4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan kering. Desa ini terletak di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Desa Candi memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel
Sebelah Selatan
: Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel.
Sebelah Timur
: Desa Ngenden, Kecamatan Ampel.
Sebelah Barat
: Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel.
Luas wilayah Desa candi 399,652 ha . Luas tanah sawah di desa candi adalah 90 ha, dari luas itu yang digunakan untuk menanam padi dan jagung adalah tanah sawah irigasi teknis seluas 39,6 ha. Dalam 1 tahun petani di Desa Candi melakukan rata-rata 3 kali penanaman dengan 2 kali penanaman jagung, dan 1 kali menanam padi, biasanya padi ditanam pada saat musim hujan, sedangkan jagung ditanam pada musim kemarau.
4.1.2 Lembaga Ekonomi Kemajuan suatu desa tidak terlepas dari lembaga perekonomian di desa tersebut, karena dalam perekonomian pasti ada lembaga simpan dan pinjam untuk modal awal sehingga memajukan perekonomian di desa dengan menjalankan usahanya. Untuk data lembaga perekonomian yang ada didesa candi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Lembaga Ekonomi Jenis Keterangan Kelompok Simpan Pinjam Simpan Pinjam Bank Perkreditan Rakyat Simpan Pinjam Bank Pemerintah Simpan Pinjam Jumlah Sumber: Data Monografi Desa 2013
Jumlah (unit) 5 3 2 10
% 50 30 20 100
Dari tabel di atas dapat dilihat kelompok simpan pinjam sebanyak 5 unit (50%), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 3 unit (30%) dan Bank Pemerintah sebanyak 2 Unit (20%).
12
13
4.1.3 Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana transportasi merupakan salah satu pendukung aktivitas usahatani, terutama yang berkaitan dengan penyediaan saprodi dan distribusi hasil pertanian. Sebagian besar jalan yang terdapat di Desa Candi berupa jalan beraspal, terutama yang menghubungkan dengan pusat perekonomian (Pasar Ampel). Selain itu untuk keperluan transportasi terdapat mikrolet dan kendaraan roda dua (ojek) yang menghubungkan Desa Candi dengan Pasar Ampel. Biaya ojek dari desa Candi ke pasar Ampel Rp 10.000/ sekali jalan. Sedangkan angkutan umum ke pasar Ampel Rp 2.500/ sekali jalan. Jika menggunakan jasa truck umum, biaya angkutnya Rp 50.000/ sekali jalan. Sarana transportasi di Desa Candi antara lain terdiri dari bus umum, truck umum, angkutan umum dan ojek. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Sarana dan Prasarana Transportasi Jenis Jumlah (unit) Bus Umum 25 Truck Umum 30 Angkutan Umum 10 Ojek 50 Jumlah 115 Sumber: Data Monografi Desa 2013
% 21,74 26,09 8,70 43,48 100
4.2 Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Dalam menghitung keuntungan, tidak bisa lepas dari beberapa pernyataan, seperti berapa produksi yang dihasilkan (Y), berapa harganya (Py), dan total biaya (TC) yang dikeluarkan dalam menghasilkan suatu produk. Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Penerimaan, Biaya dan Keuntungan
Uraian Rerata produksi (Y) (Kg) Rerata harga (Py) (Rp) Rerata total biaya (TC) (Rp) Rerata penerimaan (TR = Y x Py) (Rp) Rerata keuntungan (π = TR – TC) (Rp)
Jumlah 860 3032 1243679 2633464 1389785
Sumber: Analisis Data Primer 2013
Pada tabel diatas dapat diketahui rerata penerimaan (TR) Rp 2.633.464 didapatkan dari perkalian antara rerata produksi jagung (Y) 860 kg dengan rerata
14
harganya (Py) Rp 3032. Rerata total biaya (TC) Rp 1.243.679, sehingga dapat diketahui rerata keuntungan di Desa Candi (TR-TC) adalah Rp 1.389.785. 4.3 Gambaran Umum Penggunaan Faktor Produksi Faktor produksi merupakan salah satu hal penting bagi usahatani, dengan kata lain usahatani tidak bisa lepas dari faktor produksi untuk menghasilkan suatu produk. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Penggunaan Faktor Produksi Faktor Produksi
Rerata Jumlah per ha (Kg)
Benih Jagung 13,22 Pupuk: Urea 461,06 Phonskha 337,11 Sumber: Analisis Data Primer 2013
Rerata Harga (Rp/kg)
Rerata Biaya (Rp/ha)
45196
597684
1909 2482
880272 836727
Dari tabel diatas dapat diketahui rerata penggunaan benih jagung per hektar berjumlah 13,22 kg. Rerata penggunaan pupuk urea per hektar berjumlah 461,06 kg, dan rerata penggunaan pupuk phonskha per ha berjumlah 337,11 kg.
4.4 Gambaran Umum Lahan Garapan Gambaran mengenai lahan garapan dipaparkan berdasarkan hasil pengamatan atas data primer, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sampel. Petani sampel seluruhnya berjumlah 69 orang petani yang mengusahakan tanaman jagung pipilan di Desa Candi Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Adapun gambaran umum ini meliputi gambaran luas penguasaan lahan yang ditanami jagung pipilan, dan status penggunaan lahan disaat penelitian ini dilakukan. 4.4.1 Luas Penguasaan Lahan Salah satu faktor produksi pertanian yang sangat penting adalah tanah atau lahan garapan. Tanah merupakan pabrik hasil-hasil pertanian, yaitu tempat faktorfaktor produksi masuk lalu berlangsung melalui proses dan hasil produksi keluar. Dapat dikatakan lahan ini sangat penting bagi usaha di bidang pertanian, karena pertanian tidak dapat lepas dari lahan garapan. Selain itu luasnya lahan garapan dapat mempengaruhi keuntungan yang diterima oleh petani. Untuk mengetahui luas penguasaan lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4.5.
15 Tabel 4.5 Distribusi Luas Penguasaan Lahan Jumlah Petani Sampel Orang % 4 5,80 48 69,57 17 24,64 69 100
Luas Lahan (ha)
≤ 0,1 0,1 - 0,2 ≥ 0,2 Jumlah Rerata Keuntungan Sumber: Analisis Data Primer 2013
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
456.750 1.032.753 2.617.412
5.903.348 6.245.453 8.351.895
1.389.785
6.744.599
Dari analisis tabel diatas dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak pada luas lahan ≥ 0,2 ha sebanyak 17 petani sampel (24,64%) dengan keuntungan sebesar Rp 8.351.895/ha dimana melebihi rata-rata keuntungan petani Rp 6.744.599/ha. Pada penguasaan lahan ≤ 0,1 ha sebanyak 4 petani sampel (5,80%) dengan keuntungan sebesar Rp 5.903.348/ha dan pada penguasaan lahan 0,1 ha- 0,2 ha sebanyak 48 petani sampel (69,57%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.245.453/ha.
4.4.2 Status Penggunaan Lahan Status penggunaan lahan yang dimaksud adalah keadaan lahan yang digarap petani sampel sewaktu penelitian ini dilakukan. Ada 3 status penggunaan lahan yang petani sampel lakukan di desa Candi, yaitu pemilik, penyewa dan penyakap. Untuk mengetahui status penggunaan lahan petani sampel dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Distribusi Status Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan Pemilik Penyewa Penyakap Jumlah Rerata Keuntungan Sumber: Analisis Data Primer 2013
Jumlah Petani Sampel Orang 48 11 10 69
% 69,57 15,94 14,49 100,00
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.349.670 718.955 2.320.250
6.617.460 5.059.984 9.207.943
1.389.785
6.744.599
Dari analisis tabel diatas dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak pada petani penyakap sebanyak 10 petani sampel (14,49%) dengan keuntungan sebesar Rp 9.207.943/ha, dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha. Petani penyewa sebanyak 11 petani sampel (15,94%) dengan keuntungan sebesar Rp 5.059.984/ha dan pada petani pemilik sebanyak 48 petani sampel (69,57%) dengan
16
keuntungan sebesar Rp 6.617.460/ha. Perhitungan diatas yang dijabarkan adalah bahwa semua petani dianggap sebagai pemilik dalam suatu usahatani jagung. 4.5 Gambaran Umum Petani Sampel Gambaran petani sampel yang telah dipaparkan mengarah pada hasil penarikan sampel mengenai upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih, harga pupuk dan harga jual jagung. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 69 orang petani jagung pipilan. 4.5.1 Keadaan Tenaga Kerja Tempat Penelitian Mata pencaharian penduduk desa Candi cukup beraneka ragam, meliputi: petani, buruh tani, buruh migran, PNS, pengrajin, pedagang, peternak, nelayan, montir, dokter swasta, pembantu rumah tangga, TNI, Polri, pengusaha, pengacara, dosen, arsitektur, karyawan, buruh harian lepas, dan lain-lain. Desa Candi mempunyai jumlah penduduk berjumlah 7.317 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3.568 jiwa dan perempuan sebanyak 3.749 jiwa, dari jumlah tersebut, pekerjaan yang paling banyak adalah buruh tani dan petani. Buruh tani di desa Candi berjumlah 2.215 jiwa yang terdiri dari buruh tani pria berjumlah 1.200 jiwa dan buruh tani wanita berjumlah 1.015 jiwa. Jumlah petani di desa Candi berjumlah 1775 jiwa yang terdiri dari petani pria berjumlah 955 jiwa dan petani wanita berjumlah 820 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk desa Candi cukup beragam dari yang tidak sekolah sampai dengan tamat akademi atau perguruan tinggi. 4.5.2 Upah Tenaga Kerja Manusia (X1) Dalam usahatani, tenaga kerja merupakan salah satu hal penting untuk usahatani. Karena penting dalam usahatani, maka upah yang diberikan juga penting untuk dihitung dalam mengetahui keuntungan yang didapat oleh petani. Upah di desa Candi berkisar antara Rp 30.000/HOK – Rp 50.000/HOK. Dengan biaya konsumsi Rp 15.000/hari - Rp 30.000/hari. Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.7.
17 Tabel 4.7 Distribusi Sampel Menurut Upah Tenaga Kerja Manusia Terhadap Keuntungan Upah Tenaga Kerja Manusia (Rp/HOK)
Jumlah Petani Sampel Orang 3 37 29 69
≤ 35.000 35.001-45.000 ≥ 45.001 Jumlah Rerata Keuntungan Sumber: Analisis data primer 2013
% 4,35 53,62 42,03 100
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.516.000 1.375.186 1.201.491
9.695.159 6.437.516 6.381.165
1.389.785
6.744.599
Dari analisis tabel di atas dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak berada dengan upah ≤ Rp 35.000 sebanyak 3 petani sampel (4,35%) dengan keuntungan Rp 9.695.159/ha dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha. Pada upah Rp 35.001-Rp 45.000 sebanyak 37 petani sampel (53,62%) dengan keuntungan Rp 6.437.516/ha dan pada upah ≥ Rp 45.001 sebanyak 29 petani sampel (42,03%) dengan keuntungan Rp 6.381.165/ha.
4.5.3 Upah Tenaga Mesin (X2) Pengolahan lahan di desa Candi menggunakan jasa mesin traktor yang dijalankan oleh operator (pemilik traktor) dengan upah berkisar Rp 90.000/HKM-Rp 200.000/ HKM, Dengan biaya konsumsi Rp 20.000/hari - Rp 30.000/hari untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Sampel Menurut Upah Tenaga Mesin Terhadap Keuntungan
Upah Tenaga Mesin (Rp/HKM)
Jumlah Petani Sampel Orang 25 31 13 69
≤ 120.000 120.001-150.000 ≥ 150.001 Jumlah Rerata Keuntungan Sumber: Analisis data primer 2013
% 36,23 44,93 18,84 100
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.218.946 1.489.581 1.480.346
6.765.978 6.635.069 6.964.674
1.389.785
6.744.599
Dari analisis tabel diatas dapat diketahui keuntungan terbanyak pada upah tenaga mesin ≥ Rp 150.001 sebanyak 13 petani sampel (18,84%) dengan keuntungan Rp 6.964.674/ha dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha. Pada
18
upah tenaga mesin ≤ Rp 120.000 sebanyak 25 petani sampel (36,23%) dengan keuntungan Rp 6.765.978/ha, dan pada upah tenaga mesin Rp 120.001-Rp 150.000 sebanyak 31 petani sampel (44,93%) dengan keuntungan Rp 6.635.069/ha. 4.5.4 Harga Benih Jagung (X3) Benih yang dimaksud adalah benih jagung tongkol 2 (BISI 2), dimana di desa penelitian petani menggunakan benih ini. Harga benih jagung ini berkisar Rp 44.000/kg-Rp 53.500/kg, benih dibeli di Pasar Ampel yang dekat dengan Desa Candi, dimana biaya transportasi ke Pasar Ampel dengan menggunakan ojek Rp 10.000/ sekali jalan. untuk melihat data harga benih terhadap keuntungan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dari Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak pada harga benih ≤ Rp 48.000 sebanyak 28 petani sampel (40,58%) dengan keuntungan Rp 7.581.112/ha dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha. Pada harga benih Rp 48.001-Rp 50.000 sebanyak 32 petani sampel (46,38%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.083.359/ha dan pada harga benih ≥ Rp 50.001 sebanyak 9 petani sampel (13,04%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.493.193/ha.
Tabel 4.9 Distribusi Sampel Menurut Harga Benih Jagung Terhadap Keuntungan
Harga Benih (Rp/Kg)
Jumlah Petani Sampel Orang 28 32 9 69
≤ 48.000 48.001-50.000 ≥ 50.001 Jumlah Rata Keuntungan Sumber: Analisis data primer 2013
% 40,58 46,38 13,04 100
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.908.232 236.910 885.583
7.581.112 6.083.359 6.493.193
1.389.785
6.744.599
4.5.5 Harga Pupuk (X4) Pupuk yang dimaksud adalah harga rerata pupuk urea dan phonskha yang di gunakan oleh petani dalam sekali musim tanam. Harga pupuk urea berkisar antara Rp 1.900 – Rp 2.000/kg, sedangkan harga pupuk phonskha berkisar antara Rp 2.400/kg – Rp 2.500/kg. Biasanya petani membeli per sak (50 kg), di Pasar Ampel. Transportasi yang sering digunakan adalah motor pribadi atau ojek dengan Rp 10.000/ sekali jalan. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10.
19 Tabel 4.10 Distribusi Sampel Menurut Harga Pupuk Terhadap Keuntungan Harga Pupuk (Rp/Kg)
Jumlah Petani Sampel Orang 34 20 15 69
≤ 2.200 2.201 - 2.300 ≥ 2.301 Jumlah Rata Keuntungan Sumber: Analisis data primer 2013
% 49,28 28,99 21,74 100
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.559.934 1.263.875 1.171.993
7.127.424 6.419.663 6.310.111
1.389.785
6.744.599
Dari tabel analisis diatas dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak pada harga pupuk ≤ Rp 2.200 sebanyak 34 petani sampel (49,28%) dengan keuntungan Rp 7.127.424/ha dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha. Pada harga pupuk Rp 2.201-Rp 2.300 sebanyak 20 petani sampel (28,99%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.419.663/ha dan pada harga pupuk ≥ Rp 2.301 sebanyak 15 petani sampel (21,74%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.310.111/ha. 4.5.6 Harga Jual Jagung (X5) Harga jual jagung yang dimaksud adalah harga jual jagung pipilan kering yang berlaku di pasaran pada bulan panen terakhir yaitu antara bulan Oktober 2013 – Januari 2014 dengan rata-rata harga jual jagung pipilan kering Rp 3.032/kg. Biasanya petani menjualnya dalam bentuk bagoran dan sudah dipipil kering, lalu langsung dijual ke pasar Ampel, ada juga petani yang menjual langsung dirumah dan diambil oleh pengumpul. Untuk lebih jelasnya data dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Sampel Menurut Harga Jual Jagung Terhadap Keuntungan Harga Jual Jagung (Rp/Kg)
Jumlah Petani Sampel Orang 60 5 4 69
≤ 3.000 3.001-3.200 ≥ 3.201 Jumlah Rata Keuntungan Sumber: Analisis data primer 2013
% 86,96 7,25 5,80 100
Keuntungan (Rp)
Keuntungan (Rp/ha)
1.157.319 1.980.800 4.138.000
6.154.146 8.487.292 13.423.030
1.389.785
6.744.599
Dari tabel analisis diatas dapat diketahui bahwa keuntungan terbanyak pada harga jual jagung ≥ Rp 3.201 sebanyak 4 petani sampel (5,80%) dengan keuntungan Rp 13.423.030/ha dimana melebihi keuntungan rata-rata sebesar Rp 6.744.599/ha.
20
Pada harga jual jagung ≤ Rp 3.000 sebanyak 60 petani sampel (86,96%) dengan keuntungan sebesar Rp 6.154.146/ha dan pada harga jual jagung Rp 3.001-Rp 3.200 sebanyak 5 petani sampel (7,25%) dengan keuntungan sebesar Rp 8.487.292/ha. 4.6 Hasil Komputasi 4.6.1 Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis ini menggunakan analisis regresi cobb douglass, hal ini sesuai dengan beberapa syarat pada regresi cobb douglass yaitu, tidak terdapat autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas, dari hasil uji asumsi klasik dapat diketahui bahwa data variabel X1, X2, X3, X4, X5 terbebas dari autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. 4.6.2 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel indepeden terhadap variabel dependen. Dalam hal ini apakah secara bersamasama variabel upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih, harga pupuk dan harga jual jagung berpengaruh terhadap keuntungan yang diterima petani. Rumusan Hipotesis: Ho : Upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap keuntungan Ha: Upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan. Tabel 4.12 Uji F ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
16.352
5
3.270
Residual
17.874
63
.284
Total
34.226
68
F
11.527
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Harga Jual Jagung, Upah_Tk_Mns, Upah_Tng_Msn, Harga Pupuk, Harga Benih Jagung b. Dependent Variable: Keuntungan
Berdasarkan analisis regresi Tabel 4.12 nampak bahwa nilai F hitung yang diperoleh sebesar 11,527. F table dapat dilihat pada tabel statistik dimana pada tingkat
21
signifikansi 0,05 dengan df 1 (jumlah variabel – 1) = 5 dan df 2 (n-k-1) atau 69-5-1 = 63 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen). Jadi hasil yang diperoleh untuk F tabel sebesar 2,361. F hitung > F tabel (11,527 > 2,361), maka Ho ditolak. Selain perhitungan F tabel juga dapat di lihat dari signifikansinya dimana nilai F signifikansi 0,000. Dimana kriteria Ho diterima jika < 0,005 (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan. 4.6.3 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji T) Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Rumusan Hipotesis: Ho: Upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung tidak berpengaruh terhadap keuntungan. Ha: Upah tenaga kerja manusia, upah tenaga mesin, harga benih jagung, harga pupuk dan harga jual jagung berpengaruh terhadap keuntungan. Tabel 4.13 Uji T Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1
(Constant)
56.875
31.607
Upah Tk Manusia
-1.229
.563
Upah Tenaga Mesin
.291
Harga Benih Jagung
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.799
.077
-.199
-2.181
.033
.994 1.006
.400
.067
.729
.469
.985 1.015
-8.780
1.965
-.421
-4.468
.000
.932 1.073
Harga Pupuk
-.856
.927
-.085
-.924
.359
.978 1.022
Harga Jual Jagung
8.494
2.084
.382
4.076
.000
.942 1.061
a. Dependent Variable: Keuntungan
R= 0,691, R2 = 0,478, DW = 2,030
22
Untuk menguji hipótesis tersebut, apakah Ho diterima atau ditolak, maka dilakukan uji t, dengan derajat bebas (n-k-1) dimana n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel. Tolak ukur penerimaan atau penolakan Ho adalah sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak. b. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima. Untuk mengetahui output diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Nilai t tabel dilihat pada tabel statistik uji t untuk signifikansi 0,05/2 = 0,025 dengan derajat kebebasan df = 69-5-1 = 63. Hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 1,998. Berdasarkan analisis data uji t dapat dilihat bahwa t hitung upah tenaga kerja manusia sebesar (2,181) > dari t tabel (1,998) atau sig (0,033) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa upah tenaga kerja manusia secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Upah tenaga mesin sebesar (0,729) < dari t tabel (1,998) atau sig (0,469) > alpha (0,05) dimana non signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa upah tenaga mesin secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Harga benih jagung sebesar (4,468) > dari t tabel (1,998) atau sig (0,000) < alpha (0,05) dimana signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa harga benih jagung secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Harga pupuk sebesar (0,924) < dari t tabel (1,998) atau sig (0,359) > alpha (0,05) dimana non signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Ho di terima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa harga pupuk secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Harga jual jagung sebesar (4,076) > dari t tabel (1,998) atau sig (0,000) < alpha (0,05) dimana signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil statistik ini menunjukan bahwa harga jual jagung secara parsial berpengaruh nyata terhadap keuntungan.
23
4.7 Pembahasan 4.7.1. Pengaruh Upah Tenaga Kerja Manusia (X1) Terhadap Keuntungan (Y) Penggunaan tenaga kerja manusia bisa dipenuhi dari tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga, berdasarkan batasan masalah upah tenaga kerja dalam keluarga dihitung sama dengan tenaga kerja luar keluarga. Upah untuk tenaga kerja luar keluarga cukup bervariasi yaitu antara Rp 30.000 – Rp 50.000 per hari per orang (HOK). Jam kerja petani dilahan rata-rata 7-8 jam per hari, biasanya jam 07.00 – 12.00 lalu dilanjutkan kembali pada jam 14.00-16.00. Adanya variasi upah tenaga kerja dikarenakan ada perbedaan antara upah tenaga kerja wanita dan pria, dan biaya konsumsi yang beragam selama proses usahatani jagung dalam satu musim tanam. Hasil komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,033 < 0,05, dan t hitung lebih besar dari t tabel. Dengan demikian, maka (X1) berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diterima petani jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel 4.13 menunjukan nilai elastisitas upah tenaga kerja manusia sebesar -1,229, artinya terdapat pengaruh negativ antara upah tenaga kerja manusia terhadap keuntungan, dimana setiap penambahan 1% untuk upah tenaga kerja manusia dapat menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani sebesar 1,229% . Hal ini berarti semakin sedikit upah tenaga kerja manusia yang dikeluarkan maka akan meningkatkan keuntungan yang diterima, tetapi jika semakin banyak upah tenaga kerja manusia yang dikeluarkan, justru akan menurunkan keuntungan yang diterima, pernyataan ini sependapat dengan penelitian Wenno (2010) dan Agustian (2012), dimana kenaikan upah tenaga kerja justru akan menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani.
4.7.2. Pengaruh Upah Tenaga Mesin (X2) Terhadap Keuntungan (Y) Upah tenaga mesin yang dimaksudkan adalah pengolahan lahan dengan menggunakan mesin traktor, upah yang digunakan dengan tenaga mesin dihitung per hari kerja mesin (HKM). Petani Desa Candi pada saat pengolahan lahan banyak menggunakan jasa mesin traktor untuk mengolah lahannya. Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar (0,469) > alpha (0,05) dimana non signifikan dan t hitung lebih kecil dari t tabel. Dengan demikian maka (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap keuntungan petani jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Upah dengan menggunakan tenaga mesin ini bervariasi tergantung seberapa luas, dan mudah atau tidaknya akses kelahan. Upah yang diberikan untuk jasa
24
menggunakan mesin traktor ini mulai dari Rp 90.000/HKM – Rp 200.000/HKM. Dengan rata-rata upah pada lahan ≤ 0,1 ha Rp 125.814,/HKM, pada luas lahan 0,1 ha - 0,2 ha sebesar Rp 131.673/HKM dan pada luas lahan ≥ 0,2 ha sebesar Rp 143.181/HKM, dari data ini dapat dilihat bahwa semakin luas lahan maka upah yang diberikan semakin meningkat. Tidak signifikannya upah tenaga mesin terhadap keuntungan dikarenakan kebiasaan petani Desa Candi menggunakan jasa tenaga mesin dalam mengolah lahannya, karena itu meskipun upah tenaga mesin meningkat, tetapi petani tetap menggunakan jasa tenaga mesin supaya lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan tenaga manusia yang diupah dalam mengolah lahan, hal ini sependapat dengan Suratiah (2006) yang menyatakan dengan penerapan teknologi mekanis, dalam hal ini pemakaian mesin traktor, dan sebagainya umumnya justru bisa menghemat upah tenaga kerja dalam mengolah lahan.
4.7.3. Pengaruh Harga Benih Jagung (X3) Terhadap Keuntungan (Y) Harga benih yang dimaksud adalah harga benih jagung tongkol 2 (Bisi 2), dimana harga benih bervariasi dari Rp 44.000/kg – Rp 53.500/kg. Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi harga benih sebesar 0,000 < 0,05, dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Dengan demikian maka (X3) berpengaruh nyata terhadap keuntungan petani jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel 4.13 menunjukan nilai elastisitas harga benih jagung sebesar -8,780 artinya terdapat pengaruh negativ antara harga benih terhadap keuntungan, dimana setiap penambahan 1% harga benih dapat menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani sebesar 8,780%. Jadi berarti semakin tinggi harga benih, maka biaya yang dikeluarkan semakin besar dan dan jika tidak diikuti dengan kenaikan hasil produksi maka akan menurunkan keuntungan petani, tetapi jika harga benih turun maka biaya yang dikeluarkan akan menurun sehingga akan meningatkan keuntungan yang diterima petani. Hal ini sependapat dengan Wenno (2010), yang mengatakan semakin besar biaya yang digunakan untuk membeli benih, dan harga benih yang semakin tinggi maka akan menyebabkan biaya total menjadi semakin besar. Apabila kenaikan biaya total ini tidak diikuti oleh kenaikan hasil jagung, maka akan menyebabkan keuntungan yang diterima oleh petani menurun.
25
4.7.4. Pengaruh Harga Pupuk (X4) Terhadap Keuntungan (Y) Harga pupuk yang dimaksudkan disini adalah harga pupuk rata-rata urea dan phonskha, hal ini karena didesa penelitian, petani jagung yang diteliti lebih banyak menggunakan pupuk urea dan phonskha dibandingkan pupuk lain. Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,359 > 0,05 dan nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel. Dengan demikian maka (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap keuntungan petani jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini sependapat dengan penelitian Wenno (2010), dimana harga pupuk non signifikan. Rata-rata petani di desa penelitian menggunakan pupuk urea sebanyak 461,06 kg/ha dan rata-rata penggunaan pupuk phonskha sebanyak 337,11 kg/ha. Sedangkan saran yang dianjurkan untuk penggunaan pupuk urea 300 kg/ha - 400 kg/ha dan pupuk phonskha sebesar 150 kg/ha – 200 kg/ha, sehingga penggunaan pupuk didesa penelitian ini sudah melebihi jumlah yang dianjurkan. Hal ini dikarenakan kebiasaan petani sering menggunakan pupuk secara tidak efisien. Misalnya seharusnya petani cukup memupuk lahannya dengan pupuk urea 325 kg/ha, dengan harga pupuk ratarata Rp 1.909 /kg, sehingga biaya pupuk per ha Rp 620.425, tetapi karena petani di desa penelitian banyak yang membeli persak maka menjadi 350 kg (1 sak 50 kg) sehingga biaya pupuk per ha menjadi Rp 668.150, hal ini mengakibatkan biaya pupuk menjadi besar dan jika tidak disertai kenaikan hasil, maka akan menurunkan keuntungan yang diterima petani.
4.7.5. Pengaruh Harga Jual Jagung (X5) Terhadap Keuntungan (Y) Harga jual jagung yang dimaksud adalah harga jual jagung pipilan kering yang berlaku di pasaran pada bulan panen terakhir yaitu antara bulan Oktober 2013 – Januari 2014 dengan rata-rata harga jual jagung pipilan kering Rp 3032/kg. Hasil analisis dan pengujian komputasi menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel. Dengan demikian maka harga jual jagung (X5) berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diterima oleh petani jagung pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel 4.13 menunjukan nilai elastisitas harga jual jagung sebesar 8,494, artinya ada pengaruh positiv antara harga jual jagung terhadap keuntungan dimana setiap penambahan 1% untuk harga jual jagung dapat meningkatkan keuntungan yang diterima oleh petani sebesar 8,494%. Jadi semakin tinggi harga jual jagung maka akan
26
meningkatkan keuntungan yang diterima oleh petani, tetapi jika harga jual jagung turun maka akan menurunkan keuntungan yang diterima oleh petani. Hal ini sependapat dengan Sukirno (1994) dalam Kasryno (2007), yang menyatakan Jika harga jual jagung meningkat, maka keuntungan yang diterima oleh petani meningkat, tetapi jika harga jual jagung menurun, maka keuntungan yang diterima oleh petani menurun. Jagung merupakan tanaman musiman, sehingga harga dapat berfluaktif, karena itu pemerintah harus mengatur kebijakan harga dapat menjamin stabilitas harga input dan output serta mencegah agar pendapatan produsen tidak berfluktuatif antar musimnya Mubyanto (1989) dalam Agustian (2012).