ANALISIS ANTROPOLOGI PENDIDIKAN TENTANG PENGUATAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TINGGI DALAM TATA PENDIDIKAN GLOBAL

Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 3, Nomor 2, Juni 2017 e-ISSN : 2549 – 8673

55

ANALISIS ANTROPOLOGI PENDIDIKAN TENTANG PENGUATAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TINGGI DALAM TATA PENDIDIKAN GLOBAL Hipolitus Kristoforus Kewuel Antropologi, Universitas Brawijaya, Malang [email protected]

Abstrak Penilaian mutu pendidikan dewasa ini mendasarkan diri pada dua model penilaian, yakni model penilaian sektoral dan model penilaian esensial. Model penilaian sektoral mendasarkan penilaian pada aspek-aspek tertentu dari sebuah lembaga pendidikan yang dinilai. Misalnya, penilaian mutu kemudahan akses, penilaian mutu ketersediaan sarana dan prasarana, penilaian mutu pengelolaan keuangan, dan lain-lain. Model penilaian esensial mendasarkan penilaian pada keseluruhan aspek kehidupan sebuah lembaga pendidikan. Misalnya, penilaian mutu pengajaran, penilaian mutu penelitian, penilaian mutu pengabdian masyarakat, penilaian transfer ilmu atau korelasi ilmu yang diberikan dengan tuntutan dunia kerja, dan penilaian tentang wawasan internasional sebagai gambaran wawasan global keilmuan. Tahun 2015, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada menduduki peringkat 13, 14, dan 15 untuk Rangking Web of Universities di tingkat ASEAN sedangkan dalam daftar 10 Universitas terbaik ASEAN, tak satu pun Universitas dari Indonesia yang mencatatkan namanya di sana. Untunglah, dalam daftar 100 Universitas terbaik tingkat ASIA dan 800 Universitas terbaik dunia dari 70 negara, Universitas Indonesia masih tampil mewakili Indonesia dengan peringkat 79 dan peringkat di antara 601-800. Data ini menunjukkan bahwa untuk memiliki daya saing tinggi di tingkat ASEAN saja, universitas-universitas di Indonesia harus bekerja keras membenahi mutu kerjanya. Tulisan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan beberapa titik penguatan manajemen mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Hanya dengan cara demikian, universitas-universitas di Indonesia boleh berharap mencatatkan nama di papan-papan Ranking Pendidikan Global. Kata-kata Kunci: Penguatan Manajemen Mutu, Universitas, Indonesia, Pendidikan Global

juga harus terus dibangun supaya manusia

PENDAHULUAN Setiap

selalu

tetap menghargai dan memberi tempat pada

berkaitan dengan orang lain. Kalimat ini

orang lain terutama dalam konteks kerja

penting dan sengaja ditampilkan karena

bersama orang lain dalam organisasi. Mutu

dalam fenomena dunia kerja saat ini, manusia

kerja sebuah organisasi sangat ditentukan

seolah-olah

oleh

oleh mutu kerja individu dalam korelasinya

kecanggihan alat teknologi untuk bisa bekerja

dengan mutu kerja individu-individu lain

sendiri, tanpa siapa pun. Padahal, di balik

(Veerger, 1992). Itulah sebabnya hampir

kesendirian kerjanya itu ada banyak orang

setiap aktivitas manusia ada aturan mainnya,

yang

untuk

ada standart operating procedure atau SOP-

memungkinkan pekerjaannya. Kesadaran ini

nya. Tujuannya sederhana, supaya setiap

telah

kegiatan

sudah

selesai

manusia

dikondisikan

bekerja

Hipolitus Kristoforus Kewuel, Analisis Antropologi Pendidikan Tentang Penguatan …

56

orang yang terlibat dalam sebuah institusi

7000 orang di perguruan tinggi di Amerika

kerja memiliki perspektif yang sama tentang

serikat. Data ini masih sangat kasar dan

sesuatu yang menjadi pekerjaan bersama itu.

global karena belum termasuk negara-negara

Dalam dunia pendidikan tinggi, hal ini juga

tujuan studi lain seperti Timur Tengah dan

berlaku.

lain-lain.

Kekuatan

managerial

sebuah

Saya

yakni

kalau

dilakukan

Perguruan Tinggi dengan berbagai aturan

penelitian mendetail tentang hal ini, hasilnya

main

bisa

dan

sangat

ketentuan-ketentuannya

menentukan

lebih

menakjubkan

bahwa

jumlah

kualitas

mahasiswa yang studi di luar negeri jauh

Perguruan Tinggi tersebut. Data tentang mutu

lebih banyak bila dibandingkan dengan

pendidikan

di

mahasiswa asing yang studi di Indonesia.

ASEAN, ASIA, dan apalagi di tingkat

Lebih parah lagi, ada sementara pendapat

DUNIA

mutu

yang mengatakan bahwa ketertarikan orang

pendidikan di Indonesia masih jauh berada di

asing studi di Indonesia semata-mata bukan

bawah

karena

pada

tingkat

akan

Perguruan

menunjukkan

negara-negara

Tinggi

bahwa

ASEAN

lainnya.

pertimbangan

kualitas

perguruan

Bahkan, beberapa negara ASEAN yang dulu

tinggi yang dipilih, sebaliknya lebih karena

berguru pendidikan dari Indonesia, kini fakta

pertimbangan-pertimbangan politis ekonomis

menunjukkan sebaliknya. Banyak pelajar dan

tertentu, misalnya untuk memudahkan proses

mahasiswa Indonesia yang pergi menimba

penjajakan

ilmu di negeri-negeri tetangga itu, sementara

diketahui bahwa untuk berbagai barang

para pelajar dan mahasiswa negara-negara

produk luar negeri, Indonesia memiliki

tetangga

potensi pasar yang bagus. Ini sudah menjadi

yang

berguru

ke

Indonesia,

jumlahnya semakin berkurang dari tahun ke

pasar

karena

secara

umum

rahasia umum.

tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa memang Menurut data UNESCO, pada tahun

harus ada upaya penguatan pendidikan yang

2013, jumlah mahasiswa asing yang belajar

berkualitas terus menerus dan terutama

di Perguruan Tinggi di Indonesia sebanyak

berkaitan

650 orang. Sebaliknya, di tahun yang sama,

pendidikan tinggi itu sendiri. Penguatan mutu

jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke

pendidikan tidak hanya bersifat sektoral,

luar negeri khususnya ke Amerika dan Eropa

tetapi harus menyeluruh menyentuh setiap

saja mencapai 14.000 orang dengan perincian

sendi inti pendidikan itu. Sendi-sendi utama

7000 orang di Perguruan Tinggi di Eropa dan

mutu

dengan

pendidikan

hal-hal

itu

utama

berkaitan

dalam

dengan


penguatan

organisasi,

penguatan

sistem,

Penguatan Organisasi

penguatan program kerja, penguatan sistem penilaian

atau

evaluasi,

Organisasi adalah terminologi terbuka

penguatan

sehingga banyak orang dari berbagai disiplin

tindaklanjut atas penilaian atau evaluasi itu.

ilmu bisa memberikan definisi tentangnya.

Sendi-sendi utama mutu pendidikan ini

Ada yang mendefinisikan organisasi sebagai

adalah hal-hal yang tidak boleh dilewatkan

wadah atau tempat di mana pekerjaan

dalam proses penguatan kalau perguruan

beberapa

tinggi di Indonesia mau menjadi lembaga-

mencapai suatu tujuan bersama. Ini berarti

lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas.

organisasi pertama-tama dipandang sebagai

Kualitas pendidikan itu bukan sesuatu yang

payung hukum untuk memberi legitimasi

ditempelkan dari luar, tetapi suatu proses

pada kegiatan-kegiatan manusia. Organisasi

internal terus menerus untuk mencapai

juga bisa dipandang sebagai wadah atau

idealismenya

tempat bagi kegiatan bersama sekelompok

sendiri

dan

57

dan

bukan

demi

orang

orang

Penguatan mutu pendidikan yang benar akan

(Syafiie, 2006: 113). Ada yang memandang

selalu

pihak

organisasi sebagai tempat berkumpulnya

manapun. Maka, barometernya harus jelas

beberapa orang untuk membangun sebuah

juga; kalau tingkat mutu pendidikan kita

pola komunikasi yang lengkap di antara

jarang masuk dalam hitungan peringkatan

mereka

manapun, itu jelas indikasinya bahwa upaya

bersama dalam kelompok itu. Ada lagi yang

atau orientasi penguatan mutu pendidikan

memaknai organisasi sebagai sesuatu yang

kita masih jauh dari yang seharusnya.

bersifat abstrak, tidak bisa dilihat, namun

Berbicara mutu berarti kita berbicara tentang

kehadirannya dapat dirasakan dengan nyata

sesuatu yang ideal lepas dari pengaruh dan

(Atmosudirdjo, 1982: 77). Pendapat lain lagi

situasi konkret mana pun. Penguatan mutu

memahami organisasi sebagai suatu kesatuan

pendidikan yang dicampuradukkan dengan

rasional beberapa orang untuk mengejar

hal-hal lain akan berakibat fatal dan malah

sebuah tujuan bersama; organisasi adalah

merusak mutu pendidikan itu sendiri. Dari

instrument

sinilah seharusnya titik refleksi penguatan

mengejar kepentingan diri sendiri; organisasi

mutu pendidikan di tanah air dimulai dan

adalah

digumuli secara serius.

kelangsungannya sangat tergantung kepada

dengan

tuntutan

mencapai

demi

tercapainya

bagi

suatu

tujuan

untuk

memenuhi kriteria dan idealisme pihak lain.

selaras

untuk

diselengggarakan

suatu

pribadi-pribadi

sistem

terbuka

bersama

tujuan

untuk

yang


58

para anggota dan lingkungan lain yang

manipulasi. Tidak ada idealisme yang ingin

mempengaruhinya; organisasi adalah sebuah

diraih. Orientasinya mencari keuntungan.

alat dominasi untuk menaungi kepentingan

Kegiatan-kegiatannya

pribadi masing-masing anggotanya (Thoha,

kewajiban sejauh itu ada desakan dari pihak

2008: 35). Dengan demikian, secara ringkas

luar atau pihak yang membawahinya. Paling

dapat dikatakan bahwa organisasi adalah

hebat adalah menjalankan rutinitas yang

wadah berkumpulnya sekelompok orang

kadang-kadang juga tanpa dimengerti ke

untuk melakukan suatu kegiatan secara

mana arahnya. Padahal, organisasi yang sejati

bersama demi mencapai suatu tujuan bersama

adalah sebuah wadah tempat berkumpulnya

pula.

beberapa orang atau kelompok kerjasama Sosok organisasi semacam ini telah

menjadi

sesuatu

yang

lumrah

antara

orang-orang

adalah

guna

memenuhi

merealisasikan

dalam

idealisme tertentu sebagai tujuan bersama. Ini

kehidupan bersama di hampir semua bidang.

berarti orang-orang yang terlibat dalam

Lalu, pengetahuan tentang organisasi menjadi

sebuah organisasi itu bertugas menjalankan

sesuatu yang seolah-olah otomatis, mekanis,

fungsinya

dan dapat berjalan dengan sendirinya. Maka,

merealisasikan suatu cita-cita bersama.

pada tataran implementasi, tatkala orang berhadapan

dengan

demi

Organisasi dalam konteks pendidikan

akan

mewujud dalam satuan-satuan pendidikan

organisasi, tubuh organisasi dengan mudah

(Dasar, Menengah, dan Tinggi) yang dalam

dibentuk. Dalam sekejap, sebuah organisasi

implementasinya mewujud lebih konkret

bisa berdiri. Orang kurang terlatih untuk

dalam organisasi-organisasi sekolah atau

membangun

perguruan tinggi yang memiliki satuan

sebuah

kebutuhan

masing-masing

organisasi

dari

kematangan berpikir. Hasilnya, pengalaman

organisasinya

menunjukkan

organisasi

demikian, dalam dunia pendidikan terdapat

berdiri dengan mudah dan cepat, tetapi tanpa

organisasi bertingkat. Ada organisasi di

kegiatan, tanpa isi, atau kalau ada kegiatan,

tingkat sekolah atau perguruan tinggi, ada

hanya kegiatan yang tanpa passion, tanpa

organisasi di tingkat satuan pendidikan, dan

gairah, dan dibiarkan berjalan apa adanya.

ada organisasi lebih besar yang menaungi

Kalau ada isi, hampir bisa dipastikan bahwa

organisasi pendidikan secara keseluruhan.

itu hanya ada kegiatan rutin tanpa rencana

Pola

pengembangan. Organisasi macam ini rawan

mengindikasikan adanya organisasi di dalam

bahwa

banyak

masing-masing.

organisasi

semacam

Dengan

ini


59

organisasi. Pola ini pula diam-diam menuntut

bermutunya

kerjasama yang jeli antar sub organisasi agar

Indonesia yang nyatanya sekarang telah kita

tujuan sub organisasi dan organisasi tidak

saksikan.

mengalami

Kekacauan

pendidikan yang tidak sehat di Indonesia

pendidikan yang selama ini terjadi, boleh jadi

sesungguhnya telah terjadi beberapa dekade

berasal dari pola relasi organisasi-organisasi

terakhir yang hasilnya sedang kita panen saat

di

ini.

ketimpangan.

dalamnya

yang

kurang

jeli

dan

organisasi

pendidikan

di

Ini berarti praktek organisasi

professional menjaga dan mengawal realisasi visi dan misi serta tujuan pendidikan yang

Penguatan Sistem Tata Kerja

telah digagas dan ditetapkan bersama.

Organisasi yang sehat menjadi modal

Banyak organisasi pendidikan yang merasa

kecolongan

lembaga-lembaga

dengan

yang kuat bagi realisasi tujuan ideal bersama,

berdirinya

sebaliknya organisasi yang tidak sehat akan

sejenis.

cenderung menjadi sumber masalah bagi

pendidikan

Dikatakan kecolongan karena dinilai banyak

realisasi

lembaga pendidikan dewasa ini yang hanya

organisasi, secara sederhana tergambar dalam

mampu berdiri tetapi tidak memikirkan

peta struktur organisasi. Kekuatan sebuah

keberlanjutannya.

organisasi

Banyak

lembaga

tujuan

ideal

terlihat

itu.

dalam

Penguatan

struktur

itu,

pendidikan berdiri tetapi hanya berorientasi

termasuk efektivitas dan efisiensi kerja

profit tanpa kesiapan infrastruktur dan SDM

organisasi itu. Penguatan sistem tata kerja

yang memadai. Lagi pula, disinyalir banyak

terlihat dalam peta pembagian tugas dan

lembaga

mengikuti

wewenang para anggota yang terlibat di

prosedur mutu yang telah ditetapkan. Hal ini

dalamnya. Siapa harus bertanggungjwab atas

misalnya muncul dalam beberapa reaksi atas

apa dan sampai di mana wewenangnya

menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan

tergambar dalam peta tugas dan fungsi itu.

pendidikan

tanpa

dokter yang dinilai hanya menabur persoalan

Sistem

tata

kerja

yang

benar

dan tinggal menunggu meledaknya bom

mengariskan bahwa setiap orang yang terlibat

waktu

itu

dalam organisasi, selain namanya terpampang

(Brodjonegoro, Kompas, 22 April 2016: 5).

dalam struktur organisasi serta memiliki

Praktek organisasi pendidikan semacam ini

tugas pokok dan fungsi dalam pembagian

memang hanya menunggu bom waktu,

kerja,

termasuk

membuat program kerja berdasarkan tugas

atas

bom

masalah-masalah

waktu

semakin

tidak

setiap

anggota

itu

berkewajiban


60

pokok dan fungsinya. Setiap orang dalam

subsistem yang saling berhubungan satu

organisasi

sama lain.

tugasnya

harus itu

bertanggungjawab

mulai

dari

atas

perencanaan,

Dalam

konteks

penguatan

sistem,

dan

mutu

pelaksanaan, sampai evaluasinya dan tindak

pendidikan,

lanjut atas evaluasi kegiatannya. Pelaksanaan

sebagaimana yang dimaksud dalam tata

tugas secara ajeg, baik, dan sempurna dalam

organisasi pada umumnya memang harus

sistem tata kerja semacam inilah yang

menjadi

dimaksudkan dengan penguatan sistem tata

pendidikan di Indonesia mau ditingkatkan ke

kerja organisasi. Tentu saja apa yang

taraf yang lebih tinggi dan memiliki daya

direncanakan dan dikerjakan oleh masing-

saing yang lebih memadai. Dalam tata

masing orang atau bagian dalam organisasi

organisasi pendidikan skala nasional menurut

tidak boleh terlepas satu sama lain. Semua

teori

kegiatan harus saling berkaitan satu sama lain

pendidikan yang mengatur pendidikan di

sebagai rangkaian usaha untuk mencapai

negara ini harus memiliki garis koordinasi

tujuan yang sama dalam organisasi itu.

yang tidak boleh putus dengan satuan-satuan

perhatian

sistem

serius

ini

yang

subsistem

kalau

berarti

kementerian

Teori sistem muncul tahun 1960-an

pendidikan

yang dipelopori oleh tokoh-tokoh lintas

Kurikulum

bidang ilmu, seperti Herbert A. Simon (ilmu

pendidikan tingkat dasar dan menengah harus

administrasi) dalam bukunya The Science of

berorientasi pada persiapan pendidikan di

Management Decision (1960); Daniel Katz

perguruan tinggi.

dan Robert L. Kahn (psikologi) dalam buku

tinggi harus berorientasi pada persiapan di

yang berjudul The Social Psychology of

dunia

Organisations (1966); dan James G. Miller

masyarakat.

(biologi) dalam bukunya Living Systems

pendidikan dasar dan menengah sampai saat

(1978). Sejak saat itu, istilah sistem menjadi

ini

popular dan digunakan dalam hampir semua

kesinambungan itu. Pendidikan dasar dan

bidang ilmu pengetahuan. Istilah sistem

menengah

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

dalam program pendidikannya. Para peserta

pembicaraan tentang organisasi. Organisasi

didik tidak dibiasakan untuk melakukan

secara umum dipandang sebagai sebuah

eksplorasi

sistem yang di dalamnya terdapat subsistem-

masuk ke jenjang perguruan tinggi yang

yang

kerja

dan

ada

mutu

disusun

di

bawahnya.

untuk

Kurikulum pendidikan

kehidupan

Persoalannya,

dirasakan

masih

satuan

belum

di

orientasi

menunjukkan

berorientasi

pemikiran

umum

sebagai

deskriptif

persiapan


61

menuntut kemampuan analisis dalam pola

menjalankan kurikulum yang bersifat global.

pembelajarannya. Akibatnya, di perguruan

Ini penting juga untuk kebutuhan lalu lintas

tinggi, kalau tidak ada pengolahan yang

hubungan internasional dan tuntutan global

serius, pola deskripsi itu terus dibawa sampai

saat

selesai studi dan saat terjun ke masyarakat

penerapan KKNI ini masih dalam taraf

dengan IP yang tinggi ternyata mereka belum

sosialisasi sehingga banyak universitas yang

bisa menjadi tenaga kerja yang siap pakai dan

belum melaksanakan program kurikulum

umumnya menjadi pengangguran intelektual.

yang

Kurikulum pendidikan tinggi memang selama

ini

telah

mengalami

banyak

ini.

berorientasi

Kualifikasi adalah

Persoalannya,

global

Nasional

di

ini.

Kerangka

Indonesia

kerangka penjenjangan

kualifikasi

kompetensi

lalu pernah diterapkan kurikulum berbasis

menyetarakan, dan mengintegrasikan antara

kompetensi

bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja

Kurikulum

ini

serta

mahasiswa untuk siap bekerja di masyarakat.

pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai

Orientasinya pada pengolahan kompetensi

dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

tanpa

terlalu

kerja

menyandingkan,

berorientasi pada pengolahan kompetensi

mahasiswa

pengalaman

dapat

(KKNI)

perubahan dan penyesuaian. Beberapa waktu

(KBK).

yang

Indonesia,

dalam

rangka

banyak

mempedulikan kebutuhan masyarakat dan

Penguatan Program Kerja

dunia kerja. Evaluasi atas kurikulum KBK ini

Organisasi yang telah memiliki sistem

kemudian melahirkan kurikulum baru, yakni

yang baik belum cukuplah kalau itu tidak

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

disertai dengan adanya kegiatan-kegiatan

(KKNI) yang berorientasi pada kebutuhan

yang saling bersinergi pula antara subsistem

dunia kerja atau pasar kerja. KKNI ini sampai

yang satu dengan subsistem yang lain.

saat ini dianggap lebih relevan karena

Kedudukan program kerja dalam suatu

orientasi kegiatan kuliah lebih diarahkan pada

organisasi menjadi sesuatu yang sangat

kesiapan mahasiswa setelah keluar dari

strategis bagi kemanusiaan. Artinya, program

bangku kuliah. Pola ini semakin memiliki

kerja adalah tempat atau ruang ekspresi bagi

point tambahan karena KKNI ini mengikuti

seseorang untuk mengungkapkan jati diri,

pola kurikulum yang diterapkan di negara-

kemampuan, dan kapasitas dirinya. Dengan

negara lain pada umumnya. Jadi, ada

merancang progam kerja sebuah organisasi,

semacam

kita menjadi tahu kualitas seseorang itu

standart

bersama

dalam


termasuk daya abstraksinya dan terutama apa

perguruan

yang ada di dalam pikirannya.

program kerja sebaiknya dilakukan setelah

Namun, tidak hanya sampai di situ saja.

Kemampuan

merancang

sebuah

seseorang program

itu

tinggi

62

misalnya,

penyusunan

melakukan analisis terhadap beberapa hal

untuk

vital di dalam perguruan tinggi itu. Pertama,

masih

evaluasi

pencapaian

kinerja

tahun

berkaitan erat dengan kemampuannya untuk

sebelumnya. Evaluasi capaian kinerja di

merealisasikan

perguruan

apa

yang

dipikirkannya

sebagai sesuatu yang baik

adalah

evaluasi

yang

Maka,

mencakup faktor kepemimpinan, relevansi

kekuatan dan strategi realisasi program

program yang telah dilaksanakan, atmosfir

sampai ke tingkat pelaksanaan menjadi

akademik,

sebuah pekerjaan tersendiri yang rumit dan

keberlanjutan program (sustainability), serta

membutuhkan ketrampilan dari orang yang

efisiensi dan produktivitas yang diakibatkan

mengagasnya. Prinsip paling dasar dalam hal

oleh program itu. Evaluasi kinerja ini

ini mengandaikan bahwa seseorang yang

berkaitan

memiliki

bisa

keadaan jumlah mahasiswa, umpan balik

merealisasikan gagasan hebat itu atau dengan

mahasiswa atas proses belajar mengajar,

kalimat sederhana, seseorang itu harus bisa

keadaan SDM dosen, tingkat

melakukan sendiri apa yang dianggapnya

stakeholder. Hal ini mengandaikan bahwa

baik dalam gagasannya sendiri. Sebaliknya,

dalam

orang yang hanya pandai melempar gagasan

mekanisme evaluasi terprogram yang dalam

dan tidak bisa melaksanakannya sendiri akan

kesehariannya dikoordinir oleh bagian atau

dinilai gagal dalam merealisasikan program

unit khusus bernama jaminan atau kendali

itu meskipun secara konsep program itu baik.

mutu.

Itulah pemimpin yang gagal memimpin

Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan

dirinya

penyesuaian beberapa hal yang mungkin

gagasan

sendiri

hebat

dalam

itu.

tinggi

harus

merealisasikan

pemikirannya sendiri.

manajemen

dengan

perguruan

Kedua,

internal,

aspek

perkembangan

tinggi

Analisis

kepuasan

tersebut

kajian

atau

ada

internal.

terjadi dalam proses perjalanan organisasi

Dalam konteks pendidikan, program

perguruan tinggi menyangkut penyesuaian

kerja juga menjadi hal vital untuk kegiatan-

struktur organisasi, SDM tenaga pendidikan

kegiatan pengembangan pendidikan. Tanpa

dan

program kerja, sebuah lembaga pendidikan

keuangan, kerjasama, dan lain-lain. Ketiga,

tidak memiliki landasan untuk maju. Di

analisis

kependidikan,

kajian

sarana/prasarana,

eksternal.

Analisis

ini


dimaksudkan untuk melakukan berbagai

pola

penyesuaian dalam penyusunan program

professional

berkaitan dengan perkembangan yang terjadi

sesuatu dipandang secara professional juga.

secara

politik,

Kalau ada kesalahan atau kekurangan, perlu

ekonomi, keamanan, dan lain-lain. Keempat

dibahas untuk mencari jalan perbaikannya.

analisis SWOT. Analisis ini secara umum

Sementara kultur di negara kita cenderung

dimaksudkan untuk melihat kelemahan dan

menutupi kekurangan dan hanya mengangkat

kelebihan organisasi secara objektif supaya

yang baik. Kultur ini memang bisa dilihat

seimbang dalam menyusun program kerja.

menjadi penyebab terjadinya banyak hal di

makro,

misalnya

situasi

Berkaca dari analisis-analisis

kerja

63

organisasi.

Organisasi

menginginkan

agar

yang segala

ini,

negara kita. Bertahun-tahun terjadi praktek

kalau selama ini perguruan tinggi Indonesia

korupsi tidak dipersoalkan dengan dalih tidak

sulit tembus peringkat universitas bermutu di

mau repot dengan urusan orang. Saat sudah

ASEAN, ASIA, bahkan DUNIA, boleh jadi

parah seperti sekarang ini baru terpaksa

karena lemah dalam analisis dan evaluasi

dibongkar

sebagai dasar penyusunan program kerja.

dilengkapi bukti-bukti yang sangat berbelit.

Ada banyak faktor bisa menjadi latar

Mental ini nampaknya masuk juga dalam

belakang timbulnya kondisi ini, tetapi satu

dunia pendidikan. Kalau ada sesuatu yang

hal yang nampak paling dominan adalah

kurang

budaya

yang

oknum-oknum di perguruan tinggi, kita

sudah

cenderung diam, tidak berani menegur demi

dikerjakan baiklah itu diapresiasi dan jangan

perbaikan karena tidak enak dengan saudara

sibuk melihat kekurangannya. Kekuarangan

sendiri. Situasi semacam ini sekarang sedang

jangan dibesar-besarkan. Pamali, tidak baik

dihadapkan pada tuntutan professional atas

dalam

kekuatan

nama globalisasi. Dengan tertatih-tatih kita

evaluasi justru terletak pada kebesaran hati

sekarang sedang mencoba menyesuaikan diri.

mengoreksi hal-hal yang salah dan kurang

Di satu sisi, tidak berani, tetapi di lain sisi

benar untuk diperbaiki, selain melihat hal-hal

kita harus lakukan itu karena tuntutan

yang positif sebagai kekuatan lain di sisi

professional yang belum sepenuhnya menjadi

yang berbeda.

budaya kita.

evaluasi

cenderung

di

ditabukan.

budaya

kita.

negara Apa

kita yang

Padahal,

Dengan ini bisa dipahami secara kultural bahwa ada benturan budaya dalam

baik

Penguatan

ramai-ramai.

terjadi

Sistem

Tindaklanjutnya

Itupun

harus

dalam pelaksanaan

Assessment

dan


Rencana

yang

sehat

dalam

instrument-instrumen

64

evaluasi,

rencana

pengembangan sebuah institusi akan selalu

tindaklanjut, dan seterusnya. Tanpa ada

berpedoman

atas

sebuah unit khusus atas nama jaminan atau

periode

kendali mutu itu, sebuah universitas hanya

evaluasi

akan berjalan tanpa pengawasan atau kendali

komprehensip,

yang terstruktur dan terorganisir. Akibatnya,

terstruktur, dan sistematis. Ini berarti rencana

semua kegiatan berjalan tanpa standar atau

pengembangan

kalau berstandar, hanya mendasarkan diri

kesehatan

pada

hasil

organisasi

sebelumnya.

itu

Itupun

dilaksanakan

evaluasi pada

kalau

secara

sebuah

organisasi

harus

berdasar pada sebuah hasil evaluasi yang

pada

standar

professional karena tanpa itu rencana yang

mengerjakannya yang berarti tanpa standar

dibangun di atasnya akan rapuh dan mudah

karena tidak ada orang yang akan mau

diombang-ambingkan oleh berbagai hal yang

menilai pekerjaannya sendiri tidak bermutu.

muncul dalam dinamika organisasi itu. Evaluasi

diri

yang

professional

digunakan

untuk

memahami

organisasi

(organization

pihak-pihak

yang

Semua universitas di Indonesia saat

dapat

ini ditutut untuk memiliki unit jaminan mutu.

kesehatan

Namun, dalam pelaksanaannya, unit-unit ini

secara

menjadi unit yang normatif. Artinya, baru

keseluruhan dan situasi nyata kondisi institusi

dikerjakan kalau ada tekanan atau monitoring

untuk menentukan kondisi mutu yang akan

dari pihak luar. Belum ada kesadaran yang

dicapai di masa yang akan datang. Secara

tumbuh dari dalam bahwa manajemen mutu

umum dikenal ada enam kriteria standar mutu

itu

organisasi

yakni

sendiri. Belum ada budaya mutu yang

institusi,

tertanam dalam diri para pelaku pendidikan

relevansi, suasana akademik, manajemen

kita. Oleh karena itu, tindaklanjut atas

internal organisasi, keberlanjutan, efisiensi,

temuan juga dikerjakan semata-mata untuk

dan produktivitas.

memenuhi tuntutan administratif. Belum ada

perguruan

kepemimpinan

dan

health)

tinggi,

komitmen

penting

untuk

kesehatan

organisasi

Semua standar mutu yang hendak

hal yang lebih terpuji dari sekedar memenuhi

dicapai ini perlu dikawal dan dikerjakan oleh

tugas administratif itu. Hasilnya, secara

sebuah lembaga mutu universitas. Unit inilah

administratif, banyak perguruan tinggi di

yang

Indonesia

bertanggungjawab

evaluasi

pada

unit-unit

mengatur terkait

tata dalam

universitas itu. Merekalah yang memikirkan

membanggakan

diri

sebagai

universitas bermutu dari aspek-aspek tertentu bahkan

hampir

semua

aspeknya

nilai


mutunya sempurna. Kalau memang sungguh demikian, seharusnya mereka juga mampu mencatatkan perguruan

diri tinggi

Persoalannya,

di

Indonesia belum menerapkan tujuan ideal itu (Muliawan, 2008). Pendidikan di Indonesia

ranking-ranking

tingkat

mutu

65

internasional.

yang

sekedar

administratit tidak laku di mata para penilai

masih

memandang

dan

menjalankan

prosesnya sebagai sebuah barang asing bagi pendidikan itu sendiri. Itulah sebabnya dirasa

standar mutu internasional. Bagi mereka, yang penting bukan sekedar administrasi, tetapi realisasi kegiatan administrasi yang bermutu, yang berdampak pada masyarakat sebagai tujuan akhir

pendidikan,

perlu saat ini untuk dilakukan upaya-upaya penguatan mutu pendidikan di samping pemahaman tentang epistemologi pendidikan

yakni yang memadai (Bernadib, 1992: 20)

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, penguatan mutu pendidikan di negara kita, khususnya di

Melalui

tulisan

ini,

saya

telah

menunjukkan beberapa upaya penguatan

perguruan tinggi harus dimulai dari sini; merealisasikan mutu administratif menjadi pendidikan yang benar-benar bermutu bagi anak-anak bangsa dan terutama masyarakat

mutu pendidikan. Pertama, penguatan mutu organisasi. Kedua, penguatan mutu sistem tata kerja. Ketiga, penguatan mutu program

yang menanti realisasi pendidikan bermutu itu sendiri. Penguatan mutu pendidikan tidak sekedar mengikuti tuntutan tetapi harus berpangkal dari kesadaran akan pentingnya

kerja. Keempat, penguatan mutu evaluasi dan tindaklanjut atas evaluasi itu. Memang tidak mudah melakukan upaya-upaya penguatan

mutu itu sendiri bagi pendidikan di negara mutu

kita.

itu

karena

ternyata

ada

banyak

persoalan yang perlu diselesaikan dalam PENUTUP setiap bidang upaya penguatan mutu. Salah Pendidikan adalah alat di tangan satu hal menarik yang terungkap dalam anak-anak bangsa sendiri untuk semakin tulisan ini adalah bahwa hampir semua upaya memperadab

generasi-generasi

sebuah penguatan

bangsa.

Persoalannya,

pendidikan

di

mutu

pendidikan

berhadapan


dengan mental dan budaya manusia-manusia Indonesia yang tidak mudah untuk dilakukan dalam waktu yang singkat. Situasi saat ini menunjukkan bahwa upaya penataan mutu pendidikan seharusnya dimulai dari hasil evaluasi, sementara secara kultural, budaya kita belum memungkinkan dilakukannya evaluasi-evaluasi itu secara professional. Ini berarti, berbicara tentang penguatan mutu pendidikan di Indonesia, kita perlu berbesar hati dan siap mengevaluasi diri yang selama ini kultur kita setengah menabukannya. Evaluasi berarti berani melihat diri sendiri termasuk berani menegur saudara sendiri atau bahkan orang yang kita segani kalau yang bersangkutan melakukan kesalahan.

66

DAFTAR PUSTAKA [1] Atmosudirdjo, Prajudi, 1982. Administrasi dan Managemen Umum, Ghalia Indonesia: Jakarta [2] Barnadib, Imam, 1992. Filsafat Pendidikan: Pengantar Mengenai Sistem dan Metode, Andi Offset, Yogyakarta [3] Brodjonegoro, Soemantri Satrio, “Bom Waktu Fakultas Kedokteran” Jakarta, Kompas, 22 April 2016 [4] https://duddyarisandi.files.wordpress.com/2 011/05/evaluasi-diri-1.jpg [5] Katz, Daniel dan Robert L. Kahn, 1966. The Social Psychology of Organisations, John Wiley & Sons, Inc [6] Miller, James G., 1978. Living Systems, University of Colorado [7] Muliawan, Jasa Unggul, 2008, Epistemologi Pendidikan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta [8] Simon, Herbert A., 1960. The New Science of Management Decision, Sage Publications Inc: Johnson Graduate Shool of Management of Cornell University [9] Syafiie, Inu Kencana, 2006. Sistem Administrasi Negara, Bumi Aksara: Jakarta [10] Thoha, Miftah, 2008. Birokrasi Pemerintahan Indonesia di Era Reformasi, Kencana: Jakarta [11] Veerger, K. K., 1992. lmu Budya Dasar: Buku Panduan Mahasiswa, Gramedia: Jakarta

ANALISIS ANTROPOLOGI PENDIDIKAN TENTANG PENGUATAN MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TINGGI DALAM TATA PENDIDIKAN GLOBAL

Recommend Documents