An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== Tinggi yang Diinginkan
Lisa Ipriani, Sigit Nugroho Fakultas Psikologi, Universitas Islam Riau
Abstract This study aims to determine the effect of self concept and self efficacy by the power struggle in determining the students’ majoring in science majors in college is desired. The subjects were students’ majoring in science class XI SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru Ahmad Dahlan. The number of subjects in this study were 97 students. The sampling technique used purposive sampling. Analysis of the data in this study using multiple linear regression analysis. Results of regression analysis obtained by F of 46.162 with p = 0.000 (p <0.01), which indicates that there is influence self concept and self-efficacy by the power struggle in determining the students majoring in science majors in college is desired. The effective contribution of R2 (R Square) given variable self-concept and self efficacy against the formation of students' fighting spirit was 49.6%. Keywords: self-concept, self-efficacy, fighting spirit, students
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Subjek penelitian ini adalah siswasiswa jurusan IPA kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Ahmad Dahlan Pekanbaru. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 97 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive Sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dari analisis regresi diperoleh F sebesar 46,162 dengan p = 0,000 (p < 0,01) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Sumbangan efektif R2 (R Square) yang diberikan variabel konsep diri dan efikasi diri terhadap pembentukan daya juang siswa adalah 49,6%. Kata kunci : konsep diri, efikasi diri, daya juang, siswa
Sekarang ini banyak siswa memilih jurusan di perguruan tinggi karena pengaruh faktor eksternal, dimana salah satunya adalah teman sebaya. Faktoreksternal ini yang membuat siswa tersebut ingin mengikuti, dan membuat dirinya dapat diterima didalam kelompok. Terkadang seorang siswa mengabaikan kemampuan yang dimilikinya demi diakui di kelompoknya. Siswa yang bergabung didalam sebuah kelompok akan saling bersaing untuk menunjukkan kelebihan masingmasing diluar kemampuannya, walaupun kemampuan tersebut terkadang membuat mereka tertekan. Para siswa akan mencoba untuk menunjukkan pada teman kelompoknya dan kepada kedua orangtuanya bahwa dia mampu melakukan segala sesuatu. Para siswa berusaha membuat orangtuanya bangga terhadap kemampuan dirinya, terutama kemampuan akademik. Saat ini orangtua sering menceritakan tentang dimana anaknya sekolah dan prestasi apa saja yang sudah didapatkan oleh anaknya kepada teman atau tetangga didekat rumah, dan orang tua juga sering membanding-bandingkan kemampuan anaknya sendiri dengan kelebihan 46
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== yang dimiliki anak yang lain sehingga anak tersebut merasa apa yang telah diberikan menjadi siasia dan tidak berarti bagi orangtuanya. Terkadang orangtua juga memaksa mereka untuk mengikuti berbagai les, dengan alasan agar anak mampu bersaing disekolah dan untuk masa depan anak tersebut. Sebagian orangtua mengikuti trend yang ada untuk menentukan masa depan sang anak, seperti anaknya diwajibkan untuk masuk jurusan IPA dan setelah lulus SMA harus masuk jurusan kedokteran tanpa mengetahui kemampuan dan keinginan sang anak. Beberapa orangtua juga ada yang mengerti keinginan dan kemampuan anaknya sehingga mereka mau memenuhi keinginan anak dan membimbing anak tersebut untuk meraih keinginannya. Orangtua seperti ini sering mengajak anaknya untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Orangtua memberikan perhatian penuh kepada anaknya, dan melakukan hal yang diperlukan untuk membimbing sang anak. Selain orangtua, peran guru juga penting dalam kemampuan siswa. Dimana guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar dan mengarahkan siswa untuk ikut ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler yang diikuti siswa sesuai dengan minat dan bakat yang ada pada mereka, agar kegiatan tersebut efektif untuk melihat potensi para siswa. Fenomena yang penulis dapatkan disalah satu SMA Negeri X di Pekanbaru pada tanggal 26 september 2014, diketahui bahwa siswa-siswanya belajar dengan giat dan saling bersaing satu sama lain. Sistem belajar disekolah ini adalah sistem Full Day School, dimana siswanya belajar dari pagi sampai sore terutama bagi siswa kelas tiga. Siswa kelas tiga dianjurkan untuk Try Out dan mengikuti les yang ada disekolah. Menjelang Ujian Nasional (UN) siswa ini dites psikologi untuk melihat kemampuan mereka dan jurusan apa saja yang sesuai dan dapat dipilih setelah lulus SMA. Siswa-siswa yang telah mengikuti tes psikologi akan diberikan hasil tes berupa form atau pernyataan yang disertai bakat dan kemampuan mereka. Setalah dilakukan tes psikologi tersebut seharusnya para siswa bisa focus dengan persiapan UN. Kenyataan siswa di SMA ini menjadi bingung dengan jurusan yang tertera di hasil tersebut. Memilih jurusan diperguruan tinggi, siswa SMA perlu mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemampuan, minat, bakat dan kepribadian karena apabila siswa SMA salah memilih jurusan terdapat beberapa dampak negatif terhadap kehidupan siswa di masa mendatang yang disebabkan oleh perasaan takut dan tidak yakin dengan jurusan yang dipilih. Hal ini sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh BPS tahun 2012 (dalam Ferdita, 2011) menunjukkan salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di SMA adalah tentang pemilihan jurusan di perguruan tinggi. Persaingan yang ada di SMA X tersebut, membuat siswa-siswa ini belajar dengan rajin dan giat. Bahkan salah satu dari orangtua siswa mengatakan bahwa anaknya belajar dengan giat sampai tidak ada waktu untuk istirahat. Mereka masuk sekolah pukul 6.45 wib dan pulang hampir jam 7 malam. Sehingga setiap hari minggu dia gunakan untuk beristirahat, belum lagi kalau anaknya banyak tugas, tidurnya hanya sekitar 4 jam. 47
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh BPS (dalam Ferdita, 2011), ratusan siswa SMA ketika ditanyai mengenai yakin atau tidak lulus sekolah, tanpa ragu mereka menyatakan pasti lulus. Hasil uji coba yang mereka lakukan sendiri mengindikasikan mereka memang akan bisa lulus. Akan tetapi saat mereka diberikan pertanyaan yang mengenai jurusan yang akan dipilih saat kuliah kelak, sebagian besar dari mereka belum dapat menjawab. Hanya kurang dari 5% siswa yang mampu menjawab dengan tegas dan penuh keyakian. Selebihnya ragu-ragu menjawab dan bahkan tidak menjawab sama sekali. Berdasarkan fenomena tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya siswa yang sulit untuk menentukan jurusan di perguruan tinggi ini disebabkan oleh kurangnya konsep diri pada diri seorang siswa. Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai (Ghufron & Rini, 2012). Konsep diri merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi siswa dalam berperilaku. Kebanyakan para siswa tidak bisa menilai dirinya sendiri, walaupun temanteman sebayanya memuji kemampuan mereka. Siswa-siswa yang tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya membuat meraka takut untuk mencoba apa yang diinginkan. Siswa-siswa ini beranggapan jika mencoba tanpa adanya alasan yang kuat, malah akan membuat terjebak nantinya. Siswa-siswa ini merasa dalam pengambilan keputusan yang salah akan membuat mereka menyesal dalam melangkah, terutama dengan pengambilan keputusan dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Membentuk konsep diri siswa diperlukannya dorongan dari orangtua dan guru. Orangtua dan guru harus dapat memahami karakteristik siswa, dimana siswa ini masih digolongkan dalam masa remaja. Menurut Santrock (dalam Desmita, 2009) sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada remaja yaitu abstract and idealistic, differentiated, dan contradictions within the self. Pada masa ini siswa cenderung akan bersikap pura-pura untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Pemahaman yang baik dari orangtua dan guru tentang karakteristik siswa, maka akan membantu siswa mengenali dan menunjukkan konsep diri yang tepat pada setiap siswa. Siswa-siswa yang telah memahami konsep dirinya, maka dia akan mendapatkan pengetahuan yang lebih untuk dirinya. Pengetahuan diri atau selfknowledge dapat disebut juga sebagai efikasi diri. Efikasi diri yang rendah pada diri siswa, sehingga membuat siswa menjadi cemas untuk menentukan masa depan. Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau selfknowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi (Ghufron & Rini, 2012). Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian dari 48
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== Ningtyas (2011) mengatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari afiliasi, dukungan dari guru, orientasi terhadap tugas, pencapaian tujuan pribadi, organisasi dan kejelasan, pengaruh dari siswa, keterlibatan, level, generality, dan strength terhadap motivasi belajar anak jalanan. Berdasarkan penjelasan diatas, efikasi diri dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi ini merupakan salah satu dari faktor daya juang. Dalam dunia pendidikan daya juang sangat diperlukan oleh setiap siswa. Setiap sekolah yang berkembang, siswa-siswanya di tuntut untuk menjadi orang yang memiliki kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan kedepannya. Para guru tanpa disadari sudah menanamkan daya juang pada diri siswa-siswanya, agar siswa-siswanya tersebut dapat mengembangkan daya tahan dan keuletan mereka dalam memberikan pelajaran yang mempunyai makna dan tujuan (Ghufron & Rini, 2012). Dimana teori daya juang ini dikemukakan oleh Stoltz (2003), daya juang adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas dan profesional secara keseluruhan. Berdasarkan fenomena diatas bahwa siswa-siswa yang takut akan mengalami kegagalan ketika memasuki dunia perkuliahan, merupakan pemikiran tentang dampak negatif yang akan mereka lewati. Salah satu dampak negatif ketika salah dalam memutuskan jurusan di perguruan tinggi adalah menurunkan daya tahan terhadap tekanan, kosentrasi dan daya juang. Apalagi bila pelajaran semakin sulit, masalah akan semakin bertambah dan akan menyebabkan kuliah terancam berhenti ditengah jalan. Masalah akademis akan terjadi jika siswa salah mengambil jurusan, seperti prestasi yang kurang optimal, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan dalam memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan rendahnya indeks prestasi. Salah dalam memilih jurusan juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran (Ferdita, 2011). Penulis mencoba untuk menelusuri permasalahan ini, untuk membuktikan apakah memang ada permasalahan yang terjadi pada SMA tersebut. Penulis mencoba untuk mengobservasi salah satu kelas. Dimana dalam kelas tersebut, penulis melihat bahwa siswanya saling bersaing satu sama lain untuk menjadi yang terbaik, sama seperti yang penulis dapatkan permasalahan yang diatas. Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas memiliki tujuan yang jelas mengenai masa depannya. Siswa dapat menentukan jurusan perkuliahan apa yang akan dia ambil ketika lulus sekolah. Siswa juga mampu merumuskan langkahlangkah apa yang akan dilakukannya agar jurusan perkuliahan yang diinginkannya dapat mendukung dan tidak menghambat dirinya dalam mencapai jurusan perkuliahan yang ia inginkan. Dilihat dari kasus diatas, sependapat dengan teori yang disampaikan oleh Stoltz. Dimana seseorang ingin menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya untuk dapat mencapai tujuan tertentu, seperti permasalahan diatas, dia menyelesaikan permasalahannya yaitu pengambilan jurusan di perguruan tinggi dikarenakan oleh abangya, kemudian setelah ia mencoba menjalani jurusan yang dipilihkan 49
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== ternyata dia tidak dapat melakukan dengan baik dan akhirnya ia memutuskan untuk mengulang kembali kuliah dengan cara mengikuti tes UMPTN dengan jurusan yag sesuai dengan kemampuannya. Hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian Ferdita (2011), yang menyatakan bahwa sebanyak 80% siswa kelas XI SMA ’A’ memiliki status identitas Achievement. Kesesuaian antara jurusan yang dipilih saat ini dengan bidang setelah lulus SMA menunjukkan hanya 55% saja dari siswa Achievement. Sementara 82,5% siswa Achievement menunjukkan belum memiliki keyakinan pada kemampuan akademik. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis ingin mengetahui pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Manfaat Penelitian 1. Menfaat teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan. 2. Manfaat praktis Penelitian ini sangat berguna dalam memberikan informasi kepada orangtua dan guru tentang bagaimana cara membangun daya juang siswa dalam menentukan jurusan diperguruan tinggi dan membangun konsep diri dan efikasi diri siswa dengan baik.. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : terdapat pengaruh yang positif antara konsep diri dan efikasi diri terhadap daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan diperguruan tinggi. METODE PENELITIAN Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2009) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Penelitian ini menggunakan teknik pengumpuan sampel nonprobability sampling yaitu sampling proposive. Menggunakan teknik sampling proposive disebabkan karena teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan didalam penelitian ini memiliki karakteristik seperti : 50
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== a. Siswa/I SMA Muhammadiyah 1 Ahmad Dahlan kelas XI Pekanbaru b. Jurusan IPA c. Memiliki minat untuk melanjutkan kuliah diperguruan tinggi. Sampel digunakan dalam penelitian ini sebanyak 120 siswa/I kelas XI SMA Muhammadiyah Pekanbaru. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan alat pengukuran psikologi yaitu berupa skala. Data yang diungkap adalah aspek yang menggambarkan kepribadian individu (Azwar, 2010). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala yaitu skala daya juang siswa, skala konsep diri dan skalaefikasi diri. Skala Daya Juang Siswa Skala daya juang digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa memiliki daya juang dalam menentukan jurusan diperguruan tinggi sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak. Skala ini disusun dengan menggunakan teori dari Stoltz (2003), dengan aspekaspek daya juang yaitu : a) kendali yaitu sejauh mana seseorang mampu mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan dimasa mendatang, b) asal usul yaitu sejauh mana seseorang mempersalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya atau sejauh mana seseorang mempersalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan dan kegagalan seseorang. Pengakuan yaitu sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesedihan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut, c)jangkauan yaitu sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan, bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, d) daya tahan, makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapi. Skala Konsep Diri Skala konsep diri dipakai dalam penelitian ini adalah skala yang disusun berdasarkan teori Calhoun dan Accocella (Ghufron & Rini, 2012) dengan aspekaspek konsep diri yaitu : a) pengetahuan yaitu apa yang individu ketahui tentang dirinya, b) harapan yaitu dimana seseorang memiliki harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal, c) penilaian yaitu dimana seseorang memiliki harapan dan standar diri untuk mengetahui sejauh mana harga diri, apakah semakin tinggi atau semakin rendah harga diri seseorang. Skala Efikasi Diri Skala efikasi diri dalam penelitian ini menggunakan skala yang disusun peneliti berdasarkan teori Bandura (Ghufron & Rini, 2012), dengan aspek-aspek efikasi diri yaitu : a) dimensi tingkat kesulitan tugas, yaitu dimana seseorang mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya 51
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== dan menghindari tingkah lakuyang berada diluar batas kemampuan yang dirasakannya, b) dimensi kekuatan, yaitu dimana seseorang memilikin keyakinan atau pengaharapan mengenai kemampuan yang dimilikinya, c) dimensi luas bidang perilaku, dimana seseorang bertingkah laku sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Data akan dianalisis menggunakan bantuan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution(SPSS)versi 16.00 for windows.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan sangat signifikan antara konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yan diinginkan dengan temuan nilai F sebesar 46,162 dan harga p < 0,01. Berdasarkan garis regresi diketahui semakin tinggi konsep diri dan efikasi diri, maka semakin tinggi daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jursan di perguruan tinggi yang diinginkan. Sebaliknya semakin rendah konsep diri dan efikasi diri, maka semakin rendah daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Penilaian diri yang baik melalui pengetahuan dan harapan akan membentuk konsep diri yang kuat pada diri siswa. Pengetahuan terhadap kemampaun yang dimiliki akan membantu para siswa untuk memiliki harapan atau cita-cita yang ingin dicapainya. Daya juang siswa dipengaruhi oleh konsep diri dan efikasi diri sebesar 49,6%. Daya juang dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu daya saing, produktivitas, kreativitas, motivasi, mengambil resiko, perbaikan, ketekunan, belajar, merangkul perubahan, keuletan, stress, tekanan dan kemunduran yang membuat para siswa untuk tetap melanjutkan ke perguruan tinggi dan melewati semua rintangan dalam mencapai cita-cita.
KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Semakin tinggi konsep diri dan efikasi diri maka semakin tinggi daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi, sebaliknya semakin rendah konsep diri dan efikasi diri maka semakin rendah daya juang siswa jurusan IPA dalam menentukan jurusna di perguruan tinggi. Berdasarkan R square 0,496, yang menunjukkan bahwa konsep diri dan efikasi diri secara bersama-sama dapat menjelaskan daya juang siswa sebesar 49,6%, sedangkan yang lain 52
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== dipengaruhi oleh sebab-sebab lain seperti atribusi dan regulasi diri. Dari hasil uraian diatas, maka saran-saran yang diajukan antara lain : 1. Kepada Siswa Siswa diharpakan dapat melakukan evaluasi diri yang positif terhadap peristiwa yang terjadi sepanjang hidup. Melalui evaluasi diri siswa akan memperoleh gambaran diri yang relastis. Siswa yang mampu berpikiran relastis akan memahami kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan pula mengalami lebih banyak keberhasilan dari pada kegagalan. Hal ini secara tidak langsung akan memebentuk konsep diri yang baik, dan akan mempengaruhi siswa dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Memperbaharui informasi tentang perguruan tinggi yang diinginkan, mengembangkan efikasi diri dan motivasi berprestasi adalah beberapa upaya yang dpat dilakukan oleh siswa dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. 2. Kepada Orang Tua Diharapkan kepada orangtua untuk membangun komunikasi aktif dengan saling berdiskusi mengenai pendidikan yang akan dijalani para anak-anaknya dijenjang yang lebih tinggi, dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi anak dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Selain itu, tidak memaksakan anak untuk mengikuti keinginan orangtua dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Orangtua juga diharapkan memeberikan kebebasan kepada anak dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang diinginkan. Memotivasi,mendukung, dan mengembangkan perencanaan serta pilihan jurusan di perguruan tinggi. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk memperluas lagi kancah penelitian, dan juga disarankan untuk membaca faktor-faktor lain seperti atribusi, orientasi masa depan dan regulasi diri terhadap daya juang siswa.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S. (2011). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Alwisol. (2012). Psikologi kepribadian, edisi revisi. Malang : UMM Press Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi.Yogyakarta :Pustaka Pelajar Baron, R.A., & Byrnee, D. (2003). Psikologi sosial. Jakarta : Erlangga Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Fahmi, S. (2008). Adversity Quotion (AQ) dan motivasi berprestasi pada siswa program akselerasi 53
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 =================================================================== dan program regular. Skripsi. Naskah tidak dipublikasikan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Ferdita, S. (2011). Studi deskriptif mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMA “X” Bandung. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Fitriana, A. (2013). Self concept dengan adversity quotient pada kepala keluarga difabel tuna daksa. Jurnal psikologi, 1, 77-88. Ghufron, M. N., & Rini, R. S. (2012). Teori-teori psikologi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Hadi, S. (2001). Statistik. Yogyakarta : Andi Offset Mubarak. (2012). Peran konsep diri dan keterampilan sosial dalam membentuk karakter daya juang siswa pesantren. (Prasidang seminar nasional psikologi islam). Diunduh dari : http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1765/C5. %20MubarakIAIN%20Banjarmasin%20(fixed).pdf?sequence=1 Ningtyas, P. R. R. (2011). Pengaruh persepsi iklim kelas dan self-efficacy terhadap motivasi belajar anak jalanan. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah, Jakarta. Rasita. (2014). Hubungan konsep diri akademik dengan prokastinasi. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Setyawan, I. (2010). Peran kemampuan empati pada efikasi diri mahasiswa peserta kuliah kerja nyata PPM POSDAYA. Jurnal Psikologi. Diunduh dari : http://eprints.undip.ac.id/18950/1/IMAM_SETYAWANKemampuan_ Empati_dan_Efikasi_diri.pdf So’imah, D. W. (2010). Hubungan adversity quotient dan self efficacy dengan toleransi terhadap stres pada mahasiswa. (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Sebelas Maret. Stoltz, P. G. (2003). Adversity Quotient : mengubah hambatan menjadi peluang (terjemahan : T. Hermaya). Jakarta : Grasindo. Sugiyono. (2009). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta. Suryanti, R., Munawir, Y., dan Aditya, N. P. (2011). Hubungan antara locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Diunduh dari : http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/vie w/46. Susetyo, Y. F, dan Amitya, K. (2012). Orientasi tujuan, atribusi penyebab, dan belajar berdasar regulasi diri. Jurnal Psikologi, 39, 95-111. Priyatno, D. (2013). Mandiri belajar analisis data dengan SPSS. Yogyakarta : Mediakom. Utami, I. B., Hardjono., dan Nugraha, A. K. (2014). Hubungan antara optimisme dengan adversity quotient pada mahasiswa program studi psikologi fakultas kedokteran UNS yang mengerjakan skripsi. Diunduh dari : http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/69. 54
An – Nafs, Vol. 09, No.03,Th 2015 ISSN 1907 - 3305 ===================================================================
Pengaruh Faktor Kepribadian, Stres Kerja terhadap Kecelakaan Jalan Raya pada Supir Bus di Provinsi Riau 55