ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starta Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari’ah Jurusan Ekonomi Islam (EI)
Oleh: JANUARY FILASUFAH 062411048
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
i
Ali Murtadho, M.Ag. Jl. Taman Karonsih IV/1 181 Ngaliyan Semarang NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. January Filasufah Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara: Nama
: January Filasufah
Nomor Induk : 062411048 Judul
: ANALISIS ETOS KERJA PEDAGANG MUSLIM DI
SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK SERTA
DAMPAKNYA
TERHADAP
PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Demikian harap menjadikan maklum. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Semarang, 9 Juni 2011 Pembimbing I
Pembimbing II
DR. Ali Murtadho, M.Ag. NIP.19710830 199803 1 003
Johan Arifin, S.Ag. MM NIP.19710908 200212 1 001
ii
n
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak ber isi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 09 Juni 2011 Deklarator,
January Filasufah 062411048
iv
MOTTO
Wahai Tuhan Kami, Berikanlah Kepada Kami Kebaikan Di Dunia Dan Kebaikan Pula Di Akhirat, Dan Jagalah Kami Dari Siksa Neraka
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui etos kerja pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya dan bagaimana dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak. Dalam Islam, seorang muslim adalah seorang pekerja. Etos kerja muslim adalah sebagai sikap keyakinan yang mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,tetapi suatu manifestasi dari amal sholeh. Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berupaya menyeimbangkan kesejahteraan antara dunia dan akherat. Seorang muslim yang bekerja karena ibadah kepada Allah, hendaklah ia bersungguh-sungguh tidak melupakan hak Allah dan tidak menyimpang dari peraturan-peraturan yang baik. Dengan bekal agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an. Indikator yang diterangkan dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu menyembah Tuhan (pemilik) Ka’bah, menghilangkan lapar, dan menghilangkan rasa takut. Kemudian di perinci dalam UU No 6 tahun 1974. Untuk mencapai kesejahteraan, bisa dilakukan dengan cara mengukur kesejahteraan melalui pendekatan konsumsi, manusia sudah berupaya melakukan secara individu atau kelompok. Kesejahteraan yang bersifat lahir biasanya dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah dari pada kesejahteraan batin. Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Alasannya dipilih penelitian kualitatif ini, karena peneliti ingin memperoleh deskripsi secara langsung berhubungan dengan masyarakat ekonomi mikro terhadap tingkat kesejahteraan yang mereka rasakan melalui bekerja keras dan dengan etos kerja yang tinggi. Hasil penelitian menyatakan adanya pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Pedagang. Dimana pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau pokok mampu tercukupi dan dirasakan mengalami peningkatan, Dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh sebagai pedagang dapat mencukupi kebutuhan primer. Peningkatan dengan memiliki kios dengan berbagai macam barang yang dijual, pendapatannya bisa menyekolahkan anak anak hingga Perguruan Tinggi dan bisa menunaikan ibadah Haji serta bisa mengeluarkan zakat maal tiap tahun. Jadi kehidupan seorang muslim, harus dilandasi etos kerja Islami yang merupakan masalah urgen. Dengan mengaktualisasikann ajaran agama Islam diharapkan menjadi etos kerja islami sehingga dengan modal ini masyarakat Muslim mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya baik dunia maupun akherat.
Kata Kunci : Etos kerja Islami, Tingkat Kesejahteraan, Pedagang, Makam Sunan Kalijaga.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Ayahku yang paling saya hormati Ibu tercinta yang selalu sayang kepadaku, dan Almamaterku tercinta IAIN Walisongo Semarang
vii
KATA PENGANTAR
Sujud syukur kami rungkukkan kehadirat Allah SWT yang Maha Mengetahui, Maha Adil, lagi Maha Penyayang berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehinga kami dapat menyelesaikan penulisan skripsi guna melengkapi persyaratan menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo. Shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pegangan hidup bagi setiap makhluk untuk sadar dengan ketidak sempurnaannya, dan berusaha untuk berbuat baik bagi masyarakat. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Bukan tanpa aral rintangan, banyak proses yang harus dilewati, banyak pula pihak yang turut membantu kelancaran penulisan skripsi ini, kami telah berusaha dengan segala daya dan upaya guna meyelesaikannya. Namun tanpa bantuan dari berbagai pihak lain yang dengan keihlasan hati tentunya karya ini tidak mungkin dapat terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada mereka yang telah banyak memberi sumbangan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya ini, mereka adalah : 1.
Bapak Prof. DR. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang beserta staf-stafnya.
2.
Bapak DR. Imam Yahya, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Bapak DR. Ali Murtadlo, M. Ag. Selaku ketua Jurusan Ekonomi Islam yang telah memberikan ijin dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, dan juga menjadi Dosen pembimbing I yang selalu memberikan petunjuk dan
viii
membimbing penulis hingga terselesainya skripsi ini. 4.
Dosen pembimbing II Johan Arifin, S.Ag. MM. Yang selalu memberikan motifasi kepada mahasiswanya serta telah memberikan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis.
5.
Bapak H. Muchamad Fauzi, SE. MM, terimakasih atas pencerahan yang diberikan kepada peneliti, telah banyak waktu yang di luangkan serta mendampingi saat berdiskusi tentang pendalaman skripsi.
6.
Bapak Rahman El Yunusi, S.E., M.M. yang sabar dan penuh ketulusan dalam meletakkan dasar pengetahuan dan memberi nasehat yang sangat bermanfaat pagi peneliti.
7.
Keluarga kami di rumah, bapak, ibu serta saudara-saudara kami terutama ibu dengan kasih sayang dan kesabaran selalu mendoakan, mendampingi dan merestui kami serta teman-teman mahasiswa dan aktivis kampus yang telah sudi diskusi bareng dengan peneliti. Dan pihak-pihak yang telah membantu terselesainya laporan.
8.
Buat Keluarga besar pak de dan bude yang selama 5 tahun ini telah memberikan kasih sayang dan perhatian karena kami diberikan tempat tinggal di rumah beliau dari awal pertama masuk kuliah sampai terakhir.
9.
Teman-teman EIB 2006 yang telah berjuang bareng dalam menanamkan pengetahuan ke dalam diri kita mengenai ekonomi Islam dan berusaha mewujudkannnya dalam prilaku. Teruslah berjuang untuk membumikan ekonomi Islam.
10. Sahabat baikku ( Oriz, Fida, Anis ) suka duka kita jalani bersama, walau
ix
banyak cobaan yang harus dilalui kita tetap semangat demi masa depan. Dan lima tahun kita lalui bersama menjalani kuliah, senang duka, tawa dan marah kita jalani bersama. Pererat hubungan ini sampai kapanpun. Tiada manusia yang sempurna, jauh sebelumnya kami meminta maaf setulus hati kepada semua pihak yang telah kami sebutkan di atas maupun yang tidak tersebut. sebelum kesalahan kami terkoreksi, kritik yang arif serta saran yang konstruktif sangat peneliti harapkan. Tidak lain supaya di waktu yang akan datang kami dapat menyajikan karya ilmiyah yang lebih baik dari sebelumnya. Akhir kalam, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, pihakpihak yang berkepentingan, serta bagi peneliti khususnya.
Semarang, 09 Juni 2011 Penulis
January Filasufah
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………. ...... i NOTA PEMBIMBING…………………………………………………………. ii PENGESAHAN……………………………………............................................ iii DEKLARASI …………………………………………...................…………… iv MOTTO………………………………………………………………………… v ABSTRAK………………………………………………………… ………….. vi PERSEMBAHAN…………………………………….......................…………. vii KATA PENGANTAR …………………………………………….………….. viii DAFTAR ISI…………………………………………………………..………. xi DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………… xiv BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................
9
C. Tujuan Penelitian..................................................................
9
D. Manfaat Penelitian................................................................. 10 E. Tinjauan Pustaka..................................................................
11
F. Metode Penelitian.................................................................
13
G. Sistematika Penulisan Skripsi............................................... 17 BAB II :
ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM A. Etos Kerja..............................................................................
20
B. Kesejahteraan......................................................................... 27 C. Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan
BAB III:
Kesejahteraan........................................................................
34
D. Aspek Sosiologi Masyarakat.................................................
37
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK A. Sejarah Desa Kadilangu.........................................................
42
B. Keadaan Daerah.....................................................................
43
C. Penduduk…………...............................................................
43
D. Sosial Ekonomi......................................................................
45
E. Agama....................................................................................
46
F. Kondisi Pedagang Sekitar Makam..........................................
47
xi
G. Komunikasi Antar Pedagang................................................. BAB IV:
49
ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK A. Karakteristik Responden.......................................................
53
B. Analisis Terhadap Etos Kerja Pedagang Secara Islami........
58
C. Analisis Peningkatan Kesejahteraan Pedagang.....................
73
D. Analisis Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Pedagang....................................................... 80 BAB V:
PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................ 85 B. Saran...................................................................................... 88 C. Penutup................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL Tabel. 1 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan Kadilangu ............................................................................................. 44 Tabel. 2 Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Kadilangu............... 45 Tabel. 3 Penduduk Menurut Agama Kelurahan Kadilangu................................ 46 Tabel. 4 Sarana Ibadah Kelurahan Kadilangu...................................................... 47 Tabel. 5 Dampak Etos Kerja Islami Terhadap Kesejateraan Pedagang................ 84
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Struktur Organisasi Padagang Sekitar Makam....................................... 50
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kemuliaan
seorang
manusia
bergantung
kepada
apa
yang
dilakukannya. Ajaran inilah yang ditekankan oleh Islam, esensi ajaran tersebut menurut
para Ulama’ dan Cendekiawan mengandung makna
bahwa pandangan hidup (worldview) seorang muslim haruslah menjadikan Islam sebagai sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, yang menjanjikan kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akherat. Keseimbangan (equilibrium) antara ibadah dan mu’amalah ini hanya mampu ditampilkan dalam wajah Islam. Al-Quran memang tidak merinci dalam satu konsep ekonomi teoritis praktis, tetapi selalu memberikan motivasi kepada umatnya untuk sejahtera di bidang ekonomi.1 Salah satu buktinya, dalam al-Quran terdapat konsep komersial sebanyak dua puluh macam terminologi, yang diulang sebanyak 370 kali.2 Hal ini menunjukkan sebuah manifestasi adanya spirit yang bersifat komersial dalam al-Qur’an.3 Setiap individu memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan yang memiliki tujuan. Dorongan-dorongan untuk melakukan suatu kegiatan ini 1
Alwi Shihab, Islam Inklusif ;Menuju Sikap terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan, 1997, hal. 172-173. 2 Moch. Khoirul Anwar, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro (Studi Tentang Eksistensi Bayt al-Maal wa al-Tamwiil dan Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pemberadayaan Ekonomi Umat di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur), Tesis, Surabaya: UIN Sunan Ampel, hal. 14. 3 A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat; Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hal. 23.
xv
disebut dengan motivasi. Motivasi ini tidak terlepas dari dorongan yang berasal dari dalam maupun luar individu. Tidak jarang dorongan-dorongan ini menjadi sebuah gerakan yang sifatnya kolektif, massif dan melibatkan banyak massa. Hal ini terjadi di dalam sebuah komunitas individu-individu yang mempunyai kesamaan tujuan dan alasan, sebagai contoh adalah organisasi kemahasiswaan, organisasi keagamaan, perusahaan, komunitas pengusaha dan lain sebagainya. Pengaruh spiritual atau keagamaan mendasari perilaku manusia yang akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak, adalah sebuah naluri dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Tindakan yang demikian selain memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di akherat kelak, apakah masuk golongan ahli surga atau sebaliknya. Keterkaitan yang kuat antara agama Islam dengan aktivitas ekonomi umat merupakan kegiatan ekonomi dalam Islam, meskipun konkritnya adalah kegiatan untuk mendapatkan kecukupan materi, tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sesudah mati dan akan tetap dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan.4 Islam tidak mengajarkan sistem ekonomi yang komprehensif, tetapi Islam mengajarkan landasan etika dan moral bagi para pemeluknya yang akan melakukan kegiatan ekonomi. Islam mempunyai prinsip mengajarkan kebaikan dan mengatur kehidupan 4
Munawar Ismail, Islam Kapitalisme dan Sosialisme. Studi Komperatif Sistem Ekonomi, Jurnal Lintasan Ekonomi, Edisi khusus Januari-April, Malang: Lembaga Penerbit FE Unibraw, 1997, hal. 22.
xvi
umatnya di dunia dan di akhirat. Prinsip etika ekonomi hakikatnya adalah menjalankan bisnis yang jujur sesuai dengan aqidah agama. 5 Pendapat ini didukung pula pendapat Burhan bahwa doktrin dalam Islam terkait erat dengan tujuan hidup manusia yang hakiki. Oleh karena itu, membicarakan tujuan manusia, dilihat dari kaca mata ekonomi, tidak dapat lepas dari tujuan hidup. Kegiatan ekonomi manusia menyatu dengan status manusia sebagai khalifah dan fungsi manusia untuk ibadah. Sebagai khalifah maka kegiatan ekonomi manusia diperuntukkan guna memakmurkan seluruh penghuni bumi seraya menjaga kelestariannya, sedangkan dalam ibadah kegiatan tersebut hendaknya ditujukan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.6 Dalam Islam, seorang Muslim adalah seorang pekerja. Dalam Kitab Musnad Achmad disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
ﻦﻩِ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺍﺑﺪ ﺟﻦ ﺃﹶﺑِﻴﻪِ ﻋﻦﺓﹶ ﻋﻭﺮ ﻋﻦ ﺑﺎﻡﺎ ﻫِﺸﺛﹶﻨﺪﺮٍ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ﺣﻴﻤ ﻧﻦﺍﺑ ﻭﻛِﻴﻊﺎ ﻭﺛﹶﻨﺪﺣ ﻗﹶﺎﻝﹶﻪﻨ ﻋ ﺍﻟﻠﱠﻪﺿِﻲﺮِ ﺭﻴﺑﻦِ ﺍﻟﺰﺮٍ ﻋﻴﻤﻧ ﻞﹶﺒ ﺍﻟﹾﺠﺄﹾﺗِﻲ ﻓﹶﻴﻠﹶﻪﺒ ﺃﹶﺣﻛﹸﻢﺪﺬﹶ ﺃﹶﺣﺄﹾﺧ ﻟﹶﺄﹶﻥﹾ ﻳﻠﱠﻢﺳﻪِ ﻭﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺻﺳﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ ﺃﹶﻥﹾ ﻣِﻦ ﻟﹶﻪﺮﻴﺎ ﺧﻨِﻬﻲ ﺑِﺜﹶﻤ ِﻨﻐﺘﺴﺎ ﻓﹶﻴﻬﺒِﻴﻌﺮِﻩِ ﻓﹶﻴﻠﹶﻰ ﻇﹶﻬﻄﹶﺐٍ ﻋ ﺣﺔٍ ﻣِﻦﻣﺰﺠِﻲﺀَ ﺑِﺤﻓﹶﻴ ﻮﻩﻌﻨ ﻣ ﺃﹶﻭﻩﻄﹶﻮ ﺃﹶﻋﺎﺱﺄﹶﻝﹶ ﺍﻟﻨﺴﻳ 5
Mohamad Fadhely, Meneropong Kehidupan Ekonomi Umat Islam, Peradapan Islam, Kapitalis Budaya Cina di Indonesia, Jakarta: Golden Press, 1995, hal. 14. 6 Umar Burhan, Memberdayakan Ekonomi Umat : Suatu Kajian Konsepsional dalam Beberapa Bukti Empiris, Jurnal Lintasan Ekonomi, Malang: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 1997, hal. 17.
xvii
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki' dan Ibnu Numair, keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah dari Bapaknya dari kakeknya Ibnu Numair berkata; dari Zubair Radhiallahu 'anhu berkata ;Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Seorang lelaki yang membawa seutas tali, dia pergi ke gunung, kemudian (kembali) dengan membawa seikat kayu bakar dan menjualnya sehingga dia merasa cukup dengan hasil tersebut adalah lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada manusia baik mereka memberi atau menolaknya7 Hadis
tersebut
menunjukkan
bahwa, pertama,
Allah
akan
memuliakan orang yang bekerja. Seorang Muslim tidak pantas bermalasmalasan dalam mencari rezeki walaupun itu dengan alasan sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah SWT. Tidak pantas pula mengharap sedekah dari orang lain padahal ia memiliki kemampuan bekerja untuk menghidupi dirinya, memenuhi kebutuhan keluarganya, atau orang-orang yang menjadi tanggungannya. Dalam kitab Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal sedekah kepada orang kaya dan orang yang memiliki kemampuan yang stabil.”8 Kedua, Kerendahan dan kehinaan bagi orang yang meminta-minta kepada orang lain. Seorang Muslim tidak pantas meminta-minta kepada orang lain. Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang meminta sesuatu bukan kebutuhannya, bagaikan orang yang memungut bara api.”9 Etos kerja seorang Muslim dapat dilihat dari hadis riwayat Thabrani yang menyebutkan bahwa: 7
Imam Achamad, Musnad Achmad, Maktabah Syamilah, Bairut,Juz 3, hadist 1354, th, hal.
8
Imam Tirmidzi, Sunan At Tirmidzi, Maktabah Syamilah, Bairut,Juz 3, hadist 321, th, hal.
9
Ibid, hadis nomor 143 hal. 40
363 35
xviii
ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ:ﺣﺪﺛﲏ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ "ﺳﻴﻜﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﳉﻴﺪ ﻟﻮ: ﰒ ﻗﺎﻟﻮﺍ. ﻣﺮ ﺭﺟﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻌﺎﻃﻔﺔ،ﺟﻠﺲ ﻣﻊ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ "ﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﺻﻞ: ﺍﻟﺴﻤﻊ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﱯ."ﺍﺳﺘﺨﺪﻣﺖ ﺭﻭﺣﻪ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﷲ ، ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﺇﱃ ﻭﺍﻟﺪﻳﻪ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻫﻢ ﻣﻦ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﺴﻦ. ﻓﻬﻮ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﷲ،ﻻﺑﻨﻪ ﺍﻟﺼﻐﲑ ﻓﻬﻮ، ﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﳜﺮﺝ ﻷﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﻋﻦ ﺍﳊﻔﺎﻅ ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺳﻴﺔ ﻧﻔﺴﻪ.ﻓﻬﻮ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﷲ ." ﻭﺍﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺧﺮﺝ ﻻﻇﻬﺎﺭ ﻭﻋﺮﺽ ﺍﻧﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺷﻴﻄﺎﻥ.ﰲ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﷲ Artinya: Menceritakan kepadaku Lais bin Sa’ad dari Abu Hurairah dia berkata: Tatkala Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, lewatlah seorang lelaki dengan penuh semangat. Para sahabat kemudian berkata, Alangkah baik jika semangatnya itu dimanfaatkan di jalan Allah.” Mendengar perkataan sahabat tersebut, Rasulullah Saw mengomentarinya dengan bersabda, “Jika dia keluar untuk (keperluan) anaknya yang masih kecil, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar untuk kedua orangtuanya yang sudah tua renta, maka dia berada di jalan Allah. Jika dia keluar (bekerja) karena ingin menjaga kesucian dirinya (dari meminta-minta), maka dia juga berada di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk pamer dan gagahgagahan maka dia di jalan setan.10 Keberadaan Sunan Kalijaga di wilayah Demak mampu menyadarkan masyarakatnya dan bersedia memeluk agama Islam tanpa adanya kekerasan, hal ini didasarkan atas sikap Sunan Kalijaga yang sangat toleran pada budaya lokal, disamping itu juga seorang seniman, diantara buah karyanya adalah suluk Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Sunan Kalijaga juga
10
Teuku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, Juz 7, Ed. 2, Cet. 3, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2001, hal. 201, atau Imam Thabrani, Mu’jamul Kabir Lit Thabrani, hadits ke 1239, bab Qath’atu Minal Mafqudi, juz. 20, hal. 15
xix
menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (”Petruk Jadi Raja”).11 Mengutip pernyataan dari S. Soebardi dan Woodcraft Lee dalam Zakiyudin,12 bahwasannya watak masyarakat Indonesia masa kini dan warisan budayanya tidak dapat meninggalkan pengkajian terhadap peran Islam semakin menguatkan bahwasannya telah terjadi akulturasi antara ritual yang sudah menjadi tradisi dengan agama itu sendiri. Alkulturasi Budaya pun terjadi di Pulau Jawa di mana Ulama yang kemudian terkenal dengan sebutan walisongo memegang peranan yang sangat penting dalam proses akulturasi budaya. Penciptaan tembangtembang Jawa, wayang kulit hingga upacara memperingati Maulid Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan grebeg mulud, sekatenan adalah contoh dari peranan walisongo dalam hal ini Sunan Kalijogo mengakulturasikan Islam dan ritual hingga menjadi ritual adat Jawa.13 Karena kebesaran Sunan Kalijaga, masyarakat masih selalu mengenang beliau meskipun telah lama wafat. Melalui mistikasi ritual ziarah
kemakam
Sunan
Kalijaga,
masyarakat
mentransformasikan
penghormatannya kepada Sunan Kalijaga. Maka dari itu, berbagai penjuru wilayah di Indonesia masyarakat muslim berbondong-bondong untuk berziarah ke makam waliyullah ini dan masih dilaksanakan hingga sekarang. 11
Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Serambi, 2004,
hal. 35 12
Zakiyudin Baidlowi, Dakwah Kultural Muhammadiyah, Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran, 1995, hal 13 13 Achmad Chodjim, Op. Cit, hal. 45.
Surakarta:
Pondok
xx
Kedatangan peziarah dari berbagai daerah, apalagi yang jauh atau bahkan dari mancanegara, menimbulkan dampak pula bagi masyarakat sekitar makam. Selain pada hari-hari tertentu yang berkaitan dengan ziarah ritual seperti malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon, pada hari-hari libur nasional bahkan lebih ramai oleh kunjungan para peziarah maupun wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Pada waktu banyak pengunjung dipastikan banyak para pedagang tiban atau asongan yang menjajakan berbagai barang dagangannya. Hal ini jelas membawa perubahan ekonomi pada masyarakat sekitar makam yang menjadi objek wisata realigi. Kondisi inilah yang di manfaatkan oleh masyarakat muslim di sekitar makam Sunan Kalijaga untuk mencari rizki melalui kegiatan perniagaan, di wilayah kompleks makam Sunan Kalijaga terdapat lebih dari 300 pedagang yang eksis disana, sebagaimana keterangan dari Raharjo Kusumo selaku managerial dari Kasepuhan Ahli Waris dan Keluarga Sunan Kalijaga yang bertanggung jawab terhadap pertokoan di sekitar kompleks makam. Berbagai produk ditawarkan pedagang untuk kebutuhan peziarah baik kebutuhan konsumtif maupun sekedar oleh-oleh. Dari kondisi yang dapat dilihat, etos kerja yang dimiliki pedagang tergolong cukup tinggi dimana sebagian dari mereka sudah pernah melaksanakan ibadah haji dan mampu memberikan
zakat,
sehingga
secara
lahiriah
telah
hidup
dalam
kesejahteraan.
xxi
Etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka. Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Nilai-nilai agama dan kultural dapat memberikan dorongan pada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu, terutama dalam bidang ekonomi. Motif religi yang mendorong keberhasilan hidup seseorang dapat dijumpai pada masyarakat Islam di Indonesia. Yang telah mendorong tumbuhnya pengusaha-pengusaha Islam di Indonesia adalah adanya persamaan yang besar sekali antar etos kerja kaum santri pedagang. Terminologi etos kerja kaum santri pedagang tersebut menggambarkan keberhasilan para pengusaha muslim dalam mengembangkan usahanya di beberapa kota di Jawa sebagai contoh mengenai organisasi ekonomi umat Islam era kolonialisme yang sering kita dengar dengan sebutan Serikat Dagang Islam. Usman menyatakan bahwa sejarah kehidupan masyarakat Indonesia memperlihatkan adanya keterkaitan yang signifikan antara kedalaman penghayatan agama dan kegairahan dalam kehidupan ekonomi. Kelompokkelompok tertentu yang tergolong menjalankan syariat agama dengan lebih bersungguh-sungguh, dalam kehidupan sosial dan pribadinya kelihatan lebih mampu beradaptasi dalam kehidupan ekonomi.14 Hal ini senada dengan Weber dalam Kidron yang menyatakan bekerja dan keberhasilan 14
Sunyoto Usman, Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 1998, hal.99.
xxii
secara finansial tidak hanya semata untuk kepentingan personal tetapi juga dalam rangka kepentingan tujuan religi.15 Fenomena inilah yang menarik peneliti untuk melakukan kajian di wilayah ini, hal ini bahwa wilayah Jawa banyak terdapat makam tokoh besar keagamaan Islam yang sering di datangi ummat. Disana pula terjadi kegiatan ekonomi yang mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas. Sehingga pemilihan judul yang menurut penulis tepat dalam penelitian ini adalah Analisa Etos Kerja Pedagang Muslim Di Sekitar Makam Kadilangu
(Sunan
Kalijaga)
Demak
Serta
Dampaknya
Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diteliti adalah 1.
Bagaimanakah etos kerja pedagang Muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya.
2.
Bagaimanakah dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan para pedagang Muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak.
C.
Tujuan Penelitain Penelitian ini bertujuan 1. Mengetahui etos kerja pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak dalam mengelola usahanya. 15
Kidron A, Work Values and Organization Commitment, Academy on Management Journal 21, 1978, hal. 2.
xxiii
2. Mengetahui dampak etos kerja terhadap tingkat kesejahteraan pedagang muslim di sekitar Makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak.
D.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini memberikan deskripsi pengembangan kepada dua wilayah yang berbeda, yaitu: 1. Manfaat Teoritis a) Sebagai bahan referensi yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca terutama tentang etos kerja pedagang muslim dan tingkat kesejahteraannya. b) Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam teori Ekonomi Islam, dalam rangka meningkatkan strategi peningkatan kesejahteraan pedagang ke depan. c) Bagi peneliti baru, diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang berkaitan baik yang bersifat melengkapi ataupun lanjutan. 2. Manfaat praktis a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola pertokoan di sekitar makam untuk mengetahui kondisi riil para pedagang. b) Untuk memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pedagang dalam melaksanakan usahanya.
xxiv
E.
Tinjauan Pustaka Untuk menghindari adanya duplikasi, maka penulis menyertakan beberapa buku, penelitian dan skripsi yang ada relevansinya dengan penelitian ini, yaitu: 1. Nanat Fatah Natsir dalam bukunya Etos Kerja Wirausahawan Muslim, menjelaskan tentang hasil awal mengenai studi keagamaan para antropolog memusatkan dan menekankan perhatian pada aspek keyakinan keagamaan, dari pada perilaku (behaviour) keagamaan , tapi sekarang terjadi pergeseran paradigma, dimana studi tentang religiusitas keagamaan lebih menekankan aspek tindakan (behaviour) yang menghasilkan semangat dalam bekerja.16 2. Penelitian yang dilakukan oleh Jusuf Harsono dan Slamet Santoso yang berjudul Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo menyimpulkan bahwa pengusaha muslim perkotaan di kota Ponorogo mempunyai etos kerja yang tinggi. Semangat kerja mereka tidak hanya didorong oleh motif-motif ekonomi, yaitu supaya bisa memenuhi kebutuhan ekonomi semata, tetapi juga didorong oleh motif religi dan motif sosial. Tingginya etos kerja para pengusaha muslim perkotaan dalam menjalankan usahanya adalah modal utama dalam
16
Nanat Fatah Natsir, Etos Kerja Wirausahawan Muslim, Bandung: Gunung Djati Press,
1999.
xxv
mengembangkan usaha mereka, di samping mereka mempunyai pengalaman dan keterampilan yang cukup.17 3. Penelitian yang dilakukan Firmansyah yang berjudul Etos Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima menyimpulkan bahwa pedagang kaki lima memiliki nilai positif yang mana terwujud dalam semangat kerja keras, memiliki kebiasaan berhemat dan mempunyai ikatan emosional yang sama dengan sejawat mereka, sehingga mampu memberikan rasa kesejahteraan yang lebih dibandingkan dengan tidak ada etos kerja.18 4. Saini dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Ibadah Ritual Dan Etos Kerja Karyawati Yang Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di Ungaran Kab. Semarang) menjelaskan mengenai keterikatan yang erat antara ibadah ritual yang dijalani karyawati PT. Golden Flower dengan etos kerja mereka, sehingga semakin ibadah mereka di tingkatkan maka etos kerja karyawati juga semakin meningkat.19 5. Terakhir adalah skripsi dari Joni Yusuf dengan judul Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Hukum Islam menyimpulkan bahwa dalam memperbaiki ekonomi umat Islam memasuki abad modern ada beberapa agenda yang harus dikerjakan. Kesiapan mentalitas umat untuk berubah dan siap maju demi 17
Jusuf Harsono dan Slamet Santoso, Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo, Jurnal Penelitian Humaniora, Edisi Khusus, Juni 2006, Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2006. 18 Firmansyah, Etos Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima, Penelitian Individual, Surabaya: Unbraw, 1994. 19 Saini, Hubungan Ibadah Ritual Dan Etos Kerja Karyawati Yang Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di Ungaran Kab. Semarang), Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2004.
xxvi
memperbaiki nasib diri menjadi prioritas utama dalam membangun kemajuan ekonomi. Demikian pelurusan pemahaman dan pemaknaan ajaran Islam juga merupakan program yang tidak dapat ditinggalkan. Pemahaman bahwa keduniaan, terlebih lagi harta kekayaaan, jauh dari ibadah dan keakhiratan adaah sama sekali salah dan menjadi racun terhadap umat Islam. Dunia dan akherat tidak dapat dipisahkan: aldunya mazra’at al-akherah (keduniaan adalah investasi yang nantinya berbuah di akherat).20
F.
Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu urutan atau tata cara pelaksanaan penelitian dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan21. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara-cara yang ada hubungannya dengan penulisan sebagai berikut: Jenis penelitian ini berupa penelitian lapangan (penelitian kancah/ field reseach) yang dilakukan dalam medan yang sebenarnya untuk menemukan realitas yang terjadi mengenai masalah tertentu22. Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang alami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
20
Joni Yusuf, Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi, Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. 21 A. H. Kahar Usman, Aplikasi Penelitian Kuantitati dan Kalitatif, Kudus: Stain, hal. 8 22 Sutrisno Hadi, Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Fak. Psikologi UGM, 1975, hal.63
xxvii
secara gabungan.23 Atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata yang menggambarkan objek penelitian dalam kondisi sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya.24 Alasan dipilihnya penelitian kualitatif ini, karena peneliti ingin memperoleh deskripsi secara langsung berhubungan dengan masyarakat ekonomi mikro terhadap tingkat kesejahteraan yang mereka rasakan melalui bekerja keras dan dengan etos kerja yang tinggi. 1. Sumber data penelitian Salah satu tahap yang penting dalam proses penelitian adalah tahap pengumpulan data, karena data merupakan faktor yang paling menentukan dalam suatu penelitian. Karena itu sumber data harus valid agar mampu memberikan makna yang mendalam dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama. Data ini diperoleh melalui wawancara, observasi, dan yang lainnya.25 Data dapat diperoleh dari pengurus Makam Sunan Kalijaga dan para pedagang. Dengan kata lain data ini merupakan murni yang diperoleh dari hasil lapangan. Pengambilannya menggunakan teknik purposive sampling untuk memperoleh sampel dengan kategori sebagai berikut:
23
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, Metode Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2002,
hal.33 24
Hasan Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet II, 1995, hal. 67 25 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal.87
xxviii
a. Pedagang telah berjualan di area Makam dan Masjid Sunan Kalijaga minimal 5 tahun. b. Pedagang telah melakukan ibadah Haji dan mampu membayar Zakat tiap tahunnya. Maka dari itu peneliti menetapkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 5 orang pedagang dengan kualifikasi di atas. 2. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh
data
yang
berkaitan
dengan
pokok
permasalahan yang telah ditulis. Dengan menggunakan metode sebagai berikut : a. Observasi Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan pengkodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme institusi, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.26 Adapun alat pengumpulan datanya disebut panduan observasi, yang digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan baik terhadap benda, kondisi, situasi, kegiatan, proses atau penampilan tingkah laku seseorang.27
26
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI, 2002, hal.86 27 Sanipah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Dasar-Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: CV. Rajawali, 1992, hal.136
xxix
b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan, menelusuri buku-buku, atau tulisan-tulisan yang relevan dengan tema kajian.28 Hal ini penulis lakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang ada relevansinya dengan pokok pembahasan dari literature yang ada dengan cara menelaah dan mempelajari kepustakaan yang representatif. c. Interview / wawancara Yaitu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.29 Dalam melakukan interview pewawancara membawa pedoman yang hanya garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan. Penulis akan mewawancarai sebagian pengurus makam Sunan Kalijaga dan Sebagian Pedagang yang cukup besar omsetnya. 3. Metode analisis data Analisis data menurut Lexy J. Moleong adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar. Analisis data adalah mengatur,
28
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 236 29 Abdurrahman Fathoni, Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hal. 105
xxx
mengurutkan,
mengelompokkan,
memberi
kode
dan
mengkategorikannya.30 Untuk keperluan analisis data, penulisan menggunakan metode analisa deskriptif. Yaitu prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki
(seseorang,
lembaga,
masyarakat,
dan
lain-lain)
sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang akurat pada saat sekarang.31 Dalam kerangka analisa tersebut digunakan juga metode content analisys (analisis isi). Dipilihnya metode ini dikarenakan penelitian ini memiliki sumber data berupa teks dari hasil wawancara dan dokumen dianalisis. Setelah semua data terkumpul maka penulis berusaha menjelaskan suatu obyek permasalahan secara sistematis serta memberikan analisa secara cermat dan tepat terhadap obyek kajian tersebut.
G.
Siatematika Penulisan Skripsi Agar dapat mudah dipahami skripsi ini tersusun dalam lima bab yang masing-masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu yang tetap berkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Adapun sistematika tersusun sebagai berikut :
30
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, cet. IV, 1993, hal. 103. 31 Hasan Nawawi, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet II, 1995, hal. 68
xxxi
BAB I
PENDAHULUAN Meliputi, Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan, Manfaat penulisan Sripsi, Telaah Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Berisi pengertian Etos Kerja, Etos Kerja dalam pandangan Islam, Garis-garis yang melandasi Kerja Islami, dan Komponen yang dapat disebut sebagai Etos Kerja Islami. Serta berisi mengenai Pengertian Sejahtera, Kesejahteraan dalam Ajaran Al-Qur’an, Sejahtera Menurut Undang-undang, serta Indikator untuk mengukur Kesejahteraan Masyarakat. BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK Berisi sejarah Desa Kadilangu, Keadaan Daerah, Penduduk, Sosial Ekonomi, Agama, dan Kondisi Pedagang disekitar Makam, serta organisasi persatuan pedagang disekitar Makam Sunan Kalijaga. BAB IV ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK Berisi
tentang
permasalahan
hasil dan
penelitian
tujuan
yang
penelitian
berupa yang
jawaban
diangkat,
dari yaitu:
Menggambarkan kondisi pedagang mengenai Etos Kerja Islam
xxxii
mereka. Pengaruh Etos Kerja Islam yang dimiliki pedagang terhadap tingkat kesejahteraan mereka. BAB V
PENUTUP Berisi simpulan, saran dan masukan untuk pihak terkait dalam penelitian ini.
xxxiii
BAB II ETOS KERJA DAN KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A.
Etos Kerja 1. Pengertian Etos Kerja Etos dalam arti modern dikembangkan oleh filsuf Immanuel Kant yang menyatakan etos merupakan kehendak otonom sebagai ciri khas setiap moral, dalam kaitannya dengan kerja, etos diartikan sebagai sikap kehendak yang di tuntut terhadap kegiatan tertentu.32 Sementara Mochtar Lubis menggunakan kata etos dalam arti luas, yaitu suatu sistem tata nilai moral, tanggung jawab dan kewajiban.33 Sedangkan menurut Dr. Mochtar Bukhori, kata etos berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang berarti “ciri, sifat”, atau “kebiasaan, adat istiadat” atau juga “Kecenderungan moral, pandangan hidup” yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa.34 Sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu.35 Adapun menurut Toto Tasmara, kerja adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan menyerahkan seluruh aset, fikir dan dzikir untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan 32
Frans Von Magnis, Menuju Etos Pekerjaan yang Bagaimana, Jakarta: Prisma, No. 11, 1978, hal. 71. 33 Mochtar Lubis, Etos Pers Indonesia, Jakarta: Prisma, No. 11, 1978, hal. 13. 34 Mochtar Bukhori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Tirta Wacana Yogya, 1989, hal. 73. 35 Kamus Bahsan Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 428.
xxxiv
dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (Khoiru Ummah) atau dengan kata lain bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.36 Makna kerja dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhannya, baik di dunia maupun akhirat. Bekerja bukanlah sekedar untuk memperoleh penghasilan, namun bekerja yang lebih hakiki merupakan perintah Tuhan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Melalui bekerja, dapat diperoleh beribu pengalaman, dorongan bekerja, bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dituntut kerja keras, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman. Etos
kerja
merupakan
totalitas
kepribadian
diri
serta
cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance). Sukriyanto melalui tesisnya, memberikan pengertian bahwa etos kerja adalah suatu semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat untuk mampu bekerja lebih baik guna memperoleh nilai hidup mereka.37 Etos kerja menentukan penilaian manusia yang diwujudkan dalam suatu pekerjaan. Ia akan menentukan hasil-hasilnya. Ada keterkaitan yang erat antara etos kerja dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di bidang ekonomi. Artinya
36
Toto Tasmara, Membudayakan Etor Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal.
27. 37
Sukiyanto, Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah, Studi Kasus Di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang, Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, 2000, hal. 92.
xxxv
semakin progresif etos kerja suatu masyarakat semakin baik hasil-hasil yang dicapai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 2. Etos Kerja Dalam Pandangan Ekonomi Islam
Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.38 Kerja sebagai bagian dari mu’amalah bermakna ibadah, di samping ia merupakan ekspresi keberagamaan, sekaligus sebagai upaya untuk proses mengekspresikan diri dalam dunia kerja dan meruhaninya manusia artinya kebutuhan diri untuk bekerja ketika sudah masuk umur kerja. Sehingga bekerja merupakan upaya untuk mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritualitasnya. Tentu saja kalau manusia tidak menafsirkan kerja berhenti pada konsep jasmaniah, akan mudah terlepas dari hati nurani, akan terlepas dari nilai-nilai ruhaniah, dan itu berarti akan terlepas dari kebenaran Allah. Akhirnya etos kerja dapat disimpulkan sebagai sikap yang muncul atas kehendak otonom dan kesadaran sendiri terhadap kerja. Etos kerja juga dimaknai oleh Abdullah sebagai sikap yang mendasar tentang kerja yang
38
Yusuf Al-Qardhawy, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Jakerta: Robbani press, 1997, hal. 146
xxxvi
ada pada diri seseorang.39 Secara umum bahwa yang dimaksud dengan etos kerja adalah semangat kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu. Etos kerja muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat : 56). Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Allah SWT dalam al-Qur’an telah berfirman mengenai konsep etos kerja yang harus dimiliki oleh setiap orang mu’min, diantaranya dalam surat at-Taubah ayat 105 yang berbunyi40
39
Taufik Abdullah ed, Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3S, 1979, hal. 30. 40 Al Qur'an Surat Qs at-Taubah ayat 105, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Al-Qur'an dan Terjemahnya dengan transliterasi, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1998, hal. 203
xxxvii
ِﺐﻴﺎﻟِﻢِ ﺍﻟﹾﻐﻭﻥﹶ ﺇِﻟﹶﻰ ﻋﺩﺮﺘﺳﻮﻥﹶ ﻭﻣِﻨﺆﺍﻟﹾﻤ ﻭﻮﻟﹸﻪﺳﺭ ﻭﻠﹶﻜﹸﻢﻤ ﻋﻯ ﺍﻟﻠﱠﻪﺮﻴﻠﹸﻮﺍ ﻓﹶﺴﻤﻗﹸﻞِ ﺍﻋﻭ ﻠﹸﻮﻥﹶﻤﻌ ﺗﻢﺘﺎ ﻛﹸﻨ ﺑِﻤﺌﹸﻜﹸﻢﺒﻨﺓِ ﻓﹶﻴﺎﺩﻬﺍﻟﺸﻭ Artinya: Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". Maksud dari ayat di atas manusia diperintahkan untuk bekerja semampu dan sekuat tenaga manusia, ketika manusia sudah bekerja Allah SWT akan memberikan apa yang telah dikerjakan sesuai jerih payah yang dijalani. Serta firman Allah SWT dalam surat al-An’am ayat 135 yang berbunyi41
ﺔﹸﺎﻗِﺒ ﻋﻜﹸﻮﻥﹸ ﻟﹶﻪ ﺗﻦﻮﻥﹶ ﻣﻠﹶﻤﻌ ﺗﻑﻮﺎﻣِﻞﹲ ﻓﹶﺴﻲ ﻋ ﺇِﻧﺘِﻜﹸﻢﻜﹶﺎﻧﻠﹶﻰ ﻣﻠﹸﻮﺍ ﻋﻤﻡِ ﺍﻋﺎ ﻗﹶﻮﻗﹸﻞﹾ ﻳ ﻮﻥﹶ ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻔﹾﻠِﺢ ﻟﹶﺎ ﻳﻪﺍﺭِ ﺇِﻧﺍﻟﺪ Artinya: “ Katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang yang dzalim itu tidak akan mendapat keberuntungan”. Penjelasan ayat di atas mengggambarkan manusia bekerja harus bekerja sekuat tenaga untuk mendapatkan hasil yang di inginkan, tanpa bekerja keras maka manusia tidak akan mendapatkan apa-apa. Serta dipertegas lagi oleh Allah SWT dalam surat ar-Ra’d ayat 11 yaitu42
41
Ibid, hal. 145 Quraish Shihab, Al-Qur’an dan terjemahannya Juz 1-30, Jakarta: Departemen Agama RI, ed. Ravisi, 2002, hal. 337 42
xxxviii
ٍﻡﺎ ﺑِﻘﹶﻮ ﻣﺮﻴﻐ ﻟﹶﺎ ﻳﺮِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺃﹶﻣ ﻣِﻦﻪﻔﹶﻈﹸﻮﻧﺤﻠﹾﻔِﻪِ ﻳ ﺧﻣِﻦﻪِ ﻭﻳﺪﻦِ ﻳﻴ ﺑ ﻣِﻦﺎﺕﻘﱢﺒﻌ ﻣﻟﹶﻪ ِﻭﻧِﻪ ﺩ ﻣِﻦﻢﺎ ﻟﹶﻬﻣ ﻭ ﻟﹶﻪﺩﺮﻮﺀًﺍ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﻣﻡٍ ﺳ ﺑِﻘﹶﻮ ﺍﻟﻠﱠﻪﺍﺩﺇِﺫﹶﺍ ﺃﹶﺭ ﻭﻔﹸﺴِﻬِﻢﺎ ﺑِﺄﹶﻧﻭﺍ ﻣﺮﻴﻐﻰ ﻳﺘﺣ ٍﺍﻝ ﻭﻣِﻦ Artinya: Baginya (manusia) dan malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka. Ayat di atas menjelaskan Allah SWT tidak menghendaki hamba-Nya hanya berdo’a saja tanpa berusaha. Manusia diharuskan mempunyai semangat tinggi untuk selalu bergerak maju kearah yang lebih baik, karena Islam tidak suka sifat malas dan miskin, karena miskin mendekatkan kepada kekufuran. 3. Ciri-ciri Etos Kerja Islam Sementara ciri-ciri dari etos kerja Islam sebagaimana dijelaskan K. H. Toto Tasmara terdapat 25 buah, yaitu:43 1. Mereka kecanduan terhadap waktu → Menyusun tujuan, realisasi, kerja, evaluasi 2. Hidup berhemat dan efisien 3. Ikhlas 4. Jujur
43
Toto Tasmara, Loc.Cit, hal. 34.
xxxix
5. Memiliki komitmen → Tekad dan keyakinan, tidak mudah menyerah 6. Istiqomah 7. Berdisiplin → berhati-hati dan tanggungjawab dalam kerja 8. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan 9. Memiliki sikap percaya diri 10. Kreatif 11. Bertanggungjawab → kerja sebagai amanah 12. Mereka bahagia karena melayani/ menolong 13. Memiliki harga diri 14. Memiliki jiwa kepemimpinan 15. Berorientasi ke masa depan 16. Memiliki jiwa wiraswasta 17. Memiliki insting bertanding 18. Mandiri (Independent) 19. Kecanduan belajar dan haus mencari ilmu 20. Memiliki semangat perantauan 21. Memperhatikan kesehatan dan gizi 22. Tangguh dan pantang menyerah 23. Berorientasi pada produktivitas 24. Memperkaya jaringan silaturahim 25. Memiliki semangat perubahan
xl
B.
Kesejahteraan 1. Pengertian Kesejateraan Keadaan miskin tidak dikehendaki oleh manusia sebab dalam kondisi seperti itu mereka dalam keadaan serba kekurangan, tidak mampu mewujudkan berbagai kebutuhan utamanya di dalam kehidupannya, terutama dari segi material. Akibat dari ketidakmampuan di bidang material, orang miskin mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizinya, memperoleh pendidikan, modal kerja, dan sejumlah kebutuhan utama lainnya. Akibat lain yang mungkin timbul di antara mereka, antara lain, kurangnya harga diri, moralitas yang rendah, dan kurangnya kesadaran beragama sebagaimana dikatakan James C. Scott dalam M. Hamdar Arraiyyah.44 Kemiskinan menjadi momok bagi Indonesia dan negara miskin berkembang lainnya. Oleh karena itu, Indonesia menyatukan komitmennya bersama 189 pemimpin negara lain guna mengubah dunia menjadi lebih baik, dengan mendeklarasikan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs). MDGs yang menargetkan pencapaian perubahan pada tahun 2015 memberikan ruang untuk pemenuhan kebutuhan dasar seluruh warga, menjamin warga bebas dari rasa takut dan menjamin hak warga untuk hidup bermartabat dalam kerangka hak asasi manusia.
44
M. Hamdar Arraiyyah, Meneropong Fenomena Kemiskinan: Telaah Perspektif AlQur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hal. 2
xli
Kesejahteraan merupakan hal yang mutlak bagi masyarakat miskin. Disini
Islam
telah
mengajarkan
manusia
untuk
berbuat
demi
kesejahteraannya, sebagaimana yang dijelaskan A Qodri Azizy menjelaskan bahwa Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mengejar kesejahteraan di dunia dan di akhirat, yang menjadi do’a rutin bagi tiap-tiap umat seperti QS Al-Baqarah ayat 22 yang berbunyi:
ﺑِﻪِ ﻣِﻦﺝﺮﺎﺀً ﻓﹶﺄﹶﺧﺎﺀِ ﻣﻤ ﺍﻟﺴﻝﹶ ﻣِﻦﺰﺃﹶﻧﺎﺀً ﻭﺎﺀَ ﺑِﻨﻤﺍﻟﺴﺎ ﻭﺍﺷ ﻓِﺮﺽ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﻞﹶ ﻟﹶﻜﹸﻢﻌﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺟ ﻮﻥﹶﻠﹶﻤﻌ ﺗﻢﺘﺃﹶﻧﺍ ﻭﺍﺩﺪﻠﹸﻮﺍ ﻟِﻠﱠﻪِ ﺃﹶﻧﻌﺠ ﻓﹶﻠﹶﺎ ﺗﻗﹰﺎ ﻟﹶﻜﹸﻢﺍﺕِ ﺭِﺯﺮﺍﻟﺜﱠﻤ Artinya: Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.45 Kesejahteraan akherat kita sudah sering mendapatkan pembahasannya. Sedangkan kebaikan dunia adalah tidak bisa lepas dari terwujudnya kualitas hidup yang meliputi kesejahteraan harta. Jelas sekali miskin, terbelakang, bodoh, dan semacamnya tidaklah akan disebut baik atau berkualitas dalam hidupnya. Ini semua tidak menjadi cita-cita Islam secara doktrinal.46 Kesejahteraan menurut Spicker dalam M. Hamdar Arraiyyah.47 diartikan sebagai “well-being” atau kondisi sejahtera. Kesejahteraan bermula dari kata sejahtera, berawalan kata ke dan berakhiran kata an. Sejahtera berarti aman sentosa, makmur, dan selamat, artinya terlepas dari segala macam gangguan dan kesukaran. Sosial adalah dari bahasa inggris 45
Al Qur'an Surat Qs al-Baqarah ayat 22, Loc. Cit , hal. 4 A. Qodri Azizy, Loc. Cit, hal. 3. 47 M. Hamdar Arraiyyah, Loc. Cit, , hal. 4 46
xlii
yaitu “social” yang berarti ramah tamah, senang sekali bergaul, kemasyarakatan. Sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia48 adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad Saw, sebagaimana dinyatakan dalam ayat 107 surat al-Anbiya’ yang artinya : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S. al-Anbiyâ’: 107). Islam
juga
mengajarkan
kepada
umatnya
untuk
berupaya
menyeimbangkan kesejahteraan antara dunia dan akherat. Hal ini seperti yang termuat pada QS Al-Qashash ayat 77, yaitu:49
ﺎ ﻛﹶﻤﺴِﻦﺃﹶﺣﺎ ﻭﻴﻧ ﺍﻟﺪ ِﻣﻦﻚﺼِﻴﺒ ﻧﺲﻨﻟﹶﺎ ﺗﺓﹶ ﻭ ﺍﻟﹾﺂَﺧِﺮﺍﺭ ﺍﻟﺪ ﺍﻟﻠﱠﻪﺎﻙﺎ ﺁَﺗﻎِ ﻓِﻴﻤﺘﺍﺑﻭ ﻔﹾﺴِﺪِﻳﻦ ﺍﻟﹾﻤﺤِﺐ ﻟﹶﺎ ﻳﺽِ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺎﺩﻎِ ﺍﻟﹾﻔﹶﺴﺒﻟﹶﺎ ﺗ ﻭﻚ ﺇِﻟﹶﻴ ﺍﻟﻠﱠﻪﻦﺴﺃﹶﺣ Artinya: Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi (QS. Al-Qashas: 77).
48
Anton M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999,
hal. 325 49
Al-Qur’an dan terjemahannya, Loc.Cit, hal. 394
xliii
2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Indikator sejahtera menurut Islam merujuk kepada Al Qur’an surat AlQuraisy (106):3 – 4, yaitu :50
ٍﻑﻮ ﺧ ﻣِﻦﻢﻬﻨﺁﻣﻮﻉٍ ﻭ ﺟ ﻣِﻦﻢﻬﻤ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺃﹶﻃﹾﻌ,ِﺖﻴﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﺒ ﻫﺏﻭﺍ ﺭﺪﺒﻌﻓﹶﻠﹾﻴ Artinya: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah) (106:3)”Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut (106:4)” Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa indikator kesejahteraan dalam Al qur’an ada tiga, yaitu : a. Menyembah Tuhan (Pemilik) Ka’bah Indikator sejahtera yang pertama dan paling utama di dalam Al-Qur’an adalah “menyembah tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah)”, mengandung makna bahwa proses mensejahterakan masyarakat tersebut didahului dengan pembangunan Tauhid, sehingga sebelum masyarakat sejahtera secara fisik, maka terlebih dahulu dan yang paling utama adalah masyarakat benar-benar menjadikan Allah sebagai
pelindung,
pengayom
dan
menyerahkan
dirinya
sepenuhnya kepada sang khalik. Semua aktivitas kehidupan masyarakat terbingkai dalam aktivitas ibadah.51 b. Menghilangkan lapar Mengandung makna bahwa , QS Al-Quraisy (106):4, diawali dengan penegasan kembali tentang Tauhid bahwa yang memberi 50
Ibid, hal. 602 Muhammad Sobary, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 27 51
xliv
makan kepada orang yang lapar tersebut adalah Allah, jadi ditegaskan bahwa rizki berasal dari Allah bekerja merupakan sarana untuk mendapatkan rizki dari Allah. Kemudian diayat ini juga disebutkan bahwa rizki yang bersumber dari Allah tersebut untuk menghilangkan lapar.52 Perlu digaris bawahi bahwa rizki tersebut adalah untuk menghilangkan lapar. Mempunyai makna bahwa rizki yang diberikan Allah kepada setiap ummatnya bukan untuk ditumpuk-tumpuk, ditimbun, apalagi dikuasai oleh individu, kelompok atau orang-orang tertentu saja. Ini juga bermakna secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan menghilangkan lapar bukan kekenyangan, apalagi berlebih-lebihan. c. Menghilangkan rasa takut. Membuat suasana menjadi aman, nyaman dan tentram bagian dari indikator sejahtera atau tidaknya suatu masyarakat. Jika perampokan, perkosaan, bunuh diri, dan kasus kriminalitas tinggi, maka
mengindikasikan
bahwa
masyarakat
tersebut
belum
sejahtera. Dengan demikian pembentukan pribadi-pribadi yang sholeh dan membuat sistem yang menjaga kesholehan setiap orang bisa
terjaga
merupakan
bagian
integral
dari
proses
mensejahterakan masyarakat.53 Keadaan sejahtera juga digambarkan dalam UU No 6 tahun 1974 secara abstrak, yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun 52 53
M. Hamdar Arraiyyah, Loc. Cit, , hal. 11 Ibid, hal. 12
xlv
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin. Lebih lengkap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman dan nyaman. Juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci yaitu terpenuhi kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan selamat, beriman dan bertaqwa. Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam usaha, misalnya di bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta keagamaan,
pertahanan-keamanan
dan
sebagainya.
Manusia
juga
melakukan upaya-upaya secara individu serta berkelompok. Upaya mencapai kesejahteraan lewat kelompok misalnya membentuk paguyuban, koperasi, assosiasi, organisasi serta membentuk Negara. Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriyah atau fisik dan batiniyah. Namun, mengukur kesejahteraan, terutama kesejahteraan batin/spiritual, bukanlah yang mudah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin. Ukuran kesejahteraan lebih kompleks dari kemiskinan. Kesejahteraan harus dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kerohanian.
xlvi
Kesejahteraan dapat diraih jika seseorang dapat mengakses pekerjaan, pendapatan, pangan, pendidikan, tempat tinggal, kesehatan, dan lainnya. Untuk mengukur kesejahteraan dapat dilihat dari sisi fisik atau ekonomi. Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup), Basic Needs (Kebutuhan Dasar), dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi ini pun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha).54 Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu. Melalui pendekatan konsumsi, kita dapat melihat seberapa jauh perkembangan
ekonomi
Masyarakat.
Pengamatan
sederhana
yang
dilakukan yaitu dengan cara melihat atau menghitung perkembangan skala usaha atau pendapatan yang diterima serta tujuh kebutuhan (konsumsi) rumah tangga anggota dalam masa tertentu, yang meliputi : pangan atau gizi, pendidikan, kesehatan, sandang/pakaian, tempat tinggal, fasilitas rumah tangga, sumbangan sosial/ infak, zakat, dan ibadah haji.
54
Radius Prawiro, Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi, Pragmatisme dalam Aksi, ed. Revisi, Jakarta: PT. Primamedia Pustaka, 2004, hal. 381
xlvii
C.
Pengaruh Etos Kerja Islami Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Allah telah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. oleh karena itu manusia dalam mengisi kehidupannya dan untuk meningkatkan taraf hidupnya harus bersungguh-sungguh untuk mencapai hasil dalam memenuhi kebutuhan mereka, diantaranya makan, minum, pakaian, tempat tinggal, sedekah, zakat, dan ibadah haji yang sudah menjadi kebutuhan pokok setiap Muslim. Persaingan hidup yang sangat ketat, banyaknya pabrik-pabrik dengan peraturan-peraturan yang sangat ketat, upah yang tidak standar, sedangkan kebutuhan membengkak. Dalam hal ini Allah telah mewajibkan umat Islam untuk bekerja dan memperoleh penghasilan, baik dengan cara bertani, berindustri, berniaga, atau dalam bentuk-bentuk usaha lainnya. Sebagaimana firman Allah:
ﺍ ﻛﹶﺜِﲑﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻪﺍﺫﹾﻛﹸﺮﻞِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻭ ﻓﹶﻀﻮﺍ ﻣِﻦﻐﺘﺍﺑﺽِ ﻭﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺸِﺮﺘﻠﹶﺎﺓﹸ ﻓﹶﺎﻧﺖِ ﺍﻟﺼﻓﹶﺈِﺫﹶﺍ ﻗﹸﻀِﻴ ﻮﻥﹶﻔﹾﻠِﺤ ﺗﻠﱠﻜﹸﻢﻟﹶﻌ Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka hendaklah kamu bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyakbanyaknya supaya kamu beruntung.(Q.S. Al-Jumu’ah : 10).55 Demikianlah Allah telah mewajibkan setiap muslim bekerja, sebab dengan bekerja setiap muslim akan mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang sempurna. Seorang muslim yang bekerja karena ibadah kepada Allah tentulah dalam bekerja dia akan bersungguhsungguh. Akan tetapi dalam bekerja maupun dalam berusaha hendaklah
55
Al-Qur’an dan terjemahannya, Loc.Cit, hal. 554
xlviii
seorang muslim itu tidak melupakan hak Allah dan tidak boleh menyimpang dari peraturan- peraturan yang baik. Hendaklah ia berlapang dada, jujur, penuh ikhlas, semangat dengan niat beribadah pada Allah semata. Dengan berbekal pengetahuan agama yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an. Etos kerja Islami memegang peranan penting bagi seorang Muslim dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan adanya etos kerja Islami yang tinggi akan tercipta kepuasan diri seorang Muslim atas hasil kerja yang dicapai, sehingga pekerjaan yang dijalaninya dapat dilaksanakan dengan baik. Menurut Hasibuan, terdapat pengaruh yang kuat antara etos kerja dengan peningkatan kesejahteraan, dia menyatakan bahwa pemenuhan materi dan non materi dapat meningkatkan etos kerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaan atau usahanya.56 Menurut Boatwright dan Slate, semakin lama individu bekerja, semakin tinggilah etos kerja yang ia miliki. Semakin lama individu bekerja, maka semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh peluang dalam pertumbuhan karir dan mendapatkan jaminan kesejahteraan hidup.57 Kedua hal diatas akan membentuk persepsi
56
Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 112 57 Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational Students in Georgia. Journal of Vocational Education Research, vol.25 (4), 2000,
xlix
seseorang terhadap kualitas kehidupannya baik dalam kerja maupun kebutuhan dasarnya sebagaimana pendapat Walton dalam Kossen.58 Dalam tesis Max Weber menyatakan ajaran Calvinisme sekte Puritanisme menganggap kerja sebagai Beruf (panggilan). Kerja tidak sekedar pemenuhan keperluan hidup semata, tetapi tugas yang suci. Pensucian kerja adalah sikap hidup yang di landaskan pada doktrin yaitu, intensifikasi pengabdian agama yang dijalankan dengan kagairahan kerja (etos kerja yang tinggi) sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia yang terpilih. 59 Penelitian Muhammad Sobary yang menemukan titik terang tesis Weber tentang etika protestan di masyarakat muslim di Indonesia. Sobary melihat adanya etos kerja dan gerakan wirausaha yang bangkit dari kesadaran keberagamaan masyarakat di Suralaya Jawa Barat.60 Meski demikian Sobary memberikan catatan bahwa penelitiannya di Suralaya memang tidak bisa mendapatkan spirit keberagamaan, dalam konteks gerakan ekonomi mandiri (sejahtera), sedahsyat apa yang ditemukan Weber di Eropa barat. Sobary mendapati perilaku ekonomi masyarakat muslim di Suralaya tidak bisa mewujud seperti spirit Protestan di Barat menjadi ideologi besar yang melahirkan pengusaha kelas elite, bahkan menguasai struktur ekonomi dunia.61
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. data diunduh pada tanggal 15 April 2011. 58 Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi, edisi 3, Jakarta: Erlangga, 1986, hal. 10 59 Taufik Abdullah ed, Loc. Cit, hal. 9 60 Muhammad Sobary, Loc. Cit, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 16 61 Ibid, hal. 17
l
D.
Aspek Sosiologi Masyarakat Seiring perubahan peradaban manusia yang semakin berkembang, terjadi pemecahan sumber ilmu pengetahuan menjadi ilmu-ilmu yang mandiri. Salah satunya adalah sosiologi yang mulai tumbuh pada abad ke19, sosiologi mengusung kajian mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Auguste Comte dalam Abdulsyani mengatakan sosiologi adalah filsafat tentang manusia dan filsafat pergaulan hidup. Konsep ini mencerminkan fokus utama sosiologi mengenai hubungan manusia, kemajuannya, bentuk dan kewajibannya.62 Dari pendekatan tersebut aspek sosiologi masyarakat meliputi mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, dan organisasi. 1. Mata pencaharian Keadaan hidup yang terus berlangsung dirasakan oleh manusia mewajibkan mereka untuk berusaha mempertahankan kehidupannya dengan memenuhi dasar kebutuhan hidup yaitu makanan. Dalam mempertahankan hidupnya manusia melakukan aktifitas untuk menghasilkan sesuatu yang bisa mempertahankan dirinya agar tetap hidup, inilah yang disebut dengan mata pencaharian. Teori sosial menjelaskan bahwa mata pencaharian manusia terbagi menjadi bebesapa fase perkembangannya, dimulai dari sistem berburu, bercocok tanam, hubungan industrial, kewirausahaan. Fase berburu 62
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, danTerapan, cet. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, hal. 2.
li
merupakan mata pencaharian manusia yang paling tertua, sistem ini telah bertahan sejak 2 juta tahun yang lalu, hingga akhir abad ke-19 sistem ini mulai hilang dari muka bumi.63 Selanjutnya adalah fase bercocok tanam, menurut ahli sejarah Verre Gordon Childe penemuan kepandaian bercocoktanam merupakan suatu peristiwa sangat penting dalam proses perkembangan kebudayaan umat manusia, hal ini disebut dengan revolusi kebudayaan. Bercocoktanam mulai muncul sekitar 10.000 tahun yang lalu, dimana menurut ahli ilmu pertanian Rusia bernama N.I. Vavilov dalam penelitiannya tentang sebaran tanaman di dunia menyimpulkan tanaman-tanaman tertentu yang sekarang tersebar dan tercampur di berbagai daerah yang luas, pada awalnya mempunyai tempat asalnya masing-masing. Penelitian ini menyatakan awal mula perkembangan bercocok tanam dari wilayah aliran sungai besar di Asia Tenggara, Asia Timur, aliran sungai Tigris dan Alfurat, daerah Laut Tengah, Afrika Timur, Meksiko Selatan, dan Peru.64 Ketiga adalah fase hubungan industrial yang bermula dari adanya revolusi industri di Inggris, hubungan industrial muncul dari pergeseran perekonomian agraris manjadi ekonomi industri, dimana mata pencaharaian manusia bertumpu pada pemilik modal atau kapital dan buruh. Munculnya hubungan industrial mulai pesat pada akhir abad ke-18. Terakhir adalah fase kewirausahaan yang mulai di dengungkan abad ke21 ini. Sejatinya kegiatan kewirausahaan mulai muncul dalam bentuk 63
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Pokok-pokok Etnografi II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 32 64 Ibid, hal. 53-55
lii
perdagangan dari daerah cina, india, dan Arab. Mata pencaharian dari kewirausahaan ini merupakan fase dari terakhir yang saat ini masil terus dikembangkan. 2. Pendidikan Pendidikan merupakan usaha yang di sengaja untuk membentuk tingkah laku anak berdasarkan asal-usul keberadaannya.65 Secara sosiologis, pendidikan juga mencakup proses sosialisasi yang dilembagakan melalui sekolah sebagai institusi, karena kita membawa anak-anak dari lingkungan keluarga ke lingkungan yang lebih luas. Perbuatan ini sama saja dengan mengalihkan perhatian kita dari pembentukan identitas individu dalam suatu unit keluarga kepada pembentukan struktur sosial yang lebih luas dan pada gilirannya akan saling memberikan pengaruh oleh identitas tersebut. Jadi, kita beralih dari suatu orientasi mikro ke makro yang dengan logika itu maka pendidikan secara bersistem tetap diperlukan untuk memanusiakan manusia utuh dan kaya arti.66 3. Keagamaan Parsudi Suparlan mendefinisikan agama secara umum merupakan suatu perangkat aturan yang memberikan pedoman hubungan manusia dengan tuhan, sesama, dan lingkungannya.67 Dari batasan tersebut terkesan masih tekstual dan doktriner, sehingga keterlibatan manusia sebagai subjek belum 65
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, cet. 2, Bandung: Alfabeta, 2010, hal. 38 Suryadi, Buku Pegangan Bimbingan Konseling Untuk PAUD, Yogyakarta: Diva Press, 2009, hal. 10 67 Parsudi Suparlan, Kebudayaan dalam Pembangunan, Jakarta: Majalah Dialog Departeman Agama RI, no 21, 1986. hal. 14 66
liii
nampak didalamnya.maka lebih mendalam agama diartikan sistem keyakinan yang dianut dan berupa tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan dan dalam rangka respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan diyakini sebagai ghoib dan suci. Agama sebagai sistem keyakinan akhirnya dapat menjadi bagian dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan masyarakat, sehingga menjadi pendorong sekaligus pengendali bagi tindakan-tindakan anggota masyarakat agar tetap sesuai dengan nilai-nilai agama dan kebudayaannya. Secara fenomanologi agama mudah untuk dikenal identitasnya lewat salah satu dari tiga bentuk institusionalnya, yaitu denominasionalisme dan sektarianisme, kelompok indepanden lepas dari agama tardisional, tetapi jelas disebut agama, dan nilai-nilai yang diikatkan pada struktur yang ada pada dirinya dan bukan bersifat keagamaan.68 Sementara Arief Budiman berpandangan lain mengenai agama, ia membagi agama dalam dua kategori untuk mendefinisikannya, yaitu pertama sebagai keimanan, di mana orang percaya terhadap kehidupan abadi di kemudian hari, kemudian orang mengabdikan dirinya untuk kepercayaan itu. Di sini agama dilihat sebagai masalah teologi. Kedua, dalam terminologi ilmu sosial, agama dilihat sebagai nilai dasar yang mempengaruhi perilaku manusia.69
68
Robert W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James Hingga Gordon W. Allport, terjem, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hal. 22 69 Arief Budiman, Agama Demokrasi dan Keadilan, Semarang: IAIN Walisongo, 1993, hal. 20
liv
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi menjadi dua yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta malalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan agama bukan wahyu adalah agama yang bersandar pada ajaran-ajaran seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspek secara mendalam.70 4. Organisasi Organisasi secara etimologis adalah tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan dasar ideologi yang sama. Sedangkan secara terminologi organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.71 Ott dalam Riggio mengatakan organisasi mempunyai bentuk struktur formal dan juga kekuatan informal yang membuat bentuk dan tingkah laku dalam organisasi menjadi khas. Pendekatan yang populer mengenai aspekaspek informal dalam organisasi secara kolektif dipandang sebagai budaya organisasi.72
70
Azyumardi Azra dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, cet. 3, Jakerta: Deperteman Agama RI, 2002, hal. 31-32 71 Abdulsyani, Loc. Cit, hal. 115 72 Ronald E. Riggio, Introduction to Industrial/Organizational Psychology, Third Edition, Printice Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458, 2000, hal. 58
lv
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
A.
Sejarah Desa Kadilangu Tanah Kadilangu merupakan tanah hadiah yang diberikan dari Sultan Demak Raden Patah kepada Sunan Kalijaga, dimana berdasarkan penuturan bapak Prayitno73 (juru kunci makam), tanah hadiah ini diberikan sekitar tahun 1532 M hadiah ini diberikan kepada Sunan Kalijaga sebagai tanda terima kasih Raden Patah atas jasa Sunan Kalijaga (dengan dibantu para wali)
yang
berhasil
memimpin,
merencanakan
serta melaksanakan
pembangunan masjid Agung Demak. Selain itu Raden Patah sangat bangga kepada Sunan Kalijaga karena Sunan Kalijaga dengan tangan sendiri telah berhasil membuat hasil karya besar, yang sampai hari ini masih ada, yaitu gaya kepala yang digantung (terkenal dengan sebutan Soko Guru). Pada saat diberikan tanah Kadilangu masih berupa hutan belukar dan rawa, sehingga sunan Kalijaga membuka lahan itu untuk permukiman dan membangun desa. Munculnya nama Kadilangu menurut cerita masyarakat, dahulu kala pada saat pembukaan lahan pohon dan daunnya digunakan untuk mengeringkan rawa, tetapi setelah pohon dan daun tercium aroma harum yang sangat kuat, istilah dalam bahasa Jawa adalah “Kadi” (tetapi penduduk disana menyebutnya “Langu”) yang aneh maka dari kejadian ini tahan hadiah 73
Wawancara dengan Prayitno, juru kunci Makam Sunan Kalijaga pada tanggal 10 April
2011.
lvi
dari Raden Patah kepada Sunan Kalijaga dinamakan sebagai Desa Kadilangu. B.
Keadaan Daerah Kelurahan Kadilangu termasuk dalam wilayah Kecamatan Demak, mempunyai luas 0,952 KM², terdiri dari 73,64 Hektar tanah sawah dan 21,55 Hektar tanah kering. Terletak di Sebelah Timur Kota Demak pada jalur Demak-Grobogan sejauh lebih kurang 2 Kilometer dengan ketinggian 4 meter diatas permukaan air laut. Kelurahan Kadilangu berbatasan dengan : Sebelah Utara : Desa Botorejo Sebelah Timur : Desa Botorejo Sebelah Selatan : Desa Kendaldoyong Sebelah Barat : Kelurahan Bintoro.74 Dengan melihat perincian luas daerah maka sebagian besar Kelurahan Kadilangu merupakan tanah sawah, yang sebagian besar merupakan sawah tadah hujan, sedangkan yang merupakan pertanian tehnis hanya sebagian kecil saja.
C.
Penduduk Penduduk Kelurahan Kadilangu berjumlah 3.426 jiwa yang meliputi penduduk laki-laki sebanyak 1.700 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak
74
Tim Penyusun BPS Kabupaten Demak, Demak Dalam Angka tahun 2007, Demak: Badan Pusat Statistik dan Litbanglahtasipda Kabupaten Demak, 2008, hal. 25. diunduh pada wab. www.kabdemak.co.id, Tanggal 2 April 2011
lvii
1.726 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut seluruhnya merupakan Warga Negara Indonesia dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 853 KK.75 Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kelurahan Kadilangu, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN KELURAHAN KADILANGU No. Umur Laki-laki Perempuan 1. 0–4 175 238 2. 5 - 14 363 343 3. 15 - 24 263 249 4 25 - 34 199 167 5. 35 - 44 191 188 6. 45 - 54 165 170 7. 55 - 64 170 188 8. 65 > 174 183 Jumlah 1.700 1.726 Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 200776
Jumlah 413 706 512 366 379 335 358 357 3.426
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduk yang ada yang paling banyak adalah umur 9 – 14 Tahun sebanyak 706 jiwa. Dari hasil pengamatan pra penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa rata-rata umur pedagang yang berada di kawasan Makam dan Masjid Sunan Kalijaga berumur antara 25 hingga 44 tahun dan kebanyakan berjenis kelamin perempuan yang biasa menjaga toko, dengan prosentase 70% perempuan dan 30% laki-laki. Adapun jumlah pedagang sebagaimana dijelaskan dalam bab satu yaitu keterangan dari Bapak Raharjo Kusumo kurang lebih 300 pedagang.
75
Ibid, hal. 25 Data yang ditemukan peneliti dalam web resmi Kabupaten Demak paling akhir sampai tahun 2007 yang baru dipublikasikan. 76
lviii
D.
Sosial Ekonomi Keadaan sosial masyarakat Kelurahan Kadilangu cukup baik terutama yang menyangkut kepentingan bersama dari anggota masyarakat. Kerukunan dalam masyarakat juga masih terpelihara dengan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan bersama, misalnya kebersihan lingkungan kampung dan sebagainya. Sarana pendidikan di Kelurahan Kadilangu terdapat 2 Sekolah Dasar Negeri dan 1 Sekolah Diniyah. Sedangkan sarana kesehatan di Kelurahan Kadilangu hanya terdapat 1 Puskesmas.77 Sebagian besar wilayah Kelurahan Kadilangu berupa tanah sawah, maka penduduk Kelurahan Kadilangu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Tanah sawah di Kelurahan Kadilangu sebagian besar merupakan sawah tadah hujan sehingga musim tanamnya terbatas. Pada daerah yang dapat terjangkau irigasi teknis bisa dua kali panen setiap tahunnya, sedangkan daerah yang kurang airnya penduduk hanya bisa satu kali panen. Tabel 2. PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN KELURAHAN KADILANGU No. 1. 2. 3. 4 5. 6. 7. 8. 77
Jenis Mata Pencaharian Petani Buruh Tani Buruh Industri dan bangunan Pengusaha Pedagang Pegawai Negeri Sipil, Polisi dan TNI Pensiunan Lain-lain
Jumlah 367 486 139 5 261 335 241 102
Ibid, hal. 30
lix
Jumlah Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
1936
Kategori pedagang yang berada di kawasan Makan dan Masjid Sunan Kalijaga meliputi pedagang makanan tradisional daerah, buah asli daerah, makanan siap saji, makanan dari Negara Arab, pedagang pakaian, buku-buku bacaan, perlengkapan sholat, plastik penyimpan sandal, pernak pernik, jasa penginapan, jasa CMCK, jasa penitipan sepeda motor, penjual kelontong, dan lain sebagainya. E.
Agama Penduduk di Kelurahan Kadilangu mayoritas beragama Islam. Hal ini dapat dipahami sebab Kelurahan Kadilangu dulunya tempat pusat penyebaran agama Islam untuk pertama kalinya di Pulau Jawa. Karena mayoritas beragama Islam maka perwujudan kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh hukum agama Islam. Contoh : pengajian bersama, tahlil, manakib dan sebagainya. Tabel 3. PENDUDUK MENURUT AGAMA KELURAHAN KADILANGU No.
Jenis Agama
1. 2. 3. 4 5.
Islam Katholik Kristen Hindu Budha
Jumlah Penganut 3.385 7 34 -
Jumlah Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
lx
Tabel 4. SARANA IBADAH KELURAHAN KADILANGU No.
Jenis Agama
1. 2. 3. 4 5.
Masjid Musholla Gereja Kuil Klenteng
Jumlah Bangunan 8 19 -
Jumlah Sumber Data : Kelurahan Kadilangu Tahun 2007
F.
Kondisi Pedagang Sekitar Makam Kompleks Masjid-Makam Sunan Kalijaga sering dikunjungi peziarah yang terus mengunjungi makam Sunan Kalijaga dengan tujuan untuk mengenang jasa dan pengabdian Sunan Kalijaga sekaligus mendoakannya. Secara tidak langsung kawasan Kadilangu menjadi ramai karena kunjungan para peziarah atau hanya untuk rekreasi. Peziarah atau hanya untuk rekreasi tentunya memerlukan suatu jasa seperti penginapan, warung makan, rental perlengkapan ibadah, toko souvenir, dan lainnya. Untuk memudahkan para penjual jasa menjalankan pekerjaannya, muncul beberapa warung atau ruko kecil sebagai tempat menjajakan jasanya. Hal ini terjadi terus-menerus yang pada akhirnya terbentuklah permukiman seperti yang ada sekarang. Pembangunan rumah yang kurang memperhatikan aspek-aspek pola pemukiman menyebabkan daerah ini mengalami penurunan kualitas lingkungan di berbagai segi seperti pertumbuhan pedagang kaki lima disekitar makam (sekitar tahun 1986 Pengurus Masjid-Makam Sunan
lxi
Kalijaga membangun kawasan ruko di sepanjang jalan menuju MasjidMakam Sunan Kalijaga).78 Hingga kini pedagang kaki lima yang berada di sekitar kompleks Makam-Masjid Sunan Kalijaga kian bertambah, awalnya hanya berada di area pertokoan yang telah dibuatkan oleh pengurus Makam-Masjid Sunan Kalijaga yang berada di jalan utama menuju Makam dan Masjid, namun sekarang meluas hingga jalan kampung yang ada di dalam dan membujur dari arah selatan hingga utara Makam dan Masjid. Tidak mengherankan memang, berkembangnya pedagang kaki lima di sebabkan makin banyaknya peziarah dan wisatawan yang datang mengunjungi lokasi kompleks Makam-Masjid Sunan Kalijaga dari tahun ketahun. Serta kondisi petani yang sering gagal panen karena tanaman padinya terserang hama penyakin, memberikan inspirasi untuk mereka dengan membuka kios sederhana Sebagai pendapatan sampingan di luar kegiatan bertani. Produk yang ditawarkan juga sangat beragam dimalai dari makanan tradisional, buah asli daerah, makanan siap saji, makanan dari Negara Arab, buku-buku bacaan, tasbih, sajadah, sandal, plastik penyimpan sandal, pernak pernik, dan masih banyak produk yang di tawarkan. Hal ini mencerminkan seluruh kebutuhan peziarah maupun wisatawan dapat diperoleh di lokasi pedagang kaki lima yang berada di sekitar Makam-Masjid Sunan Kalijaga.
78
Wawancara dengan Prayitno selaku juru kunci makan pada tanggal 10 April 2011.
lxii
G. Komunikasi Antar Pedagang Setiap komunitas atau kumpulan orang yang tinggal dan berinteraksi satu sama lain tentu memiliki organisasi untuk menjembatani kepentingan masing-masing individu. Tidak terkecuali para pedagang yang ada di sekitar makam Sunan Kalijaga, kebutuhan untuk berkoordinasi dan menjalin hubungan antar sesama pedagang dibentuk koordinator pedagang di bawah pengawasan skretariat kasepuhan keluarga dan ahli waris Sunan Kalijaga. Pedagang yang ada di sekitar makam Sunan Kalijaga terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian dalam yang meliputi pedagang yang berada di sekitar makam dan masjid Sunan Kalijaga, dimulai dari gerbang utama masuk kompleks makam hingga jalan setapak di arah barat dan timur makam, hal ini sesuai dengan yang peneliti dapatkan dari keterangan Bapak H. Tomo.79 Sedangkan Bapak Suparman80 membawahi para padagang yang berada di sisi luar meliputi jalan primer desa Kadilangu, pedagang di wilayah tempat parkir, dan pedagang keliling. Pembagian wilayah dimaksudkan agar koordinatosi berjalan efektif karena banyaknya pedagang yang ada. Serta diambil dari para pedagang yang ada di dalamnya supaya lebih memahami dan bisa menyampaikan aspirasi pedagang. Peneliti melihat komunikasi dan manajemen pedagang terbilang bagus, karena letak pemilihan koordinator sangat setrategis pada wilayahnya, Bapak
79
H. Tomo merupakan koordinator pedagang disekitar makam Sunan Kalijaga di bagian dalam, wawancara dilakukan pada tanggal 2 mei 2011. 80 Sumarman adalah koordinator pedagang dibagian luar. wawancara dilakukan pada tanggal 2 mei 2011.
lxiii
H. Tomo berada di sisi dalam pedagang dan dekat sekali dengan gerbang memasuki makam Sunan Kalijaga, hanya berjarak satu ruko dan berada di sebelah timur jalan stapak kawasan makam. Sedangkan posisi Bapak Suparman berada di samping gerbang utama memasuki kompleks makam Sunan Kalijaga, sehingga dari lokasi koordinator sangat memudahkan mereka dalam menjalankan aktifitasnya. Struktur organisasi dari pedagang yang ada disekitar makam dimulai dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga yang saat ini adalah Bapak R. Mohamad Soedioko. Adapun yang menjalankan roda organisasi kasepuhan adalah Bapak Raharjo Kusumo S.E. dan menjalin mitra dengan pemerintah desa Kadilangu, selanjutnya adalah pengurus makam Sunan Kalijaga yang dipegang Bapak Prayitno, dan dilanjutkan oleh Bapak Suparman dan Bapak H. Tomo. Sebagaimana dijelaskan grafik di bawah ini. Grafik 1 Struktur Organisasi Padagang Sekitar Makam
R. Mohamad Soedioko Pemerintah Desa Kadilangu
Bapak Raharjo Kusumo
Bapak Prayitno
Bapak Suprman Pedagang Wilayah Luar
Bapak H. Tomo Pedagang Wilayah Dalam
Sumber: Dokumentasi di Kantor Kasepuhan tahun 2011
lxiv
Keterangan yang kami dapat dari Bapak Suparman dan Bapak H. Tomo jumlah pedagang yang sesuai dengan kriteria dari pengambilan sampel penelitian yaitu: a.
Pedagang telah berjualan di area Makam dan Masjid Sunan Kalijaga minimal 5 tahun.
b.
Pedagang telah melakukan ibadah Haji dan mampu membayar Zakat tiap tahunnya.
Berdasarkan pengembilan mereka dari wilayah dalam dan luar maka didapatkan jumlahnya yaitu: 1.
Bapak H. Sukri beserta Istri, yaitu pedagang yang menjual pakaian dan souvenir.
2.
Hj. Karti pedagang pakaian dan souvenir yang berada di wilayah dalam.
3.
H. Tomo dan Istrinya yang berdagang pakaian, souvenir, dan kaset juga VCD Islami.
4.
H. Marjo beserta Istri yang memiliki penginapan dan ruko souvenir.
5.
Ibu Hj. Dilah pedagang yang menyediakan bermacam pakaian dan makanan khas dari berbagai daerah terutama Demak.
6.
Hj. Suntiroh yang memiliki kios pakaian, souvenir, dan makanan khas.
7.
H. Japar beserta Istrinya pemilik rumah makan yang berlokasi di sisi luar.
lxv
8.
H. Pardi dan Istrinya yang juga memiliki rumah makan yang bersandingan dengan H. Japar.
9.
Bapak H. Mustofa dan Istri yaitu pemilik hotel Mustika dan tempatnya cukup jauh dari makam.
10. Hj. Rasmi pemilik rumah makan dan ruko pakaian serta souvenir yang berlokasi di luar dan dalam. 11. H. Roji yang juga memiliki rumah makan. 12. Dan terakhir H. Hasan Hanafi yaitu pemilik rumah makan dan penitipan sepeda motor. Hasil rekomendasi dari Bapak Superman dan H. Tomo untuk dijadikan responden sebagai bahan informasi penyusunan sekripsi maka di dapat lima pedagang yang dijadikan responden. Mereka adalah sebagaiberikut: 1.
Hj. Karti
2.
H. Marjo beserta Istri
3.
Hj. Dilah
4.
Hj. Suntiroh dan
5.
Hj. Rasmi
Lima orang di atas menjadi sampel penelitian karena dirasa cukup mewakili dari jenis usaha pedagang yang berada di kompleks makam Sunan Kalijaga, serta usaha mereka yang dipandang berkembang dari sejenisnya.
lxvi
BAB IV ANALISIS TERHADAP ETOS KERJA ISLAMI DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG MUSLIM DI SEKITAR MAKAM KADILANGU (SUNAN KALIJAGA) DEMAK
H. Karakteristik Responden Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 5 orang pedagang yang telah memenuhi kriteria, mereka adalah H. Marjo, Hj. Karti, Hj. Dilah, Hj. Suntiroh, dan Hj. Rasmi, secara terperinci peneliti akan menjelaskan mengenai masing-masing responden yaitu: Pertama H. Marjo adalah pemilik kios souvenir dan penginapan yang berada di jalan setapak dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga, usahanya dimulai pada tahun 1985, setelah adanya perbaikan ruko tempat berdagang H. Marjo memutuskan untuk menjadi pedagang setelah dirasa menjadi petani semakin tidak menentu nasibnya, sawah yang dimiliki dijual dan hasilnya digunakan untuk modal berdagang. Pada awal usahanya H. Marjo hanya menjual souvenir saja, pada saat itu pendapatannya masih pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia selalu menyisihkan pendapatannya untuk rencana pengembangan usaha, hal ini dipandang sangat perlu karena jumlah peziaran yang lambat laun makan bertambah bahkan hingga ada yang datang pada malam hari, sehingga terbesit dalam benaknya untuk mendirikan penginapan.
lxvii
Setelah beberapa tahun akhirnya pada tahun 1995 dia membangun penginapan disamping rumahnya, H. Marjo memiliki keuntungan karena rumahnya berada di jalan setapak yang menuju makam Sunan Kalijaga dan tanahnya masih cukup untuk mendirikan penginapan sehingga letak yang strategis memberikan dampak positif. Sekitar tahun 2000 H. Marjo lupa tepatnya tahun berapa Ia dan istrinya diberi karunia untuk menunaikan ibadah haji, setelah melaksanakan ibadah haji bisnisnya semakin berkembang baik, sekarang omsetnya perhari ratarata dalam kondisi sedang adalah Rp 1.700.000,00 perhari ini diperolah dari usaha sovenirnya dan penginapan. Dia telah mampu menyekolahkan anaknya hingga jenjang Perguruan Tinggi, serta memiliki kendaraan roda empat untuk kebutuhan keluarganya dan kebutuhan bisnisnya. Setiap tahun H. Marjo juga mampu membayar zakat maal. Kedua Hj. Karti, mulanya adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan, hingga pada saat kondisi keuangan keluarga yang makin memburuk, ia bertekad untuk menjadi pedagang. Dia bukan keturunan padagang yang telah membuka usaha terlebih dahulu, selain itu dia juga tidak mempunyai cukup modal untuk membuka usaha yang besar. Setelah tidak lagi bertani, ia membuka usaha dagang dan memperoleh modal dari penjualan sawah karena melihat perkembangan usaha yang berada di kawasan Makam Sunan Kalijaga sangat menjanjikan. Dalam mengelola usahanya Hj. Karti dibantu suaminya.
lxviii
Produk yang dijual Hj. Karti adalah souvenir dan pakaian, omset yang didapatnya perhari berkisar antara Rp 400.000,00 hingga Rp 650.000,00. usahanya telah berjalan selama 15 tahun dimulai dari tahu 1996. anaknya masih sekolah setingkat SMA, dan rencananya akan melanjutkan perguruan tinggi setelah lulus nanti. Pada tahun 2003 Hj. Karti mendapat panggilan untuk menunaikan ibadah haji, namun ia hanya berangkat sndirian tidak bersama suaminya. Setiap tahun Hj. Karti juga telah mampu untuk mengeluarkan zakat maalnya. Ketiga Hj. Dilah merupakan pemilik ruko yang menyediakan berbagai macam pakaian batik untuk anak-anak,wanita, dan pria serta makanan khas dari daerah sendiri maupun dari daerah luar. Hj. Dilah dalam mengelola usahanya mengambil kredit dari lembaga keuangan untuk mengembangkan usahanya. Usaha dagang yang digeluti Hj. Dilah malai tahun 1989 untuk membantu perekonomian keluarga. Produk awal yang dijual Hj. Dilah adalah makanan
khas.
Setelah
mendapatkan
modal
tambahan
Hj.
Dilah
mengembangkan produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anakanak, wanita, dan laki-laki. Saat ini omset yang didapatnya perhari berkisar antara Rp 400.000,00 hingga Rp 700.000,00. Hasil kerjanya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan membiayai anaknya yang masih kuliah, etos kerja yang dimiliki Hj. Dilah mengantarnya melakukan ibadah haji pada tahun 2001, ini merupakan buah dari kerja kerasnya selama bekerja. Disamping itu Hj. Dilah juga
lxix
mengeluarkan zakat maal tiap tahunnya dimulai setelah naik haji hingga sekarang. Responden keempat adalah Hj. Suntiroh yang berjualan Pakaian, souvenir, dan makanan khas memulai usahanya pada tahun 1988 hal ini setelah suaminya meninggal akibat sakit. Sebagai kepala keluarga yang memiliki anak kecil, Hj. Suntiroh berjuang dengan sepenuh tenaga untuk menghidupi keluarganya, dan mempersiapkan masa depan anak-anaknya. Hj. Suntiroh memiliki tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang saat ini menginjak semester akhir disalah satu Perguruan Tinggi Islam di Demak, Hj. Suntiroh menguliahkan anaknya pada Perguruan Tinggi Islam dikerenakan keinginannya untuk mendidik anak pertamanya sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, karena Hj. Suntiroh merasa sudah tua. Diperkirakan omset harian Hj. Suntiroh sekitar Rp 400.000,00 pada kondisi sepi, karena Hj. Suntiroh tidak bisa menceritakan jumlah yang pasti. Pada tahun 2005 Hj. Suntiroh pergi menunaikan ibadah haji sebagai panggilah Allah SWT, namun sebelumnya Hj. Suntiroh telah mampu untuk mambayar zakat tiap tahunnya. Zakat dari Hj. Suntiroh selalu diserahkan pada amil zakat. Hj. Rasmi yang menempati posisi terakhir sebagai responden merupakan pedagang yang meneruskan usaha orang tuanya. Awalnya Ibu Hj. Rasmi berjualan souvenir saja yang menjadi warisan dari orang tuanya, pada saat awal jualan ruko yang ditempati masih berukuran kecil, dengan sifat
lxx
istiqomah dan pantang menyerah Ibu Hj. Rasmi berhasil memajukan usaha penjualan souvenir. Dan menambah produk berupa pakaian, fase-fase awal berjualan pakaian jumlah barangnya sangat terbatas hal ini dikarenakan modalnya yang sedikit dan relasi untuk produsen pakaian masih terbatas. Lambat laun berjalan Ibu Hj. Rasmi dengan sikap istiqomahnya mampu bertahan dan semakin besar usaha pakaian yang dijual, sekarang berbagai motif dan gaya pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek dari produsen pakaian muslim terpajang di rukonya, relasipun bertambah banyak dan sekarang sistem yang digunakan dalam menjual pakaian adalah kongsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada penjual dan dalam jangka waktu yang disepakati baru dilakukan pembayaran atas barang titipan tadi. Sekitar tahun 2000 Ibu Hj. Rasmi telah membuka usaha baru yaitu Rumah Makan yang terletak di dekat tempat parkir kendaraan Bus dan Mobil pribadi, berkat sifat istiqomah yang dipegang kukuh Ibu Hj. Rasmi, sekarang kesuksesan dapat dirasakan olehnya. Omset dari usahanya Ibu Hj. Rasmi menuturkan dalam kondisi sepi dari tiga pos usahanya tadi sebesar Rp 500.000,00 per hari, sedangkan kondisi sedang mampu mencapai Rp 1.500.000,00 per hari, dan waktu ramai peziarah omsetnya mencapai Rp 3.000.000,00 per hari, kondisi ini biasanya saat khaul dari Sunan Kalijaga. Tahun 2005 Hj. Rasmi dan suaminya (almarhum) menunaikan ibadah haji. Hj. Rasmi sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan anaknya sampai kejenjang Perguruan Tinggi, dia memilih Perguruan Tinggi yang
lxxi
bernuansakan Islam karena budaya keluarga santri yang melekat pada keluarganya sehingga ajaran agama merupakan asas untuk melakukan segala aktifitasnya. Cita-cita Hj. Rasmi adalah melihat anaknya sukses dalam ekonomi dan shaleh dengan ajaran agama Islam. Tiap tahun Hj. Rasmi mengeluarkan zakat malnya dengan menyerahkan langsung kapada para mustahiqnya.
I.
Analisis Terhadap Etos Kerja Pedagang Secara Islami Munculnya kegiatan perdagangan di sekitar Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak sedikit banyak akan mewarnai kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Dalam hal ini perlu dicermati adalah peran pedagang dalam menegakkan ekonomi keluarga. Sebagian penduduk asli Kadilangu, bekerja sebagai pedagang di kawasan Makam Sunan Kalijaga ada yang dilakukan sebagai pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan. Hal ini terdorong atas kesadaran pribadi untuk menambah penghasilan keluarga.81 Sikap kewirausahaan merupakan faktor utama dalam perkembangan perekonomian masyarakat pedesaan, seperti halnya perdagangan di sekitar Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak. Seorang wirausaha harus mempunyai syarat dasar yaitu niat atau tekad yang kuat dan kedua adalah keberanian untuk melakukan. Pedagang muslim di sekitar Makam Sunan Kalijaga Kadilangu Demak menjadi pengusaha terbilang sukses tidak berangkat dengan modal usaha
81
Wawancara dengan Bapak Suparman selaku koordinator pedagang yang ada di sekitar Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxii
yang besar, tetapi mereka berangkat dengan modal semangat dan ketrampilan. Yang tidak kalah menarik dari etos kerja pengusaha muslim perkotaan adalah bahwa tingginya etos kerja mereka tidak hanya didorong oleh motif-motif ekonomi semata, tetapi juga didorong oleh motif religi dan sosial. Hasil wawancara tentang etos kerja yang dimiliki oleh para pedagang menjelaskan adanya keseimbangan antara motif ekonomi dengan motif religi yang terangkum dalam sembilan pertanyaan mengenai etos kerja pedagang, yaitu: Jawaban seluruh responden
menyatakan bahwa mereka melakukan
gaya hidup yang sederhana dan menabung sebagian pendapatannya baik untuk kebutuhan yang tidak terduga maupun untuk biaya menunaikan ibadah Haji, sedangkan untuk biaya mengeluarkan Zakat sebanyak 3 orang responden lebih sering menghitung besarnya Zakat yang dikeluarkan pada saat sudah chaul atau sudah masuk waktu membayar Zakat, adapun yang 2 orang responden sering menghitung Zakatnya tidak dalam kurun waktu satu tahun sekali mereka adalah H. Marjo dan Hj. Rasmi. Para responden menyisihkan pendapatannya untuk ditabung sebagai cadangan kebutuhan apabila ingin mengembangkan usahanya, selain itu adakalanya untuk kebutuhan pendidikan putra-putrinya hingga jenjang setinggi mungkin, serta kebutuhan pedagang akan hari tuanya nanti tatkala sudah tidak mampu bekerja seperti waktu muda.
lxxiii
Sifat ikhlas atau ketulusan merupakan kepasrahan seseorang dalam melakukan sesuatu karena manusia tidak memiliki daya untuk menghindari dan tidak pula memiliki kekuatan untuk berbuat apapun kecuali dengan pertolongan langsung Allah SWT, semua perbuatan yang dilakukan sematamata karunia Allah SWT kepada manusia, sebab hanya Allah SWT yang bisa memberi Hidayah dan Taufiq kepada manusia.82 Kondisi masyarakat Kadilangu Demak yang bernuansakan santri termasuk pula pedagang yang ada di sekitar Makam Sunan Kalijaga, tidak bisa dipisahkan antara kegiatan ekonomi dengan ajaran agama. Ketulusan pedagang dalam memberikan pelayanan kepada konsumen menurut mereka adalah sesuatu yang harus diberikan, kerena situasi yang mempertemukan mereka semata karena karunia Allah SWT dan mayoritas konsumennya adalah para peziarah yang melakukan aktifitas di jalan Allah SWT. Sebagaimana yang disampaikan H. Marjo pemilik ruko souvenir dan penginapan, dia mengatakan “saya bekerja dengan niat ibadah untuk menafqahi keluarga dan menggunakan hasilnya sesuai ajaran Islam, sedangkan yang menjadi pembeli souvenir dan yang menginap di penginapan kebanyakan adalah peziarah yang merupakan tamu dari salah satu dari wali Allah SWT, mereka melakukan ibadah sesuai perintah agama, sehingga sudah menjadi kewajiban saya untuk memberikan pelayanan yang baik sebagai tuan rumah yang didatangi dengan keikhlasan. Saya yakin pertemuan
82
Salim Bahreisy, Al-Hikam (Pendekatan Abdi Pada Khaliqnya), terjemah, Surabaya: Madya, cet.5, 1984, hal. 22
lxxiv
saya dengan pembeli atau yang menginap merupakan karunia Allah SWT sebagai wasilah kami untuk mendapatkan ridhoNya”.83 Keikhlasan yang selalu diterapkan para pedagang dalam menjalankan usahanya tidak lain didasarkan pada semangat kerja sebagai sebuah perwujudan dalam ajaran agama yang mereka peluk. Namun terkadang keikhlasan ini tercemar adanya sifat amarah tatkala kondisi yang dialami pedagang tidak berjalan dengan baik, semisal harga tawar yang di inginkan pembeli seenaknya sendiri dan berkelakuan seenak hati. Selanjutnya untuk jawaban dari para responden mengenai kejujuran dalam menjalankan usaha adalah mutlak harus ada, karena kejujuran merupakan kunci mencapai derajat yang lebih tinggi baik secara materi maupun di sisi Tuhan. Hj. Dilah yaitu pemilik ruko yang menyediakan berbagai macam pakaian dari anak-anak,wanita, dan pria serta makanan khas dari daerah sendiri maupun dari daerah luar mengatakan “dalam menjalankan usaha apapun jika ingin terus berputar dan meningkatkan usahanya harus mempunyai sifat jujur dalam menjalankan usaha, kejujuran ini diterapkan untuk supplier dan konsumen, dengan sifat jujur kita akan dipercaya oleh supplier untuk menyetok barang maupun makanan yang akan kita jual. Sedangkan kejujuran pada konsumen akan mendatangkan banyak rizki, karena sekali konsumen percaya kita berlaku jujur maka mereka akan dengan senang hati mengajak teman rombongannya untuk berbelanja di ruko kami. 83
Hasil wawancara dengan Bapak H. Marjo selaku pemilik kios souvenir dan penginapan yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxv
Hal ini juga sesuai dengan ajaran Islam yang mewajibkan para pedagang untuk berlaku jujur”.84 Seperti halnya Hj. Dilah, pemilik ruko yang menawarkan berbagai macam souvenir asli Demak maupun luar daerah yang sekaligus menjual pakaian yang bernama Hj. Karti memiliki pandangan bahwa ketika terjadi transaksi, Ibu Hj. Karti mengatakan harga beli dari supplier dan menawarkan margin keuntungan kepada calon konsumen yang akan membeli, sehingga dari sini akan terjadi transaksi yang saling ridho dan diyakini akan membawa barokah serta manfaat untuk kedua belah pihak. Bagi Hj. Karti sifat jujur akan membawa hasil yang diperoleh sangat diyakini adalah pendapatan yang halal, sehingga ketika digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehingga akan tercipta keluarga yang sakinah.85 Sifat jujur akan menumbuhkan seseorang saling mengasihi sesama muslim sebagaimana seseorang
mencintai
dirinya
sendiri,
hal
ini
sebagaimana ajaran Rasulullah SAW tentang kesempurnaan iman seorang muslim. Sifat jujur dalam mengelola usaha akan mengarah pada kujujuran pedagang dalam menghitung besarnya zakat maal yang akan di keluarkan, karena kejujuran ini merupakan refleksi dari rasa kasih sayang dan kecintaan sesama muslim, sehingga pedagang akan menyalurkan zakatnya kepada mustahiq sesuai dengan harta yang harus dikeluarkan untuk zakatnya.
84
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Dilah selaku pemilik kios pakaian dan makanan khas yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011. 85 Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Karti selaku pemilik kios souvenir dan pakaian yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga , tanggal 3 Mei 2011.
lxxvi
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa tidak semua pedagang mampu melakukan sikap istiqomah dalam menjalankan usahanya, akan tetapi jika usaha yang digeluti padagang ingin mancapai sukses yang maksilam maka istiqomah dalam satu usaha harus ada. Hasil penelitian mendapatkan sebagian besar responden awalnya tidak berprofesi sebagai pedagang di sekitar Makam Sunan Kalijaga, mereka ada yang pernah menjadi petani, pekerja swasta, dan lain sebagainya, seiring kebutuhan keluarga yang dirasa kurang terpenuhi dari hasil kerja, maka mereka beralih profesi menjadi pedagang. Dari sini mereka baru sadar bahwa sifat istiqomah sangat diperlukan dalam melakukan usaha yang masih kecil, jika usaha yang digeluti pedagang terlihat cukup sukses maka mereka melakukan perluasan usaha yang bisa mereka kelola dengan berlandaskan sikap istiqomah. Ibu Hj. Rasmi adalah salah satu responden yang cukup sekses dengan sikap istiqomahnya dalam berwirausaha.86 Awalnya Hj. Rasmi berjualan souvenir saja warisan dari orang tuanya, pada saat awal jualan ruko yang ditempati masih berukuran kecil, dengan sifat istiqomah dan pantang menyerah Hj. Rasmi berhasil memajukan usaha penjualan souvenir. Setelah dianggap sukses Hj. Rasmi memulai menambah produk yang dijual berupa pakaian, fase-fase awal bejualan pakaian jumlah barangnya sangat terbatas hal ini dikarenakan modalnya yang sedikit dan relasi untuk produsen pakaian masih terbatas. Lambat laun berjalan Hj. Rasmi dengan sikap istiqomahnya mampu bertahan dan semakin besar usaha pakaian yang dijual, sekarang 86
Hasil wawancara dengan Hj. Rasmi selaku pemilik kios souvenir, pakaian yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga dan ruman makan yang berada di dekat tempat parkir kendaraan, tanggal 6 Mei 2011.
lxxvii
berbagai motif dan gaya pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek dari produsen pakaian muslim terpajang di rukonya, relasipun bertambah banyak dan sekarang sistem yang digunakan dalam menjual pakaian adalah konsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada penjual dan dalam jangka waktu yang disepakati baru dilakukan pembayaran atas barang titipan tadi. Sekitar tahun 2000 Ibu Hj. Rasmi telah membuka usaha baru yaitu Rumah Makan yang terletak di dekat tempat parkir kendaraan Bus dan Mobil pribadi, berkat sifat istiqomah yang dipegang kukuh Ibu Hj. Rasmi, sekarang kesuksesan dapat dirasakan olehnya. Omset dari usahanya Ibu Hj. Rasmi menuturkan dalam kondisi sepi dari tiga pos usahanya tadi sebesar Rp 500.000,00 per hari, sedangkan kondisi sedang mampu mencapai Rp 1.500.000,00 per hari, dan waktu ramai peziarah omsetnya mencapai Rp 3.000.000,00 per hari, kondisi ini biasanya saat khaul dari Sunan Kalijaga. Lamanya pedagang berjualan di sekitar Makam Sunan Kalijaga bervariasi dari mulai tahun 1996 dan yang paling lama sudah mulai berjualan tahun 1975 dimulai dari usaha orang tua pedagang dan kemudia diteruskan olah anak-anaknya hingga sekarang. Dari semua responden yang ditemui peneliti, mereka tidak pernah berpindah tempat berjualan dari awal hingga sekarang, yang terjadi pengadaan ruko baru untuk mengembangkan usaha yang telah dilakukan pedagang, selain itu mereka juga menyatakan bahwa perpindahan tempat usaha dikarenakan adanya relokasi dari pengelola ruko.
lxxviii
Berkenaan dengan sikap tanggung jawab, responden telah memiliki sikap kejujuran yang mengarah pada rasa tanggung jawab yang besar oleh pedagang dengan produk yang dijual. Tanggung jawab pedagang terhadap produknya meliputi berbagai aspek diantaranya tentang makanan adalah produk yang dijual merupakan makanan dan minuman yang halal dikonsumsi masyarakat muslim, kualitas makanan dan minuman yang selalu terjaga dan layak dikonsumsi jadi tidak ada makanan yang rusak karena usia. Sedangkan untuk pakaian dan souvenir, pedagang bertanggung jawab terhadap kelayakan pakai, jika ada pakaian yang rusak atau ada kesalahan dalam proses produksi maka pedagang menyimpannya dan dikembalikan pada produsennya, sementara untuk souvenir barang yang dijual dalam kondisi bagus dan tidak ada cacat pada produk. Disamping tanggung jawab terhadap produk yang dijual pedagang juga memberikan keleluasaan pembeli untuk memilih produk yang akan dibeli dengan memberikan peluang untuk menelitinya lebih dulu. Serta memberikan peluang perjanjian yang saling mengakomodir kepentingan antara penjual dan pembeli. Responden yang bernama Hj. Suntiroh87 yang berjualan Pakaian, souvenir, dan makanan khas mengatakan bahwa dirinya akan bertanggung jawab terhadap produk yang dijualnya, terutama produk makanan, dimana kualitas makanan memang menjadi prioritas selain kehalalan makanan. Untuk produk makanan yang diolah rumahan dan sudah jelas kehalalannya, Hj. Suntiroh selalu memeriksa kondisi makanan apakah masih layak 87
Hasil wawancara dengan Ibu Hj. Suntiroh pemilik kios souvenir, pakaian, dan makanan khas yang berada di jalan dalam kompleks Makam Sunan Kalijaga, tanggal 6 Mei 2011.
lxxix
dikonsumsi atau sudah tidak bisa dikonsumsi. Sementara produk makanan dan minuman yang diproduksi oleh perusahaan besar maka langkah awalnya adalah ijin dari dinas kesehatan, tanda halal dari MUI, dan tanggal kadaluarsa dari produk tersebut. Selain itu rasa tanggung jawab yang dilakukan juga tidak terlepas dari pengamalan ajaran agama Islam sebagai seorang muslim yang taat serta sikap tanggung jawab para pedagang memberikan manfaat diantaranya konsumen yang datang akan kembali lagi ditempat yang sama saat konsumen datang berziarah lagi di Makam Sunan Kalijaga, Ibu Hj. Suntiroh menjelaskan bahwa para peziarah yang sering dilihatnya adalah peziarah yang dalam kurun waktu tertentu akan kembali melakukan ibadah ziarahnya. Bertahannya usaha para pedagang, sangat tergantung pada sikap kewiraswastaan yang dimiliki oleh para pedagang dalam menjalankan usahanya.
Sikap
kewiraswastaan
mendorong
semangat
untuk
mengembangkan usaha yang dijalankan para pedagang, yang selanjutnya dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat Kadilangu Demak. Para pedagang menggunakan berbagai cara untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar, hal ini terlihat dari sikap mereka yang selalu semangat dan ingin memperbesar modal usaha dengan cara mengambil kredit dari lembaga Perkreditan seperti BPR (Bank Perkreditan Rakyat) baik konvensional maupun syari’ah serta Koperasi Simpan Pinjam atau BMT
lxxx
yang dalam prosesnya dirasa sangat mudah dalam mengucurkan modal usaha.88 Sikap semangat dan ingin mengembangkan usaha yang dimiliki oleh para pedagang di sekitar Makam Sunan Kalijaga dari beberapa hasil yang peneliti dapat antara lain : H. Marjo, seorang pedagang sukses dengan berjualan souvenir, rukonya terbilang cukup besar serta memiliki penginapan. Dalam menjalankan usaha Ia dibantu oleh istri dan anaknya, ia mempuyai rumah yang juga berdampingan dengan penginapannya, dia juga mempunyai ruko sebagai tempat berjualan souvenir. usaha yang dimiliki H. Marjo diberi nama sesuai dengan pemiliknya, sebuah potret seorang pedagang ulet yang mampu menghadapi gejolak dalam kewirausahaan, namun tetap semangat dalam kerja dan merusaha mengembangkannya. Berkat keuletannya menghadapi kendala dan juga sikap kewiraswaataannya sampai sekarang usahanya tetap eksis dan semakin meningkat. Berbeda dengan Hj. Rasmi yang mengumpulkan modal untuk dapat mengembangkan usahanya, awalnya Hj. Rasmi hanya meneruskan usaha yang telah digeluti oleh orang tuanya yang berjualan souvenir, dia memutuskan untuk berwiraswasta dengan meneruskan usaha keluarga karena terlihat menjanjikan keuntungan sebagai tambahan untuk kebutuhan keluarganya. Selain ditunjang dengan modal yang mencukupi berupa kios yang telah terisi berbagai bentuk souvenir, dengan semangat kerja ia telah menambah produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anak-anak 88
Hasil wawancara dengan beberapa pedagang yang menjadi narasumber, tanggal 3 dan 6 Mei 2011.
lxxxi
wanita, dan laki-laki. Selain sikap semangat, Hj. Rasmi juga berusaha untuk mengembangkan
usahanya,
akhirnya
terwujud
cita-citanya
untung
mengembangkan usahanya dengan mendirikan rumah makan. Golongan pedagang yang tergolong mandiri adalah Hj. Karti, dia bukan keturunan padagang yang telah membuka usaha terlebih dahulu, selain itu dia juga tidak mempunyai cukum modal untuk membuka usaha yang besar. Setelah tidak lagi bertani, ia membuka usaha ini dan memperoleh modal dari penjualan sawah karena melihat perkembangan usaha yang berada di kawasan Makam Sunan Kalijaga sangat menjanjikan. Dalam mengelola usahanya dibantu suaminya. Berkat kerja kerasnya dan modal yang paspasan, usahanya semakin berkembang dengan pesat dari produk yang dijual sedikit dan bentuknya hanya beberapa macam menjadi produk yang dijual berbagai macam dan banyak baik souvenir maupun pakaian. Kesehatan dan gizi merupakan hal yang utama, maka dari itu para pedagang selalu berusaha melindungi konsumennya dari produk yang membahayakan kesehatan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan responden diantaranya untuk produk souvenir yang kebanyakan dijual adalah berbahan dasar kayu, seperti tasbih, meja lipat untuk al-Qur’an, sandal bakiak, dan lain sebagainya. Sedangkan souvenir yang berbahan plastik juga produk yang beredar luas dipasaran, sehingga produk yang dijual tidak khusus untuk padagang yang berada di sekitar Makam Sunan Kalijaga saja, asumsi para pedagang produk souvenir yang mereka jual aman untuk kesehatan manusia, karena
lxxxii
selama ini tidak ada komplain dari para konsumen dan pemerintah setempat juga tidak pernah melarang atau mengamankan produk yang dijual. Adapun penginapan yang dimiliki H. Marjo selalu dijaga kebersihanya dan menegakkan peraturan yang tegas bagi para pengunjung untuk selaku manjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, dia mengatakan bahwa ketika kondisi penginapan kumuh tentu peziarah tidak akan menggunakan jasanya, serta lokasi penginapan yang memang berdampingan dengan kediamannya sehingga akan berdampak langsung dengan kesehatan keluarganya apabila kondisi penginapan tidak sehat. Dan mengenai produk makanan yang selalu dilihat komposisi dari makanan yang diproduksi oleh perusahaan besar, serta telah mengantongi ijin dari badan pengawas obat dan makanan, serta waktu kadaluarsa produk yang jangkanya masih panjang. Pelayanan yang baik dari makanan yang sehat dan kandungan
gizi
yang
seimbang
akan
memberikan
peluang
untuk
mengembangkan usaha para pedagang. Kondisi pedagang dalam menjalankan usahanya yang sekuat tenaga menjaga usahanya agar tetap kokoh berjalan dalam kehidupan, dimana tiap sehari-hari manusia mengalami permasalahan yang harus diselesaikan dengan baik tidak terkecuali pedagang yang ada di sekitar Makam Sunan Kalijaga, berkenaan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul dari kegiatan usaha para pedagang, maka telah disepakati adanya koordinator yang menjadi strata tertinggi tingkal awal bagi para pedagang.
lxxxiii
Pengamatan peneliti melihat adanya kemajuan yang baik dalam membuat koordinator pedagang dengan membentuk dua koordinator yang membawahi wilayah yang berbeda, yaitu koordinator dalam yang dipimpin oleh Bapak H. Tomo, lokiasi kiosnya dari garupra Makam Sunan Kalijaga berjarak satu kios saja. H. Tomo menjadi koordinator pedagang yang berada di jalan setapak menuju Makam Sunan Kalijaga. Ada tiga arah jalan setapak yang menuju makam yaitu dari arah barat makan, selatan makam, dan timur makam. Sedangkan koordinator untuk pedagang yang berada di tempat parkir bus dan kendaraan pribadi serta kios-kios yang berada di sepanjang jalan raya, dikomando oleh Bapak Suparman kiosnya terletak di sebelah timur jalan setapak setelah gapura pertama masuk makam. Kedua koordinator inilah yang menjadi rujukan padagang ketika terjadi permasalahan dalam usaha untuk tahab awalnya. Termasuk didalamnya mengenai komunikasi dalam
menjalankan
pengambilan
data
penelitian
setelah
mendapat
persetujuan meneliti dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga.89 Keterangan yang peneliti dapat dari Bapak Suparman dan Bapak H. Tomo90 mengatakan bahwa ketika terjadi permasalahan, pedagang yang bersangkutan akan melaporkan kepada koordinator, kemudian ditindaklanjuti dengan menggalian keterangan untuk mengetahui akar permasalahan, setelah
89
Saat ini urusan kesekretariatan dipimpin oleh Bapak Raharjo Kusumo, SE. Adapun untuk urusah persetujuan mengenai aktifitas yang berkaitan dengan Sunan Kalijaga harus meminta persetujuan dulu dari sesepuh ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga yaitu Bapak R. Muhamad Soedioko. 90 Wawancara pada tanggal 2 Mei 2011, setelah melakukan pertemuan dengan Bapak Raharjo Kusumo SE.
lxxxiv
diketahui akar masalahnya maka koordinator akan memberikan tawaran untuk
menyelesaikan
masalah
dari
prinsip
kekeluargaan
hingga
menyelesaian dengan jalur hukum yang berlaku di Indonesia. Terakhir, kami menanyakan tentang kondisi silaturahmi antara pedagang dengan konsumen. Banyak peziarah yang datang kemakam Sunan Kalijaga kerap kali datang berulang pada waktu-waktu tertentu minimum satu tahun sekali, hal menjadikan hubungan antara peziarah yang telah melakukan pembelian di tempat responden penelitian menjadi akrab dan terjalin silaturahmi yang baik. Hal ini didasarkan atas sikap yang baik para pedagang sewaktu mereka melayani pembeli serta menjaga hubungan silaturahmi dengan komsumen melalui sapaan yang selalu diucapkan pedagang tatkala bertemu kembali, menanyakan kondisi konsumen dan keluarganya, berbincang akrab dengan konsumen dan berprilaku baik terhadap konsumen. H. Marjo yang memiliki pelanggan untuk penginapannya selalu menjalin komunikasi dengan pelanggannya, bahkah setiap sampai di Demak rombongan dari pelanggan H. Marjo selalu memilih pada malam hari sehingga bisa beristirahat di penginapannya, selain itu ada pelanggan yang menghubungi terlebih dahulu untuk memesan tempat menginap. Menututnya kesuksesan akan dapat diraih dengan menjalin hubungan silaturahmi dengan konsumen sebagaimana ajaran Islam yang menyebutkan bahwa seorang mukmin yang menyambung silaturahmi sesama muslim akan dimudahkan rizkinya oleh Allah SWT, selain itu pelayanan yanng baik juga akan
lxxxv
memberikan setimulus untuk lebih mempererat konsumen untuk menjadi pelanggan yang setia. Hj. Dilah juga mengutarakan bahwa seringkali menyapa peziarah yang kerap datang kemakam Sunan Kalijaga dan pernah membeli di tempatnya menjadikan hubungan silaturahmi yang baik, sehingg menjadikan pelanggan yang loyal dan mengajak saudara, teman dan kerapatnya untuk membeli makanan khas untuk oleh-oleh keluarga dirumah di kios Ibu Hj. Dilah, tambahnya pula silaturahmi akan mempermudah dirinya untuk mendapatkan rizki yang halal dan barokah. Sikap etos kerja yang dimiliki padagang menjelaskan tentang semangat dalam
kegiatan
ekonomi
merupakan
merupakan
dorongan
untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dalam hal ini etos kerja pedagang sangat mempengaruhi perkembangan usahanya. Etos adalah sikap terhadap diri sendiri dan terhadap dunia yang direfleksikan dalam kehidupan. Etos merupakan hal yang abstrak pada diri manusia yang berwujud non materi, karena merupakan sikap mendasar pada diri manusia atau dapat dikatakan watak kebudayaan milik masyarakat.91 Kerja adalah perbuatan manusia yang ditujukan pada orang lain dan sebagai balas jasa diberikan upah. Kerja merupakan produksi yang berpangkal kepada manusia, sehingga manusia mempunyai peran penting terhadap proses produksi. Dari dua pengertian di atas etos kerja dapat diartikan semangat kerja yang menjadi ciri khas keyakinan seseorang atau kelompok dalam melakukan kegiatan kerja 91
Taufik Abdullah, Agama Etos Kerja Dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta : LP3ES, 1982,
hal. 2.
lxxxvi
terdapat semangat dalam perbuatannya sehingga mendorong seseorang atau kelompok untuk melakukan pekerjaan. Keberhasilan yang telah dicapai oleh para pedagang, diyakini merupakan hasil kerja keras dan usaha untuk lebih maju yang selama ini dilakukan. Keuletan dan kerja keras merupakan pantulan dari seseorang yang taat menjalankan perintah agamanya. Dalam agama Islam dinyatakan bahwa usaha ulet dan kerja keras merupakan tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Jadi kesadaran beragama mempunyai potensi sebagai pendorong yang sedikit banyak menyangkut kegiatan sosial ekonomi.92 Para pedagang yang dijadikan sumber penelitian kesemuanya beragama Islam yang taat, mereka dalam menjalankan usahanya berpegang pada ajaran agama sehingga semangat atau etos kerja yang mereka tampilkan tidak bisa terlepas dari substansi ajaran Islam yang diwujudkan dalam kegiatan ekonomi.
J.
Analisis Peningkatan Kesejahteraan Pedagang Hasil wawancara tentang tingkat kesejahteraan para pedagang menjelaskan adanya kondisi yang mampu memberikan tauladan kepada muslim lain untuk mengikutinya, hal ini terangkum dalam sembilan pertanyaan mengenai tingkat kesejahteraan pedagang, yaitu: Kucukupan pangan yang harus dimiliki untuk menyambung hidup adalah keharusan, akan tetapi kondisi harga sembilan bahan pokok makanan yang semakinm melambung, membuat sebagian besar masyarakat Indonesia 92
Taufik Abdullah, Op. Cit, hal. 14.
lxxxvii
kesulitan untuk memenuhinya terlebih situasi perekonomian yang tidak kunjunng stabil. Namun hal ini tidak begitu dirasakan responden begitu mencekik leher. Para responden masih mampu mencukupi kecukupan pangan keluarga mereka dengan tolok ukur empat sehat lima sempurna, yaitu nasi, sayurmayur, lauk-pauk, protein, dan susu. Bagi mereka pemenuhan akan makanan yang menyehatkan dan halal akan berpengaruh terhadap aktifitas dirinya dan keluarganya. Bagi pedagang makanan yang halal, sehat dan bergizi akan meningkatkan produktifitas kerja yang mereka lakukan, sedangkan untuk anak-anak mereka akan berdampak pada kesehatan jasmani dan rohani, sehingga pada saat mereka belajar akan dapat maksimal menelaah ilmu yang dipelajarinya. Sebagaimana yang dituturkan Ibu Hj. Karti, dimana ketika ia belum berdagang, kondisi makanan untuk sehari-harinya serba kekurangan dan tidak memenuhi standar kesehatan, sehingga ia dan keluarganya sering sakit, tubuh yang tidak vit, pikiran tidak fokus. Hasil dari pendapatan yang diterima oleh padagang sebagaian disimpan untuk kebutuhan pendidikan putra-putri para pedagang, mereka memandang pendidikan adalah sesuatu yang penting dan sebisa mungkin putra-putrinya dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk bekal manjalani hidup nanti. Hj. Rasmi mengatakan bahwa pendiddikan anaknya adalah yang utama baginya, setelah suaminya meninggal Hj. Rasmi menjadi single parent dan
lxxxviii
merasakan betapa beratnya menjalankan usaha dan mengurusi keluarganya, karena Hj. Rasmi hanya lulusan dari sekolah dasar, maka pendidikan menjadi prioritas baginya untuk mempersiapkan kehidupan anaknya dimasa mendatang sekaligus sebagai penerus usahanya yang diharapkan dapat dikembangkan dan terus eksis. Hj. Rasmi sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan anaknya sampai kejenjang Perguruan Tinggi, dia memilih perguruan tinggi yang bernuansakan Islam karena budaya keluarga santri yang melekat pada kelurganya sehingga ajaran agama merupakan asas untuk melakukan segala aktifitasnya. Cita-cita Hj. Rasmi adalah melihat anaknya sukses dalam ekonomi dan shaleh dengan ajaran agama Islam. Berbeda dengan H. Marjo yang juga menyekolahkan anaknya hingga Perguruan Tinggi, dia menyekolahkan anak-anaknya pada perguruan umum dan Islam, hal ini menurutnya dibutuhkan untuk masa depan anaknya dan mereka diharapkan dapat saling bekerjasama dalam membagi ilmu umum dan agama sehingga hasil yang diterima bisa maksimal dan mampu mengikuti arus zaman yang serba canggih dan penuh dengan intrik untuk saling menjatuhkan. Sehingga bekal ilmu umum digunakan untuk memahami intri-intri yang tidak baik dalam bisnis dan ilmu agama sebagai benteng agar tidak terjerumus dalam bisnis yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Untuk masalah pengobatan jawaban responden sangatlah relatif semua itu tergantung situasi dan kondisi responden masing-masing baik dari kondisi sakit yang ringan, sedang, maupun berat . Adakalanya mereka melakukan
lxxxix
pengobatan di rumah sakit, puskesmas, maupun sekedar memeriksakan ke dokter praktek rumahan. Kalau sakit yang diderita keluarga berat maka responden akan membawa keluarganya yang sakit untuk berobat ke rumah sakit, adapun jika dirasa sakitnya ringan dan bisa berobat jalan responden akan membawa keluarganya berobat ke puskesmas atau ke dokter praktek di rumah. Sebagian
responden
melakukan
pembelian
pakaian
pada
saat
dibutuhkan tidak terpaku pada kondisi tertentu misalnya hari lebaran, karena bagi mereka sandang atau pakaian merupakan kebutuhan primer selain pangan dan perumahan, jadi ketika dibutuhkan maka akan dibeli tanpa menunggu lebaran atau hari tertentu. Tercukupinya kebutuhan sandang para responden tercermin dari kondisi sejahtera yang diraihnya. Selain itu responden bisa memanfaatkan pembelian pakaian tersebut tidak hanya untuk konsumsi pribadi tapi sekalian untuk mengetahui produk-produk terbaru yang banyak bermunculan dan laris dipasaran. Sehingga mereka memperoleh dua keuntungan sekaligus yaitu kebutuhan sandang dan keuntungan dagang dengan menjual pakaian yang sedang marak dipasaran. Peluang ini dimanfaatkan oleh pedagang yang ada di sekitar makan Sunan Kalijaga untuk menawarkan produk dengan motif baru dan sebagai kebutuhan sandangnya. Seluruh responden yang kami temui adalah warga asli dari kelurahan Kadilangu Demak sehingga rumah yang ditempati merupakan milik pribadi, bahkan kondisinya termasuk dalam golongan atas yang bentuk fisik
xc
rumahnya lebih bagus dibandingkan pedagang yang belum meningkat kesejahteraannya. Kualitas dari bahan bangunan juga tergolong super, hal ini dihasilkan dari kerja keras yang menjadikan etos kerja pedagang tergolong tinggi dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, karena budaya masyarakat santri kota Demak masih tertanam erat dalam diri para pedagang. Seperti halnya rumah H. Marjo yang memiliki mobil tentu mempersiapkan
garasi
untuk
menyimpan
kendaraannya
dan
ada
keseimbangan antara bentuk rumah dengan kemampuan untuk membeli mobil. Ketersediaan perabotan rumahtangga merupakan sarana yang penting dalam menunjang kebutuhan sehari-hari, pedagang yang menjadi responden kami memiliki perabotan atau fasilitas rumah tangga yang sudah memadai, seperti halnya fasilitas sumur, kamar mandi, kamar tidur untuk tiap orang, ruangan dapur, ruang keluarga, ruang tamu, dan teras rumah. Sedangkan untuk perabotannya juga terbilang lengkap sesuai kebutuhan dari responden, seperti halnya perabutan milik Hj. Rasmi yang memiliki kulkas untuk menyimpan bahan-bahan rumah makannya ketika belum dibawa kerumah makan. Selain itu juga memiliki mesin cuci karena sebagian besar waktunya dihabiskan di ruko, maka mesin cuci dibutuhkan untuk menyingkat waktu dalam mencuci pakaian. Sedangkan H. Marjo jelas memiliki mesin cuci untuk keperluan penginapannya, selain itu ada fasilitas penyediaan TV untuk memberikan
xci
hiburan pada pelanggannya. Serta perabot-perabot lain yang menjadi kebutuhannya sudah dapat terpenuhi. Keshalihan dalam bersosial dengan memberikan infaq dari pendapatan para pedagang, terbilang cukup bersimpati, karena mereka menyisihkan sebagian uangnya untuk berinfaq sebagai wujud dari rasa syukur terhadap rizki yang diberikan oleh Allah SWT kepada mereka, kondisi keseimbangan inilah yang mereka ingin jalankan dimana ajaran Islam yang menerangkan bahwa bagi orang yang mampu terdapat hak bagi golongan yang kurang mampu atau untuk kepentingan bersama sehingga mereka sadar dengan adanya dana yang di salurkan untuk shodaqoh. Seperti halnya Ibu Hj. Karti yang pernah mengalami masa-masa sulit menyadarkan dia untuk selalu membantu saudara sesama muslim dan ikut serta dalam menyediakan kebutuhan sosial seperti mushola yang layak, masjid yang bisa digunakan untuk orang banyak, dan sekolah sebagai tempat untuk mendidik generasi penerus sesudahnya. Maka dari itu Hj. Karti selalu menyiapkan sejumlah uang untuk menyalurkan infaqnya selain zakat. Kondisi para pedagang yang menjadi responden termasuk golongan muzakki, maka mereka telah mampu untuk mengeluarkan zakat maal, dari mereka ada yang langsung menyalurkan zakatnya kepada yang berhak, ada yang menyerahkan kepada amil zakat dari wilayah tempat tinggal para pedagang. Para pedagang yang termasuk wajib mengeluarkan zakatnya selalu berkonsultasi dengan pengurus makam maupun kasepuhan ahli waris Sunan
xcii
Kalijaga untuk menghitunng besarnya zakat yang dikeluarkan sehingga mereka tidak begitu pusing untuk menentukan besarnya dana zakat yang harus dibayarkan. Semua responden telah mampu melaksanakan ibadah haji, menurut pendapat para pedagang, menunaikan ibadah haji adalah dalam rangka memenuhi motivasi religi, motivasi ini memberikan semangat baru dalam menjalankan usahanya bagi para pedagang. Keinginan besar Hj. Dilan untuk menunaikan ibadah haji menberikan dia semangat untuk berusaha menjadi orang yang mampu melaksanakannya, ia berkata meskipun biaya ibadah haji mencapai jutaan rupiah, maka harus bisa disiapkan karena memang itu suatu kewajiban dalam agama Islam. Hj. Suntiroh juga berpendapat bahwa ibadah haji bagi seorang muslim suatu kewajiban. Pada saat keberangkatan saya, saya merasa sangat takut, karena saya sudah mampu tetapi belum bisa langsung berangkat, tetapi dengan niat yang bulat dan demi suatu ibadah maka saya akan melakukannya. Para pedagang memang tidak semuanya siap untuk menunaikan ibadah haji meskipun secara materi mereka telah siap, namun kondiri psikis yang harus benar-benar disiapkan oleh para pedagang karena akan berkunjung kerumah Allah SWT yang sangat dimuliakan. Serta kondisi sosial masyarakat Kadilangu yang bernuansakan santri sehingga seseorang yang sudah bergelar haji atau hajah harus memberikan sari tauladan yang baik terhadap pedagang lainnya.
xciii
K. Analisis
Dampak
Etos
Kerja
Islami
Terhadap
Peningkatan
Kesejahteraan Pedagang. Analisis terhadap hasil penelitian menyatakan adanya dampak secara langsung dari Etos Kerja Islami terhadap Peningkatan Kesejahteraan Pedagang. Dimana pemenuhan kebutuhan hidup yang bersifat primer atau pokok seperti sandang, pangan, perumahan serta pendidikan bagi anak-anak, bahkan menjalankan ibadah haji dan membayar zakat mampu tercukupi dan dilaksanakan serta mengalami peningkatan setelah responden menjadi pedagang. Dengan mengandalkan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sebagai pedagang, umumnya responden dapat mencukupi kebutuhan primer. Peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan, memiliki kios dengan berbagai macam barang yang dijual, serta penghasilan yang diperoleh dapat untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Seperti yang dikatakan Ibu Hj. Rasmi, sejak terjun sebagai pedagang di sekitar makam Sunan Kalijaga, secara bertahap kehidupan ekonominya mengalami peningkatan. Dia menuturkan dapat menyekolahkan anaknya sampai kejenjang Perguruan Tinggi. Semakin berkembangnya usaha dirasakan sejak ia dapat menunaikan ibadah haji bersama dengan suaminya yang sudah meninggal. Secara materi sangat terlihat dengan kondisi rumah yang bagus dan lengakap dengan perabotan yang dapat dikatakan cukup mahal. Di samping dapat memenuhi kebutuhan primer, para pedagang juga dapat memenuhi kebutuhan sekundernya. Keadaan ini dapat dilihat pada masing-masing rumah pedagang terdapat berbagai barang perlengkapan
xciv
rumah tangga yang bagus dan lengkap. Para pedagang yang sukses untuk memperlancar usahanya dengan meggunakan alat transportasi roda empat. Sarana transportasi tersebut digunakan untuk mengangkut barang yang dibeli dari pemasok. Pedagang yang belum memiliki kendaraan roda empat tidak kalah dalam kendaraan roda dua, mereka memiliki kendaraan roda dua yang tergolong kendaraan bagus dan harganya berkisaran tengah-tengah artinya tidak murah dan tidak mahal. 93 Kesuksesan yang berhasil diraih oleh para pedagang tersebut tidak dapat dipisahkan dengan keuletan dan semangat kerja dengan berlandaskan ajaran agama yang mereka peluk dan mereka hayati dalam kegiatan ekonomi oleh para pedagang dalam hal ini etos kerja Islami. Para pedagang menganggap bahwa usaha ulet dan kerja keras merupakan cerminan dari seorang yang taat menjalankan agamanya. Hal ini seperti ajaran dalam etika Islam, yang menyatakan bahwa usaha ulet dan kerja keras merupakan tanggung jawab kepada Tuhan.94 Etos kerja Islami memegang peranan penting bagi seorang Muslim dalam melaksanakan pekerjaannya, dengan adanya etos kerja Islami yang tinggi akan tercipta kepuasan diri seorang Muslim atas hasil kerja yang dicapai, sehingga pekerjaan yang dijalaninya dapat dilaksanakan dengan baik. Menurut Hasibuan, terdapat hubungan yang erat antara etos kerja dengan peningkatan kesejahteraan, dia menyatakan bahwa pemenuhan materi 93
Wawancara dengan 4 pedangan di sekitar makam, Tanggal 3 dan 6 Mei 2011. Taufik Abdulah (editor), Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, 1988, hal. 144-150. 94
xcv
dan non materi dapat
meningkatkan etos kerja seseorang dalam
melaksanakan pekerjaan atau usahanya.95 Etos kerja juga merupakan suatu norma budaya yang mendukung seseorang untuk melakukan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya berdasarkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut memiliki nilai instrinsik.96 Berdasarkan pengertian di atas, dapat dilihat bahwa etos kerja erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dihayati secara intrinsik oleh seseorang. Menurut Boatwright dan Slate, semakin lama individu bekerja, semakin tinggilah etos kerja yang ia miliki. Semakin lama individu bekerja, maka semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh peluang dalam pertumbuhan karir dan mendapatkan jaminan kesejahteraan hidup.97 Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupannya baik dalam kerja maupun kebutuhan dasarnya sebagaimana pendapat Walton dalam Kossen.98 Dalam tesis Max Weber menyatakan ajaran Calvinisme sekte Puritanisme menganggap kerja sebagai Beruf (panggilan). Kerja tidak sekedar pemenuhan keperluan hidup semata, tetapi tugas yang suci. Pensucian kerja (perlakuan terhadap kerja sebagai suatu usaha keagamaan 95
Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed. Revisi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 112 96 Hill, What is Work Ethic?, On-Line Lessons, 1999, data diunduh pada web http://www.coe.uga.edu/workethic/less2.htm. tanggal 15 April 2011. 97 Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational Students in Georgia. Journal of Vocational Education Research, vol.25 (4), 2000, http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html. data diunduh pada tanggal 15 April 2011. 98 Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi, edisi 3, Jakarta: Erlangga, 1986, hal. 10
xcvi
yang akan menjamin kepastian dalam diri akan keselamatan semasa hidup dan setelah mati) sikap hidup yang di landaskan doktrin ini yaitu intensifikasi pengabdian agama yang dijalankan dengan kagairahan kerja (etos kerja yang tinggi) sebagai gambaran dan pernyataan dari manusia yang terpilih. 99 Penelitian Muhammad Sobary yang menemukan titik terang tesis Weber tentang etika protestan di masyarakat muslim di Indonesia. Sobary melihat adanya etos kerja dan gerakan wirausaha yang bangkit dari kesadaran keberagamaan masyarakat di Suralaya Jawa Barat.100 Meski demikian Sobary memberikan catatan bahwa penelitiannya di Suralaya memang tidak bisa mendapatkan spirit keberagamaan, dalam konteks gerakan ekonomi mandiri, sedahsyat apa yang ditemukan Weber di Eropa barat. Sobary mendapati perilaku ekonomi masyarakat muslim di Suralaya tidak bisa mewujud seperti spirit Protestan di Barat menjadi ideologi besar yang melahirkan pengusaha kelas elite, bahkan menguasai struktur ekonomi dunia.101 Secara jelas dapat dilihat dari penelitian Irwan Abdullah yang memiliki bukti-bukti lain yang dapat dikatakan otentik, bahwa para pengusaha kecil (pedagang) sebagaimana yang terjadi di Jatinom, Klaten, mereka adalah penganut Islam yang berpaham modernis, yang berhasil menerjemahkan paham keagamaannya menjadi paham keagamaan yang reformis, sehingga
99
Taufik Abdullah ed, Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, 1979, hal. 9 100 Muhammad Sobary, Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal. 16 101 Ibid, hal. 17
xcvii
sangat mendorong bagi terciptanya kesuksesan usaha yang mereka jalankan.102 Jadi etos kerja Islami merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama menghasilkan etos kerja Islami sehingga dengan pedagang mampu meningkatkan kesejahteraan
hidupnya
baik
dunia
maupun
akhirat.
Sebagaimana tergambar dalam tabel di bawah ini: Tabel 5. DAMPAK ETOS KERJA ISLAMI TERHADAP KESEJATERAAN PEDAGANG NO
Nama
Tingkat Kesejahteraan Terpenuhinya kebutuhan Penjual Menjual Souvenir Hj. Karti primer, membayar zakat, pakaian dan Pakaian dan haji Memiliki kendaraan roda empat, mampu Penjual Memiliki H. Marjo souvenir penginapan dan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, dan kecil Kios Souvenir berangkat haji beserta istri. Penjual Pakaian Kondisi rumah sudah Penjual Anak-anak, bangunan beton, memiliki Hj. Dilah makanan Wanita, dan Pria kendaraan roda dua, dan khas serta menyediakan telah melakukan haji Makanan Khas Mampu memenuhi Penjual Penjual Pakaian, kebutuhan pangan, sandang, Hj. souvenir di Souvenir, dan dan papan, mempu Suntiroh membayar zakat, dan trotoar jalan Makanan Khas berangkat haji Meneruskan Menyekolahkan anaknya usaha orang Penjual Souvenir hingga perguruan tinggi, Hj. Rasmi tua dengan dan memiliki terpenuhinya fasilitas rumah berjualan Rumah Makan tangga, dan bisa membayar souvenir zakat. Sumber: Hasil Penelitian Diolah Tahun 2011
1
2
3
4
5
Usaha Awal
Usaha Sekarang
102
Irwan Abdullah, The Muslim Bussinessmen of Jatinom: Religious Reform and Economic Modernization in a Central Java Town, Amsterdam: University of Amsterdam, 1994, hal. 147
xcviii
BAB V PENUTUP
L.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian analisa etos kerja pedagang muslim di sekitar makam Kadilangu (Sunan Kalijaga) Demak serta dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan, sebagai berikut : 1.
Etos kerja yang dimiliki para pedagang berdasarkan hasil penelitian tergolong sangat tinggi terlihat dari sembilan indikator etos kerja Islami yang mereka miliki, dalam menjalankan usahanya pedagang memegang teguh etos kerja yang dimiliki. Terdapat kesamaan yang erat antara etos kerja para pedagang dengan ciri etos kerja Islami dari hasil penelitian, hal ini dikarenakan daerah Demak yang menyatakan sebagai Kota Wali dan Kota Santri benar-benar dihayati dan dijalankan oleh para pedagang sehingga etos kerja mereka mencerminkan etos kerja Islami. Sebagaimana tercermin dari sembilan pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam etos kerja Islami. Diantaranya adalah: a.
Sifat
ikhlas
dalam
menjalankan
usaha,
jujur
dalam
menyampaikan produk yang dijual, bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi barang atau jasa yang ditawarkan, serta istiqomah dengan usaha yang dijalani para
xcix
pedagang menjadi modal dasar untuk memulai langkah maju dalam berwirausaha. b.
Kemudian di perkokoh dengan sikap hidup berhemat, berprinsip wiraswasta dalam jiwa para pedagang, berusaha memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap konsumen dengan
menjalankan
prinsip
menjaga
kesehatan
dan
kandungan gizi yang ada pada makanan, pantang menyerah dalam menghadapi setiap problematika usaha dan tetap tangguh dengan cobaan yang diberikan Allah SWT, serta menjalin silaturahmi seluas mungkin dengan para konsumen, sesama pedagang dan para supleyer merupakan pondasi yang kokoh dalam usaha yang menjadikan etos kerja para pedagang. c.
Para pedagang dalam menjalankan usahanya berpegang pada ajaran agama sehingga semangat atau etos kerja yang mereka tampilkan tidak bisa terlepas dari substansi ajaran Islam yang diwujudkan dalam kegiatan ekonomi.
2.
Adanya dampak langsung etos kerja terhadap tingkat kesejateraan pedagang disekitar makam Sunan Kalijaga secara nyata terlihat dari kondisi para pedagang di lapangan. Sebagaimana hasil penelitian ini
menemukan kesejahteraan
pedagang secara
langsung mampu membawa mereka mencukupi kebutuhan dunia dan akhiratnya yaitu:
c
a.
Kesejahteraan yang bersifat duniawi meliputi kecukupan pedagang dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka yang sesuai dengan kucukupan 4 sehat 5 sempurna, memiliki rumah hunian sendiri yang layak ditempati dan standard sebagai tempat tinggal, adanya fasilitas rumah tangga yang mendukung seperti mobil, motor, alat masak, alat cuci, sumur dan lain-lain, mampu menyekolahkan putra-putrinya hingga jenjang yang lebih tinggi, tercukupi kebutuhan pakaian, dan terpenuhinya kebutuhan kesehatan para pedagang beserta keluarganya.
b.
Sedangkan untuk kesejahteraan akherat atau dalam arti mereka mampu memberikan manfaat terhadap sesama muslim yaitu para pedagang yang dijadikan responden telah menunaikan ibadah haji baik sendiri maupun beserta istrinya, menyiapkan dana untuk memberikan infaq dan shodaqoh dari hasil usahanya, dan tiap tahun para pedagang mampu mengeluarkan zakat mallnya.
c.
Dampak tidak langsung dari etos kerja para responden terhadap kesejahteraan sosial memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan disekitarnya, diantaranya adalah terbentuknya koordinator para pedagang untuk menjembatani segala permasalahan para pedagang secara umum untuk meningkatkan kejejahteraan secara merata, adanya upaya
ci
untuk mendayagunakan hasil dari infaq, shodaqoh dan zakat pada sasaran yang tepat diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian kaum mustahiq dan memberikan layanan pendidikan yang layak terhadap anak yang tidak mampu bersekolah.
M. Saran Kesimpulan yang peneliti temukan dari hasil penelitian memberikan kami beberapa tawasan Sebagai saran untuk menjaga dan mengembangkan yang sudah ada, yaitu: 1.
Adanya etos kerja yang dimiliki responden membuktikan adanya efek langsung terhadap seseorang, hal ini perlu adanya sosialisasi melalui program-program yang tepat guna oleh koordinator pedagang kepada pedagang lain yang masih terbilang belum memiliki etos kerja yang tinggi.
2.
Peningkatan keimanan dan ketaqwaan harus selalu di ceramahkan dalam setiap kegiatan keagamaan dengan menitik beratkan pada keseimbangan antara ajaran agama dengan kemaslahatan dunia.
3.
Pemanfaatan dari hasil kesejahteraan yang telah dirasakan seperti hasil shodaqoh, infaq, dan zakat dikelola dengan baik sehingga mampu mengentaskan para mustahiq zakat menjadi muzakki pada waktu yang akan datang.
cii
4.
Pendayagunaan dari hasil meningkatkan
mutu
shodaqoh, infaq, dan zakat untuk
pendidikan,
jaminan
kesehatan
dan
memberikan bantuan kebutuhan pokok dari masyarakat bawah. 5.
Meneruskan ajaran-ajaran Walisongo dalam sendi masyarakat yang lebih luas tidak hanya di wilayah Kadilangu melainkan seluruh wilayah Demak sebagai perwujudan dari Kota Santri yang membawa kemaslahatan didunia dan keselamatan diakherat.
N.
Penutup Dengan mengucap alhamdulillahirabbil ‘alamin, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis bisa menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S.1). Dengan bentuk, isi, maupun sistematika yang masih belum sempurna, penyusun mengharapkan saran yang arif dan kritik yang konstruktif guna penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi yang telah dibuat akan membawa manfaat yang nyata untuk kita semua dalam rangka membangun perekonomian berbasis syari’ah terutama program kewirausahaan berbasis masyarakat bawah menengah sebagai pilar perekonomian bangsa. Amin.
ciii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. The Muslim Bussinessmen of Jatinom: Religious Reform and Economic Modernization in a Central Java Town. Amsterdam: University of Amsterdam. 1994. Abdullah, Taufik ed. Agama, Etos Kerja, dan Perkembangan Ekonomi. Jakarta: LP3ES. 1979. Abdulsyani. Sosiologi Skematika, Teori, danTerapan. cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara. 2002. Achamad, Imam. Musnad Achmad. Maktabah Syamilah. Bairut: Juz 3. hadist 1354. th. Al-Qardhawi, Yusuf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakerta: Robbani press. 1997. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Yayasan Penyelenggara Penerjemah AlQur'an. Al-Qur'an dan Terjemahnya dengan transliterasi. Semarang: PT. Karya Toha Putra. 1998. Anwar, Moch. Khoirul. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro (Studi Tentang Eksistensi Bayt al-Maal wa al-Tamwiil dan Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pemberadayaan Ekonomi Umat di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur). Tesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 1996. Arraiyyah, M. Hamdar. Meneropong Fenomena Kemiskinan: Telaah Perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. Koleksi Hadis-hadis Hukum. Juz 7. Ed. 2. Cet. 3. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001.
civ
Azizy, A. Qodri. Membangun Fondasi Ekonomi Umat; Meneropong Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2004. Azra, Azyumardi dkk. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. cet. 3. Jakerta: Deperteman Agama RI. 2002. Baidlowi, Zakiyudin. Dakwah Kultural Muhammadiyah. Surakarta: Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran. 1995. Boatwright, J. R. dan Slate, J. R., Work Ethic Measurement of Vocational Students in Georgia. Journal of Vocational Education Research. vol.25 (4). 2000. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JVER/v25n4/boatwright.html.
data
diunduh
pada tanggal 15 April 2011. Budiman, Arief. Agama Demokrasi dan Keadilan. Makalah. Semarang: IAIN Walisongo. 1993. Bukhori, Mochtar. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Tirta Wacana Yogya. 1989. Burhan, Umar. Memberdayakan Ekonomi Umat : Suatu Kajian Konsepsional dalam Beberapa Bukti Empiris. Jurnal Lintasan Ekonomi. Malang: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 1997. Chodjim, Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Yogyakarta: Serambi. 2004. Crapps, Robert W. Dialog Psikologi dan Agama, Sejak William James Hingga Gordon W. Allport. Terjem. Yogyakarta: Kanisius. 1993. Fadhely, Mohamad. Meneropong Kehidupan Ekonomi Umat Islam. Peradapan Islam. Kapitalis Budaya Cina di Indonesia. Jakarta: Golden Press. 1995. Faisal, Sanipah. Format-Format Penelitian Sosial. Dasar-Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali. 1992.
cv
Fathoni, Abdurrahman. Metode Penelitian dan Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Firmansyah. Etos Kerja Sektor Informal Pedagang Kaki Lima. Penelitian Individual. Surabaya: Unbraw. 1994. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Fak. Psikologi UGM. 1975. Harsono, Jusuf dan Slamet Santoso. Etos Kerja Pengusaha Muslim Perkotaan di Kota Ponorogo. Jurnal Penelitian Humaniora. Edisi Khusus. Juni 2006. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 2006. Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Anggota IKAPI. 2002. Hasibuan, Malayu SP. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed. Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. 2001. Hill. What is Work Ethic?. On-Line Lessons. 1999. data diunduh pada web http://www.coe.uga.edu/workethic/less2.htm. tanggal 15 April 2011. Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. cet. 2. Bandung: Alfabeta. 2010. Ismail, Munawar. Islam Kapitalisme dan Sosialisme. Studi Komperatif Sistem Ekonomi. Jurnal Lintasan Ekonomi. Edisi khusus Januari-April. Malang: Lembaga Penerbit FE Unibraw. 1997. Kidron A. Work Values and Organization Commitment. Academy on Management Journal 21. 1978. Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi, Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. Kossen, S., Aspek Manusiawi dalam Organisasi. edisi 3. Jakarta: Erlangga. 1986.
cvi
Lubis, Mochtar. Etos Pers Indonesia. Jakarta: Prisma. No. 11. 1978. Magnis, Frans Von. Menuju Etos Pekerjaan yang Bagaimana. Jakarta: Prisma. No. 11. 1978. Moeliono, Anton M. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1999. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. cet. IV. 1993. Natsir, Nanat Fatah. Etos Kerja Wirausahawan Muslim. Bandung: Gunung Djati Press. 1999. Nawawi, Hasan. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Cet II. 1995. Prawiro,
Radius.
Pergulatan
Indonesia
Membangun
Ekonomi,
Pragmatisme dalam Aksi. ed. Revisi. Jakarta: PT. Primamedia Pustaka. 2004. Riggio, Ronald E. Introduction to Industrial/Organizational Psychology. Third Edition. Printice Hall. Upper Saddle River. New Jersey 07458. 2000. Saini. Hubungan Ibadah Ritual Dan Etos Kerja Karyawati Yang Berdomisili di Pondok Pesantren (Studi Kasus Karyawati PT. Golden Flower Di Ungaran Kab. Semarang). Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2004. Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat. Metode Penelitian. Bandung: Mandar Maju. 2002. Shihab, Alwi. Islam Inklusif ;Menuju Sikap terbuka Dalam Beragama. Bandung: Mizan. 1997. Sobary, Muhammad. Etika Islam: Dari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial. Yogyakarta: LKiS. 2007. Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 1991.
cvii
Sukiyanto, Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah. Studi Kasus Di Desa Sidomulyo. Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang. Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang. 2000. Suparlan, Parsudi. Kebudayaan dalam Pembangunan. Jakarta: Majalah Dialog Departeman Agama RI. no 21. 1986. Suyadi.
Buku
Pegangan
Bimbingan
Konseling
Untuk
PAUD.
Yogyakarta: Diva Press. 2009. Tasmara, Toto. Membudayakan Etor Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani Press. 2002. Tim Penyusun BPS Kabupaten Demak. Demak Dalam Angka tahun 2007. Demak: Badan Pusat Statistik dan Litbanglahtasipda Kabupaten Demak. 2008 Tirmidzi, Imam. Sunan At Tirmidzi. Maktabah Syamilah. Bairut.Juz 3. hadist 321. th. Usman, A. H. Kahar. Aplikasi Penelitian Kuantitati dan Kalitatif. Kudus: Stain. 2006. Usman, Sunyoto. Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. 1998. Yusuf, Joni. Pemikiran Muhammad Yunus tentang Pengentasan Kemiskinan Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008.
cviii
Lampiran A.
Transkip Wawancara untuk Etos Kerja Islam para pedagang 26. Apakan Bapak/Ibu sering menyisihkan uang untuk kebutuhan yang tidak terduga maupun kebutuhan agama seperti zakat/haji? a.
Hj. Karti : Tentu saja saya akan menyisihkan uang hasil usaha saya, karena akan saya gunakan untuk cadangan sewaktu-waktu jika kebutunan mendadak seperti biaya pengobatan ketika sakit, urusan keluarga dan lainnya, serta akan saya tabungan untuk hari tua saya, kebutuhan pendidikan anak yang semakin meningkat.
b.
H. Marjo : Setiap orang tentunya butuh tabungan untuk dirinya, ajaran Islam juga mengajarkan umatnya untuk menabung sebanyak mungkin untuk kebutuhan akhiratnya, dunia merupakan lahan untuk mencari bekal akhirat, maka sudah semestinya saya sebagai seorang muslim melaksanakan ajaran agama tidak hanya untuk akhirat saja, tetapi untuk kebutuhan dunia pula. Saya juga menyiapkan uang zakat saya setiap bulan dari hasil pembukuan keuangan, hal ini agar pada saat dikeluarkan tidak terkendala.
c.
Hj. Dilah : Barang-barang yang saya jual tidak semuanya saya bayar di awal, sehingga saya membutuhkan tabungan untuk membayar kepada suplayer pada saat jatuh tempo, saya juga gunakan untuk biaya pendidikan anak-anak saya, menunaikan ibadah haji dan untuk menambah modal usaha agar semakin berkembang. Untuk zakat karena masih sedikit yang saya keluarkan, saya hitung diakhir tahun berdasarkan pendapatan bulanan yang saya dapat.
d.
Hj. Suntiroh : Saya suka hidup apa adanya, tidak usah berfoyafoya, karena semua akan dipertanggung jawabkan kelak, maka sisa dari pendapatan setelah memenuhi kebutuhan harian saya tabung untuk kebutuhan nanti, saya juga ingan menyiapkan modal untuk anak saya yang ingin berwirausaha, saya naik haji dulu juga
cix
dengan menabung dari sedikit dan mempunyai tekat yang kuat untuk melaksanakan ibadah haji. e.
Hj. Rasmi : Pendapatan yang saya terima akan saya sisihkan sebagian sebagai tabungan dan mengajarkan anak-anak saya untuk terbiasa hidup hemat. Hidup ini tidak bisa diprediksi oleh manusia, sehingga membutuhkan cadangan untuk menjaga kebutuhan mendadak, serta adanya tabungan akan meringankan diri kita, saya juga menghitung besaran zakat tiap bulan, karena masih terlihat sedikit jika bulanan dan tidak merasa terbebani pada saat dikeluarkan. Sebagai orang tua, memiliki kewajiban untuk masa depan anaknya sehingga tabungan saya prioritaskan untuk itu.
27. Dalam menjalankan usaha yang Bapak/Ibu geluti apakah didasari dengan rasa ikhlas? a.
Hj. Karti : Apa yang diberikan Allah adalah rizki yang terbaik untuk saya dan keluarga, sehingga apapun yang saya dapatkan dari hasil berjualan saya terima dengan ikhlas, itu sudah menjadi sifat saya menerima apa yang saya miliki saat ini dan nanti. Saat menjalankan usaha ini saya jalankan semampu saya dengan rasa ikhlas dan pasrah kepada Allah SWT.
b.
H. Marjo : Saya bekerja dengan niat ibadah untuk menafaqahi keluarga dan menggunakan hasilnya sesuai ajaran Islam, sedangkan yang menjadi pembeli souvenir dan yang menginap di penginapan kebanyakan adalah peziarah yang merupakan tamu dari salah satu wali Allah SWT, mereka melakukan ibadah sesuai perintah agama, sehingga sudah menjadi kewajiban saya untuk memberikan pelayanan yang baik sebagai tuan rumah yang didatangi dengan keikhlasan. Saya yakin pertemuan saya dengan pembeli atau yang menginap merupakan karunia Allah SWT Sebagai wasilah kami untuk mendapatkan ridhoNya.
cx
c.
Hj. Dilah : Saya akan selalu berusaha untuk ikhlas dalam menjalankan usaha perdagangan ini, ya kerena banyak orang yang saya temui dan berbagai macam karakter sehingga perlu kesabaran dan keikhlasan. Seringkali para pembeli dengan sesuka hati menawar harga barang tanpa menghitung harga dasar dari barangnya, mereka menganggap bahwa para pedagang sengaja meninggikan harganya untuk meraup untung sebanyak mungkin karena tempatnya di wilayah wisata. Padahal saya berusaha memberikan harga yang murah agar konsumen puas dengan mengambil untung yang minim.
d.
Hj. Suntiroh : Tentu saya ikhlas menjalankan pekerjaan ini, karena ini merupakan usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan, sehingga mau tidak mau saya harus ikhlas, kalau tidak tentu saya sudah pindah kerjaan, kerena tidak sedikit pembeli yang sering membuat hati saya terasa sakit dengan apa yang mereka lakukan, meskipun demikian banyak juga yang menghargai saya sehingga saya tetap bertahan disini dengan memegang teguh rasa ikhlas.
e.
Hj. Rasmi : Alhamdulilah keikhlasan masih bisa saya pegang dalam menjalankan usaha, kerena saya yakin sifat ikhlas akan memberikan manfaat yang positif bagi saya dan keluarga. Banyak sekali cobaan yang selalu menyertai dalam berdagang, kadang coaan dari para pembeli, kadang datang dari pemasok, kadang muncul dari keluarga, bahkan dari diri sendiri, semua itu saya ambil hikmahnya dan tetap ikhlas.
28. Banyak sekali pedagang yang demi keuntungan sesaat mereka tidak berlaku jujur, bagaimana dengan Bapak/Ibu, apakah menjungjung tinggi kejujuran dalam menjalankan usaha? a.
Hj. Karti : Prinsip saya adalah dengan mengatakan harga beli dari suplayer dan menawarkan margin keuntungan kepada calon konsumen yang akan membeli, sehingga dari sini akan terjadi transaksi yang saling ridho dan saya yakini akan membawa
cxi
barokah serta manfaat untuk keluarga dan pembeli. Bagi saya sifat jujur akan membawa hasil yang diperoleh adalah pendapatan yang halal karena saya yakin itu, sehingga ketika digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga akan tercipta keluarga yang sakinah. b.
H. Marjo : Jujur adalah prinsip saya dalam berdagang, kerena saya berdagang kepada sesama muslim, dan sesama muslim harus saling menyayangi dan mengasihi, maka dari itu saya akan berusaha memegang ajaran itu dengan berprilaku jujur terhadap konsumen, saya juga menjaga harta yang saya dapatkan harus bersumber hari usaha yang halal dan tanpa adanya kebohongan.
c.
Hj. Dilah : Dalam menjalankan usaha apapun jika ingin terus berputar dan meningkatkan usaha harus mempunyai sifat jujur dalam menjalankan usaha, kejujuran ini diterapkan untuk suplayer dan konsumen, dengan sifat jujur kita akan dipercaya oleh suplayer untuk menyetok barang maupun makanan yang akan kita jual. Sedangkan kejujuran pada konsumen akan mendatangkan banyak rizki, karena sekali konsumen percaya kita berlaku jujur maka mereka akan dengan senang hati mengajak teman serombongannya untuk berbelanja di ruko kami. Hal ini juga sesuai dengan ajaran Islam yang mewajibkan para pedagang untuk berlaku jujur.
d.
Hj. Suntiroh : Saya tidak mau kehilangan konsumen saya, karena mareka adalah sumber dari mata pencaharian saya dan keluarga, karena yang menjadi konsumen tetap adalah mereka yang pernah membeli di tempat saya dan kembali lagi saat mereka berziarah, sehingga saya selalu menerapkan kejujuran dalam bedagang, hasilnya konsumen yang pernah datang akan kembali dengan membawa tetan-temannya, alhamdulillah saya mensyukiri hal itu.
e.
Hj. Rasmi : Ajaran agama yang mewajibkan saya untuk selalu jujur dalam bekerja akan saya pegang teguh untuk menjaga dan
cxii
menjalankannya, saya tidak mau harta yang saya dapatkan merupakan hasil yang haram kerena berbohong kepada pembeli maupun suplayer terlebih lagi kepada Allah yang maha mengetahui, maka untuk menjaganya tidak hanya dari kegiatan usaha tetapi harta yang saya keluarkan untuk zakat juga akan saya hitung agar tidak kurang dan saya tambahkan sedikit untuk menjaga kesucian harta yang kami gunakan sekeliarga. 29. Berapa lama Bapak/Ibu berjualan disini, apakan Bapak/Ibu pernah bergonta-ganti tempat maupun barang yang di jual atau Bapak/Ibu istiqomah dengan apa yang selama ini dilakukan? a.
Hj. Karti : Saya berjualan disini sudah lebih dari lima belas tahun, hal ini saya pertahankan karena usaha ini merupakan sumber pendapatan dari keluarga saya, dari awal saya tidak pernah bergonta-ganti tempat maupun barang yang saya jual, karena dari tahun-ketahun saya memiliki pelanggan yang selalu datang ketempat saya sehingga saya pertahankan tempat ini hingga nanti. Saya pun selalu menambag macam barang dagangan saya agar konsumen meresa tercukupi kebutuhannya di kioas ini.
b.
H. Marjo : Tahun 1985 saya memulai usaha ini, dalam perjalannya saya merasakan berdagang adalah sumber mata pencaharian saya dan keluarga, maka untuk menambahkan modal akhirnya saya jual sawah. Dulu harga sawah masih sangat murah sehingga uang yang saya dapatkan juga sedikit, makanya saya mulai dari menjual souvenir yang tentunya jumlahnya tidak seberapa, alhamdulillah rumah saya memang berada di sini sehingga saya tidak perlu berganti-ganti tempat, saya akan pertahankan usaha ini hingga anak-anak saya menggantikan posisi, sekarang saya sudah memiliki penginapak sehingga anakanak sudah saya serahi tugas untuk membantu bekerja di sini.
c.
Hj. Dilah : Usaha saya ini sudah berusia 22 tahun, dalam menjalankan usaha saya mengambil kreditt dari bank, sehingga
cxiii
tidak mungkin saya berganti tempat, dari awal saya memang sudah berada di sini karena tempat ini terbaik untuk saya gunakan sebagai berdagang. Awalnya saya hanya menjual makan khas saja dan terus saya pertahankan agar tetap bisa menopang ekonomi keluarga, kemudia saya kembangkan dengan berjualan pakaian baik anak-anak, wanita dan pria hal itu setelah saya dapatkan pinjaman dari bank. d.
Hj. Suntiroh : Saya tidak pernah berganti lokasi maupun mengurangi barang yang saya jual, karena usaha ini merupakan sumber utama pendapatan keluarga, saya selalu mempertahankan dan menjaganya walaupun keseharian keluarga saya hidup dalam keadaan yang sederhana, saya tidak ingin bermewah-mewah dan pada akhirnya mengurangi modal usaha. Saya berjualan mulai tahun 1988, berarti sekarang sudah berjalan 23 tahun, alhamdulillah sudah selama itu usaha ini masih berdiri dan saya persiapkan untuk masa depan anak saya.
e.
Hj. Rasmi : Awalnya saya hanya berjualan souvenir saja warisan dari orang tua, pada saat awal jualan ruko ini masih berukuran kecil, sifat istiqomah dan pantang menyerah selalu saya pegang teguh dan akhirnya saya berhasil memajukan usaha penjualan souvenir. Setelah saya anggap sukses, lalu memulai menambah produk yang dijual yaitu pakaian, fase-fase awal bejualan pakaian jumlah barang saya sangat terbatas hal ini dikarenakan modalnya pas-pasan dan relasi untuk produsen pakaian masih terbatas. Lambat laun berjalan alhamdulullah dengan sikap istiqomah saya mampu bertahan dan semakin besar dan usaha pakaian yang saya jual semakin bervariasi, sekarang berbagai motif dan gaya pakaian semakin lengkap dan sudah banyak merek dari produsen pakaian muslim terpajang di ruko, relasipun bertambah banyak dan sekarang sistem yang saya gunakan dalam menjual pakaian adalah konsinasi, dimana produsen menitipkan barangnya kepada
cxiv
saya dan dalam jangka waktu yang disepakati baru saya lakukan pembayaran atas barang titipan tadi. 30. Apakah Bapak/Ibu merasa bertanggung jawab penuh dengan barang yang Bapak/Ibu jual hingga sampai dibeli konsumen? a.
Hj. Karti : Barang yang saya jual tidak barang yang akan busuk, karena bagan dasarnya bukan dari makanan, sehingga lebih lahan lama.
Berkaitan
dengan
tanggung
jawab
saya
terhadap
konsumen,itu sudah pasti saya miliki, karena tanpa adanya tanggung jawab tentu saya tidak akan dipercaya oleh konsumen dan saya juga tidak akan dipercaya suplayer untuk menjual produknya, maka dari awal perjenjian saya dengan suplayer saya utarakan jika ada barang yang rusak dari proses produksi saya akan kembalikan, dan kalau yang merusaknya saya, maka saya beli sendiri, tapi kalo yang merusaknya konsumen ya mereka yang harus bertanggung jawab. b.
H. Marjo : Setiap apa yang saya lakukan nanti di akhirat akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah, saya selalu berusaha untuk menjaga barang yang saya jual layak untuk konsumen, karena alasan tadi. Sehingga setiap barang dagangan saya ini, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan saya berhati-hati dalam mengambil barang yang akan saya jual dari pemasok, setiap barang yang saya anggap tidak layak untuk dijual saya akan mengumpulkannya dan akan saya kempalikan pada pemasoknya untuk ditukar dengan barang baru yang baik.
c.
Hj. Dilah : Tentu saja saya akan bertanggungjawab dengan apa yang saya jual, saya selalu memberikan kesempatan konsumen untuk memilih apa yang akan mereka beli, namun sebelumnya saya mengecek kualitas barang yang saya jual terutama makanan, karena makanan memiliki masa tertentu,maka dari itu kelayakan makanan akan saya utamakan agar konsumen tidak mengalami gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi makanan dari tempat
cxv
saya. Saya takut jika kehilangan konsumen dan lebih takut lagi dengan hukuman Allah karena telah melakukan hal yang berdosa. d.
Hj. Suntiroh : Saya akan bertanggung jawab terhadap produk yang dijual di sini, terutama produk makanan, dimana kualitas makanan memang menjadi prioritas saya selain kehalalan makanan, karena peziarah yang sering saya lihat adalah peziarah yang dalam kurun waktu tertentu akan kembali melakukan ibadah ziarahnya lagi.
e.
Hj. Rasmi : Saya ingin konsumen merasa puas telah membeli di tempat saya, dan makan di warung saya, maka kualitas makanan yang saya sediakan akan selalu saya jaga. Saya memiliki cara khusus agar makanan saya tetap awet meskipun sudah lewat satu hari, dan tentunya masih sehat untuk di makan oleh peziarah, resep khusus yang saya miliki juga akan mempengaruhi rasa dari makanan
yang
saya
jual,
pemilihan
bumbu-bumbu
yang
berkualitas dan tetap mempertahankan biaya produksi agar tetap terjangkau. 31. Apakah Bapak/Ibu selalu semangat dalam menjalankan usaha ini dan berusaha mengembangkannya? a.
Hj. Karti : Saya bukan keturunan padagang yang telah membuka usaha terlebih dahulu, pada awalnya saya tidak mempunyai cukup modal untuk membuka usaha yang besar. Karena hasil bertani semakin tidak mencukupi kebutuhan, saya membuka usaha ini dan memperoleh
modal
dari
penjualan
sawah.
Saya
melihat
perkembangan perdagangan di kawasan Makam Sunan Kalijaga sangat menjanjikan dikemudian hari. Saya selalu semangat karena dibantu suami. Hasil dari kerja keras meski kondisi modal yang pas-pasan, usaha saya semakin berkembang dengan pesat dari produk yang dijual sedikit dan bentuknya hanya beberapa macam menjadi produk berbagai macam dan banyak baik souvenir maupun pakaian.
cxvi
b.
H. Marjo : Saat ini ruko saya terbilang cukup besar serta ada penginapannya, semua karena kerja keras. Dalam menjalankan usaha saya dibantu istri dan anak-anak, alhamdulillah saya punya rumah yang juga berdampingan dengan penginapan, selain itu ada ruko sebagai tempat berjualan souvenir. Adanya dorongan dari keluarga dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga saya selalu menjalankan usaha dengan baik.
c.
Hj. Dilah : Pantang menyerah dan semangat adalah modal utama bagi saya untuk memulai usaha dan mempertahankannya, meskipun demikian tidak saya pungkiri peran penting uang yang menyokong usaha saya. Namun semangat untuk mempertahankan dapur biar tetap mengebul adalah dasar saya dalam menjalankan usaha ini.
d.
Hj. Suntiroh : Keberadaan suami dan anak-anak memberikan semangat kepada saya untuk menjalankan usaha keluarga, saya ingin usaha ini terus berkembang dan semakin besar untuk modal anak-anak saya nanti. Saya selalu teringan masa-masa sulit dulu, saya tidak ingin anak-anak saya mengalaminya, sehingga saya selalu
semangat
dan
mendidik
anak
untuk
terus
maju
mengembangkan usaha tanpa mengenal lelah. e.
Hj. Rasmi : Saya selalu mengumpulkan uang untuk modal dalam mengembangkan usaha, saya bermula dari meneruskan usaha yang telah digeluti oleh orang tua dengan berjualan souvenir, akhirnya
saya
meneruskan
memutuskan
usaha
keluarga
untuk karena
berwiraswasta terlihat
dengan
menjanjikan
keuntungan sebagai tambahan untuk biaya kebutuhan kelurga. Alhamdulillah saya ditunjang dengan modal yang mencukupi, berupa kios yang telah terisi berbagai bentuk souvenir, tetapi tanpa memiliki semangat kerja saya tidak akan seperti sekarang. Jumlah produk yang dijual berupa pakaian muslim untuk anakanak wanita, dan laki-laki semakin bertambah. Saya ingin sekali
cxvii
menngembangkan usaha, maka saya kumpulkan modal dan akhirnya terwujud dengan mendirikan rumah makan sekitar tahun 2000an. 32. Apakah barang yang Bapak/Ibu jual benar-benar Bapak/Ibu perhatikan tingkat kesehatan atau kandungan gizinya bagi konsumen? a.
Hj. Karti : Saya tidak begitu paham dengan barang-barang yang tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia, karena saya bukan pengrajinlangsung, maka dari itu souvenir yang saya jual kebanyakan berbahan dasar kayu yang tentunya aman untuk manusia terutama anak-anak, serta pakaian yang dari kain katun, sehingga saya yakin barang yang saya jual tidak akan mengganggu kesehatan konsumen.
b.
H. Marjo : Saya selalu dijaga kebersihan penginapan dan menegakkan peraturan yang tegas bagi para pengunjung untuk selaku manjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, ketika kondisi penginapan kumuh tentu peziarah tidak akan menggunakan jasa saya, serta lokasi peginapak yang memang berdampingan dengan kediaman saya sehingga akan berdampak langsung dengan kesehatan keluarga saya apabila kondisi penginapan tidak sehat. Oleh karenanya lingkungan yang sehat merupakan prioritas bagi saya.
c.
Hj. Dilah : Makanan khas yang saya jual biasanya bertahan maksimal 6 bulan, maka dari itu sama jaga waktu kadaluarsanya, dan maksimal bagi saya adalah 3 bulan dari waktu pembuatan, lebih dari itu saya kembalikan pada pemasoknya dan saya tukar dengan barang baru, hal ini saya lakukan untuk menjaga rasa dan menjaga kesehatan bagi konsumen, saya pernah mengalami sendiri waktu membeli makanan yang sudah kada luarsa dan penjualnya tidak mau bertanggung jawab, untunglah dulu hanya rasanya yang tidak enak dan tidak berakibat keracunan, dari situ saya sadar dengan segala makanan yang saya jual.
cxviii
d.
Hj. Suntiroh : saya menjual souvenir, pakaian, dan makanan khas, dari 3 produk tadi yang paling utama saya jaga agar tidak mengganggu kesehatan adalah makanan khas, sedangkan untuk souvenir dan pakaian saya tidak tahu pastinya, Cuma saya pernah dengar berita kalau mainan dari China berbahaya untuk kesehatan karena unsur apa gitu, maka dari itu saya tidak berani menjual mainan dari China.
e.
Hj. Rasmi : Maksimal makanan yang saya jual bertahan selama 3 hari, lebih dari itu saya akan buang karena sudah tidak baik lagi. Maka sekarang makanan olahan yang saya siapkan tidak pernah banyak, saya selalu menyiapkan dalam waktu maksimal 2 hari harus habis, dan diganti dengan makanan yang baru, dari situ saya yakin makanan yang saya jual menyehatkan.
33. Dalam
menghadapi
masalah
usaha
bagaimana
Bapak/Ibu
menyelesaikannya? a.
Hj. Karti : Saya selalu menghadapi permasalahan yang ada dalam usaha ini dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan baik, keberadaan keluarga sangat membantu terselasainya semua permasalahan yang terjadi, namun demikian ketika berkaitan dengan orang lain disini sudah dibentuk koordinator pedagang yang akan menjembataninya.
b.
H. Marjo : Selalu sabar dan pasrah dengan segala ujian dari Allah adalah pegangan hidup saya, maka ketika terjadi permasalahan pada usaha saya, sebisa saya akan berusaha menyelesaikannya, manum disini telah dibentuk koordinator pedegang yang telah siap untuk membantu segala permasalahan.
c.
Hj. Dilah : Seingat saya sekitar tahun 2000an koordinator pedagang dibentuk, hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas para pedagang dan sebagai wadah pedagang untuk melekukan musyawarah,
dari
situ
saya
selalu
melaporkan
segala
permasalahaan yang terjadi pada usaha saya, dan hasil
cxix
rembukannya
akan
bermanfaat
untuk
menyelesaikan
permasalahan yang terjadi. d.
Hj. Suntiroh : Permasalahan yang sering saya alami akan saya selesaikan dengan prinsip kekeluargaan, namun ketika tidak ditemukan jalan tengah, maka saya akan mengusulkan untuk mengambil orang luar yaitu koordinator pedagang yang memang sudah menjadu tugas mereka. Di sini jarang sekali permasalahan yang dibawa sampai kepolosi, tetapi sering selesai dengan prinsip keluarga, kecuali masalah yang memang muncul akibat kejahatan, itu lain lagi penyelesaiannya.
e.
Hj. Rasmi : alhamdulilah saya merasa jarang sekali mengalami permasalahan dengan pihak lain, namun kalau masalah dalam diri saya sendiri ya sering, misalnya uang untuk belanja kurang, atau pendapatan berkurang. Biasanya saya hanya membicarakan kepada pedagang yang adda disekitar sana mengenai kondisinya, dengan begitu saya bisa melihat apa yang terjadi, seumpama saya yang paling sedikit pendapatannya akan melakukan langkah baru agar setabil lagi.
34. Apakah setiap konsumen yang pernah membeli di toko Bapak/Ibu ketika bertemu lagi Bapak/Ibu sapa dan mengigatkan pernah saling kenal? a.
Hj. Karti : Setiap pembeli yang pernah mapir di tempat saya, pasti saya kenal orangnya jika datang lagi berziarah, karena saya selalu menanamkan keramahan dan berusaha menjalin silaturahmi dengan mereka. Keakraban dan kehangatan yang saya tawarkan akan dirasakan konsumen berada di tengah keluarganya sendiri, hal ini akan memberikan saya dan konsumen saling mengenal dan akrab. Dengan begituakan terjalin hubungan biak dan konsumen tanpa kita banyak tawari akan datang sendiri kepada saya seolah saya adalah keluarganya.
b.
H. Marjo : Saya memiliki pelanggan penginapan yang selalu saya jalin komunikasi dengan pelanggan, bahkah setiap sampai di Kota
cxx
Demak rombongan dari pelanggan saya selalu memilih waktu malam hari sehingga bisa beristirahat di penginapan saya, selain itu ada pelanggan yang menghubungi saya terlabih dahulu untuk memesan tempat menginap. Saya menganggap kesuksesan akan dapat diraih dengan menjalin hubungan silaturahmi dengan konsumen sebagaimana ajaran Islam yang menyebutkan bahwa seorang mukmin yang menyambung silaturahmi sesama muslim akan dimudahkan rizkinya oleh Allah SWT, selain itu pelayanan yang baik juga akan memberikan efek positif untuk lebih mempererat konsumen untuk menjadi pelanggan yang setia. c.
Hj. Dilah : Saya seringkali menyapa peziarah yang kerap datang kemakam Sunan Kalijaga dan pernah membeli di tempat saya, hal ini menjadikan hubungan silaturahmi yang baik antara saya dan konsumen, sehingga menjadikan pelanggan yang setia dan mengajak saudara, teman dan kerabatnya untuk membeli makanan khas untuk oleh-oleh keluarga dirumah di kios saya, bagi saya silaturahmi akan mempermudah untuk mendaparkan rizki yang halal dan barokah.
d.
Hj. Suntiroh : Kesuksesan yang saya raih saat ini tidak terlepas dari kesetiaan konsumen yang datang dan membeli di tempat saya, saya tidak mau mengecewakan mereka dan akan mempertahankan mereka untuk setia kepada saya, karenanya hubungan silaturahmi yang baik akan selalu saya lakukan kapada setiap pembali dan para peziarah pada umumnya agar mereka percaya kepada saya dan tidak merasa asing saat berziarah kemakam Kanjeng Sunan Kalijaga.
e.
Hj. Rasmi : Saya menganggap orang yang datang di tempat usaha saya adalah saudara yang membawa kebaikan kepada saya dan keluarga, saya berusaha untuk menjamu mereka sebaik mungkin agar tidak kecewa dan meresa antara kami ada hubungan kekeluargaan yang saling menyayangi dan menjaga satu sama
cxxi
lain. Saya berharap hubungan baik saya dengan konsumen dan suplayer tidak hanya berakhir di dunia melainkan berlanjut di akhirat. Saya yakin ada kebaikan berawal dari adanya sikap kekeluargaan yang saling menjaga antara semua pihak.
B.
Transkip wawancara untuk Tingkat Kesejahteraan pedagang 1. Bagaimana kecukupan pangan keluarga Bapak/Ibu? a.
Hj. Karti : Ketika saya belum berdagang, kondisi makanan untuk sehari-hari serba kekurangan dan tidak memenuhi standar kesehatan, karena pendapatan yang sangat minim dan hanya cukup untuk membeli sayur dan kebutuhan lain, sehingga saya dan keluarga sering sakit akibat buruknya kualitas makanan yang saya makan, tubuh yang tidak fit, pikiran juga tidak fokus, alhamdulilah setelah berdagang di sini, saya dan keluarga tercukupi kebutuhan makan yang lebih layak, saya yakin ini adalah barokah dari Sunan Kalijaga.
b.
H. Marjo : Alhamdulilah hasil dari bergagang dalam mencukupi kebutuhan makan yang semakin naik harganya, saya dan keluarga tidak pernah merasa kekurangan mekipun itu tentang gizinya, saya selalu menyiapkan makanan untuk keluarga yang menyehatkan dan bergizi.
c.
Hj. Dilah : Saya selalu mengutamakan kecukupan gizi keluarga, karena makanan yang tidak bergizi akan berpengaruh buruk pada aktifitas, disini saya bersyukur telah mampu untuk mencukupinya semua itu dari hasil berjualan di sini.
d.
Hj. Suntiroh : Untuk keluarga saya akan menyiapkan yang terbaik, karena saya bekerja memang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pendapatan saya juga saya rasa cukup untuk memberikan makan yang baik dan bergizi bagi keluarga.
e.
Hj. Rasmi : Kalau masalah makanan tentu tidak akan kekurangan, karena saya memiliki rumah makan sendiri yang memang
cxxii
sekaligus untuk keluarga, jadi saya ya tinggal ngambil yang ada di rumah makan beserta lauk pauknya yang saya inginkan, serta keluarga butuhkan. 2. Apakah putra-putri Bapak/Ibu telah mengenyam pendidikan setinggi mungkin? a.
Hj. Karti : Saya ingin anak-anak saya sekolah setinggi mungkin agar masa depan mereka lebih baik dari pada saya, saya dulunya hanya sekolah Madrasah, sehingga masih kesulitan dalam menjalani hidup, sehingga gabi saya pendidikan anak merupakan hal penting bagi saya.
b.
H. Marjo : Saya telah menyekolahkan anak saya hingga perguruan tinggi, saya memilih menguliahkan anak-anak pada perguruan umum dan Islam, karena bagi saya hal itu dibutuhkan untuk masa depan mereka dan saya mengharapkan anak-anak nanti dapat saling bekerjasama dalam membagi ilmu umum dan agama sehingga hasil yang diterima bisa maksimal dan mampu mengikuti arus zaman yang serba canggih dan penuh dengan intrik untuk saling menjatuhkan. Sehingga bekal ilmu umum digunakan untuk memahami intri-intri yang tidak baik dalam bisnis dan ilmu agama sebagai benteng agar tidak terjerumus dalam bisnis yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
c.
Hj. Dilah : Untuk pendidikan anak saya sengaja untuk menabung hasil pendapatan berjualan, zaman sekarang pendidikan sangatlah penting, karena tanpa pendidikan yang layak kita akan ditindas dan menjadi masyarakat yang selalu dikalahkan, maka dengan pendidkan saya mengharapkan anak saya nanti mampu untuk menghadapi masa depan yang labih baik dari pada saya saat ini.
d.
Hj. Suntiroh : Apa yang saya kerjakan memeng bertujuan untuk merawat anak dan menyekolahkannya hingga setinggi mungkin, meskipun biaya sekolah yang semakin mahal namun demi anak saya selalu menyisihkan hasil penjualan untuk saya gunakan
cxxiii
sebagai biaya pendidikan anak saya, tanpa begitu saya takut pada saat pembayar biaya sekolah bertepatan dengan kebutuhan belanja barang, sehingga saya simpan biaya sekolah tersendiri. e.
Hj. Rasmi : Bagi saya pendiddikan anak adalah yang utama, setelah suami saya meninggal dunia saya menjadi orang tua tunggal yang berkewajiban membesarkan anak selain itu saya harus berjuang untuk menjalankan usaha yang penuh cobaan. Saya hanyalah lulusan sekolah dasar, maka pendidikan menjadi prioritas bagi saya untuk mempersiapkan kehidupan anak saya di masa mendatang sekaligus saya siapkan menjadi penerus usaha keluarga agar dapat dikembangkan dan terus ada. Alhamdulillah saya sangat bersyukur karena dapat menyekolahkan mereka sampai kejenjang perguruan tinggi, saya memilih perguruan tinggi Islam karena keluarga saya adalah santri. keinginan saya hanya ingin melihat anak-anak sukses dalam ekonomi dan mengerti ajaran agama Islam.
3. Dimanakah Bapak/Ibu melakukan pengobatan pada saat salah satu anggota kelurga yang sakit? a.
Hj. Karti : Ketika saya sakit atau anggota keluarga saya memilih untuk berobat di tempat praktek dokter, karena sekarang bentuk penyakit bermacam-macam dan obatnya juga menyesuaikan, sadi biar penangananya lebih tepat saya memilih tempat praktek dokter ketimbang puskesmas, tapi kalau memang penyakit berat, semoga saja tidak terjadi saya akan mengambil perawatan di rumah sakit.
b.
H. Marjo : Untuk masalah penyakit yang ringan saya cukup berobat di puskesmas, karena sekarang juga sedah ada dokternya jadi saya rasa sudah sama dengan dokter-dokter yang lain, selain itu biaya pengobatan juga murah bagi saya, untuk penyakit berat saya akan bawa kerumah dakit terlebih dahulu, bersamaan juga saya mencari obat alternatif yang biasanya lebih aman karena bukan dari bahan kimia.
cxxiv
c.
Hj. Dilah : Saya setandar kaya orang lainnya, seumpama pusing ya saya cukup minum obat yang dijual di warung umum, tapi kalau demam yang sudah lebih dari 1 minggu atau batuk yang sampai 1 bulan baru saya priksakan ke doktor yang membuka praktek atau kepuskesmas tergantuk pada saat itu keinginan saya dibawa kemana, sedangkan untuk penyakit berat alhamdulillah saya belum pernah dan keluarga juga, jadi belum pernan berobat ke rumah sakit, dulu saja waktu saya melahirkan anak di bantu dukun beranak dan yang terakhir di puskesmas.
d.
Hj. Suntiroh : Kalau sakit ya biasanya berobat ke mantri atau puskesmas dulu, karena setiap demam kadang berbeda-beda obat yang menyembuhkan, jadi ya kalau sudah berobat di puskesmas atau mantri tidak kunjung sembuh pindah ke tempat praktek dokter, begitu juga sebaliknya.
e.
Hj. Rasmi : Tergantung yang sakit kepengen di bawa kemana, karena tiap orang dari keluarga saya berbeda tempat yang dituju untuk berobat, kalau saya suka minum obat yang dijual bebas karena sering cocoknya, tapi kalau lama belum sembuh baru priksa di puskesmas, anak pertama saya lebih suka langsung ke tempat praktek dokter umum atau spesialis, sedangkan yang lain juga berbeda-beda. Tapi kalau penyakit berat ya tentu akan saya bawa kerumah sakit sewajarnya, jika belum ada kemajuan saya beralih pada pengobatan alternatif.
4. Apakah keluarga Bapak/Ibu melakukan bembelian pakaian baru meski pada saat lebaran atau hari-hari tertentu? a.
Hj. Karti : Masalah pakaian saya tidak terlalu memikirkan karena saya juga berjualan pakaian, jadi kalau saya ingin pakaian baru tinggal ngambil saja di kios yang saya sukai.
b.
H. Marjo : Anak-anak yang malah sering membeli pakaian, karena di sini motif pakaian yang dijual bernuansakan Islami atau memiliki ciri khusus dengan Sunan Kalijaga atau Walisanga, maka
cxxv
tempat belinya ya di pasa atau di mall. Untuk saya yang sudah tua cukup yang ada di sini saja sudah cukup dan harganya lebih murah di banding beli di luar. c.
Hj. Dilah : Pakaian bukanlah masalah besar bagi saya dan keluarga, karena tidak harus menunggu saat lebaran saja untuk membeli pakaian, karena pakaian itu sudah menjadi kebutuhan yang sewaktu-waktu harus di miliki, jadi setiap butuh pakaian baru ya beli baik yang dijual disini atau membeli dari luar.
d.
Hj. Suntiroh : Saya sendiri juga menjual pakaian, jadi setiap ada model yang baru saya akan mengambil satu untuk saya pakai, dari situ malah pakaian yang saya jual bisa lebih laris karena konsumen bisa melihat sendiri pakaian yang saya jual, secara tidak segaja konsumen melihat pakain yang saya sama dengan yang saya jual, dan mereka tertarik karena dilihat bagus dan pantas untuk dipakai.
e.
Hj. Rasmi : ya kalau ingin membeli pakaian baru saya ya tinggal beli saja, dala setahun kalau saya hitung jumlah pembelian pakaian sekitar empat hingga lima kali, terlebih anak-anak yang lebih sering membeli pakaian karena mereka cepat sekali berganti modelnya, beda dengan orang tua begini yang memang standar begitu saja dari dulu.
5. Bagaimana dengan tempat tinggal Bapak/Ibu, apakah itu milik pribadi atau masih kontrak? a.
Hj. Karti : Rumah saya milik pribadi karena saya warga asli sini, jadi tidak perlu kontrak atau semacamnya, karena sudah dapat memiliki rumah dari dulu di tempat ini, pedagang disini semuanya warga Kadilangu jadi tidak ada yang kontrak dan membangun usaha di sini.
b.
H. Marjo : Alhamdulilah saya mampu untuk membeli sebuah mobil, karena jalan menuju rumah saya juga bisa untuk dilewati kendaraan roda empat meskipun terletak di dalam kampung.
cxxvi
Masyarakat sini biasanya memilih untuk menyeimbangkan kondisi rumahnya apakah bisa untuk dilewati mobil atau tidak, karena saya yakin banyak yang mampu untuk membeli mobil tetapi kondisi rumahnya yang tidak bisa dilewati sehingga mereka tidak membeli mobil. Rumah yang saya miliki tergolong cukup luas karena bersanding dengan penginapan saya, semuanya sudah bersertifikat. c.
Hj. Dilah : Saya warga Kadilangu sendiri, jadi rumah yang saya tempati ya milik pribadi, dulu sebelum sukses rumah saya itu jelek dan tidak layak untuk dihuni, berkat gerjualan di sini saya mampu untuk merenovasinya menjadi lebih baik dan tidak kalah dengan milikmorang lain yang lebih kaya dari pada saya.
d.
Hj. Suntiroh : Untuk tempat tinggal adalah milik saya pribadi, karena saya asli warga sini jadi tidak perlu membeli tanah atau rumah sebagai tempat tinggal, lokasinya juga tidak jauh dari makam Sunan Kalijaga cukup di tempuh hanya sekitar 10 menit sudah sampai.
e.
Hj. Rasmi : Kalau rumah ya tentu milik saya sendiri, di sini itu tidak ada pedagang yang kontrak rumah, karena mereka memang orang sini sendiri jadi tidak membutuhkan sewa tempat, kecuali orang yang berjualan keliling ituya, mereka bukan warga seni meskipun demikian mereka juga tidak sewa tempat disini, karena mereka selalu berkeliling untuk menjual dagangan mereka.
6. Dalam rumah Bapak/Ibu sudahkah tercukupi kebutuhan fasilitar rumah tangga? a.
Hj. Karti : Perabot rumah tangga alhamdulillah sudah cukup untuk saya gunakan, karena saya sering berada di ruko maka di sini juga saya sediakan televisi sebagai penghibur menjaga ruko, selain itu anak-anak waktu dirumah ya bisa melakukan apa yang mereka inginkan karena perabot rumah tangga sudah sukup terpenuhi.
cxxvii
b.
H. Marjo : Fasilitas yang saya memiliki diantaranya mesin cuci yang digunakan untuk keperluan penginapan, selain itu ada juga TV untuk memberikan hiburan pada pelanggan. Serta perabotperabot lain yang menjadi kebutuhan keluarga saya sudah dapat saya terpenuhi.
c.
Hj. Dilah : Masalah perabotan rumah tangga saya rasa sudah cukup, karena saya bukan orang yang “neko-neko” ya kebutuhan perabotnya standar apa adanya seperti orang-orang lain. Saya tidak ingi bermewah-mewahan untuk membelinya, lebih baik saya gunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
d.
Hj. Suntiroh : Saya rasa perapotan rumah tangga sudah cukup, seperti rich kookier, TV, kompor, alat masak dan lain sebagainya, kadang anak-anak sering minta untuk dibelikan mesin cuci, tapi saya tidak mau karena akan membiasakan mereka untuk hidup enak tanpa berusaha lebih giat lagi, maka dari itu perabot rumah tangga saya sesuaikan untuk kemandirian anak-anak, adapun fasilitas rumah ya sudah cukup bagi saya.
e.
Hj. Rasmi : Saya memiliki kulkas untuk menyimban bahan-bahan rumah makan ketika belum saya bawa. Selain itu saya memiliki mesin cuci karena sebagian besar waktu saya habis di sini, maka mesin cuci amat saya butuhkan untuk menyingkat waktu dalam mencuci pakaian.
7. Ketika ada pembangunan Masjid, Mushola atau Madrasah Diniyyah apakah Bapak/Ibu ikut serta dalam memberikan sumbangan dana? a.
Hj. Karti : Saya dulu pernah mengalami masa-masa sulit, hal ini menyadarkan saya untuk selalu membantu saudara sesama muslim dan ikut serta dalam menyediakan kebutuhan sosial seperti Mushola yang layak, Masjid yang bisa digunakan untuk orang banyak, dan sekolah sebagai tempat untuk mendidik generasi penerus sesudah saya. Maka dari itu saya selalu menyiapkan sejumlah uang untuk menyalurkan infaq saya selain zakat.
cxxviii
b.
H. Marjo : Namanya infaq dan shodaqah itu sudah menjadi ajaran yang lebih baik dilaksanakan bagi setiap orang Islam, maka dari itu apapun bentuknya saya berusaha untuk ikut serta, karena dengan demikian saya merasa tentram di dunia dan akhirat, sedikit banyak saya berusaha untuk menyisihkan uang untuk bershodaqag atau berinfaq.
c.
Hj. Dilah : Secara tidak langsung pada saat anak saya sekolah dulu saya selalu memberikan shodaqah untuk membangun atau memperbaiki madrasah, hal ini saya sadari karena kalau bukan dari swadaya sendiri akan sulit untuk mendapatkannya, dan tentunya akan lebih ikhlas kita ketika infaq atau shodaqah yang saya berikan memang benar digunakan sebagaimana yang tercantum dalam surat permohonannya. Sedikit atau banyak saya upayakan untuk selalu bershodaqah karena itu merupakan ajaran Islam.
d.
Hj. Suntiroh : Saya yakin dengan bershodaqah atau berinfaq harta yang saya miliki akan semakin barokah dan bertambah, selain itu akan berpengaruh besar terhadap watak anak-anak, karena dari saya bershodaqoh anak-anak saya menjadi sholih dan sholihah, menyayangi orang tuanya, dan memiliki rasa kasih sayang yang tinggi.
e.
Hj. Rasmi : Saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya untuk taat menjalankan ajaran Islam dengan memberi contoh melalukan ibadag shodaqah dan infaq, terutama para pengemis yang memang sangat membutuhkan, meskipun di sini banyak sekali pengemis namun sedikit dari mereka yang memeng sangat membutuhkan, karena itu saya sangat mengenal mereka, sedangkan untuk pembangunan Mushola, Mesjid, atau Madrasah, saya selalu ikit serta.
8. Apakah setiap tahun Bapak/Ibu sudah ada nishob untuk membayar zakat?
cxxix
a.
Hj. Karti : Alhamdulillah seelah saya melakukan penghitungan pendapatan selama satu tahun saya termasuk orang yang berkewijiban untuk mengeluarkan zakat, saya selalu berkonsultasi dengan kesepuhan ahli waris dan keluarga Sunan Kalijaga untuk besarnya zakat yang harus saya bayarkan, karena saya tidak bisa menghitung sendiri.
b.
H. Marjo : Dalam menghitung besarnya zakat yang harus saya keluarkan daya melakukannya berdasarkan bulanan, karena alhamdulillah pendapatan yang saya dapatkan terbilang cukup besar jadi kalau saya ambilkan diakhir tahun takutnya terlalu berat saya rasa, jadi saya sisihkan, dan kalau sudah waktunya saya akan membahasnya dengan pihak kasepuhan, apakah sudah pas atau masih kurang. Kemudian dana zakat itu saya serahkan kepada kasepuhan karena mereka juga berperan sebagai amil zakat.
c.
Hj. Dilah : Setiap tahun saya berkewajiban membayar zakat karena zakat saya terbilang masih sedikit maka saya serahkan lanhsung pada mustahiq hal itu sesudah saya berkonsultasi dengan kasepuhan terlebih dahulu.
d.
Hj. Suntiroh : Zakat yang saya keluarkan saya serahkan kepada kasepuhan untuk di koordinir dengan harta zakat orang lain, karena saya merasa tidak bisa sendiri menyerahkan kepada yang berhak maka saya pasrakkan kepadakasepuhan, saya yakin zakat saya akan jaul lebih bermanfaat untuk sesama karena di kelola dengan baik.
e.
Hj. Rasmi : Saya takut pada saat membayar zakat, saya tidak memegang uang yang cukup maka dari itu saya selalu menyimpan tabungan yang saya khususkan untuk zakat, jadi kalau saatnya dikeluarkan saya hanya menambahi sedikit jika kurang, tetapi biasanya malah melebihi dari dana zakat yang harus saya keluarkan, hal ini setelah saya meminta bantuan dari kasepuhan.
cxxx
9. Apakah Bapak/Ibu perlah melakukan ibadah haji baik sendiri, berdua atau bersama keluarga meski cuma sekali? a.
Hj. Karti : Alhadulillah saya pernah melakukan ibadah Haji, saya berangkat pada tahun 2003 sendirian karena suami saya belum bisa ikut, saya berbahagia sekali karena telah melengkapi rukun Islam dengan melakukan ibadah Haji.
b.
H. Marjo : Saya dulu berangkat dengan istri saya sekitar tahun 2000an, saya lupa tepatnya karena sudah lama. Saya memang dari awal berniat untuk melaksanakan ibadah haji, hal inilah yang saya rasakan menjadi dorongan untuk berdagang yang lebih giat, saya selalu menyimpan pendapatan saya dan tidak akan saya ambil sebelum cukup untuk biaya Haji saya dan istri saya.
c.
Hj. Dilah : Niat saya untuk beribadah Haji memberikan saya semangat
untuk
berusaha
menjadi
orang
yang
mampu
melaksanakannya, bagi saya meskipun biaya ibadah haji mencapai jutaan rupiah, maka harus bisa saya siapkan karena memang itu suatu kewajiban dalam agama Islam. d.
Hj. Suntiroh : Saya berpendapat bahwa ibadah haji bagi seorang muslim suatu kewajiban. Pada saat keberangkatan saya, saya merasa sangat takut, karena saya sudah mampu tetapi belum bisa langsung berangkat, tetapi dengan niat yang bulat dan demi menjalankan suatu ibadah maka saya akan melakukannya dengan khusu’.
e.
Hj. Rasmi : Meskipun biayanya sangat mahal bagi saya tidak akan bermasalah, karena saya ingin menyempurnakan Islam saya dengan majalankan Ibadah Haji meskipun sekali, bagi saya itu sudah sangat menentramkan hati saya, selain melihat keluarga saya hidup sejahtera saya juga ingin bisa beribadah dengan sempurna.
cxxxi
Daftar Riwayat Hidup Nama : January Filasufah Nim : 062411048 Jurusan : EI (Ekonomi Islam) Fakultas : Syari’ah TTL : Demak, 22 Januari 1988 Alamat : Rejosari Rimbu Kidul 4/6 Karangawen Demak 59566
Pendidikan Formal 1. 2. 3. 4. 5. Pendidikan Nonformal 1. 2. Pengalaman Organisasi 1. 2. 3. Prestasi Semasa Kuliah 1. 2. 3. Semarang, Hormat Kami
January Filasifah NIM: 062411048
cxxxii