HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI DENGAN KUALITAS HIDUP (TERKAIT KESEHATAN GIGI DAN MULUT) LANSIA DI DESA CIMARI KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014 Yeni Septiani 1) Siti Novianti 2) Mahasiswa Peminatan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing bagian Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
ABSTRAK Gigi dan mulut merupakan investasi kesehatan seumur hidup, peranannya cukup besar dalam mempersiapkan makanan sebelum absorpsi pada saluran pencernaan, karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut. Keadaan mulut yang buruk pada lansia akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut, sehingga mempengaruhi status gizi dan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) lansia di Desa Cimari Kabupaten Ciamis. Metode penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan total sampling sebanyak 55 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner OHIP-14 dan pemeriksaan gigi dengan indeks DMF-T. Analisis tingkat keparahan karies gigi didapatkan rata-rata 16,29 ± 2,773 dan kualitas hidup didapatkan rata-rata nilai OHIP-14 sebesar 24,04 ± 3,679. Analisis statistik menggunakan Rank Spearman dengan derajat kepercayaan 95%. Hasil uji statistik yaitu (ρ = 0,275 ; p value = 0,042). Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan bermakna sedang antara tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) lansia di Desa Cimari Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. Maka perlu menambahkan kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di posyandu lansia.
Kata kunci
: karies gigi, kualitas hidup, lansia
THE CORELATION BETWEEN THE SEVERITY OF DENTAL CARIES WITH THE QUALITY OF LIFE (RELATED THE HEALTHY OF DENTAL AND ORAL) OF ELDERLY AT CIMARI VILLAGE OF CIAMIS DISTRICT Yeni Septiani 1) Siti Novianti 2) Mahasiswa Peminatan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing bagian Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
Abstract
Dental and oral health is an investment for life time, the role of it takes big part to prepare the absorpstion in the gastrointestinal tract. Dental caries is the most encountered disease in the oral cavity. The decayed of dental in eleders will disturb the function and the activity in oral cavity. futhermore it will influence nutritional status and quality of life. The research’s aim is to determine the correlations of the severity of dental dental caries with the quality of life (related the health of dental and oral) of elders in Cimari village of Ciamis District. The research methodology’s caracteristic is analytic observational with use cross sectional approach. Sampling was taking with use total sampling as much as 55 sample. The data were collected by interviews using OHIP-14 questionaries and index of DMF-T checking. The analysis of the severity of dental caries has in average 16,29 ± 2,773, and the average quality of life with OHIP-14 is 24,04 ± 3,679. The statistic analysis used rank spearman in the reability degree in 95% (0,05). The result of statistic test is (ρ = 0,275 ; p value = 0,042).The conclusion of this research is that there are certain significant medium correlation with the severity of dental caries (related the healthy of dental and oral) of elderly at Cimari village. To make it happen necessary adding the checking of dental and oral healthy in (posyandu) healthy centers for elders.
Keyword : Severity of dental caries, Quality of life, Elderly
PENDAHULUAN Gigi dan mulut merupakan investasi kesehatan seumur hidup, peranannya cukup besar dalam mempersiapkan makanan sebelum absorbsi pada saluran pencernaan di samping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon, 2005) dan Thalib (2008) mengatakan tahap awal asupan makanan melalui rongga mulut tempat proses pencernaan dimulai. Data Riskesdas tahun 2007 melaporkan bahwa penduduk Indonesia yang mengalami karies gigi sebanyak 72,1% dan sebanyak 46,5% diantaranya karies gigi aktif yang belum dirawat dengan tingkat keparahan gigi sebesar 5 gigi setiap orang (Depkes, 2008). Berdasarkan data menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2012 di dapatkan hasil bahwasanya dari 6 diagnosa penyakit gigi dan mulut presentase yang paling tinggi yaitu penyakit pulpa dan jaringan periapikal (45,3%). Artinya banyak masyarakat yang mempunyai karies gigi pada tahap kronis dan datang dalam keadaan sakit dan ingin dicabut, dengan presentase ditambal 4,4% dan di cabut 13,4%. Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas dan penurunan produktifitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup. Kesehatan mulut dapat mempengaruhi kondisi kesehatan umum yang tentunya akan berdampak pada kualitas kehidupan manusia (Tampubolon, 2005). Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi adalah satu penyakit yang merupakan interaksi dari 4 faktor yaitu: host (penjamu), agent (penyebab), environment (lingkungan) dan time (waktu) yang menghasilkan kerusakan pada jaringan keras gigi yang tidak bisa pulih kembali yaitu email, dentin dan sementum (Sriyono, 2009). Lansia rentan terhadap berbagai penyakit sistemik yang bermanifestasi di mulut, juga terhadap penyakit karies gigi dan penyakit periodontal yang berperan sebagai penyebab utama hilangnya gigi geligi, disebabkan karena kebersihan rongga mulut yang buruk (Ghozali, 2010). Diketahui prevalensi kehilangan gigi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 5,9% dan pada usia 65 tahun keatas sebesar 17,6% (Depkes, 2008), dan data dari poli gigi puskesmas Mandalika selama tiga bulan terhitung bulan Januari,
Ferbuari dan maret kunjungan pasien lansia (> 60 tahun) sebesar 59,0% dengan diagnosa terbanyak yaitu penyakit jaringan periapikal dan penyakit gusi bengkak. Wibisono dan Ghozali (2010) menyatakan kesehatan rongga mulut memegang peranan penting dalam mendapatkan kesehatan umum dan kualitas hidup lansia. Dan menurut Sriyono (2009) Keadaan mulut yang buruk, misalnya banyaknya gigi yang hilang sebagai akibat rusak atau trauma yang tidak dirawat, akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut, sehingga akan mempengaruhi status gizi serta akan mempunyai dampak pada kualitas hidup. Di Indonesia berdasarkan SKRT-SURKESNAS sebanyak 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan karena sakit gigi, dalam satu tahun berkisar antar 2,50-5,28 hari, dengan rata-rata sekitar 3,86 hari. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup jika dikaitkan dengan produktivitas (SK Menkes, 2005). Terdapat hubungan timbal balik antara infeksi dengan status gizi, didalam tubuh terdapat interaksi antara infeksi dengan gizi yang bersifat sinergis atau antagonis. Mekanisme patologis penyebab gizi kurang karena infeksi disebabkan oleh berkurangnya komsumsi pangan karena nafsu makan menurun, penyerapan zat gizi makanan menurun, adanya larangan mengkomsumsi makanan tertentu (Reni, 2009). Pada penelitian sebelumnya oleh Nurmala Situmorang tahun 2004 mengenai dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup penduduk di dua kecamatan kota medan didapatkan kesimpulan bahwa kelompok dengan jumlah pengalaman karies gigi lebih tinggi (DMF-T>3) mempunyai resiko 3,40 kali lebih sering mengalami gangguan kualitas hidup (Nurmala, 2004). Juga pada penelitian Niken (2001) dengan memakai alat ukur GOHAI mendapatkan 40% sampelnya usia lanjut merasa ada gangguan fisik dan 29,6% merasa ada gangguan sakit dan tidak nyaman karena kesehatan mulutnya, sedangkan gigi yang hilang rata-rata sebanyak 21 gigi persampel. Hasil survey awal pada 26 lansia yang datang pada saat pemeriksaan lansia berkala oleh Puskesmas Cikoneng di Desa Cimari Kecamatan Cikoneng, dengan prevalensi karies sebesar 100% yang artinya seluruh lansia yang diperiksa pada saat itu memiliki karies gigi, namun ada yang terlihat karies gigi masih aktif sampai keadaan gigi tanggal karena karies gigi, juga ditemukan lansia yang sama sekali
tidak mempunyai gigi utuh, jika dilihat dari golongan umur, golongan umur 60-70 tahun berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu lansia hal ini ditunjukan dengan kehadiran tiap bulannya selalu paling banyak, juga rata-rata indeks DMF-T sebesar 12,01 artinya setiap lansia memiliki 12 gigi berlubang, dan jika diperiksa usia dibawah 70 tahun masih memiliki karies aktif yang masih memungkinkan untuk dirawat. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) lansia yang berumur 60-70 tahun di Desa Cimari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
TUJUAN PENELITIAN Mengetahui hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) lansia Desa Cimari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2014
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana dua variabel diukur pada waktu yang bersamaaan. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berumur 60-70 tahun yang tercatat namanya di posyandu lansia Desa Cimari. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh lansia yang berumur 60-70 tahun di posyandu Lansia Desa Cimari di jadikan sampel, dengan kriteria inklusi dan eklusi maka didapatkan sampel 55 orang. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan
dengan responden
menggunakan lembar kuesioner
dan
pemeriksaan langsung terhadap gigi geligi responden. Analisis data menggunakan uji Rank Spearman dengan tingkat kemaknaan 0,05, di karenakan salah satu data variabel berdistribusi tidak normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu Lansia No 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 10 51 61
Persentase (%) 16,4% 83,6% 100%
Dari tabel 1 diatas frekuensi untuk jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 83,6 % sedangkan laki-laki sebanyak 16,4%.
2. Tingkat Keparahan Karies Gigi Pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Cimari Tabel 2 Deskripsi Tingkat Keparahan Karies Gigi Indeks DMF-T Decay (D) Missing (M) Filling (F)
f 55 55 7
% 100 100 12,7
Dari tabel 2 diatas menunjukan bahwasanya semua responden (100%) yang diperiksa mempunyai gigi berlubang (decay) dan kehilangan gigi (missing) dan yang mempunyai tambalan (filling) hanya 7 orang (12,7%).
Tabel 3 Nilai Rata-Rata Berdasarkan Total D (Decay), M (Missing) dan F (Filling)
DMF-T D (Decay) M (Missing) F (Filling)
Jumlah 481 397 8
𝐗 8,7 7,2 0,1
Dari tabel 3 diatas menunjukan bahwasannya dengan N=55 didapatkan hasil rata-rata gigi berlubang (Decay) sebesar 8,7, rata-rata gigi yang hilang (missing) sebesar 7,2 dan rata-rata gigi yang ditambal (filling) sebesar 0. Dapat disimpulkan
bahwasanya rata-rata lansia yang diteliti memiliki 8 gigi berlubang, 7 gigi yang hilang dan 0 gigi yang ditambal. Penyakit mulut yang salah satunya yaitu karies gigi mempunyai persentase yang paling tinggi yaitu 100% dengan D (decay) sebesar 8,7 yang artinya rata-rata lansia yang diperiksa mempunyai 8-9 gigi yang berlubang. Karies gigi yang merupakan salah satu kondisi kronik yang paling banyak dijumpai pada lansia. Stacher menyatakan kesehatan mulut yang buruk sebagai “silent epidemic” yang diartikan bahwa kesehatan mulut terutama karies gigi tidak hanya berupa gigi yang sehat tetapi integral pada kesehatan umum dan pentingnya pencegahan karies gigi, akibat dari penyakit ini diantaranya : rasa sakit, infeksi dan kehilangan fungsi, dapat menyebabkan menurunnya kualitas hidup lansia. Kesehatan mulut penting untuk melengkapi kesehatan umum dan kesejahteraan seorang lanjut usia juga mempertahankan fungsi-fungsi dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Meskipun jelas keadaan ini mempunyai dampak luas termasuk gangguan kesehatan umum, kesejahteraan sosial dan mental lansia (Kartika, dkk., 2007). Pada umumnya salah satu alasan kurangnya menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut lansia bahwasanya orang tua menganggap disfungsi oral merupakan bagian dari proses alamiah dan konsekuensi usia lanjut sehingga para lansia menerima saja kondisi menurunnya kualitas hidup tersebut tanpa berupaya untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan. Pada penelitian ini dapat dilihat juga didapatkan hasil bahwasanya seluruh lansia yang di periksa mempunyai gigi yang tanggal (missing) (100%) dengan ratarata nilai M (missing) yaitu 7,2 yang artinya rata-rata lansia yang diperiksa mempunnyai 7 gigi yang hilang karena karies gigi, hal ini telah diantisipasi sebagian lansia dengan penggunaan gigi palsu, akan tetapi penggunaan gigi palsu tersebut tidak dirasakan nyaman dan bahkan masih ada yang mempunyai gigi palsu tapi tidak pernah dipakai dan ada juga yang merasakan kembali fungsi pengunyahan yang nyaman dengan gigi palsu. Hal ini tentu saja menjadi perhatian karena kehilangan gigi sama saja dengan kehilangan fungsi/keterbatasan fungsi yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya.
3. Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut) Lansia di Desa Cimari
Tabel 4 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut) Lansia di Desa Cimari menggunakan OHIP-14 (Oral Health Impact Profile-14) Kualitas Hidup
1. Keterbatasan Fungsi a) Kesulitan dalam mengucapkan kata b) Tidak dapat mengecap rasa dengan baik 2. Rasa Sakit Fisik a) Sakit di rongga mulut b) Tidak nyaman saat mengunyah 3. Ketidaknyamanan Psikis a) Merasa khawatir/cemas b) Merasa tegang
Tidak pernah (0) %
Sangat jarang (1) %
Kadang kadang (3) %
Sering (4) %
Sangat sering (5) %
4 (7,3%) 0 (0%)
40 (72,7%) 7 (12,7%)
11 (20%) 46 (83,6%)
0 (0%) 2 (3,6)
0 (0%) 0 (0%)
1 (1,8%) 0 (0%)
39 (70,9%) 0 (0%)
15 (27,3) 26 (47,3%)
0 (0%) 29 (52,7%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 9 (16,4%)
27 (49,1%) 25 (45,5%)
25 (45,5%) 19 (34,5%)
3 (5,4%) 2 (3,6%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%0
5 (9,1%) 11 (20%)
41 (74,5%) 40 (72,7%)
9 (16,4%) 4 (7,3%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%)
5 (9,1%) 15 (27,3%)
44 (80%) 38 (69,1%)
6 (10,9) 2 (3,6%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%)
30 (54,5%) 28 (50,9%)
22 (40%) 26 (47,3%)
3 (5,5%) 1 (1,8%)
0 (0%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%)
37 (67,3%) 38 (69,1%)
17 (30,9%) 17 (30,9%)
1 (1,8%) 0 (0%)
0 (0%) 0 (0%)
4. Ketidakmampuan Fisik a) Diet makanan kurang memuaskan b) Terhenti saat makan 5. Ketidakmampuan Psikis a) Sulit merasa rileks b) Merasa malu 6. Ketidakmampuan Sosial a) Mudah tersinggung b) Kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari 7. Handikap a) Hidup terasa kurang memuaskan b) Susah untuk melakukan apapun
Kualitas hidup lansia diukur berdasarkan keterbatasan fungsi, rasa sakit fisik, ketidaknyamanan psikis, ketidakmampuan fisik, ketidakmampuan psikis, ketidakmampuan sosial dan handikap (ketidakmampuan). Berdasarkan tabel 4 diatas didapat informasi bahwa kualitas hidup terendah dengan dilihat dari jawaban responden sering terbanyak pada rasa sakit fisik (52,7%) yaitu sakit di rongga mulut dan tidak nyaman ketika mengunyah makanan. Dan pada item pertanyaan ketidakmampuan fisik (24%) yaitu diet, makanan yang kurang memuaskan dan terhenti saat makan. Rasa sakit fisik (52,7 %)yang dialami lansia yaitu berupa rasa sakit di rongga mulut dan ketidaknyamanan ketika mengunyah makanan, hal ini tentu saja harus menjadi perhatian karena pada umumnya mulut merupakan gerbang awal makanan, ketika seseorang merasakan rasa sakit di rongga mulutnya dan ketidaknyamanan ketika dia mengunyah sudah tentu dia tidak bisa menikmati makanannya dan bahkan memutuskan untuk menghentikannya dan secara tidak sadar mereka akan kehilangan asupan zat gizi ke dalam tubuh, hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Margareta (2009) yang melaporkan bahwa gangguan pada rongga mulut dapat mempengaruhi status gizi pada lansia. Berkaitan dengah akibat rasa sakit fisik diatas, upaya pencegahan maupun perawatan sudah barang tentu menjadi hal yang wajib, hal ini untuk mengembalikan fungsi mulut bagi lansia sebagai sesuatu yang bisa membuat makanan terasa lebih enak dan memenuhi asupan gizi yang diperlukan, ketika seorang lansia merasakan sakit ketika dia mengunyah makanan itu artinya ada kelainan di dalam rongga mulutnya, dengan segera mengobati hal tersebut ke pusat pelayanan kesehatan atau dokter gigi yang diharapkan kondisi tersebut bisa berangsur-angsur lebih baik untuk kualitas hidup yang lebih baik. Ketidakmampuan fisik ( 24%) yang dialami lansia yaitu lansia yang beranggapan jumlah makanan yang di komsumsi kurang memuaskan, dan tiba-tiba terhenti ketika sedang makan karena ada gangguan di rongga mulut, dan merasa tidak puas dengan apa yang mereka makan, karena hal ini mempengaruhi dalam hal pemilihan makanan dan bahkan menjadi tidak semangat dalam makan dan hal ini lah yang akan mempengaruhi jumlah asupan dan jumlah zat gizi yang akan di cerna dalam tubuh lansia, juga dengan kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan,
dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk itu sangat penting meningkatkan motivasi makan bagi lansia untuk kelangsungan hidunya dan terhindar dari serangan infeksi. (askep lansia; 21 juni 2014) Kekhawatiran diatas bisa dihindari jika kondisi mulut lansia terhindar dari kelainan-kelianan rongga mulut yang salah satunya yaitu karies gigi, dimana karies gigi ini bisa di rawat dan bisa mengembalikan fungsi pengunyahan. Selain hal diatas untuk meningkatkan motivasi lansia terhadap makan, yaitu dengan memilih makanan, makanan sesuai dengan apa yang mereka suka, dengan keterbatasan fungsi gigi yang dimiliki sehingga kurang merasa puas dengan yang mereka makan, maka bisa lebih memodifikasi makanan dengan makan makanan yang teksturnya agak lunak, makanan berkuah, menu bervariasi dan bergizi.
4. Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi Dengan Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut) Grafik 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Kualitas hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut)
p = 0,042
ρ= 0,275
Dari grafik 1 menunjukan bahwa semakin tinggi total karies (DMF-T) maka semakin rendah kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Hasil uji statistik menggunakan rank spearman diperoleh nilai ρ= 0,275 ; p value = 0,042. Yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak, ada hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) pada lansia di Desa Cimari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis dengan keeratan hubungan sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Rizka Pramesti (2013) mengenai hubungan antara status karies gigi dengan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut di Panti Werdha Swasta Kota Yogyakarta, hasil uji korelasinya menunjukan hubungan yang signifikan antara status karies gigi dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut di dua panti werdha di yogyakarta dengan nilai p value = 0,001. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Niken (2001) yang menyatakan bahwa lansia merasakan ada gangguan sakit dan rasa tidak nyaman karena kesehatan gigi dan mulutnya terutama pada keluhan sakit gigi. Kesehatan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh dan tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan tubuh secara umum karena saling terkait antar satu sama lain. Kesehatan rongga mulut merupakan hal penting yang perlu terus dijaga oleh karena rongga mulut merupakan hal penting untuk kesehatan umum dan kualitas hidup. Kesehatan rongga mulut yang buruk akan mempengaruhi diet, nutrisi, tidur, status psikologis dan interaksi sosial (Kartika, dkk., 2007).
SIMPULAN 1. Tingkat keparahan karies gigi lansia di Desa Cimari dengan N=55 didapatkan Decay (D)= 100%, Missing (M)= 100% dan Filling (F)= 12,7%. Rata-rata Decay = 8,7, Missing = 7,2, Filling = 0,1. Rata-rata DMFT lansia sebesar 16,29 ± 2,773, dengan nilai minimum 11 dan maksimum 23. 2. Rata –rata skor kualitas hidup menggunakan instrument Oral Health Impact Profile (OHIP-14) yaitu sebesar 24,02 ± 3,679, dengan nilai minimum 20 dan maksimum 32. Persentase jawaban respondent yang menunjukan kualitas hidup rendah yaitu pada domain rasa sakit fisik (52,7%) dan ketidakmampuan fisik (24%).
3. Ada hubungan yang bermakna sedang antara tingkat keparahan karies gigi dengan kualitas hidup (terkait kesehatan gigi dan mulut) lansia di Desa Cimari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis dengan nilai ρ = 0,275 ; p value = 0,042.
SARAN 1. Bagi Puskesmas Menambahkan kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ke dalam kegaiatan posyandu lansia.
2. Bagi peneliti Lain Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa meneliti lebih lanjut mengenai status gizi lansia
RUJUKAN Depkes RI, Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007, badan penelitian dan pengembangan kesehatan, 2008 Ghozali, T.D., Kelainan gigi dan mulut pada lanjut uisia dalam Martono, H dan Pranakla, K. Eds. Buku ajar geriatri (ilmu kesehatan lansia) edisi 4 jakarta , balai penerbit FKUI, hal 694-706, 2010 Milla Ate, Margareta, Hubungan Status Fungsi Oral dengan Status Gizi Lansia, dalam Thesis, Undip, 2010 Sitomorang, Nurmala., Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup, USU, Medan, 2005 Pramesti, Rizka., Hubungan Status Karies Gigi dengan Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut), FKG UGM Yogyakarta, 2013 Sriyono, Niken., Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Guna Meningkatkan Kualitas Hidup (Pidato Pengukuhan), FKG-UGM, Yogyakarta, 2009 Tampubolon, N.S., Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Terhadap Kualitas Hidup, USU, Medan, 2005 Thalib, B., Analisis Hubungan Status Gigi dengan Pola Makan dan Asupan Nutrisi Pada Manula Suku Bugis dan Suku Mandar, Jurnal Kedokteran Gigi Dentofacial, vol.7 No 1 Hal. 26-37, 2008 Wibisono dan Ghazali., Kebutuhan Gigi Palsu pada Usia Lanjut, FKUI, Jakarta, 2010