ABSTRAK
SRI HARYATI (11033554) Judul Skripsi: Pengaruh Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ45. Pembimbing I (Drs.Nisfu Fhitri,M,Si), Pembimbing II (Halimatussadiah Mrp,SE.MM) dengan Penguji I (Yusnul Fahri,SE,M.Si) dan Penguji II (Tengku Syarifah,SE,M.Si).
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Harga Saham.Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria (1) Perusahaan tersebut sudah terdaftar di LQ45 sebelum 1 januari 2010, (2) Perusahaan tersebut tidak keluar dari LQ45 selama periode penelitian (2010-2013), (3) Perusahaan memiliki laba bersih yang positif, diperoleh sampel sebanyak 17 perusahaan selama periode pengamatan 4 tahun pada perusahaan yang terdaftar di LQ45. Terdapat 31 outlier yang hilang karena data ekstrim, sehingga jumlah sampel sebanyak 37 selama periode pengamatan 4 tahun.Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis menggunakan uji F secara simultan,dan uji t secara parsial dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan OPM, NPM dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama periode 2010-2013 pada signifikasi <5% yaitu 0,004. Sementara secara parsial OPM berpengaruh secara negatif
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
terhadap harga saham dengan signifikansi sebesar 0,015 atau 1,5% dan NPM berpengaruh secara positif terhadap harga saham dengan signifikansi sebesar 0,005 atau 0,5%, sedangkan Pertumbuhan Perusahaan (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan signifikansi sebesar 0,889 atau 88,9%. Besarnya pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap harga saham sebesar 27% sebagaimana ditunjukan oeh besarnya adjusted R square, sedangkan sisanya 73% dipengaruhi oleh faktor yang tidak dimaksukkan ke dalam model penelitian. Kata Kunci : Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM) dan Pertumbuhan Perusahaan dan Harga Saham.
4.1
Hasil Penelitian
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.1
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak zaman kolonial Belanda pada
tahun 1912, didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada saat ini dikenal sebagai Jakarta. Meskipun pasar modal di Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai tahun 1918 kemudian Bursa Efek ini dibuka kembali pada tahun 1925. Selain mengoperasikan Bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintah Jepang di Batavia pada saat perang dunia kedua. Pemerintah republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut : 1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.
2. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama perang dunia I 3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4. Awal tahun 1939 : karena isu politik (perang dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II 6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)
dan
Djojohadikusumo).
Menteri
keuangan
Instrument
yang
(Prof.
Dr.
diperdagangkan
Sumitro :
obligasi
pemerintah RI (1950) 7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum 9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksanaan Pasar Modal ). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 10. 1977 -1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga tahun 1978 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memiliki instrument perbankan dibandingkan instrument pasar modal. 11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
12. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya berdiri dari broker dan dealer. 14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk Go Public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 15. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelolah oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17. 22 Mei 1995 : Sistem Otomatis Perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Autometed Tranding System). 18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini mulai diberlakukan pada bulan Januari 1996. 19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia melakukan marger dengan Bursa Efek Surabaya.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
20. 2000 : System Perdagangan Tanpa Waktu (Scripless Trading) mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia. 21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan System Perdagangan Jarak Jauh (Remote Trading) 22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan
4.1.2.1 Adaro Energy Tbk
Adaro Energy Tbk. (ADRO) didirikan tanggal 10 september 1996 dengan kantor pusat di Jakarta. Adaro adalah Perusahaan Indonesia yang merupakan produsen batu bara terbesar di belahan bumi selatan dan keempat terbesar di dunia. CEO Garibaldi Thohir (orang indonesia) memiliki kira-kira seperenam saham dari Adaro, senilai lebih dari $ 1 miliar. Tahun ini keuntungan bersih perusahaan ini membaik kembali setelah jatuh 47% tahun lalu menjadi $ 245.000.000 (pada penurunan 4% dalam pendapatan menjadi $ 2,7 miliar). Pada semester pertama tahun ini Adaro sudah mendapatkan keuntungan bersih mencapai $ 268 juta, naik 113% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan naik 36% menjadi $ 1,8 miliar
4.1.2.2 AKR Corporindo Tbk
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
PT AKR Corporindo merupakan sebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 28 November 1977 dengan nama Aneka Kimia Raya. Perusahaan ini umumnya menghasilkan berbagai macam produk bahan bakar dan gas alam.
Pada awalnya, Perseroan hanya fokus pada perdagangan bahan kimia dasar.
Seiring
dengan
perkembangannya,
pada
tahun
1985
Perseroan
memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta. Tahun 1994, Perseroan menapaki babak baru dalam perkembangan usahanya dengan menjadi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta). Seiring dengan perkembangan lini usaha Perseroan yang tidak lagi hanya fokus pada perdagangan bahan kimia dasar, pada tahun 2004 Perseroan mengubah namanya menjadi PT AKR Corporindo Tbk.
4.1.2.3 Alam Sutera Realty Tbk
PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) didirikan pada tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19 September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H., notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan terpadu).
Pada tahun 1994, Perusahaan mulai mengembangkan proyek pertama di sebuah kawasan terpadu bernama Alam Sutera yang terletak di Serpong, Tangerang. Pengembangan tahap pertama dari Alam Sutera sudah selesai dilakukan, dan saat ini Perusahaan memfokuskan untuk pengembangan tahap kedua yang lebih menitik beratkan kepada pembangunan area komersial. Seiring dengan pengembangan Alam Sutera tahap kedua, pada tahun 2012 Perusahaan juga memasarkan beberapa cluster baru di proyek Suvarna Padi Golf Estate, Pasar Kemis, Tangerang dan melakukan akuisisi atas beberapa aset di lokasi strategis di Bali dan gedung perkantoran di Jakarta.
4.1.2.4 Bank Central Asia Tbk
BCA ( BBCA ) secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara khusus, kondisi ini memengaruhi aliran
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
dana tunai di BCA dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember 1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun sebagai lembaga intermediasi finansial.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.2.5 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Bank Negara Indonesia ( BBNI ) didirikan dan dipersiapkan pada tanggal 5 Juli 1946 menjadi Bank Sirkulasi atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang Republik Indonesia atau ORI. Pengusul dibentuknya sebuah Bank Sentral atau Bank Sirkulasi, serta sekaligus juga adalah sebagai pendiri dan Direktur Utama Bank Negara Indonesia yang pertama adalah Raden Mas (R.M.) Margono Djojohadikusumo.
Pada 1955, Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat nomor 2 tahun 1955.
Dengan inovasi perbankan yang luas, menimbulkan kepercayaan pemerintah terhadap perusahaan BNI. Maka, pada 1968, status hukum Bank Negara Indonesia ditingkatkan ke Persero dengan nama PT Bank Negara Indonesia.
Pada 2013, BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang lebih tinggi. Bank BNI meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit bergambar Tim Sepakbola peserta BPL, Chelsea, dengan logo MasterCard. Kartu tersebut dapat
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
diterima oleh fans Chelsea. Bank BNI juga meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk untuk industri minyak dan ga 4.1.2.6 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Saat ini (30/06/2015) BBRI memiliki 19 kantor wilayah, 1 kantor inspeksi pusat, 18 kantor inspeksi wilayah, 458 kantor cabang domestik, 1 kantor cabang khusus, 586 kantor cabang pembantu, 980 kantor kas, 5.306 BRI unit, dan 3.141 teras.
Bank BRI juga memiliki 2 kantor cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands dan Singapura, 2 kantor perwakilan yang berlokasi di New York dan Hong Kong, serta memiliki 3 Anak Usaha yaitu Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank BRISyariah, dan BRI Remittance Co. Ltd. Hong Kong.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha dibidang perbankan,termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.2.7 Charoen Pokphand Indonesia Tbk
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) didirikan 07 Januari 1972 dalam rangka Penanaman Modal Asing (“PMA”) dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1972. Kantor pusat CPIN terletak di Jl. Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan kantor cabang di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, Surabaya, Semarang, Makasar, Salahtiga dan Cirebon.
Induk usaha CPIN adalah PT Central Agormina, sedangkan induk usaha terakhir CPIN adalah Grand Tribute Corporation.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan CPIN terutama meliputi industry makanan ternak,pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya,industri pengolahan makanan pengawetan daging ayam dan sapi termasuk unit-unit cold storage,menjual makanan ternak,makanan,daging ayam dan sapi,bahan-bahan asal hewan di wilayah Indonesia maupun ke luar negeri.
4.1.2.8 Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) (GGRM) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur , serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. GGRM juga memiliki Kantor-kantor Perwakilan yaitu Kantor Perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
79, Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya, Jawa Timur.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham GGRM adalah PT Suryaduta Investama (69,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta Investama merupakan induk usaha terakhir GGRM.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak dibidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Saat ini GGRM memproduksi berbagai jenis rokok kretek,termasuk jenis rendah tar dan nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret tangan.
4.1.2.9 Indofood Sukses Makmur Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Induk usaha dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah CAB Holding Limited (miliki 50,07% saham INDF), Seychelles, sedangkan induk usaha terakhir dari Indofood Sukses Makmur Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Saat ini,Perusahaan memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia antara lain : Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan INDF antara lain mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan,bumbu penyedap,minuman ringan,kemasan,minyak goring penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu.
4.1.2.10 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) didirikan tanggal 16 Januari 1985 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1985. Kantor pusat INTP berlokasi di Wisma Indocement Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 70-71, Jakarta sedangkan pabrik berlokasi di Citeureup – Jawa Barat, Palimanan – Jawa Barat, dan Tarjun – Kalimantan Selatan.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (30/04/2015), antara lain: Brichwood Omnia Limited, Inggris (induk usaha) (51,00%) dan PT Mekar Perkasa (13,03%). Adapun induk usaha terakhir kelompok usaha Indocement adalah HeidebergCement AG.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan INTP antara lain pabrikas semen dan bahan-bahan bangunan,pertambangan,konstruksi dan perdagangan. Indocement dan anak usahanya bergerak dalam beberapa
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap pakai,serta tambag agregat dan trass. Produk semen Indocement adalah Portland Composite Cement, Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I,II,dan V),Oil Well Cement (OWC),Semen Putih dan TR-30 Acian Putih. Semen yang dipasarkan INTP dengan merek dagang “ Tiga Roda “.
4.1.2.11 PP London Sumatra Indonesia Tbk Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (PP London Sumatra Indonesia Tbk / Lonsum) (LSIP) didirikan tanggal 18 Desember 1962 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1962. Kantor pusat LSIP terletak di Prudential Tower Lantai 15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 79, Setiabudi, Jakarta Selatan, sedangkan kantor cabang operasional berlokasi di Medan, Palembang, Makassar, Surabaya dan Samarinda.
Induk usaha dari Lonsum adalah Salim Ivomas Pratama Tbk / SIMP, dimana SIMP memiliki 59,48% saham yang ditempatkan dan disetor penuh Lonsum, sedangkan induk usaha terakhir dari Lonsum adalah First Pacific Company Limited, Hong Kong.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan LSIP bergerak di bidang usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Jawa,Kalimantan Timur,Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.Produk utama Lonsum adalah minyak kelapa sawit dan karet serta kakao,teh dan benih dalam kuantitats yang lebih kecil. Disamping mengelola perkebunannya sendiri,LSIP juga mengembangkan perkebunan diatas tanah yang dimiliki petani
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
kecil setempat (perkebunan plasma) sesuai dengan pola perkebunan “inti-plasma” yang dipilih pada saat LSIP melakukan ekspansi perkebunan.
4.1.2.12 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) (PGAS) didirikan tahun 1859 dengan nama “Firma L. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage”. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah Belanda, PGAS diberi nama “NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM)”. Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama PGN diganti menjadi “Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG)” yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai “Perusahaan Negara Gas (PN.Gas)”. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah menjadi perusahaan umum (“Perum”) dengan nama “Perusahaan Umum Gas Negara”. Perubahan terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun 1994, PGAS diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi “PT Perusahaan Gas Negara (Persero)”. Kantor pusat PGAS berlokasi di di Jl. K.H. Zainul Arifin No. 20, Jakarta. Pemegang saham yang memiliki 50% atau lebih saham Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia (56,96%)
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan PGAS adalah melaksanakan perencanaan,pembangunan,pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan,pengangkutan,penyimpanan dan niaga.
4.1.2.13 PP Persero Tbk Pembangunan Perumahan (PP) (Persero) Tbk (PTPP) didirikan 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan, yang merupakan hasil peleburan suatu Perusahaan Bangunan bekas milik Bank Industri Negara ke dalam Bank
Pembangunan
Indonesia,
dan
selanjutnya
dilebur
ke
dalam
P.N.Pembangunan Perumahan, suatu Perusahaan Negara yang didirikan tanggal 29 Maret 1961. Kantor pusat PTPP beralamat di Jl. Letjend. TB Simatupang No. 57, Pasar Rebo – Jakarta Timur.
Pemegang saham pengendali PP (Persero) Tbk adalah Pemerintah Republik Indonesia, dengan memiliki 1 Saham Preferen (Saham Seri A Dwiwarna) dan 51,00% di saham Seri B.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,maksud dan tujuan PTPP adalah turut serta melakukan usaha di bidang industri konstruksi,indutri pabrikasi,jasa penyewaan,jasa keagenan,investasi,agro industri,Engineering Procurement dan Construction(EPC),informasi,kepariwisataan,perhotelan,jasa
engineering
dan
perencanaan,penegmbang untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.Kegiatan usaha yang saat ini dilakukan adalah Jasa
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Konstruksi,Realti (pengembang),Properti dan Investasi di bidang Infrastruktur dan Energi.
4.1.2.14 Summarecon Agung Tbk
Summarecon Agung Tbk (SMRA) didirikan tanggal 26 November 1975 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976. Kantor pusat SMRA berkedudukan di Plaza Summarecon, Jl. Perintis Kemerdekaan Kav. No. 42, Jakarta.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Summarecon, antara lain: PT Semarop Agung (pengendali) (25,43%), PT Sinarmegah Jayasentosa (6,60%) dan Mel BK NA S/A Stichting Dep Apg Str Real Est (5,31%).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan SMRA bergerak dalam bidang pengembangan real estate,penyewaan properti dan pengelolaan fasilitas rekreasi dan restoran. Saat ini Summarecon mengembangkan 3 proyek pembangunan kota terpadu yaitu kawasan Summarecon Kelapa Gading,Summarecon Serpong dan Summarecon Bekasi.
Pada tanggal 1 Maret 1990,SMRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana SMRA kepada masyarakat sebanyak 6.667.000 saham dengan nilai nominal Rp.1.000,- persaham dan harga penawaran Rp.6.800 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 07 Mei 1990
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.2.15 Unilever Indonesia Tbk
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perusahaan berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta. Pabrik UNVR berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok O, Jalan Jababeka V Blok V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan Jalan Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
Induk usaha Unilever Indonesia adalah Unilever Indonesia Holding B.V. dengan persentase kepemilikan sebesar 84,99%, sedangkan induk usaha utama adalah Unilever N.V., Belanda.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,ruang lingkup kegiatan UNVR meliputi bidang produksi,pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun,deterjen,margarine,makanan berinti susu,es krim,produk-produk kosmetik,minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah..
Merek-merek yang dimiliki Unilever Indonesia saat ini antara lain: Domestos,Molto,Rinso,Cip,UnileverPure,Surf,Sunlight,Vixal,SuperPell,Wipol,Lu x,Rexona,Lifebuoy,Sunsilk,Closeup.fair&Lovely,witsal,Pond’s,TRESemme,Dove ,Pepsodent,Axe,Clear,Vaseline,Citra,Citra Hazeline,SariWangi,Royco,Blue Band.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.3
Analisis Hasil Penelitian
4.1.3.1 Hasil Outlier Data Data outlier merupakan data yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2009). Sampel yang ditetapkan semula adalah sebanyak 68 pengamatan. Dari analisis terdapat data outlier sebanyak 31 data, yaitu data outlier OPM, NPM dan Pertumbuhan Perusahaan. Dengan demikian diperoleh jumlah pengamatan sebanyak 37 pengamatan. Hasil uji outlier dapat dilihat pada lampiran 4. 4.1.3.2 Statistik Deskriptif Informasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id berupa data-data Perusahaan LQ45 dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dari penelitian ini ialah terdiri dari Operating Profit Margin,Net Profit margin dan Pertumbuhan Perusahaan sebagai variabel bebas (Independent Variabel) dan Harga Saham sebagai variabel terikat (dependen variabel). Statistik Deskriptif variabel tersebut dari perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama periode 2010 sampai dengan 2013 disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif variabel-variabel selama tahun 2010 sampai tahun 2013 Descriptive Statistics Descriptive Statistics
Mean HARGA SAHAM
Std. Deviation
N
3058.5135
1999.68534
37
OPM
26.3103
13.25861
37
NPM
19.7614
11.89224
37
PERTUMBUHAN
21.3678
7.98822
37
PERUSAHAAN
Sumber: Data yang diolah oleh penulis, 2015 Tabel diatas menunjukkan descriptive statistics masing-masing variabel penelitian. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah : a. Hasil analisis dengan menggunakan descriptive statistics terhadap Operating Profit Margin menunjukkan nilai rata-rata sebesar 26.3103 dengan jumlah sampel sebanyak 37. b. Hasil analisis dengan menggunakan descriptive statistics terhadap Net Profit Margin menunjukkan nilai rata-rata sebesar 19.7614 dengan jumlah sampel sebanyak 37. c. Hasil analisis dengan menggunakan descriptive statistics terhadap Pertumbuhan Perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 21.3678 dengan jumlah sampel sebanyak 37. d. Hasil analisis dengan menggunakan descriptive statistics terhadap Harga Saham menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3058.5135 dengan jumlah sampel sebanyak 37. Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linier, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh operating Profit Margin (X1), Net Profit Margin (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan (X3) terhadap Harga Saham (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Analisis Regresi Coefficients
Model 1 (Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
2983.805
1044.885
OPM
-316.795
123.151
NPM
418.961 6.104
PERTUMBUHAN
a
t
Sig.
2.856
.007
-2.100
-2.572
.015
140.470
2.492
2.983
.005
43.427
.024
.141
.889
PERUSAHAAN a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Y=2983,805–316,795OPM+418,961NPM+6,104Pertumbuhan Perusahaan+e a.
Konstanta sebesar 2983,805 menyatakan bahwa jika nilai OPM, NPM dan Pertumbuhan Perusahaan emiten adalah nol, maka Harga Saham akan mengalami peningkatan sebesar 2983,805.
b.
Koefisien regresi variabel OPM sebesar -316,795 menyatakan bahwa setiap pengurangan 1 kali OPM akan menurunkan Harga Saham -316,795
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
c.
Koefisien regresi variabel NPM sebesar 418,961 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali NPM akan meningkatkan Harga Saham sebesar 418,961.
d.
Koefisien
regresi
variabel
Pertumbuhan
Perusahaan
sebesar
6,104
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali Pertumbuhan Perusahaan akan meningkatkan Harga Saham sebesar 6,104.
4.1.4
Hasil Uji Asumsi Klasik Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut dapat memenuhi pengujian asumsi klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multikolinierietas, Autokorelasi dan Heterokedastisitas. 4.1.4.1 Uji Normalitas data Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal..Pengujian ini diperlukan karena melakukan uji t dan uji F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Erlina, 2011). a.
dilihat dari grafik histogram data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal
yakni tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Berikut ini terdapat grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah) Gambar 4.1 : histogram dependen variabel Harga Saham Pada grafik 4.1 histogram menunjuk bahwa variabel berdistribusi tidak normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut yang menceng ke kiri dan ke kanan. b.
dilihat dari garis diagonal cara lain melihat uji normalitas dengan grafik adalah dengan melihat
grafik normal p-p plot of regression standardized residual. Pada grafik 4.2 terlihat titik yang mengikuti data disepanjang garis diagonal. Hal ini berarti membentuk satu garis lurus diagonal dan cembung data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika garis yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonal maka data residual terdistribusi secara normal.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Sumber Grafik
: Hasil penelitian, 2015 (diolah) : Normal P-P Plot of regression standardized residual dependen variabel (Harga Saham)
4.1.4.2 Uji Linearitas Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu study empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Ada berapa uji yang dapat dilakukan, dan dalam penelitian ini uji yang dilakukan adalah uji Durbin-Watson. Uji ini biasanya dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi. Hasil output SPSS Durbin-Watson
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Tabel 4.3 Uji Linearitas
b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R .575
R Square Adjusted R Square a
.331
.270
Estimate 1708.37277
Durbin-Watson 1.558
a. Predictors: (Constant), PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPM, NPM b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Oleh karena DW model kuadrat sebesar 1,558 berada di antara -2 sampai +2 dengan n = 37 dan k = 3 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi pada model kuadrat dan benar spesifikasi . 4.1.4.3 Uji Multikolinearitas Untuk menguji apakah model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Untuk mengetahui adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui Variance Infation Factor (VIF) > 10 dan nilai toleransi (toleranse value) < 0,10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian melalui program SPSS 17 for windows
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1 (Constant) OPM
.030
32.886
NPM
.029
34.422
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
.674
1.484
a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : Hasil penelitian, 2015 (diolah) Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,674 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan VIF kurang dari 10 yaitu 1,484.
Berdasarkan
tabel
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model ini. 4.1.4.4 Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. deteksi adanya heterokedasitas dengan melihat kurva atau diagram pencar (chart), dengan dasar pemikiran sebagai berikut: a.
Jika titik-titik terikan menyebar secara acak membentuk pola tertentu yang beraturan (bergelombang), melebar kemudian menyempit maka terjadi heterokedastisitas.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
b.
Jika ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0
pada sumbu Y,maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Gambar 4.3 : Scatterplot Dependent Variabel Harga Saham Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedasitas. 4.1.4.5 Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variable pengganggu pada periode tertentu dengan variable pengganggu periode sebelumnya.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2.
Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Tabel 4.5 b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R .575
R Square a
Adjusted R Square
.331
.270
Estimate 1708.37277
Durbin-Watson 1.558
a. Predictors: (Constant), PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPM, NPM b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Dari hasil pengolahan menggunakan SPSS 17 for windows dapat diketahui bahwa tabel 4.5 memperlihatkan nilai statistik DW sebesar 1,558. Angka ini terletak diantara -2 sampai +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
4.1.5 Uji Hipotesis 4.1.5.1 Uji-F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan dapat diterima menjadi model penelitian terhadap variabel terikat. Hipotesis :
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
H0:b1=b2=b3=0, artinya secara simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. H1:b1≠b2≠b3=0, artinya secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam hal ini kriteria penelitian dengan tingkat signifikan (α=5%) a. H0 diterima jika F hitung < F tabel b. H1 diterima jika F hitung > F tabel
Tabel 4.6 Hasil Uji Simultan (Uji-F) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
4.764E7
3
1.588E7
Residual
9.631E7
33
2918537.519
Total
1.440E8
36
F 5.441
Sig. .004
a
a. Predictors: (Constant), PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPM, NPM b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Berdasarkan hasil uji-F, penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel OPM (X1), NPM (X2) dan Pertumbuhan Perusahaan (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham (Y). Hasil tersebut terlihat pada nilai signifikan sebesar 0,004 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 (α) dan menunjukkan pengaruh yang kuat antara OPM,NPM dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Harga Saham karena F hitung > F tabel yaitu 5,441 > 2,89.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.1.5.2 Uji-t (Uji Parsial) Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah: H0:b1,b2,b3=0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. H2:b1,b2,b3≠0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Dalam hal ini kriteria penelitian dengan tingkat signifikan (α=5%) a. H0 diterima jika t hitung < t tabel b. H2 diterima jika t hitung > t tabel
Tabel 4.7 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Coefficients
Std. Error
Beta
2983.805
1044.885
OPM
-316.795
123.151
NPM
418.961 6.104
PERTUMBUHAN
T
Sig.
2.856
.007
-2.100
-2.572
.015
140.470
2.492
2.983
.005
43.427
.024
.141
.889
PERUSAHAAN a. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Sumber : hasil SPSS versi 17 (diolah peneliti)
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
a. Pengujian terhadap Variabel OPM Dari hasil penelitian data diketahui bahwa variabel OPM mempunyai signifikan sebesar 0,015 lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05.Dan nilai t (-2,572) < t
tabel
hitung
(-2,03452) sehingga dengan demikian, maka H0 ditolak dan H2
diterima. Hal ini berarti variabel OPM secara parsial berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. b. Pengujian terhadap Variabel NPM Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel NPM mempunyai signifikan sebesar 0,005 lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Dan nilai t-hitung (2,983) > t-tabel (2,03452) sehingga dengan demikian, H2 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti variabel NPM secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham c. Pengujian terhadap Variabel Pertumbuhan Perusahaan Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel Pertumbuhan Perusahaan mempunyai signifikan sebesar 0,889 lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Dan nilai t-hitung (0,141) < t-tabel (2,03452) sehingga dengan demikian, H2 ditolak dan H0 diterima. Hal ini berarti variabel Pertumbuhan Perusahaan secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.
4.1.5.3 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan berapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 – 1. Jika koefisien determinasi semakin mendekati 1 maka
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan koefisien determinasi mendekati 0, maka dapat dikatakan seamakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.8 b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R .575
R Square a
Adjusted R Square
.331
.270
Estimate 1708.37277
Durbin-Watson 1.558
a. Predictors: (Constant), PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPM, NPM b. Dependent Variable: HARGA SAHAM
Pada model summeryb, nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,575 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara Harga Saham dengan variabel independennya OPM,NPM dan Pertumbuhan Perusahaan kuat karena berada diatas 0,5. Angka adjusted R square atau koefisien determinasi adalah 0,270. Hal ini berarti 27% variasi atau perubahan dalam Harga Saham dapat dijelaskan oleh variasi dari OPM,NPM dan Pertumbuhan Perusahaan,sedangkan sisanya (73%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Standar Error of the Estimate (SEE) adalah 1708,37277, yang mana semakin besar SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen. Dalam hal ini SEE yang didapat dalam tabel terlalu besar.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
4.2 Pembahasan hasil penelitian Hasil penelitian statistik setelah dilakukan uji outlier menunjukkan bahwa secara simultan variabel Operatimg Profit Margin (OPM),Net Profit Margin (NPM) dan Pertumbuhan Perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham dan besarnya pengaruh tersebut 27% Adjusted R Square = (0,270). Sisanya sebesar 73% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tingkat Adjusted R Square
yang rendah ini
menunjukkan perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel lain sebagai penduga pengungkapan informasi sosial perusahaan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari signifikannya, secara simultan variabel yang digunakan berpengaruh signifikan dengan Fhitung > Ftabel yaitu 5,441 > 2,89 dan tingkat signifikan sebesar 0,004 < 0,05. Dalam pengujian secara parsial ditemukan dua variabel yang berpengaruh secara terhadap harga saham yaitu variabel OPM yang berpengaruh secara negatif dan NPM yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham,hal tersebut terlihat dari nilai t-hitung (0,141) < t-tabel (2,03452) sehingga dengan demikian, H2 ditolak dan H0 diterima dengan nilai signifikan lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,889.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri. Manajemen Keuangan Bisnis. BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2008 Anoraga dan Pakarti. Pengantar Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta, 2006 Bambang Riyanto. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, Yogyakarta, 2001 Darmadji dan Fakhruddin. Pasar Modal Di Indonesia. Pendekatan Tanya Jawab, Edisi Kedua, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Erlina. Metodologi Penelitian. Perpusatakaan Nasional: Katalok dalam Terbitan (KDT), Medan, 2011 Fahrudin dan Hadianto.Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka, Jakarta, 2001 Ghozali,Imam.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2004 M.Nashir, Ph.D. Metodologi Penelitian. Jakarta Gallia Indonesia, 1983 Nachrowi. Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006 Sutrisno Hadi. Metode Research Jilid 1. Yayasan Penerbit : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1975 Tandellin. Manajemen keuangan Perusahaan. Edisi Ketiga, Jilid 1, Bayumedia, Malang, 2001 Weston dan Bringham. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2001
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan
Skripsi/Thesis :
Astri Wulan Dini dan Lin Indarti. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham yang terdaftar dalam indeks LQ45 tahun 2008-2010. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala, Semarang,2011 Jeni Jaenudin (2012). Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45 di BEI. Lumban Tobing,Rifka Asita. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Perubahan Harga Saham dan Kebijakan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 Nugroho,Inoky (2011). Pengaruh OPM dan NPM terhadap Return Saham pada Perusahaan Automotive and Components yang listing di BEI tahun 2008-2010. Syarif Hidayatullah,Jakarta (2010). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Kebijakan Deviden dan Kebijakan Struktur Modal terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur go public di Bursa Efek Indonesia. Yosua Susilo (2014). Pengaruh ROA,ROE,PBV,PER,NPM dan OPM terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011.
Mahasiswa Manajemen Universitas Asahan