BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Human
Immunodeficiency
Virus/Acquired
Immune
Deficiency
Syndrome
(HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa HIV/AIDS menjadi ancaman global (WHO, 2006). Laporan epidemik HIV Global UNAIDS tahun 2012 menunjukkan terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia dimana 50% diantaranya adalah perempuan. Di Asia Selatan dan Asia Tenggara, terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV/AIDS dan 37% adalah perempuan (WHO, 2011). Dari seluruh provinsi di Indonesia, Papua berada diurutan pertama kemudian Papua Barat diurutan kedua dan Bali menduduki posisi ketiga. Menurut golongan umur jumlah kumulatif kasus AIDS terbanyak umur 20-29 tahun sebesar 18.352 kasus ( Kemenkes RI 2014 ). Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung selama 25 tahun dan sejak tahun 2000 sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalensi HIV >5%), yaitu pengguna napza suntik (penasun), wanita pekerja seks (WPS), LSL (Laki-laki suka seks dengan laki-laki) dan waria. Situasi epidemi HIV juga tercermin dari hasil Estimasi Populasi Rawan tertular HIV tahun 2012, diperkirakan ada 13,8 juta orang rawan tertular HIV dengan jumlah terbesar pada sub-populasi pelanggan pekerja seks yang jumlahnya lebih dari 6 juta orang dan pasangannya sebanyak hampir 5 juta orang (Kemenkes RI, 2012b).
1
2 Pasangan pelanggan WPS yang jumlahnya hampir 5 juta (35%) ini, sebagian besarnya adalah ibu rumah tangga yang berisiko juga tertular HIV tanpa disadarinya. Risiko penularan HIV sebenarnya tidak hanya terbatas pada sub populasi yang berperilaku risiko tinggi, tetapi juga pada pasangan atau istrinya, bahkan anaknya. Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 3.368 orang sampai bulan Juni 2012. Jumlah anak dengan AIDS yang tertular HIV dari ibunya meningkat pula dari 48 orang pada tahun 2004 menjadi 912 sampai Bulan Juni 2012 (Kemenkes RI, 2012a). Tanpa upaya khusus, diperkirakan pada akhir tahun 2016 akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 26.977 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV (Kemenkes RI, 2013b). Dapat dilihat bahwa situasi epidemik HIV sudah menyebar pada ibu hamil dimana dari 43.624 ibu hamil yang menjalani tes HIV, sebanyak 1.329 (3,01%) ibu hamil dinyatakan positif HIV (Kemenkes RI, 2012b). Di Provinsi Bali kasus kumulatif HIV/AIDS sejak ditemukan di Bali tahun 1987 sampai dengan Desember 2014 adalah sebesar 10.675 orang (Dinkes Provinsi Bali, 2015). Pada tahun 2015 jumlah ibu hamil yang sudah melakukan tes HIV di Bali sebanyak 20.610 orang atau 29% dari sasaran ibu hamil sebanyak 70.905 orang. Dari ibu hamil yang melakukan tes HIV tersebut 105 orang dinyatakan positif HIV. Dari semua kabupaten di Bali, kasus terbanyak ditemukan di kota Denpasar kemudian Buleleng dan Badung. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sejak ditemukan tahun 1987 sampai dengan tahun 2015 di kota Denpasar sebanyak 4974 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2015).
3 Cakupan ibu hamil di kota Denpasar yang melakukan pemeriksaan HIV sudah mencapai 96,76% dari target yang ditetapkan sebesar 60% dari 10.156 sasaran ibu hamil dengan cakupan KI atau akses layanan kesehatan bagi ibu hamil sebesar 100,4 % (Dinkes Provinsi bali, 2015). Hasil pemodelan matematika epidemi HIV tahun 2012 menunjukkan prevalensi HIV pada ibu hamil diperkirakan akan meningkat dari 0,38% tahun 2012 menjadi 0,49% pada tahun 2016 (Kemenkes RI, 2012b). Data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan secara statistik epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar 500 ibu hamil di Bali diperkirakan positif HIV/AIDS setiap tahun (Wirawan, 2012). Pola penularan HIV pada ibu hamil tersebut, adalah penularan dari suami yang berganti-ganti pasangan seksual kepada istrinya. Penularan tersebut tidak hanya pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dari suami saja, namun berlanjut kepada anak yang dikandungnya (Wirawan, 2012). Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah menetapkan kebijakan pelaksanaan program Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) dengan tujuan mengendalikan penularan HIV melalui upaya pencegahan penularan dari ibu ke anak, meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak yang terinfeksi HIV, serta menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV. Target yang ditetapkan berbeda pada tahap awal pengembangannya yaitu 60% di daerah epidemi meluas dan 15% di daerah epidemi terkonsentrasi. Tapi sama-sama mencapai 100% pada akhir tahun kelima (Kemenkes RI, 2013b). Terkait pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PPIA) yang terintegrasi pada layanan KIA, Bali mempunyai peluang untuk mengatasi permasalahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini dapat kita lihat dari cakupan
4 KI akses layanan kesehatan bagi ibu hamil mencapai 100,4% pada tahun 2015 (Dinkes Provinsi Bali, 2015). Berdasarkan data di Puskesmas I Denpasar Utara, cakupan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HIV sudah mencapai 70,51% dari target yang ditetapkan sebesar 60% dan cakupan KI telah mencapai 100,4% (Dinkes Kota Denpasar, 2015). Penelitian terkait oleh Lamarque (2013), di Fort Dauphin, Madagascar yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang berbagai aspek HIV/AIDS bisa memainkan peran dalam pengambilan keputusan untuk tes HIV, penelitian lain oleh Solehah (2008) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap terhadap penerimaan tes HIV dan penelitian yang dilakukan oleh PS dkk. (2012) di Semarang Indonesia menyatakan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil untuk tes HIV adalah dukungan suami. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melihat gambaran pengetahuan & sikap ibu hamil serta dukungan suami terkait penerimaan tes HIV di Puskesmas I Denpasar Utara & BPM Parwati.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimanakah gambaran pengetahuan & sikap ibu hamil serta dukungan suami terkait penerimaan tes HIV di Puskesmas I Denpasar Utara & BPM Parwati”.
1.3 Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitiannya: bagaimana gambaran pengetahuan & sikap ibu hamil serta dukungan suami terkait penerimaan tes HIV di Puskesmas I Denpasar Utara & BPM Parwati?
5 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan & sikap ibu hamil serta dukungan suami terkait penerimaan tes HIV di Puskesmas I Denpasar Utara & BPM Parwati. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara. 2. Untuk mengetahui sikap ibu hamil tentang upaya pencegahan HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara. 3. Untuk mengetahui dukungan suami terhadap penerimaan tes HIV di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara. 4. Untuk mengetahui penerimaan tes HIV pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara. 5. Untuk mengetahui penerimaan tes HIV berdasarkan pengetahuan, sikap dan dukungan suami pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat praktis Penelitian ini dapat memberikan gambaran perilaku ibu hamil tentang HIV dan tes HIV sehingga dapat bermanfaat bagi pemegang kebijakan pada bidang kesehatan ibu dan anak serta HIV/AIDS khususnya dalam melakukan intervensi terhadap
6 hal-hal yang dipandang perlu, sebagai upaya membantu menurunkan angka mortalitas dan morbiditas kasus HIV/AIDS di masyarakat. 1.5.2 Manfaat teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai kontribusi kepustakaan bagi institusi pendidikan dalam upaya pengembangan dan penerapan ilmu kesehatan masyarakat bidang kesehatan ibu dan anak.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang kesehatan ibu dan anak terbatas pada pengetahuan, sikap dan dukungan suami terkait penerimaan tes HIV oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Utara tahun 2016 sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.