ANALISA PENGGABUNGAN PERUSAHAAN (BUSINESS COMBINATION) DENGAN MENGELUARKAN SATU JENIS SAHAM MENGGUNAKAN MS. ACCESS PROGRAMMING Suhartono Program Studi Komputerisasi Akuntansi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer BSI Jakarta Jalan RS Fatmawati No 24 Pondok Labu Jakarta Pusat, Indonesia
[email protected]
ABSTRACT Business competition is increasing, demanding the company to continue to develop its business in order to stay ahead again. It is necessary for mutually beneficial cooperation between the company with another company. One form of cooperation that can be taken the company to expand its business is through business combinations (business combination) between the two or more other companies, both similar and dissimilar. There are many types and forms of business combinations, including acquisitions. Acquisition is a form of merger where one company, ie the acquirer (the acquirer) to obtain control over the net assets and operations of the acquired company (acquiree), to provide certain assets, recognizing an obligation, or issuing stock. Development of the company through ownership of the majority of the shares of other companies is a very profitable way. Because the majority of its stocks of other companies, meaning reserves the right to fully control the operation and management of other companies. There are two factors to consider in choosing a base that will be used to determine the contribution of each of the parties to a merger of business entities, namely the incorporation of the company by issuing a type of share capital and incorporation of the company by issuing two or more types of the share capital. Keywords: Merger Company, One Type Shares, Ms. Access Programming I.
PENDAHULUAN Tidak satupun perusahaan yang didirikan oleh pemiliknya tidak menghendaki adanya suatu perkembangan di kemudian hari. Agar tingkat perkembangan perusahaan itu sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan suatu perencanaan yang konkrit. Menurut Yunus (2009: 224), dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan melalui salah satu dari dua jalan sebagai berikut: pertama mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal Business Expansions. Dalam hal ini hanya dilakukan perluasan atas usaha yang telah ada tanpa melibatkan unit-unit usaha lain di luar (organisasi). Usaha demikian itu dapat dilakukan dengan membuka daerah-daerah pemasaran baru, menambah (memperkenalkan) produk-produk baru, menambah saluran-saluran distribusi yang baru atau dengan menggunakan metode penjualan yang baru dalam rangka meningkatkan omzet penjualannnya. Pada umumnya usaha-usaha demikian itu dibelanjai dengan sumber-sumber dana yang normal, seperti laba yang tidak dibagi, hasil penjualan surat-surat hutang obligasi (jangka panjang lainnya) atau dengan mengeluarkan modal saham baru. Kedua, mengadakan penggabungan badan usaha atau External Business Expansion. Dalam hal ini, suatu perusahaan mengadakan penggabungan sumber-sumber ekonomis yang
dimiliki oleh perusahaan lainnya. Dengan demikian untuk mencapai perkembangan usaha tersebut dilakukan dengan melibatkan unit-unit usaha yang telah ada sebelumnya. Penggabungan badan usaha cara ini dianggap lebih meguntungkan dibandingkan yang pertama. Karena melalui penggabungan badan usaha itu dapat diperoleh adanya kepastian mengenai : daerah pemasaran, sumber bahan baku atau penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang lebih ekonomis dan efisien. Perbedaan keduanya terletak pada dilibatkan dan tidaknya unit usaha lain dalam penggabungan badan usaha tersebut. Dilihat segi cara terbentuknya pengembangan badan usaha melalaui “external business expansion” ini dapat dibedakan ke dalam dua cara sebagai berikut : a. Penggabungan badan usaha. Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu perusahaan yang baru, atau berfusinya beberapa perusahaan ke dalam satu perusahaan yang baru. Dalam hal ini perusahaan-perusahaan yang digabung kehilangan dan melepaskan statusnya sebagai satu kesatuan usaha yang memiliki badan hukum. b. Pemilikan sebagian besar saham-saham perusahaan lain. Dengan dimilikinya sebagian besar saham-saham perusahaan lain, berarti berhak untuk sepenuhnya mengendalikan
71
PERSPEKTIF, VOL XIV NO. 1 MARET 2016
operasi dan manajemen perusahaan tersebut (Yunus, 2009: 224)
lain
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penggabungan Usaha (Business Combination) Menurut Kristanto (2010:90), akuntansi penggabungan usaha mempunyai dua metode pencatatan, yaitu metode pembelian (by purchase method) dan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method). Dalam penggunaan metode by purchase, penilaian atas perolehan aset didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajarnya. Hal ini akan menyebabkan timbulnya goodwill, karena adanya selisih lebih atas biaya perolehan atas aset dengan bagian perusahaan pengakuisisi atas nilai wajar aset dan kewajiban yang dapat didentifikasi pada saat tanggal terjadinya transaksi. Sedangkan pada penggunaan metode pooling of interest, maka jumlah aset kewajiban dan ekuitas para pemilik yang dilaporkan perusahaanperusahaan yang menggabungkan diri dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya. Maka dengan menggunakan metode pooling of interest tidak akan menimbulkan goodwill, karena penilaian dan pencatatan didasarkan atas nilai buku atau nilai historisnya. Menurut Mangoting (1999:132), penggabungan usaha (business combination) atau yang biasa dikenal dengan konsolidasi atau merger merupakan salah satu bentuk tindakan restrukturisasi yang paling sering dipakai, dibanding tindakan-tindakan yang lainnya. Menurut Herdian (2011:66), terdapat 2 metode penggabungan usaha yaitu by purchase dan pooling of interest. Metode by purchase berdampak pengenaan pajak atas goodwill akibat kenaikan nilai aset atas penggabungan usaha, sedangkan pooling of interest tidak ada dampak atas akuntansi perpajakannya. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 Akuntansi Penggabungan Usaha (Reformat 2007) ”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain” Menurut Karyawati (2009:238) penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satuentitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Sedangkan menurut Yunus (2009:224), ”Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk
menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.” Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penggabungan usaha (business combination) adalah usaha untuk menggabungkan satu perusahaan dengan perusahaan lain ke dalam satu entitas ekonomi. 2.2 Definisi Saham Biasa. Menurut Hery (2011: 93), jika perseroan hanya memiliki satu jenis atau satu kelas saham, maka saham tersebut dinamakan sebagai saham biasa (common stock). Menurut Darmadji (2006:7), saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saham biasa adalah saham yang dimiliki oleh perusahaan hanya terdiri dari satu jenis saham dan menempatkan pemiliknya paling terakhir terhadap pembagian dividen. 2.3 Jenis dan Bentuk Penggabungan Usaha (Business Combination) Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 Akuntansi Penggabungan Usaha (2012), terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu : 1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. 2. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer) Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin (2010:240) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut : 1. Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut :
72
a. Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut. b. Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi c. Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering). 2. Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi : a. Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. b. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru. c. Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya. Menurut Moin (2007:183), berdasarkan aktifitas ekonomi maka maka merger dan akuisisi dapat diklasifikasi dalam lima bentuk, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Merger horizontal, yaitu merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industry yang sama. Merger vertikal, adalah integrasi perusahaanperusahaan yang bergerak dalam tahapantahapan proses produksi atau operasi. Merger konglomerat, merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam indutri yang tidak terkait. Merger ekstensi pasar, merger yang dilakukan dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Merger vekstensi produk, merger yang dilakukan dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.
2.4
Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan Menurut Yunus (2009:228), masalah yang timbul didalam proses penggabungan perusahaan dapat bersifat komplek, tetapi dapat bersifat sederhana. Sebagai contoh penentuan jumlah yang harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran dalam pengabungan perusahaan dalam pembayarannya berbentuk uang tunai relatif lebih sederhana jika dibanding dengan penggabungan perusahaan dimana pembayarannya berbentuk surat-surat berharga, yang harga pasarannya pun tidak mudah dapat ditentukan. Untuk itu bantuan dari manajemen yang bersangkutan dan para ahli lain seperti akuntan, ahli hukum, dan para analis sangat dibutuhkan. Masalah konstribusi relatif perusahaan yang bergabung. Jika perusahaan baru dibentuk dalam konsolidasi akan mengeluarkan modal saham sebagai alat pembayaran kepada perusahaanperusahaan yang digabung, dapat dipakai dua cara (pendekatan) didalam menentukan banyaknya saham yang harus diserahkan kepada masingmasing perusahaan yang digabung. 1. Kontribusi relatif dari kekayaan bersih Penentuan besarnya jumlah kekayaan bersih relatif seringkali diperlukan bantuan dari ankuntan dn orang ahli dibidang menaksir harga-harga pasar. Laporan keuangan dari masing-masing pihak harus disusun atas dasar harga pasarnya (harga yang disetujui semua pihak). Tiap-tiap pos dari laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa secar khusus oleh akuntan yang independen, dn jika dirasa perlu akuntan dapat menyusun kembali laporann keuangan tersebut agar lebih informatif dan dapat diperbandingkan, serta sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang lazim. Beberapa hal yang sering memerlukan perhatian khusus dalam rangka penyususnan laporan keuangan tersebut ialah metode penilaian yang dipakai terhadap investasi (surat-surat berharga), cadangan kerugian piutang, penentuan harga
73
PERSPEKTIF, VOL XIV NO. 1 MARET 2016
pokok dan prosedur penilaian terhadap persediaan, kebijaksanaan terhadap kapitalisasi yang berhubungan dengan aktiva tetap, metode, dan kebijaksanaan depresiasi aktiva tetap, metode dan kebijaksanaan amortisasi aktiva tetap tak berwujud, pos pos kontijensi serta kemungkinan adanya pos-pos transitoris dan antisipasi yang belum dicatat. Berdasar laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim kemudian diadakan penilaian kembali semua harta kekayaan perusahaan sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu, untuk menentukan besarnya kekayaan bersih relatif yang akan diserahkan kepada perusahaan yang baru dibentuk buku-buku yang baru diselenggarakan, dan kekayaan bersih (yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan yang digabung) kemudian dicatat sesuai harga pasar yang berlaku. Adaya perubahan nilai yang terjadi pada aktiva tetap berhubung perubahan nilai uang dan perubahan teknologi harus diakui agar diperoleh penilaian yang wajar. 2. Kontribusi relatif dari laba yang diproyeksikan Penentuan besarnya kontribusi relatif dari ratarata keuntungan kepada perusahaan yang baru dibentuk memerlukan juga bantuan dari orang yang ahli dibidang ini. Laporan perhitungan rugi laba dari perusahaan yang digabung juga harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, seperti halnya pada neraca. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hubungannya dengan penentuan besarnya kontribusi relatif dari ratarata keuntungan ialah penentuan besarnya harga pokok barang yang dijual maupun harga pokok produksinya, termasuk inventory pricing dan metode penilaian yang dipakai, biaya-biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap termasuk depresiasi dan amortisasi aktiva tetap tak berwujud. 2.5
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Dasar yang Akan Dipakai di dalam Menentukan Besarnya Kontribusi Relatip dari Masing-masing Pihak. Menurut Yunus (2009:231) ada dua faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar yang akan dipakai untuk menentukan besarnya kontribusi dari masing-masing pihak yang mengadakan penggabungan badan usaha, yaitu: 1. Penggabungan perusahaan dengan mengeluarkan satu jenis modal saham Jika kemampuan untuk memperoleh laba dari masing-masing perusahaan yang bergabung relatif sama dan satu jenis modal saham dikeluarkan untuk maksud penggabungan perusahaan, maka modal saham tersebut dapat
dibagikan sesuai dengan jumlah kekayaan bersih yang diserahkan, bila berbeda maka cara membagikan modal saham kepada masingmasing pihak harus didasarkan di samping kekayaan bersih riil yang diserahkan perlu diperhitungkan juga adanya kemampuan lebih untuk mendapatkan keuntungan dari masingmasing pihak. 2. Penggabungan perusahaan dengan mengeluarkan dua atau lebih jenis modal saham. Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak dapat dipertahankan dalam perusahaan baru, maka perlu dikeluarkan lebih satu jenis saham. Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur sebagai berikut: a. Keuntungan relatif dari masing-masing pihak harus dikapitalisasikan dengan suatu tingkat atau prosentase tertentu. Dengan catatan bahwa prosentase tersebut tidak boleh melampaui tingkat atau prosentase. Hasil kapitalisasi ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan jumlah saham yang harus dikeluarkan. b. Saham prioritas harus dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-masing pihak, sesuai dengan jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan. Saham prioritas harus mempunyai referensi terhadap kekayaan yang besarnya sama dengan kekayaan bersih riil yang diserahkan pada saat pembentukan perusahaan yang baru. c. Saham biasa yang dikeluarkan adalah sebesar selisih antara modal saham yang harus dikeluarkan, dikurangi dengan jumlah modal saham prioritas. Tingkat Kapitalisasi Laba Normal berbeda dengan Laba di atas Normal Penentuan jumlah modal saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebagai pembayaran atau kekayaan bersih yang diserahkan oleh perusahaan-perusahaan terdahulu, dengan mengkapitalisasikan laba yang diproyeksikan untuk masing-masing perusahaan dengan suatu prosentase tertentu. Prosentase kapitalisasi itu diperlakukan sama untuk keseluruhan laba yang diharapkan, tanpa dibedakannya kemampuan untuk memperoleh laba yang normal dan kemampuan untuk memperoleh laba di atas normal dari masing-masing perusahaan.
74
III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan membaca buku literatur tentang penggabungan perusahaan, MS. Acces Programming dan akuntansi keuangan pada website. 2. Pengambilan kesimpulan Setelah proses analisa telah selesai dilakukan, maka dilakukan pengambilan kesimpulan
dengan cara menarik kesimpulan dari analisa data dilakukan sebelumnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Input Data Proses analisa penggabungan perusahaan dengan mengeluarkan satu jenis saham menggunakan ilustrasi data yang diolah dengan MS. Acces Programming. Pada layar komputer akan tampil form kosong seperti berikut ini :
Sumber : Yunus (2009)
1.
2.
3.
4.
Gambar III.1 Form Input Data Perusahaan (kosong) Pada form tersebut program akan meminta user Pada contoh kasus kelebihan laba di atas laba untuk menginput kekayaan bersih yang normal di input sebesar 20%. diserahkan. Pada contoh kasus untuk PT. Anon 5. Untuk goodwill diakui, user menginput jumlah di input sebesar Rp. 15.000.000.000, untuk PT. saham biasa dan harga per lembar saham. Pada Dian di input sebesar Rp. 22.500.000.000 dan contoh kasus jumlah saham biasa di input untuk PT. Dani di input sebesar Rp. sebesar 9.000 lembar dan harga per lembar 37.500.000.000. saham di input sebesar Rp. 10.000 User menginput jumlah keuntungan yang 6. Untuk goodwill tidak diakui, user menginput dikontribusikan. Pada contoh kasus untuk PT. jumlah saham biasa dan harga per lembar Anon di input sebesar Rp. 2.250.000, untuk PT. saham. Pada contoh kasus jumlah saham biasa Dian di input sebesar Rp. 2.200.000 dan untuk di input sebesar 7.500 lembar dengan harga per PT. Dani di input sebesar Rp. 3.000.000. lembar saham di input sebesar Rp. 10.000 dan User menginput tingkat laba normal dari jumlah saham biasa di input sebesar 18.750 jumlah investasi. Pada contoh kasus tingkat lembar dengan harga per lembar saham di input laba normal dari jumlah investasi di input sebesar Rp. 3.000 (Gambar III.2 Form Input sebesar 6%. Data Perusahaan (isi) User menginput kelebihan laba di atas laba normal untuk menentukan besarnya goodwill.
75
PERSPEKTIF, VOL XIV NO. 1 MARET 2016
Sumber : Yunus (2009) Gambar III.2 Form Input Data Perusahaan (isi)
Setelah user menginput semuanya, maka dilayar monitor akan tampil secara otomatis Gambar III.3 Form Outout 1 Kekayaan bersih.
Sumber : Yunus (2009) Gambar III.3 Form Output 1 Kekayaan Bersih 7. Kekayaan bersih yang diserahkan PT.Anon, PT. Dian dan PT. Dani didapat dari proses input program no. 1. Sedangkan Jumlah sebesar Rp. 75.000.000 di dapat dari 15.000.000 + Rp. 22.500.000 + Rp. 37.500.000 8. Kekayaan bersih relatip terhadap kekayaan total PT. Anon sebesar 20% di dapat dari Rp. 15.000.000 / Rp. 75.000.000. PT. Dian sebesar 30% di dapat dari Rp. 22.500.000 / Rp. 75.000.000. PT. Dani sebesar 50% di dapat dari Rp. 37.500.000 / Rp. 75.000.000. 9. Jumlah keuntungan yang dikontribusikan untuk PT. Anon sebesar Rp. 2.250.000, PT. Dian
sebesar Rp. 2.200.000 dan PT. Dani sebesar Rp. 3.000.000 didapat dari proses input program no. 2. Sedangkan Jumlah sebesar Rp. 7.000.000 di dapat dari 2.2500.000 + Rp. 2.250.000 + Rp. 3.000.000 10. Keuntungan relatip dari keuntungan total PT. Anon sebesar 30% di dapat dari Rp. 2.250.000 / Rp. 7.500.000. PT. Dian sebesar 30% di dapat dari Rp. 2.250.000 / Rp. 7.500.000. PT. Dani sebesar 40% di dapat dari Rp. 3.000.000 / Rp. 7.500.000. Program juga menampilkan form kontribusi relatip kekayaan bersih (Gbr III.4)
76
Sumber : Yunus (2009) Gambar III.4 Form Output 2 Kontribusi Kekayaan Relatip 11. Kekayaan bersih yang diserahkan (tanpa goodwill) PT. Anon sebesar Rp. 15.000.000, PT. Dian sebesar Rp. 22.500.000 dan PT. Dani sebesar 37.500.00 di dapat dari proses progam no. 7 12. Goodwill untuk laba rata-rata PT. Anon sebesar Rp. 2.250.000, PT. Dian sebesar Rp. 2.250.000 dan PT. Dani sebesar Rp. 3.000.000 di dapat dari proses program no. 9. Jika tingkat laba normal dari investasi sebesar 6% (proses input program no. 3) dan kelebihan laba di atas laba normal sebesar 20% (proses input program no. 4) maka laba normal PT. Anon sebesar Rp. 900.000 di dapat dari Rp. 15.000.000 X 6%, PT. Dian sebesar Rp. 91.350.000 di dapat dari Rp. 22.500.000 X 6%, dan PT. Dani sebesar Rp. 2.250.000 di dapat dari Rp. 37.500.000 X 6%. Kelebihan diatas laba normal PT. Anon sebesar Rp. 1.350.000 di dapat dari Rp. 2.250.000 – Rp. 900.000, PT. Dian sebesar Rp. 900.000 di dapat dari Rp. 3.000.000 – Rp. 2.250.000 dan
PT. Dani sebesar Rp. 750.000 di dapat dari Rp. 3.000.000 – Rp.2.250.000 13. Kapitalisasi kelebihan laba normal PT. Anon sebesar Rp. 6.750.000 di dapat dari (Rp. 1.350.000 x 100) / 20, PT. Dian sebesar Rp. 4.500.000 di dapat dari (Rp. 900.000 x 100) / 20, dan PT. Dani sebesar Rp. 3.750.000 di dapat dari (Rp. 750.000 x 100) / 20. 14. Kontibusi relatip kekayaan bersih (termasuk goodwill) PT. Anon sebesar Rp. 21.750.000 di dapat dari Rp. 15.000.000 + Rp. 6.750.000 dan 24% di dapat dari Rp. 21.750.000 / Rp. 90.000.000, PT. Dian sebesar Rp. 27.000.000 di dapat dari Rp. 22.500.000 + Rp. 4.500.000 dan 30% di dapat dari Rp. 27.000.000 / Rp. 90.000.000, PT. Dani sebesar Rp. 41.250.000 di dapat dari Rp. 37.500.000 + Rp. 3.750.000 dan 46% di dapat dari Rp. 41.250.000 / Rp. 90.000.000. Program juga menampilkan form klaim terhadap kekayaan bersih dan hak atas pembagian laba dalam perusahaan yang baru (Gbr III.5)
Sumber : Yunus (2009) Gambar III.5 Form Output 3 Klaim Terhadap Kekayaan Bersih 15. Jumlah kontribusi kekayaan bersih PT. Anon sebesar 20%, PT. Dian sebesar 30% dan PT.
Dani sebesar 50% di dapat dari proses program no. 8.
77
PERSPEKTIF, VOL XIV NO. 1 MARET 2016
16. Jumlah keuntungan yang dikontribusikan PT. Anon sebesar 30%, PT. Dian sebesar 30% dan PT. Dani sebesar 40% di dapat dari proses program no. 10. 17. Klaim terhadap kekayaan bersih dan hak atas pembagian laba dalam perusahaan yang baru
PT. Anon sebesar 24%, PT. Dian sebesar 30% dan PT. Dani sebesar 46% di dapat dari proses program no. 14. Program juga menampilkan form pembagian modal saham (Gbr III.6)
Sumber : Yunus (2009) Gambar III.6 Form Output 4 Pembagian Modal Saham 18. Kontribusi kekayaan bersih termasuk goodwill untuk PT. Anon sebesar Rp. 15.000.000, PT. Dian sebesar Rp. 27.000.000 dan PT. Dani sebesar Rp. 41. 250.000.000 di dapat dari proses program no. 14 19. Kontribusi kekayaan bersih tidak termasuk goodwill untuk PT. Anon sebesar Rp. 15.000.000, PT. Dian sebesar Rp. 22.500.000 dan PT. Dani sebesar Rp. 37.500.000 di dapat dari proses program no. 11 20. Goodwill diakui, PT. Siwi Peni mengeluarkan 9.000 lembar saham dengan harga Rp. 10.000 per lembar. Alokasi modal saham untuk PT. Anon sebesar 2.175 lembar saham, PT. Dian sebesar 2.700 lembar saham dan PT. Dani sebesar 4.125 lembar saham 21. Goodwill tidak diakui, PT. Siwi Peni mengeluarkan 7.500 lembar saham
dengan harga Rp. 10.000 per lembar. Alokasi modal saham untuk PT. Anon sebesar 1.812 lembar saham, PT. Dian sebesar 2.250 lembar saham dan PT. Dani sebesar 3.438 lembar saham. PT. Siwi Peni juga mengeluarkan 18.750 lembar saham dengan harga Rp. 3.000 per lembar. Alokasi modal saham untuk PT. Anon sebesar 4.375 lembar saham, PT. Dian sebesar 5.625 lembar saham dan PT. Dani sebesar 8.750 lembar saham. IV. PENUTUP Penggabungan usaha (business combination) pada dasarnya adalah suatu penyatuan dua atau lebih badan usaha yang independent untuk mendirikan suatu badan usaha yang baru. Secara garis besar penggabungan usaha terdiri atas integrasi secara horizontal yaitu penggabungan berbagai perusahaan yang berasal
78
dari suatu industri yang sama, integrasi secara vertikal yaitu penggabungan berbagai jenis usaha/industri yang masing-masing mempunyai hubungan dalam proses produksi, dan konglomerasi yaitu penggabungan dari berbagai jenis usaha/industri yang tidak mempunyai hubungan atau kaitan antara satu dengan yang lainnnya untuk tujuan diversifikasi usaha. Ada beberapa faktor yang mendorong perusahaan melakukan penggabungan usaha yaitu keuntungan dari sisi biaya, meminimalisasi resiko, memperpendek waktu tunda bagi kegiatan operasional, menghindari pengambilalihan secara paksa, penguasaan aktiva tidak berwujud dan faktor-faktor lain. Dari faktor-faktor tersebut, faktor keuntungan dari sisi biaya mempunyai peran yang sangat penting karena perusahaan dituntut harus lebih efektif dan efisien agar tetap survive dan terus maju.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2010. Pokok-pokok Akuntansi Lanjutan. Bandung. Liberti. Darmadji, T. 2006. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta. Salemba Empat. Hery. 2011. Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta. Bumi Aksara. Herdian, H dan A. Muktiyanto. 2011. Akuntansi Perpajakan dalam Penggabungan Usaha.
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka.Volume 7, Nomor 1, Maret. Hlm : 53-66 Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. PSAK 22. Akuntansi Penggabungan Usaha Reformat. Jakarta Karyawati, Gorilda. 2009. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Advanced Accounting); Jakarta: Penerbit Erlangga Kristanto, Septian Bayu. 2010. Penggabungan Usaha dan Pajak Penghasilan. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta. Volume 10, Nomor 1, Januari : 73 - 94 Mangoting, Yenni. 1999. Penggunaan Metode by Purchase dan Pooling of Interest dalam Rangka Penggabungan Usaha (Business Combination) dan Efeknya Terhadap Pajak Penghasilan. Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Kristen Petra. Surabaya. Vol. 1, No. 2, Nopember. Hlm : 132 - 143 Moin, Abdul. 2007. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Edisi 2. Yogyakarta Ekonisia. PSAK 22. 2012. Accounting for Business Combination, which is revised by reference to IFRS 3 : Business Combination Yunus, Hadori. 2009. Akuntansi Keuangan Lanjutan.Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta
79