ANALISIS DAN RANCANGAN KONSEPTUAL SISTEM INFORMASI PENCATATAN DAN PERENCANAAN STOK SAPI POTONG NASIONAL
ARIEF RAMADHAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ANALISIS DAN RANCANGAN KONSEPTUAL SISTEM INFORMASI PENCATATAN DAN PERENCANAAN STOK SAPI POTONG NASIONAL
ARIEF RAMADHAN
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN ARIEF RAMADHAN. Analisis dan Rancangan Konseptual Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional. Dibimbing oleh KUDANG BORO SEMINAR, AGUS BUONO, dan TOTO TOHARMAT. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar membutuhkan sumber pangan hewani yang cukup besar dan terus meningkat di masa yang akan datang. Sapi potong merupakan komoditas peternakan yang strategis karena merupakan sumber utama kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Oleh karena itu, permintaan terhadap sapi potong pun turut meningkat dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi permintaan tersebut, produksi ternak domestik belum mampu untuk mencukupinya, sehingga harus dipenuhi melalui impor yang cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Impor yang berkesinambungan akan merugikan peternak sapi lokal dan mengganggu pasar sapi domestik. Sehingga diperlukan alternatif lain selain impor. Pemerintah telah mencoba berbagai alternatif yang ada, namun impor masih terus berlangsung. Masalah inti yang berhasil diketahui adalah masalah pencatatan data dan pengelolaan informasi yang belum baik. Maka diusulkan sebuah alternatif baru yaitu dengan cara membangun suatu sistem informasi yang bernama Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi (SIPPS Sapi). SIPPS Sapi dibangun dengan mempertimbangakan masukan dan pendapat dari pakar bidang peternakan. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis indonesia dan untuk kemudahan pemasukkan data, maka SIPPS Sapi akan dibangun berbasis web dan berjalan di atas teknologi Internet. Selain itu, SIPPS Sapi juga mendukung pengolahan data melalui short message service (SMS). Dalam pembangunan dan penggunaan SIPPS Sapi diperlukan peran aktif dari Dinas Peternakan setiap kabupaten/kota untuk menghimpun data dan memasukkan data yang akurat ke dalam SIPPS Sapi. Pemerintah pusat dan seluruh entitas lainnya yang terkait dengan SIPPS Sapi dapat memperoleh berbagai macam informasi mengenai stok sapi nasional dengan mudah dan cepat. Pemerintah pusat juga dapat mengambil berbagai keputusan yang strategis berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh SIPPS Sapi. Informasi yang dihasilkan dapat berupa laporan tabular maupun grafik dengan berbagai kriteria dalam bentuk detail atau ringkasan. Selain itu, SIPPS Sapi juga mampu memberikan semacam saran mengenai perencanaan stok sapi potong nasional berdasarkan kalkulasi neraca stok sapi. SIPPS Sapi dapat
berperan sebagai Transaction Processing Systems (TPS), dan Management Information Systems (MIS).
Kata kunci : daging, sapi, transaction, processing, systems, management, information, Web, message.
Judul Tesis
:
Nama : NIM : Program Studi :
Analisis dan Rancangan Konseptual Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional Arief Ramadhan G651070114 Ilmu Komputer
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc. Ketua
Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom. Anggota
Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Sc. Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom.
Tanggal Ujian : 5 Januari 2010
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis dan Rancangan Konseptual Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2010
Arief Ramadhan NIM G651070114
ABSTRACT ARIEF RAMADHAN. The Analysis and Conceptual Design of Information System for Registration and Planning National Beef Stock. Under direction of KUDANG BORO SEMINAR, AGUS BUONO, and TOTO TOHARMAT. Indonesia is a high populated country which has low consumption of animal products including meat. Although the meat consumption is very low but a large amount of meat has been imported. The domestic supply of meat has been very limited and the intensive slaughtering of local beef cattle may threaten the local genetic resources. Therefore the importation of beef cattle and meat has been an alternative for the next several years. However, continuing importation may have severe long term economical and political implication. Domestic beef cattle population composed of local beef cattle and their breeds which are genetically adapted to Indonesian condition is potential to develop to meet the high national demand on meat. One of the main constrain in improving domestic meat supply and beef cattle population is data recording and information management which has not been developed. The present study is aimed at developing an information system which is called Sistem Informasi Pencatatan and Perencanaan Stok Sapi (SIPPS-Sapi). SIPPS-Sapi has been designed based on web and internet technology. The system allows the user to input the data from different remote areas which have various geographical characteristics, where the beef cattle are raised. The system accommodates a national integrated recording of beef cattle by entering accurate data via internet and short massage service (SMS). The application of the system in the field level needs a continuous participation from dedicated human resources supported by related institutions at region, provincial and national levels. All parties including central government and other institutions which are responsible for beef cattle development may have access to data and information from SIPPS-Sapi. The data and information may be easily and fast accessed from SIPPS-Sapi to formulate the strategic decision at local and national levels. National beef cattle stock may be arranged based upon the beef stock balance. SIPPS-Sapi may facilitate Transaction Processing Systems (TPS) and Management Information Systems (MIS). Keywords: beef, cattle, transaction, processing, systems, management, information, Web, message.
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalm penelitian ini adalah Analisis dan Rancangan Konseptual Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc., Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M.Si., M.Kom., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Sc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Jakaria, S.Tp., M.Si. selaku penguji pada Ujian Tesis. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc. dan Departemen Ilmu Komputer yang telah membantu biaya studi pasacasarjana penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sbesar-besarnya kepada istri tercinta Muslikhah Fajriyati, S.Kom. serta anak tersayang Alifa Syifa Arief dan kepada papah, mamah (alm), ibu, mertua, adik-adik, keluarga dan sahabat atas segala doa dan dukungannya dalam penyelesaian penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2010
Arief Ramadhan
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan seumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tan izin IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Jakaria, S.Tp., M.Si.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 28 Juni 1982 dari ayah Arisman dan ibu Yulinar (alm). Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam IPB dan lulus pada tahun 2005. Sejak tahun 2004 penulis bekerja sebagai penulis buku-buku komputer di PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, dan sejak tahun 2005 penulis bekerja sebagai staf pengajar honorer di Departemen Ilmu Komputer IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... xii PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1
Latar Belakang ................................................................................................................ 1 Formulasi Permasalahan ................................................................................................. 4 Ruang Lingkup................................................................................................................ 4 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 5 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................6
Sistem.............................................................................................................................. 6 Informasi ......................................................................................................................... 6 Sistem Informasi ............................................................................................................. 7 Metode Pengembangan Sistem Waterfall ....................................................................... 7 Diagram Konteks ............................................................................................................ 9 Data Flow Diagram (DFD) ............................................................................................ 9 Entity Relationship Diagram (ERD) ............................................................................. 11 Basis data ...................................................................................................................... 12 Database Management Systems (DBMS) ..................................................................... 12 Pengujian white-box dan black-box .............................................................................. 13 Enterprise Architecture ................................................................................................. 14 The Open Group Architecture Framework ................................................................... 16 Sapi ............................................................................................................................... 17 Program Swasembada Daging Sapi 2010 ..................................................................... 17 Populasi Sapi Potong .................................................................................................... 18 Produksi Daging Sapi ................................................................................................... 20 Bangsa Sapi ................................................................................................................... 22 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................................23
Kerangka Pemikiran...................................................................................................... 23 Tata Laksana ................................................................................................................. 25 Alat Bantu Penelitian ................................................................................................ 25 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................27
Analisis Architecture Vision ......................................................................................... 27 Analisis Business Architecture ..................................................................................... 27 Analisis dan Definisi Kebutuhan Sistem ...................................................................... 29 Identifikasi Kebutuhan Data dan Informasi .............................................................. 29 Identifikasi Sumber Data dan Informasi ................................................................... 35 Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem .................................................................... 36 Analisis Pengguna dan Kebutuhan Pengguna Sistem ............................................... 38 Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Brainware) ........................................ 39 Desain Sistem dan Perangkat Lunak............................................................................. 40 Perancangan Basis Data ............................................................................................ 40 Perancangan Masukan .............................................................................................. 46 Perancangan Proses ................................................................................................... 46 Perancangan Keluaran .............................................................................................. 49 Perancangan Kebutuhan Sumber Daya Perangkat Lunak (Software)....................... 49 Perancangan Sumber Daya Jaringan (Netware) ....................................................... 49 Perancangan Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware) ........................................ 50 Perancangan Arsitektur global SIPPS-Sapi .............................................................. 51 Implementasi ................................................................................................................. 51 Implementasi Basis Data........................................................................................... 52 Implementasi Masukan ............................................................................................. 52 Implementasi Proses ................................................................................................. 53 Implementasi Keluaran ............................................................................................. 55 Implementasi Pengolahan Data Melalui Teknologi SMS ......................................... 58 Pengujian....................................................................................................................... 61 Pengunaan SIPPS-Sapi untuk Perencanaan Sapi Potong di Indonesia ......................... 61 Saran Implikasi Manejerial ........................................................................................... 66 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................67
Kesimpulan ................................................................................................................... 67 Saran ............................................................................................................................. 67 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................69
DAFTAR TABEL Halaman 1 Populasi Sapi Potong Nasional per Propinsi Tahun 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) ............................................................................................................................. 19 2 Produksi Daging Sapi Nasional per Propinsi Tahun 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) ............................................................................................................................. 21 3 Jadwal kegiatan penelitian ............................................................................................ 25 4 Contoh Pertambahan Bobot Sapi perhari ...................................................................... 32 5 Contoh Persentase Berat Karkas per Sapi ..................................................................... 33 6 Contoh Persentase Daging Per Berat Karkas ................................................................ 33 7 Daftar kebutuhan fungsional sistem .............................................................................. 36 8 Hak akses pengguna sistem ........................................................................................... 39 9 Identifikasi Entitas SIPSS Sapi ..................................................................................... 40 10 Identifikasi atribut pada masing-masing entitas ........................................................... 41 11 Bentuk normal setiap relasi/entitas ............................................................................... 45 12 Halaman masukan yang diusulkan ada di dalam SIPPS-Sapi ......................................46
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Metode Pengembangan Sistem Waterfall (Sommerville 2001) ......................................8 2 Simbol-simbol yang digunakan dalam menyusun DFD (Pressman 2001) ...................11 3 Simbol-simbol yang digunakan dalam menyusun ERD (McLeod 2004) ..................... 12 4 Diagram black-box testing (Pressman 2001) ................................................................ 14 5 Tatacara mengkomunikasikan enterprise architecture (Lankhorst et al. 2005) ........... 15 6 Enterprise architecture sebagai salah satu instrumen manajemen enterprise (Lankhorst et al. 2005) .................................................................................................. 16 7 Arsitektur TOGAF ([The Open Group] 2002) ..............................................................17 8 Populasi Sapi Potong Nasional Tahun 2000 – 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) .. 19 9 Produksi Daging Sapi Nasional Tahun 2000 – 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) . 21 10 Blok diagram kerangka pemikiran ................................................................................ 23 11 Contoh penggunaan nomor pada telinga sapi ............................................................... 30
12 Grafik pertumbuhan bobot sapi bali (Sudarmono & Sugeng 2008) ............................. 32 13 Identifikasi relationship pada basis data SIPPS-Sapi ................................................... 41 14 ERD untuk SIPPS-Sapi .................................................................................................45 15 Diagram konteks SIPPS-Sapi .......................................................................................47 16 DFD Level 1 SIPPS-Sapi ..............................................................................................48 17 Arsitektur global SIPPS-Sapi........................................................................................ 51 18 Implementasi masukan tambah data sapi ...................................................................... 52 19 Implementasi masukan forward setting ........................................................................ 53 20 Implementasi masukan upload data .............................................................................53 21 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format PDF ................................................ 55 22 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format .xls.................................................. 55 23 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format PDF .......................... 56 24 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format .xls ........................... 56 25 Laporan data sapi di Disnak Bogor berdasarkan bangsa sapi berbentuk grafik ........... 57 26 Fungsi kalkulasi perencanaan stok sapi potong nasional pada SIPPS-Sapi .................57 27 Data berhasil dimasukkan ke dalam SIPPS-Sapi .......................................................... 59 28 Ilustrasi memasukkan data melalui teknologi SMS ......................................................59 29 Menghapus data sapi melalui teknologi SMS............................................................... 60 30 Menggunakan fasilitas perencanaan .............................................................................62 31 Ilustrasi menggunakan fasilitas perencanaan ................................................................62 32 Menggunakan fasilitas laporan untuk membantu perencanaan .................................... 63 33 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Bogor .............................................. 64 34 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Ciawi ...............................................65 35 Menggunakan fasilitas laporan untuk menentukan suatu daerah yang dapat dijadikan sumber bibit sapi unggul ............................................................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kamus Data Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional .............72 2 Implementasi Basis Data Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional......................................................................................................................... 74
3 Hasil Pengujian Prototipe Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional......................................................................................................................... 76
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa dan laju
pertumbuhan rata-rata 1,5% per tahun (Riady 2004). Berdasarkan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang sangat besar tersebut, terlihat bahwa Indonesia membutuhkan sumber pangan hewani yang cukup besar dan terus meningkat di masa yang akan datang. Salah satu sumber pangan hewani yang banyak dikonsumsi adalah daging sapi. Kebutuhan akan daging sapi diproyeksikan meningkat sangat cepat pada masa mendatang. Kebutuhan daging sapi sekarang adalah sekitar 1,72 kg/kapita/tahun, namun populasi sapi lokal yang tersedia hanya 10,5 juta ekor dan tentu saja belum mampu memenuhi permintaan yang ada (Boediyana 2007). Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani juga ikut mendorong meningkatnya permintaan terhadap pangan hewani (Riady 2004). Dalam rangka memenuhi permintaan tersebut, sumber daya ternak sapi potong domestik belum mencukupi, sehingga harus dipenuhi melalui impor yang cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada April 2008, Indonesia masih mengalami defisit daging sapi hingga 35% atau 135,1 ribu ton dari kebutuhan 385 ribu ton (Riyanto et al. 2008). Defisit populasi sapi diperkirakan 10,7% dari populasi ideal atau sekitar 1,18 juta ekor (Riyanto et al. 2008). Permintaan daging sapi, dipenuhi 70% dari lokal dan 30% impor (Riyanto et al. 2008). Namun akhir-akhir ini nilai impor semakin meningkat. Bila terus berlanjut tanpa ada perubahan, dua tahun ke depan diprediksi perbandingannya menjadi 60:40 atau malah lebih besar (Riyanto et al. 2008). Indonesia hanya mampu 72% swasembada dan kekurangannya diisi dengan impor ternak bakalan dan daging beku (Sinjal 2008). Dikhawatirkan pada 2010 populasi sapi nasional hanya sanggup memenuhi 63% konsumsi masyarakat akan daging sapi (Sinjal 2008). Pemerintah memproyeksikan tingkat konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan konsumsi 1,49% per tahun ([Badan Pusat Statistik] 2005 1
dalam Suryana 2009). Berdasarkan data dari Basis Data Statistik Pertanian yang dirilis oleh Departemen Pertanian, diketahui bahwa produksi daging sapi rata-rata per tahun mulai dari tahun 2000 sampai dengan 2008 adalah sekitar 368.079 ton dengan pertumbuhan produksi rata-rata adalah 6.570 ton per tahun ([Departemen Pertanian] 2010). Sehingga, dapat diprediksi, pada tahun 2010, produksi daging sapi hanya sekitar 405.640 ton, yang tentu saja tidak akan mencukupi kebutuhan yang ada. Apabila tidak dilakukan impor, akan terjadi pengurasan ternak sapi potong lokal atau konsumsi protein hewani menurun secara signifikan. Pengurasan ternak sapi potong lokal akan berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional, sedangkan penurunan konsumsi protein hewani tentu saja akan menurunkan gizi masyarakat. Impor adalah pilihan yang tidak bisa ditawar saat ini. Namun, tentu saja impor yang berkesinambungan akan merugikan peternak sapi potong lokal dan mengganggu pasar sapi potong domestik. Dalam hal ini diperlukan alternatif lain, sehingga impor dapat dikurangi atau dihilangkan namun kebutuhan akan sapi potong tetap dapat terpenuhi. Salah satu alternatif yang pernah dilakukan pemerintah adalah melalui usaha pembibitan sapi dengan dibentuknya Direktorat Pembibitan berdasarkan Keputusan Presiden No.83 tahun 1993 (Samariyanto 2004) serta dibukanya berbagai UPT untuk pembibitan sapi potong di Indonesia, salah satunya adalah UPT Padangmangatas (Hardjosubroto 2004). Tetapi faktanya impor masih saja dilakukan sampai sekarang. Jika impor masih saja dilakukan, maka kebijakan pemerintah untuk swasembada daging sapi pada tahun 2010 akan sulit terwujud. Secara resmi Departemen Pertanian telah menyatakan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010 (Boediyana 2007). Program tersebut dicanangkan untuk mengantisipasi kebutuhan daging sapi yang terus meningkat dari tahun ke tahun serta untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, karena ketergantungan terhadap pihak lain secara berkesinambungan akan merugikan bangsa dan negara. Namun, program swasembada tersebut hingga kini belum berhasil karena data yang digunakan sebagai landasan program tidak relevan (Riyanto et al. 2008). Sebagai contoh, jika benar total populasi sapi adalah 12 juta ekor dengan tingkat keberhasilan IB 60%, semestinya ada penambahan 3,6 juta ekor sapi potong (Riyanto et al. 2008). 2
Misalkan populasi sapi induk hanya 6 juta ekor, dan 30% diantaranya bereproduksi (1,8 juta ekor), dengan tingkat keberhasilan 60%, semestinya minimal populasi sapi potong bertambah 1 juta ekor, namun pada kenyataannya tidak demikian (Riyanto et al. 2008). Dalam hal ini, terlihat bahwa diperlukan sistem pencatatan yang baik agar tersedia fakta yang relevan. Masalah kelemahan pencatatan juga diungkapkan oleh Yusdja & Ilham (2004). Mereka mengemukakan bahwa diperlukan sensus jumlah sapi seluruh Indonesia, sehingga dapat diketahui sumber khasanah ini secara rinci dan tepat sehingga pemerintah dapat lebih mudah memecahkan masalah sektor produksi. Hasil riset ini mengisyaratkan bahwa data populasi sapi masih perlu validasi yang lebih ketat karena belum ada sistem pencatatan yang terbangun seragam di seluruh wilayah Indonesia. Karena kelemahan pencatatan yang ada, maka diperlukan suatu usaha pencatatan yang baik, kemudian hasilnya diolah sedemikan sehingga menghasilkan suatu informasi yang berguna untuk membantu kebijakan pemerintah. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara membangun Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Nasional (SIPPS-Sapi). Sistem pencatatan diperlukan untuk mengetahui berapa populasi sapi potong domestik yang sesungguhnya tersedia. Dengan adanya sistem pencatatan, dapat diketahui potensi setiap sapi yang ada di Indonesia. Beberapa sapi yang berkualitas unggul dapat diketahui dan dapat dijadikan sapi bibit. Sehingga sapi unggul tidak dijual atau diekspor. Hal ini menghindarkan hilangnya potensi plasma nutfah sapi di Indonesia. Dengan adanya sistem pencatatan dapat diketahui laju penurunan populasi sapi potong
domestik.
Sehingga
pemerintah
dapat
segera
merencanakan
berbagai
pengembangan untuk meningkatkan populasi sapi potong domestik. Pada dasarnya, SIPPS-Sapi digunakan untuk manajemen sumberdaya informasi sapi potong nasional. Dalam hal ini, SIPPS-Sapi digunakan untuk mencatat transaksi data sapi potong nasional. Beberapa penelitian mengenai manajemen sumberdaya informasi sudah pernah dilakukan, misalnya yang dilakukan oleh Hwang (2002) dan Benbasat & Taylor (1982). Beberapa penelitian lain mengenai manajemen informasi yang bersifat nasional dan memiliki skala besar juga pernah dilakukan oleh Bouguettaya et al. (2001) dan Ranzhe et al. (2007). 3
Selain untuk manajemen sumberdaya informasi, SIPPS-Sapi juga diharapkan dapat membantu pemerintah mengambil keputusan mengenai berapa jumlah sapi potong yang harus disediakan pemerintah. Oleh karena itu, SIPSS Sapi akan menampilkan beberapa laporan baik berupa tabular maupun grafik. Agar laporan dari sistem dapat dipergunakan dengan baik, maka laporan haruslah dalam bentuk dan format yang mudah untuk dibuka dan dibaca, misalnya berupa file Portable Document Format (PDF) ataupun berupa file berformat Microsoft Excel (.xls). Selain berupa laporan, SIPPS-Sapi juga dirancang untuk dapat melakukan kalkulasi sederhana terhadap neraca ketercukupan sapi potong di Indonesia. Kalkulasi ini didasarkan kepada ketersediaan data yang berhasil dihimpun oleh SIPPS-Sapi dan data tambahan yang diinputkan oleh pengguna atau pakar.
1.2.
Formulasi Permasalahan Indonesia adalah negara dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang besar.
Kebutuhan penduduk terhadap daging sapi sebagai salah satu sumber pangan hewani semakin besar dari tahun ke tahun. Kebutuhan terhadap daging sapi dapat dipenuhi dari sumberdaya ternak sapi potong domestik atau melalui impor. Namun, karena lemahnya pencatatan, jumlah sebenarnya sapi potong domestik yang tersedia dan jumlah sapi potong yang harus diimpor tidak dapat diketahui. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibangun suatu sistem informasi bernama SIPPS-Sapi. Sistem informasi ini digunakan untuk mengatasi kelemahan pencatatan data sapi potong serta untuk membantu pemerintah dalam memutuskan jumlah sapi potong yang harus disediakan pada suatu waktu.
1.3.
Ruang Lingkup Penelitian ini ditekankan kepada analisis dan rancangan konseptual untuk
membangun Sistem Informasi Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional. Jenis atau bangsa sapi yang dianalisis utamanya adalah Sapi Bali dan Peranakan Ongole (PO). Penelitian ini tidak melakukan implementasi sistem secara penuh. Implementasi dilakukan hanya dalam bentuk sebuah prototipe.
4
Prototipe yang dibangun berdasarkan teknologi world wide web (WWW) serta menggunakan sebuah SMS Gateway. Prototipe dapat menerima SMS dan mengirimkan SMS sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Laporan dari prototipe sistem dapat berupa data tabular maupun grafik dalam bentuk Portable Document Format (PDF) ataupun berupa file berformat Microsoft Excel (.xls).
1.4.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan
desain
konseptual
Sistem
Informasi
Pencatatan
dan
Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional 2. Mengimplementasikan prototipe sistem yang dikembangkan.
1.5.
Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari pembangunan SIPPS-Sapi adalah: 1.
Dapat dilakukan pencatatan yang baik terhadap jumlah sapi sesungguhnya yang tersedia.
2.
Dapat membantu pemerintah dalam mengambil berbagai kebijakan strategis berdasarkan informasi atau report yang berasal dari SIPPS-Sapi, misalnya kebijakan untuk melakukan impor sapi potong.
3.
Sistem ini diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah untuk mengendalikan dan merencanakan stok sapi nasional, sehingga dapat menghindari kekurangan daging sapi, meningkatkan ketahanan pangan, meminimalisasi impor sapi serta mendukung kebijakan swasembada daging sapi pada tahun 2010.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan komponen-komponen yang saling berintegrasi, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima input dan menghasilkan output melalui suatu proses transformasi yang terorganisasi (O’Brien 2005). Komponenkomponen yang dimaksud dalam definisi tersebut dapat berupa fungsi-fungsi, alat-alat atau beberapa sistem lainnya yang lebih kecil, yang biasa disebut sub-sistem. Sistem secara umum memiliki tiga komponen dasar yang saling terintegrasi, yaitu: input, proses dan output, sistem semacam ini disebut sebagai sistem yang dinamis (dynamic system). Kadangkala, suatu sistem juga memiliki komponen feedback (data tentang kinerja sistem) dan komponen control (memonitor dan mengevaluasi feedback untuk menentukan apakah sistem mencapai tujuannya). Sistem yang memiliki komponen feedback dan control disebut sebagai cybernatic system. Suatu sistem dapat berinteraksi dengan sistem lain yang berada dalam lingkungannya dan disebut dengan sistem yang terbuka (open system). Ada juga sistem yang memiliki kemampuan untuk mengubah dirinya atau lingkungannya dalam rangka mempertahankan sistem tersebut dari kepunahan, sistem seperti ini disebut dengan sistem yang adaptif (adaptive system).
2.2 Informasi Informasi adalah data yang sudah diolah dan diorganisasikan sehingga memiliki arti, lebih bermakna dan berguna. Yang dimaksud data dalam hal ini adalah fakta, gambar-gambar, simbol atau angka-angka hasil pengukuran langsung. Informasi merupakan suatu sumberdaya yang berharga bagi suatu organisasi, sehingga perlu dikelola secara hati-hati seperti halnya sumberdaya yang lain (Kendall KE dan Kendall JE 1999). Pengelolaan informasi ini dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan yang potensial muncul bagi kelangsungan suatu organisasi.
6
2.3 Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu sistem yang merupakan kombinasi dari orangorang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan data yang terorganisasi untuk mengumpulkan atau mentransformasi berbagai informasi dalam suatu organisasi (O’Brien 2005). Sistem informasi terdiri atas 5 komponen penyusun utama, yaitu: sumberdaya manusia (brainware), sumberdaya perangkat keras (hardware), sumberdaya perangkat lunak (software), sumberdaya jaringan (netware), dan sumberdaya data (dataware). Jika salah satu dari 5 komponen tersebut tidak ada dalam suatu sistem, maka sistem tersebut bukanlah sistem informasi. Secara umum, sistem informasi dapat dibagi menjadi delapan buah kategori seperti berikut (Kendall KE & Kendall JE 1999):
Transaction processing systems (TPS)
Office automation systems (OAS)
Knowledge work systems (KWS)
Management information systems (MIS)
Decision support systems (DSS)
Expert systems (ES)
Group decision support systems (GDSS)
Executive support systems (ESS)
2.4 Metode Pengembangan Sistem Waterfall Metode Waterfall merupakan salah satu metode pengembangan sistem yang dapat dijadikan dasar dalam pembangunan sistem informasi. Model dari metode ini diilustrasikan pada Gambar 1. Metode Waterfall dibagi menjadi 5 (lima) tahapan utama, tahap-tahapan utama dari model ini memetakan kegiatan-kegiatan perkembangan dasar yaitu: 1
Analisis dan definisi persyaratan. Pelayanan, batasan, dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan user sistem. Persyaratan ini kemudian didefinisikan secara rinci dan berfungsi sebagai spesifikasi sistem.
7
2
Perancangan sistem dan perangkat lunak. Proses perancangan sistem membagi persyaratan dalam sistem perangkat keras atau perangkat lunak. Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan. Perancangan sistem melibatkan identifikasi dan deskripsi abstraksi sistem perangkat lunak yang mendasar beserta hubungannya.
3
Implementasi dan pengujian unit. Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian program atau unit program. Pengujian unit melibatkan verifikasi bahwa setiap unit telah memenuhi spesifikasinya.
4
Integrasi dan pengujian sistem. Unit program diintegrasikan dan diuji sebagai sistem yang lengkap untuk menjamin bahwa persyaratan sistem telah dipenuhi. Setelah pengujian sistem, perangkat lunak dikirim kepada pelanggan.
5
Operasi dan pemeliharaan. Tahap ini merupakan fase siklus hidup yang paling lama. Pemeliharaan mencakup koreksi dari berbagai error yang tidak ditemukan pada tahap-tahap terdahulu, perbaikan atas implementasi unit sistem dan pengembangan pelayanan sistem, sementara persyaratan-persyaratan baru ditambahkan.
Gambar 1 Metode Pengembangan Sistem Waterfall (Sommerville 2001). 8
2.5 Diagram Konteks Suatu sistem atau sub-sistem yang berada dalam suatu organisasi dapat ditampilkan secara grafis dalam beberapa cara. Bermacam-macam model grafis tersebut menunjukkan batasan-batasan suatu sistem dan informasi yang digunakan di dalamnya. Model grafis yang pertama ialah context level data flow diagram (disebut juga diagram konteks). Diagram konteks merupakan bagian dari suatu data flow diagram (DFD). Diagram konteks memfokuskan pada aliran data yang menuju ke dalam sistem dan yang keluar dari sistem serta pemrosesan data tersebut. Diagram konteks terdiri atas tiga simbol, yaitu persegi panjang, bujur sangkar dan anak panah. Persegi panjang mewakili proses atau sistem. Bujur sangkar mewakili entitas yang berinteraksi langsung dengan sistem. Sedangkan anak panah menunjukkan aliran data yang masuk ke dalam sistem, atau keluar dari sistem (Kendall KE & Kendall JE 1999). Dalam diagram konteks, hanya ada satu proses yang merepresentasikan sistem secara keseluruhan. Proses tersebut umumnya diberi indeks nomor 0. Seluruh entitas yang ada dalam diagram konteks terhubung langsung dengan proses. Entitas dapat memberikan aliran data ke dalam proses atau menerima aliran data dari proses.
2.6 Data Flow Diagram (DFD) DFD merupakan suatu diagram yang menggambarkan aliran data. Pengertian lain dari DFD adalah sebuah teknis grafis yang menggambarkan aliran informasi yang diaplikasikan pada saat data bergerak dari input menjadi output (Pressman 2001). DFD terdiri dari empat komponen, yaitu: entitas eksternal, penjelasan perpindahan data, proses, dan data store. Entitas eksternal atau biasa disebut entitas saja disebut juga sumber atau tujuan data, dan dianggap berada di luar sistem yang dideskripsikan. Setiap entitas diberi label dengan nama yang representatif. Meskipun berinteraksi dengan sistem, entitas dianggap di luar batasan sistem. Entitas diberi nama dengan kata benda. Entitas yang sama dapat digunakan lebih dari satu kali pada DFD untuk menghindari garis aliran data yang bersilangan. Entitas biasanya digambarkan dalam bentuk persegi. 9
Penjelasan mengenai perpindahan atau aliran data dalam DFD digambarkan oleh suatu anak panah. Anak panah menunjukkan perpindahan data dari satu titik ke titik lain, dengan ujung anak panah menunjuk pada tujuan data. Aliran data yang muncul secara bersamaan dapat digambarkan melalui penggunaan anak panah sejajar. Karena anak panah merepresentasikan tentang seseorang, tempat, atau suatu benda, sebaiknya penamaannya juga menggunakan kata benda. Suatu proses dalam DFD biasanya digambarkan dalam bentuk persegi panjang yang sudut-sudutnya tumpul. Proses selalu menunjukkan perubahan atau transformasi dari data, sehingga, aliran data yang meninggalkan suatu proses selalu diberi label yang berbeda dari aliran data yang memasuki proses tersebut. Proses menggambarkan pekerjaan dilaksanakan dalam sistem dan sebaiknya diberi nama menggunakan salah satu dari format berikut. Nama yang jelas akan memudahkan dalam memahami apa yang proses lakukan. 1. Beri nama seluruh sistem ketika memberi nama proses yang ber-level tinggi. Misalnya SISTEM KONTROL INVENTORI. 2. Untuk memberi nama sub-sistem utama, gunakan nama seperti SUBSISTEM LAPORAN INVENTORI. 3. Gunakan format kata kerja-kata benda-kata sifat untuk proses yang detail. Kata kerja mendeskripsikan jenis aktivitas, misalnya MENGHITUNG. Kata benda menunjukkan apa hasil utama dari proses, misalnya LAPORAN. Kata sifat mengilustrasikan output yang spesifik, misal INVENTORI yang dihasilkan. Contoh nama proses yang lengkap ialah: MENGHITUNG PAJAK PENJUALAN. Data store biasanya digambarkan dalam bentuk persegi panjang terbuka di ujung kanan. Dalam DFD, tipe dari penyimpanan fisik (misalnya disket, dll) tidak perlu dijelaskan. Pada titik ini simbol penyimpanan data secara sederhana menunjukkan penyimpanan
data
yang
memungkinkan
penambahan
dan
pengambilan
data.
Penyimpanan data dapat merepresentasikan penyimpanan manual, seperti filling cabinet, atau file dan basis data yang ada dalam komputer. Karena penyimpanan data berupa orang, tempat, atau benda, maka sebaiknya diberi nama dengan kata benda. Berikan setiap penyimpanan data angka yang unik, misalnya D1, D2, atau D3. Beberapa simbol penyusun suatu DFD dapat dilihat dalam Gambar 2. 10
Proses
Aliran Data
Data store
Entitas
Gambar 2 Simbol-simbol yang digunakan dalam menyusun DFD (Pressman 2001). 2.7 Entity Relationship Diagram (ERD) Entity Relationship Diagram (ERD)
adalah
dokumentasi
data
dengan
mengidentifikasi jenis entitas dan hubungannya (McLeod 2004). ERD adalah alat komunikasi antara perancang basis data dengan user pada tahap analysis. ERD sifatnya independen terhadap software yang dikembangkan, merupakan data model yang akan digunakan dalam implementasi basis data. Sebuah ERD minimal terdiri dari dua buah simbol, yaitu simbol yang menggambarkan entitas dan simbol yang menggambarkan relationship. Dalam ERD, elemen yang membangun sistem organisasi dapat disebut sebagai entity (entitas). Suatu entitas dapat berupa seseorang, suatu tempat, atau suatu benda, misalnya penumpang dan pesawat. Alternatifnya, suatu entitas dapat juga suatu event (kejadian/peristiwa), misalnya akhir bulan dan periode penjualan. Interaksi antar entitas-entitas tersebut kemudian dideskripsikan oleh suatu relationship (relasi/hubungan). Sebuah entitas umumnya digambarkan dalam bentuk persegi, sedangkan relationship digambarkan dalam bentuk belah ketupat. Setiap relationship memiliki sifat tertentu. Ada yang bersifat satu ke banyak atau banyak ke banyak. Setiap sifat ini diindetifikasi oleh simbol-simbol khusus pada garis yang menghubungkan entitas dengan relationship. Simbol-simbol ini menunjukkan kardinalitas masing-masing entitas. Dalam Gambar 3 diperlihatkan beberapa simbol yang sering digunakan dalam ERD. 11
Gambar 3 Simbol-simbol yang digunakan dalam menyusun ERD (McLeod 2004). 2.8 Basis data Basis data adalah koleksi data yang saling terkait secara logika (beserta deskripsinya), yang dirancang dan diorganisasikan untuk pengambilan informasi yang dibutuhkan. Semua data dalam basis data saling terintegrasi sehingga jumlah duplikasi data dapat diminimalkan (Connolly & Begg 2002). Di dalam basis data terdapat satu atau lebih entitas. Entitas adalah objek di dunia nyata yang dapat dibedakan dengan objek lainnya. Di dalam basis data juga terdapat atribut. Atribut adalah properti deskriptif yang dimiliki oleh suatu entitas, contohnya kunci (key). Key merupakan suatu atribut yang unik yang dapat membedakan antara entitas yang satu dengan entitas yang lainnya. 2.9 Database Management Systems (DBMS) Sistem Manajemen Basis Data atau Database Management Systems (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, menciptakan dan memelihara basis data, juga menyediakan akses terkontrol pada basis data. Salah satu jenis DBMS yang populer pada dewasa ini berupa Relational Database Management System (RDBMS), yang menggunakan model basis data relasional atau dalam bentuk tabel-tabel yang saling terhubungkan (Connolly & Begg 2002). Beberapa DBMS yang sering digunakan saat ini adalah Microsoft Access, Oracle, SQL Server, MySQL, PostgreSQL, dan lain sebagainya. Ada 5 buah keuntungan utama penggunaan DBMS, yaitu:
12
1. Mengurangi pengulangan data 2. Mencapai independensi data 3. Mengintegrasikan data 4. Mengambil data secara cepat 5. Meningkatkan keamanan data 2.10 Pengujian white-box dan black-box Pengujian white-box atau disebut juga glass-box testing adalah metode desain pengujian kasus yang menggunakan struktur kendali pada desain prosedural untuk memperoleh pengujian kasus. Metode white-box digunakan agar perancangan perangkat lunak dapat memperoleh pengujian kasus, yaitu: 1.
Menjamin bahwa semua alur yang bebas di dalam suatu modul telah melakukan percobaan sedikitnya sekali.
2.
Melatih semua logika keputusan pada sisi benar atau salah.
3.
Mengeksekusi semua pengulangan pada batasan dan di dalam batas operasional.
4.
Melatih struktur data internal untuk memastikan validasinya. Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak.
Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk sutau program. Pengujian black-box berusaha menemukan kesalahan dalam kategori sebagai berikut (Pressman 2001): (1) fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang, (2) kesalahan interface, (3) kesalahan dalam struktur data atau akses basis data eksternal, (4) kesalahan kinerja, (5) inisialisasi dan kesalahan terminasi.
13
Tujuan utama pengujian adalah untuk meningkatkan kepercayaan kepada pengguna terhadap sistem, bahwa sistem yang dibangun telah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengujian ini dapat ditentukan dengan cara mempelajari masukan dan keluaran yang terjadi. Pengujian Black Box didasarkan pada spesifikasi sistem, penguji tidak mempunyai pengetahuan tentang implementasi perangkat lunak tersebut (Sommerville 2001). Gambar 4 menjelaskan model pengujian sebuah sistem yang diasumsikan menggunakan Black Box. Penguji menggunakan nilai masukan ke dalam sistem dan memeriksa kecocokkan keluaran. Jika keluaran tidak valid, berarti pengujian telah berhasil mendeteksi kesalahan yang terdapat pada sistem ini.
Gambar 4 Diagram black-box testing (Pressman 2001).
2.11 Enterprise Architecture Enterprise adalah kumpulan dari beberapa organisasi yang memiliki tujuan umum dan atau garis-garis besar yang sama. Sedangkan Enterprise Architecture adalah sebuah koherensi dari keseluruhan prinsip-prinsip, metode-metode dan model-model yang digunakan dalam desain dan realisasi dari sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi, dan infrastruktur ([The Open Group] 2002).
14
Enterprise Architecture mampu menangkap dan menyajikan unsur-unsur paling esensial dari suatu proses bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi. Karakteristik paling utama dari sebuah enterprise architecture adalah bahwa ia menyediakan pandangan menyeluruh (holistic) dari sebuah enterprise. Untuk menciptakan perspektif yang terintegrasi dari sebuah enterprise, diperlukan teknik untuk menggambarkan arsitektur dalam bahasa yang mudah dipahami dan teknik untuk mengkomunikasikannya kepada stakeholder. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjembatani antara seorang arsitek, dalam hal ini arsitek bidang teknologi informasi dan komunikasi, adalah dengan menggunakan pendekatan model, view, presentation dan analysis seperti yang diungkapkan oleh Lankhorst et al. (2005). Pendekatan tersebut disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5 Tatacara mengkomunikasikan enterprise architecture (Lankhorst et al. 2005). Dewasa ini, enterprise architecture adalah salah satu instrumen utama dalam manajemen sebuah enterprise. Strategi, visi dan misi suatu enterprise disusun dari dua buah bagian, yaitu bagian keras (hard) dan bagian lunak (soft). Yang dimaksud bagian keras dalam hal ini adalah enterprise architecture. Sedangkan yang dimaksud bagian lunak adalah kultur dan kepemimpinan suatu enterprise. Lankhorst et al. (2005) menggambarkan hal ini dalam sebuah piramida seperti tersaji dalam Gambar 6.
15
Gambar 6 Enterprise architecture sebagai salah satu instrumen manajemen enterprise (Lankhorst et al. 2005). 2.12 The Open Group Architecture Framework The Open Group Architecture Framework (TOGAF) biasa dikenal juga dengan nama Architecture Development Methode (ADM). TOGAF adalah salah satu metode untuk membangun enterprise architecture. TOGAF terdiri atas 8 (delapan) fase yang berbentuk siklus (cycle), dimana dalam fase ke-4 difokuskan pada pengembangan arsitektur teknologi (dalam hal ini teknologi informasi dan komunikasi). Fase ke-4 ini terdiri atas 8 (delapan) tahapan yang juga berupa cycle. Fase-fase dalam metode TOGAF dapat dilihat pada Gambar 7.
16
Gambar 7 Arsitektur TOGAF ([The Open Group] 2002). 2.13 Sapi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sapi adalah binatang memamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar dan dipelihara untuk diambil daging dan susunya. Sapi biasa juga disebut lembu. Sapi yang khusus dipelihara untuk kemudian dipotong dan diambil dagingnya disebut sebagai sapi potong. Sedangkan sapi yang khusus dipelihara untuk kemudian diambil susunya disebut sebagai sapi perah.
2.14 Program Swasembada Daging Sapi 2010 Secara resmi Departemen Pertanian telah menyatakan Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010 (Boediyana 2007). Program tersebut dicanangkan untuk mengantisipasi kebutuhan daging sapi yang terus meningkat dari tahun ketahun serta untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, karena ketergantungan terhadap pihak lain secara berkesinambungan akan merugikan bangsa dan negara. Departemen Pertanian menyatakan bahwa buku Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi dan buku pelengkapnya antara lain buku Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – 2010 yang disusun oleh Badan Litbang Departemen Pertanian sebagai acuan dan pedoman dalam implementasi PSDS 2010.Mempelajari roadmap atau buku pedoman PSDS
17
tersebut dapat ditarik beberapa substansi bahwa untuk tercapainya PSDS digunakan asumsi dan indikator sebagai berikut (Boediyana 2007) : 1. Dibutuhkan dukungan investasi Rp. 24 Triliun dengan rincian bersumber dari Pemerintah 10% ( Rp. 2,4 Triliun ) yang diperlu kan untuk menunjang PSDS, masyarakat/petani 50 60% ( Rp. 13,5 Triliun ), dan swasta 30% (Rp. 8 Triliun ). 2. Pada tahun tahun 2006 dan 2007 ditingkatkan populasi dengan penambahan bibit sapi muda impor sejumlah 1 ( satu) juta ekor yang dapat segera menghasilkan anak turunan pada tahun yang bersangkutan. 3. Adanya asesibilitas kredit perbankan (bagi swasta) dan kredit program (bagi petani peternak) dengan tingkat bunga sekitar 6 persen/tahun. 4. Perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional 6,1 persen/tahun, berat sapi genetik lokal 123,9 kg , berat sapi genetik impor 198,85 kg, tingkat kelahiran 65% dari betina produktif.
5. Peningkatan populasi sapi 5,82% per tahun, konsumsi daging sapi 5% ,jumlah penduduk 1,49 persen.
2.15 Populasi Sapi Potong Berdasarkan data yang dilansir oleh Departemen Pertanian melalui Basis Data Statistik Pertanian, diketahui bahwa populasi sapi potong nasional pada tahun 2008 adalah 12.256.604 ekor (Gambar 8). Dapat dihitung bahwa rata-rata peningkatan populasi sapi potong nasional adalah 156.073 ekor pertahun. Populasi terendah dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 adalah 10.215.193 ekor sapi potong pada tahun 2001. Populasi sapi potong kemudian meningkat pada tahun 2002 dan menurun kembali pada tahun 2003. Kemudian, sejak tahuan 2004 mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2008 seperti terlihat dalam Gambar 8. Populasi sapi potong terbesar adalah terletak di propinsi Jawa Timur dengan total populasi sebesar 3.384.902 Ekor. Sedangkan populasi terendah adalah terletak di propinsi Kepulauan Riau dengan total populasi sebesar 7.893 ekor, seperti terlihat dalam Tabel 1.
18
Gambar 8 Populasi Sapi Potong Nasional Tahun 2000 – 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) Tabel 1 Populasi Sapi Potong Nasional per Propinsi Tahun 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Jawa Barat Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Populasi (dalam Ekor) 641.093,00 388.240,00 469.859,00 161.202,00 149.042,00 336.295,00 93.219,00 425.526,00 9.373,00 7.893,00 295.554,00 1.442.033,00 269.927,00 3.384.902,00 60.680,00 668.065,00 546.114,00 573.461,00 168.053,00 69.152,00 19
Propinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat
Populasi (dalam Ekor) 210.633,00 90.028,00 108.332,00 203.893,00 703.303,00 237.360,00 227.690,00 98.182,00 74.654,00 56.064,00 51.485,00 35.297,00
2.16 Produksi Daging Sapi Berdasarkan data yang dilansir oleh Departemen Pertanian melalui Basis Data Statistik Pertanian, diketahui bahwa produksi daging sapi nasional pada tahun 2008 adalah 392.500 ton (Gambar 9). Dapat dihitung bahwa rata-rata peningkatan produksi daging sapi nasional adalah 6.570 ekor pertahun. Produksi daging sapi tertinggi dalam kurun waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 adalah 447.570 ton pada tahun 2004. Sedangkan produksi daging sapi terendah adalah pada tahun 2002 yaitu sebesar 330.290 ton seperti terlihat dalam Gambar 9. Produksi daging sapi terbesar adalah berasal dari propinsi Jawa Timur dengan total produksi daging sapi sebesar 85.170 ton. Sedangkan produksi daging sapi terendah adalah berasal dari propinsi Kepulauan Riau dengan total produksi daging sapi sebesar 790 ton, seperti terlihat dalam Tabel 2.
20
Gambar 9 Produksi Daging Sapi Nasional Tahun 2000 – 2008 ([Departemen Pertanian] 2010). Tabel 2 Produksi Daging Sapi Nasional per Propinsi Tahun 2008 ([Departemen Pertanian] 2010) Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur
Produksi (dalam 000 ton) 7,32 16,26 16,02 6,22 3,55 9,63 1,90 10,67 1,65 0,79 8,56 70,01 45,73 4,62 85,17 25,88 8,35 6,76 8,13
21
Propinsi Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat
Produksi (dalam 000 ton) 6,76 4,89 5,79 7,14 4,32 2,64 9,50 3,55 2,89 1,59 1,26 2,13 1,11 1,59
2.17 Bangsa Sapi Bangsa sapi yang cukup populer dan terdapat di Indonesia adalah sapi bali, sapi madura, dan ongole (Sudarmono & Sugeng 2008). Berat rata-rata sapi bali jantan adalah 450 Kg, sedangkan betina adalah 300-400 kg, dengan hasil karkas 57%. Berat badan sapi madura adalah skitar 350 kg dengan hasil karkas sekitar 48%. Sedangkan berat sapi ongole jantan adalah sekitar 550 kg dan betina adalah sekitar 350 kg.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Metodologi yang diusulkan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran dalam Gambar 10.
Gambar 10 Blok diagram kerangka pemikiran. Berdasarkan Gambar 10 di atas, terdapat delapan tahapan utama yang dilakukan. Delapan tahapan utama tersebut adalah: • Studi pustaka dan riset jurnal. • Identifikasi masalah. • Perumusan tujuan serta manfaat. • Analisis dan rancangan konseptual • Pengambilan kesimpulan, dan • Penyusunan laporan. Tahap studi pustaka dan riset jurnal dilakukan untuk menentukan serta mempertajam topik penelitian. Selain itu, tahap ini juga digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber pustaka yang dapat digunakan ketika membuat tinjauan pustaka dalam tahap penyusunan laporan. 23
Tahap identifikasi masalah dilakukan untuk menentukan pokok permasalahan yang akan dikupas dalam penelitian. Pada tahap ini, ditentukan permasalahan yang ada serta bagaimana mengatasinya. Salah satu hasil tahap ini adalah bahwa penelitian dilakukan untuk membangun suatu sistem informasi bernama SIPPS-Sapi. Tahap penentuan tujuan serta manfaat dilakukan untuk mempertajam arah penelitian. Selain itu, tahap ini juga dilakukan untuk memperkuat latar belakang penelitian. Tujuan dan manfaat yang didapat kemudian dievaluasi pada tahap pengambilan kesimpulan. Tahap analisis dan rancangan konseptual mengadopsi metode TOGAF yang dikemukakan oleh The Open Group pada tahun 2002. Hanya saja pada fase ke-3 dan 4 disubstitusi dengan metode pengembangan sistem waterfall seperti yang dikemukakan oleh Sommerville (2001) yang berwujud pengembangan prototipe sistem. Alasan penggunaan metode TOGAF adalah bahwa sistem informasi yang dirancang dapat dipandang sebagai sebuah enterprise architecture, dimana dalam hal ini yang dimaksud enterprise adalah negara Indonesia, khususnya Dirjen Peternakan. Seperti sudah dikemukakan sebelumnya, tahap pengembangan prototipe sistem mengadopsi metode pengembangan sistem waterfall. Dalam pengembangan prototipe sistem, pada tahap analisis dan definisi kebutuhan sistem, turut disertakan pula aktifitas diskusi dengan pakar bidang peternakan di Indonesia. Sesuai
dengan
metode
pengembangan
sistem
waterfall,
dalam
tahap
pengembangan prototipe sistem, terdapat subtahap Implementasi dan Pengujian Unit. Dalam penelitian ini, subtahap ini lebih ditekankan kepada implementasi prototipe sistem. Sedangkan pengujian terhadap setiap unit prototipe sistem dilakukan bersamaan dengan tahap berikutnya. Terdapat pula subtahap Integrasi dan Pengujian Sistem. Dalam penelitian ini, subtahap ini lebih ditekankan kepada pengujian sistem. Karena sistem dibangun sebagai suatu kesatuan, dan tidak ada bagian sistem yang tepisah, sehingga integrasi tidak perlu dilakukan. Adapun pengujian yang dilakukan adalah menggunakan pengujian black-box seperti yang dikemukan oleh Pressman (2001). Sedangkan subtahap Pengoperasian dan Pemeliharaan lebih ditekankan kepada koreksi dari berbagai kesalahan (error) yang tidak ditemukan pada tahap-tahap terdahulu, perbaikan atas implementasi prototipe sistem dan pengembangan pelayanan sistem. 24
Hasil dari pengujian dan perbaikan terhadap keseluruhan sistem digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan. Fase ke-5, 6, 7 dan 8 dalam metode TOGAF dimasukkan dalam bahasan saran tentang aspek implikasi manejerial. Saran tehadap pengembangan penelitian ini juga dikemukakan pada tahap ini.
3.2 Tata Laksana
3.2.1 Alat Bantu Penelitian Alat Bantu Pengembangan Perangkat Lunak: PHP, HTML, CSS, JavaScript dan XML. Alat Bantu Sistem Manajemen Basis Data: MySQL. Alat Bantu Perangkat Keras: ¾ Pemroses: Intel Core Duo Processor T2400 ¾ Kartu grafis: ATI Mobility Radeon X1600 ¾ Hard disk: 80GB 5400 rpm SATA ¾ Random Access Memory (RAM): 1024 MB DDR2 ¾ Shot Messages Service (SMS) Gateway: WAVECOM Fastrack Supreme for GSM/GPRS
3.2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini mengikuti jadwal seperti tertera dalam Tabel 3 berikut: Tabel 3 Jadwal kegiatan penelitian No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Studi Pustaka dan Riset Jurnal Identifikasi Masalah Perumusan Tujuan serta Manfaat Pengembangan Sistem Pengambilan Kesimpulan Penyusunan Laporan
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu: Lab Computational Intellegence (CI), Departemen Ilmu Komputer, FMIPA, IPB. Kampus IPB Darmaga. 25
Lab Pascasarjana, Departemen Ilmu Komputer, FMIPA, IPB. Kampus IPB Baranangsiang.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Architecture Vision Pemerintah Indonesia sudah mencanangkan program untuk mewujudkan swasembada daging sapi pada tahun 2010. Pemerintah juga sudah menyusun beberapa strategi untuk mendukung program tersebut. Secara resmi Departemen Pertanian menyatakan bahwa buku Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi dan buku pelengkapnya antara lain buku Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 – 2010 yang disusun oleh Badan Litbang Departemen Pertanian sebagai acuan dan pedoman dalam implementasi Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2010 (Boediyana 2007). Salah satu strategi yang coba diusulkan melalui penelitan ini adalah membangun sebuah sistem pencatatan (registration system) dan perencanaan sederhana. Agar dapat dipotret dengan baik data-data yang ada di lapangan. Sehingga dapat dihasilkan laporan atau kesimpulan benar berdasarkan fakta yang relevan. Sistem yang diusulkan dinamakan Sistem Informasi Pencatatan dan Perencannan Stok Sapi Potong Nasional (SIPPS-Sapi). SIPPS-Sapi dirancang agar mampu mencatat dan menampung data sapi potong secara nasional serta melakukan kalkulasi perhitungan perencanaan stok sapi potong secara sederhana sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan melakukan perencanaan stok sapi potong tahunan. 4.2 Analisis Business Architecture Analisis business architecture dilakukan untuk mengetahui proses bisnis di dalam bidang sapi potong di Indonesia. Analisis ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui studi terhadap peraturan perundang-undangan yang ada, dan diskusi serta wawancara dengan pakar bidang peternakan, khususnya sapi potong di Indonesia. Pihak pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian, dapat melakukan semacam sensus sapi secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54 tahun 2006, bahwa pelaksanaan pembinaan, bimbingan, pengawasan, dan produksi bibit sapi potong yang baik (good breeding practice) 27
merupakan kewenangan kabupaten/kota, maka sensus sapi ini dapat dilakukan secara terdesentralisasi oleh setiap Dinas Peternakan (Disnak) kabupaten/kota. Nantinya, Pencatatan dan verifikasi pada sistem juga dilakukan oleh petugas Disnak. Selain itu, dalam pengembangan sistem, terdapat pula berbagai landasan hukum lain yang dapat dijadikan rujukan yaitu UU Nomor 6 Tahun 1967 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU ini tergambar proses bisnis dasar bidang peternakan di indonesia. Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian juga sudah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Peternakan nomor: 06/kpts/pd.410/f/01.07 Tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Mutu Bibit Sapi Potong. Dalam peraturan ini, tergambarkan beberapa proses bisnis di bidang peternakan, khususnya pengawasan mutu bibit sapi potong di Indonesia. Telah diterbitkan pula dua buah Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai sapi potong, yaitu untuk bangsa sapi Bali dan Peranakan Ongole (PO). Dalam dua buah standarisasi ini terlihat syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi agar sebuah sapi dapat dinyatakan sebagai sapi bibit. Syarat-syarat ini dapat dijadikan masukan berarti dalam merancang basis data sistem. Yang
terbaru,
telah
diterbitkan
pula
UU
No.
18
Tahun
2009
Tentang Peternakan & Kesehatan Hewan. Dalam UU ini terjabarkan aspek sumberdaya yang harus tersedia dalam pengelolaan ternak. Syarat-syarat mengenai sapi potong seperti apa saja yang boleh dijual dan dipotong juga tergambarkan dalam UU ini. Semua arsitektur bisnis yang terdapat dalam berbagai macam peraturan atau undang-undang tersebut dijadikan landasan dalam tahap pengembangan prototipe sistem. Sehingga rancangan proses yang diusulkan dalam prototipe sistem sesuai dan sejalan dengan proses bisnis yang ada. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan pakar, diketahui bahwa belum ada sistem pencatatan (registration) untuk sapi potong di Indonesia. Sehingga pengembangan sistem dalam penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan. Diketahui pula bahwa koperasi sapi potong di Indonesia sudah ada, namun kurang berjalan dengan baik, sehingga untuk mendapatkan data sesungguhnya tentang sapi adalah sulit. Selain itu, setiap daerah punya cara menandai sapi sendiri, misalnya di Sumba, ada sekitar 10 cara menandai sapi potong. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara 28
yang umum, sehingga setiap daerah memiliki cara mencatat sapi yang sama. Adapun hal yang penting dicatat dari suatu sapi potong adalah umur, berat, jenis kelamin, riwayat kesehatan, jenis atau bangsa sapi, pejantan, induk, dan asal Disnak sapi potong tersebut. 4.3 Analisis dan Definisi Kebutuhan Sistem 4.3.1 Identifikasi Kebutuhan Data dan Informasi SIPPS-Sapi dibangun sebagai alat bantu pemerintah dalam menentukan kebijakan dan melakukan perencanaan stok sapi potong tahunan. Oleh karena itu, untuk membangun SIPPS-Sapi diperlukan data-data tertentu yang terkait dengan sapi potong. Ada beberapa data sapi yang menjadi konsentrasi perhatian dalam SIPPS-Sapi ini, misalnya yaitu: 1. Data sapi yang ada atau sedang dibiakkan 2. Data sapi yang dipotong 3. Data sapi yang mati karena sakit 4. Data sapi yang diekspor secara ilegal 5. Data sapi yang diimpor Setiap satu data sapi, terdiri atas informasi umur, berat, jenis kelamin, riwayat kesehatan, jenis atau bangsa sapi, pejantan dan induk, asal disnak, dan status (verified, unverified, atau deleted by SMS). Kendala yang mungkin timbul adalah menentukan sapi manakah yang dipotong atau sapi manakah yang diekspor secara ilegal. Apakah sapi yang sedang dibiakkan, ataukah sapi yang baru saja diimpor. Apakah sapi tersebut berasal dari Jakarta atau dari Surabaya. Dalam hal ini, terlihat bahwa masalahnya adalah masalah identifikasi. Oleh karena itu diperlukan semacam ID bagi setiap sapi yang beredar di seluruh Indonesia. Sehingga proses identifikasi menjadi mudah dan jelas. Pemberian ID kepada seluruh sapi ini dapat dilakukan secara serentak sebelum SIPPS-Sapi dibuat. Nantinya, Pencatatan dan verifikasi pada sistem juga dilakukan oleh petugas Disnak. Saat sensus dilakukan, maka pada saat itu pula setiap sapi diberi ID. Format ID yang berikan untuk seluruh sapi dapat diatur sedemikian sehingga mampu menginformasikan tempat sapi tersebut berada, nomor urut sapi, dan lain sebagainya. Misalnya, untuk sapi yang berada di Jakarta diberi kode awalan JKT dan untuk sapi yang 29
berasal dari Surabaya diberi kode awalan SBY. Sapi juga dapat ditandai dengan berbagai cara untuk menunjukkan ID-nya, misalnya dengan pemberian tato nomor pada telinga (ID Telinga) atau dengan cap pada tubuhnya. Contoh penggunaan nomor pada telinga sapi adalah seperti terlihat pada Gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11 Contoh penggunaan nomor pada telinga sapi. Setelah seluruh sapi diberi ID, maka data setiap sapi ini akan menjadi basis bagi SIPPS-Sapi yang dibuat. Tepat setelah SIPPS-Sapi dibangun, maka saat itulah seluruh Disnak kabupaten/kota memasukkan data yang sudah dihimpunnya ke dalam SIPSS Sapi. Mengingat kondisi geografis Indonesia, maka SIPPS-Sapi harus dibuat sedemikan sehingga proses pemasukkan data menjadi cepat dan mudah. Pilihan yang tepat adalah bahwa SIPPS-Sapi dibangun di atas teknologi internet, sehingga seluruh Disnak kabupaten/kota dapat memasukkan datanya dengan cepat tanpa perlu datang ke pusat. Dengan asumsi, seluruh Disnak kabupaten/kota di Indonesia sudah memiliki seperangkat komputer yang dapat terhubung ke internet. Selain petugas Disnak, masyarakat awam juga dapat terlibat aktif dalam penyediaan data SIPPS Sapi. Setiap anggota masyarakat dapat memasukkan data sapi, misalnya sapi yang baru lahir, untuk selanjutnya diverifikasi oleh petugas Disnak. Jika daerahnya masih terpencil dan belum terjangkau teknologi internet, maka teknologi Short Message Service (SMS) dapat digunakan. Ilustrasi langkah-langkah pemanfaatan teknologi SMS oleh anggota masyarakat dalam hal peran sertanya untuk menyediakan data SIPPS Sapi adalah sebagai berikut: 1. Seorang anggota masyarakat, sebutlah bernama X, mengetahui bahwa seekor sapi Y baru saja lahir di Surabaya. 30
2. X akan memasukkan data sapi Y itu dengan cara menuliskan SMS dalam format tertentu, lalu mengirimkannya kepada SIPPS-Sapi. 3. SIPPS-Sapi akan mencatat data sapi Y tersebut, dan menuliskan statusnya sebagai unverified. 4. Seluruh pengguna SIPPS-Sapi dapat membuka dan melihat data sapi Y, hanya saja statusnya masih unverified. 5. Secara simultan, SIPPS-Sapi juga akan mengirimkan SMS kepada petugas Disnak Surabaya bahwa sebuah data sapi Y baru saja masuk ke dalam sistem. 6. Petugas Disnak Surabaya akan melakukan verifikasi mengenai data sapi Y. Verifikasi dapat dilakukan dengan cara menelpon si pengirim data, datang ke lokasi, atau dengan cara lainnya. 7. Jika setelah diverifikasi data sapi Y itu benar adanya, maka petugas Disnak dapat segera mengubah data sapi Y dari semula unverified, menjadi verified. Serta melakukan beberapa perubahan yang diperlukan. Langkah-langkah di atas juga dilakukan jika anggota masyarakat memasukkan datanya melalui internet. Hanya saja, pada Langkah 2, anggota masyarakat memasukkan data sapi Y dengan cara mengetikkannya langsung di dalam SIPPS-Sapi. Agar masyarakat atau instansi tertentu, misalnya Rumah Potong Hewan (RPH) atau Balai Penelitian Ternak Unggul (BPTU), dapat memasukkan banyak data sapi secara sekaligus, maka disediakan pula fasilitas upload file melalui sistem. Dalam hal ini, masyarakat atau instansi tersebut cukuplah memasukkan data-data sapi ke dalam file teks berformat .csv, kemudian mengirimkan file tersebut ke petugas disnak atau ke pusat. Selanjutnya, petugas disnak atau petugas di pusat dapat meng-upload file tersebut melalui sistem. Jika masyarakat atau instansi tertentu memasukkan data sapi yang sama baik melalui SMS atau melalui upload file, maka kegiatan tersebut akan dianggap sebagai pengubahan data sapi. Setiap proses pengubahan data sapi dapat di-forward kepada petugas disnak yang terkait jika diperlukan. Jika masyarakat atau instansi tertentu menghapus data sapi melalui SMS, maka data sapi tersebut akan diberi status deleted by SMS. Petugas Disnak harus melakukan
31
verifikasi ke lapangan mengenai kebenaran penghapusan data ini untuk selanjutnya diupdate dalam sistem. Jika data yang dimasukkan belum memiliki ID Telinga, maka sistem harus dapat membangkitkan sembarang ID Telinga sementara bagi data sapi tersebut. Petugas disnak harus segera melakukan verifikasi ke lapangan menganai data sapi baru ini, agar dapat segera di-update dalam sistem. Setelah seluruh data sapi terisi dalam SIPPS-Sapi, maka seiring berjalannya waktu sistem akan melakukan beberapa perhitungan otomatis. Misalnya: 1. Selama tidak ada perubahan, sistem secara otomatis akan menambah berat sapi perhari. Hal ini merujuk kepada apa yang diungkapkan oleh Sudarmono & Sugeng (2008), bahwa berat atau bobot sapi akan bertambah setiap harinya melalui persentasi tertentu. Secara umum pertambahan bobot sapi mengikuti kurva sigmoid. Contohnya seperti terlihat dalam Gambar 12 yang menggambarkan kurva pertumbuhan sapi bali.
Gambar 12 Grafik pertumbuhan bobot sapi bali (Sudarmono & Sugeng 2008). Namun, untuk kemudahan perhitungan sistem, diambil nilai gradian dari garis singgung terhadap titik tengah kurva tersebut. misalnya seperti yang terlihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Contoh Pertambahan Bobot Sapi perhari Bangsa Sapi Murni Tropis (lokal)
Pertambahan Bobot (kg/hari)
Ongole
0.81
Bali
0.35
32
Sebagai catatan, karena umumnya pertumbuhan sapi tropis berhenti setelah berumur 4 tahun (Sudarmono & Sugeng 2008), maka sistem tidak akan melakukan penambahan berat lagi setelah 4 tahun. Sistem akan mengubah status sapi menjadi unverified agar pihak administrator tingkat Disnak melakukan verifikasi ke lapangan untuk memeriksa status sapi tersebut. 2. Sistem secara otomatis akan menghitung persentase karkas dari setiap sapi. Perhitungan ini didasarkan pada sebuah tabel acuan, misalnya seperti Tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Contoh Persentase Berat Karkas per Sapi Bangsa Sapi Tropis (lokal)
Persentase Karkas (per berat sapi)
Bali
57%
Madura
48%
Perhitungan persentase karkas diperlukan untuk menduga berat bagian daging yang bisa dikonsumsi. Sehinga sistem dapat melaporkan dugaan total berat daging atau jeroan yang siap dikonsumsi di seluruh Indonesia
3. Sistem secara otomatis akan menghitung persentase daging dari karkas setiap sapi. Perhitungan ini didasarkan pada sebuah tabel acuan, misalnya seperti Tabel 6 berikut ini: Tabel 6 Contoh Persentase Daging Per Berat Karkas Bangsa Sapi Tropis (lokal)
Persentase Daging (per berat karkas)
Bali
50%
Madura
48%
SIPPS-Sapi harus dapat menyajikan berbagai macam informasi yang berguna untuk mendukung pengambilan keputusan pemerintah pusat. Informasi yang disajikan dapat berbentuk laporan (report) yang mudah dipahami. Secara umum, informasi minimal yang harus dapat disajikan oleh SIPPS-Sapi adalah: 1. Total sapi yang ada atau sedang dibiakkan di seluruh Indonesia. Laporan dapat ditampilkan berdasarkan kriteria tertentu, baik berupa tabular maupun grafik. 33
2. Total sapi yang ada atau sedang dibiakkan di Disnak tertentu. Laporan dapat ditampilkan berdasarkan riteria tertentu, baik berupa tabular maupun grafik. Laporan dapat disajikan dalam bentuk detail ataupun dalam bentuk ringkasan (summary). Laporan dalam bentuk detail umumnya ditujukan untuk keperluan operasional. Sedangkan laporan dalam bentuk ringkasan digunakan untuk pengambilan keputusan manejerial atau strategis. Ada dua jenis grafik yang akan disajikan dalam laporan, yaitu grafik pie dan grafik batang. Grafik pie menyajikan persentase jumlah sapi berdasarkan kriteria tertentu (misalnya berdasakan bangsa sapi). Sedangkan grafik batang menyajikan total sapi berdasarkan kriteria tertentu. Selain mencatat dan menyajikan laporan, SIPPS-Sapi juga diharapkan mampu menghitung dan menyajikan semacam saran mengenai perencanaan neraca stok sapi potong nasional. Saran dari sistem ini dihitung berdasarkan data-data yang berhasil tercatat di dalam sistem, serta data-data yang dimasukkan dari luar sistem. Kalkulasi yang dilakukan dalam neraca sapi untuk penentuan saran yang diberikan didasarkan kepada hasil diskusi dengan pakar. Ada 5 (lima) variabel yang terlibat di dalam kalkulasi, yaitu: 1. Total ketersedian daging sapi di seluruh indonesia (diambil dari hasil pencatatan sistem) 2. Total populasi penduduk Indonesia (dimasukkan dari luar sistem). 3. Bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk (dimasukkan dari luar sistem). 4. Correction Factor (dimasukkan dari luar sistem). Faktor koreksi ini diperlukan mengingat ada beberapa masyarakat yang tidak memakan daging (vegetarian) atau memang tidak menyukai daging sapi. Rumus yang digunakan dalam kalkulasi ini adalah sebagai berikut: Misalkan, x = Total ketersedian daging sapi di seluruh indonesia y = Total populasi penduduk Indonesia a = Bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk b= correction factor 34
maka jumlah stok = x – ((a*y) - ( a *y* b)) Jika jumlah stok < 0, maka sistem akan munjukkan nilai negatif dan disarankan untuk segera menambah stok sapi potong nasional. Variabel total populasi penduduk Indonesia dan bobot daging sapi yang semestinya dikonsumsi per penduduk juga sebaiknya dapat diisi melalui pembacaan langsung pada sistem informasi lain. Sehingga, pengguna tidak perlu memasukkan lagi secara manual.
4.3.2 Identifikasi Sumber Data dan Informasi Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa data awal yang menjadi basis SIPPSSapi bersumber dari data hasil sensus sapi yang dilakukan oleh Disnak kabupaten/kota. Selanjutnya dapat tersebut dapat ditambah, diubah atau dihapus sesuai kebutuhan. Seluruh Disnak kabupaten/kota setiap tahunnya harus melakukan survey langsung terhadap daerahnya untuk mengidentifikasi perubahan data sapi yang terjadi. Segala perubahan dicatat, untuk selanjutnya ditambahkan, dihapus atau diubah di dalam SIPSS Sapi. Segala sapi baru yang muncul di kabupaten/kota tersebut tentu saja harus diberi ID yang baru, kecuali untuk sapi hasil impor. Ketika survey, petugas Disnak kabupaten/kota mencatat sapi baru yang lahir, sapi yang dipotong, sapi yang mati karena sakit dan sapi yang diekspor secara legal. Jika ternyata ada sapi yang sebelumnya ada, namun faktanya saat survey tidak ada, padahal sapi tersebut tidak dipotong dan tidak mati karena sakit dan tidak juga diekspor secara legal, maka harus diasumsikan dan dicatat bahwa sapi tersebut telah diekspor secara ilegal. Namun jika sapi tersebut hanya dipindahkan ke kota lain, maka sapi tersebut dihapus dari SIPPS-Sapi oleh petugas Disnak kabuputen/kota asal, dan ditambahkan ke dalam SIPPS-Sapi oleh petugas Disnak kabupaten/kota tujuan. Oleh karena itu, harus diasumsikan pula, setiap perpindahan sapi antar kabupaten/kota diketahui dan tercatat oleh Disnak kabupaten/kota asal dan tujuan. Ketika pemerintah pusat melakukan impor sapi, maka seluruh sapi impor tersebut dicatat dan diberi ID khusus kemudian ditambahkan ke dalam SIPPS-Sapi sesuai wilayah kabupaten/kota yang akan menerima jatah sapi hasil impor itu. Dalam hal ini, 35
diasumsikan tidak ada perpindahan sapi impor dari suatu kabupaten/kota ke kabupaten/kota lainya. Segala perubahan yang terjadi dapat dilihat informasinya oleh pemerintah pusat dan Disnak kabupaten/kota melalui SIPPS-Sapi. Selain pemerintah pusat dan Disnak kabupaten/kota, seluruh masyarakat indonesia juga dapat menggunakan SIPPS-Sapi untuk sekedar melihat-lihat berbagai informasi yang ada atau menambahkan data sapi baru tanpa kemampuan mengubahnya.
4.3.3 Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem Berdasarkan hasil analisis dan identifikasi kebutuhan serta sumber data dan informasi maka dianalisis fungsi-fungsi apa saja yang semestinya tersedia di dalam sistem agar kebutuhan serta sumber dari data dan informasi dapat terpenuhi. Proses analisis ini juga melibatkan pakar bidang peternakan, sehingga fungsi-fungsi yang diusulkan betul-betul sesuai dengan kebutuhan. Fungsi-fungsi
yang
diusulkan
dirancang
sedemikian
sehingga
mampu
mewujudkan sebuah sistem informasi yang bermanfaat. Seperti apa yang dikemukakan oleh O’Brien (2005) bahwa sistem informasi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan operasional, mendukung pengambilan keputusan pada tingkat manejerial serta keputusan yang sifatnya strategis. Setiap fungsi yang diusulkan diberi kode sehingga mempermudah identifikasi saat implementasi dan penyusunan dokumen. Daftar fungsi-fungsi apa saja yang diusulkan dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 Daftar kebutuhan fungsional sistem No 1
Kode SIPPS001
Nama Fungsi Login
2
SIPPS002
Lihat data sapi
3
SIPSS003
Lihat data sapi yang dihapus
4
SIPPS004
Ubah detail Disnak
Deskripsi Mendapatkan hak akses Melihat daftar sapi seluruh wilayah yang teregistrasi di dalam sistem Melihat daftar sapi yang telah dihapus. Mengubah detail data administrator tingkat Disnak.
36
No
Kode
5
SIPPS005
Lihat dan Ubah data Master
6
SIPPS006
Buat Laporan
Nama Fungsi
Deskripsi Melihat dan memanipulasi data pendukung utama (data master), misalnya: a. Propinsi b. Disnak c. User d. Jenis Sapi e. Jenis Penyakit f. Alasan menghapus data Membuat laporan dalam berbagai kriteria Manipulasi seluruh data sapi.
7
8
9
10
11
SIPPS007
SIPPS008
SIPPS009
SIPPS010
SIPPS011
Manipulasi data sapi
Masuk SMS
Ubah SMS
Mengubah data sapi secara otomatis berdasarkan SMS dengan status unverified
Ubah Otomatis
Mengubah data sapi secara otomatis berdasarkan data pendukung utama
Hapus SMS
Menghapus data sapi secara otomatis berdasarkan SMS dengan status deleted by SMS
12
SIPPS012
Forward
13
SIPPS013
Forward Setting
14
SIPPS014
Memasukkan data melalui SMS dengan status unverified
Upload data
Mem-forward informasi penambahan dan pengubahan data sapi ke administrator tingkat Disnak Mengaktifkan atau menonaktifkan fasilitas forward Meng-upload banyak data sapi sekaligus dari sebuah file .csv
37
No
Kode
15
SIPPS015
Nama Fungsi Perencanaan
Deskripsi Melakukan kalkulasi neraca stok sapi potong nasional dan menyajikan saran berdasarkan hasil perhitungan
Dengan mengamati fungsi-fungsi yang diusulkan, dapat dikatakan bahwa SIPPSSapi mempu mengakomodasi hingga tiga jenis kategori sistem informasi yang diisyaratkan oleh Kendall KE & Kendall JE (1999), yaitu:
Transaction Processing Systems (TPS) Dalam SIPPS-Sapi terdapat fungsi untuk mencatat, mengubah dan menghapus data sapi. Selain itu, juga ada proses penerimaan dan forward SMS yang menunjukkan adanya transaksi data di dalam sistem.
Management Information Systems (MIS) SIPPS-Sapi juga mampu menyajikan berbagai laporan menurut kriteria tertentu. Laporan yang disajikan dapat berupa laporan detail dan ringkasan yang mendukung pengambilan keputusan manejerial. Sistem juga menampilkan status verified dan unverified sehingga memungkinkan level manajerial untuk melakukan verifikasi terhadap data yang dimasukkan. SIPPS-Sapi memiliki fungsi perencaaan yang melakukan kalkulasi necara sapi potong nasional. Saran yang dihasilkan dari fungsi ini dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya strategis.
4.3.4 Analisis Pengguna dan Kebutuhan Pengguna Sistem Ada tiga tingkatan pengguna sistem, yaitu: 1. Pengguna biasa 2. Administrator tingkat Disnak 3. Administrator Pusat Pengguna biasa hanya dapat membuka sistem dan melihat-lihat data yang tersedia dalam sistem. Yang dimaksud pengguna biasa juga adalah RPH dan BPTU. Pengguna biasa juga dapat menambahkan data dengan cara mengirimkannya melalui email ke administrator tingkat Disnak. Administrator tingkat Disnak selain melihat juga dapat
38
memodifikasi dan bertanggung jawab terhadap data di wilayahnya. Administrator pusat dapat melihat, memodifikasi seluruh data serta dapat menambahkan atau menghapus Disnak, Penjelasan lebih detail mengenai hak akses setiap pengguna sistem dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8 Hak akses pengguna sistem No 1. 2 3
Nama Pengguna Pengguna Biasa Administrator tingkat Disnak
Hak Akses SIPPS002, SIPPS008, SIPPS010 dan SIPPS011 Semua fungsi (kecuali SIPPS014) tetapi terbatas hanya untuk Disnak-nya saja
Administrator Pusat
Semua fungsi
4.3.5 Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Brainware) Kebutuhan sumber daya manusia dalam SIPPS-Sapi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: kebutuhan sumber daya manusia ketika proses pembuatan SIPPS-Sapi dan kebutuhan sumber daya manusia setelah SIPPS-Sapi dibuat. Sumberdaya manusia yang harus tersedia dalam proses pengembangan SIPSS Sapi adalah sebagai berikut: 1. Team Leader/Ahli Sistem Informasi 2. System Analyst 3. Ahli basis data 4. Programmer 5. Ahli peternakan 6. Network Specialist 7. Hardware Specialist 8. Tenaga sensus dari Disnak kabupaten/kota 9. Seorang admin di setiap Disnak kabupaten/kota yang akan meng-entry data hasil sensus Setelah SIPPS-Sapi selesai dibuat, maka sumberdaya manusia yang diperlukan untuk menggunakan dan merawat SIPPS-Sapi adalah: 1. Seorang admin di pemerintah pusat 2. Seorang admin di setiap Disnak kabupaten/kota 3. Tenaga survey di setiap Disnak kabupaten/kota 39
4.4 Desain Sistem dan Perangkat Lunak 4.4.1 Perancangan Basis Data Perancangan basis data berguna dalam membangun sebuah sistem yang efisien dalam penyimpanan, serta untuk mempemudah pengelompokan data di dalam tabel. Perancangan basis data juga digunakan untuk menghindari pengulangan (redudansi) data. Perancangan basis data mempunyai 3 tahapan perancangan yang terdiri dari perancangan konseptual, perancangan logika dan perancangan fisik. 4.4.1.1 Perancangan Konseptual Perancangan konseptual merupakan upaya untuk membentuk model yang bersifat konsep. Perancangan konseptual terdiri dari identifikasi entitas, identifikasi relationship, identifikasi atribut dan diagram ER. 4.4.1.1.1 Identifikasi Entitas Ada 7 entitas yang teridentifikasi dalam perancangan basis data sistem ini. Ketujuh entitas tersebut dijabarkan dalam Tabel 9. Tabel 9 Identifikasi Entitas SIPSS Sapi No Nama Entitas 1 Sapi 2 Disnak 3 User 4
Jenis Penyakit
5
Alasan Hapus
6 7
Propinsi Jenis Sapi
Kegunaan Menyimpan data sapi Menyimpan data Disnak Menyimpan data administrator setiap Disnak Menyimpan data jenis-jenis penyakit pada sapi Menyimpan data alasan menghapus sebuah data sapi Menyimpan data propinsi Menyimpan data jenis sapi beserta data pertambahan bobot perhari, persentase karkas dan persentase daging
4.4.1.1.2 Identifikasi Relationship Dari hasil identifikasi deskripsi entitas maka dapat dibuat hubungan (relationship) antar entitas pada basis data. Deskripsi lengkap untuk hubungan antar entitas disajikan pada Gambar 13 di bawah ini.
40
Disnak
1
Propinsi
1
Sapi
M
Sapi
M
Sapi
M
Disnak
1
memiliki
memiliki
memiliki
memiliki
memiliki
M
Sapi
M
Disnak
1
Jenis Sapi
1
Jenis Penyakit
1
Alasan Hapus
M
memiliki
User
Gambar 13 Identifikasi relationship pada basis data SIPPS-Sapi.
4.4.1.1.2 Identifikasi Atribut Setelah melakukan identifikasi relationship, maka selanjutnya adalah melakukan identifikasi atribut dari masing-masing entitas basis data. Untuk identifikasi atribut masing-masing entitas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Identifikasi atribut pada masing-masing entitas No
Entitas
Atribut • Id_telinga • Id_telinga_pejantan
1
Sapi
• Id_telinga_induk • Jk • Bangsa
41
No
Entitas
Atribut • Bobot_masuk • Umur_masuk • Riwayat_penyakit • Status • Id_jenis_sapi • Id_disnak • Status_hapus • Beranak • Id_disnak • Nama_disnak
2
Disnak
• Id_propinsi • No_telp • Forward • Id_user • Username • Password
3
User
• Id_disnak • Nama • Tipe • id_penyakit
4
Jenis Penyakit
• Nama_penyakit • Forward • id_alasan
5
Alasan Hapus
6
Propinsi
• Alasan • id_propinsi 42
No
Entitas
Atribut • Nama_propinsi • id_jenis_sapi • nama_jenis • persentase_pertumbuhan
7
Jenis Sapi
• pertambahan_bobot_harian • max_usia • pdaging
4.4.1.1.3 Entity Relationship Diagram (ERD) Pada tahap ini dibuat Entity Relation Diagram (ERD) dari basis data yang sedang dirancang. Dalam ERD akan ditampilkan nama relasi antar entitas. Berikut adalah ERD dari rancangan basis data yang diusulkan seperti terlihat dalam Gambar 14.
Gambar 14 ERD untuk SIPPS-Sapi. 4.4.1.2 Perancangan Logika Perancangan logika dipresentasikan dengan pemetaan entitas dan relationship ke relasi. Perancangan logika terdiri atas tahap transformasi model ERD ke model relasional dan tahap normalisasi. 4.4.1.2.1 Transformasi model ERD ke model relasional 1. Disnak --- memiliki --- Sapi 43
•
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
•
Sapi(Id_telinga, Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak)
2. Propinsi --- memiliki --- Disnak •
Propinsi (id_propinsi, Nama_propinsi)
•
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
3. Sapi --- memiliki --- Jenis Sapi •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Jenis
Sapi(id_jenis_sapi,
nama_jenis,
persentase_pertumbuhan,
pertambahan_bobot_harian, max_usia, pdaging)
4. Sapi --- memiliki --- Jenis Penyakit •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Jenis Penyakit (id_penyakit, Nama_penyakit, Forward)
5. Sapi --- memiliki --- Alasan Hapus •
Sapi (Id_telinga,Id_telinga_pejantan,
Id_telinga_induk,
Jk,
Bangsa,
Bobot_masuk, Umur_masuk, Riwayat_penyakit, Status, Id_jenis_sapi, Id_disnak, Status_hapus, Beranak) •
Alasan Hapus (id_alasan, Alasan)
6. Disnak --- memiliki --- User •
Disnak(Id_disnak, Nama_disnak, Id_propinsi, No_telp, Forward)
•
User (Id_user, Username, Password, Id_disnak, Nama, Tipe) 44
4.4.1.2.2 Normalisasi Beberapa relasi yang sudah dirancang mampu memenuhi normalisasi hingga bentuk ketiga (3NF). Namun, ada juga beberapa relasi yang masih dalam bentuk normal kedua (2NF) dan (1NF). Sesungguhnya relasi-relasi yang belum dalam bentuk 3NF dapat dinormalisasi lagi sehingga menjadi 3NF. Namun, akan sangat menyulitkan saat implementasi basis data dan saat pemrograman nantinya. Oleh karena itu, bentuk normalisasi yang ada tetap dipertahankan untuk kemudahan implementasi. Hasil analisis normalisasi pada tiap relasi yang ada dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11 Bentuk normal setiap relasi/entitas No
Nama Relasi/Entitas
Tingkatan Bentuk Normal
1
Sapi
1NF
2
Disnak
3NF
3
User
3NF
4
Jenis Penyakit
3NF
5
Alasan Hapus
3NF
6
Propinsi
3NF
7
Jenis Sapi
2NF
4.4.1.3 Perancangan Fisik Perancangan fisik meliputi perancangan kamus data dari semua relasi yang akan ada di dalam basis data yang sedang dirancang. Di dalam kamus data ditentukan tipe data bagi setiap atribut dalam masing-masing relasi. Karena SIPPS-Sapi diusulkan agar berbasis web, maka diusulkan pula agar basis data diimplentasikan menggunakan perangkat lunak sistem manajemen basis data yang dikhususkan untuk pengembangan web. MySQL adalah salah satu jenis perangkat lunak sistem basis data yang banyak digunakan dalam pengembangan web, dan diusulkan untuk digunakan dalam pengembangan SIPPS-Sapi ini. Oleh karena itu, tipe data yang 45
digunakan dalam perancangan kamus data adalah tipe data yang tersedia di dalam MySQL. Kamus data yang diusulkan dapat dilihat dalam Lampiran 1. 4.4.2 Perancangan Masukan Pada tahap ini dirancang halaman masukan apa saja yang sebaiknya ada di dalam SIPPS-Sapi. Halaman masukan ini akan digunakan untuk menerima masukan dari pengguna. Halaman masukan yang diusulkan disesuaikan dengan kebutuhan fungsional sistem yang sudah dijabarkan sebelumnya. Daftar halaman masukan apa saja yang diusulkan dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Halaman masukan yang diusulkan ada di dalam SIPPS-Sapi No 1
Halaman Masukan Halaman login
2
Halaman tambah atau ubah user
3
Halaman tambah atau ubah propinsi Halaman tambah atau ubah Disnak Halaman tambah atau ubah Jenis Sapi Halaman tambah atau ubah Jenis Penyakit Halaman tambah atau ubah Alasan Menghapus Data Halaman forward setting
4 5 6 7 8
9 10
Halaman tambah atau ubah data Sapi Halaman upload data
Deskripsi Halaman untuk memasukkan username dan password bagai administrator tingkat Disnak atau administrator pusat Halaman untuk menambah atau mengubah pengguna sistem (yang dimaksud pengguna sistem di sini adalah administrator tingkat Disnak) Halaman untuk menambah atau mengubah data propinsi Halaman untuk menambah atau mengubah data Disnak Halaman untuk menambah atau mengubah data Jenis Sapi Halaman untuk menambah atau mengubah data Jenis Penyakit Halaman untuk menambah atau mengubah data Alasan Menghapus Data Halaman untuk menentukan perubahan data seperti apa saja yang perlu diforward melalui SMS Halaman untuk menambah atau mengubah data Sapi Halaman untuk upload data melalui file .csv
4.4.3 Perancangan Proses Proses spesifik dari SIPPS-Sapi dideskripsikan pada perancangan proses yang mempunyai keterhubungan antara kebutuhan fungsional dalam hubungannya dengan
46
proses-proses yang akan terjadi. Perancangan proses digambarkan dalam bentuk digaram konteks dan Data Flow Diagram (DFD). 4.4.3.1 Diagram konteks Berdasarkan paparan sebelumnya, terlihat bahwa ada tiga entitas yang terlibat langsung terhadap SIPPS-Sapi, yaitu pengguna biasa yang hanya dapat melihat-lihat, serta administrator tingkat Disnak dan administrator pusat. Dalam hal ini, administrator pusat atau administrator tingkat Disnak. Administrator pusat memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan administrator tingkat Disnak, karena administrator pusat memiliki kemampuan untuk mengubah User ID dan password setiap administrator tingkat Disnak. Sehingga diagram konteks SIPPS-Sapi dapat digambarkan dalam Gambar 15.
Gambar 15 Diagram konteks SIPPS-Sapi.
47
4.4.3.2 Data Flow Diagram (DFD) Alur kerja SIPPS-Sapi dapat dilihat lebih jelas dengan memperhatikan beberapa DFD di bawah ini yang merupakan gambaran lebih detail dari diagram konteks sebelumnya (Gambar 16).
Gambar 16 DFD Level 1 SIPPS-Sapi. 48
4.4.4 Perancangan Keluaran Keluaran dari SIPPS-Sapi adalah berupa laporan baik dalam bentuk tabular maupun grafik. Laporan dalam bentuk tabular dapat disajikan dalam berbagai bentuk sesuai kriteria tertentu. Laporan dalam bentuk grafik dapat berupa grafik pie atau grafik batang. Selain berupa laporan, keluaran dari sistem adalah berupa hasil kalkulasi sederhana mengenai perencanaan stok sapi potong nasional.
4.4.5 Perancangan Kebutuhan Sumber Daya Perangkat Lunak (Software) Kebutuhan sumber daya perangkat lunak dalam SIPPS-Sapi dibagi menjadi dua bagian, yaitu perangkat lunak yang dibutuhkan saat proses pembuatan SIPPS-Sapi, dan perangkat lunak yang dibutuhkan saat menggunakan SIPPS-Sapi. SIPPS-Sapi akan dibuat menggunakan perangkat lunak yang sifatnya open source, sehingga tidak perlu ada biaya tambahan untuk lisensi. Karena SIPPS-Sapi berjalan di atas teknologi internet, maka SIPPS-Sapi dibuat berbasis web. Oleh karena itu diperlukan sebuah web server dan sebuah database server serta bahasa pemrograman yang berbasis web. Perangkat lunak yang dibutuhkan saat pembuatan SIPPS-Sapi adalah: 1. Sistem operasi 2. web server Apache 3. Bahasa pemrograman PHP 4. Sistem manajemen basis data MySQL sebagai database server 5. Web browser yang berjalan di sistem operasi LINUX, misalnya Mozilla Firefox. Setelah SIPPS-Sapi selesai dibuat, selanjutnya SIPPS-Sapi dapat digunakan dengan kebutuhan perangkat lunak sebagai berikut: 1. Sembarang sistem operasi 2. Sembarang web browser yang berjalan di sistem operasi yang digunakan
4.4.6 Perancangan Sumber Daya Jaringan (Netware) Karena SIPPS-Sapi direncanakan akan dibangun dan berjalan di atas teknologi Internet, maka harus tersedia koneksi internet bagi seluruh Disnak kabupaten/kota dan pemerintah pusat. SIPPS-Sapi akan dipasang/di-install di kantor pemerintah pusat, 49
kemudian seluruh Disnak kabupaten/kota dapat mengakses dan menggunakan SIPPSSapi melalui internet. Agar terkoneksi dengan Internet, seluruh Disnak kabupaten/kota dapat menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan cara dial-up, menggunakan koneksi ADSL atau menggunakan suatu dedicated line. Cara yang paling umum dan mudah adalah cara dial-up. Jika menggunakan dial-up, maka harus terpasang saluran/jaringan telepon di kantor Disnak kabupaten/kota tersebut. Khusus untuk pemerintah pusat, maka koneksi ke Internet akan dibangun menggunakan dedicated line dengan bandwidth yang lebar, karena kemungkinan tingginya akses ke pemerintah pusat yang dilakukan oleh seluruh Disnak kabupaten/kota di Indonesia. Selain itu, diperlukan juga saluran komunikasi antara web server dan database server di kantor pemerintah pusat. Umumnya saluran komunikasi ini diwujudkan menggunakan sebuah kabel tunggal yang menghubungkan keduanya secara langsung. Dalam hal penggunaan teknologi SMS, harus diasumsikan bahwa setiap daerah sudah terjangkau sinyal operator seluler. Diasumsikan pula, biaya pulsa dan verifikasi tidak menjadi kendala dalam menjalakan sistem ini.
4.4.7 Perancangan Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware) Dengan mempertimbangkan bahwa SIPPS-Sapi dibuat berbasis web dan berjalan di atas teknologi Internet maka perangkat keras yang minimal diperlukan untuk menjalankan SIPPS-Sapi adalah: 1. Komputer yang bertindak selaku web server di kantor pemerintah pusat 2. Komputer yang bertindak selaku database server di kantor pemerintah pusat 3. Kabel untuk menghubungkan web server dan database server 4. Kabel fiber optic yang membentuk dedicated line antara kantor pemerintah pusat dengan ISP penyedia jasa internet. 5. Komputer untuk admin di kantor pemerintah pusat 6. Komputer di setiap Disnak kabupaten/kota 7. Telepon, saluran telepon, modem standar, kabel dan konektor RJ-11 bagi Disnak kabupaten/kota yang menggunakan cara dial-up untuk koneksi ke internet. 50
8. SMS gateway untuk menerima SMS dari anggota masyarakat dan mengirimkan SMS kepada setiap petugas Disnak.
4.4.8 Perancangan Arsitektur global SIPPS-Sapi Dengan mempertimbangkan bahwa SIPPS-Sapi di buat berbasis web, berjalan di atas teknologi Internet dan teknologi SMS, serta banyaknya Diknas kabupaten/kota yang terdapat di seluruh Indonesia, maka arsitektur SIPPS-Sapi dapat digambarkan secara umum seperti Gambar 17 berikut:
Gambar 17 Arsitektur global SIPPS-Sapi.
4.5 Implementasi Yang dimaksud implementasi dalam hal ini adalah implementasi prototipe sistem. Implementasi dibagi menjadi 4 (empat), yaitu implementasi basis data, implementasi
51
masukan, implementasi proses, implementasi keluaran, dan implementasi pengolahan data melalui SMS. 4.5.1 Implementasi Basis Data Basis data diimplementasikan menggunakan perangkat lunak sistem manajemen basis data MySQL. Basis data disimpan dengan nama db_sapi. Nama setiap tabel di dalam basis data disesuaikan dengan nama relasi yang dirancang dengan diberi awalan t_. Tipe data setiap field dalam masing-masing tabel yang diimplementasikan, disesuaikan dengan kamus data yang sudah dirancang. Hasil implementasi basis data dapat dilihat dalam Lampiran 2.
4.5.2 Implementasi Masukan Implementasi halaman masukan dibuat berdasarkan hasil perancangan masukan pada bahasan sebelumnya. Data yang dimasukkan ke dalam sistem harus lengkap dan tidak boleh ada elemen data yang kosong. Adapun beberapa contoh hasil implementasi masukan dapat dilihat pada Gambar 18 sampai dengan Gambar 20 di bawah ini:
Gambar 18 Implementasi masukan tambah data sapi. 52
Gambar 19 Implementasi masukan forward setting.
Gambar 20 Implementasi masukan upload data.
4.5.3 Implementasi Proses Setiap proses yang sudah dirancang diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman berbasis web, yaitu PHP. Spesifikasi detail dalam proses implementasi SIPPS-Sapi dapat dijelaskan sebagai berikut: Perangkat keras (hardware) yang digunakan: 53
1. Processor Intel Core Duo Processor T2400. 2. Kartu grafis ATI Mobility Radeon X1600 3. Memory DDR2 1024 MB. 4. Harddisk 80 GB 5400 rpm SATA. 5. Monitor. 6. Keybord dan mouse. 7. WAVECOM Fastrack Supreme for GSM/GPRS sebagai SMS Gateway
Perangkat lunak (software) yang digunakan: 1. Sistem Operasi Microsoft® Windows XP. 2. Macromedia Dreamweaver 8 untuk membuat desain dan kode program website 3. Adobe Photoshop untuk desain antarmuka dan mengolah gambar-gambar yang akan digunakan. 4. Bahasa Pemrograman menggunakan PHP dan Javascript. 5. MySQL sebagai manajemen basis data. 6. Internet Explore 8.0, Opera 9.0 dan Mozilla Firefox 3.0 sebagai web browser. 7. Apache sebagai web server. Selain spesifikasi dalam proses pembuatan, dibutuhkan pula spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak minimum agar SIPPS-Sapi ini dapat dijalankan dengan baik. Perangkat keras (hardware) yang digunakan: 1. Satu buah Personal Computer (PC). 2. Monitor dengan resolusi standar 1024 x 768. 3. Keybord dan mouse. 4. Telepon genggam untuk memasukkan, mengubah atau menghapus data sapi melalui SMS.
Perangkat lunak (software) yang digunakan: 1. Sembarang sistem operasi. 2. Sembarang web browser, misalnya Internet Explorer, Opera dan Mozilla Firefox. 3. Adobe Acrobat Reader untuk membuka laporan yang berupa file PDF. 4. Microsoft Excel untuk membuka laporan yang berupa file berformat .xls. 54
4.5.4 Implementasi Keluaran Keluaran dari SIPPS-Sapi yang paling utama adalah berupa laporan. Laporan dapat berupa tabular ataupun grafik. Untuk laporan tabular dapat disimpan dalam bentuk file PDF atau file berformat .xls. Sedangkan laporan yang berupa grafik hanya dapat disimpan dalam bentuk file PDF. Beberapa contoh keluaran yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 21 hingga Gambar 25 di bawah ini:
Gambar 21 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format PDF.
Gambar 22 Laporan data sapi di Disnak Bogor dalam format .xls. 55
Gambar 23 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format PDF.
Gambar 24 Laporan data sapi yang dihapus di Disnak Bogor dalam format .xls.
56
Gambar 25 Laporan data sapi di Disnak Bogor berdasarkan bangsa sapi berbentuk grafik.
Selain berupa laporan, keluaran dari sistem adalah berupa hasil kalkulasi sederhana mengenai perencanaan stok sapi potong nasional seperti terlihat pada Gambar 26 di bawah ini :
Gambar 26 Fungsi kalkulasi perencanaan stok sapi potong nasional pada SIPPS-Sapi. 57
4.5.5 Implementasi Pengolahan Data Melalui Teknologi SMS Dalam hal pengolahan data melalui teknologi SMS, SIPPS-Sapi memanfaatkan sebuah SMS Gateway bernama WAVECOM Fastrack Supreme for GSM/GPRS. SMS Gateway ini berperan selayaknya sebuah telepon genggam yang mampu menerima SMS dan mengirimkan SMS. Setiap SMS yang diterima melalui SMS Gateway akan ditangkap oleh SIPPSSapi untuk selanjutnya disimpan dalam basis data. Jika diperlukan, beberapa SMS tertentu di-forward ke Disnak yang terkait. Pengaturan SMS seperti apa saja yang harus di-forward diatur dalam fungsi forward setting pada SIPPS-Sapi. Ada beberapa hal pengolahan data yang dapat dilakukan melalui teknologi SMS yaitu : memasukkan data sapi baru, mengubah data sapi, dan menghapus data sapi. 4.5.5.1 Memasukkan Data Sapi Baru Melalui Teknologi SMS Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk memasukkan data sapi baru melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut : id_disnak[spasi]id_telinga[spasi]jk[spasi]jenis[spasi]bangsa[spasi]umur[spasi]pej antan[spasi]induk[spasi]bobot[spasi]riwayat[spasi]beranak contoh : BGR[spasi]BGR0005[spasi]L[spasi]1[spasi]INDONESIA[spasi]10[spasi]BGR22 91[spasi]BGR2928[spasi]39.4[spasi]2,3,4,5[spasi]0 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. Jika diperlukan, SMS Gateway akan mengirimkan (mem-forward) informasi penambahan data ini ke Disnak terkait (dalam hal ini Disnak Bogor). 5. SIPPS-Sapi akan menyimpan data yang diterima SMS Gateway ke dalam basis data 6. SIPPS-Sapi akan menampilkan informasi data yang dimasukkan tersebut dengan status unverified seperti terlihat pada Gambar 27 di bawah ini :
58
Gambar 27 Data berhasil dimasukkan ke dalam SIPPS-Sapi. Berikut adalah gambar ilustrasi memasukkan data melalui teknologi SMS (Gambar 28) :
Gambar 28 Ilustrasi memasukkan data melalui teknologi SMS.
4.5.5.2 Mengubah Data Sapi Melalui Teknologi SMS Langkah-langkah untuk mengubah data sapi melalui teknologi SMS adalah sama dengan langkah-langkah untuk memasukkan data baru melalui teknologi SMS. Hanya saja, ID Telinga yang digunakan dalam pengiriman SMS haruslah ID Telinga yang sudah ada di dalam SIPPS-Sapi. Dalam hal ini, berarti data sapi dengan ID Telinga tersebut akan diubah. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk mengubah data sapi melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut :
59
id_disnak[spasi]id_telinga[spasi]jk[spasi]jenis[spasi]bangsa[spasi]umur[spasi]pej antan[spasi]induk[spasi]bobot[spasi]riwayat[spasi]beranak contoh : BGR[spasi]BGR0005[spasi]L[spasi]1[spasi]BELANDA[spasi]10[spasi]BGR2 291[spasi]BGR2928[spasi]39.4[spasi]2,3,4,5[spasi]0 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. SMS Gateway akan mengirimkan (mem-forward) informasi perubahan data ini ke Disnak terkait (dalam hal ini Disnak Bogor) dengan catatan, dalam forward setting diaktifkan.
4.5.5.3 Menghapus Data Sapi Melalui Teknologi SMS Setiap pengguna dapat menghapus data melalui teknologi SMS, hanya saja data tidak terhapus tetapi hanya statusnya saja yang berubah menjadi Deleted by SMS. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan pengguna untuk menghapus data sapai melalui teknologi SMS : 1. Tulis sebuah SMS dengan format penulisan seperti berikut : HAPUS[spasi]ID_KUPING_SAPI[spasi]Kode_Alasan contoh : HAPUS[spasi]CIA00236[spasi]5 2. Kirimkan SMS tersebut ke nomor SIPPS-Sapi, misalnya ke nomor 087870785077 3. SMS Gateway akan menerima data yang dimasukkan. 4. SIPPS-Sapi akan mengubah status data sapi tersebut menjadi Deleted by SMS seperti terlihat pada Gambar 29 di bawah ini :
Gambar 29 Menghapus data sapi melalui teknologi SMS. 60
4.6 Pengujian Pengujian yang dimaksud dalam hal ini adalah pengujian terhadap prototipe sistem. Pengujian dilakukan dengan metode black-box seperti apa yang diungkapkan dalam Pressman (2001). Data hasil pengujian dapat dilihat dalam Lampiran 3.
4.7 Pengunaan SIPPS-Sapi untuk Perencanaan Sapi Potong di Indonesia Pemerintah dapat melakukan berbagai perencanaan melalui SIPPS-Sapi. Ada dua fasilitas utama yang dapat digunakan untuk melakukan perencanaan, yaitu fasilitas perencanaan dan fasilitas laporan. Melalui fasilitas perencanaan, pemerintah dapat mengetahui stok sapi potong nasional saat ini, apakah stoknya mencukupi atau kurang. Fasilitas perencanaan akan melakukan kalkulasi sederhana berdasarkan data-data sapi yang berhasil terhimpun dan menggunakan rumus yang sudah ditentukan sebelumnya. Jika hasil kalkulasinya negatif artinya stok sapi potong adalah kurang dan harus segera ditambah, misalnya melalui impor atau melalui cara yang lain. Dari data-data sapi yang sudah tercatat, akan dihitung banyaknya daging yang tersedia di dalam sistem. Pengguna dapat menentukan apakah yang dihitung semua daging sapi yang statusnya verified saja, unverified saja, atau kedua-duanya. Kemudian pengguna memasukkan data-data yang diperlukan, lalu menekan tombol Hitung. Perhatikan contohnya dalam Gambar 30 seperti di bawah ini :
61
Gambar 30 Menggunakan fasilitas perencanaan. Ilustrasi penggunaan fasilitas perencanaan dapat dilihat dalam Gambar 31 seperti di bawah ini :
Gambar 31 Ilustrasi menggunakan fasilitas perencanaan.
Fasilitas laporan dalam SIPPS-Sapi, mampu menghasilkan berbagai macam laporan. Laporan dapat disajikan dalam bentuk detail dan summary. Laporan dapat 62
ditampilkan dalam bentuk tabular ataupun grafik dalam berbagai kriteria pemilihan data yang digunakan. Misalkan pemerintah ingin merencanakan, apakah di Disnak Bogor berpotensi untuk dijadikan sumber bibit sapi unggul, maka pemerintah dapat menggunakan fasilitas laporan. Pemerintah dapat memilih laporan dalam bentuk grafik dengan kriteria pemilihan data Disnak Bogor dan Grafik berdasarkan Bobot. Sistem akan mengambil data bobot seluruh sapi yang ada di Bogor dan membaginya menjadi lima rentang bobot. Kemudian sistem akan menampilkan grafik yang menunjukan persentase bobot seluruh sapi yang ada di Bogor berdasarkan lima rentang bobot yang sudah dihitung. Akan diketahui berapa persen sapi yang memiliki bobot pada rentang nilai tertinggi. Jika persentase sapi yang termasuk dalam rentang nilai tertinggi adalah besar, maka berarti Disnak Bogor berpotensi sebagai sumber bibit sapi unggul. Perhatikan contoh penggunaan menu laporan untuk perencanaan ini seperti terlihat dalam Gambar 32 di bawah ini :
Gambar 32 Menggunakan fasilitas laporan untuk membantu perencanaan.
63
Contoh laporan yang disajikan dengan kriteria bobot pada Disnak Bogor dapat dilihat dalam Gambar 33 seperti di bawah ini :
Gambar 33 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Bogor.
Berdasarkan grafik pada Gambar 33, terlihat bahwa hanya 10% sapi yang bobotnya di atas rata-rata bobot sapi. Dapat disimpulkan Disnak tersebut belum layak untuk dijadikan sumber bibit. Perhatikan contoh bentuk grafik lainnya pada Gambar 34 seperti di bawah ini :
64
Gambar 34 Laporan berdasarkan kriteria bobot pada Disnak Ciawi.
Berdasarkan grafik pada Gambar 34, terlihat bahwa ada 33% sapi yang bobotnya di atas rata-rata bobot sapi. Dapat disimpulkan Disnak tersebut layak untuk dijadikan sumber bibit. Pemerintah dapat merencanakan untuk memilih beberapa sapi dari Disnak tersebut untuk dijadikan bibit sapi unggul. Ilustrasi penggunaan fasilitas laporan untuk membantu perencanaan mengenai suatu daerah yang dapat dijadikan sumber bibit sapi unggul dapat dilihat dalam Gambar 35 seperti di bawah ini :
65
Gambar 35 Menggunakan fasilitas laporan untuk menentukan suatu daerah yang dapat dijadikan sumber bibit sapi unggul.
4.8 Saran Implikasi Manejerial Jika SIPPS-Sapi diterapkan di Indonesia, maka pemerintah harus menyediakan tata pamong (governance) yang menjamin keberlangsungan SIPPS-Sapi, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat Disnak. Sebagai contoh, diperlukan divisi atau staf IT khusus di setiap Disnak. Diperlukan semacam bagian khusus atau organisasi khusus di dalam Dirjen Peternakan yang menangani sistem ini, misalnya bernama Bagian Komunikasi dan Sistem Informasi. Diperlukan perangkat peraturan yang khusus dibuat terkait dengan SIPPS-Sapi. Misalnya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan agar seluruh peternak atau Rumah Potong Hewan (RPH) melakukan pencatatan terhadap sapi. Diperlukan peraturan yang menjabarkan sistem reward dan punishment jika sapi yang lahir dan yang dipotong tidak dicatat. Harus tersedia peraturan mengenai tata kelola pencatatan sapi yang mewajibkan agar hasil pencatatan juga dimasukkan ke dalam SIPPS-Sapi. Serta berbagai macam peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam penerapan SIPPS-Sapi, juga harus dilakukan penyuluhan atau pelatihan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam SIPPS-Sapi. Terutama kepada pengguna di pedesaan dan kawasan terpencil, perlu diberi pemahaman tentang pentingnya melakukan pencatatan ke dalam SIPPS-Sapi.
66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan SIPPS-Sapi telah dirancang untuk dibangun berbasis teknologi web dan mendukung teknologi SMS. Prototipe SIPPS-Sapi telah berhasil diimplementasikan dan diuji. Hasil pengujian terhadap prototipe SIPSS Sapi adalah bahwa semua fungsi dapat berjalan dengan baik. SIPPS-Sapi dapat menyimpan data sapi beserta data silsilah sapi (pedigree), sehingga dapat diketahui riwayat dari setiap sapi yang ada. Bobot sapi yang sudah tercatat dalam SIPPS-Sapi dapat di-update otomatis menggunakan tabel acuan yang berdasar pada kurva pertumbuhan bobot sapi, sesuai dengan jenis sapi tersebut. SIPPSSapi mampu menerima masukan melalui teknologi SMS dan meneruskan SMS tersebut ke administrator tingkat Disnak, sesuai kriteria yang ditentukan. Dengan adanya SIPPS-Sapi, stok sapi potong nasional dapat tercatat dengan baik. Salain itu, laporan yang disajikan oleh SIPPS-Sapi dapat dijadikan pendukung pengambilan keputusan yang bersifat manejerial atau strategis. SIPPS-Sapi juga mampu melakukan kalkulasi sederhana terhadap neraca sapi yang hasilnya dapat digunakan untuk membantu dalam perencanaan stok sapi potong nasional. SIPPS-Sapi memerlukan dukungan kebijakan pemerintah dan tata pamong (governance) yang benar untuk menjamin keberlangsungan SIPPS-Sapi. Berbagai perutaran perundang-undangan juga diperlukan untuk mendukung penerapan SIPPS-Sapi di Indonesia 5.2 Saran Ada beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini : 1. SIPPS-Sapi hanya melakukan kalkulasi sederhana untuk mengetahui kondisi sapi potong saat ini (current). Oleh karena itu, SIPPS-Sapi dapat dikembangkan untuk dapat melakukan pendugaan terhadap kondisi sapi potong di masa yang akan datang (future). Pendugaan tersebut dapat dilakukan menggunakan data-data yang berhasil dicatat dalam SIPPS-Sapi.
67
2. Data yang berhasil dihimpun melalui SIPPS-Sapi dapat digunakan untuk mengembangkan berbagai penelitian lain, clustering data stok sapi potong berdasarkan bobot atau bangsa sapi. 3. Beberapa sistem lain dapat dibangun untuk mendukung SIPPS-Sapi, misalnya sistem sertifikasi sapi, sistem pengembangan bibit sapi dan lain sebaginya. Datadata yang sudah tersedia dalam SIPPS-Sapi dapat dimanfaatkan untuk membangun sistem-sistem tersebut.
68
DAFTAR PUSTAKA
Benbasat I & Taylor RN. 1982. Behavioral Aspects of Information Processing for the Design of Management Information Systems. IEEE Transactions On Systems, Man, and Cybernetics Vol. SMC – 12 No. 4 July/August 1982. Boediyana T. 2007. Kesiapan dan Peran Asosiasi Industri Ternak Menuju Swasembada Daging Sapi 2010. Makalah pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007. Bogor, 21November 2007. Bouguettaya A et al. 2001. Managing Government Databases. IEEE Journal Volume 34 Issue 2 Feb 2001 Page(s):56 – 64. Connolly, T & Begg, C. 2005. Database Systems. England: Addison-Weshley Publishing Company. [Departemen Pertanian]. 2010. Basis Data Statistik Pertanian [terhubung berkala]. http://database.deptan.go.id/bdsp/newkom.asp [5 Januari 2010]. ___________________. 2010. Basis Data Statistik Pertanian [terhubung berkala]. http://database.deptan.go.id/bdsp/newlok.asp [5 Januari 2010]. Hardjosubroto W. 2004. Alternatif Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Genetik Sapi Potong Lokal Dalam SistemPerbibitan Ternak Nasional. Makalah pada Lokakarya Nasional Sapi Potong. 2004. Hwang JD. 2002. Information Resource Management. IEEE Journal Volume 4 Issue 6 Nov.-Dec. 2002 Page(s):9 – 18. Kendall KE & Kendall JE.1999. Systems Analysis and Design. 4th edition, USA : Prentice Hall. Lankhorst M et al. 2005. Enterprise Architecture at Work Modelling, Communication, and Analysis. Germany : Springer. McLeod R. 2004. Management Information System. New Jersey: Pearson Education. O’Brien J. 2005. Management Information System : Managing Information Technology in the Internetworked Enterprise. McGraw-Hill.
69
Pressman RS. 2001. Software Engineering A Practitioner’s Approach. New York: Mc Graw-Hill. Ranzhe J et al. 2007. A Framework of Management Information System on Government Procurement in China. Proceedings of 2007 IEEE International Conference on Grey Systems and Intelligent Services. November 18-20, 2007, Nanjing, China. Riady M. 2004. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Sapi Potong Menuju 2010. Makalah pada Lokakarya Nasional Sapi Potong. 2004. Riyanto S et al. 14 April 2008. Swasembada Daging Kenapa Mesti Gol Pada 2010 ?. AGRINA Online [terhubung berkala]. www.agrina-online.com [ 2 Januari 2009]. Samariyanto. 2004. Alternatif Kebijakan Perbibitan Sapi Potong Dalam Era Otonomi Daerah. Makalah pada Lokakarya Nasional Sapi Potong. 2004. Sinjal D. 14 April 2008. Swasembada Daging Sapi. AGRINA Online [terhubung berkala]. www.agrina-online.com [ 2 Januari 2009]. Sommerville, I. 2001. Software Engineering. Ed ke-6. Lancaster University: AddisonWessley. Sudarmono A.S & Sugeng Y.B. 2008. Sapi Potong Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis dan Analisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berorientasi Agribisnis Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), 2009. [The Open Group]. 2002. The Open Group Architectural Framework (TOGAF) Version 8 ‘Enterprise Edition’. The Open Group, Reading, UK. Yusdja Y & Ilham N. 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sapi Potong. Jurnal AKP Volume 2 No.2, Juni 2004 : 183-203.
70
LAMPIRAN
71
Lampiran 1 Kamus Data Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional Kamus data untuk Sapi Nama Field Id_telinga
Tipe Data
Key
Varchar(20)
Ya
Default
Id_telinga_pejantan Varchar(20)
NULL
Id_telinga_induk
Varchar(20)
NULL
Jk
Varchar(1)
NULL
Bangsa
Varchar(255)
NULL
Bobot_masuk
Float
NULL
Umur_masuk
Int
NULL
Riwayat_penyakit
Varchar(255)
NULL
Status
Int
0
Id_jenis_sapi
Int
NULL
Id_disnak
Varchar(255)
NULL
Hapus
Int
0
Beranak
Int
0
Extra
Kamus data untuk Disnak Nama Field
Tipe Data
Key
Default
Id_disnak
Varchar(20)
Ya
Nama_disnak
Varchar(255)
NULL
Id_propinsi
Varchar(3)
NULL
No_telp
Varchar(255)
NULL
Forward
Int
Extra
0
Kamus data untuk User Nama Field
Tipe Data
Key
Default
Id_user
Int
Username
Varchar(255)
NULL
Password
Varchar(255)
NULL
Extra
Ya
72
Nama Field
Tipe Data
Key
Default
Id_disnak
Varchar(20)
NULL
Nama
Varchar(255)
NULL
Tipe
Int
NULL
Extra
Kamus data untuk Jenis Penyakit Nama Field Id_penyakit
Tipe Data
Key
Int
Default
Ya
Nama_penyakit Varchar(255) Forward
Extra
NULL
Int
0
Kamus data untuk Alasan Hapus Nama Field
Tipe Data
Id_alasan
Int
Alasan
Varchar(255)
Key
Default
Ya
Extra Auto_increment
NULL
Kamus data untuk Propinsi Nama Field
Tipe Data
Key
Id_propinsi
Varchar(20)
Ya
Nama_propinsi
Varchar(255)
Default
Extra
NULL
Kamus data untuk Jenis Sapi Nama Field
Tipe Data
Key
Default
Id_jenis_sapi
Int
Ya
Nama_jenis
Varchar(255)
NULL
Persentase_pertumbuhan
Float
NULL
Pertambahan_bobot_harian
Float
NULL
Max_usia
Int
NULL
Pdaging
Double
Extra Auto_increment
73
Lampiran 2 Implementasi Basis Data Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional Implementasi tabel t_sapi.
Implementasi tabel t_disnak.
Implementasi tabel t_user.
Implementasi tabel t_jenis_penyakit.
Implementasi tabel t_jenis_alasan. 74
Implementasi tabel t_propinsi.
Implementasi tabel t_jenis_sapi.
75
Lampiran 3 Hasil Pengujian Prototipe Sistem Pencatatan dan Perencanaan Stok Sapi Potong Nasional Kasus Uji
Nilai Masukan
Salah Proses login
Salah
Proses login
Benar
Lihat Data Sapi
Benar
Lihat data sapi yang dihapus
Benar
Ubah detail Disnak
Benar
Lihat dan Ubah Data Master
Benar
Buat Laporan
Benar
Manipulasi Data Sapi
Salah
Skenario Pengujian
Hasil yang diharapkan Login gagal! Pengguna salah username & memasukkan kata password tidak kunci atau nama benar pengguna. ulangi lagi. Login gagal! Pengguna tidak Mohon ulangi mengisi salah satu lagi dari kata kunci. Pengguna dengan Proses berhasil benar melakukan dan pengguna proses ini. dapat mengakses sistem sesuai hak akses pada saat login. Pengguna Informasi detail mengklik data sapi data sapi yang dinginkan ditampilkan Pengguna mengklik data sapi Informasi detail yang sudah pernah data sapi yang dihapus pernah dihapus Pengguna Data detail memasukkan data Disnak berubah detail Disnak yang sesuai dengan baru yang dimasukkan Pengguna melihat Data master dan memasukkan berubah sesuai data master yang dengan yang baru dimasukkan Pengguna memilih Laporan kriteria laporan ditampilkan sesui yang akan dengan kriteria ditampilkan yang ditentukan Data belum lengkap data isi Pengguna salah data dengan memasukkan data. lengkap.
Hasil Uji
9 9 9 9 9 9 9 9 9 76
Kasus Uji
Nilai Masukan Benar
Masuk SMS
Benar
Ubah SMS
Benar
Ubah otomatis
Benar
Skenario Hasil yang Pengujian diharapkan Pengguna dengan Data akan benar melakukan tersimpan. proses ini. Sistem akan Pengguna mentatat data di memasukkan data dalam basis data melalui Teknologi dan menampilkan SMS dengan status unverified Pengguna Sistem akan mengubah data mem-forward melalui Teknologi perubahan data SMS jika diperlukan
Tidak ada
Hapus SMS
Benar
Pengguna memasukkan data melalui Teknologi SMS
Forward
Benar
Tidak ada
Benar
Pengguna memilih kriteria seperti apa saja yang akan diforward
Forward Setting
Upload Data
Perencanaan
Benar
Benar
Pengguna mengupload beberapa data sapi sekaligus menggunakan file berformat .csv Pengguna memasukkan datadata pendukung untuk melakukan
Data sapi diubah secara otomatis sesui dengan tabel rujukan dalam data master Sistem akan mentatat data di dalam basis data dan menampilkan dengan status Deleted by SMS Sistem akan mem-forward SMS sesuai dengan ketentuan yang diberikan Sistem akan mencatat perubahan yang diberikan di dalam basis data
Hasil Uji
9 9 9 9 9 9 9
Sistem menyimpan data yang di-upload ke dalam basis data
9
Sistem menghitung dan menampilkan saran sesuai
9 77
Kasus Uji
Nilai Masukan
Skenario Hasil yang Pengujian diharapkan kalkulasi saran rumus yang perencanaan ditentukan
Hasil Uji
Keterangan :
9
: Sesuai dengan hasil diharapkan
78