JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
1
Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember Moh Rizal Rizki 1), Rulli Pratiwi Setiawan, ST, M.Sc 2) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak—Jumlah penduduk di Perkotaan Kabupaten Jember semakin meningkat setiap tahunnya menyebabkan volume sampah rumah tangga yang dihasilkan semakin bertambah. Permasalahan terkait sampah rumah tangga di perkotaan Kabupaten Jember seperti pencemaran lingkungan akibat sampah masih dijumpai di beberapa wilayah perkotaan. Hal ini dikarenakan berbagai wilayah di perkotaan Kabupaten Jember memiliki karakteristik timbulan sampah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah rumah tangga di Perkotaan Kabupaten Jember. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Cluster. Analisis Cluster digunakan untuk mengelompokkan Kelurahan di Perkotaan Kabupaten Jember yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik timbulan sampah yang dilihat dari variabel luas lahan permukiman mewah, luas lahan permukiman sedang, luas lahan permukiman sederhana jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pendapatan penduduk, jumlah sampah organik, dan jumlah sampah anorganik. Hasil dari analisis cluster diperoleh 3 tipe kawasan di perkotaan Kabupaten Jember yang memiliki kesamaan karakteristik timbulan sampah, yaitu Kawasan Tipe 1 dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat pinggiran perkotaan (peri-urban), Kawasan Tipe 2 dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat pusat pertumbuhan perkotaan, dan Kawasan Tipe 3 dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat peralihan pusat pertumbuhan perkotaan. Kata Kunci— kawasan perkotaan, persampahan, timbulan sampah, masyarakat.
J
I. PENDAHULUAN
umlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam [1]. Karakter sampah sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran, serta gaya hidup dari masyarakat [2]. Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan penambahan jumlah fasilitas persampahan akan menyebabkan masalah lingkungan [3]. Perkotaan Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah yang mengalami peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Wilayah Perkotaan Kabupaten Jember terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, dan
Patrang, serta memiliki 22 Kelurahan. Berdasarkan data Kabupaten Jember Dalam Angka Tahun 2013, pada tahun 2010 jumlah penduduk di perkotaan Kabupaten Jember tercatat sebanyak 285.765 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebanyak 331.171 jiwa. Peningkatan kembali terjadi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 332.611 jiwa. Jumlah penduduk di perkotaan Kabupaten Jember yang terlayani oleh fasilitas persampahan hanya sebesar 40% [4]. Dari total jumlah penduduk 332.661 jiwa yang terlayani oleh fasilitas persampahan hanya 133.044 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebanyak 199.617 jiwa penduduk tidak terlayani fasilitas persampahan. Penduduk yang tidak terlayani fasilitas persampahan cenderung membuang sampah dengan cara yang mencemari lingkungan seperti melakukan penumpukan di pinggir jalan, dan membuang sampah di sungai. Jenis sampah yang banyak dijumpai mencemari lingkungan adalah jenis sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga dihasilkan oleh aktivitas yang terjadi di kawasan permukiman. Kawasan permukiman di perkotaan Kabupaten Jember terdiri dari 3 (tiga) macam yaitu kawasan permukiman mewah, kawasan permukiman sedang, dan kawasan permukiman sederhana [5]. Diantara ketiga kawasan tersebut memiliki karakteristik timbulan sampah yang berbeda-beda utamanya apabila dikaitkan dengan kondisi kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat. Kawasan permukiman sederhana dengan kepadatan penduduk tinggi akan memiliki karakteristik timbulan sampah yang berbeda dengan kawasan permukiman mewah dengan kepadatan penduduk rendah. Penanganan sampah rumah tangga antara kawasan yang satu dengan yang lain diharapkan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik timbulan sampah pada masing-masing kawasan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan terkait persampahan di perkotaan Kabupaten Jember perlu dilakukan pengelompokkan kawasan berdasarkan kesamaan karakteristik timbulan sampah. Pengelompokkan kawasan tersebut dapat dilakukan menggunakan Analisis Cluster. Sehingga nantinya hasil dari pengelompokkan tipe kawasan tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan penanganan sampah rumah tangga yang tepat untuk diterapkan di perkotaan Kabupaten Jember.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) II. METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data 1. Survei Instansi Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari survei instansi pada instansional yang memiliki relevansi dengan pembahasan seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Jember bidang Prasarana Wilayah, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember. 2. Survei Literatur Survei literatur dilakukan dengan meninjau isi dari literatur yang bersumber dari buku-buku teori, jurnal-jurnal ilmiah, serta artikel-artikel ilmiah. Survei literatur berfokus pada teori mengenai karakteristik timbulan sampah. Karakteristik timbulan sampah berkaitan dengan sumber sampah atau darimana sampah tersebut dihasilkan. Sampah rumah tangga cenderung dihasilkan oleh masyarakat di daerah permukiman [6]. Selain itu, karakteristik timbulan sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendapatan penduduk dan pola konsumsi [7]. Selain sumber sampah dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah, karakteristik timbulan sampah juga berkaitan dengan jenis sampah. Jenis sampah rumah tangga pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu jenis sampah organik dan sampah anorganik [8]. B. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Analisis Cluster. Output yang diinginkan adalah adanya pengelompokkan wilayah penelitian berdasarkan persamaan karakteristik timbulan sampah yang ada di perkotaan Kabupaten Jember. Dengan Analisis Cluster dapat diketahui persamaan karakteristik pada masing-masing wilayah berdasarkan variabel yang telah ditentukan. Dalam proses analisis cluster digunakan bantuan alat analisis yaitu Software SPSS Statistics 17.0. Proses analisis cluster diawali dengan proses input data variabel luas lahan permukiman permukiman mewah, luas lahan permukiman sedang, luas lahan permukiman sederhana, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, rata-rata pendapatan penduduk, jumlah sampah organik, dan jumlah sampah anorganik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahapan Analisis Cluster Analisis cluster merupakan suatu teknik yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang relatif homogen. Analisis cluster terbagi menjadi dua metode, yaitu hirarki dan non hirarki. Dalam penelitian ini, digunakan Analisis Cluster metode hierarki. Dalam analisis cluster, tipe kawasan dihasilkan berdasarkan wilayah yang memiliki karakteristik variabel yang sama atau memiliki kemiripan secara hierarki. Adapun variabel yang digunakan dalam
2
analisis cluster untuk menentukan tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah di perkotaan Kabupaten Jember terdiri dari 8 (delapan) variabel,antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Variabel yang digunakan dalam Analisis Cluster Variabel Keterangan Luas lahan permukiman Total luas lahan permukiman mewah tiap mewah kelurahan (Km2) Luas lahan permukiman Total luas lahan permukiman sedang tiap sedang kelurahan (Km2) Luas lahan permukiman Total luas lahan permukiman rendah tiap sederhana kelurahan (Km2) Jumlah Penduduk Jumlah penduduk tiap kelurahan (Jiwa) Kepadatan penduduk Jumlah penduduk per kelurahan dibagi luas lahan per kelurahan (Jiwa/Km2) Rata-rata pendapatan Rata-rata pendapatan penduduk yang diperoleh penduduk per bulan tiap kelurahan (Rp) Jumlah sampah organik Rata-rata jumlah sampah organik yang dihasilkan tiap kelurahan per hari (m3) Jumlah sampah anorganik Rata-rata jumlah sampah anorganik yang dihasilkan tiap kelurahan per hari (m3) Sumber: Tinjauan Pustaka, 2014
Variabel-variabel diatas merupakan jenis data nominal yang masing-masing memiliki nilai kuantitatif. Dalam melakukan Analisis Cluster untuk mengidentifikasi tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah digunakan software SPSS Statistics Versi 17.0. Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul dalam format excel (.xls), selanjutnya data diinput ke dalam SPSS. Sebelum melakukan tahapan analisis cluster, data terlebih dahulu disetarakan nilainya dengan menentukan nilai Z-Score pada masing-masing nilai variabel. Kemudian, dapat dilakukan tahapan analisis cluster sesuai dengan prosedur. Setelah melalui proses tahapan analisis cluster, maka dihasilkan output 3 cluster wilayah. Cluster 1 direpresentasikan dengan Kawasan Tipe 1, Cluster 2 direpresentasikan dengan Kawasan Tipe 2, dan Cluster 3 direpresentasikan dengan Kawasan Tipe 3. Tabel 2. Hasil dari Analisis Cluster Variabel Kelurahan Kawasan Tipe 1 Kebonagung, Mangli, Antirogo, Tegalgede, Wirolegi, Kranjingan, Bintoro, Baratan, Jumerto, Slawu Kawasan Tipe 2 Jember Kidul, Kepatihan, Sumbersari, Kebonsari, Kawasan Tipe 3 Kaliwates, Sempusari, Tegalbesar, Karangrejo, Patrang, Gebang, Jember Lor Sumber: Tinjauan Pustaka, 2014
B. Interpretasi Hasil Cluster Tahapan interpretasi cluster adalah untuk mencari karakter setiap kelompok yang khas, salah satunya dapat dilakukan dengan membandingkan mean pada masing-masing kelompok kawasan. Dalam penelitian ini, karakter kelompok yang sama berdasarkan pada nilai masing-masing variabel pada tiap Kelurahan di kawasan tipe 1, kawasan tipe 2, dan kawasan tipe 3. Kemudian pada nilai masing-masing variabel pada tiap kawasan ditentukan nilai mean untuk dibandingkan antara satu kawasan dengan kawasan lainnya.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Tabel 3. Perbandingan Mean Variabel Kawasan Tipe 1,2, dan 3 Nilai Mean Variabel Kawasan Kawasan Tipe 1 Tipe 2 Luas Permukiman 0,01 0,26 Mewah Luas Permukiman 0,19 1,76 Sedang Luas Permukiman 1,72 0,09 Sederhana Jumlah Penduduk 9.252,73 27.827,8 Kepadatan Penduduk 2.043,71 11.734,4 Pendapatan Penduduk 1.668.181,81 3.650.000,00 Jumlah Sampah 37,80 14,35 Organik Jumlah Sampah 0,47 84,60 Anorganik Sumber: Hasil Analisa, 2014
Kawasan Tipe 3 0,12 1,27 0,26 17.074,3 7.152,18 2.742.857,14 25,54 38,05
Tabel diatas merupakan hasil dari mean variabel-variabel pada masing-masing kawasan. Setelah diketahui nilai mean, maka dalam menentukan interpretasi dilanjutkan dengan menentukan range yang diawali dengan menghitung interval yang digunakan untuk menentukan jangkauan range. Interval dihitung menggunakan rumus x max – x min / kelas. Dalam penelitian ini kelas ditetapkan sebagai 3 (tiga), yaitu nantinya yang direpresentasikan dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 4. Menghitung interval yang digunakan untuk menentukan range Interval Variabel X min X max (X max – X min/k) Luas Permukiman 0,00 0,32 0,11 Mewah Luas Permukiman 0,00 2,92 0,97 Sedang Luas Permukiman 0,01 2,14 0,71 Sederhana Jumlah Penduduk 3.584,00 37.225,00 11.213,67 Kepadatan Penduduk 880,08 17.629,69 5.583,20 Pendapatan Penduduk 900.000,00 3.800.000,00 966.666,67 Jumlah Sampah 10,15 50,86 13,57 Organik Jumlah Sampah 0,18 112,77 37,53 Anorganik Sumber: Hasil Analisa, 2014
Setelah diketahui interval pada masing-masing variabel, maka langkah selanjutnya dapat ditentukan nilai range pada masing-masing variabel dengan mengacu pada interval yang telah ditentukan pada tabel diatas. Untuk kelas, ditetapkan menjadi 3 (tiga) kelas yang direpresentasikan dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Untuk lebih jelasnya mengenai range yang digunakan dalam interpretasi hasil analisis cluster dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Range yang digunakan untuk Interpretasi Hasil Analisis Cluster Kategori Variabel Rendah Sedang Luas Permukiman 0,00-0,10 0,11-0,21 Mewah Luas Permukiman 0,00-0,96 0,97-1,95 Sedang Luas Permukiman 0,10-0,70 0,71-1,41 Sederhana Jumlah Penduduk 3.584,0014.797,6714.797,66 26.011,33 Kepadatan Penduduk 880,086.463,286.463,27 12.046,47 Pendapatan Penduduk 900.000,001.866.666,671.866.666,66 2.833.333,33 Jumlah Sampah 10,15-23,71 23,72-37,28 Organik Jumlah Sampah 0,18-37,70 37,71-75,23 Anorganik Sumber: Hasil Analisa, 2014
3
Tinggi 0,22-0,31 1,94-2,92 1,42-2,14 26.011,3437.225,00 12.046,4817.629,69 2.833.333,343.800.000 37,29-50,86 75,24-112,77
Dengan mengacu pada tabel diatas, sudah dapat ditentukan interpretasi hasil analisis cluster dalam penelitian ini. Langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah melihat kembali tabel yang membahas tentang perbandingan nilai mean masingmasing variabel pada kawasan tipe 1, 2, dan 3. Pada tabel perbandingan nilai mean dapat dilihat nilai masing-masing variabel untuk dimasukkan pada nilai range diatas. Sebagai contoh, untuk variabel luas permukiman mewah pada kawasan tipe 1 memiliki nilai 0,01 sehingga apabila dimasukkan pada nilai range pada tabel diatas masuk dalam kategori rendah, demikian pula selanjutnya. Sehingga setelah dilakukan langkah tersebut, maka dapat diketahui interpretasi perbandingan mean variabel pada kawasan tipe 1, 2, dan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Interpretasi Perbandingan Mean Variabel Kawasan Tipe 1,2, dan 3 Interpretasi Variabel Kawasan Kawasan Kawasan Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Luas Permukiman Rendah Tinggi Sedang Mewah Luas Permukiman Rendah Tinggi Sedang Sedang Luas Permukiman Tinggi Rendah Sedang Sederhana Jumlah Penduduk Rendah Tinggi Sedang Kepadatan Penduduk Rendah Tinggi Sedang Pendapatan Penduduk Rendah Tinggi Sedang Jumlah Sampah Tinggi Rendah Sedang Organik Jumlah Sampah Rendah Tinggi Sedang Anorganik Sumber: Hasil Analisa, 2014
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C. Profiling Cluster Proses profiling dilakukan untuk menjelaskan karakteristik dari setiap kelompok berdasarkan dengan tujuan untuk memberi label pada masing-masing kelompok tersebut. Demikian pula pada tipe kawasan berdasarkan karakteristik timbulan sampah hasil dari output analisis cluster pada bahasan sebelumnya, perlu dilakukan profiling untuk memberikan label pada masing-masing tipe kawasan berdasarkan karakteristiknya. Berdasarkan hasil analisis cluster pada tahapan sebelumnya, dapat dilihat pada Cluster 1 (Kawasan tipe 1) terdiri dari 11 Kelurahan, yaitu Kelurahan Kebonagung, Mangli, Antirogo, Tegalgede, Wirolegi, Kranjingan, Bintoro, Baratan, Jumerto, Slawu, dan Banjarsengon. Cluster 2 (Kawasan tipe 2) terdiri dari 4 Kelurahan, yaitu Kelurahan Jember Kidul, Kepatihan, Sumbersari, dan Kebonsari. Sedangkan Cluster 3 (Kawasan tipe 3) terdiri 7 Kelurahan, yaitu Kelurahan Kaliwates, Sempusari, Tegalbesar, Karangrejo, Patrang, Gebang, dan Jember Lor. Adapun karakteristik pada masing-masing tipe kawasan adalah sebagai berikut : 1. Kawasan tipe 1 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di pinggiran perkotaan (peri-urban), memiliki ciri kawasan : rata-rata luas permukiman mewah rendah, rata-rata luas permukiman sedang rendah, rata-rata luas permukiman sederhana tinggi, rata-rata jumlah penduduk rendah, rata-rata kepadatan penduduk rendah, rata-rata pendapatan penduduk rendah, rata-rata jumlah sampah organik tinggi, dan rata-rata jumlah sampah anorganik rendah. 2. Kawasan tipe 2 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di pusat pertumbuhan perkotaan, memiliki ciri kawasan : rata-rata luas permukiman mewah tinggi, rata-rata luas permukiman sedang tinggi, rata-rata luas permukiman sederhana rendah, rata-rata jumlah penduduk tinggi, rata-rata kepadatan penduduk tinggi, rata-rata pendapatan penduduk tinggi, rata-rata jumlah sampah organik rendah, dan rata-rata jumlah sampah anorganik tinggi. 3. Kawasan tipe 3 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di peralihan pusat pertumbuhan perkotaan, memiliki ciri kawasan : rata-rata luas permukiman mewah sedang, rata-rata luas permukiman sedang sedang, rata-rata luas permukiman sederhana sedang, rata-rata jumlah penduduk sedang, rata-rata kepadatan penduduk sedang, rata-rata pendapatan penduduk sedang, rata-rata jumlah sampah organik sedang, dan rata-rata jumlah sampah anorganik sedang. Untuk hasil analisis cluster yang disajikan dalam peta dapat dilihat pada gambar berikut ini.
4
Gambar. 1. Peta Hasil Analisis Cluster
IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Melalui Analisis Cluster, dapat dikelompokkan wilayah Kelurahan di Perkotaan Kabupaten Jember yang memiliki kesamaan atau kemiripan Karakteristik Timbulan Sampah Sampah Rumah Tangga. 2. Dari hasil Analisis Cluster diperoleh 3 tipe kawasan, yaitu Kawasan Tipe 1 yang terdiri dari 11 Kelurahan, Kawasan Tipe 2 yang terdiri dari 4 Kelurahan, dan Kawasan Tipe 3 yang terdiri dari 7 Kelurahan. 3. Kawasan Tipe 1 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di pinggiran perkotaan (peri-urban), Kawasan Tipe 2 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di pusat pertumbuhan perkotaan, dan Kawasan Tipe 3 merupakan kawasan dengan karakteristik timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di peralihan pusat pertumbuhan perkotaan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidik Misi tahun 2010-2014. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6]
Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Sejati, Kuncoro. 2009. Pengelolaan Sampah Terpadu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Albidari, Nidya. 2012. Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Klaten Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jember. 2013. Masterplan Persampahan Perkotaan di Kabupaten Jember. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Jember. 2012. Draft Strategi Sanitasi Kabupaten Jember. Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Penerbit: Yayasan Dayu.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) [7] [8]
Hartono, I, Gusniani. 2000. Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Basriyanta. 2007. Memanen Sampah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
5