ), dimana sistem rating dikembangkan olehInstitutional Shareholders Service Inc. untuk membantu investor institusional untuk mengevaluasi kualitas dewan korporasi. Brown dan Caylor menemukan bahwa profitabilitas diukur dengan semua metode berpengaruh positif terhadap CGQ scores. Ariff, et al (2007) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap CGlevel berdasarkan Corporate Governance Reporting Initiative (2004) di Malaysia. Faktor- faktor karakteristik perusahaan yang diteliti meliputi profitabilitas, leverage, umur perusahaan, market valuation, pertumbuhan, ukuran perusahaan, negara operasional, dan struktur kepemilikan. Dari hasil penelitian tersebut, Ariff, et al menemukan bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh siginfikan terhadap CG rating, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan. Hasil berbeda dikemukakan oleh Darmawati (2006) yang meneliti pengaruh
karakteristik
perusahaan
terhadap
kualitas
implementasi
CG.
Karakteristik perusahaan dibagi menjadi 3 variabel bebas yaitu kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, dan leverage. Sedangkan ukuran perusahaan dan faktor regulasi dimasukkan sebagai variabel kontrol penelitian. Dalam penelitian ini, kualitas implementasi CG diukur dengan menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Hasil penelitian ini adalah konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG.
7
8
Penelitian yang menganalisis penilaian GCG juga dilakukan oleh Sulistiyowati et al (2010) yang melakukan penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas, leverage, dan growthterhadapGCG sebagai variabel terikat. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan, terhadap GCG yang menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Selanjutnya penelitian serupa di Indonesia dilakukan oleh Taman dan Nugroho (2010). Penelitian tersebut menganalisis pengaruh konsentrasi kepemilikan, kesempatan investasi, dan leverage terhadap kualitas implementasi CG. Pengujian regresi berganda dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas implementasi CG. Pengukuran kualitas implementasi CG dilakukan dengan menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa hanya variabel leverage yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2012. Penelitian tersebut melakukan uji analisis pengaruh karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap implementasi CG. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil uji yaitu profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi CG. Di
Indonesia,
salah
satu
organisasi
yang
melakukan
kegiatan
pemeringkatan terhadap praktik CG yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). IICG adalah sebuah lembaga independen yang melakukan
8
9
kegiatan diseminasi dan pengembangan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance —GCG) di Indonesia. Pernyataan visi “Menjadi lembaga independen dan bermartabat untuk mendorong terciptanya perilaku bisnis yang sehat”, menjadi inspirasi IICG untuk selalu berupaya mengembangkan konsep, praktik, dan manfaat GCG kepada dunia bisnis khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan riset penerapan GCG yang dilakukan oleh perusahaan, yang kemudian hasilnya dituangkan dalam sebuah laporan yang disebut Corporate Governance Perception Index (CGPI). Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah riset dan pemeringkatan penerapan GCG di perusahaan publik dan BUMN berdasarkan survey dan pemberian skor. Pelaksanaan CGPI dilandasi oleh pemikiran mengenai perlunya mengetahui sejauh mana perusahaan- perusahaan publik di Indonesia telah menerapkan praktik dan konsep tata kelola perusahaan yang baik. Hasil dari riset yang dilakukan oleh IICG, yaitu pemeringkatan CGPI, dianggap sebagai sebuah prestasi bagi perusahaan- perusahaan publik dan BUMN yang masuk dalam kategori sangat terpercaya, terpercaya, dan cukup terpercaya. Oleh karena itu, hal ini akan mendorong manajemen perusahaan untuk membenahi kinerja agar memperoleh predikat sangat terpercaya dan menerapkan konsep dan praktik dari GCG. Tiap tahunnya, di dalam laporan CGPI akan dicantumkan nama perusahaan- perusahaan publik dan BUMN yang kinerjanya dinilai telah efektif dan efisien sesuai dengan skor dan peringkat yang telah ditentukan. Oleh sebab
9
10
itu, penelitian ini akan membahas faktor- faktor apa saja yang menyebabkan perusahaan- perusahaan publik terdaftar dalam pemeringkatan CGPI. Faktorfaktor yang akan diuji merupakan karakteristik perusahaan terkait yang menjadi sampel penelitian. Penelitian ini mengacu kepada penelitian oleh Ariff, et al (2010) di Malaysia. Namun demikian terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan indeks CGPI sebagai populasi penelitian pada tahun yang berbeda yaitu pada tahun 2009-2011. Selain itu, model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian juga berbeda dengan penelitian Ariff et al yaitu regresi linear berganda karena skala pengukuran berupa interval skor dari hasil indeks CGPI sesuai dengan objek penelitian . Hasil penelitian- penelitian terdahulu yang masih belum konsisten menyebabkan dilakukannya penelitian ini untuk menguji lebih lanjut mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penilaian GCG di Indonesia. Studi ini mengasumsikan bahwa karakteristik perusahaan berupa profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan memiliki pengaruh terhadap corporate governance rating. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul: “ Analisis FaktorFaktor
yang
MempengaruhiCorporate
Governance
Rating”
studikasuspada perusahaan yang terdaftar dalam CGPI tahun 2009-2011.
1.2
Rumusan Masalah
10
dengan
11
Konsep CG saat ini berkembang menjadi fokus pembahasan dalam diskusi bisnis di hampir setiap pasar saham di seluruh dunia karena pelaksanaan GCG yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global di akhir tahun 1997. Penelitian mengenai penerapan GCG telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu, namun masih terdapat perbedaan hasil uji. Misalnya saja Darmawati (2006) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG, sedangkan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks CG. Namun Taman dan Nugroho (2010) menemukan bahwa leverage berpengaruh terhadap kualitas implementasi CG, sedangkan variabel konsentrasi kepemilikan dan kesempatan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks CG. Sebaliknya,. Research gap itu muncul karena perbedaan pengembangan teori dan perumusan logika penelitian serta sampel penelitian. Berdasarkan research gap itu, dilakukan penelitian ini untuk menguji lebih lanjut pengaruh karakteristik perusahaan terhadap GCG rating. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diketahui rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu : 1. Apakah ada pengaruh dari profitabilitas perusahaan terhadap corporate governance rating ? 2. Apakah ada pengaruh dari konsentrasi kepemilikan terhadap corporate governance rating ? 3. Apakah ada pengaruh dari ukuran perusahaan terhadap corporate governance rating ?
11
12
4. Apakah ada pengaruh dari leverage perusahaan terhadap corporate governance rating ? 5. Apakah ada pengaruh dari pertumbuhan terhadap corporate governance rating ? 6. Apakah ada pengaruh dari umur perusahaan terhadap corporate governance rating? 7. Apakah ada pengaruh dari negara operasional terhadap corporate governance rating? 8. Apakah ada pengaruh dari nilai perusahaan terhadap corporate governance rating? 9. Apakahadapengaruhdarikarakteristikperusahaanterhadap CGR?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti analisis
mengenai apakah karakeristik perusahaan khususnya profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap CG rating, sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis: dapat dipakai sebagai penambah pengetahuan, khususnya pengaruh karakteristik perusahaan terhadap sistem CG. 2. Bagi perusahaan: dapat membantu manajemen dalam menilai kinerja mereka dan bahan pertimbangan investor dalam melakukan pengambilan keputusan investasi. 12
13
3. Bagi ilmu pengetahuan: dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi akademisi: hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur pembuatan materi mengenai pengaruh CG dalam sebuah perusahaan di negara berkembang seperti Indonesia.
1.4
Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bagian atau bab dengan penjelasan
berupa uraian yang dibagi menjadi beberapa sub-bab untuk memudahkan memahami penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan skripsi akan diuraikan secara singkat sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi gambaran ringkas dari isi skripsi. Bab ini menguraikan antara lain alasan latarbelakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TELAAH PUSTAKA Bab ini memaparkan teori- teori yang melandasi permasalahan yang akan diteliti. Kemudian dijelaskan mengenai penelitianpenelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini. Dan yang terakhir diuraikan juga perumusan hipotesis penelitian serta model
13
14
kerangka pemikiran yang akan memudahkan dalam memahami penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan definisi operasional tiap variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat yang akan diuji, jenis dan sumber data penelitian, kemudian penentuan populasi dan sampel penelitian, lalu yang terakhir metode pengumpulan data serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian yaitu populasi yang digunakan dalam penelitian serta penentuan sampel sesuai metode purposive sampling, analisis data, uraian mengenai beberapa pengujian seperti uji hipotesis serta interpretasi hasil dari pengujian yang telah dilakukan. BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dari penelitian dan hasil yang diperoleh, dan menjelaskan keterbatasan dari penelitian, serta saran- saran untuk penelitian selanjutnya.
14
BAB II TELAAH PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori dan bahasan hasil- hasil penelitian terdahulu yang sejenis. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan mengenai kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis penelitian. 2.1
Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada teori agensi yang menyatakan adanya
perbedaan kepentingan antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal perusahaan. Penerapan GCG diyakini mampu mengurangi adanya tindakan sewenang- wenang dari manajer yang dapat merugikan pihak prinsipal. 2.1.1
Teori Keagenan ( Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Agar hubungan ini dapat berjalan dengan baik, pemilik akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan antara agen dan pemilik inilah yang merupakan inti dari konsep teori keagenan. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi. Kemudian asumsi tersebut dibagi menjadi tiga jenis, yaitu asumsi mengenai sifat dasar manusia, asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat dasar manusia menekankan bahwa manusia sering mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki
15
16
pemikiran terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia senantiasa menghindari resiko (risk averter). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara manajer dan pemilik. Asumsi informasi
adalah
bahwa
informasi
merupakan
komoditi
yang
dapat
diperjualbelikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, maka dapat diketahui bahwa antara pemilik (principal) dan manajer saling mengutamakan kepentingan diri sendiri. Principal termotivasi mengikat kontrak untuk mendapatkan keuntungan dengan tingkat profitabilitas yang selalu meningkat, sedangkan manajer termotivasi untuk memaksimalkan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya yaitu antara lain mendapatkan dana investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Dengan demikian terdapat 2 kepentingan yang berbeda antara principal dan agent. Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara agent dan principal biasa disebut agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah adanya asimetri informasi (information asymmetric). Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak mengetahui banyak tentang informasi dalam perusahaan dan kinerja manajemen, sedangkan sebaliknya manajer sebagai agen mengetahui lebih banyak mengenai lingkungan perusahaan, kapasitas diri, dan kondisi perusahaan secara keseluruhan.
16
17
Oleh karena itu prinsipal perlu menciptakan suatu sistem yang dapat mengawasi kinerja manajer agar berjalan sesuai dengan harapannya. Aktivitas ini meliputi biaya penciptaan standar, biaya monitoring agen, penciptaan sistem informasi akuntansi, dan sebagainya. Aktivitas ini kemudian biasa disebut sebagai agency cost. CG yang merupakan konsep yang didasarkan teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk meyakinkan investor bahwa mereka akan tetap mendapatkan profit atas investasi yang telah dilakukan terhadap perusahaan. Dengan demikian CG diharapkan dapat berfungsi pula untuk menekan atau menurunkan biaya agency cost. Peringkat penerapan mekanisme GCG dalam laporan CGPI dianggap sebagai sebuah penghargaan bagi perusahaan yang telah mengelola kinerja manajemen dengan baik. Hal ini mengundang banyak perusahaan yang termotivasi untuk membenahi tata kelola perusahaan mereka agar senantiasa mendapat kepercayaan dari masyarakat melalui rating yang dilakukan oleh IICG. 2.1.2
Corporate Governance 2.1.2.1 Pengertian Corporate Governance Definisi CG banyak dikemukakan oleh berbagai pihak, baik individu maupun lembaga-lembaga. Seperti yang dikutip oleh Susilo dan Simarmata (2007) dalam Narwasti (2010), definisi mengenai corporate governance (CG) pertama kali dikeluarkan oleh Cadbury Committee pada
17
18
tahun 1992 menyatakan bahwa, ” corporate governance adalah sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perseroan”. International Chamber of Commerce mengeluarkan pendapat lain terhadap pengertian CG. Seperti yang dikutip oleh Narwasti (2010), “corporate governance adalah suatu tata hubungan antara manajemen perseroan, direksi, pemodal, masyarakat, dan institusi lain yang ikut menginvestasikan uangnya pada perseroan serta mengharapkan imbalan atas investasinya tersebut”. The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memberikan pendapat yang berbeda terkait definisi CG. Pada tahun 2004 OECD menyatakan bahwa, “corporate governance merupakan seperangkat tata hubungan di antara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya”. Pemerintah Indonesia memiliki pandangan tersendiri mengenai definisi CG. Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002 mendefinisikan CG sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai etika. Lembaga- lembaga yang fokus pada penerapan CG juga turut berpendapat tentang pengertian dari CG. Warsono (2007) dalam Narwasti (2010) mengutip dari Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI)
18
19
menyatakan
bahwa
CG
merupakan
seperangkat
peraturan
yang
menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta pemegang saham. Rezaee (2007) seperti dikutip oleh Fadhilah (2013) mendefinisikan corporate governance sebagai: “…is a process effected by legal, regulatory, contractual, and market-based mechanisms and best practices to create substantial shareholders value while protecting the interests of other shareholders.” “[… merupakan proses yang diakibatkan karena mekanisme yang legal, diatur, bersifat kontraktual, dan berbasis pasar serta praktik terbaik untuk menciptakan nilai yang substansial bagi para pemegang saham dan melindungi kepentingan pemegang saham lain].” Dari definisi- definisi di atas bisa disimpulkan bahwa GCG merupakan suatu proses dan struktur akibat mekanisme pengaturan yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola perusahaan. Mekanisme ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemajuan usaha dan akuntabilitas perusahaan yang juga menekankan pada pentingnya pemenuhan tanggung jawab kepada para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. 2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance Menurut Arafat et al. (2008) dalam Narwasti (2010), manfaat penerapan CG yaitu: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan operasional
19
20
perusahaan
serta
lebih
meningkatkan
pelayanan
kepada
stakeholders. 2. Meningkatkan corporate value. Tjager (2003) mengungkapkan bahwa GCG dapat meningkatkan kinerja keuangan dan mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusankeputusan yang menguntungkan diri sendiri. 3. Meningkatkan kepercayaan investor. Survey yang dilakukan oleh McKinsey & Co mengatakan bahwa GCG menjadi perhatian utama para investor menyamai kinerja finansial dan potensi pertumbuhan, khususnya bagi pasar- pasar yang sedang berkembang. 4. Meningkatkan kepuasan pemegang saham. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder’s value dan dividen. 2.1.2.3 Prinsip- Prinsip Corporate Governance Prinsip- prinsip GCG menurut Organization for Economic Corporation and Development (OECD) mencakup lima bidang utama, yaitu : 1. Perlindungan terhadap hak- hak para pemegang saham. Kerangka yang dibangun harus melindungi hak- hak dasar para pemegang saham yaitu : a. Mendapatkan rasa aman dalam metode pencatatan kepemilikan b. Mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya 20
21
c. Memperoleh informasi perusahaan yang relevan secara berkala dan pada waktu yang tepat sehingga efektif dalam pengambilan keputusan d. Ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS e. Memilih anggota dewan komisaris dan dewan direksi f. Memperoleh pembagian hasil keuntungan perusahaan
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham. Kerangka yang dibangun harus memperhatikan kesetaraan terhadap pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapat perbaikan atau penggantian atas pelanggaran terhadap hak- hak mereka. Prinsip ini juga bertujuan untuk menciptakan perlakuan yang sama atas saham- saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktik insider trading, abusive self-dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris dan eksekutif perusahaan untuk terbuka melaporkan jika terjadi benturan kepentingan. 3. Peranan para karyawan dan pihak- pihak yang berkaitan dengan perusahaan. Kerangka dasar CG harus memberikan pengakuan terhadap hakhak dari stakeholders, seperti ditentukan dalam undang- undang
21
22
dan mendorong kerjasama aktif antara perusahaan dengan mereka dalam
menciptakan
kesejahteraan,
lapangan
kerja,
dan
kesinambungan usaha perusahaan. 4. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transaparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi. Kerangka dasar CG harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi : informasi keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan keuangan. Di samping itu, informasi finansial dan non-finansial yang diungkapkan harus disusun, diaudit dan disajikan sesuai standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan melakukan audit tahunan, yang dilaksanakan oleh auditor independen untuk menyediakan jaminan obyektivitas atas laporan keuangan. 5. Akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya. Kerangka dasar dari CG harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan efektif terhadap manajemen oleh dewan komisaris dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangankewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta
22
23
kewajiban- kewajiban profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Pada umumnya prinsip- prinsip CG tersebut dirangkum dalam lima prinsip (Syakhroza, 2005 dalam Narwasti, 2010), yaitu: 1. Transparency ( Transparansi ) Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Prinsip transparansi berkaitan dengan adanya penyajian informasi kepada stakeholders, baik diminta maupun tidak diminta, mengenai hal- hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan. 2. Accountability ( Akuntabilitas ) Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, stakeholders lainnya sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Prinsip
akuntabilitas
berkaitan
dengan
pertanggungjawaban
komisaris atau dewan direksi atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola perusahaan.
23
24
3. Responsibility ( Pertanggungjawaban ) Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi. Pelaksanaan prinsip ini memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai- nilai sosial. 4. Independency ( Independensi ) Menjamin para komisaris dan direksi beserta manajemen secara mandiri melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya masingmasing sesuai dengan peraturan yang ada. Independensi atau kemandirian mengandung makna bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mengelola perusahaan, para pemegang saham, komisaris dan direksi sepenuhnya terlepas dari berbagai tekanan/ pengaruh pihak lain yang dapat merugikan, mengganggu, mengurangi objektivitas pengambilan keputusan atau menurunkan efektivitas pengelolaan kinerja perusahaan. 5. Fairness ( Keadilan ) Menjamin perlindungan hak- hak para pemegang saham, termasuk hak- hak pemegang saham minoritas, dan para pemegang saham asing, dan stakeholders lainnya, menjamin terlaksananya komitmen
24
25
dengan para investor dan stakeholder lainnya, pemberian perlakuan yang adil kepada stakeholders termasuk pemegang saham minoritas asing. Prinsip ini juga melarang adanya praktik- praktik insider trading, self dealing, dan conflict of interest. Sedangkan Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) merangkum prinsip penerapan GCG menjadi : 1. Akuntabilitas
(accountability).
Menjelaskan
fungsi,
sistem,
struktur, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan berlangsung secara efektif. 2. Transparansi (transparency). Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, akurat dan tepat pada waktunya mengenai semua hal yang penting bagi pihak perusahaan, kepemilikan, dan pemegang saham. 3. Keadilan (fairness). Menjamin adanya keadilan yang setara antara tiap
stakeholders
sesuai
dengan
perjanjian
dan
peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa tiap pemegang saham baik minoritas dan asing harus mendapat perlakuan yang sama. 4. Pertanggungjawaban (responsibility). Memastikan kesesuaian di dalam perusahaan terhadap korporasi yang sehat. Dalam hal ini perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat atau stakeholders dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan
25
26
menjunjung tinggi etika berbisnis untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang baik. Pelaksanaan prinsip- prinsip CG tersebut dimaksudkan untuk mencapai hal- hal sebagai berikut ( Tjager et al, 2003) : 1. Memaksimalkan nilai perseroan dan nilai pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip- prinsip GCG agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga menciptakan iklim yang mengandung investasi. 2. Mendorong pengelolaan persediaan secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan kemandirian Dewan Komisaris, Direksi dan RUPS. 3. Mendorong agar pemegang saham, anggota dewan direksi dan dewan komisaris dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku serta kesadaran dengan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan maupun kelestarian lingkungan. 2.1.2.4 Model dan Sistem Corporate Governance Suatu perusahaan di sebuah negara akan menerapkan konsep CG yang berbeda dengan perusahaan di negara lainnya. Hal ini berkaitan dengan pengaruh budaya, sosial, ekonomi politik, dan aturan hukum negara sehingga mempengaruhi penerapan CG pada sebuah perusahaan.
26
27
Oleh karena itu ada 2 pengelompokan model berdasarkan hukum (Syakhroza ,2005 dikutip oleh Narwasti, 2010), yaitu: a. Model Anglo-Saxon, yang mempunyai hukum komersial yang berbasis “common-law tradition”. b. Model Continental-European, yang mempunyai hukum komersial yang berbasis “civil-law tradition”. Karena dasar hukum suatu negara berbeda dengan negara lainnya, maka penerapan good governance suatu perusahaan di sebuah negara akan berbeda dengan perusahaan di negara lainnya. Konsep CG dan aturan implementasinya diadopsi dari negara- negara barat. Berdasarkan model tersebut, sistem CG dapat dibagi menjadi 2 sistem, ( Syakhroza, 2005 seperti dikutip oleh Narwasti, 2010) yaitu: a. Berdasarkan dominasi pasar ( market denominated ) b. Berdasarkan dominasi bank ( bank denominated ) Sistem berdasarkan dominasi pasar bercirikan pasar modal yang memegang peranan penting dalam perekonomiannya. Biasanya negara dengan model Anglo-Saxon yang menerapkan sistem market denominated. Pada
negara
yang
menganut
sistem
Anglo-Saxon,
mekanisme
pengendalian oleh kekuatan pasar bertindak sebagai pusat dari sistem pengendalian korporasi yang mereka anut. Untuk Continental,
negaramaka
negara
secara
yang
umum 27
menganut
menggunakan
model sistem
Europeandominasi
28
perbankan, dimana peranan mekanisme pasar tidak signifikan sehingga sering disebut “insider dominated control” yang didasarkan pada karakteristik relatif stabil dan kepemilikan perusahaan yang terkonsentrasi. Struktur CG menurut Arifin (2010) adalah suatu kerangka di dalam organisasi dimana berbagai prinsip governance harus didesain untuk mendukung berjalannya aktivitas organisasi secara bertanggungjawab dan terkendali. Menurut Arifin (2010) mengutip dari Syakhroza (2005) struktur governance yang baik harus memisahkan pihak pengambilan keputusan dengan pihak pengontrol keputusan. Struktur CG terbagi menjadi 2 macam, yang pertama yaitu single board (one-tier-board) dimana mayoritas merupakan negara dengan model Anglo-Saxon sehingga menganut sistem common-law tradition. Perusahaan dengan struktur governance one-tier-board menggabungkan fungsi komisaris sebagai pengawas dan direksi sebagai pengelola. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menjadi struktur tertinggi yang dapat mengangkat dan menghentikan jajaran dewan direksi atau komisaris maupun manajemen. Sedangkan struktur governance yang kedua yaitu double board (two-tier-board) dimana negara dengan model Continental European yang menganut sistem civil-law tradition termasuk Indonesia, menerapkan struktur governance ini kepada mayoritas perusahaan- perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Two-tier-board atau double board memiliki
28
29
makna bahwa terdapat pemisahan fungsi dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai pengelola perusahaan. RUPS menjadi struktur tertinggi yang berhak menentukan untuk mengangkat ataupun menghentikan seorang komisaris dan atau direksi di dalam perusahaan guna mecapai tujuan perusahaan. 2.1.2.5 Mekanisme Corporate Governance Suatu mekanisme diperlukan agar aktivitas dalam perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang ditetapkan. Mekanisme governance merupakan sebuah kesepakatan bersama yang menjelaskan hubungan antara pengambil keputusan dalam perusahaan dengan pihak yang melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut. Menurut Syakhroza (2005) dalam Narwasti (2010), mekanisme governance dapat dibagi menjadi 2 yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal berhubungan dengan pengendalian yang dilakukan menggunakan peraturan dan kebijakan perusahaan kepada pengelola perusahaan. Mekanisme governance internal dapat dilakukan dengan berbagai cara contohnya membuat kebijakan berkaitan dengan pemberian insentif kepada manajer apabila dapat meningkatkan laba dan profitabilitas perusahaan sehingga manajemen terpacu untuk senantiasa memperbaiki kinerja mereka dan menerapkan GCG dalam aktivitas operasional perusahaan.
29
30
Mekanisme eksternal sering disebut dengan mekanisme pasar, berhubungan dengan pengendalian yang terbentuk oleh pasar modal, pasar produk, dan pasar tenaga kerja (Syakhroza, 2005 dalam Narwasti, 2010) Nilai saham perusahaan yang dianggap merupakan refleksi kinerja manajemen akan mengakibatkan suatu kondisi baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi manajer untuk selalu meningkatkan kinerja dan manajemen akan menerapkan GCG untuk mencapai tujuan tersebut. Manajer yang dianggap tidak kompeten dan tidak menunjukkan adanya perbaikan kinerja yang baik berdasarkan opini pasar maka ada kemungkinan untuk digantikan oleh sekelompok manajer lain yang diharapkan mampu membawa perusahaan mendapatkan laba dan profitabilitas yang lebih besar. 2.1.3 Corporate Governance Rating Konsep GCG yang berkembang saat ini mengakibatkan berdirinya lembaga- lembaga yang melakukan fungsi penilaian dan pemeringkatan terhadap penerapan GCG. Lembaga- lembaga tersebut mengembangkan metode penilaian berdasarkan prinsip dan sistem yang mereka anut masing- masing. Lembaga pemeringkatan internasional yang melakukan penilaian dan pemeringkatan terhadap penerapan GCG diantaranya yaitu Governance Metrics International (2004), Institutional Shareholders Service (2003), S&P Ratings. Hampir di tiap negara memiliki sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang CG karena kesadaran dari masyarakat global akan pentingnya GCG dalam mengelola perusahaan. 30
31
Pemerintah Indonesia turut menyadari fenomena global ini sehingga membuat berbagai kebijakan untuk mengaplikasikan konsep GCG dalam pengelolaan perusahaan. Sektor swasta dan kalangan masyarakat juga ikut turut membantu sosialisasi penerapan GCG dengan mendirikan lembaga- lembaga yang bergerak di bidang tata kelola perusahaan, diantaranya yaitu Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), dan The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 adalah sebuah lembaga independen yang melakukan kegiatan diseminasi dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance - GCG) di Indonesia. Pernyataan visi “Menjadi lembaga independen dan bermartabat untuk mendorong terciptanya perilaku bisnis yang sehat”, menjadi inspirasi IICG untuk senantiasa berupaya memasyarakatkan konsep, praktik dan manfaat GCG kepada dunia bisnis khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Kegiatan utama yang dilakukan adalah melaksanakan riset penerapan GCG, yang hasilnya berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). Penelitian ini menggunakan indeks CGPI sebagai proksi dari GCG rating. Oleh karena itu, selanjutnya dalam sub-bab ini pembahasan terhadap GCG rating akan difokuskan mengenai CGPI.
31
32
2.1.3.1 Pengertian CGPI Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan sebuah bentuk penilaian yang dihasilkan dalam bentuk pemeringkatan yang dibuat berdasarkan penerapan GCG pada perusahaan yang ada di Indonesia. Penilaian ini dilakukan melalui sebuah riset yang dibuat untuk menilai penerapan konsep CG yang ada disebuah perusahaan dengan melalui perbaikan
yang berkesinambungan dan evaluasi melalui
benchmarking. Program penelitian CGPI ini sudah berlangsung sejak 2001. Dalam pemeringkatan CGPI ini nantinya di setiap akhir tahun akan diberikan suatu bentuk apresiasi penghargaan terhadap inisiatif dari upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang sesuai dengan prinsip CG melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya yang hasil dari penghargaan ini akan disampaikan dalam majalah SWA yaitu majalah bisnis di Indonesia yang bekerjasama dengan IICG sebagai sajian utama. 2.1.3.2 Tujuan Riset dan Pemeringkatan CGPI Menurut CGPI (2005), tujuan program pemeringkatan CGPI adalah upaya untuk memotivasi dunia bisnis melaksanakan konsep CG dan menumbuhkan partisipasi masyarakat luas secara bersama-sama aktif dalam mengembangkan penerapan GCG serta menjadi benchmark penerapan GCG pada Perusahaan Publik dan BUMN.
32
33
Hasil riset dan pemeringkatan CGPI ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan kesadaran bersama di kalangan pelaku bisnis terhadap pentingnya penerapan GCG sebagai upaya pemulihan perekonomian nasional, memetakan masalah- masalah strategis yang terjadi dalam penerapan GCG, dan dapat menjadi suatu indikator yang ingin dicapai perusahaan dalam bentuk pengakuan masyarakat terhadap penerapan GCG di perusahaan. Hasil riset dan pemeringkatan CGPI ini juga diharapkan dapat mendorong
partisipasi
masyarakat
dalam
pengembangan
bisnis,
memunculkan inisiatif bagi kalangan dunia perguruan tinggi untuk menjadikan CG sebagai bagian dari kurikulum atau mata kuliah, dan adanya respon positif dari kalangan bisnis internasional terhadap kondisi penerapan GCG di Indonesia. Selain itu, pemerintah mendapatkan umpan balik atas regulasi yang dikeluarkan berkaitan dengan penerapan GCG, investor mendapatkan kemudahan dalam menilai kualitas penyelenggaraan perusahaan yang baik, dan masyarakat umum memiliki kemudahan akses informasi berkaitan dengan kredibilitas perusahaan. 2.1.3.3 Metodologi Riset dan Pemeringkatan CGPI GCG
melalui
penerapan
prinsip
dasar
Transparency,
Accountability, Responsibility, Independency, dan Fairness, pada riset ini dicerminkan dan diukur dengan enam cakupan penilaian riset dan pemeringkatan (CGPI, 2005), yaitu :
33
34
1. Komitmen terhadap Tata Kelola Perusahaan Komitmen terhadap Tata Kelola Perusahaan adalah sistem CG yang mendorong anggota perusahaan untuk menyelenggarakan GCG dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. 2. Hak Pemegang Saham dan Fungsi Kepemilikan Kunci Hak Pemegang Saham dan Fungsi Kepemilikan Kunci adalah sistem CG yang dapat melindungi dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak pemegang saham. 3. Perlakuan yang Setara terhadap Seluruh Pemegang Saham Perlakuan yang Setara terhadap Seluruh Pemegang Saham adalah sistem CG yang dapat menjamin adanya perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Semua pemegang saham harus diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan tanggapan yang efektif terhadap pelanggaran hak-hak pemegang saham. 4. Peran Stakeholders dalam Tata Kelola Perusahaan Peran Stakeholders dalam Tata Kelola Perusahaan adalah sistem CG yang dapat mengakui hak-hak para stakeholder yang telah ditetapkan oleh hukum atau melalui perjanjian kerjasama, dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan dan para
34
35
stakeholder dalam penciptaan kesejahteraan, lapangan kerja, kondisi keuangan perusahaan yang sehat serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan. 5. Pengungkapan dan Transparansi Pengungkapan dan Transparansi adalah sistem CG yang dapat menjamin terlaksananya kelengkapan pengungkapan dengan tepat waktu dan akurat atas semua informasi material yang berkaitan dengan perusahaan melalui berbagai media. 6. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi adalah sistem CG yang dapat menjamin pelaksanaan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi terhadap pengelolaan perusahaan. Ringkasan cakupan penilaian riset dan pemeringkatan CGPI akan dijelaskan dalam tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Cakupan dan Bobot Penilaian CGPI No 1 2 3 4 5 6
Cakupan Bobot (%) Komitmen terhadap tata kelola perusahaan 15 Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci 20 Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham 15 Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan 15 Pengungkapan dan transparansi 15 Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi 20 100 TOTAL Sumber: Corporate Governance Perception Index (CGPI), 2005 35
36
Menurut Corporate Governance Perception Index (2008) alat ukur yang digunakan oleh IICG untuk meneliti CGPI adalah : a) Komitmen Merupakan sebuah bentuk kesungguhan perusahaan dalam merumuskan inisiatif dan strategi segala kebijakan yang ada di perusahaan dalam penerapan CG. b) Transparansi Merupakan sebuah bentuk kesungguhan perusahaan dalam menyampaikan berbagai informasi internal perusahaan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang disampaikan mulai dari proses merumuskan,
mengimplementasi,
dan
evaluasi
kebijakan
perusahaan. c) Akuntabilitas Merupakan
bentuk
kesungguhan
perusahaan
untuk
mempertanggungjawabkan segala bentuk hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, pertanggungjawaban yang dimaksud adalah mulai dari proses perumusan, implementasi, hasil dan kinerja perusahaan. d) Responsibilitas Merupakan bentuk kesungguhan perusahaan untuk menjamin akan taatnya
perusahaan
pada
peraturan
perundang-undangan,
lingkungan dan tanggung jawab terhadap masyarakat.
36
37
e) Indepedensi Merupakan bentuk kesungguhan perusahaan dalam menjamin tidak adanya intervensi yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam proses merumuskan, implementasi dan evaluasi hasil strategi dari perusahaan. f) Keadilan Merupakan
bentuk
kesungguhan
perusahaan
dalam
upaya
memberikan perlakuan yang setara dan adil kepada pemegang saham termasuk didalamnya mempertimbangkan kepentingan pemegang saham terkait perumusan, impelementasi dan evaluasi hasil. g) Kompensasi Merupakan bentuk kesungguhan perusahaan untuk menggunakan kemampuan perusahaan sesuai dengan peran, inovasi dan kreatif termasuk dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi hasil. h) Kepemimpinan Merupakan bentuk kesungguhan perusahaan untuk menunjukan berbagai macam tipe kepemimpinan yang dapat memberikan arah perubahan
yang
lebih
baik
untuk
perusahaan
termasuk
kepemimpinan yang dapat membimbing staff perusahaan dalam perumusan, implementasi, dan evaluasi hasil.
37
38
i) Kemampuan Bekerjasama Merupakan bentuk kesungguhan perusahaan untuk membentuk suatu kerjasama agar tercapai tujuan bersama dalam perusahaan secara bermartabat, termasuk dalam membangun kerjasama dalam perumusan, implementasi dan evaluasi hasil. j) Penyertaan Visi, Misi dan tata nilai Acuan dan pandangan perusahaan dalam mewujudkan cita-cita untuk memahami pokok-pokok yang terkandung dalam pernyataan visi, misi dan tata kelola perusahaan dalam perumusan, implementasi, dan hasil evaluasi. k) Moral dan Etika Merupakan suatu bentuk kesungguhan perusahaan untuk selalu menerapkan moral dan etika dalam sebuah kegiatan perusahaan termasuk didalamnya penggunaan moral dan etika mulai dari perumusan, implementasi dan hasil evaluasi. l) Strategi Merupakan suatu bentuk kesungguhan perusahaan untuk dapat mengimplementasikan strategi yang telah dibuat sesuai dengan prinsip CG sebagai respon terhadap perubahaan lingkungan perusahaan untuk dapat mempertahankan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh IICG untuk menilai CGPI yaitu setelah melakukan penilaian, kemudian IICG akan memberikan penilaian yang dilakukan dengan cara memberikan nilai skor kepada perusahaan
38
39
peserta, besaran nilai skor ini dibuat berdasarkan acuan yang telah dibuat IICG. Skor ini diambil hasilnya berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang diberikan ke perusahaan peserta. Adapun bobot nilai yang digunakan untuk menilai GCG sebagai berikut: Tabel 2.2 Tahapan dan Bobot Nilai CGPI No Indikator 1 Self Assessment 2 Kelengkapan dokumen 3 Penyusunan makalah dan presentasi 4 Observasi ke perusahaan Sumber: Majalah SWA, 2009
Bobot (%) 15 25 12 48
Penilaian proses riset dalam penentuan nilai penerapan corporate governance dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Self Assessment Pada tahap awal ini perusahaan harus mengisi self assessment terkait penerapan CG yang sudah di implementasikan dalam perusahaannya. b) Kelengkapan Dokumen Pada tahap ini perusahaan harus melengkapi dokumen-dokumen terkait pelaksanaan CG di perusahaan. c) Makalah Pada tahap ini perusahaan harus membuat uraian penjelasan terkait penerapan CG di perusahaan yang dibentuk dalam makalah dengan memperhatikan sistematika yang telah ditentukan.
39
40
d) Observasi Dalam tahap ini peneliti CGPI akan datang langsung ke perusahaan untuk melihat secara pasti penerapan prinsip CG di perusahaan. Setelah melalui tahap observasi, maka perusahaan peserta hanya perlu menunggu sampai penilaian selesai dilaksanakan oleh IICG. Nilai CGPI merupakan akumulasi nilai dari setiap tahapan seperti yang telah disebutkan di atas. Hasil penelitian CGPI akan dijadikan dasar acuan untuk menentukan perolehan peringkat berdasarkan skor yang telah ditentukan. Hasil peringkat CGPI terbagi menjadi tiga kategori, yaitu cukup terpercaya, terpercaya, dan sangat terpercaya. Ringkasan pemeringkatan berdasarkan skor akan dijelaskan dalam tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3 Kategori Pemeringkatan CGPI Skor Level Terpercaya 85-100 Sangat Terpercaya 70-84 Terpercaya 55-69 Cukup Terpercaya Sumber: Corporate Governance Perception Index (CGPI), 2008 2.1.4
Karakteristik Perusahaan Dalam praktik penerapan GCG, karakteristik perusahaan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi penilaian CG. Berikut ini merupakan faktorfaktor karakteristik perusahaan dalam laporan keuangan tahunan yang mempengaruhi
penilaian
CG.
Karakteristik
perusahaan
terbagi
menjadi
profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, dan pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan.
40
41
2.1.4.1 Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit. Klapper dan Love (2004) menggunakan tingkat Return on Asset (ROA) untuk mengukur kinerja perusahaan dan menemukan bahwa perusahaan dengan pengelolaan keuangan yang lebih baik menghasilkan kinerja operasional yang lebih tinggi. Profitabilitas perusahaan yang meningkat juga dapat berasal dari meningkatnya kapasitas perusahaan atau sumber pendanaan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis. Semakin bertambahnya sumber pendanaan yang didapat dari pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya, maka perusahaan akan semakin mempunyai kesempatan dalam mengembangkan aktivitas perusahaan sehingga perusahaan cenderung dapat meningkatkan labanya. Sejalan dengan bertambahnya pendanaan yang menghasilkan laba lebih besar, maka tanggung jawab perusahaan untuk menerapkan praktik CG lebih besar. Hal ini mengakibatkan penilaian dan skor yang diberikan oleh IICG juga semakin baik. Dampak yang muncul kemudian adalah rating dari IICG akan semakin baik dan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang besar akan berusaha menjaga agar praktik GCG dapat berjalan secara teratur dan berkesinambungan. 2.1.4.2 Konsentrasi Kepemilikan Konsentrasi perusahaan
kepemilikan
mengidentifikasi
(ownership
apakah
41
suatu
concentration) perusahaan
suatu
memiliki
42
persebaran modal yang terpusat atau tersebar. Perusahaan yang memiliki tingkat persebaran modal yang tersebar memiliki investor yang lebih beragam dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat persebaran modal terpusat. Dengan tingkat persebaran modal yang terpusat, maka mayoritas saham dimiliki oleh seorang individiu atau perusahaan lain dan atau bahkan pemerintah. Pemegang saham mayoritas memegang peranan yang lebih besar untuk mengambil keputusan di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga muncul kemungkinan bahwa pemegang saham mayoritas cenderung mendahulukan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan perusahaan secara umum. Hal ini akan mempengaruhi praktik dari GCG di dalam perusahaan karena manajemen tidak mampu bekerja secara optimal. Kinerja manajemen akan terhambat oleh pengambilan keputusan yang individual dari pemegang saham. 2.1.4.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diproksikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan jumlah aset, jumlah karyawan, dan nilai kapitalisasi pasar. Hasseldine (1982) dalam Pramono (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang paling dominan dalam praktik pengungkapan CG karena tekanan yang dialami perusahaan baik dari dalam maupun dari luar. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan CG rating dinyatakan oleh beberapa penelitian. Ariff, et al (2007) yang menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap 42
43
GCG rating di Malaysia berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap GCG rating. Selain itu, Saputra (2010) juga mendukung pendapat dari Ariff, et al tersebut. Dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh faktor- faktor karakteristik perusahaan terhadap GCG rating menggunakan laporan indeks Kompas-100, ditemukan bahwa hanya variabel ukuran perusahaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap GCG rating. Sedangkan bukti hasil uji variabel bebas lainnya tidak berpengaruh terhadap GCG rating dengan indeks Kompas-100 sebagai proksi. Dari pendapat dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi GCG rating karena dengan semakin besarnya ukuran perusahaan maka semakin besar pula tanggung jawab perusahaan untuk selalu menerapkan GCG di dalam aktivitas operasional. 2.1.4.4 Leverage Leverage adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh dana utang dari kreditor. Semakin besarnya angka leverage, maka semakin banyak stakeholders yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan. Dengan banyak stakeholders, maka manajemen dituntut oleh para pemegang saham untuk membenahi kinerja dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance –GCG). Alasan lainnya adalah dengan tingginya rasio utang, maka manajemen akan senantiasa membenahi pelaksanaan CG yang
43
44
bertujuan untuk mengurangi rasio utang. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa leverage berhubungan dengan penilaian CG, dalam hal ini adalah GCG rating. 2.1.4.5 Pertumbuhan Pertumbuhan
merupakan
karakteristik
perusahaan
yang
merefleksikan perkembangan usaha di dalam korporasi. Adanya pertumbuhan diindikasikan dengan peningkatan jumlah penjualan perusahaan antara tahun ini (t) dengan dengan tahun sebelumnya (t-1). Hubungan antara pertumbuhan dengan GCG rating yaitu peningkatan penjualan dianggap sebagai peningkatan kinerja perusahaan. Selain itu dengan adanya peningkatan volume penjualan, maka perusahaan memperoleh dana tambahan dari hasil keuntungan penjualan yang dapat dialokasikan oleh manajemen untuk peningkatan kualitas sumber daya yang berguna untuk pencapaian kinerja yang lebih baik. Oleh sebab itu, penilaian terhadap fungsi GCG akan semakin baik sehingga skor dan peringkat yang diberikan kepada perusahaan akan semakin tinggi pula. 2.1.4.6 Umur Perusahaan Umur
perusahaan
menunjukkan jangka
waktu
yaitu
karakteristik
perusahaan
yang
lama berdirinya sebuah perusahaan.
Perusahaan yang berdiri sejak lama dianggap mampu mengelola perusahaan secara baik karena sistem manajemen yang telah tercipta baik sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran yang cukup matang.
44
45
Selain itu, umur perusahaan yang cukup matang menimbulkan kepercayaan dari masyarakat dan publik terhadap kemampuan going concern suatu perusahaan sehingga banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan. Semakin banyak investor dan semakin tingginya
kepercayaan
publik
terhadap
perusahaan
menyebabkan
perusahaan harus selalu menerapkan praktik GCG dengan konsisten. Oleh sebab itu, umur perusahaan dapat mempengaruhi GCG rating. 2.1.4.7 Negara Operasional Sebuah perusahaan dapat melakukan aktivitas ekonomi dan bisnis di lebih dari satu negara. Negara operasional merupakan karakteristik perusahaan
yang mengindikasikan kemampuan perusahaan
melakukan
perdagangan
internasional.
Apabila
suatu
dalam
perusahaan
beroperasi di lebih dari satu negara, maka perusahaan tersebut seharusnya menerapkan praktik GCG dengan baik karena perbedaan budaya dan kondisi di negara lain membutuhkan manajemen yang berkualitas agar kelangsungan bisnis di internasional dapat selalu terjaga. 2.1.4.8 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang cenderung memberikan evaluasi mengenai kinerja perusahaan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Untuk mengetahui nilai pasar dari perusahaan digunakanlah rasio keuangan. Kemudian dari rasio inilah diperoleh indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap
45
46
kinerja perusahaan di masa lampau dan kemungkinan prospek ekonomi perusahaan di masa mendatang. Manajer dan investor biasanya tertarik pada nilai pasar perusahaan. Nilai perusahaan berguna bagi manajemen untuk memotivasi dan membenahi penerapan GCG agar nilai perusahaan selalu baik. 2.1.5
Penelitian Terdahulu Pada sub-bab ini akan dijelaskan mengenai penelitian- penelitian
terdahulu terkait pengaruh karakteristik perusahaan terhadap CG khususnya penilaian dan atau rating sebagai proksi dari CG. Darmawati (2006) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kualitas implementasi CG. Karakteristik perusahaan dibagi menjadi 3 variabel bebas yaitu kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, dan leverage. Sedangkan ukuran perusahaan dan faktor regulasi dimasukkan sebagai variabel kontrol. Dalam penelitian ini, kualitas implementasi CG diukur dengan menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Hasil penelitian ini adalah konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG. Ariff, et al (2007) menguji faktor- faktor karakteristik perusahaan yang mempengaruhi tingkat GCG di Malaysia. Penelitian tersebut menggunakan
profitabilitas,
leverage,
umur
perusahaan,
struktur
kepemilikan, negara operasional, ukuran perusahaan, pertumbuhan, dan market valuation sebagai variabel independen dan tingkat GCG dari 46
47
Corporate Governance Reporting Initiative (CGRI) sebagai variabel dependen.
Berdasarkan
pengujian
menggunakan
regresi
logistik,
ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap CG level, namun karakteristik perusahaan lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap CG level. Sulistiyowati, et al (2010) melakukan penelitian yang menguji pengaruh profitabilitas, leverage, dan growth terhadap GCG dengan laporan CGPI sebagai proksi. Penelitian tersebut menggunakan regresi linear berganda untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio return on asset (ROA), lalu leverage diukur dengan menggunakan DER (Debt to Equity Ratio), sedangkan cara mengukur pertumbuhan yaitu menggunakan persentase pertumbuhan total aset. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa variabel profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap GCG yang menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Selanjutnya penelitian serupa di Indonesia dilakukan oleh Taman dan
Nugroho
(2010).
Penelitian
tersebut
menganalisis
pengaruh
konsentrasi kepemilikan, kesempatan investasi, dan leverage terhadap kualitas implementasi CG. Pengujian regresi berganda dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas implementasi CG. Pengukuran kualitas implementasi CG dilakukan dengan menggunakan indeks CGPI sebagai proksi. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa hanya variabel leverage yang berpengaruh
47
48
signifikan terhadap kualitas implementasi CG, sedangkan konsentrasi kepemilikan dan kesempatan investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kualitas implementasi CG. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawan pada tahun 2012. Penelitian tersebut melakukan uji analisis pengaruh karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas terhadap implementasi CG. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil uji
yaitu
profitabilitas
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
implementasi CG, sedangkan ukuran perusahaan dan leverage tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi CG. Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Ariff, et al (2007) di Malaysia. Dalam penelitian tersebut, terdapat 8 variabel independen, yaitu profitabilitas, leverage, nilai perusahaan, konsentrasi
kepemilikan,
umur
perusahaan,
pertumbuhan,
ukuran
perusahaan, dan negara operasional yang diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap GCG. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariff et al. Perbedaan itu terletak pada penggunaan model regresi yang berbeda dan pengambilan sampel yang berbeda pula disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini menggunakan daftar perusahaan yang masuk dalam indeks CGPI periode 2009-2011 dengan skor berskala
48
49
interval, kemudian menghasilkan pemeringkatan yang terbagi menjadi tiga kategori peringkat, yaitu cukup terpercaya, terpercaya, dan sangat terpercaya. Penelitian- penelitian terdahulu secara ringkas akan disajikan dalam tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti dan Tahun Darmawati (2006)
Ariff, et al (2007)
Metodologi Regresi Berganda
Regresi Logistik
Variabel
Hasil
Variabel Dependen: Kualitas implementasi CG Variabel Independen: Kesempatan investasi, konsentrasi kepemilikan, dan leverage Variabel kontrol: Ukuran perusahaan dan faktor regulasi Variabel Dependen: GCG level Variabel Independen: Profitabilitas, leverage, pertumbuhan, market valuation, ukuran perusahaan, umur perusahaan, struktur kepemilikan, dan negara
Konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas implementasi CG
49
Hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap GCG level
50
2.2
Sulistiyowati, et al (2010)
Regresi Linear Berganda
Taman dan Nugroho (2010)
Regresi Berganda
Setiawan (2012)
Regresi Berganda
operasional Variabel Dependen: Kualitas implemantasi GCG Variabel Independen: Profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan Variabel Dependen: Kualitas implementasi CG Variabel Independen: Konsentrasi kepemilikan, kesempatan investasi, dan leverage Variabel Dependen: Implementasi CG Variabel Independen: Ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas
Tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan
Hanya leverage yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG
Hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh terhadap implementasi CG
Kerangka Pemikiran Hubungan antar variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan singkat dan
divisualisasikan dalam sub-bab kerangka pemikiran ini. Pembahasan alasan dan penyajian gambar model kerangka pemikiran akan diuraikan sebagai berikut. Krisis ekonomi di kawasan Asia dan munculnya skandal keuangan secara global menyebabkan para ahli ekonom berpendapat bahwa peran dari GCG dalam
50
51
mengelola keuangan sebuah perusahan ataupun lembaga menjadi sangat penting. Dampak yang kemudian muncul yaitu adanya pihak- pihak yang melakukan penilaian dan pemeringkatan baik dilakukan oleh individu maupun organisasi. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat karakteristik CG dan atau prinsip CG. Dalam penelitian ini CG diproksikan melalui hasil rating Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dinilai menggunakan skor sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan oleh IICG. Karakteristik perusahaan menjadi salah satu faktor dari keberhasilan mekanisme CG. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik perusahaan apa sajakah yang dapat mempengaruhi CG sehingga pengelolaan manajemen perusahaan dapat menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan terbagi menjadi 8, yaitu (i) profitabilitas; (ii) konsentrasi kepemilikan; (iii) ukuran perusahaan; (iv) leverage; (v) pertumbuhan, (vi) umur perusahaan; (vii) negara operasional; dan (viii) nilai perusahaan. Perusahaan harus mengungkapkan informasi positif terkait informasi fundamental perusahaan kepada investor untuk menarik investor agar mau berinvestasi di perusahaan. Salah satu indikasi yang paling sering diperhatikan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung seberapa besar perusahaan dapat menghasilkan laba. Semakin besar rasio profitabilitas sebuah perusahaan, maka muncul anggapan bahwa kinerja manajemen semakin baik pula. Kinerja manajemen yang semakin baik merupakan implikasi dari penerapan GCG
51
52
dalam aktivitas perusahaan sehingga profitabilitas berhubungan erat dengan GCG rating. Konsentrasi kepemilikan merupakan tatanan atau struktur para pemangku kepentingan, dalam hal ini yaitu para pemegang saham atau pemilik (principal) sebuah perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan dapat terdiri dari individu, institusi, dan bahkan kepemilikan oleh manajerial itu sendiri. Kepemilikan saham perusahaan dengan persentase yang melebihi 50% adalah prinsipal yang memegang peranan paling besar dalam pengambilan keputusan perusahaan karena struktur tertinggi dalam perusahaan merupakan hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dengan demikian, muncul kemungkinan bahwa dengan peranan pemegang kekuasaan perusahaan, seorang pemegang saham mayoritas dapat bertindak sewenang- wenang untuk mendahulukan kepentingan dirinya sendiri tanpa memperhatikan praktik GCG untuk kepentingan perusahaan secara umum. Hal ini dapat berdampak pada rendahnya rating yang diberikan terhadap penilaian CG. Ukuran kecil atau besarnya sebuah perusahaan dapat di ukur berdasarkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Manajemen harus meyakinkan pihak investor terkait aktiva yang ada di perusahaan. Aktiva yang besar menggambarkan besarnya ukuran perusahaan yang memberikan anggapan manajemen telah mewujudkan kepentingan prinsipal untuk terus mengembangkan perusahaan. Besarnya ukuran perusahaan menarik investor untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Dengan bertambahnya shareholders, maka tanggung jawab
52
53
manajemen pun semakin besar. Oleh karena itu, kinerja manajemen perlu dibenahi dengan penerapan GCG yang berdampak pada tingginya skor GCG. Leverage yang diukur dengan menggunakan rasio return on asset (ROA) rasio menunjukkan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh dana utang dari kreditor. Artinya, seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan besar asetnya. Semakin besar angka yang ditunjukkan oleh rasio ROA, maka dapat disimpulkan bahwa para pemangku kepentingan semakin banyak. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan tanggung jawab manajemen kepada stakeholders, penerapan GCG sangat perlu untuk dilakukan. Pertumbuhan merupakan karakteristik perusahaan yang menggambarkan peningkatan kapasitas kemampuan perusahaan dalam beroperasi. Pertumbuhan direfleksikan dari adanya peningkatan penjualan. Penjualan yang semakin banyak juga dapat diartikan bahwa kinerja manajemen untuk meningkatkan laba perusahaan semakin baik. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan praktik tata kelola perusahaan yang semakin baik sehingga perusahaan mampu memproduksi barang dan atau menyalurkan jasa kemudian memasarkan hasil produksi kepada konsumen. Selain itu dengan adanya peningkatan penjualan, maka perusahaan memperoleh
tambahan
dana
sehingga
berpotensi
untuk
meningkatkan
kemampuan perusahaan agar dapat mengelola perusahaan secara lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu, pertumbuhan berhubungan dengan GCG. Umur perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang menunjukkan waktu lama berdirinya sebuah perusahaan. Perusahaan yang berdiri sejak lama
53
54
dianggap mampu mengelola perusahaan secara baik karena sistem manajemen yang telah tercipta baik sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran yang cukup matang. Selain itu, umur perusahaan yang cukup matang menimbulkan kepercayaan dari masyarakat dan publik terhadap kemampuan going concern suatu perusahaan sehingga banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan. Semakin banyak investor dan semakin tingginya kepercayaan publik terhadap perusahaan menyebabkan perusahaan harus selalu menerapkan praktik GCG dengan konsisten. Oleh sebab itu, umur perusahaan dapat mempengaruhi GCG rating. Sebuah perusahaan dapat melakukan aktivitas ekonomi dan bisnis di lebih dari satu negara. Negara operasional merupakan karakteristik perusahaan yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan perdagangan internasional. Apabila suatu perusahaan beroperasi di lebih dari satu negara, maka perusahaan tersebut seharusnya menerapkan praktik GCG dengan baik karena perbedaan budaya dan kondisi di negara lain membutuhkan manajemen yang berkualitas agar kelangsungan bisnis di internasional dapat selalu terjaga. Nilai perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang cenderung memberikan evaluasi mengenai kinerja perusahaan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Untuk mengetahui nilai pasar dari perusahaan digunakanlah rasio keuangan. Kemudian dari rasio inilah diperoleh indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan kemungkinan prospek ekonomi perusahaan di masa mendatang. Manajer dan investor biasanya tertarik pada nilai pasar perusahaan. Nilai perusahaan berguna
54
55
bagi manajemen untuk memotivasi dan membenahi penerapan GCG agar nilai perusahaan selalu baik. Berdasarkan uraian sebelumnya diatas, model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1 kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Karakteristik Perusahaan
Profitabilitas H1 (+)
Konsentrasi Kepemilikan H2 (-)
Ukuran Perusahaan H3 (+)
Leverage H4 (+)
H5 (+)
Pertumbuhan H6 (+)
Umur Perusahaan H7 (+)
Negara Operasional H8 (-)
Nilai Perusahaan H9
55
Corporate Governance Rating
56
2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan teori- teori dan penelitian- penelitian terdahulu yang telah
dilakukan, dalam sub-bab ini akan diuraikan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini. Terdapat 8 hipotesis dalam penelitian ini yaitu: (i) profitabilitas berpengaruh positif terhadap GCG rating; (ii) konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap GCG rating; (iii) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap GCG rating; (iv) leverage berpengaruh positif terhadap GCG rating; (v) pertumbuhan berpengaruh positif terhadap GCG rating; (vi) umur perusahaan berpengaruh positif terhadap GCG rating; (vii) negara operasional berpengaruh positif terhadap GCG rating; lalu yang terakhir (viii) nilai perusahaan berpengaruh negatif terhadap GCG rating. Penjelasan mengenai perumusan hipotesis akan dibahas dalam uraian sebagai berikut. 2.3.1
Pengaruh Profitabilitas terhadap GCG Rating Hubungan antara kualitas CG dengan profitabilitas menjadi fokus utama
dalam pembelajaran CG, tapi tidak ada yang dapat memprediksi secara pasti karena hasil dari penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang berbedabeda. Klapper dan Love (2004) menggunakan tingkat Return on Asset (ROA) untuk mengukur kinerja perusahaan dan menemukan bahwa perusahaan dengan pengelolaan keuangan yang lebih baik menghasilkan kinerja operasional yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh Setiawan (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap implementasi CG. Sedangkan menurut Cho dan Kim (2003), perusahaan akan meningkatkan pengelolaan keuangan mereka pada saat kinerja mereka sedang buruk karena
56
57
perubahan dengan struktur CG diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan kembali. Teori agensi dapat dikatakan sebagai sebuah hubungan kontraktual antara prinsipal dengan agen. Prinsipal mengharapkan pembagian hasil keuntungan perusahaan yang besar atas investasi yang telah mereka berikan. Maka sejalan dengan hal itu, profitabilitas merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang paling sering dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Profitabilitas yang besar dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal di dalam perusahaan. Dengan semakin banyaknya investor maka tanggung jawab manajemen untuk senantiasa meningkatkan kinerja semakin besar. Rasa tanggung jawab pihak manajemen terhadap para pemegang saham dapat dilakukan dengan meningkatkan penerapan GCG. Oleh sebab itu, skor penilaian penerapan GCG perusahaan juga semakin baik. Dengan demikian, hipotesis yang dapat dibentuk adalah: H1.
Profitabilitas
berpengaruh
positif
terhadap
corporate
governance rating.
2.3.2
Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan terhadap GCG Rating Konsentrasi kepemilikan menunjukkan bagaimana distribusi kekuasaan
dan pengaruh pemegang saham terhadap kegiatan operasional perusahaan. Struktur kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisplinan manajemen yang digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap manajer. Saputra (2010) menyatakan dalam penelitiannya mengenai analisis pengaruh faktor- faktor
57
58
karakteristik perusahaan terhadap GCG rating menggunakan laporan indeks Kompas-100, bahwa status kepemilikan perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap GCG rating.
Hasil serupa diungkapkan oleh Darmawati
(2012) yaitu konsentrasi kepemilikan yang diukur dengan persentase kepemilikan terbesar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas implementasi CG. Namun, menurut hasil dari penelitian terdahulu Weisbach (1988) dan didukung oleh penelitian dari Klein (2002), ditemukan bahwa terdapat hubungan korelasi negatif antara struktur kepemilikan dengan GCG. Dalam teori agensi dijelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Fungsi pengawasan oleh prinsipal terhadap kinerja manajemen diperlukan untuk memaksimalkan tercapainya kepentingan prinsipal. Perusahaan dengan tingkat kepemilikan saham yang terpusat mengandung arti bahwa pemegang saham dapat mempengaruhi
pengambilan
keputusan
manajer
agar
sesuai
dengan
kepentingannya karena pemegang saham mayoritas memiliki kekuasaan yang lebih besar terhadap pengambilan keputusan di dalam RUPS. Dengan demikian, muncul kemungkinan bahwa pemegang saham mayoritas akan melakukan tindakan sewenang- wenang yang mengakibatkan penerapan GCG di dalam manajemen akan tidak berjalan dengan baik. Oleh karena itu dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2.
Konsentrasi
kepemilikan
corporate governance rating.
58
berpengaruh
negatif
terhadap
59
2.3.3
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap GCG Rating Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan. Perusahaan yang lebih besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih luas. Hal ini menyebabkan tiap kebijakan perusahaan akan memiliki dampak terhadap publik sehingga manajemen harus mengelola perusahaan secara baik. Menurut Klapper dan Love (2004) yang meneliti ukuran perusahaan menggunakan total penjualan sebagai proksi, menemukan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif dengan tingkat CG berdasarkan CLSA. Darmawati (2006) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas implementasi CG dengan indeks CGPI sebagai proksi. Penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian dari Ariff et al (2007) menyatakan hal serupa yaitu ukuran perusahaan yang diukur dengan menggunakan log total aset berpengaruh signifikan terhadap GCG level. Namun penelitian dari Gompers et al. (2003) yang didukung oleh Brown dan Caylor (2006) menunjukkan adanya hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan CG. Dalam teori agensi dikatakan bahwa terdapat information asymmetric antara agen dan prinsipal. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, maka peranan dari praktik CG semakin dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan informasi antara agen dan prinsipal. Sejalan dengan hal tersebut, pemegang saham melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap manajemen sehingga mengakibatkan tingginya penilaian CG kepada perusahaan.
59
60
Berdasarkan penjelasan itu maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3.
Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap corporate governance rating.
2.3.4
Pengaruh Leverage terhadap GCG Rating Ada 2 pendapat yang mungkin dapat dijadikan sebagai pendukung asumsi
bahwa terdapat hubungan positif antara leverage perusahaan dengan tingkat CG. Pertama, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan menerapkan prinsip GCG dengan benar untuk memperoleh reputasi yang lebih baik. Chung (2000) menemukan bahwa perusahaan- perusahaan di Korea dengan leverage yang tinggi akan senantiasa membenahi pelaksanaan CG yang bertujuan untuk mengurangi rasio utang. Kedua, Cho dan Kim (2003) berpendapat bahwa tingkat rasio leverage yang tinggi manajemen cenderung mendapat tekanan dari pihak yang memberi pinjaman sehingga perlu adanya pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Pendapat tersebut dibuktikan oleh Taman dan Nugroho (2010) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap
kualitas
implementasi
CG.
Namun,
hasil
penelitian
berbeda
dikemukakan oleh Friedman et al. (2003) yang menemukan bahwa rasio utang berpengaruh negatif terhadap tingkat CG. Merujuk pada agency theory, pemegang saham sebagai prinsipal tentu mengharapkan pengembalian atas investasi yang telah mereka lakukan. Tingginya rasio utang perusahaan akan mengakibatkan prinsipal melakukan tekanan kepada
60
61
manajemen sebagai agen untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar rasio utang semakin berkurang. Tekanan dari pihak prinsipal akan memaksa manajemen untuk menerapkan konsep GCG secara lebih baik. Dengan adanya kesadaran dari manajemen sebagai agen untuk mengurangi rasio utang, maka mekanisme GCG yang dilakukan perusahaan akan menghasilkan skor dan penilaian GCG yang semakin tinggi. Sehingga hipotesis empat yang dapat dibentuk dalam penelitian ini adalah: H4.
Leverage berpengaruh positif terhadap corporate governance rating.
2.3.5
Pengaruh Pertumbuhan terhadap GCG Rating Pertumbuhan mengindikasikan adanya peningkatan volume penjualan
yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut La Porta (1999) perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang baik akan meningkatkan pendanaan eksternal untuk berkembang dan memperbaiki pengelolaan keuangan secara optimal. Peningkatan volume penjualan akan berdampak pada peningkatan praktik GCG untuk selalu menjaga kinerja perusahaan. Hasil serupa di nyatakan oleh Black et al. (2003) bahwa pertumbuhan penjualan berhubungan positif dengan CG. Bagaimanapun, hasil berbeda dikemukakan oleh Beiner et al. (2004) yang menyatakan bahwa pertumbuhan berhubungan negatif dengan CG. Dalam teori agensi dijelaskan bahwa praktik CG berkembang menjadi salah satu upaya untuk mengurangi adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Peningkatan volume penjualan dapat menjadi
61
62
salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Dengan semakin bertambahnya volume penjualan, maka laba yang diperoleh oleh perusahaan semakin besar. Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pembagian atas hasil keuntungan yang diterima oleh prinsipal semakin besar, demikian halnya dengan manajer yang memperoleh bonus insentif karena peningkatan kinerja perusahaan. Hal tersebut dapat bermakna pertumbuhan atau peningkatan volume penjualan menjadi sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh kedua belah pihak, baik manajemen sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal
sehingga
memaksa manajemen untuk menerapkan fungsi dan prinsip GCG dengan baik. Selain itu dengan adanya peningkatan penjualan, maka perusahaan memperoleh
tambahan
dana
sehingga
berpotensi
untuk
meningkatkan
kemampuan perusahaan agar dapat mengelola perusahaan secara lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka kemudian pengembangan hipotesis yang dapat dibentuk adalah: H5.
Pertumbuhan
berpengaruh
positif
terhadap
corporate
governance rating.
2.3.6 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap GCG Rating Umur perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang menunjukkan waktu lama berdirinya sebuah perusahaan. Perusahaan yang berdiri sejak lama dianggap mampu mengelola perusahaan secara baik karena sistem manajemen yang telah tercipta baik sebagai hasil dari pengalaman dan pembelajaran yang cukup matang. Selain itu, umur perusahaan yang cukup matang menimbulkan
62
63
kepercayaan dari publik terhadap kemampuan going concern suatu perusahaan sehingga banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan. Semakin banyak investor dan semakin tingginya kepercayaan publik terhadap perusahaan menyebabkan perusahaan harus selalu menerapkan praktik GCG dengan konsisten. Hal ini didukung oleh Black et al (2003) yang menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif terhadap indeks CGI. Bertambahnya pihak kreditor dan debitor menyebabkan resiko dan tanggung jawab manajemen kepada pihak eksternal semakin besar. Penerapan GCG diharapkan mampu mengurangi adanya resiko dari teori agensi dalam perusahaan. Mekanisme GCG yang diterapkan dengan konsisten dan baik akan menghasilkan penilaian skor indeks GCG rating yang tinggi. Dengan kata lain, semakin matang umur sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula skor GCG yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis ke 6 yang dapat dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H6. Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap corporate governance rating.
2.3.7
Pengaruh Negara Operasional Terhadap GCG Rating Negara
operasional
merupakan
karakteristik
perusahaan
yang
mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam melakukan perdagangan internasional. Apabila suatu perusahaan beroperasi di lebih dari satu negara, maka perusahaan tersebut seharusnya menerapkan praktik GCG dengan baik karena perbedaan budaya dan kondisi di negara lain membutuhkan manajemen yang
63
64
terintergrasi dengan baik agar kelangsungan bisnis di internasional dapat selalu terjaga. Menurut Ariff et al (2007) ada 3 alasan yang menyebabkan negara operasional dapat mempengaruhi GCG. Pertama, perusahaan yang beroperasi secara global akan menghadapi tantangan yang lebih besar, kompleksitas, resiko, dan kompetisi. Hal ini membutuhkan pembenahan dalam sistem tata kelola, sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk bertahan dalam tantangan global. Kedua, semakin tersebar titik operasional perusahaan, maka semakin sulit untuk mengontrol perusahaan. Oleh karena itu, untuk menjaga pengawasan, sistem GCG yang baik diperlukan oleh perusahaan. Ketiga, perusahaan dalam ruang lingkup global termotivasi untuk menarik investor asing. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dunerv dan Kim (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan global mendapat tekanan untuk meningkatkan GCG sesuai standar global. Penelitian Dunerv dan Kim menemukan bahwa operasional global berpengaruh positif terhadap tingkat GCG menggunakan S&P rating. Oleh sebab itu, hipotesis ke-7 yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut. H7. Negara operasional berpengaruh positif terhadap corporate governance rating.
2.3.8
Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap GCG Rating Nilai perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang cenderung
memberikan evaluasi mengenai kinerja perusahaan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Untuk mengetahui nilai pasar dari perusahaan digunakanlah
64
65
rasio keuangan. Manajer dan investor biasanya tertarik pada nilai pasar perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan kemungkinan prospek ekonomi perusahaan di masa mendatang. Dunerv dan Kim (2002), Klapper dan Love (2003), dan Drobetz et al (2004) menemukan bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q berpengaruh positif terhadap tingkat CG perusahaan. Selanjutnya, teori agensi menjelaskan hubungan antara prinsipal dengan agen. Manajer sebagai agen diharapkan mampu membawa perusahaan agar selalu meningkatkan keuntungan dan kestabilan ekonomi. Keuntungan yang selalu meningkat akan menarik investor untuk menanamkan modal saham di perusahaan. Modal saham dari pihak eksternal perusahaan akan menciptakan sebuah nilai perusahaan. Untuk memenuhi tanggung jawab terhadap investor, manajemen akan meingkatkan kualitas implementasi GCG di dalam lingkungan perusahaan. Dengan demikian, semakin baik nilai perusahaan, maka implementasi GCG yang diterapkan akan semakin diawasi oleh manajemen. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis ke-8 yang dapat dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H8. Nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap corporate governance rating.
2.3.9
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap GCG Rating Studi ini bertujuan untuk meneliti faktor- faktor yang mempengaruhi GCG
rating. Karakteristik perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
65
66
GCG rating karena dapat menjelaskan pengaruh dari sistem manajemen secara langsung terhadap penilaian GCG. Karakteristik perusahaan terdiri dari 8 variabel dalam penelitian ini, yaitu profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan. Tiap variabel tersebut dapat mempengaruhi GCG rating, baik secara individu maupun secara simultan. Ariff et al (2007) melakukan penelitian yang menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap level CG di Malaysia. Hasil dari penelitian tersebut adalah karakteristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat CG di Malaysia. Teori agensi menjelaskan hubungan kontraktual antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Karakteristik perusahaan merupakan karakter atau unsur- unsur dari perusahaan yang dikelola oleh manajemen. Hasil kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan akan berdampak pada pemenuhan tanggung jawab kepada prinsipal. Pihak investor sebagai prinsipal tentu menginginkan pengembalian aktiva berupa deviden atas kinerja perusahaan. Untuk mendapatkan hak atas deviden, prinsipal cenderung mengawasi penerapan GCG perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sembilan (H9) yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut. H9. Karakteristik perusahaan berpengaruh terhadap GCG rating.
66
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai bagaimana penelitian ini akan dilakukan. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dijelaskan definisi variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan alat statistik yang akan digunakan untuk menguji variabel. 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah apapun yang dapat membedakan, membawa variasi pada
nilai (Sekaran, 2003 dalam Fadhilah, 2013). Penelitian ini akan menguji pengaruh karakteristik perusahaan terhadap CG rating. Berikut ini merupakan penjelasan dari tiap variabel penelitian. 3.1.1
Variabel Dependen Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau dijelaskan oleh variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah corporate governance rating. Variabel corporate governance rating dilambangkan dengan CGR. Perusahaan yang terdaftar dalam pemeringkatan CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang dilaksanakan oleh IICG dianggap telah melakukan pengelolaan keuangan yang baik sehingga perusahaan tersebut memiliki penilaian terhadap praktik CG yang tinggi serta memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan para pelaku bisnis yang lainnya. Corporate
67
68
governance (CG) adalah sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan perseroan. Dengan kata lain, CG merupakan suatu tata hubungan antara manajemen perseroan, direksi, pemodal, masyarakat, dan institusi lain yang ikut menginvestasikan uangnya pada perseroan serta mengharapkan imbalan atas investasinya tersebut. Dalam penelitian ini CG rating diukur menggunakan laporan indeks CGPI sebagai proksi. Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan di Indonesia menggunakan indeks CGPI sebagai proksi untuk meneliti penilaian implementasi CG. Darmawati (2006), Sulistiyowati et al (2010), Taman dan Nugroho (2010) serta Setiawan (2012) meneliti penilaian CG menggunakan indeks CGPI. Pengujian dilakukan dengan alat statistik regresi berganda, karena proksi CG merupakan laporan indeks CGPI berbentuk skor dengan skala interval yang telah ditentukan berdasarkan kriteria penilaian oleh IICG. 3.1.2
Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu
menjelaskan varians dari variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu karakteristik perusahaan. Terdapat 8 macam karakterisitik perusahaan yang akan diuji pengaruhnya terhadap CG rating, yaitu profitabilitas, konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, rasio leverage, pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan. 1. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri (Sartono,
68
69
1998:130). Profitabilitas dilambangkan dengan PRO. Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini yaitu diperoleh dengan Return On Asset (ROA). ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah aset yang dimiliki. Cara menghitung ROA yaitu laba bersih dibagi dengan total aset perusahaan pada tahun yang diteliti. Laba bersih diperoleh dari laporan laba rugi komperehensif, sedangkan total aset diperoleh dari laporan posisi keuangan konsolidasian perusahaan. Setiawan (2012) meneliti pengaruh profitabilitas terhadap implementasi CG. Hasilnya adalah profitabilitas yang diukur dengan menggunakan ROA berpengaruh signifikan terhadap indeks CGPI. Pengukuran menggunakan ROA dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut: ROA =
x 100%
2. Konsentrasi Kepemilikan Konsentrasi kepemilikan adalah suatu model yang menggambarkan bagaimana tatanan atau struktur para pemangku kepentingan, dalam hal ini yaitu para pemegang saham atau pemilik (principal) sebuah perusahaan dan siapa saja yang memegang kendali atas keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas aktivitas bisnis perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini konsentrasi kepemilikan dilambangkan dengan OWN. Cara mengukur konsentrasi kepemilikan dalam penelitian ini yaitu menggunakan persentase kepemilikan saham mayoritas. Darmawati (2006) menggunakan persentase kepemilikan mayoritas untuk
69
70
menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap kualitas implementasi CG. Hasilnya adalah konsentrasi kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG. Cara menghitung rasio kepemiilikan saham mayoritas dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut. OWN =
x 100%
3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan nilai besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan dilambangkan dengan SIZE. Terdapat berbagai cara untuk mengukur perusahaan, diantaranya dengan melihat jumlah karyawan yang dimiliki perusahaan, hasil penjualan yang dilakukan oleh perusahaan, dan jumlah aset perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan sampai akhir periode tahun yang diteliti. Total aset diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan. Ariff et al (2007) menggunakan nilai total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan untuk menguji pengaruhnya terhadap GCG level. Hasilnya adalah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap GCG rating. Ukuran perusahaan dapat ditulis dalam persamaan: Ukuran = Total aset perusahaan
4. Leverage Rasio solvabilitas (leverage) adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh dana utang dari kreditor. Artinya,
70
71
seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan dengan besar aktivanya. Variabel ini dinyatakan dengan lambang LEV. Ada beberapa pengukuran yang digunakan untuk mewakili tingkat leverage suatu perusahaan, yaitu debt to asset, long term debt to total equity, debt to equity, dan debt service coverage. Dalam penelitian ini, rasio leverage diukur dengan persentase hasil bagi antara total utang dengan total aktiva perusahaan atau DAR (Debt to Asset Ratio). Taman dan Nugroho (2010) meneliti pengaruh leverage dengan menggunakan DAR terhadap kualitas implementasi CG. Hasilnya adalah leverage berpengaruh signifikan terhadap kualitas implementasi CG. Dalam bentuk persamaan, rasio ini dapat ditulis dengan menggunakan rumus: Leverage =
x 100%
5. Pertumbuhan Pertumbuhan perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang diukur dengan membandingkan antara total penjualan perusahaan periode saat ini (t) dengan periode sebelumnya (t-1) dibagi dengan total penjualan periode sebelumnya (t-1). Ariff et al (2007) meneliti pengaruh pertumbuhan dengan menggunakan terhadap GCG level di Malaysia. Sulistiyowati et al (2010) juga menggunakan rasio pertumbuhan penjualan untuk meneliti pertumbuhan perusahaan terhadap indeks CGPI. Variabel pertumbuhan dinyatakan dengan lambang GRO. Dalam bentuk persamaan, pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan rumus:
71
72
Pertumbuhan =
x 100%
6. Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang menunjukkan waktu lama berdirinya sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini variabel umur perusahaan dinyatakan dengan lambang AGE. Umur perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural jumlah tahun perusahaan sejak didirikan sampai dengan tahun penelitian. Ariff et al (2007) menggunakan logaritma jumlah tahun untuk mengukur umur perusahaan. Pengukuran umur perusahaan dapat ditulis dalam bentuk persamaan: Umur = jumlah tahun perusahaan
7. Negara Operasional Variabel negara operasional mengindikasikan ada atau tidak adanya aktivitas perdagangan bisnis suatu perusahaan secara global atau di lebih dari satu negara. Lambang OPER digunakan untuk menyatakan variabel negara operasional dalam penelitian ini. Cara mengukur variabel ini adalah menghitung jumlah negara operasional bagi tiap perusahaan dibandingkan dengan total jumlah negara operasional bagi tiap perusahaan dalam penelitian ini. Hasil perbandingan tersebut merupakan persentase rasio jumlah negara yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi bisnisnya. Pengukuran variabel ini dapat dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
OPER=
x 100%
72
73
8. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang cenderung memberikan evaluasi mengenai kinerja perusahaan baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini variabel nilai perusahaan dinyatakan dalam lambang TQ. Ada beberapa cara untuk mengukur nilai perusahaan, salah satunya dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi yang baik, karena dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan, seperti perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antara manajer dan pemilik, dan nilai perusahaan (Darmawati, 2002 dalam Arifin, 2010). Metodologi yang dipakai untuk menghitung Tobin’s Q adalah berdasarkan pada Lindenberg dan Ross (1981), Lang et al (1984), dan Vogt (1994), yaitu nilai pasar saham ditambah dengan nilai utang lalu dibandingkan dengan total aktiva. Nilai pasar saham perusahaan bisa diestimasikan dengan mengalikan jumlah saham dengan harga saham. Ariff et al (2007) menggunakan rasio Tobin’s Q untuk mengukur nilai perusahaan. Rasio Tobin’s Q dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: TQ= (MVE+DEBT)/ TA Dimana:
MVE = Jumlah Saham Beredar x Harga Saham DEBT = Total Kewajiban + Persediaan – Total Aktiva Lancar TA
= Total Aktiva
73
74
Definisi operasional tiap variabel dan indikator pengukuran variabel akan diringkas dalam tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
CGR
PRO
OWN
SIZE
LEV
GRO
AGE
OPER
Definisi Penilaian dan pemeringkatan terhadap implementasi CG oleh perusahaan Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba Tatanan pemegang saham perusahaan Nilai besar atau kecilnya sebuah perusahaan Besarnya aset perusahaan yang berasal dari dana utang Perkembangan volume penjualan yang dilakukan oleh perusahaan Umur tahun lamanya perusahaan berdiri Banyaknya negara tempat melakukan
Indikator
85-100 70-84 55-69
Skala
SKOR = sangat terpercaya = terpercaya = cukup terpercaya
Interval
Rasio
x 100%
x 100%
Rasio
Total aset
x 100%
x 100%
Jumlah tahun perusahaan
x 100%
74
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
Rasio
75
TQ
3.2
aktivitas ekonomi bisnis Evaluasi mengenai kinerja perusahaan
TQ= (MVE+DEBT)/ TA
Rasio
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang termasuk dalam pemeringkatan laporan CGPI yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance ( IICG ) tahun 20092011 karena peringkat CGPI mengasumsikan perusahaan telah melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik sehingga memperoleh kepercayaan dari para pelaku bisnis
yang kemudian tertarik untuk menanamkan modal di
perusahaan-perusahaan tersebut. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu sampel harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan auditan tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. 2. Perusahaan yang menyajikan data keuangan yang diperlukan dalam dalam satuan rupiah Indonesia (Rp). 3. Perusahaan yang berturut-turut terdaftar dalam indeks CGPI tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
75
76
3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder, yaitu
berupa data laporan tahunan perusahaan yang tergabung dalam peringkat laporan CGPI periode 2009-2011. Data laporan CGPI tersebut dikeluarkan oleh sebuah lembaga yang bernama The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG), kemudian daftar perusahaan- perusahaan tersebut juga dapat diperoleh dari majalah bisnis SWA yang beredar di masyarakat. Sedangkan data yang digunakan adalah data yang dapat diperoleh dari laporan keuangan kuartal I dan kuartal II, IDX Quarterly Statistics 2009, audited annual report 2009- 2011 melalui pojok Bursa Efek Indonesia Undip dan juga dapat mengakses database Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui internet (www.idx.co.id).
3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari data dan dokumen- dokumen yang diperlukan. Selain itu, penelitian ini juga menerapkan studi kepustakaan, yaitu suatu cara memperoleh data dengan cara membaca, mempelajari buku- buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dokumendokumen dan data merupakan laporan CGPI, laporan tahunan, laporan keuangan yang diperoleh dari pojok BEI Universitas Diponegoro, dan website BEI www.idx.co.id.
76
77
3.5
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini adalah regresi berganda, uji asumsi klasik, serta statistik deskriptif juga digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini. Selain itu, dilakukan pengujian hipotesis yaitu uji statistik t dan uji simultan statistik F serta koefisien determinasi untuk menilai kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Berikut ini penjelasan terperinci mengenai metode analisis dalam penelitian ini:
3.5.1
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu variabel yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2009). Standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum menggambarkan persebaran data. Data yang memiliki standar deviasi yang semakin besar menggambarkan data tersebut semakin menyebar. Standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum menggambarkan persebaran variabel yang bersifat metrik.
3.5.2
Analisis Regresi Berganda Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis
multiple regression (regresi berganda). Regresi berganda diterapkan karena variabel dependen dalam penelitian ini berupa skor berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh IICG. Dalam regresi berganda, diperlukan uji asumsi
77
78
klasik yang terdiri dari uji multikolineritas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas pada variabelnya (Ghozali, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu corporate governance rating (CGR) yang bersifat metrik dengan skala interval, sedangkan variabel independen yang
digunakan
profitabilitas,
dalam
konsentrasi
penelitian
ini
kepemilikan,
adalah
karakteristik
ukuran
perusahaan,
perusahaan: leverage,
pertumbuhan, umur perusahaan, negara operasional, dan nilai perusahaan. Variabel independen tersebut merupakan gabungan antara variabel metrik dan non-metrik. Model regresi berganda dalam penelitian ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut. CGR = α + (β1PRO - β2OWN + β3SIZE + β4LEV + β5GRO + β6AGE + β7OPER +β8TQ) + ε Dengan: CGR =
skor CG sesuai indeks CGPI
α
konstanta
=
β1-β8 =
koefisien regresi dari tiap variabel independen
PRO
rasio profitabilitas perusahaan
=
OWN =
rasio kepemilikan saham mayoritas
SIZE =
ukuran perusahaan
LEV
rasio total utang terhadap total aset perusahaan
=
GRO =
rasio pertumbuhan perusahaan
78
79
3.5.3
AGE =
rasio jumlah umur perusahaan
OPER =
banyaknya negara sebagai tempat melakukan perdagangan
TQ
=
nilai perusahaan (Tobin’s Q)
ε
=
error term
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah uji statistik yang dilakukan sebelum melakukan
analisis regresi linier berganda. Uji ini berguna untuk memastikan nilai parameter untuk pengujian valid. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi untuk menguji analisis ini antara lain : uji asumsi multikoliniearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan normalitas (Ghozali, 2009). 3.5.3.1 Uji Multikoliniearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang dibentuk ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik jika tidak ada korelasi antar sesama variabel independennya. Jika variabel saling berkorelasi maka variabel tersebut tidak ortogonal. Nilai ortogonal variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol (0). 3.5.3.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan t-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan dan berkaitan satu sama lain, kejadian ini timbul karena residual (kesalahan
79
80
penggangu) tidak bebas dari satu variabel ke variabel lain. Data yang sering menjadi gangguan adalah data yang berseries. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji autokorelasi biasa menggunakan uji Runs (Runs test). 3.5.3.3 Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009). Jika pemindahan residual tetap maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model homoskesdatisitas atau tidak bersifat heterokedastisitas. Salah satu alat uji heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser yaitu uji yang dilakukan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan terjadi secara statistik maka mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dikatakan tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen bila nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. 3.5.3.4 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengui apakah dalam model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009). Pada uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti nilai normal namun jika asumsi itu tidak normal maka statistik yang digunakan menjadi tidak valid. Model regresi yang baik jika memiliki nilai residual yang persebarannya terlihat normal. Terdapat dua cara untuk
80
81
melakukan uji normalitas ini yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2009). Analisis grafik dapat dilihat melalui grafik Histogram dan Normal Probability Plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2009). Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual dalam penelitian ini adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini diyakini lebih akurat daripada uji normalitas dengan grafik, karena uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual akan terlihat normal. Apabila asymptotic significance dalam Uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 5%, maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2009)
3.5.4
Uji Hipotesis Pengujian yang dapat dilakukan untuk menentukan keputusan terhadap
hipotesis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu uji signifikansi simultan (uji statistik F), uji signifikansi parameter individual (uji statistik t), dan uji koefisien determinasi (R2). 3.5.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji signifikansi simultan menunjukkan pengujian pengaruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai
81
82
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009). Apabila nilai probabilitas signifikan pada tingkat α = 5%, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2009). Dengan demikian model regresi layak untuk diujikan. 3.5.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 5% (0,05). Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada nilai signifikansi p-value. Jika p-value (signifikansi) > α, maka hipotesis alternatif penelitian ditolak. Sebaliknya jika p-value lebih besar (<) daripada α, maka hipotesis alternatif dalam penelitian tidak ditolak atau diterima. 3.5.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) Pengujian koefisien determinasi regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model penelitian mempunyai pengaruh terhadap penilaian skor penerapan CG perusahaan. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Semakin kecil nilai R2, maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas (Ghozali, 2009).
82